20
STUDI PEMBUATAN BATA RINGAN FOAM AGENT (BUSA) DENGAN VARIASI KOMPOSISI SEMEN
DIAJUKAN OLEH
NAMA : MATIUS NARANG
NIM : D12109067
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam perkembangan Teknologi telah memunculkan invoasi-inovasi guna menguranggi bobot dari bata/batako yang digunakan pada bangunan. Seperti dengan membuat gelembung-gelembung udara halus didalam pasta semen supaya setelah terjadi pengikatan terbentuk struktur selular yang menyerupai koral, sehingga bata tersebut menjadi ringan.
Salah satu cara membuat bata ringan adalah dengan memanfaatkan zat kimia sebagai bahan untuk membuat gelembung-gelembung udara haluas dalam pasta semen. Zat kimia yang digunakan yaitu Foam Agent. Zat ini akan menghasilkan bata beton ringan namun dengan komposisi separuh dari yang seharusnya. Karena zat ini akan melipatgandakan volume hingga dua kali lipat. Walaupun demikian, nilai kekuatan fisik yang dimilikinya tidak menurun dan bahkan melebihi bata konvensional. Pemanfaatan bata beton ringan foam sudah mulai berkembang dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Bata beton ringan ini didesain dengan ukuran lebih besar sehingga mempercepat dalam proses pembangunan suatu bangunan.
Bata ringan dikenal ada 2 (dua) jenis: Autoclaved Aerated Concrete (AAC) dan Cellular Lightweight Concrete (CLC). Keduanya didasarkan pada gagasan yang sama yaitu menambahkan gelembung udara ke dalam mortar akan mengurangi berat beton yang dihasilkan secara drastis. Perbedaan bata ringan AAC dengan CLC dari segi proses pengeringan yaitu AAC mengalami pengeringan dalam oven autoklaf bertekanan tinggi sedangkan bata ringan jenis CLC yang mengalami proses pengeringan alami. CLC sering disebut juga sebagai Non-Autoclaved Aerated Concrete (NAAC).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tergugah untuk mencoba menggunakan Foam Agent untuk membuat bata ringan. Bata ringan dengan komposisi semen yang ideal akam menghasilkan bata yang sesuai dengan syarat SNI, ringan dan ekonomis.
Bata ringan ini sangatlah diperlukan untuk fenomena keadaan di wilayah Kalimantan umumnya. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa wilayah Kalimantan (dalam hal ini Kalimantan Barat) sebagian besar terdiri atas tanah lunak (gambut). Kondisi tanah lunak ini merupakan kondisi yang kurang baik untuk pembangunan sarana fisik seperti gedung perkantoran dan lain–lain yang memiliki bobot konstruksi yang sangat besar yang harus di dukung dengan kondisi tanah yang baik pula. Untuk memperbaiki daya dukung dari tanah lunak ini, khususnya dari bidang geoteknik telah dikembangkan sistem pondasi cerucuk untuk meningkatkan daya dukung tanah lunak tersebut. Namun demikian dirasa perlu pula untuk mengembangkan bahan-bahan untuk konstruksi bangunan dengan bobot ringan, agar beban yang dipikul oleh pondasi akan sedikit lebih ringan. Seperti pada saat ini, mulai banyak digunakan rangka atap dan penutup atap berbahan baja ringan.
Seiring dengan kondisi tanah di daerah Kalimantan Barat dan kemajuan teknologi khususnya pengembangan bahan kimia, peneliti berencana akan membuat bahan konstruksi bangunan yakni berupa bata ringan dengan menggunakan bahan foam dengan komposisi semen yang berbeda.
Dimana penelitian ini mencoba mengaplikasikan bata ringan CLC, bata ringan CLC sama halnya dengan cara pembuatan beton konvensional, kekuatan akan bertambah seiring dengan waktu melalui kelembapan alamiah pada tekanan atmosfir saja. Meskipun tidak seringan AAC, CLC tetap menawarkan penurunan berat badan yang cukup besar dibandingkan dengan beton konvensional dan isolasi termal yang baik.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut;
a) Membuatan bata ringan foam sesuai dengan SNI.
b) Mengetahui sifat fisik dan mekanis dari bata ringan foam.
c) Komposisi yang ideal untuk semen dalam campuran pembuatan bata ringan foam.
3. Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini diantaranya adalah;
Sebagai salah satu wacana ilmu pengetahuan dan menambah wawasan khususnya pada bahan bata ringan.
Dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam pembuatan bata ringan memiliki sifat mekanik yang lebih baik.
4. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut.
1. Tahapan pelaksanaan pembuatan bata ringan foam?
2. Mengetahui sifat fisis dan mekanik dari bata ringan foam?
3. Pengaruh komposisi semen terhadap bata ringan foam?
5. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini yang menjadi inti pembahasan yaitu sebagai berikut;
a) Menggunakan foam, semen PCC dan pasir yang ada di pasaran
b) Persentase foam (m3) yang digunakan yaitu foam 0,8 kg ; Pasir 500 kg ; semen 250 kg, 0,8 kg ; Pasir 500 kg ; semen 300 kg dan 0,8 kg ; Pasir 500 kg ; semen 350 kg.
c) Beban yang diberikan merupakan beban 1 titik untuk lentur
d) Benda uji bata ringan berukuran panjang 600 mm, lebar 200 mm dan tebal 100 mm sebanyak 2 buah untuk masing-masing pengujian.
5. Alur Penelitian
a) Menyiapkan benda uji
b) melakukan pengujian terhadap benda uji
c) melakukan analisa terhadap hasil pengujian
6. Hipotesis
Yang dimaksud dengan hipotesis adalah jawaban sementara yang mungkin benar dan mungkin juga salah terhadap permasalahan yang sedang dihadapi. Kebenaran suatu hipotesis tergantung pada hasil penyelidikan terhadap fakta-fakta yang dikumpulkan.
Hipotesis peneliti mengenai penelitian ini dan masih bersifat umum yaitu: "Semakin banyak jumlah semen yang ditambahkan kedalam campuran bata ringan akan menambah kekuatan bata dan semakin ringan". Dengan mencoba memvariasikan jumlah perbandingan semen pada adukan dengan komposisi foam 0,8 kg ; Pasir 500 kg ; semen 250 kg, 0,8 kg ; Pasir 500 kg ; semen 300 kg dan 0,8 kg ; Pasir 500 kg ; semen 350 kg diharapkan akan tercipta suatu kombinasi pembuatan bata yang ringan, ekonomis dan optimal.
7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan bertujuan untuk menjelaskan pengertian kearah pemahaman penulisan skripsi agar sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup, maka uraian penulisan ini disusun sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi penelitian-penelitian yang pernah dilakukan yang terkait dengan bahasan penelitian dan dasar teori yang digunakan sebagai pedoman dalam penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Membahas tentang tahapan penelitian, metode penelitian yang digunakan serta parameter output yang diharapkan dalam penelitian.
BAB IV ANALISI DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan tentang perhitungan dan pembahasan mengenai hasil penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Yang melaporkan kesimpulan dan saran-saran dari isi penulisan penelitian
Diagram Alir Prosedur Penelitian dan Pengujian
BAB IPermasalahan
BAB I
Permasalahan
BAB IStudi Pustaka dan Literatur
BAB I
Studi Pustaka dan Literatur
Tahap Persiapan Material Benda UjiSemen PasirFoam AgentAir
Tahap Persiapan Material Benda Uji
Semen
Pasir
Foam Agent
Air
Analisis Pemeriksaan Material / Referensi BrosurSemenSemen Semen Portland Pozolan Cement (PPC)PasirPemeriksaan dan analisis terhadap kadar organic, kadar lumpur, kadar air, berat jenis dan penyerapan air, MHB dan berat volumeFoam AgentKomposisi kimiaAirAir bersih sesuai SNI 03 - 2874 - 2002
Analisis Pemeriksaan Material / Referensi Brosur
Semen
Semen Semen Portland Pozolan Cement (PPC)
Pasir
Pemeriksaan dan analisis terhadap kadar organic, kadar lumpur, kadar air, berat jenis dan penyerapan air, MHB dan berat volume
Foam Agent
Komposisi kimia
Air
Air bersih sesuai SNI 03 - 2874 - 2002
BAB IVTahapan Pembuatan Benda UjiPenimbangan material Pengadukan benda ujiPencetakan benda uji Pelaksanaan PengujianPemeriksaan berat satuan bata ringanKuat tekan individu bata ringanPemeriksaan fisik dan mekanisRancangan Campuran Adukan Bata ( mix desig )Rancangan variasi adukanJumlah benda uji normal 2 buah / pengujian = 22 buahPerawatan Benda Uji
BAB IV
Tahapan Pembuatan Benda Uji
Penimbangan material
Pengadukan benda uji
Pencetakan benda uji
Pelaksanaan Pengujian
Pemeriksaan berat satuan bata ringan
Kuat tekan individu bata ringan
Pemeriksaan fisik dan mekanis
Rancangan Campuran Adukan Bata ( mix desig )
Rancangan variasi adukan
Jumlah benda uji normal 2 buah / pengujian = 22 buah
Perawatan Benda Uji
BAB III
BAB III
Tahap Analisa DataPengujian Berat Volume, Kuat Tekan, Porositas, Modulus Elastisitas, Kuat Lentur, Suhu, Permeabilitas, Kedap Suara, Slump Test, xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Tahap Analisa Data
Pengujian Berat Volume, Kuat Tekan, Porositas, Modulus Elastisitas, Kuat Lentur, Suhu, Permeabilitas, Kedap Suara, Slump Test, xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
BAB VKesimpulan
BAB V
Kesimpulan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batako
2.1.1 Definisi`
Batako adalah suatu jenis unsur bangunan berbentuk persegi yang dibuat dari campuran bahan perekat, agregat, air dan dalam pembuatan tambahan lainya dapat ditambahakan dengan bahan lainnya.
Tabel 2.1 Persyaratan ukuran dan toleransi
Jenis bata
Ukuran nominal ± toleransi (mm)
Panjang
Lebar
Tebal
Besar
400 ± 3
200 ±3
100 ± 2
Sedang
300 ± 3
150 ±3
100 ± 2
Kecil
200 ± 3
100 ±3
80 ± 2
PUBI : Persyaratan umum bahan bangunan di Indonesia. Bandung 1982.
2.1.2 Cara Pembuatan
Pembuatan batako dimulai dari persiapan bahan, pengadukan campuran, sampai dengan pencetakan, boleh dikerjakan dengan proses tangan, atau keseluruhan prosesnya dikerjakan secara mekanik. Perawatan batako ini sejak selesai pembentukan / pencetakan sampai saat digunakan dapat dilakukan dengan cara biasa di udara lembab atau melalui proses pembuatan dengan uap bertekanan rendah atau uap dengan bertekanan tinggi.
2.1.3 Syarat Mutu Batako
Syarat mutu batako meliputi kondisi fisik serta dimensi. Secara fisik pada batako harus tidak terdapat retak retak dan cacat, siku-siku yang rusak.
Tabel 2.2 Syarat - syarat fisik dan mekanis batako
Syarat fisis
Satuan
Tingkat mutu bata beton pejal
kelas
1
2
3
4
kuat tekan bruto rata-rata min
kg/cm2
100
70
40
25
kuat tekan bruto masing-masing
kg/cm2
90
65
35
21
benda uji minimal
penyerapan air rata-rata min
%
25
35
-
-
Sumber : Menurut SNI 03-0349-1989
Kuat tekan bruto adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji coba pecah, dibagi dengan luas ukuran nyata dari bata termasuk luas lubang serta cekungan tepi
2.2 Bahan Dasar
Bahan dasar utama yang digunakan untuk pembuatan batako adalah :
2.2.1 Semen
Semen portland pozolan suatu semen hidrolis yang terdiri dari campuran yang homogen antara semen Portland dengan pozolan halus, yang di produksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozolan bersama-sama, atau mencampur secara merata bubuk semen portland dengan bubuk pozolan, atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozolan 6 % sampai dengan 40 % massa semen portland pozolan.
Pozolan bahan yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen, akan tetapi dalam bentuknya yang halus dan dengan adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti semen.
2.2.1.1. Jenis dan penggunaan
Jenis IP-U yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk semua tujuan pembuatan adukan beton.
Jenis IP-K yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk semua tujuan pembuatan adukan beton, semen untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi sedang.
Jenis P-U yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi.
Jenis P-K yaitu semen porland pozolan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi, serta untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi rendah.
2.2.1.2. Syarat mutu
Persyaratan kimia dan fisika semen portland pozolan jenis IP-U dan IP-K harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Syarat Kimia (Jenis IP-U dan IP-K)
No.
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
IP-U
IP-K
1
MgO
%
maks. 6,00
maks. 6,00
2
SO3
%
maks. 4,00
maks. 4,00
3
Hilang pijar
%
maks. 5,00
maks. 5,00
Sumber : ( SNI 15-0302-2004, Semen Portland Pozolan)
Tabel 2.2 Syarat Fisika (Jenis IP-U dan IP-K)
No.
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
IP-U
IP-K
1
kehalusan dengan alat blaine
2
waktu peningkatan dengan
jarum vicat
peningkatan awal
menit
min.45
min.45
peningkatan akhir
jam
maks.7
maks.7
3
kekentalan dengan autoclave
pemuaian
%
maks. 0,80
maks. 0,80
penyusutan
%
maks. 0,20
maks. 0,20
4
kuat tekan
umur 3 hari
Kg/cm2
min. 125
min. 110
umur 7 hari
Kg/cm2
min. 200
min. 165
umur 28 hari
Kg/cm2
min. 250
min. 205
5
panas hidrasi
umur 7 hari
Kal/g
maks.70
umur 28 hari
Kal/g
maks. 80
6
kandungan udara dari mortar
% volume
maks. 12
maks. 12
Sumber : ( SNI 15-0302-2004, Semen Portland Pozolan)
Syarat kimia dan fisika semen portland pozolan jenis P-U dan P-K harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Tabel 2.3 Syarat Kimia (Jenis P-U dan P-K)
No.
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
IP-U
IP-K
1
MgO
%
maks. 6,00
maks. 6,00
2
SO3
%
maks. 4,00
maks. 4,00
3
Hilang pijar
%
maks. 5,00
maks. 5,00
Sumber : ( SNI 15-0302-2004, Semen Portland Pozolan)
Tabel 2.4 Syarat Fisika (Jenis P-U dan P-K)
No.
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
IP-U
IP-K
1
kehalusan dengan alat blaine
M2/kg
Min. 280
Min. 280
2
waktu peningkatan dengan
jarum vicat
peningkatan awal
menit
min.45
min.45
peningkatan akhir
jam
maks.7
maks.7
3
kekentalan dengan autoclave
pemuaian
%
maks. 0,80
maks. 0,80
penyusutan
%
maks. 0,20
maks. 0,20
4
kuat tekan
umur 3 hari
Kg/cm2
umur 7 hari
Kg/cm2
min. 115
min. 90
umur 28 hari
Kg/cm2
min. 215
min. 175
5
panas hidrasi
umur 7 hari
Kal/g
maks.60
umur 28 hari
Kal/g
maks. 70
6
kandungan udara dari mortar
% volume
maks. 12
maks. 22
Sumber : ( SNI 15-0302-2004, Semen Portland Pozolan)
Dalam penelitian ini semen yang dipergunakan adalah dengan merk semen yang terdapat dipasaran Kota Pontianak, yaitu diantaranya semen jenis Portland Pozzolan Cement (PPC) dengan merk Gresik. Pada Tabel 2.5 dijelaskan tentang Komposisi kandungan kimia dari masing-masing merk semen yang digunakan.
Tabel 2.5 Komposisi Teknis Semen Portland Pozolan Cement (PPC)
Merk Semen Gresik
Sumber : PT. Semen Gresik (Persero) Tbk
2.2.2 Pasir
Pasir merupakan agregat halus yang berfungsi sebagai bahan pengisi (filler) dalam campuran mortar atau beton. Walaupun hanya sebagai pengisi, akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton. Pasir adalah agregat halus yang semua butirannya menembus ayakan berlubang 4,80 mm (SII.0052,1980) atau 4,75 mm (ASTM C33, 1982) atau 5,0 mm (BS.812,1976).
Pasir yang digunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Pasir harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras
Butir-butirnya harus bersifat kekal, artinya tidak pecah dan hancur oleh pengaruh cuaca seperti terik matahari atau hujan.
Kandungan lumpur tidak boleh lebih dari 5%, kandungan lumpur ini ditentukan terhadap berat kering. Lumpur di sini diartikan sebagai partikel-partikel yang dapat melewati saringan no. 200 (saringan ASTM) atau saringan 0,063 mm. apabila kadar lumpur pada pasir melampaui 5% maka harus dicucui agar dapat digunakan.
Pasir tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak, kandungan bahan-bahan organis ini dapat dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harde (dengan larutan 3% NaOH dalam air suling). Pasir yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai asalkan kekuatan tekannya pada umur 7 dan 28 hari tidak berkurang dari 95% dari kekuatan adukan pasir yang sama tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air yang sama.
Pasir yang digunakan harus bergradasi baik, artinya terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam agar rongga-rongga (pori) dapat terisi mendekati sempurna.
Tabel 2.4. Hubungan antara warna cairan dan pengurangan kekuatan tekan akibat adanya bahan-bahan organis menurut Abrams dan Harde.
Pengurangan
Warna cairan
Penggunaan pasir
kekuatan tekan
(%)
0
Tanpa warna sampai kuning
Dapat dipakai
muda
10 20
Kuning muda
kadang-kadang masih
Dapat dipakai
15 30
Kuning kemerah-merahan
Dipakai untuk lantai kerja
25 30
Coklat kemerah-merahan
Tidak dapat dipakai
50 100
Coklat tua
Tidak dapat dipakai
2.2.3 Foam
Menurut Scott (1993) dalam kamus lengkap teknik sipil, beton busa adalah beton yang mengandung busa kalsium silikat. Beton ini hanya terdiri dari tiga bahan baku yaitu semen, air, dan gelembung-gelembung gas/udara. Menurut Neville and Brooks (1993) yang dikutip oleh Zein (2007 : 5) salah satu cara untuk menghasilkan beton ringan adalah dengan membuat gelembung-gelembung gas/udara dalam campuran mortar sehingga menghasilkan material yang berstruktur sel-sel, yang mengandung rongga udara dengan ukuran antara 0,1 s/d 1,0 mm dan tersebar merata sehingga menjadikan sifat beton yang lebih baik untuk menghambat panas dan lebih kedap suara.
Menurut Neville and Brooks (1993), ada dua metode dasar yang dapat ditempuh untuk menghasilkan gelembung-gelembung gas/udara dalam beton yaitu sebagai berikut :
Gas concrete, dibuat dengan memasukkan suatu reaksi kimia dalam bentuk gas/udara ke dalam mortar basah, sehingga ketika bercampur menghasilkan gelembung-gelembung gas/udara dalam jumlah yang banyak. Cara yang sering digunakan adalah dengan menambahkan bubuk aluminium kira-kira 0,2% dari berat semen ke dalam campuran.
Foamed concrete, dibuat dengan menambahkan foam agent (cairan busa) ke dalam campuran. Foam agent merupakan salah satu bahan pembuat busa yang biasanya berasal dari bahan berbasis protein hydrolyzed. Bahan pembentuk foam agent dapat berupa bahan alami dan buatan. Foam agent dengan bahan alami berupa protein memiliki kepadatan 80 gram/liter, sedangkan bahan buatan berupa synthetic memiliki kepadatan 40 gram/liter. Fungsi dari foam agent ini adalah untuk menstabilkan gelembung udara selama pencampuran dengan cepat
Salah satu industri yang akan terus berkembang dari zaman ke zaman adalah industri perumahan dan properti, tingginya kebutuhan tempat hunian ini menuntut manusia mengembangkan teknologi pendukungnya dari waktu kewaktu.
Saat ini teknologi yang sangat berkembang dengan pesat adalah penggunaan beton ringan, sehingga diperlukan banyak industri baru yang menghasilkan beton ringan dengan berbagai cara. Beton ringan diperoleh dengan cara memasukan bahan tambah yang ringan sehingga mengurangi bebotnya, beberapa bahan pengisi yang digunakan saat ini adalah serbuk kayu, sekam padi, batu apung, cetakan berongga, styrofoam dan lain-lain.
Dan yang paling berkembang pesat saat ini adalah beton ringan dengan isian udara berukuran mikron.yang dihasilkan dari reaksi kimia (AAC) ataupun busa yang halus dari faom agent melalui foam generator (CLC).
Beton ringan yang dihasilkan dengan teknologi AAC saat ini dikuasai oleh industri besar, karena sulitnya izin untuk memperoleh bahan kimianya ( Aluminium Pasta ), karena bahan ini digunakan untuk bahan peledak. Selain itu teknologi ini harus melalui proses pemanasan dan pemotongan yang canggih.
Teknologi CLC, sangatlah sederhana sehingga bisa dilakukan oleh industri berskala kecil hingga menengah. selain bahan bakunya yang relatif mudah didapat, teknologi ini lebih ramah lingkungan. Cellular Lightweight Concrete atau CLC ini dihasilkan dari pencampuran semen, pasir dan air dengan bahan pengisi adalah udara yang dihasilkan busa seperti busa sabun yang berukuran mikro (micro bubble).
Seluruh bahan baku ini dicampur dalam mixer dalam kondisi normal (tidak perlu pemanasan), dan campuran ini bisa langsung dimasukan kedalam cetakan hingga mengeras.
Setelah mengeras, bata bisa dikeluarkan dari cetakan dan dipindahkan kedalam area penyimpanan untuk di angin-anginkan sampai umur beton yang siap digunakan.
Kelebihan beton/bata ringan dibandingkan beton biasa dan bata merah
Harga lebih murah
Sangat ringan – Kepadatan mulai 400-1200 kg/m3 dapat diproduksi sesuai kebutuhan.
Sangat baik untuk Perumahan Tahan Gempa karena ringan – mengurangi berat badan mati oleh lebih dari 50% dari beton normal
Memiliki kemampuan yang baik untuk isolasi api — Konduktivitas termal beton busa dicapai adalah antara, 0,05-0,15 Kcal / mh, Yang merupakan 20-30 kali lebih tinggi, dari beton normal.
Memiliki kemampuan yang baik untuk isolasi suara — beton Foam mengandung sejumlah besar gelembung, dimana insulasi akustik sekitar lima kali lebih tinggi, dari beton biasa.
Tahan api. — Bahan busa Beton memenuhi persyaratan umum fireproofing.
Ramah Lingkungan.
Memiliki fleksibilitas dalam pembuatan dan aplikasi dan dapat dibuat sesuai dengan parameter yang didirikan untuk memenuhi persyaratan tertentu.
Sangat baik untuk isolasi termal dan suara yang menjaga rumah sejuk di musim panas dan hangat di musim dingin hemat energi / listrik untuk pendinginan dan pemanasan.
Kecepatan konstruksi 2 ½ kali lebih dari konstruksi batu bata tanah liat.
Dengan baku dasar semen memberikan kekuatan yang tepat dan karenanya kekuatan meningkat setiap tahun pada Penuaan Beton tersebut.
2.3.4 Air
Air memegang peranan yang sangat penting dalam pembuatan foam. Jenis air yang digunakan menurut persyaratan adalah air suling, namun dapat diganti dengan air bersih yang memenuhi persyaratan fisik secara secara visual dan kimia.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan air untuk campuran beton, yaitu air harus bersih yang menurut SNI 03 - 2874 - 2002 berarti bahwa:
Air tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat dengan visual.
Air tidak mengandung benda - benda tersuspensi dan melayang lebih dari 2 gr/liter.
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, dan bebas dari bahan - bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau tulangan.
Air membentuk pasta apabila bereaksi dengan semen, yang berfungsi untuk pengikat material penyusun beton. Air yang terlalu banyak akan menimbulkan gelembung air setelah proses hidrasi dan mempengaruhi mutu beton sedangkan air yang terlalu sedikit akan mengurangi workalbility beton, maka dari itu perbandingan antara jumlah air dengan jumlah semen sangat mempengaruhi kualitas beton.
Variasi Komposisi
Kuat Tekan – pada hari ke – (Mpa)
3
7
14
21
28
I
II
III