PRAKTIK LAPA L APANG NG PELAYANAN PELAYANAN KESEHATAN KESEHATAN REPRODUKSI SAPI PERAH DI WILAY WIL AYAH AH KOPERASI PETERNAK GARUT SELATAN SELATAN KECAMATAN CIKAJANG, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT 7 Desember 20! " 2 J#$%#r& 20'
(ITRI APRIAN HARJO, SKH B)***27
PROGRAM PENDIDIKAN PRO(ESI DOKTER HEWAN (AKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 20' Judul
&anggal
: Laporan Praktik Lapangan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Sapi Perah Di Wilayah Koperasi Peternak Garut Selatan (KPGS) Kecamatan ika!ang" Ka#upaten Garut" Ja$a %arat : ' Desem#er *+ , Januari *-
.ama/.RP
: 0itri 1prian 2ar!o" SK2/ %34*44*'
Pe+#s#$##$ Pe+#-#$#$ Re.r/%s& #$ G#$11%#$ Re.r/%s& Pelayanan kesehatan reproduksi sapi perah di KPGS ika!ang Garut merupakan pelayanan yang penting5 1dapun pelayanan kesehatan reproduksi sapi perah di KPGS ika!ang terdiri atas pelayanan reproduksi dan pelayanan gangguan reproduksi5 Pelayanan reproduksi meliputi pelayanan inseminasi #uatan (6%) dan pelayanan pemeriksaan ke#untingan (PK%) sedangkan pelayanan gangguan reproduksi adalah #erupa pemeriksaan serta pem#erian o#at kepada sapi yang mengalami gangguan kesehatan5 Kegiatan pelayanan reproduksi dan pelayanan gangguan reproduksi di KPGS ika!ang se#elumnya merupakan pelayanan yang terpisah yaitu memiliki petugas #er#eda di tiap #agian pelayanan5 .amun" permintaan peternak yang tidak !arang mem#utuhkan salah satu pelayanan dalam satu $aktu yang sama serta lokasi peternak yang cukup !auh mem#uat petugas ke$alahan sehingga selama satu #ulan #elakangan ini kedua pelayanan ini disatukan5 Disatukan disini maksudnya adalah tiap petugas dapat mem#erikan pelayanan reproduksi dan !uga pelayanan gangguan reproduksi5 Semua pelayanan ini dilaksanakan apa#ila peternak mem#erikan laporan kepada petugas Kesehatan 2e$an (Kes$an) KPGS ika!ang5 Laporan dari peternak disampaikan melalui short message service (S7S) maupun telepon5 Pe+#s#$##$ Pe+#-#$#$ I$sem&$#s& B%##$ 3IB4 S#.& Per#5 KPGS C#$1 6nseminasi #uatan merupakan suatu proses perka$inan yang dilakukan dengan cara mendeposisikan semen ke dalam saluran reproduksi #etina agar ter!adi proses 8ertilisasi (9elpina et al. *)5 Pelaksanaan pelayanan 6% di KPGS ika!ang dilakukan oleh enam orang petugas inseminator5 &iap petugas memiliki $ilayah ker!a masingmasing yang telah ditentukan5 Sedangkan" untuk sistem pelayanan 6% dari Kes$an KPGS ika!ang didasarkan pada laporan peternak kepada petugas inseminator #aik melalui pesan singkat maupun telepon5 Sistem ini di#erlakukan karena mengingat lokasi dari peternak yang se#agian #esar #erada di $ilayah dengan !arak cukup !auh dari kantor Kes$an KPGS ika!ang5 1dapun peralatan serta #ahan yang dipersiapkan untuk di#a$a saat melakukan 6% antara lain thermos atau container mini #erisi straw semen #eku dan nitrogen cair" gun 6%" plastic sheath" pinset" gunting" tisu" dan nota pelayanan 6% dengan alat tulisnya5 Selama #erada di KPGS ika!ang" mahasis$a telah mengikuti inseminator melakukan + kali 6% dimana mahasis$a menco#a melakukan 6% se#anyak kali5
&a#el *
Rekapitulasi Pelayanan 6nseminasi %uatan (6%) yang diikuti selama di KPGS ika!ang Pe+#-#$#$ Re.r/%s& J%m+#5 6nseminasi %uatan (6%) 7ahasis$a ekor 6nseminator + ekor
1
&otal
' ekor
Pelaksanaan 6% oleh inseminator hanya dilakukan pada sapi yang menun!ukkan tanda #erahi yaitu ;ul;a tampak merah" #engkak" dan #erlendir5 Se#elum melakukan 6%" petugas akan melakukan pemeriksaan tanda #erahi untuk mengkon8irmasi laporan dari peternak melalui pengamatan penampilan luar dan palpasi per rektal !ika diperlukan5 Selain itu" petugas !uga akan menanyakan in8ormasi mengenai identitas sapi" $aktu saat tanda #erahi tampak" $aktu 6% terakhir" dan $aktu terakhir partus. 6n8ormasi ini #erguna untuk mengetahui kondisi 8isiologis sapi yang akan di 6%5 1dapun teknik dalam pelaksanaan 6% yang dilakukan oleh inseminator dimulai dengan mempersiapkan peralatan dan #ahan 6%5 Pertama" straw dikeluarkan dari thermos untuk dilakukan proses thawing. Proses thawing adalah proses yang penting se#elum melakukan 6% ke sapi karena semen #eku harus dicairkan dari kondisi #eku agar dapat motil5 7enurut 188andy et al. (')" proses thawing yang #aik dapat dilakukan pada suhu <'o selama + , < detik dan dalam suhu air #iasa kisaran + , <o selama - detik5 Suhu yang tinggi dalam media tha$ing akan menye#a#kan proses meta#olisme spermato=oa meninggi sehingga memerlukan energi yang tinggi pula (9elpina et al. *)5 Selama mengikuti inseminator di lapangan" thawing yang dilakukan tidak mengukur suhu air untuk merendam dan $aktu merendam straw di dalam air sesuai standar yang #aik5 Setelah proses thawing " straw dimasukkan ke dalam gun 6% dan sum#at pa#rik digunting5 Plastic sheath dipasang menutupi gun 6% kemudian se#elum 6% dilakukan" daerah ;ul;a di#ersihkan dengan tisu atau kain #ersih5 6nseminator selan!utnya melakukan palpasi per rektal untuk memudahkan dan mengarahkan gun 6% menu!u ser;iks5 1pa#ila" gun 6% telah mencapai cincin ser;iks ketiga selan!utnya semen #eku dideposisikan dan gun 6% dikeluarkan dari organ reproduksi sapi5 Plastic sheath kemudian dilepaskan dari gun 6% dan di#uang ke tempat sampah5 Sistem pencatatan dari sapi perah yang di 6% di KPGS ika!ang telah cukup #aik5 2al terse#ut didasarkan pada adanya data penyatatan dari sapi perah yang di 6% dalam komputer" sehingga saat petugas inseminator mem#utuhkan in8ormasi 6% dapat langsung diketahui5 Data in8ormasi yang dicatat antara lain #erupa $aktu pelaksanaan 6%" !umlah 6%" nomor kode straw, nama pe!antan" identitas pemilik sapi" dan identitas sapi5 Se#elum dimasukkan ke dalam komputer" data 6% dari lapang dicatat pada kertas rangkap dua (asli dan arsip)5 %agian asli kertas diserahkan kepada pemilik sapi dan kertas arsip disimpan oleh petugas inseminator untuk dimasukkan datan ya5 Secara umum" sistem pelaksanaan 6% hingga ke pencatatan data 6% di KPGS ika!ang telah cukup #aik5 .amun" yang masih men!adi kendala adalah database pada komputer #elum dapat di!adikan acuan !ad$al pelayanan 6% oleh petugas5 >leh karenanya" pelayanan 6% di KPGS ika!ang masih #ersi8at pasi8 yaitu #erdasarkan laporan dari pemilik sapi5 epat atau lam#atnya laporan kepada petugas inseminator dapat memengaruhi perhitungan $aktu pelaksanaan 6% pada saat estrus ter!adi secara optimal5 Se#aiknya" meman8aatkan sistem pencatatan yang sudah semakin #aik" maka
2
pelayanan 6% dapat didasarkan pada perhitungan !ad$al estrus sehingga secara akti8 petugas inseminator dapat melakukan 6%5 1da #e#erapa hal dalam pelaksanaan pelayanan 6% di lapangan yang harus diperhatikan karena menyangkut higienitas peralatan 6% se#elum digunakan5 Salah satunya proses pem#ersihan gun 6% menggunakan tisu5 2al ini kadang terle$ati karena petugas inseminator yang tidak memiliki tisu5 1ki#atnya" gun 6% yang #aru sa!a digunakan untuk sapi se#elumnya tidak di#ersihkan dan memiliki peluang penularan penyakit kelamin ke sapi lainnya5 Selain itu" proses thawing straw !uga harus diperhatikan karena proses ini #erkaitan dengan keterpaparan spermato=oa pada suhu kritis yang dapat mem#ahayakan5 Proses thawing yang dilakukan di lapang menggunakan air hangat yang suhunya tidak diukur serta dengan lama thawing yang #er#eda (*+ , + detik)5 Suhu air untuk thawing yang tidak diukur ditakutkan !ustru menye#a#kan proses thawing kurang optimal !ika suhu terlalu rendah atau mem#ahayakan spermato=oa apa#ila suhu terlalu tinggi dari suhu standar <'o ,
oleh rendahnya tingkat kesu#uran sapi (#etina maupun pe!antan)" asupan nutrien yang kurang memadai" gangguan pada saluran reproduksi" kesalahan teknik 6%" kualitas semen rendah dan penanganannya yang kurang tepat" serta ketidaktepatan $aktu 6%5 Pe+#-#$#$ Pemer&s##$ Keb%$&$1#$ S#.& Per#5 KPGS C#$1 Pemeriksaan ke#untingan (PK%) merupakan salah satu #entuk pelayanan yang dilakukan oleh petugas Kes$an KPGS ika!ang terhadap peternak5 PK% dapat dilakukan oleh dokter he$an maupun petugas inseminator5 Pelayanan PK% oleh petugas inseminator dilakukan pada $ilayah masingmasing sesuai $ilayah ker!a5 7an8aat pelayanan PK% antara lain adalah untuk mem#erikan kepastian atas ke#untingan sapi" menentukan umur ke#untingan" dan mengetahui kondisi 8etus dalam kandungan5 Pelaksanaan pelayanan PK% ke peternak masih dilakukan #erdasarkan adanya laporan pemilik sapi seperti halnya pelayanan 6%5 Data mengenai sapi yang telah di PK% se#enarnya telah dicatat namun masih #elum ada !ad$al PK% yang terprogram5 Kedepannya" alangkah #aiknya !ika !ad$al pelayanan PK% dapat terprogram dengan #aik sehingga resiko ter!adinya gangguan pada 8etus dapat diketahui se!ak dini5 2al ini dapat mengurangi angka a#ortus yang ter!adi di lapang5 Selama kegiatan praktik lapangan #erlangsung" mahasis$a !uga turut serta dalam melakukan praktek PK% di #a$ah #im#ingan petugas inseminator KPGS ika!ang maupun dokter he$an5 Selain itu" mahasis$a !uga melakukan PK% menggunakan alat CSG selain dengan pemeriksaan secara per rektal5
&a#el
Rekapitulasi Pelayanan Pemeriksaan Ke#untingan (PK%) yang diikuti selama di KPGS ika!ang Pe+#-#$#$ Re.r/%s& J%m+#5 3e/r4 Pemeriksaan Ke#untingan (PK%) Palpasi perektal a5 Positi8 Pelayanan PK% oleh petugas Ke#untingan < #ulan < Ke#untingan 4 #ulan < Ke#untingan + #ulan Ke#untingan ? #ulan * Pelayanan PK% oleh mahasis$a PPD2 Ke#untingan < #ulan Ke#untingan 4 #ulan * Ke#untingan + #ulan * #5 .egati8 < CSG a5 < #ulan * #5 .egati8 * &otal *?
4
Seperti halnya sistem pencatatan pada pelayanan 6%" pencatatan dari pelayanan PK% saat ini telah menggunakan teknologi komputer5 Se#elum dicatat ke dalam komputer" data pelayanan PK% dicatat pada nota pelayanan PK% rangkap dua5 Rangkap asli diserahkan kepada pemilik sapi" sedangkan rangkap kedua disimpan oleh petugas5 Datadata yang dicatat antara lain status ke#untingan" perkiraan umur ke#untingan" identitas sapi" identitas pe!antan" serta identitas pemilik sapi5 Selan!utnya" data disalin ke dalam komputer untuk dimasukkan ke database pemeriksaan ke#untingan sapi perah KPGS ika!ang5 7eskipun data ke#untingan dan pemeriksaannya telah ada" namun !ad$al pelayanan PK% #elum dapat terprogram sesuai data sehingga petugas inseminator tetap harus menunggu laporan dari pemilik ternak5 1ki#atnya" tidak !arang pemilik ternak melapor ke petugas untuk melakukan pemeriksaan ke#untingan di umur ke#untingan yang cukup tua5 Se!atinya" pemeriksaan ke#untingan disarankan dilakukan pada umur ke#untingan muda dan terprogram setiap #ulan setelah 6%5 2al ini #ertu!uan untuk mengetahui kondisi 8etus apa#ila terdapat kelainan dapat segera ditangani sehingga #erdampak pula pada meningkatnya e8isiensi reproduksi5 Pemahaman pemilik ternak mengenai pentingnya pemeriksaan ke#untingan se!ak dini harus le#ih ditekankan melalui saran dan masukkan dari petugas5 Secara umum" petugas KPGS ika!ang cukup terampil dalam melaksanakan pelayanan PK% yaitu dalam hal penentuan ke#untingan dan umur ke#untingan sapi yang diperiksa5 atatan mengenai $aktu pelaksanaan 6% terakhir dan ri$ayat ke#untingan sapi men!adi in8ormasi penting #agi petugas5 6n8ormasi terse#ut men!adi landasan dan re8erensi petugas untuk meyakinkan mengenai status ke#untingan sapi yang diperiksa5 Selama mengikuti kegiatan petugas di lapangan" mahasis$a menemukan *ekor sapi #unting dan < ekor negati8 atau tidak #unting saat diperiksa5 1dapun umur ke#untingan yang ditemukan yaitu umur ke#untingan < #ulan" 4 #ulan" + #ulan dan ? #ulan5 Sapi dengan umur ke#untingan < #ulan ditemukan se#anyak + ekor ditandai dengan #entuk kornua yang asimetris yang tera#a !elas namun 8remitus #elum terasa5 Sedangkan untuk !umlah sapi dengan umur ke#untingan 4 #ulan terdapat se#anyak 4 ekor yang dicirikan dengan kondisi asimetris kornua uteri yang semakin !elas dan mulai sedikit terasa 8remitus atau desiran aliran darah5 Selan!utnya" umur ke#untingan + #ulan ditemukan di lapangan se#anyak < ekor dengan temuan saat pemeriksaan #erupa 8etus yang #erada di dasar ruang a#domen" serta 8remitus yang semakin kuat5 &erakhir adalah umur ke#untingan yang paling tua yaitu ? #ulan se#anyak * ekor5 Ke#untingan umur ? #ulan memiliki ciri yang !elas yaitu 8etus mendekat ke !alan kelahiran" kepala 8etus tera#a" dan arteri uterine media semakin terasa kuat5 Parameter yang paling !elas pada pemeriksaan ke#untingan secara per rektal adalah kondisi kantung amnion terutama pada ke#untingan usia muda sekitar < , 3 hari5 Pada ke#untingan usia < , 3 hari" saat palpasi maka akan dirasakan kornua uteri mem#esar aki#at #erisi cairan plasenta5 Selain itu" terasa pula slip selaput fetal yaitu allantochorion saat dilakukan pen!epitan terhadap uterus diantara i#u !ari dan telun!uk5 Sedangkan pada ke#untingan yang le#ih tua yaitu E4 #ulan akan tera#a adanya plasentoma dan 8remitus atau desiran aliran darah dari arteri uterine media 5
yang mem#esar" #erdinding tipis" serta #erdesir (arpenter dan Sprott *)5 Semakin #ertam#ahnya umur ke#untingan maka pada saat dilakukan PK%" 8etus akan terasa #ergerak terutama pada umur ke#untingan ' , 3 #ulan5 Pemeriksaan ke#untingan di lapangan menggunakan alat #antu ultrasonografi (CSG) dilakukan pada ekor sapi dengan hasil satu ekor positi8 dan satu ekor negati85 2asil positi8 #unting ditandai adanya gam#aran #er#entuk #ulatan hitam (anechoic) di #agian dorsal vesical urinaria5 2asil pemeriksaan terse#ut kemudian di#andingkan dengan in8ormasi 6% terakhir sapi untuk menentukan kisaran umur ke#untingan sapi terse#ut5 Pada pemeriksaan lapang dengan CSG" umur ke#untingan yang diperoleh adalah < #ulan5 Selain digunakan untuk mendeteksi ke#untingan" CSG !uga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan reproduksi" kematian em#rio dini" !enis kelamin pedet" dan a#normalitas pedet5 7enurut Wahiduddin (?)" pemeriksaan ke#untingan dengan CSG harus dilakukan dalam $aktu yang tepat5 Deteksi ke#untingan dapat dilakukan pada usia ke#untingan , hari" namun akan le#ih !elas apa#ila dilakukan pada usia ke#untingan di atas < hari (Punyakotti **)5 B Ke1#$ Pe+#-#$#$ Pe$#$1#$#$ G#$11%#$ Re.r/%s& Pelayanan penanganan gangguan reproduksi dia$ali oleh laporan dari pemilik ternak kepada petugas kes$an KPGS ika!ang5 Kemudian menanggapi laporan terse#ut" dokter he$an ataupun paramedis akan datang ke lokasi peternak terse#ut untuk melakukan pemeriksaan dan menetapkan diagnosa se#elum dilakukan pengo#atan atau penanganan lainnya5 %erikut merupakan rekapitulasi pelayanan penanganan gangguan reproduksi pada sapi perah yang diikuti oleh mahasis$a selama magang di KPGS ika!ang (&a#el <)5
&a#el < Rekapitulasi pelayanan penanganan gangguan reproduksi pada sapi perah yang ditemukan selama #erada di KPGS ika!ang .o Jenis Gangguan Reproduksi Jumlah (ekor) * Corpus luteum persistent * Retensio secundinarum < 2ipo8ungsi o;ari * 4 Silent heat Corpus Luteum Persistent
Corpus luteum persistent (LP) adalah suatu kondisi yang ditandai oleh corpus luteum (L) tetap #erada di o;arium meskipun seharusnya regresi5 Kasus ini ditemukan pada tanggal *< Desem#er *+ yang #erlokasi di desa i#adak5 1namnesa yang diperoleh dari pemilik sapi yaitu sapi tidak menun!ukkan ge!ala estrus le#ih dari + #ulan lamanya" namun produksi susu masih cukup tinggi5 Saat dilakukan palpasi secara per rektal dengan tu!uan memeriksa kondisi o;arium sapi" diketahui ukuran o;arium kanan dan kiri sapi !auh #er#eda5 >;arium kanan sapi memiliki ukuran F i#u !ari orang de$asa dengan adanya corpus luteum #erukuran
6
hampir setengah ruas i#u !ari orang de$asa5 %er#eda halnya dengan ukuran o;arium kiri yang sangat kecil5 Selain itu" keterangan lain yang diperoleh #ah$a * hari se#elumnya telah dilakukan pemeriksaan pada sapi yang sama #erupa palpasi per rektal dan ditemukan pula corpus luteum #erukuran #esar pada o;arium kanan sapi5 2al ini mengindikasikan #ah$a L tidak lisis atau terus #erada di o;arium5 Ge!ala klinis LP menurut Dole=el et al. (?) adalah #erupa anestrus serta ditemukan adanya LP pada salah satu o;arium5 Selain itu" e8ek lain dari LP yang sering terlihat adalah produksi susu yang tinggi5 2al ini dise#a#kan aki#at ker!a L yang merangsang sekresi prolaktin dan mencegah dihasilkannya hormon 0S2 (188andhy et al. ')5 Sekresi prolaktin yang terus ter!adi menye#a#kan susu terus dihasilkan5 1dapun penye#a# LP yang tidak lisis adalah aki#at endometrium yang tidak mampu menghasilkan hormon PG05 >leh karena itu" L terus menghasilkan progesteron dan kadar progesteron yang tinggi dalam darah akan menim#ulkan umpan #alik negari8 (negative feedback) yaitu #erupa pengham#atan sekresi L2 dan 0S25 1ki#atnya" kondisi anestrus terus ter!adi karena 8olikel penghasil estrogen tidak ter#entuk5 &erapi pengo#atan yang di#erikan di lapangan untuk kasus LP ini adalah #erupa pem#erian apriglandin® (Dinoprosttromethamine +"+ mg/ml dan %en=yl alkohol * mg/ml) se#anyak + ml5 &erapi ini termasuk ke dalam penanganan kimia$i terhadap LP5 &u!uan pem#erian preparat PG0 adalah untuk melisiskan sel luteal melalui dua mekanisme ker!a yaitu melalui mekanisme apoptosis dari sel luteal dan mekanisme akti;asi protein kinase yang mengham#at kon;ersi kolesterol men!adi progesteron5 2al ini ditegaskan oleh Listiani (+) #ah$a pem#erian preparat PG0 merupakan penanganan LP secara kimia$i5 Penanganan lain LP dapat dilakukan dengan penanganan manual yaitu teknik enukleasi5 Retensio Secundinarum
Kasus retensio secundinarum ditemukan pada tanggal Desem#er *+ yaitu di desa %arukurai5 7enurut keterangan dari pemilik sapi" sapi telah melahirkan dua hari yang lalu" tetapi plasenta #elum !uga keluar5 Saat dilakukan palpasi ke dalam uterus sapi" diketahui #ah$a plasenta masih melekat seluruhnya di dalam uterus5 Sedangkan kasus yang kedua ter!adi pada tanggal Desem#er *+ dengan anamnesa #ah$a sapi telah melahirkan satu hari yang lalu" namun plasenta #elum !uga keluar5 Secara normal" mem#ran 8etus atau plasenta akan lepas dan keluar secara alami dalam $aktu < , ? !am post partus. Kondisi dari plasenta yang #elum !uga keluar hingga le#ih dari * !am dianggap se#agai ke!adian retensio. Kasus retensio #iasanya ter!adi pada sapi dan !arang pada he$an lain5 2al terse#ut dise#a#kan oleh tipe plasenta sapi yang tergolong kotiledonaria yaitu plasenta dengan struktur anatomi terdiri atas kotiledon dan karunkula (Su#ronto dan &!aha!ati )5 Sulitnya kotiledon dan karunkula untuk saling melepas adalah aki#at adanya penghu#ung #erupa kolagen (%eagley et al. *)5
7
1da #e#erapa hal yang dapat menye#a#kan ter!adinya retensio secundinarum ini5 Ke!adian retensio kerapkali ter!adi mengikuti gangguan kelahiran seperti distokia" a#ortus" kelahiran prematur" kelahiran kem#ar serta section caesaria (Di;ers dan Peek ?)5 Selain itu" in8eksi mikroorganisme" kekurangan ;itamin 1 di dalam pakan" serta dapat pula aki#at kurangnya exercise atau pergerakan sehingga #erdampak pada otot uterus yang kurang kuat dalam #erkontraksi5 .amun" ada pula kasus retensio yang ter!adi aki#at gangguan aliran darah ke plasenta5 2al ini ditegaskan oleh Paras$ati (+) #ah$a salah satu penye#a# retensio pada sapi adalah aki#at gangguan aliran darah pasca melahirkan5 Kondisi pasca melahirkan menye#a#kan aliran darah dari 8etus ke plasenta terhenti" sehingga ;ili 8etus #eru#ah men!adi mengerut dan pelepasan ;ili dari kripta pun terganggu5 ara penanganan kasus retensio terdiri atas dua yaitu cara manual dan melalui pem#erian hormon5 ara manual dilakukan dengan melepas ikatan antara kotiledon dan karunkula secara manual menggunakan tangan5 ara ini masih digunakan oleh petugas KPGS ika!ang" tetapi dilakukan atas permintaan pemilik ternak5 Penanganan secara manual telah #anyak ditinggalkan karena rentan ter!adi in8eksi dan perdarahan serta kerusakan pada kotiledon atau endometrium5 >leh karena itu" penggunaan hormon (prostaglandin ataupun oksitosin) le#ih disarankan karena pelepasan dapat ter!adi secara alami5 Pada kasus retensio yang pertama" penanganan dilakukan secara manual dan diikuti dengan pem#erian < #olus otrimoHa=ole® (&rimethoprim ? mg dan Sul8amethoHa=ole 4 mg)" 2emato8os® (;itamin %* (cyanoco#alamin) ** mcg" ri#o8la;in sodium phosphate mg" nicotinamide + mg) yang di#erikan melalui rute 67 dengan dosis ** ml per ekor" dan 6ntro;it Iselen® (Bitamin I" atocopherol acetate 45 mg" dan natriumselenite 5< mg) dengan dosis ml/ * kg%% secara 675 .amun" pada kasus kedua hanya dengan pem#erian preparat apriglandin® yang mengandung hormon prostaglandin se#anyak *"+ ml per ekor dengan rute pem#erian pada su#mukosa ;ul;a5 H&./8%$1s& O9#r&
2ipo8ungsi o;ari adalah suatu kondisi yang ditandai dengan penurunan 8ungsi o;arium5 Ke!adian hipo8ungsi o;ari ini sering ditemui ter!adi pada sapi dara men!elang pu#ertas hingga sapi de$asa postpartus5 iri dari sapi yang mengalami hipo8ungsi o;ari adalah #erupa anestrus postpartus. %ila dilakukan pemeriksaan organ reproduksi" maka o;arium yang mengalami hipo8ungsi o;ari memiliki #entuk agak #ulat" rata" licin" dan agak kecil apa#ila di#andingkan dengan ukuran normal (&oelihere *3?+)5 2al ini se!alan dengan hasil pemeriksaan yang ditemukan di lapang yaitu kondisi o;arium yang tera#a #er#entuk agak #ulat dan permukaannya licin5 Permukaan o;arium yang licin menandakan #ah$a akti;itas 8olikel pada o;arium terse#ut tidak #er!alan seperti seharusnya5 Selain itu" akti8itas korpus luteum pun !uga tidak tampak karena tidak ditemukan adanya corpus luteum. %e#erapa penye#a# ter!adinya hipo8ungsi o;ari antara lain aki#at ketidakseim#angan hormonal yang dicirikan oleh rendahnya kadar hormone gonadotropin terutama 0S2 dan L2 (Suartini et al. *<)5 Selain itu" kualitas pakan
8
yang kurang #aik !uga men!adi salah satu 8aktor penye#a#5 Rendahnya kandungan ;itamin 1 dan mineral penting seperti P dan 7n serta pada pakan dapat menye#a#kan pu#ertas sapi men!adi tidak optimal serta lam#at (Su#ronto *33+)5 Kuantitas dan kualitas kandungan pakan men!adi penting karena memengaruhi 8ungsi 8isiologis organ seperti menurunnya 8ungsi kelen!ar endokrin" kelen!ar hipo8isa dan o;arium5 Penurunan 8ungsi kelen!ar endokrin inilah yang #erim#as pada ketidakseim#angan hormonal pada sapi yang mengalami hipo8ungsi o;ari5 Kasus hipo8ungsi o;ari yang ditemukan di lapang ter!adi di daerah Patrol dengan anamnesa sapi tidak menun!ukkan ge!ala #erahi setelah hampir #ulan melahirkan5 Saat dilakukan palpasi per rektal tera#a o;arium kanan dan kiri memiliki diameter hampir sama sekitar "+ centi dan permukaannya licin5 Selain itu" kondisi body condition score dari sapi yang kurang dari "+ !uga terlihat5 2al ini mengindikasikan pada tidak terpenuhinya asupan nutrisi aki#at kualitas serta kuantitas pakan yang kurang5 1ki#atnya" nutrisi yang seharusnya ter#agi untuk ker!a organ reproduksi men!adi terham#at5 &erapi yang di#erikan untuk kasus ini antara lain #erupa in!eksi 6n!ecta;it® yang mengandung ;itamin 1" %" " D" dan I se#anyak * ml dengan rute intramuscular. Selain itu" di#erikan pula Bitol® yang mengandung ;itamin 1" D" dan I dengan dosis * ml untuk satu ekor5 Di samping pem#erian o#at" petugas KPGS !uga menyarankan dilakukannya per#aikan kualitas dan kuantitas pakan sehingga 8ungsi 8isiologis dari sapi dapat #er!alan dengan #aik5 Silent Heat
Silent heat merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan ter!adinya o;ulasi tanpa disertai dengan tanda estrus atau #erahi (<1 atau <%) (%lendinger ')5 Silent heat dapat dise#a#kan oleh #e#erapa 8aktor seperti 8aktor genetik" mana!emen peternakan" de8isiensi nutrisi" kurangnya exercise" serta aki#at in8estasi cacing5 7enurut Iilts (')" #iasanya estrus pertama postpartus secara normal dapat ter!adi tanpa tandatanda estrus5 2al ini dise#a#kan tidak adanya reseptor estrogen yang #eker!a aki#at rendahnya kadar progesteron" sehingga estrus tidak terlihat ge!alanya secara !elas5 Kasus silent heat yang ditemukan di lapang memiliki anamnesa yaitu sapi telah + #ulan tidak menun!ukkan tanda estrus dan saat dilakukan pemeriksaan dengan palpasi per rektal tera#a o;arium sapi memiliki ukuran yang normal dengan 8olikel dan L5 2al ini menandakan #ah$a akti8itas o;ulasi masih ter!adi namun tidak terekspresikan melalui tandatanda estrus di luar5 .oakes et al. (*) men!elaskan peneguhan terhadap diagnosa silent heat !uga dapat dilakukan dengan pemeriksaan menggunakan CSG dan pengu!ian kandungan progesteron di dalam darah dan susu5 Pengo#atan silent heat di lapangan dilakukan dengan pem#erian apriglandin® (Dinoprosttromethamine +"+ mg/ml dan %en=yl alkohol * mg/ml) se#anyak + ml per ekor melalui rute 675 &u!uan pem#erian apriglandin® yang mengandung hormon prostaglandin adalah untuk merangsang ter!adinya #erahi dan persiapan o;ulasi5 I8ek merangsang #erahi diharapkan dapat diekspresikan dengan
9
ge!ala #erahi yang terlihat !elas5 Selain itu di#erikan pula 6n!ecta;it ® (+ml/*l#) yang mengandung ;itamin 1" %" " D" dan I se#anyak *+ ml dengan rute 675 1dapun tu!uan pem#erian ;itamin 1 ini adalah untuk pem#entukan dan peningkatan 8ungsi !aringan epitel maupun mem#ran mukosa dari organ reproduksi sehingga le#ih su#ur5 Kes&m.%+#$
Selama #erlangsungnya kegiatan magang di KPGS ika!ang" mahasis$a PPD2 telah mengikuti kegiatan 6% se#anyak kali dan menco#a melakukan 6% se#anyak kali" selain itu mahasis$a !uga mengikuti kegiatan PK% pada * sapi dengan 3 sapi diantaranya positi8 #unting (< ekor #unting < #ulan" < ekor #unting 4 #ulan" ekor #unting + #ulan" dan * ekor #unting ? #ulan)" serta mendapatkan kasus pelayanan reproduksi #erupa corpus luteum persistent * kasus" retensio secundinarum kasus" hipo8ungsi o;ari * kasus" dan silent heat kasus5 S#r#$
*5 Program pelaksanaan pelayanan terintegrasi data tercatat perlu diadakan oleh petugas5 5 Pelatihan pelayanan 6%" PK%" dan kesehatan he$an pada petugas di Kes$an KPGS ika!ang di#erlakukan kem#ali5 <5 Pengadaan o#at yang sesuai kondisi guna meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi sapi perah di $ilayah KPGS ika!ang5
D#8#r P%s##
10
Dir!ennakes$an Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan 2e$an5 *5 Pedoman Pelaksanaan nseminasi !uatan pada "ernak Sapi "ahun #$%$. Jakarta (6D): Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan 2e$an5 188andy L" Dikman D7" 1ryogi5 '5 &ana'emen Perkawinan Sapi Potong 5 %ogor (6D): Pusat Penelitian dan Pengem#angan Peternakan5 1ri8iantini R65 *5 "eknik (oleksi dan valuasi Semen pada *ewan. usu8 &L" editor5 %ogor (6D): 6P% Press5 %eagley J" Whitman KJ" %aptise KI" Scher=er J5 *5 Physiology and treatment o8 retained 8etal mem#ranes in cattle5 + et ntern &ed #$%$. 4:-*-?5 arpenter %%" Sprott LR5 ?5 Determining pregnancy in #ee8 cattle5 &eHas 1griLi8e IHtension Ser;ice Pu#lication5 Di;ers &J" Peek S05 ?5 -isease of dairy cattle. #nd edition. 7issouri: Saunders Ilse;ier5 Dole=el R5 ?5 Systematic linical IHamination o8 Iarly Postpartum o$s and &reatment o8 Puerpural 7etritis did not 2a;e 1ny %ene8icial I88ect on Su#seMuent Reproducti;e Per8ormance5 eterinaria &edicina#$$. <+(): +- +35 Iilts5 '5 !ovine /nestrus 6nternet5diunduh *- Januari *-5 &ersedia dari: http://$$$5;etmed56su5edu/eiltslotus/theriogenology+<-*/#o;ineNanestrus5htm5 Listiani D5 +5 Pem#erian PG0 pada sapi peranakan ongole yang mengalami gangguan corpus luteum tesis5 Semarang (6D): Program Pascasar!ana Cni;ersitas Diponegoro5 .oakes DI" 1rthur G2" Pearson 2" Parkinson &J5 *5 eterinary Reproduction and 0bstetrics th d. London: Sounders ompany Limited5 Paras$ati L5 +5 "eknik Penanganan 1angguan (elahiran pada Sapi. %ogor (6D): 6P% Press5 Rusadi RP" 2artono 7" Sis$anto5 ?5 Ser;ice per conception pada sapi perah laktasi di #alai #esar pem#i#itan ternak unggul dan hi!auan pakan ternak (%%P&C2P&) %aturraden Pur$okerto Ja$a &engah5 +P". <(*): 3<'5 Suartini .K" &rilaksana 6G.%" Pemayun &G>5 *<5 Kadar estrogen dan munculnya estrus setelah pem#erian buserelini (agonis GnR2) pada sapi %ali yang mengalami anestrus postpartum aki#at hipo8ungsi o;arium5 +(*. *(): 4445 Su#ronto5 *33+5 lmu Penyakit "ernak . ogyakarta (6D): Gad!ah 7ada Cni;ersity Press5 Su#ronto dan &!aha!ati 65 5 lmu Penyakit "ernak . ogyakarta (6D): Gad!ah 7ada Cni;ersity Press5 &oelihere 7R5 *3?+5 lmu (ebidanan pada "ernak Sapid an (erbau. Jakarta (6D): Cni;ersitas 6ndonesia Press5 Bries 1" Steenholdt" Risco 15 +5 Pregnancy rates and milk production in natural ser;ice and arti8icially inseminated dairy herds in 0lorida and Georgia5 +. -airy Sci. ??: 34?3+-5 Wahiddudin5 ?5 -okter (andungan Sapi2 -okter *ewan /ndainternet5diunduh *- Januari *-5 Diakses melalui: http://koranpdhi5comO#uletinedisi? doksapi5html5
11
9elpina I" Rosadi %" Sumarsono &5 *5 Kualitas spermato=oa post tha$ing dari semen #eku sapi perah5 +P 5 *+(): 34*5
12
LAMPIRAN
Lampiran *
.o *
13
Jurnal Kegiatan 2arian Pelayanan Kesehatan Sapi Perah Di Wilayah Koperasi Peternak Garut Selatan Kecamatan ika!ang" Ka#upaten Garut" Ja$a %arat ' Desem#er *+ , Januari *2ari" &anggal Kegiatan Senin" ' Desem#er Pengarahan dari drh 1de 2ikmat *+ tentang kegiatan magang di KPGS ika!ang Selasa" ? Desem#er Diskusi dengan petugas kes$an *+ terkait kasus yang sering muncul selain pelayanan 6%
Waktu 35 , *+5< W6% '5 , *+5< W6%
<
Ra#u" 3 Desem#er *+
4
Kamis" * Desem#er *+
+
Jumat" ** Desem#er *+
-
Sa#tu" * Desem#er *+
'
7inggu" *< Desem#er *+
?
Senin" *4 Desem#er *+ Selasa" *+ Desem#er *+
3
7engikuti petugas kes$an untuk menangani kasus mastitis" pelayanan 6% dan pendataan populasi 7engikuti petugas kes$an untuk menangani kasus induk #unting am#ruk" pelayanan 6% dan pendataan populasi 7engikuti petugas kes$an untuk menangani kasus mastitis dan silent heat" pelayanan 6% dan pendataan populasi 7engikuti petugas kes$an untuk melakukan 6% dan pendataan populasi 7engikuti petugas kes$an untuk menangani kasus LP dan #etina #unting am#ruk" serta pemeriksaan ke#untingan 7engikuti petugas kes$an untuk melakukan pelayanan 6% 7engikuti petugas kes$an untuk menangani kasus sapi #etina postpartum yang am#ruk" serta pendataan populasi %ersama petugas kes$an melakukan pemeriksaan ke#untingan dan pelayanan 6% Super;isi oleh dosen kampus
*
Ra#u" *- Desem#er *+
**
Kamis" *' Desem#er *+ Jumat" *? Desem#er %ersama petugas kes$an dan dokter *+ melakukan operasi pengangkatan kutil yang mem#esar" serta pengo#atan pada sapi yang mengalami mastitis Sa#tu" *3 Desem#er 7engikuti petugas kes$an untuk *+ melaksanakan < pelayanan 6% dan pendataan populasi 7inggu" 7engikuti dokter menangani kasus Desem#er *+ retensio secundinarum dan sapi terluka5
*
*<
*4
14
'5 , *+5< W6% '5 , *+5< W6%
'5 , *+5< W6%
'5 , *+5< W6% '5 , *+5< W6%
'5 , *+5< W6% '5 , *+5< W6%
'5 , *+5< W6% '5 , *+5< W6% '5 , *+5< W6%
'5 , *+5< W6% '5 , *+5< W6%
*+
Senin" * Desem#er *+
7engikuti dokter memeriksa sapi '5 , *+5< yang mengalami peradangan pada W6% #agian kuku *- Selasa" Desem#er 7engikuti petugas kes$an untuk '5 , *+5< *+ melakukan 6%" dan mem#erikan W6% ;itamin pada sapi yang #aru sa!a di#eli oleh $arga *' Ra#u" < Desem#er 7engikuti petugas untuk melakukan '5 , *+5< *+ pemeriksaan terhadap sapi yang #aru W6% sa!a melahirkan dan kondisinya lemah *? Kamis" 4 Desem#er %ersama petugas kes$an melakukan '5 , *+5< *+ pemeriksaan pada sapi yang #aru W6% melahirkan dan sapi yang mengalami mastitis klinis5 *3 Jumat" + Desem#er 7engikuti petugas dalam '5 , *+5< *+ penanganan kasus sapi diare" serta W6% melakukan program penanaman !enis rumput dan legum perkenalan Sa#tu" - Desem#er Li#ur '5 , *+5< *+ W6% * 7inggu ' Li#ur '5 , *+5< Desem#er *+ W6% Senin" ? Desem#er 7engikuti petugas dalam melakukan '5 , *+5< *+ pelayanan 6% W6% < Selasa" 3 Desem#er 7engikuti petugas dalam melakukan '5 , *+5< *+ pelayanan 6% W6% 4 Ra#u" < Desem#er 7engikuti petugas melakukan '5 , *+5< *+ pelayanan 6% dan PK% W6% + Kamis" <* Desem#er 6kut dengan petugas kes$an untuk '5 , *+5< *+ melakukan pemeriksaan ke#untingan W6% dengan CSG - Jumat" * Januari 6kut dengan petugas kes$an untuk '5 , *+5< *melakukan < pelayanan 6% W6% Lampiran Da8tar .ama >#at yang Digunakan di KPGS ika!ang Golongan
.ama Dagang
%ahan 1kti8
Dosis
1plikasi
1nti#iotik
6ntertrim L1
Sul8adoHine mg/ml
* ml/**+
67
15
6ndikasi/ Kontraindikasi
otrimoHa=ole
LimoHin +
6nter8loH
&rimethoprim 4 mg/ml Sul8ametoHa=ole ? mg/kaplet &rimethoprim *- mg/kaplet >Hytetracyclin 2L + mg/ml Gentian Biolet + mg/ml ipro8loHacine * mg/ml Dipenhydramine 2l mg/ml Papa;erine 2l 4 mg/ml Dipyrone + mg/ml Lidocaine @
kg%% , 4 kaplet/ ekor
&opikal * ml/4 kg%%
1ntihistamin
Betadryl
1ntispasmodik
Papa;erine
1nalgesik" antipiretik" antispasmodik
Sul8idon
Phenylin!ect
Phenyl#uta=one mg/ml
2ormon
Istro;et
Istrogen
apriglandin in!5
Dinoprosttromethamin ml/ekor +"+ mg/ml %en=yl alkohol Kalsium #oroglukonat * , + mg/ml ml atau 7agnesium chloride , 4 2eHahydrate -' mg/ml ml/kg%% Sodium hypophosphite 7onohydrate "- mg/ml %oric acid * mg/ml Bitamin I ml/ * 1lphatocopherol acetat kg%% + mg/ml Bitamin 1 * ml/ ekor Retinol Palmitat ?5 (sapi 6C/ml de$asa) Bitamin D< holecalci8erol 45 + ml/ ekor 6C/ml (sapi Bitamin I anakan)
Bitamin dan mineral
alcideH Plus
6ntro;it I selen Bitol*4
16
6ntrauterin atau P>
"+ , "+ mg/kg%%
67 67 67
* , ml/4 kg%% * ml/ , 4 kg%% + ml/ekor
67 atau S 67
67 dan su#mucosa ;ul;a Su#mukosa ;ul;a 6B atau S
67
67
Jangan di#erikan untuk he$an #unting 7aupun laktasi
6ntermectin
1lphatococalci8erolacetat mg/ml Bitamin 1 +5 6C/ml Bitamin D< *5 6C/ml Bitamin I *5 6C/ml Bitamin %* "+ mg/ml Bitamin %- *"+ mg/ml Bitamin K< *"+ mg/ml Bitamin + mg/ml Bitamin %* 2l * mg/ampul Bitamin %- 2l * mg/ml Bitamin %* + mcg/ampul Bitamin %* + mg Bitamin %- * mg Bitamin %* * mcg 1&P < mg 6;ermectin * mg/ml
1l#enda=ole
1l#enda=ole 5+ mg
6n!ecta;it BitapleH
.euro#ion +
%iomin * (kemasan + ml)
1nthelmentik
17
+ ml/l#
67 67
67 atau 6B
67 * , ml/ekor
* ml/ + kg%%
S P>
&idak #oleh untuk he$an #unting