GANGGUAN SOMATOFORM
Didik Setiyadi
1102009082
Pembimbing : dr.Hening Madonna, Sp.Kj
Pendahuluan
Soma (Yunani) tubuh
Gangguan somatoform : adanya keluhan gejala fisik yang berulang yang disertai permintaan pemeriksaan medis, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan sudah dijelaskan oleh dokter bahwa tidak ditemukan kelainan fisik yang menjadi dasar keluhannya.
Klasifikasi Menurut DSM V Gangguan somatoform spesifik : Gangguan somatisasi Gangguan konversi Hipokondriasis Gangguan dismorfik tubuh Gangguan nyeri.
Klasifikasi Kategori diagnostik residual, yaitu : Gangguan somatoform tidak terdiferensiasi dan Gangguan somatoform yang tidak dapat ditentukan.
GANGGUAN SOMATISASI banyaknya keluhan yang ada dan melibatkan sistem organ multipel bersifat kronis dan disertai distres psikologis bermakna, gangguan fungsi sosial dan pekerjaan, dan perilaku mencari bantuan medis yang berlebihan.
Epidemiologi 0,2 - 2 % pada wanita dan 0,2 % pada pria Biasanya gangguan somatisasi ini muncul sebelum usia 30 tahun Sekitar 2/3 dari seluruh pasien dengan gangguan somatisasi mempunyai gejala psikiatri
Etiologi
Faktor psikososial Penyebab gangguan somatisasi melibatkan interpretasi gejala sebagai suatu tipe komunikasi sosial, yang hasilnya berupa sikap menghindari kewajiban (contoh : mengerjakan pekerjaan yang tidak disukai), mengekspresikan emosi (contoh : marah pada pasangan), atau untuk melambangkan suatu perasaan atau keyakinan (contoh : nyeri pada saluran pencernaan)
Etiologi
Faktor biologis Pasien memiliki gangguan perhatian dan kognitif yang dapat menyebabkan persepsi dan penilaian yang salah terhadap input somatosensorik
Etiologi Faktor genetika 10-20 % sanak saudara wanita derajat pertama dari pasien 29% pada kembar monozigot 10% pada kembar dizigotik.
Kriteria diagnostik A. Riwayat banyaknya keluhan fisik sejak sebelum usia 30 tahun yang muncul dalam banyak periode selama beberapa tahun dan terdapat hendaya berat dalam kehidupan sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya.
Kriteria diagnostik B. Setiap kriteria di bawah ini harus ada :
4 rasa nyeri : riwayat rasa nyeri pada minimal 4 bagian atau fungsi tubuh 2 gejala gastrointestinal : riwayat minimal 2 gejala gastrointestinal selain rasa nyeri 1 gejala seksual : riwayat minimal 1 gejala seksual atau reproduksi selain rasa nyeri 1 gejala pseudoneurologikus : riwayat minimal 1 kali gejala atau defisit yang menandakan gangguan neurologis, tidak terbatas pada rasa nyeri
Kriteria diagnostik C.
Terdapat salah satu dari di bawah ini :
setelah pemeriksaan yang tepat, setiap gejala pada poin B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum atau akibat efek zat tertentu
bila terdapat kondisi medik umum yang berhubungan, maka keluhan fisik atau hendaya sosial atau pekerjaan berlebihan dari yang diharapkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, atau hasil laboratorium.
Kriteria diagnostik D. Gejala-gejala yang ada bukan akibat kesengajaan atau dibuat-buat
Gambaran Klinis mengeluhkan banyak gejala somatik dan memiliki riwayat medik yang panjang, kompleks percaya bahwa mereka sakit hampir sepanjang masa hidupnya Distres psikologis dan masalah interpersonal menonjol; cemas dan depresi adalah kondisi psikiatri yang paling sering ditemukan
Gambaran Klinis
menggambarkan keluhannya secara dramatis, emosional, dan melebih-lebihkan, dengan bersemangat; mereka keliru dengan urutan waktu dan tidak dapat membedakan dengna tepat gejala saat ini dengan gejala sebelumnya.
biasanya berhubungan dengan gangguan mental lainnya, termasuk gangguan depresi mayor, gangguan kepribadian, gangguan akibat penggunaan zat, gangguan cemas generalisata, dan fobia
Diagnosis Banding Gangguan kondisi medis umum Gangguan afektif (depresif) dan anxietas Gangguan waham Gangguan Somatoform lain
Perjalanan Penyakit dan Prognosis Onset biasanya terjadi di usia sebelum 30 tahun dengan durasi selama beberapa tahun Timbulnya gejala somatik biasanya berhubungan dengan peningkatan kejadian stres Prognosis yang buruk jika gangguan disertai stress yang berlebihan
Terapi
Tujuan terapi : menyadarkan pasien bahwa kemungkinan besar keluhan tersebut disebabkan oleh faktor psikologis Penanganan terbaik dilakukan oleh satu orang dokter Psikoterapi individu dan kelompok Farmakoterapi diberikan harus dengan indikasi, yaitu jika ada gangguan mental yang menyertai
GANGGUAN KONVERSI
Suatu gangguan yang ditandai oleh adanya satu atau lebih gejala neurologis (seperti paralisis, kebutaan, dan parestesia) yang tidak dapat dijelaskan oleh gangguan neurologis atau medis yang diketahui. Di samping itu, penegakan diagnosis mengharuskan adanya faktor psikologis yang berhubungan dengan awal atau eksaserbasi gejala.
Epidemiologi
insidensi tahunan gangguan konversi adalah 22 per 100.000 orang
wanita : pria (usia dewasa) = 5 : 1
Etiologi
Faktor psikoanalitik disebabkan oleh represi konflik intrapsikis bawah sadar dan konversi kecemasan ke dalam suatu gejala fisik
Faktor biologis hipometabolisme pada hemisfer dominan dan hipermetabolisme pada hemisfer nondominan dan telah melibatkan gangguan komunikasi hemisfer
Kriteria Diagnosis
Satu atau lebih gejala atau defisit mempengaruhi fungsi sensorik atau motorik volunter yang mendukung kondisi neurologis atau kondisi medis umum lainnya.
Faktor psikologis diduga berhubungan dengan timbulnya gejala atau defisit tersebut karena inisiasi atau eksaserbasi gejala atau defisit didahului oleh konflik atau stresor lainnya.
Gejala atau defisit bukan akibat kesengajaan atau dibuat-buat.
Kriteria Diagnosis
Gejala atau defisit tidak dapat, setelah pemeriksaan yang tepat, dijelaskan sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum, atau sebagai akibat langsung penggunaan zat, atau tingkah laku atau pengalaman sanksi kultural.
Gejala atau defisit mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya atau memerlukan evaluasi medik.
Kriteria Diagnosis
Gejala atau defisit tidak terbatas pada rasa nyeri atau disfungsi seksual, tidak muncul semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak lebih baik dijelaskan pada gangguan mental lainnya.
Spesifikasi tipe : Dengan gejala atau defisit motorik Dengan gejala atau defisit sensorik Dengan kejang Dengan gambaran campuran
Gambaran Klinis Paralisis, kebutaan, dan mutisme paling sering ditemukan Biasanya berhubungan dengan gangguan kepribadian pasif-agresif, ketergantungan, antisosial, dan histrionik Gejala sensorik biasanya berupa anestesia dan parestesia, terutama pada ekstremitas
Gambaran Klinis
Gejala motorik meliputi gerakan abnormal, gangguan postur tubuh, kelemahan, dan paralisis atau paresis
Kejang semu (sulit dibedakan dengan kejang sesungguhnya hanya melalui observasi klinis)
Diagnosis Banding Gangguan Kondisi Medis Umum Skizofrenia Depresi Anxietas Gangguan Somatoform Lain
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Gejala awal dari kebanyakan pasien dengan gangguan Konversi akan sembuh dalam beberapa hari atau kurang dari sebulan.
Prognosis baik : awitan bersifat akut, faktor stressor mudah dikenali, kemampuan penyesuaian diri baik sebelum pasien jatuh sakit, tidak ada gangguan psikiatri atau medis lain yang menyertai, tidak sedang mengikuti suatu proses peradilan.
Prognosis bersifat buruk : jika gejala gangguan konversi ini telah timbul sejak lama.
Terapi Psikoterapi mengurangi faktor stres. Terapi Hipnotis, obat-obatan anxyolitik, serta pelatihan relaksasi tingkah laku Amobarbital atau Lorazepam Terapi psikodinamik : untuk menganalisa dan menggali konflik psikis serta simbolisasi dari gejala gangguan konversinya
HIPOKONDRIASIS
Hipokondriasis timbul sebagai akibat dari interpretasi yang tidak realistis atau salah dari gejala fisik, walaupun tidak terdapat kelainan medis yang menyebabkannya. Pada pasien, terdapat preokupasi dengan ketakutan akan mengalami, atau keyakinan memiliki, penyakit serius
Epidemiologi
Prevalensi dalam enam bulan sebesar 4-6 % pada populasi umum.
Pria = wanita
Onset usia paling sering antara usia 20 dan 30 tahun.
Etiologi
Gejala mencerminkan misinterpretasi gejalagejala tubuh (meningkatkan dan membesarbesarkan sensasi somatiknya)
Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk mendapatkan peranan sakit oleh seseorang yang menghadapi masalah yang tampak berat dan tidak dapat dipecahkan
Etiologi
hipokondriasis sebagai bentuk varian gangguan mental lainnya. Diperkirakan 80% pasien hipokondriasis mungkin memiliki gangguan depresif atau gangguan cemas yang ditemukan bersama-sama
psikodinamika hipokondriasis, yang menyatakan harapan agresif dan permusuhan terhadap orang lain dialihkan kepada keluhan fisik
Kriteria Diagnosis A.
Preokupasi akan rasa takut memiliki, atau ide bahwa seseorang mempunyai, penyakit serius berdasarkan misinterpretasi pasien mengenai gejala tubuhnya.
B.
Preokupasi tersebut bertahan tanpa menghiraukan hasil evaluasi medis yang tepat dan pengyakinan kembali oleh klinisi.
C.
Keyakinan yang disebutkan pada poin A tidak pada intensitas waham dan tidak terbatas pada perhatian akan penampilan.
Kriteria Diagnosis D.
E. F.
Preokupasi tersebut mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya. Durasi minimal 6 bulan. Preokupasi tersebut tidak lebih baik dijelaskan sebagai akibat gangguan kecemasan generalisata, Preokupasif-kompulsif, gangguan panik, episode depresi berat, cemas akan perpisahan, atau gangguan somatoform lainnya
Kriteria Diagnosis
Spesifikasi bila : Dengan tilikan diri buruk : bila, hampir sepanjang waktu selama episode kini, penderita tidak menyadari bahwa keyakinannya memiliki penyakit serius tersebut berlebihan atau tidak beralasan.
Gambaran Klinis merasa yakin dirinya memiliki penyakit serius yang belum terdeteksi, dan tidak dapat diyakinkan sebaliknya Keyakinan tersebut bertahan tanpa menghiraukan hasil pemeriksaan laboratorium negatif Hipokondriasis sering disertai depresi atau cemas
Diagnosis Banding Gangguan Kondisi Medis Umum Gangguan depresif Gangguan waham Gangguan anxietas dan gangguan panik Gangguan Somatoform lain
Perjalanan Penyakit dan Prognosis bersifat episodik dengan durasi bulanan hingga tahunan dan disertai interval yang lama Sepertiga hingga setengah dari pasien akan membaik dengan sendirinya
Perjalanan Penyakit dan Prognosis Prognosis baik : Status sosial ekonomi pasien baik. Sensitif terhadap terapi anxietas atau depresi. Onset yang tiba-tiba. Tidak adanya gangguan kepribadian. Tidak ditemukan adanya gangguan medis lain yang nonpsikiatrik.
Terapi
Psikoterapi (terapi perilaku, terapi kognitif, dan hipnotis)
Farmakoterapi dilakukan jika ditemukan gangguan lain yang mendasari dan responsif terhadap obat (seperti gangguan anxietas atau depresi).
GANGGUAN DISMORFIK TUBUH Adanya preokupasi seseorang memiliki cacat tubuh khayalan atau suatu interpretasi berlebihan dari cacat yang minimal atau kecil. Inti gangguan ini adalah bahwa seseorang yakin atau takut bahwa dirinya tidak menarik atau bahkan menjijikkan.
Epidemiologi Onset usia tersering 15 sampai 20 tahun. Wanita > pria. Suatu penelitian, 90% menyebutkan pada pasien gangguan dismorfik tubuh pernah mengalami episode depresif berat, 70% pernah mengalami gangguan cemas, dan 30% pernah menderita gangguan psikotik.
Etiologi
Penyebab gangguan dismorfik tubuh tidak diketahui. Patofisiologi gangguan mungkin melibatkan serotonin dan dapat berhubungan dengan gangguan metal lain. Pengaruh kultural atau sosial yang bermakna bagi pasien. Dalam psikodinamika, mencerminkan pengalihan konflik seksual atau emosional ke dalam bagian tubuh yang tidak berhubungan. Asosiasi timbul melalui mekanisme pertahanan represi, disosiasi, distorsi, simbolisasi, dan proyeksi.
Diagnosis Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR : Preokupasi akan defek khayalan pada penampilan. Preokupasi mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya. Preokupasi tidak lebih baik dijelaskan dengan gangguan mental lainnya.
Gambaran Klinis
Perhatian paling sering melibatkan cacat wajah, khususnya pada bagian spesifik. Terkadang keluhan tidak jelas dan sulit dimengerti. Efek pada kehidupan pasien dapat signifikan; sebagian besar pasien menghindari ekspos hubungan sosial atau pekerjaan. Diagnosis komorbid dengan gangguan depresi dan cemas sering ditemukan, dan pasien juga dapat memiliki ciri kepribadian obsesif-kompulsif, skizoid, dan narsistik.
Diagnosis Banding Gangguan Kepribadian Narcistik perhatian terhadap salah satu bagian tubuh tidaklah menonjol. Gangguan Depresif, Obsesif-Kompulsif dan Skizofrenia.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis Awitan bersifat gradual, timbulnya perhatian berlebih jika disadari telah terjadi adanya gangguan fungsi. Timbul keinginan untuk mencari pertolongan medis atau tindakan operasi. Gangguan ini biasanya bersifat kronis jika terabaikan.
Terapi
Pengobatan pasein dapat dilakukan dengan terapi bedah, pengobatan dermatologis, dan pengobatan Gigi dan Mulut. Farmakoterapi seperti: Trisiklik anti depresan, Monoamin Oksidase Inhibitor dan pimozide (Orap). Obat-obatan pro Serotonin spesifik clomipramine (Anafranil) dan Fluoxetine (Prozac) Jika disertai gangguan mental, dilakukan farmakoterapi dan psikoterapi yang sesuai.
GANGGUAN NYERI
Gejala utama gangguan nyeri adalah adanya nyeri pada satu atau lebih lokasi yang tidak sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis atau neurologis non psikiatrik. Gejala tersebut disertai distres emosional dan gangguan fungsional serta memiliki hubungan sebab yang masuk akal dengan faktor psikologis.
Epidemiologi Gangguan nyeri, wanita > pria. Onset usia puncaknya pada dekade keempat dan kelima. Gangguan depresi, gangguan cemas, dan penyalahgunaan zat.
Etiologi Faktor psikodinamika. Faktor perilaku. Faktor interpersonal. Faktor biologis.
Diagnosis Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR : Rasa nyeri pada satu atau lebih bagian anatomis. Rasa nyeri mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya. Faktor psikologis memegang peranan pada onset, berat, eksaserbasi, atau bertahannya nyeri. Gejala atau defisit bukan disengaja atau dibuat-buat. Nyeri tidak dijelaskan dengan gangguan mood, kecemasan, atau psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.
Jenis Jenis Gangguan Nyeri
Gangguan nyeri berasosiasi dengan faktor psikologis Gangguan nyeri berasosiasi dengan baik faktor psikologis maupun kondisi medik umum Gangguan nyeri berasosiasi dengan kondisi medik umum
Spesifikasi : Akut : durasi kurang dari 6 bulan Kronik : durasi 6 bulan atau lebih
Gambaran Klinis
Pasien dengan gangguan nyeri bukan merupakan kelompok yang uniform tapi merupakan kumpulan heterogen. Pasien dengan ganguan nyeri memiliki riwayat panjang akan perawatan medik dan bedah. Komplikasi dapat berupa gangguan akibat penggunaan zat, karena pasien berusaha mengurangi nyeri dengan konsumsi alkohol dan zat lainnya.
Diagnosis Banding
Nyeri Fisik Murni
Gangguan Somatoform Lain
Perjalanan Penyakit dan Prognosis Gangguan nyeri biasanya timbul secara mendadak dan semakin bertambah parah dalam beberapa minggu atau bulan. Prognosis dapat bervariasi. Prognosis buruk terjadi jika ditemukan adanya masalah tertentu yang melatarbelakangi.
Terapi Rehabilitasi Farmakoterapi seperti analgetika tidak bermanfaat pada pasien dengan gangguan Nyeri. Antidepresan seperti Trisiklik dan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), adalah obat-obatan yang sangat efektif.
Gangguan Somatoform Tidak Terdiferensiasi
Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR : Satu atau lebih keluhan fisik Terdapat salah satu dari di bawah ini : setelah pemeriksaan yang tepat, setiap gejala pada poin A tidak dapat dijelaskan sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum atau akibat efek zat tertentu bila terdapat kondisi medik umum yang berhubungan, maka keluhan fisik atau hendaya sosial atau pekerjaan lebih hebat dari yang diharapkan
Gejala mengakibatkan distres psikologis atau hendaya berat dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya. Durasi minimal 6 bulan. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan dengan gangguan mental lainnya (seperti gangguan somatoform lainnya, disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan cemas, gangguan tidur, atau gangguan psikotik). Gejala bukan disengaja atau dibuat-buat.
Gangguan Somatoform Yang Tidak Dapat Ditentukan
Pseudocyesis : keyakinan yang salah bahwa ia mengalami kehamilan. Gangguan melibatkan gejala hipokondriakal nonpsikotik dengan durasi kurang dari 6 bulan. Gangguan melibatkan keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan (contoh : kelelahan atau badan lemah) dengan durasi kurang dari 6 bulan.