PRE PLANNING SUPERVISI TINDAKAN: DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA TN.K DENGAN HIPERTENSI DI RT. III RW. II KELURAHAN PUDAK PAYUNG SEMARANG
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga Dosen Pembimbing
: Ns. Nurullya Rachma, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom
Disusun Oleh : INTAN HERDINI DEVI 22020114210097
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014
PREPLANNING DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA TN.K DENGAN HIPERTENSI DI RT. III RW. II KELURAHAN PUDAK PAYUNG SEMARANG
A. Latar belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Saat ini jumlah penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan 15 juta orang. Prevalensi pada daerah urban dan rural berkisar antara 17-21% dan hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi pada dewasa adalah 6-15% dan 50% di antara orang dewasa yang menderita hipertensi tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial (Armilawaty, Husnul A, Ridwan A, 2007). Angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia diperkirakan 972 juta jiwa atau setara dengan 26,4% populasi orang dewasa. Angka prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan riskesdas (Riset Kesehatan Dasar, 2007) rnencapai 30 persen dari populasi. Dan jumlah itu, 60 persen penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan (Ridha,2009). Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung (Congestif Heart Failure), gagal ginjal akhir (End Stage Renal Disease), dan penyakit pembuluh darah perifer. Dari seluruh penderita hipertensi, 90-95% melaporkan hipertensi primer, yang penyebabnya tidak diketahui (Autriani, 2008). Pengontrolan tekanan darah yang efektif dapat mereduksi resiko stroke 1-3 kali (Bendok, Bernard dkk, 2011). Memeriksakan tekanan darah secara rutin maka penderita hipertensi dapat mengetahui tekanan darahnya dalam keadaan tinggi atau rendah. Bila tekanan darahnya dalam keadaan tinggi maka lansia dapat segera berobat, sehingga resiko terjadinya penyakitpenyakit komplikasi dari hipertensi seperti penyakit jantung, stroke dan penyakit pembuluh darah lainnya dapat dicegah (Bangun, 2012).
Rahmawati (2011) menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan lansia, sikap lansia, keterjangkauan pelayanan kesehatan dan dukungan keluarga dengan praktik lansia berkunjung ke posyandu lansia. Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam
perawatan
lansia yaitu
menjaga atau
merawat lansia,
mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spritual bagi lansia (Maryam dkk, 2008). Adanya dukungan keluarga akan memberikan kekuatan dan menciptakan suasana saling memiliki satu sama lain pada anggota keluarga tersebut dalam memenuhi kebutuhan perkembangan keluarga. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan terhadap Tn.K dengan hipertensi di RT.3 RW 2Kelurahan Pudak Payung Semarang klien mengatakan bahwa sudah mengalami hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan sering mengeluh berat di tengkuk leher serta pusing. Namun klien hanya memeriksakan tekanan darah bila hanya ada keluhan sakit dan terasa pusing saja. Saat dilakukan pengakajian tekanan darah klien mencapai 180 mmHg. Meskipun Tn.K saat itu masih mengkonsumsi obat penurun hipertensi tekanan darah klien masih sering tinggi. Istri klien Ny.J mengatakan ingin mengurangi garam namun bila ia memasak dan terasa asin klien langsung marah-marah dan ia hanya diam saja. Selain itu Tn.K jg sudah mengetahu bahwa dirinya memiliki tekanan darah tinggi namun tidak pernah berolahraga, begitu juga dengan istrinya Ny.J. Tn.K jg menyatakan
ingin
mengontrol
tekanan
darah
namun
terbentur
dengan
pekerjaannya sebagai sopir jadi Tn.K hanya memeriksakan tekanan darah bila mengeluh sakit atau pusing saja. Dari hasil pengkajian muncul diagnosa keperawatan ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Tn.K berhubungan dengan persepsi hambatan dan kurang dukungan sosial. Oleh karena itu saya akan memberikan intervensi mengenai pendidikan kesehatan dukungan sosial kepada keluarga khususnya terkait dengan hipertensi yang diderita oleh Tn.K
B. Tujuan 1. Tujuan Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang dukungan sosial diharapkan keluarga dapat mengetahui dukungan sosial yang dibutuhkan Tn.K terkait dengan hipertensi. 2. Tujuan Khusus
a. Keluarga mengetahui tentang pengertian dukungan sosial pada pasien dengan hipertensi b. Keluarga mengetahui bentuk dukungan sosial pada pasien dengan hipertensi c. Keluarga mengetahui pentingan dukungan sosial khususnya pada pasien hipertensi d. Keluarga mengetahui komponen-komponen dukungan sosial yang dibutuhkan
C. Metode Pelaksanaan
1. Ceramah 2. Diskusi 3. Tanya jawab
D. Sasaran dan Target
Sasaran
: Keluarga
Target
: pasangan lansia, cucu
E. Strategi Pelaksanaan
Hari dan Tanggal
:Selasa, Desember 2014
Tempat
: Rumah Tn. K
Waktu
:13.00 WIB
F. Media dan Alat Bantu
Lembar balik
G. Setting Tempat:
2
Keterangan : 1. Keluarga
1
2. Mahasiswa
H. Pengorganisasian dan Uraian Tugas
1. Mahasiswa bertugas : a. Memberikan penjelasan tentang materi yang akan disampaikan kepada keluarga b. Menjawab pertanyaan dari keluarga c. Memberikan contoh – contoh nyata tentang bentuk dukungan sosial 2. Keluarga bertugas : a. Mengikuti penjelasan b. Menjawab pertanyaan c. Menanyakan hal-hal yang belum dimengerti I. Susunan acara Tahap
Pembukaan
Proses
Kegiatan
Mengucapkan salam
Melakukan perkenalan diri
Kontrak waktu
Menjelaskan tujuan
Memberikan pendidikan kesehatan mengenai
Waktu
3 menit
20 menit
dukungan sosial keluarga
Penutup
Diskusi dan tanya jawab
Kesimpulan
Menutup dengan mengucapkan salam, dan
2 menit
meminta maaf apabila dalam pertemuan ada kesalaha Jumlah
25 menit
J. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur a. Pemberitahuan pada keluarga Tn. K akan dilakukan monitoring tindakan b. Preplanning dikonsulkan ke pembimbing maksimal 2 hari sebelum supervisi c. Tempat di rumah keluarga Tn. K di ruang tamu. 2. Evaluasi Proses a. Keluarga kooperatif selama dilakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi b. Monitoring dan diskusi berjalan sesuai waktu yang telat dibuat c. Mahasisiwa bertugas sesuai perannya. d. Keluarga aktif dalam diskusi atau tanya jawab 3. Evaluasi Hasil a. Keluarga memahami tentang diit hipertensi yang tepat b. Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang diit bagi penderita hipertensi c. Keluarga mampu memberikan dukungan sosial berupa pujian maupun perngahargaan terkait kepatuhan dalam diet
K. Materi: Terlampir L. Jurnal : Terlampir
MATERI DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA
1. Definisi Dukungan Sosial Keluarga Dukungan sosial didefenisikan sebagai perilaku yang membantu orangorang yang sedang menjalani situasi kehidupan yang penuh stres untuk mengatasi secara efektif dengan masalah yang mereka hadapi (Cutrona, CE, 2000). Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 1998) 2. Jenis/ Bentuk Dukungan Sosial Keluarga Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan yaitu: dukungan informasi, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional (Friedman, 2003). Adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Dukungan informasional Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator informasi tentang dunia yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekankan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberi informasi. b. Dukungan penilaian Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi masalah serta sebagai sumber validator
identitas
anggota
keluarga,
diantaranya:
memberikan
support,
pengakuan, penghargaan, perhatian. c. Dukungan instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya: bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga, dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau stamina dan semangat yang menurun selain itu individu merasa bahwa masih ada perhatian atau kepedulian dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang mengalami kesusahan atau penderitaan. d. Dukungan emosional Keluarga sebagai sebuha tempat yang aman dna damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari dukungan ini adalah secara emosional menjamin nilai-nilai individu (baik pria maupun wanita) akan selalu menjaga kerahasiaanya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta didengarkan. 3. Faktor- faktor yang mempengaruhi seseorang memperoleh dukungan sosial Sarafino (2002) menguraikan beberapa faktor yang mempengaruhi perolehan dukungan sosial dari orang lain yaitu:
a. Penerima dukungan (recipient) Seseorang tidak akan memperoleh dukungan bila mereka tidak ramah, tidak mau menolong orang lain dan tidak membiarkan orang lain mengetahui bahwa mereka membutuhkan pertolongan. Ada orang yang kurang asertif untuk meminta bantuan, atau mereka berfikir bahwa mereka seharusnya tidak tergantung dan membebani orang lain, merasa tidak enak mempercayakan sesuatu pada orang lain atau tidak tahu siapa yang dapat dimintai bantuannya.
b. Penyedia dukungan (provider)
Individu tidak akan memperoleh dukungan jika penyedia tidak memiliki sumber-sumber yang dibutuhkan oleh individu, penyedia dukungan sedang berada dalam keadaan stres dan sedang membutuhkan bantuan, atau mungkin juga mereka tidak cukup sensitif terhadap kebutuhan orang lain.
c. Komposisi dan struktur jaringan sosial (hubungan individu dengan keluarga dan masyarakat) Hubungan ini bervariasi dalam hal ukuran yaitu jumlah orang yang biasa dihubungi, frekuensi hubungan yaitu seberapa sering individu bertemu dengan orang tersebut, komposisi yaitu apakah orang tersebut adalah keluarga, teman, rekan kerja atau lainnya; dan keintiman yaitu kedekatan hubungan individu dan adanya keinginan untuk saling mempercayai. 4. Manfaat dukungan sosial keluarga: Menurut Johnson & Johnson (1991) ada empat manfaat dukungan sosial, yaitu : a. Dukungan Sosial Dihubungkan Dengan Pekerjaan Akan Meningkatkan Produktivitas b. Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Dan Penyesuaian Diri Dengan Memberikan Rasa Memiliki, c. Memperjelas Identitas Diri, d. Menambah Harga Diri, Dan e. Mengurangi Stres, f.
Meningkatkan Dan Memelihara Kesehatan Fisik,
g. Serta Pengelolaan Terhadap Stress Dan Tekanan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ardiansyah, Muhamad,.2012. Medikal bedah untuk mahasiswa. Yogyakarta : Diva Press 2. Armilawaty, Husnul A, Ridwan A, 2007. Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam Kajian Epidemiologi . Bagian Epidemiologi FKM UNHAS.http://ridwanamiruddinwordpress.com. Diakses tanggal 4 Desember 2014. 3. Autriani, 2008. Risiko perilaku perawatan diri pasien hipertensi terhadap kejadian penyakit jantung koroner pada pasien hipertensi . Surabaya: Unair. Diakses tanggal 4 Desember 2014. 4. Bangun, A. P. 2012. Sikap bijak bagi perokok: Solusi tuntas untuk mengurangi rokok dan berhenti merokok . Jakarta: Indocamp. 5. Bendok, Bernard dkk, 2011. Hemorhagic and Ischemic Stroke Medical,Imaging,Surgical,and Interventional approaches. New York: Thieme Medical Publisher,Inc. 6. Djauzi, Samsuridjal.2009. Raih Kembali Kesehatan Mencegah Berbagai Penyakit Hidup Sehat Untuk Keluarga. Jakarta : Kompas. 7. Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G.2003. Family Nursing: Research Theory & Practice. New Jersey: Prentice Hall http://eprints.undip.ac.id/28580/ 8. Isselbacher, dkk. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Alih Bahasa Ahmad. Jakarta: EGC. 9. Johnson, H. and Johnson, P. 1991. Task Knowledge Structures: Psychological Basis and Integration into System Design. Acta Psychologica 78: 3-26. 10. Jurnal (Pradana Tedjasukmana), Departemen Kardiologi, RS Premier dan RS Grha Kedoya, JakartaJNC VII, 2004 11. Maryam, Mia,dan F. perawatannya E., Rosidawati., Ahmad, J., & Salemba Irwan, B. (2008). Mengenal R. usiaS.,lanjut . Jakarta: Penerbit Medika. 12. Price, Sylvia A, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Volume II Edisi 6.Jakarta: EGC. 2002 13. Rahmawati, S. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik lansia yang berkunjung ke posyandu lansia di Desa Sukahaji kecamatan Sukahaji kabupaten Majalengka. Diperoleh tanggal 4 Desember 2014 dari 14. Sarafino, EP. 2002. Health Psychology : Biopsychosocial Interaction. USA : John Willey and Sons. 15. Sudoyo, Aru W. Bambang, Idrus Alwi, Marcellus & siti setiati. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi V. Jakarta: InternaPublishing. 2009 16. Susalit, 2002. Hipertensi pada Lansia. Bandung: PT Citra Aditya. 17. Yogiantoro, M., 2006, Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Ed IV, FK UI, Jakarta