BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Biaya untuk pakan mencapai 70 sampai 80% dari seluruh biaya produksi, sehingga peternak perlu mencari alternatif bahan pakan yang mempunyai nilai nutrien tinggi dengan harga yang murah. Akhir-akhir Akhir-akhir ini banyak sekali industri pangan khususnya khususnya makanan camilan berupa aneka ragam kue-kue kering yang didirikan dan produknya disukai serta sangat laku di pasaran. Bahan baku industri kue kering umumnya tersusun dari berbagai campuran tepung seperti tepung gaplek, tepung gandum, juga telur dan minyak. Kue kering yang tidak laku ataupun kadaluwarsa akan dikembalikan ke pihak produsen dan sampai saat ini sudah dimanfaatkan untuk pakan sapi, tetapi belum pernah dicoba untuk dimanfaatkan sebagai pakan ayam. Pihak pabrik memberikan informasi bahwa jumlah limbah yang dihasilkan selama berlangsung proses pembuatan kue kering sangat banyak setiap minggunya, dan dengan pemanfaatan kue kering afkir dimungkinkan dapat digunakan sebagai alternatif bahan pakan sumber energi (ME) dalam ransum ayam broiler. Berdasarkan uraian di atas akan dicoba memanfaatkan kue kering afkir dari industri pangan untuk dijadikan salah satu bahan penyusun ransum ayam broiler sehingga diduga tidak berpengaruh negatif baik terhadap produksi karkas maupun lemak abdominal yang dihasilkan.
1
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kue kering sebagai bahan pakan alternatif penyusun ransum ayam broiler terhadap produksi karkas dan bagian-bagiannya serta lemak abdominal. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi pada peternak
bahwa limbah kue kering afkir dalam ransum dapat dimanfaatkan tanpa memberikan pengaruh negatif pada ayam broiler.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Performan Ayam Broiler
Pemberian pakan dengan level protein yang berbeda menghasilkan performan yang berbeda pula, hal ini dikemukakan oleh Uchegbu et.al (2009) bahwa pada pemberian pakan starter dengan kandungan PK 21,59%; 21,00% dan 18,50% menghasilkan gain berturut-turut 41,21; 24,02 dan 26,62 g/hari dan konversi pakan 2,16; 2,18 dan 2,56, sedangkan pemberian pakan finisher dengan kandungan PK 20,48%; 19,00% dan 18,00% menghasilkan gain 43,97; 56,20; dan 54,93 g/hari dan konversi pakan 3,81; 2,97; 3,62.
Mengesha and Sultan (2010) melaporkan bahwa broiler dengan pemberian pakan starter (0 sampai 14 hari) , grower (15 sampai 30 hari) dan finisher (30 sampai 45 hari) dengan PK masing-masing 23,15%; 21,10% dan 19,64% menghasilkan gain berturut-turut 14,7 gram, 41,0 gram dan 54,6 gram serta menghasilkan konversi pakan masing-masing 2,17; 1,85 dan 1,88. Bentuk fisik pakan berpengaruh terhadap performan ayam broiler. Hal tersebut dibuktikan oleh Jahan , et.al (2006) bahwa pakan berbentuk mash menghasilkan gain 244,5 g/ekor/minggu dan konversi pakan 2,58 per minggu, sedangkan pakan berbentuk pellet menghasilkan gain 290,37 g/ekor/minggu dengan konversi pakan 2,25 per minggu. Adapun yang berbentuk crumble menghasilkan gain 292 g/ekor/minggu dan konversi pakan 2,24 per minggu.
3
Penggunaan Limbah Pada Pakan
Pemanfaatan campuran limbah prosesing udang ( crayfish) dan viscera ayam ( poultry offal meal ) dalam ransum broiler starter (5 minggu) dan finisher (4 minggu) yang mengandung PK 22,26% dan 19,36% menghasilkan gain 2,10 kg/ekor dan konversi pakan 2,40 (Asafa, et.al . 2012). Menurut Insani (2007), penggunaan campuran biskuit bayi yang sudah diafkir dan biskuit afkir berturut-turut sebesar 0%, 12,5%, 25%, 37,5% dan 50% memberikan efek penurunan persentase karkas dibandingkan dengan kontrolnya, masing-masing sebesar 71,70%, 68,34%, 63,72%, 66,60% dan 64,36%. Segi positif yang diperoleh adalah penurunan rerata persentase lemak perut. Penurunannya berturut-turut sebesar 1,95%, 1,39%, 0,98%, 1,31% dan 0,44%. Adapun Widodo (2006) menyebutkan bahwa, rerata persentase karkas dan persentase lemak perut yang dihasilkan dari pemberian biskuit afkir sebesar 30% adalah 70,65% dan 0,68%, sedangkan kontrolnya sebesar 62,30% dan 2,46%. Penggunaan limbah mie sebesar 20% dalam ransum ayam broiler menghasilkan persentase berat karkas yang relatif sama dengan kontrolnya yaitu 63,98% dan 63,27%. Lemak abdominal yang dihasilkan pada ayam kontrol yaitu 1,49 g/100 g berat badan, sedangkan pada penggunaan limbah mie sebesar 10% yaitu 1,99 g/100g (Wijaya, 2008).
4
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Landasan Teori
Ayam broiler yang diberi pakan dengan kandungan energi yang tinggi menghasilkan persentase lemak abdominal yang tinggi pula, khususnya untuk sumber energi yang berasal dari produk hewani seperti tallow, lard dan lain sebagainya, akan tetapi persentase lemak abdominal akan menjadi lebih rendah jika sumber energinya merupakan campuran dari produk nabati. Limbah kue kering yang belum dimanfaatkan dalam ransum ayam broiler terbuat dari berbagai campuran tepung seperti tepung gaplek,tepung gandum dan lain sebagainya yang merupakan sumber energi nabati yang harganya relatif murah. Apabila dicampurkan dalam ransum dengan susunan yang seimbang akan menghasilkan persentase karkas dan lemak abdominal yang optimal. Untuk itu, diharapkan dengan pemberian campuran bahan pakan berupa kue kering afkir tidak berpengaruh negatif pada produksi karkas, bagian-bagiannya serta lemak abdominal yang dihasilkan .
Hipotesis
1. Penggunaan
kue
kering
afkir
dalam
pakan
ayam
broiler
tidak
broiler
tidak
mempengaruhi produksi karkas dan bagian-bagiannya. 2. Penggunaan
kue
kering
afkir
pada
pakan
mempengaruhi lemak abdominal yang dihasilkan.
5
ayam
MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret 2013 selama 28 hari di kandang laboratorium Ilmu Ternak Unggas, bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada. Materi Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kandang ayam broiler 9 unit dengan ukuran 1x1x1 m, lengkap dengan tempat pakan dan minum, lampu pemanas, timbangan ayam merk Camry , dan timbangan pakan dengan merk Lion Star Bahan
Penelitian ini menggunakan DOC ayam broiler strain Lohmann MB202 sebanyak 90 ekor, serta bahan-bahan pakan yang digunakan meliputi: jagung kuning, bungkil kedelai, MBM, bekatul, NaCl, minyak, kalmiral, kalvimix, DL-Methionin serta kue kering afkir.
Metode
Sebelum
dilaksanakan
penelitian
kue
kering
afkir
yang
akan
digunakan dianalisis proksimat untuk diketahui kandungan PK, LK, SK, BK, Abu, Ca dan P sedangkan kandungan ME dihitung dengan menggunakan rumus Sibbalt (1984). ME = 3,951 + 54,4LK - 88,7SK - 40,8 abu
Ransum akan disusun sesuai dengan NRC (1994). Analisis kue kering afkir ditampilkan pada Tabel 1.
6
Tabel 1. Hasil Analisis Kue Kering Afkir Nutrien
Kandungan nutrient 94,33 2,81 2,66 30,40 0,23 0,002 0,22 1522,662
BK (%) Abu (%) Protein Kasar (%) Lemak kasar (%) Serat Kasar (%) Ca (%) P (%) ME (kcal/kg)
Laboratorium Biokimia Nutrisi Fakultas Peternakan UGM tanggal 8 Februari 2013
Sebanyak 90 ekor DOC ayam broiler dibagi secara acak menjadi 3 kelompok perlakuan pakan yaitu R0 (tanpa kue kering afkir), R1 (kue kering afkir 2,5%), R3 (kue kering afkir 5%) masing-masing kelompok perlakuan terdiri dari 3 ulangan dan setiap ulangan menggunakan 10 ekor ayam. Berikut skema penelitian yang akan dilakukan. 90 ekor ayam broiler
R0 (0%)
10 ekor
10 ekor
R1 (2,5%)
10 ekor
10 ekor
10 ekor
R2 (5%)
10 ekor
10 ekor
10 ekor
10 ekor
Pemeliharaan ayam yang dilakukan dalam penelitian selama 35 hari, dengan pemberian pakan dan minum secara ad libitum. Pemberian pakan perlakuan dilakukan pada ayam mulai umur 8 sampai 35 hari, untuk umur 1 sampai 7 hari diberikan BR1. Pakan perlakuan dalam penelitian ini disusun berdasarkan rekomendasi NRC (1994) dan selengkapnya ada pada Tabel 2.
7
Tabel 2. Susunan dan kandungan nutrien pakan perlakuan Bahan Pakan Kue kering afkir Jagung Bekatul Minyak Bungkil kedelai MBM (Meat Bone Meal ) Filler DL-Methionin NaCl Kalmiral Kalvimix TOTAL (%) Protein kasar (%) Energi metabolisme (kcal/kg) Kalsium (%) Phosphor (%)
R0 0,00 51,00 11,00 3,00 22,00 10,60 1,89 0,20 0,25 0,04 0,02 100,00 21,88 3066,36 1,17 0,79
R1 2,50 52,19 8,00 3,00 23,00 10,00 0,8 0,20 0,25 0,04 0,02 100,00 21,85 3066,39 1,11 0,73
R2 5,00 54,73 3,06 3,00 23,70 10,00 0 0,20 0,25 0,04 0,02 100,00 21,83 3059,42 1,11 0,66
Sanitasi dan B i o s e c u r i t y
Pencegahan penyakit dilakukan dengan cara sanitasi kandang dan lingkungan. Pada hewan coba (ayam broiler) dilakukan vaksinasi Newcastle Disease (ND) dan Gumboro. Vaksin ND-1 dilakukan pada saat ayam berumur
tiga hari melalui tetes mata, vaksin Gumboro dilakukan saat ayam berumur 10 hari melalui air minum, dan vaksin ND-2 dilakukan pada umur 17 hari melalui tetes mata. Pemotongan ayam
Setelah pemeliharaan selama 28 hari, ayam dipotong sebanyak 2 ekor setiap kelompok perlakuan untuk diketahui berat dan persentase karkas dan bagian-bagiannya serta lemak abdominal. Pengambilan data
Data yang diambil meliputi berat potong, berat dan persentase karkas dan bagian-bagiannya serta berat dan persentase lemak abdominal. Berat potong. Berat potong diperoleh dengan penimbangan berat
akhir sebelum ayam dipotong.
8
Berat dan persentase karkas. Berat karkas diperoleh dengan cara
menimbang ayam setelah disembelih dikurangi darah, kepala, bulu, kaki, saluran pencernaan, alat reproduksi dan organ-organ dalam kecuali paruparu dan ginjal. Persentase karkas diperoleh dengan cara menghitung berat karkas dibagi berat potong dikali 100%. Berat paha atas dan bawah. Berat paha atas dan bawah diperoleh
dari penimbangan bagian tersebut dari ayam yang dipotong. Berat dada. Berat dada diperoleh dari penimbangan bagian tersebut
dari ayam yang dipotong. Berat g i b l e t . Berat giblet diperoleh dari penimbangan giblet (jantung,
hati, ampela) dari ayam yang sudah dipotong. Berat dan persentase lemak abdominal. Berat lemak abdominal
diperoleh dari penimbangan lemak yang diambil pada bagian rongga perut dari ayam yang sudah dipotong. Persentase lemak abdominal diperoleh dengan cara membagi berat lemak abdominal dengan berat potong dikali 100%.
Analisis data Data yang
diperoleh
dianalisis
menggunakan
analisis
variansi
Rancangan Acak Pola Searah dan dilanjutkan dengan uji beda mean DMRT (Duncan’s New Multiple Range Test ) jika perlakuan menunjukkan perbedaan yang signifikan (Astuti, 2007).
9
DAFTAR PUSTAKA
Asafa A.R et.al. 2012. Performance and Carcass Characteristics of Broiler Finishers Fed Different Levels of Poultry Offal Meal and Crayfish Waste Meal as Replacement for Fishmeal. American Journal of Experimental Agriculture 2(4): 690-699. Astuti, M. 2007. Pengantar Ilmu Statistik Untuk Peternakan Dan Kesehatan Hewan. Penerbit BINASTI Publisher. Bogor. Jahan M.S et.al. 2006. Performance of Broiler Fed on Mash, Pellet and Crumble. Internasional Journal of Poultry Science 5(3): 265-270. ISSN 1682-8356. Mengesha, M and Sultan Abda. 2010. Performance and Carcass Characteristics of Broilers Fed Selected Energy Source Feeds. Journal of Poultry Science 3(3): 54-57. ISSN: 1993-5285. Insani, G.A. Pengaruh Pemberian Campuran Bubur Bayi Dan Biskuit Afkir Sebagai Pengganti Jagung Terhadap Produksi Karkas Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Widodo, E.P. 2006. Produksi Karkas Ayam Broiler Yang Diberi Pakan Campuran Biskuit Afkir. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Wijaya, A.Z. 2008. Pengaruh Penggunaan Limbah Mie Sebagai Pengganti Jagung Dalam Pakan Terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.
10