Skripsi hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan kejadian diare pada balita
SOP Diare Pada Balita (0-59 Bulan) Tanmir
Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Ana…Full description
Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Anak Diare Pada Ana…Full description
diareFull description
penelitian status imunisasi campak dengan kejadian diare
Contoh Proposal Kti - Gizi Buruk Pada Balita
Program pencegahan penyakit Diare Pemberantasan Penyakit Diare Program pemberantasan diare dilaksanakan di Puskesmas, dan dalam penata laksanaan diare ditekankan untuk penggunaan oralit, ke…Full description
jahfjsfba
intoleransi susu formulaFull description
Full description
Deskripsi lengkap
beberapa penyakit yang berkaitan dengan gangguan psikosomatis
ASKEPFull description
askep padaa klien dengan diare akut pada anakDeskripsi lengkap
koas anak
PROPOSAL PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUGAN DENGAN PENYAKIT DIARE PADA BALITA
NAMA : JHOHANA INDAH PAMUNGKAS
NIM : 11.01.1.090
PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
STIKes HANG TUAH PEKANBARU
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filariasis merupakan salah satu penyakit yang termasuk endemis di Indonesia. Seiring dengan terjadinya perubahan pola enyebaran penyakit di negara-negara sedang berkembang, penyakit menular masih berperan sebagai penyebab utama kesakitan dan kematian. Salah satu penyakit menular adalah penyakit kaki gajah (Filariasis). Penyakit ini merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria. Di dalam tubuh manusia cacing filaria hidup di saluran dan kelenjar getah bening(limfe), dapat menyebabkan gejala klinis akut dan gejala kronis. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk. Akibat yang ditimbulkan pada stadium lanjut (kronis) dapat menimbulkan cacat menetap seumur hidupnya berupa pembesaran kaki (seperti kaki gajah) dan pembesaran bagian bagian tubuh yang lain seperti lengan, kantong buah zakar, payudara dan alat kelamin wanita
Pada tahun 1994 World Health Organization (WHO) telah menyatakan bahwa penyakit kaki gajah dapat di eleminasi dan dilanjutkan pada tahun 1997 World Health Assembly membuat resolusi tentang eliminasi penyakit kaki gajah dan pada tahun 2000 WHO telah menetapkan komitmen global untuk mengeliminasi penyakit kaki gajah ("The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the year 2020").
Di Indonesia penyakit kaki gajah pertama kali ditemukan di Jakarta pada tahun 1889. Berdasarkan rapid mapping kasus klinis kronis filariasis tahun 2000 wilayah Indonesia yang menempati ranking tertinggi kejadian filariasis adalah Daerah Istimewa Aceh dan Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan jumlah kasus masing-masing 1908 dan 1706 kasus kronis. Menurut Barodji dkk (1990 –1995) Wilayah Kabupaten Flores Timur merupakan daerah endemis penyakit kaki gajah yangdisebabkan oleh cacing Wuchereria bancrofti dan Brugia timori. Selanjutnya oleh Partono dkk (1972) penyakit kaki gajah ditemukan di Sulawesi. Di Kalimantan oleh Soedomo dkk (1980) Menyusul di Sumatra oleh Suzuki dkk (1981) Sedangkan penyebab penyakit kaki gajah yang ditemukan di Sulawesi, Kalimantan dan Sumatra tersebut adalah dari spesies Brugia malayi.
Selain ke tiga wilayah kepulauan tersebutdiatas sebagaimana yang termuat didalam modul eleminasi penyakit kaki gajah yang di terbitkan oleh Depkes. RI melalui Ditjen PPM & PLDirektorat P2B2 Subdit Filariasis dan Schistosomiasis (2002) endemisitas kejadian filariasis juga terdapat dibeberapa propinsi lainya di Indonesia, diantaranya Kabupaten Bekasi Propinsi Jawa Barat, Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Lebak Tangerang Propinsi Banten, Batam Propinsi Riau, Lampung Timur Propinsi Lampung, Mamuju Propinsi Sulawesi Selatan, Donggala Propinsi Sulawesi Tengah, Kab. Pontianak Propinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah, dan Kota Baru Propinsi Kalimantan Selatan. Menurut Harijani AM. (1981) ditemukan Brugia malayi di Kalimantan Selatan bersifat Zoonosis karena dari penangkapan berbagai binatang, kucing, monyet daun mengandung Brugia malayi stadium dewasa dan vektornyadapat menggigit baik manusia maupun hewan.
TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Mengetahui hubungan pengatahuan,sikap dan tindakan masyarakat terhadap pembagian obat filariasis
MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini menyediakan informasi bagi masyarakat tentang penyakit filariasis
Sebagai masukan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya tentang faktor penyebab filariasis
Sebagai sumber pengetahuan bagi tenaga kesehatan khususnya bagi perawat dalam meningkatkan asuhan keperawatan terutama pada penyakit filariasis
Hasil penelitian ini merupakan sumber data dasar bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penyakit filariasis