PROPOSAL PENELITIAN
JUDUL : MEDICATION ERROR TERKAIT PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT DALAM DI RSUP DR WAHIDIN SUDIROHUSODO
NAMA : SITI ANIAH HARDIANTY
NIM : PO.71.3.251.11.1.041
PEMBIMBING : Drs. RUSLI,Sp.FRS.,Apt.
PEMBIMBING : RAYMUNDUS CHALIK,S.Si.,M.Sc.,Apt
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengobatan kepada seorang pasien seringkali diberikan dalam jenis yang banyak dan saling tumpang tindih, sehingga beresiko pada ketidakefektifan pengobatan dan kekeliruan apalagi dengan jumlah pasien yang cukup banyak akan memerlukan sistem pendokumentasian dan sistem penunjang data yang tepat. Penelitian telah menjelaskan bahwa eror atau kesalahan dalam pengobatan (medication errors) terjadi pada proses pemberian sehingga hal ini sangat membahayakan bagi pasien (Lynas, Kathie. 2010)
Medication error didefinisikan sebagai suatu kesalahan yang terjadi pada waktu pengobatan yang bisa menyebabkan kerugian atau berpotensi menyebabkan kerugian pada pasien, dan yang sebenarnya bisa dihindari karena pengobatan tersebut masih dibawah kontrol para profesional pelayanan kesehatan, pasien, atau pengguna. Kejadian tersebut bisa dikaitkan dengan praktik para profesional ; produk pemeliharaan kesehatan ; prosedur dan system termasuk peresepan; komunikasi; label produk; kemasan; penamaan; compounding dan dispensing; distribusi; pemberian; edukasi; pemantauan; dan penggunaannya (Institute of Medicine, 1999)
Kejadian medication error dibagi dalam empat fase, yaitu fase prescribing (error terjadi pada penulisan resep), fase transcribing (error terjadi pada saat pembacaan resep), fase dispensing (error terjadi pada saat penyiapan hingga penyerahan obat) dan fase administration (error yang terjadi pada proses penggunaan obat) (Ariani, 2005; Charles dan Endang, 2006).
Administration error merupakan salah satu jenis medication error yang sering terjadi. Beberapa definisi tentang medication administration error ada pada penelitian yang dipublikasikan. Salah satu definisi yang sering digunakan oleh dokter, medication administration error adalah penyimpangan obat dari dokter seperti yang tertulis pada resep pasien (Headford et al 2001; Mark dan Burleson 1995), yang gagal untuk mempertimbangkan kesalahan resep berkontribusi MAE (Davydov et al 2004; Headford et al, 2001; Wilson et al 1998).
Sebuah studi retrospektif dilakukan selama 3.5 tahun pada suatu rumah sakit psikiatrik di UK.Studi yang dilakukan dari 1 Oktober 2000 sampai 31 Maret 2004 membatasi medication administration error meliputi penyimpangan resep atau kebijakan yang berkaitan dengan pemberian obat pada rumah sakit tersebut, termasuk kegagalan dalam pencatatan pemberian obat. Setiap laporan kejadian dinilai oleh tiga peneliti (konsultan psikiater, apoteker kepala, dan perawat senior). Dari 123 laporan administration error yang diterima, 108 (88 %) memenuhi kriteria administration error, 4 yang lainnya (3 %) dikategorikan mendekati salah. Dengan total 112 kesalahan (11 laporan tidak dipertimbangkan untuk menggambarkan administration error). Administration error yang paling sering dilaporkan adalah obat yang tidak tepat, dosis yang tidak tepat dan kelalaian dosis. (Misbah, 2007)
Masalah pemberian obat (medication administration) dalam perawatan akut telah lama menjadi fokus pengawasan dan penelitian, karena kesalahan pemberian obat (medication administration error) berkontribusi langsung terhadap morbiditas dan mortalitas pasien. Sebuah keinginan untuk menyediakan pasien dengan perawatan yang optimal dan aman serta akademisi untuk menciptakan strategi guna mengurangi kemungkinan kesalahan pemberian obat yang terjadi. Namun, medication administration error terus terjadi. (Tissot et al 2003; Barker et al 2002a ; Schneider et al 1998).
Menurut sebuah artikel yang melibatkan 113 unit perawatan intensif di 27 negara (2009) kesalahan pemberian obat adalah 74,5 %. Sebagian besar kesalahan bukan karena kesalahan pada bagian perawatan tetapi akibat dari kecepatan dan kompleksitas siklus penggunaan obat, sistem rusak , proses dan kondisi. Sebuah analisis retrospeksive dari kematian terkait dengan kesalahan pengobatan menunjukkan bahwa jenis yang paling umum dari kesalahan yang mengakibatkan kematian pasien adalah dosis yang salah ( 40,9 % ) , obat yang salah ( 16 % ) , dan rute pemberian yang salah ( 9,5 % ). (Wolf, 2006)
Kesalahan yang sering diteliti termasuk tingkat pemberian yang salah, yang berkisar antara 5-21,6 pada 100 dosis (Hicks el al 2004; Wirtz et al 2003), dan penghilangan dosis, yang berkisar antara 8,1-50 dalam 100 dosis (Fortescue et al 2003 ; Headford et al, 2001). Yang paling sering diteliti error adalah kesalahan alergi terkait, yang terjadi antara 1,3 dan 1,8 kali dalam 100 dosis (Fortescue et al 2003; Headford et al, 2001).
Di Indonesia, Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) akibat kesalahan pemberian medikasi merupakan kasus yang paling sering terjadi (Depkes, 2006). Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa angka kejadian kesalahan pemberian obat cukup tinggi. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai medication error pada pemberian obat di salah satu rumah sakit yang ada di Sulawesi Selatan. RSUP Wahidin Sudirohusodo adalah salah satu rumah sakit yang dipilih sebagai tempat penelitian.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka ditetapkan rumusan masalahnya yaitu, apakah terjadi medication error terkait pemberian obat pada pasien pasien penyakit dalam di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar ?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui terjadi atau tidak medication error terkait pemberian obat pada pasien penyakit dalam di RSUP Wahidin Sudirohusodo.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah dapat menambah pengetahuan penulis tentang cara meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien serta meminimalkan potensi terjadinya kerugian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uraian Umum RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo merupakan rumah sakit terbesar di kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan serta menjadi rumah sakit rujukan karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe A, dengan tenaga medis yang profesional dan memiliki kemampuan serta didukung dengan peralatan yang lengkap dan modern.
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo juga merupakan rumah sakit pendidikan, sehingga banyak tenaga medis dan paramedis yang menjalani pendidikan di rumah sakit. Tenaga medis tersebut adalah dokter yang terdiri dari dokter co-ass dan dokter residen. Dokter – dokter tersebut di rotasi berdasarkan sift tiap harinya untuk melayani pasien, jadi resep obat serta pelayanan yang diberikan kemungkinan bisa berbeda – beda. Sehingga kemungkinan adanya medication error khususnya terkait kesalahan dalam pemberian obat.
Defenisi Medication Error
Error didefinisikan sebagai kegagalan dari sesuatu yang telah direncanakan untuk diselesaikan sesuai dengan tujuan (kesalahan pada pelaksanaan) atau kesalahan pada perencanaan untuk mencapai tujuan (kesalahan pada perencanaan). Suatu error mungkin terjadi karena hasil dari kelalaian (The Institute of Medicine, 2004).Sedangkan medication error didefinisikan sebagai setiap kesalahan (error) yang terjadi dalam proses hingga penggunaan dalam pengobatan. (William,2007).
Selain itu, medication error dapat didefinisikan sebagai semua kejadian yang dapat menyebabkan pengobatan tidak sesuai atau yang dapat mencelakakan pasien dimana prosedur pengobatan tersebut masih berada di bawah kontrol praktisi kesehatan (Fowler, 2009).
Dimana definisi tersebut sesuai dengan definisi dari National Coordinating Council for Medication error Reporting and Prevention. (NCCMERP) dimana mendefinisikan medication error sebagai "Suatu kejadian yang dapat dicegah yang menyebabkan penggunaan obat yang tidak sesuai atau membahayakan pasien di mana pengobatan tersebut dikontrol oleh tenaga medis profesional, pasien, atau konsumen, yang berhubungan dengan praktis profesional, produk kesehatan, prosedur, sistem termasuk prescribing; order communication; product labeling; packaging; compounding; dispensing; distribution; administration; education; monitoring; dan penggunaan." (NCCMERP)
Klasifikasi Medication Error
National Coordinating Council for Medication error Reporting and Prevention mengklasifikasikan medication error berdasarkan tingkat keparahan hasil dari pasien.
Tipe error
Kategori
Keterangan
NO ERROR
A
Keadaan atau kejadian yang potensial menyebabkan terjadinya error
ERROR-
NO HARM
B
Error terjadi, tetapi obat belum mencapai pasien
C
Error terjadi, obat sudah mencapai pasien tetapi tidak menimbulkan risiko
a) Obat mencapai pasien dan sudah terlanjut diminum/digunakan
b) Obat mencapai pasien tetapi belum sempat diminum/digunakan
D
Error terjadi dan konsekuensinya diperlukan monitoring terhadap pasien, tetapi tidak menimbulkan risiko (harm) pada pasien
ERROR-HARM
E
Error terjadi dan pasien memerlukan terapi atau intervensi serta menimbulkan risiko (harm) pada pasien yang bersifat sementara
F
Error terjadi & pasien memerlukan perawatan atau perpanjangan perawatan di rumahsakit disertai cacat yang bersifat sementara
G
Error terjadi dan menyebabkan risiko (harm) permanen
H
Error terjadi dan nyaris menimbulkan kematian (mis. Anafilaksi, henti jantung)
ERROR-DEATH
I
Error terjadi dan menyebabkan kematian pasien
Faktor Penyebab Medication Error
Menurut American Hospital Association, medication error antara lain dapat terjadi pada situasi berikut:
Informasi pasien yang tidak lengkap, misalnya tidak ada informasi tentang riwayat alergi dan penggunaan obat sebelumnya.
Tidak diberikan informasi obat yang layak, misalnya cara minum atau menggunakan obat, frekuensi dan lama pemberian hingga peringatan jika timbul efek samping.
Kesalahan komunikasi dalam peresepan, misalnya interpretasi apoteker yang keliru dalam membaca resep dokter, kesalahan membaca nama obat yang relatif mirip dengan obat lainnya, kesalahan membaca desimal, pembacaan unit dosis hingga singkatan peresepan yang tidak jelas (q.d atau q.i.d/QD).
Pelabelan kemasan obat yang tidak jelas sehingga berisiko dibaca keliru oleh pasien.
Faktor-faktor lingkungan, seperti ruang apotek/ruang obat yang tidak terang, hingga suasana tempat kerja yang tidak nyaman yang dapat mengakibatkan timbulnya medication error.
Prinsip 5 Benar dalam Pemberian Obat
Benar pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
Benar obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat.
Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
Benar dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
Benar cara/ rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
Benar waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
BAB III
METODE KERJA
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan studi retrospektif.
Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai dengan Mei 2014 di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi yang digunakan yaitu semua pasien yang menderita penyakit dalam di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2013
2. Sampel
Sampel yang digunakan adalah pasien penyakit dalam di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo tahun 2013 yang diambil menggunakan teknik convenience.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang diambil berupa data sekunder dengan cara mengumpulkan hasil pencatatan profil pengobatan pasien yang diperoleh dari dokumen rekam medik pasien dengan penyakit dalam di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Oktober-Desember 2013.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani Perwitasari, Dyah., Jami'ul Abror, dan Iis Wahyuningsih. (2010).
Medicationerror in outpatient of a government hospital in Yogyakarta Indonesia.
International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research
Volume 1; 8-10
Bates DW, Boyle DL, Vander Vliet MB, Schneider J, Leape L. 1995a.
Relationship betweenmedication errors and adverse drug events. Journal of GeneralInternal Medicine 10(4): 100–205.
Benjamin, David M. (2003).
Reducing Medication Errors and Increasing Patient Safety: Case Studies in Clinical Pharmacology. J Clin Pharmacol vol. 43 no.7 768-783
Charles & Kumolosasi. (2006).Farmasi Klinik Teori dan Penerapan. Jakarta: Bukukedokteran EGC, 380-417
Chaudhary , Geeta. (2010).Case Study: Review of Medication Orders for Appropriateness at Satguru Singh Apollo Hospitals, Ludhiana, India
.JCInsight July 2010.
Cohen, M.R. (1991). Causes of Medication Error, in: Cohen. M.R., (Ed), MedicationError, Washington, DC: American Pharmaceutical Association.
Hartayu, Titien Siwi & Widayati Aris. (2005). Kajian Kelengkapan ResepPediatri Yang Berpotensi Menimbulkan Medication Error Di 2 Rumah SakitDan 10 Apotek Di Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Farmasi UniversitasSanata Dharma.
Williams. (2007). Medication Error. R Coll Physicians Edinb. Vol 37: 343–346.
2