Panduan Praktik Klinis Neurologi RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO dr. Kurdi Sp.S
TUMOR INTRAKRANIAL Definisi
: Suatu
massa
abnormal
di
dalam
tengkorak yang
disebabkan oleh multiplikasi sel-sel yang berlebihan dan menyebabkan adanya proses desak ruang. Anamnesis
: Nyeri kepala kronis progresif
Pemeriksaan Fisik
: Gangguan. Nervi cranialis, Gangguan. Motorik
Kriteria Diagnosa
:
Peningkatan tekanan intrakranial : Nyeri kepala kronik Tidak berkurang dengan obat analgesik Muntah tanpa penyebab gastrointestinal Papil edema Kesadaran menurun Gejala fokak : True location sign False location sign Diagnosa Diferensial :
Abses serebri Subdural hematoma Tuberkuloma Pseudotumor serebri
Pemeriksaan Penunjang: Head CT Scan jika perlu dengan kontras Konsultasi
: Bedah Saraf, Radiologi
Perawatan RS
: RS Type C
Terapi
:
Terapi Kausal Operatif Radioterapi Kemoterapi Untuk menurunkan tekanan intrakranial Dexamethasone Manitol Posisi kepala 20-30 ° Terapi simptomatik Antikonvulsan Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 1
Analgetik/antipiretik Sedative Antidepresan k/p Rehabilitasi medik Edukasi / prognosis : Prognosis penyakit dan sequel akibat desakan tumor Tempat Pelayanan
: Rawat inap
Penyulit
:
Herniasi otak Perdarahan pada tumor hidrosefalus
Informed Consent
: Lisan / Tertulis
Tenaga Standar
: Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis Saraf
Lama Perawatan
: Minimal 2 minggu
Kepustakaan
: Mardjono, M., & Sidharta, P. (2010). NEUROLOGI KLINIS DASAR (10 ed.). DIAN RAKYAT. Surakarta, M. (2004). SIMPOSIUM Neuro Intensif. Bagian Ilmu Saraf FK UNS RSUD. UPDATE, N. (2011). Panitia Konas Perdossi 2011.
Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 2
NEURALGIA TRIGEMINAL Definisi
: Neuralgia adalah nyeri seperti ditusuk yang timbul sesekali, namun singkat dan berat yang terjadi di sepanjang distribusi suatu saraf. Neuralgia trigeminal (NT) adalah neuralgia pada saraf trigeminal (saraf kranial kelima) yang bertanggung jawab untuk sensasi di wajah.
Anamnesis
: Serangan nyeri paroksimal, spontan,
tiba-tiba, nyeri
tajam, superficial seperti ditusuk, tersetrum, terbakar pada
wajah atau frontal (unilateral) beberapa detik
sampai <2 menit, berulang terbatas pada >1 cabang N.V. Pemeriksaan Fisik
: Parese N.V, parase sensori dan motorik
Kriteria Diagnosa
: Nyeri, dipresipitasi dari trigger area (plika nasobialis dan pipi) atau pada aktivitas harian.
Diagnosa Diferensial : Nyeri wajah atipikal Pemeriksaan Penunjang: MRI, MRA, SIEP Konsultasi
: Bedah Saraf (atas indikasi)
Perawatan RS
: RS Type B
Terapi
:
Antikonvulsan Karbamazepin Oxkarbamazepin Fenitoin Gabapentin Asam valproat TENS Terapi simptomatik sama dengan neuralgia lain Edukasi / prognosis
:Kemungkinan serangan berulang
Tempat Pelayanan
: Rawat jalan
Informed Consent
: Lisan / Tertulis
Tenaga Standar
: Dokter Spesialis Saraf
Kepustakaan
:
Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 3
Mardjono, M., & Sidharta, P. (2010). NEUROLOGI KLINIS DASAR (10 ed.). DIAN RAKYAT. Surakarta, M. (2004). SIMPOSIUM Neuro Intensif. Bagian Ilmu Saraf FK UNS RSUD. UPDATE, N. (2011). Panitia Konas Perdossi 2011.
Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 4
NYERI KEPALA KLUSTER
Definisi
: Nyeri Kepala Kluster adalah suatu sindrom idiopatik yang terdiri dari serangan yang jelas dan berulang dari suatu nyeri periorbital unilateral yang mendadak dan parah.
Anamnesis
: Nyeri kepala hebat di daerah orbita, 1 kali tiap 2 hari sampai 8 kali perhari
Pemeriksaan Fisik
: Injeksi konjungtiva, kongesti nasal, edema palpebra ipsilateral
Kriteria Diagnosa
: Minimal 5 serangan nyeri kepala hebat di orbita, supraorbita dan temporal, unilateral, 15-180 menit bila tak diobati, disertai satu dari berikut :
Injeksi konjungtiva, lakrimasi ipsilateral Kongesti nasal, rinnore ipsilateral Edema palpebra ipsilateral Dahi dan wajah berkeringat Miosis, ptosis ipsilateral Gelisah/agitasi Frekuensi serangan 1-8x/hari
Diagnosa Diferensial :
Migrain Neuralgia trigeminal Temporal arteritis
Pemeriksaan Penunjang: CT Scan Konsultasi
: Dokter Spesialis Bedah Saraf
Perawatan RS
: Tergantung kondisi klinis
Terapi
:
Inhalasi O2 100% (masker muka) 7L/menit selama15 menit DHE 0,5-1,5mg IV Sumatriptan injeksi subkutan 6mg, diulang setelah 24 jam Zolmitriptan 5-10mg per oral Opioids
Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 5
Edukasi
Gabapentin : Prognosis kemungkinan kekambuhan
Tempat Pelayanan
: Rawat jalan
Penyulit
: self injury, efek samping pengobatan, drug abuse, medication overdose headache
Informed Consent
: Lisan / Tertulis
Tenaga Standar
: Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis Saraf
Lama Perawatan
: Tergantung kondisi klinis
Kepustakaan
: Mardjono, M., & Sidharta, P. (2010). NEUROLOGI KLINIS DASAR (10 ed.). DIAN RAKYAT. Surakarta, M. (2004). SIMPOSIUM Neuro Intensif. Bagian Ilmu Saraf FK UNS RSUD. UPDATE, N. (2011). Panitia Konas Perdossi 2011.
Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 6
PENYAKIT PARKINSON Definisi
: Degenerasi sel saraf secara bertahap pada otak bagian tengah yang berfungsi mengatur pergerakan tubuh.
Anamnesis
: Tremor
Pemeriksaan fisik
: Kriteria Hoehn Dan Yahr
Kriteria diagnosis
:
Umum: Gejala dimulai pada satu sisi Tremor saat istirahat Khusus : tremor : laten, saat istirahat, bertahan saat istirahat Rigiditas Akinesia/bradikinesia; kedipan mata berkurang, fase mask, hipotonia, hipersaliva, takikinesia, tulisan kecil, cara berjalan
langkah kecil Hilang refleks posturnal Distonia, rasa kaku, sulit memulai gerak
Diagnosa Diferensial :
Huntington Disease Multipel system atrophy Diffuse lewy body disease
Pemeriksaan penunjang: CT Scan kepala Konsultasi
: Rehabilitasi medik, bedah saraf, psikiater
Perawatan RS
: RS tipe B
Terapi
:
Antikolinergik : THP Dopaminergik : Carbidopa dan Levodopa Dopamin agonisz : Bromokriptin Mesilat, Pramipexol COMT Inhibitor: Entacapone MAO-B Inhibitor: Selegiline Antioksidan
Edukasi / prognosis :
Prognosis
perkembangan
progresifitas
keteraturan pengobatan dan perlunya caregiver Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 7
penyakit,
Tempat pelayanan Penyulit
: Poliklinik dan rawat inap
: Fluktuasi obat (fenomena off on) Hipotensi posturnal Perubahan tingkah laku; dimensia; depresi; sleep disorder
Informed Consent
: Lisan/Tertulis
Tenaga Standar
: Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Bedah Saraf, Psikiatri
Lama Perawatan Kepustakaan
: Tergantung pada faktor penyulit
: Buku Pedoman Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Prosedur Operasional (SPO) Neurologi, 2006. Mardjono, M., & Sidharta, P. (2010). NEUROLOGI KLINIS DASAR (10 ed.). DIAN RAKYAT. Surakarta, M. (2004). SIMPOSIUM Neuro Intensif. Bagian Ilmu Saraf FK UNS RSUD. UPDATE, N. (2011). Panitia Konas Perdossi 2011.
Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 8
BELL’S PALSY Definisi
: Penyakit saraf yang mengenai saraf fasialis (wajah), menyebabkan kelumpuhan otot-otot salah satu sisi wajah, sehingga wajah menjadi asimetris, karena salah satu sisi wajah tampak melorot/ mencong.
Anamnesis
: Perot wajah sesisi, mata tak bisa menutup sempurna sesisi
Pemeriksaan fisik
: Parese N.VII dan XII LMN
Kriteria diagnosis
: Kelumpuhan nervus fasialis (N.VII) perifer yang terjadi akut dalam 48 jam dengan gejala kelumpuhan wajah atas dan bawah unilateral, sering disertai nyeri aurikuler posterior, penurunan sekresi air mata, gangguan rasa kecap, hiperakusi.
Diagnosa Diferensial : Parese N.VII simtomatik Pemeriksaan penunjang: ENMG Konsultasi
: Bila curiga simtomatik THT
Perawatan RS
: RS tipe C
Terapi
: Farmakologi : prednison 1mg/kgBB (5 hari) diturunkan 2 tab/hari sampai 10 hari (stadium akut) Mecobalamin 3x500 mg Analgetik bila nyeri Fisioterapi setelah hari ke 4 awitan
Edukasi / prognosis : Menghindari faktor presipitasi, udara dingin, angin, udara terbuka Tempat pelayanan Penyulit
: Rawat jalan
: Infeksi mata, Tik fasialis
Informed Consent
: Lisan/Tertulis
Tenaga Standar
: Dokter Spesialis Saraf
Lama Perawatan
: 4-6 minggu
Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 9
Masa pemulihan
: 85% sembuh dalam 3 minggu, 15% sembuh dalam 3-6 bulan
Kepustakaan
: Buku Pedoman Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Prosedur Operasional (SPO) Neurologi, 2006. Mardjono, M., & Sidharta, P. (2010). NEUROLOGI KLINIS DASAR (10 ed.). DIAN RAKYAT. Surakarta, M. (2004). SIMPOSIUM Neuro Intensif. Bagian Ilmu Saraf FK UNS RSUD. UPDATE, N. (2011). Panitia Konas Perdossi 2011.
Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 10
PERIODIK PARALISIS Definisi
: Merupakan kelainan pada membran yang sekarang ini dikenal sebagai salah satu kelompok kelainan penyakit chanellopathies
pada
dikarakteristikkan
otot
dengan
skeletal. terjadinya
Kelainan suatu
ini
episodik
kelemahan tiba-tiba yang disertai gangguan pada kadar kalium serum. Periodik paralisa ini dapat terjadi pada suatu keadaan hiperkalemia atau hipokalemia Anamnesis
: Kelemahan anggota gerak bawah, akut
Pemeriksaan fisik
: Hiporefleksi
Kriteria diagnosis
: Awitan akut dengan gejala kelumpuhan anggota gerak. Serangan utama pagi hari bila tak diterapi dapat menetap 36 jam. Tidak ada gangguan sensori, rafleks tendon mungkin menurun.
Diagnosa Diferensial : Hipokalemi karena gastroenteritis, tirotoksikosis atau sebab lain. Pemeriksaan penunjang:
laboratorium : kalium darah, EKG, EMG
Konsultasi
: UPD
Perawatan RS
: RS tipe B
Terapi
:
Pemberian vitamin K secara peroral atau parenteral Profilaksis: diet tinggi kalium, rendah Na, rendah karbohidrat. Aldacton 100mg/oral/hari, Tiamin HCl 50mg/hari
Edukasi / prognosis : Diit tinggi kalium dan rendah karbohidrat, merupakan penyakit otosomal dominan Tempat pelayanan Penyulit
: Rawat inap
: Gangguan jantung
Informed Consent
: Lisan/Tertulis
Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 11
Tenaga Standar
: Dokter Spesialis Saraf
Lama Perawatan
: Sampai kelumpuhan hilang
Kepustakaan
: Buku Pedoman Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Prosedur Operasional (SPO) Neurologi, 2006. Mardjono, M., & Sidharta, P. (2010). NEUROLOGI KLINIS DASAR (10 ed.). DIAN RAKYAT. Surakarta, M. (2004). SIMPOSIUM Neuro Intensif. Bagian Ilmu Saraf FK UNS RSUD. UPDATE, N. (2011). Panitia Konas Perdossi 2011.
Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 12
MULTIPEL SCLEROSIS Definisi
: Penyakit progresif yang muncul akibat sistem kekebalan tubuh yang secara keliru menyerang selaput pelindung saraf atau mielin dalam otak dan saraf tulang belakang. Sarafsaraf yang rusak kemudian akan mengeras dan membentuk jaringan parut atau sklerosis.
Anamnesis
: Gejala dan tanda objektif tersebar
Pemeriksaan fisik
:
Kriteria diagnosis
:
Memiliki fare remisi dan eksaserbasi Neuritis optik, neuritis retrobulbar Skotoma sentral, strabismus Hilang refleks kulit dan abdomen Meningkatnya refleks fisiologis pada tungkai Spatisitas, klonis dan babinski sign Tremor nistagmus, ataksia Gangguan bicara Kelainan emosional
Diagnosa Diferensial :
Hereditary Ataxic Familial Spastic Paraplegia Defisiensi B12 SLE
Pemeriksaan penunjang:
laboratorium : LCS Fundus CT Scan
Konsultasi
: UPD
Perawatan RS
: Rawat inap
Terapi
: Kortikosteroid kontinyu sebagai standar pengobatan
Edukasi / prognosis : Prognosis penyakit kronis progresif Tempat pelayanan
: Rawat inap
Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 13
Informed Consent
: lisan / tertulis
Tenaga Standar
: Dokter Spesialis Syaraf
Lama Perawatan
: Tergantung faktor penyulit
Kepustakaan
: Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Prosedur Operasional (SPO) Neurology 2006 Mardjono, M., & Sidharta, P. (2010). NEUROLOGI KLINIS DASAR (10 ed.). DIAN RAKYAT. Surakarta, M. (2004). SIMPOSIUM Neuro Intensif. Bagian Ilmu Saraf FK UNS RSUD. UPDATE, N. (2011). Panitia Konas Perdossi 2011.
TICS
Definisi
: Suatu gerakan motorik (yang lazimnya mencakup suatu kelompok otot khas tertentu) yang tidak di bawah
Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 14
pengendalian, berlangsung cepat, dan berulang-ulang, tidak berirama, ataupun suatu hasil vocal yang timbul mendadak dan tidak memiliki tujuan yang nyata Anamnesis
: Gerakan otot bawah mata periodic
Pemeriksaan Fisik
: Gerakan Involunter Sederhana
Kriteria Diagnosa
:Gerakan involunter sederhana: kedipan mata, menyeringai, menjulurkan lidah, gerakan kepala, gerakan jari kaki, gerakan kepala, gerakan wajah, gerakan leher, gerakan mengangkat bahu. Keluhan ini menetap, menurun bahkan dapat menghilang.
Diagnosa Diferensial : Epilepsi Pemeriksaan penunjang: EEG, MRI Konsultasi
: Dokter Spesialis syaraf
Perawatan RS
: RS Type B
Terapi
:
Non farmakologi : terapi behavior Farmakologi : mulai dosis rendah ditingkatkan bertahap Evaluasi efektifitad obat dan efek samping Monoterapi Klonidin, klonazepam, flifenazin, haloperidol, risperidon, olanzapine
Edukasi / prognosis :
mengurangi stress, emosi
Tempat pelayanan
: Rawat Jalan
Informed Consent
: lisan / tertulis
Tenaga Standar
: Dokter Spesialis Syaraf
Lama Perawatan
: Sampai kelumpuhan hilang
Kepustakaan
: Buku pedoman Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar. Mardjono, M., & Sidharta, P. (2010). NEUROLOGI KLINIS DASAR (10 ed.). DIAN RAKYAT. Surakarta, M. (2004). SIMPOSIUM Neuro Intensif. Bagian Ilmu Saraf FK UNS RSUD.
Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 15
UPDATE, N. (2011). Panitia Konas Perdossi 2011.
Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 16
VERTIGO Definisi
: Merupakan suatu gejala dengan sensasi diri sendiri atau sekeliling terasa berputar.
Anamnesis
: keluhan pusing berputar, melayang dan lain - lain yang diprovokasi perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan, ketegangan.
Pemeriksaan Fisik
:
Tes Romberg Tandem gait Post pointing Tes nylen barany Kriteria Diagnosa
: sindrom atau kumpulan gejala subjektif (symptom) dan Objektif (sign) dari gangguan alat keseimbangan tubuh
Diagnosa Diferensial : Epilepsi Pemeriksaan penunjang:
CT Scan kepala EEG Pemeriksaan Laboratorium
Konsultasi
: Dokter Spesialis syaraf
Perawatan RS
: RS Type B
Terapi
:
Ca-entry blocker : Flunarisi 3 x 5-10 mg/hr Antihistamin : Dimenhidrinat 3 x 50 mg/hr Histaminik : Betahistin 3 x 8 mg/hr Metoclopramide 3 x 10 mg/hr Terapi rehabilitasi : latihan visual-vestibuler, metode BrandtDaroff, Gait exercise
Edukasi / prognosis : -
istirahat, bedrest
Tempat pelayanan
: Rawat Jalan
Informed Consent
: lisan / tertulis
Tenaga Standar
: Dokter Spesialis Syaraf
Lama Perawatan
: Minimal 1 minggu
Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 17
Kepustakaan
: Buku pedoman Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar prosedur Operasional (SPO) Neurologi, 2006 Mardjono, M., & Sidharta, P. (2010). NEUROLOGI KLINIS DASAR (10 ed.). DIAN RAKYAT. Surakarta, M. (2004). SIMPOSIUM Neuro Intensif. Bagian Ilmu Saraf FK UNS RSUD. UPDATE, N. (2011). Panitia Konas Perdossi 2011.
SINDROMA GUILLAIN BARRE
Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 18
Definisi
: Penyakit GBS (Guillain Barre Syndrome) atau yang dikenal
dengan
Acute
Inflammatory
Idiopathic
Polyneuropathy (AIIP) atau yang bisa juga disebut sebagai Acute Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy (AIDP) adalah gangguan di mana sistem kekebalan tubuh menyerang bagian dari sistem saraf perifer. Anamnesis
: kelemahan anggota gerak bawah diikuti kelemahan anggota gerak atas
Pemeriksaan Fisik
: Kelemahan N. cranialis VII, VI, III, V, IX, X Kelemahan ektremitas bawah, ascenden asimetris upper extremitas Hiporefleksi
Kriteria Diagnosa
: kelemahan ascenden dan simetris. Kelemahan otot proksimal lebih dulu terjadi dari otot distal Terjadi akut dan progresifbisa ringan sampai tetraplegia dan gangguan napas
Diagnosa Diferensial : Polineuropati karena defisiensi metabolic Hipokalemi Miasthenia gravis Pemeriksaan penunjang: LCS : Disosiasi sitoalbumin CT/MRI EMG Konsultasi
: Dokter Spesialis syaraf
Perawatan RS
: RS Type C
Terapi
: Roboransia saraf parental Pasang NGT bila kesulitan mengunyah Kortikosteroid
Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 19
Plasmafaresis 200-250 ml/kg BB dalam 4-6x pemberian IVIG 0,4 g/kg/BB/tiap hari selama 5 hari Edukasi / prognosis : bedrest Tempat pelayanan
: Rawat Jalan
Informed Consent
: lisan / tertulis
Tenaga Standar
: Dokter Spesialis Syaraf
Kepustakaan
: Buku pedoman Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar prosedur Operasional (SPO) Neurologi, 2006 Mardjono, M., & Sidharta, P. (2010). NEUROLOGI KLINIS DASAR (10 ed.). DIAN RAKYAT. Surakarta, M. (2004). SIMPOSIUM Neuro Intensif. Bagian Ilmu Saraf FK UNS RSUD. UPDATE, N. (2011). Panitia Konas Perdossi 2011.
Panduan Praktik Klinis Neurologi
Page 20