PENGARUH MEDIA TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN AGGREK Phalaenopsis PADA TAHAP AKLIMATISASI
PROPOSAL PENELITIAN
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata mat a kuliah produksi benih hasil in vitro di vitro di Program Studi Teknik Produksi Benih Jurusan Produksi Pertanian Oleh :
Muammar Khadafi Sulthon Nurhayatuddin Nurhayatuddin Mamluatul Hasanah Siti Musdalifah M. Abriyanto M. Zulkarnaen L. Hanif Ahmad Abdul G.
NIM A41161669 NIM A41161720 NIM A41161726 NIM A41161731 NIM A41161733 NIM A41161750 NIM A41161787
PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2017
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal luas dengan kekayaan floranya yang dapat dibanggakan salah contohnya adalah tanaman Anggrek. Anggrek merupakan tanaman hias yang memiliki bunga dengan warna indah yang populer di masyarakat dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia merupakan negara yang kaya akan ragam dan jenis Anggrek, kebanyakan anggrek tumbuh dipohon-pohon hutan dari wil ayah Sumatera sampai Papua. Phalaenopsis merupakan anggrek yang sangat populer di seluruh dunia pada beberapa tahun terakhir,
anggrek Phalaenopsis memiliki
manfaat dan nilai ekonomi yang tinggi karena dapat digunakan sebagai induk persilangan, koleksi, bunga potong, dan penghias ruangan maupun taman. Bibit tanaman anggrek pada umumnya ditanam dari hasil kultur jaringan. Sebelum ditanam ke lapangan, bibit anggrek hasil kultur jaringan harus di aklimatisasi. Aklimatisasi adalah penyesuaian terhadap lingkungan baru dari lingkungan yang terkendali ke lingkungan yang relatif berubah. Aklimatisasi merupakan tahap akhir dari perbanyakan kultur jaringan, proses aklirnatisasi dilakukan supaya planlet anggrek hasil kultur in vitro dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan baik suhu, kelembaban, maupun cahaya, atau untuk penyesuaian planlet terhadap kondisi di luar botol. Kendala yang terjadi secara umum adalah pemindahan planlet dari botol kedalam pot sulit dilakukan. Selain itu planlet dalam pot akan tumbuh baik apabila memiliki media tanam yang cocok, perawatan dan pemupukan yang baik. Penanganan planlet yang kurang baik pada tahap aklimatisasi dapat mengakibatkan kematian. Fungsi media tanam adalah sebagai tempat tumbuh dan menyimpan unsur hara serta air bagi tanaman. Unsur hara dan air tersebut sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman anggrek. Media tanam yang digunakan dapat berupa arang kayu, akar pakis, sabut kelapa, serbuk gergaji, moss, kulit pinus, humus bambu, pecahan genteng dan batu bata. Campuran dua macam media dapat memperbaiki kekurangan masing-masing media tersebut, antara lain dalam kecepatan
pelapukan
dan
penyediaan
hara
tanaman,
serta
kemampuan
mempertahankan kelembapan media (Satsijati, 1991). Oleh karena itu percobaan ini bertujuan untuk mengetahui media yang paling sesuai untuk pertumbuhan planlet anggrek phalaenopsis dalam tahap aklimatisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh perlakuan jenis media tanam terhadap pertumbuhan aklimatisasi planlet anggrek phalaenopsis. 2. Apakah terdapat pengaruh pencampuran dua macam bahan tanaman dalam media tanam terhadap pertumbuhan aklimatisasi planlet anggrek phalaenopsis.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan jenis media tanam terhadap pertumbuhan aklimatisasi planlet anggrek phalaenopsis. 2. Untuk megetahui pengaruh pencampuran dua macam bahan tanaman dalam media tanam terhadap pertumbuhan aklimatisasi planlet anggrek phalaenopsis.
1.4 Manfaat
1.
Bagi Peneliti : Mengembangkan jiwa keilmiahan.
2.
Bagi Lembaga : Memberikan sumbangsih keilmuan sebagai referensi bagi pustaka, khususnya Politeknik Negeri Jember.
3.
Bagi peneliti selanjutnya : Sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya dalam mengembangkan penelitian mengenai media aklimatisasi anggrek phalaenopsis pada berbagai jenis dan pencampuran media tanam.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anggrek Phalaenopsis
Nama Phalaenopsis berasal dari Yunani yaitu Phalaenos yang berarti ngengat atau kupu-kupu dan opsis berarti bentuk atau penampakan. Phalaenopsis adalah salah satu genus anggrek yang memiliki kurang lebih 2000 spesies jumlah varietasnya sekitar 140 jenis, 60 diantaranya terdapat di Indonesia. Phalaenopsis sering disalahartikan dengan anggrek bulan, padahal anggrek bulan atau Phalaenopsis Amabilis hanyalah salah satu spesies dari genus Phalaenopsis. Phalaenopsis termasuk jenis anggrek golongan epifit yaitu memiliki akar yang menempel dengan kuat di batang kayu atau dinding bebatuan. Tipe pertumbuhannya termasuk
monopodial yaitu berbatang tunggal,
hal
ini
mempengaruhi cara perbanyakannya sehingga perbanyakan melalui anakan lebih sulit karena tanaman tidak memiliki anakan. Perbanyakan dapat dilakukan dengan menggunakan bagian vegetatif melalui teknik kultur jaringan atau secara generatif melalui biji hasil persilangan untuk mendapatkan jenis baru atau untuk melestarikan spesies.
2.1.1 Taksonomi
Klasifikasi tanaman anggrek Phalaenopsis Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Family
: Orchidaceae
Sub Family
: Orchidoideae
Genus
: Phalaenopsis
Spesies
: Phalaenopsis amabilis
2.1.2 Syarat Tumbuh
Anggrek bulan atau Phalaenopsis amabilis membutuhkan intensitas cahaya optimum antara 20%-50% dengan suhu optimum antara 180C - 290C, serta kelembaban antara 70%-80%.
2.2 Aklimatisasi
Tahap akhir dalam kegiatan budidaya tanaman secara kultur jaringan adalah aklimatisasi. Secara umum aklimatisasi adalah suatu proses pemindahan bibit dari lingkungan steril (in vitro) ke lingkungan semi steril sebelum dilakukan pemindahan ke lapangan. Aklimatisasi merupakan saat yang riskan dalam perbanyakan secara in vitro karena dalam hal ini kondisi bibit dipaksakan dari sifat heterotrof ke autotrof. Aklimatisasi dapat dilakukan jika planlet sudah memiliki organ lengkap yang umumnya berumur delapan hingga dua belas bulan. Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian terhadap iklim pada lingkungan baru yang merupakan masalah penting dalam budidaya tanaman menggunakan bibit dari teknik kultur jaringan. Banyak kegagalan yang terjadi pada saat proses aklimatisasi berlangsung.
2.2.1 Kondisi Aklimatisasi
Bibit dapat dikeluarkan dari dalam botol kultur dengan memperhatikan beberapa hal, terutama mengingal kondisi iklim mikro di dalam botol betbeda dengan kondisi iklim mikro di luar botol. 1. Bibit hendaknya diletakkanpadatempat yang teduh agar kelembaban udara tinggi. 2. Usahakan bibit tidak kena sinar matahari langsung. 3. Sirkulasi udara di mana bibit ditempatkan harus baik untuk menghindari timbulnya jamur. 4. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi sirkulasi udara, penguapan dan pengaturan air pada media.
2.2.2 Syarat Media Aklimatisasi
Media merupakan tempat tumbuh dan berdiri tegaknya tanaman. Persyaratan media tanam intuk aklimatisasi adalah : mempunyai kemampuan menahan air yang tinggi, mempunyai aerasi yang baik sehingga memudahkan pertumbuhan akar, tidak mudah ditumbuhi jamur serta mudah menyatu.
2.2.3 Macam Media Aklimatisasi
Tidak semua media dapat digunakan dalam tahap aklimatisasi, media yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang ada, adapun media aklimatisasi anggrek yang digunakan secara umum antara lain : Moss, arang sekam, pakis, arang kayu, tanah dan campuran dari beberapa media.
2.2.4 Perawatan Setelah Aklimatisasi
Agar bibit tumbuh dengan baik diperlukan perwatan meliputi penyiraman, pemupupukan dan pencegahan hama dan penyakit. Bibit yang telah ditanam dalam tempat atau pot disiram selama 3 hari sekali. Penyiraman dilakukan dengan hati-hati diusahakan jangan terlalu basah dan jangan terlalu kering, penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Penyiraman dilakukan dengan sprayer.
2.3 Media Humus Bambu
Humus bambu memiliki sifat netral, ringan dan mampu menyimpan air lebih lama tanpa terjadi pengerasan pada media. Sifat humus membantu penggemburan tanah, Memiliki daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara. Humus daun bambu masih mengandung unsur P dan K. Salah satu kelemahan humus bambu adalah berpotensi mengundang hama rayap. Karena itu penggunaan insektisida sangat disarankan dalam penggunaan media tersebut. Humus bambu umumnya tidak steril, sehingga perlu disterilkan dulu sebelum digunakan.
2.4 Akar Pakis
Batang pakis bisa secara umum terbagi menjadi dua yakni pakis dengan warna hitam dan pakis coklat. Dari kedua jenis ta naman tersebut yang paling sering digunakan sebagai media tanam adalah pakis hitam. Batang pakis hitam biasa berasal dari tanaman pakis yang sudah berumur dan kering. Selain itu batang pakis juga mudah untuk dibentuk menjadi potongan-potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis. Selain dijual dalam bentuk cacahan, media tanam dari pakis juga tersedia dalam bentuk lempengan segi empat yang siap pakai. Umumnya media tanam ini digunakan untuk menanam anggrek. Kekurangan dari media tanam ini adalah sering dijadikan semut atau binatang kecil lainnya sebagai sarang. Keunggulan media tanam dari pakis adalah mudah untuk mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik. Selain itu media tanam ini memiliki tekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman.
2.5 Arang Sekam
Arang sekam merupakan media tanam yang paling populer dan banyak digunakan. Arang sekam dianggap sebagai media tanam hidroponik yang steril, murah, dan efisien. Kelebihan yang dimiliki oleh arang sekam antara lain terdapatnya komponen kimiawi seperti protein kasar, kadar air, abu, lemak, serat kasar, karbon, oksigen, karbohidrat, hidrogen, dan silika. Sedangkan keunggulan dari arang sekam sebagai media tanam adalah harga yang dipatok lebih murah. Untuk mendapatkan arang sekam juga mudah, apalagi jika Anda tinggal di pedesaan, arang sekam bisa diperoleh secara cuma-cuma. Selain itu, segala unsur yang dapat merugikan tanaman telah lenyap dari arang sekam melewati proses pembuatannya dengan cara dibakar. Keuntungan lain dari arang sekam sebagai media tanam adalah penggunaannya yang lebih efisien dikarenakan bobot lebih ringan, gampang dibuat, dan mudah diaplikasikan.
2.6 Hipotesis
1. Terdapat pengaruh perlakuan jenis media tanam terhadap pertumbuhan aklimatisasi planlet anggrek phalaenopsis. 2. Terdapat pengaruh pencampuran dua macam bahan tanaman dalam media t anam terhadap pertumbuhan aklimatisasi planlet anggrek phalaenopsis.
BAB 3. METODELOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Pelaksanaan kegiatan penelitian Aklimatisasi Anggrek Dendrobium Pada Beberapa Media Tanam akan dilaksanakan di Green House Laboratorium Kultur Jaringan Politeknik Negeri Jember selama 90 hari pada bulan Oktober sampai Januari 2018.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu pisau, palu, pinset, sprayer, autoclave, sealer, jangka sorong, dan penggaris.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah media tanam yang berupa humus bambu, akar pakis, arang sekam, pot, planlet anggrek phalaenopsis, pupuk Grow More 30-10-10, sungkup, fungisida, dan plastik.
3.3 Rancangan Percobaan
Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri dari humus bambu (HB), akar pakis (AP), arang sekam (AS), campuran humus bambu + akar pakis (HB+AP), humus bambu + arang sekam (HB+AS), dan akar pakis + arang sekam (AP+AS) masing-masing dengan perbandingan 1 : 1. Pot-pot perlakuan diatur pada rak berdasarkan rancangan percobaan. Rak 1
HB
AP
AS
HB+AP
AB+AS
AP+AS
Rak 2
HB1+AP1
HB1
AB1+AS1
AP1
AS1
AP1+AS1
Rak 3
AP2
AB2+AS2
AS2
AP2+AS2
HB2+AP2
HB2
Rak 4
AP3+AS3
AS3
AP3
HB3
AB3+AS3
HB3+AP3
Gambar 3.1 Denah Percobaan
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari persiapan dan sterilisasi media, pembuatan media aklimatisasi, aklimatisasi, dan pemeliharaan.
3.4.1 Persiapan dan Sterilisasi Media
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah humus bambu, akar pakis, arang sekam dan. Sebelum melakukan sterilisasi terlebih dahulu media yang akan digunakan dicacah atau dihaluskan dengan menggunakan pisau dan palu, setelah selesai masing-masing media dimasukkan kedalam kantong plastik kemudian disealer. Media yang sudah disealer kemuadian disterilkan dengan menggunakan autoclave dengan suhu 121° C dan tekanan 17,5 psi selama 30 menit.
3.4.2 Pembuatan Media Aklimatisasi
Media yang sudah disterilisasi dimasukkan kedalam pot dengan ketentuan sebuah pot dengan jenis perlakuan media yang berbeda-beda, untuk media dengan pencampuran 2 bahan dilakukan dengan perbandingan 1 : 1.
3.4.3 Aklimatisasi
Planlet yang digunakan kurang lebih berumur 6-8 bulan. Planlet dikeluarkan dari dalam botol kultur, setelah itu direndam dalam larutan fungisida selama 5 menit, kemudian planlet yang digunakan adalah yang memiliki ukuran seragam. Planlet yang sudah terpilih kemudian ditanam dengan menggunakan pinset pada pot yang sudah melakukan perlakuan, setiap pot ada yang berisi 1 planlet, kemuadian diberi sungkup selama 7 hari.
3.4.5 Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman selama 2 hari sekali dalam 1 minggu, pemberian pupuk grow more 2 cc / 1L ai r, 2 minggu 1 kali menggunakan sprayer 10 x semprot per pot.
3.5 Parameter Pengamatan
1. Tinggi planlet, diamati dengan cara mengukur tinggi planlet mulai dari permukaan media sampai ujung tertinggi menggunakan penggaris pada akhir penelitian. 2. Diameter batang, diamati dengan cara mengukur diameter planlet dengan menggunakan jangka sorong setiap 1 minggu sekali dan dirata-rata pada akhir penelitian. 3. Jumlah daun, diamati dengan cara dihitung jumlah daun yang membuka sempurna setiap 2 minggu sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2017. 16 Jenis Media Tanam Yang Bisa Digunakan Untuk Budidaya. http://caratanam.com/jenis-media-tanam/. [Diakses pada 21 September 2017]. Risa,
2007. Budidaya Anggrek Bulan. http://www.bbpplembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/549-budidayaanggrek-bulan. [Diakses pada 23 September 2017].
Satsijati. 1991. Pengaruh Media Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Bibit Anggrek Dendrobium Youpphadeewan. Jurnal Hortikultura (3): 15-22.