PANDUAN PRAKTEK KLINIK
APENDISITIS AKUT 1. PENGERTIAN
Penyumbatan dan peradangan akut pada usus buntu jangka waktu kurang dari 2 minggu
2. ANAMNESIS
1. 2. 3. 4.
Nyeri perut kanan kanan bawah Mual Anoreksi Bisa disertai dengan demam
3. PEMERIKSAAN FISIK
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nyeri tekan tekan McBurney McBurney Rovsing sign (+) Psoas sign (+) Blumberg sign (+) Obturator sign (+) Colok dubur : nyeri jam 9-11
dengan
4. KRITERIA DIAGNOSIS
1. Memenuhi kriteria anamnesis 2. .Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No 5. DIAGNOSIS KERJA
Apendisitis akut
6. DIAGNOSIS BANDING
1. 2. 3. 4.
Urolitiasis dekstra UTI dekstra Adneksitis Kista ovarium terpuntir
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Darah rutin, masa perdarahan, masa pembeku pembekuan an Ureum kreatinin GDS HbsAg Tes kehamilan USG Abdomen
8. TATALAKSANA
Open appendektomi dengan lama rawatan 3-4 hari, prosedurnya : 1. Penderita dalam posisi tertelentang t ertelentang dalam general anestesi 2. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada seluruh abdomen dan dada bagian bawah, kemudian lapangana operasi dipersempit dengan kain steril. 3. Dilakukan insisi mid transversa tr ansversall umbilkal kanan. 4. Irisan diperdalam dengan memotong lemak dan mencapai aponeurosis Muskulus Oblikus Abdominis Eksternus (MOE), MOE dibuka sedikit dengan scalpel searah dengan seratnya, kemudian diperlebar ke lateral dank e medical dengan pertolongan pinset pinset anatomi
1
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
APENDISITIS AKUT 8. TATALAKANA TATALAKANA
9. EDUKASI
5. Wond Haak tumpul dipasang dibawah MOEL, tampak dibawak MOE muskulus Oblikus Internus (MOI), kemudian dibuka secara tumpul dengan gunting atau klem arteri searah dengan seratnya sampai tampak lemak peritoneum, dengan Haak Langen Back otot dipisahkan. 6. Haak dipsang dibawah muskulus tranversus abdominis. 7. Peritoneum yang berwarna putih dipegang dengan menggunakan menggunakan 2 pinset Chirurgis dan dibuka dengan gunting, perhatikan apa apa yang keluar keluar (pus, udara, atau atau cairan lain lain seperti darah, feses,dll), periksa kultur dan tes kepekaan kuma dari cairan yang keluar tersebut. 8. Kemudian Wond Haak diletakkan di bawah peritoneum. peritoneum. 9. Kemudian sekum (yang berwarna lebih putih, memiliki t anea koli dan haustra) dicari dan diluksir. 10. Appendiks yang basisnya terletak pada pertemuan tiga taenia mempunyai bermacam-macam posisi antara lain antesekal, retrosekal, anteileal, retroileal, dan pelvinl setelah ditemukan, sekum dipegang dengan darm pinset dan ditarik keluar, dengan kassa basah sekum dikeluarkan kearah mediokaudal, sekum yang telah keluar dipegang oleh asisten dengan ibu jari berada diatas. 11. Mesentrium dengan ujung apendiks dipegang di pegang dengan klem Koher kemudian mesoapendik dipotong dan diligasi sampai pada basis apendiks apendiks dengan dengan menggunakan menggunakan benang sutera sutera 3/0. 12. Pangkal apendiks di crush dengan apendik klem kocher dan pada bekas bekas crush tersebut tersebut diikat dengan sutra sutra 3/0. Dibuat jahitan pursesring pursesring pada serosa serosa sekitar pangkal pangkal appendiks appendiks dengan menggunakan menggunakan benang sureta halus 3/0. 13. Dibagian distal dari ikatan pada pangkal apendiks diklem dengan kocher dan diantara klem kocher dan ikatan tersebut appendiks dipotong dengan pisau yang telah dilapisi indium. 14. Sisa appendiks ditanam didalam dinding sekum dengan pertolongan pinset pinset anatomis didorong didorong ke dalam dan jahitan pursestring dieratkan. dieratkan. 15. Kemudian sekum dimasukkan ke dalam rongga perut. Peritoneum ditutup dengan jahitan jelujur dari benang absorbable nomor 3/0. 16. Muskulus Oblikus internus dan muskulus transverses abdomins ditutup. Muskulus oblikuseksternus abdominus beserta aponeurosisnya aponeurosisnya ditutup ditutup dengan jahitan benang absorbable secara simpul. 17. Lemak ditutup secara simpul dan kulit dijahit subtikuler bila operasi bersih kontaminasi. 1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding, pemerik pemeriksaan saan penunja penunjang ng 2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan, resiko dan komplikasi 3. Penjelasan alternatif tindakan 4. Penjelasan perkiraan lama rawat 2
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
APENDISITIS AKUT 10.PROGNOSIS 10.PROGNOSIS
11.TINGKAT 11.TINGKAT EVIDENS 12.TINGKAT 12.TINGKAT REKOMENDASI
-
Advitam : dubia adbonam Ad Sanationam : dubia adbonam Ad Fungsionam : dubia adbonam
I untuk Tindakan Tindakan no 1 & no 2 B
13.PENELAAHAN 13.PENELAAHAN KRITIS
KSM Bedah
14.INDIKATOR 14.INDIKATOR OUTCOME
1. Keluhan berkurang 2. Lama hari rawat : 3 hari 3. Tidak terjadi Infeksi Daerah Operasi (IDO)
15.KEPUSTAKAAN 15.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Pr incipal incipal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
3
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
PERITONITIS
Adalah radang peritoneum parietal oleh iritan yang dapat berupa nanah, cairan pancreas, cairan usus, empedu, darah dan urine yang bisa terjadi secara secara lokal maupun maupun difus. Peritonitis terbagi dua: 1. Peritonitis primer: peritonitis yang terjadi akibat infeksi akut dari organ-organ seperti pancreas, salpingitis, atau organ berlumen yang belum mengalami preforasi. 2. Peritonitis sekunder : peritonitis yang terjadi karena perforasi dari dari organ-organ berlumen berlumen Peritonitis lokal 2. ANAMNESIS - Sakit perut terlokalisir. Contohnya nyeri perut di kanan bawah - Muntah - Demam Peritonitis diffuse - Nyeri seluruh perut perut - Muntah - Demam Peritonitis lokal 3. PEMERIKSAAN FISIK - Nyeri lepas di di daerah abdomen abdomen yang terlibat - Nyeri tekan - Temperature, denyut nadi naik - Muscle rigid dari dinding perut yang terlibat Peritonitis diffuse - Nyeri lepas seluruh seluruh kuadran kuadran abdomen - Nyeri tekan seluruh seluruh abdomen abdomen - Muscle rigid seluruh perut - Temperature, denyut nadi naik - Bising usus menurun a. Memenuhi kriteria anamnesis diatas 4. KRITERIA DIAGNOSIS b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas 1. PENGERTIAN
5. DIAGNOSIS KERJA
Peritonitis lokal dan diffuse
6. DIAGNOSIS BANDING
-
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah Rutin, Urinalisis, Foto Polos Abdomen, USG dan CT Scan (a.i pada kasus yang meragukan). Pada foto polos abdomen perlu dicari tanda perforasi organ viskus berupa pneumoperitoneum. pneumoperitoneum. Laparatomi Eksplorasi
8. TATALAKSANA
1. Pengaturan posisi operasi (biasanya supine). 2. Aseptic antiseptic. 3. Approach insisi luka operasi biasanya incise midline atau transverse yang bisa diperluas. 4. Setelah pembukaan dinding abdomen, dilakukan eksplorasi laparatomi laparatomi untuk mencari penyebab sumber peritonitis. Eksplorasi dilakukan sistematis sistematis mulai dari kwadran kanan 4
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
PERITONITIS 9. TATALAKSANA
atas, kiri atas, kanan bawah dan kiri bawah dan bila diperlukan eksplorasi ke retroperitonium. retroperitonium. 5. Setelah ditemukan sumber peritonitis, selanjutnya bisa dilakukan operasi damage control atau sekalian operasi definitive. 6. Dianjurkan pencucian seluruh rongga abdomen dan dipasang drain post operasi.
10.EDUKASI 10.EDUKASI
- Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi - Rencana perawatan 1. Biasanya diruang recovery, dan bila diperlukan dirawat intensif diruang HCU tergantung kondisi berat penyakit. 2. 48 jam pertama dipantau oleh anestesi. 3. Bila sudah stabil, pasien bisa pindah ruangan. 4. Lama rawatan biasanya 3 sampai 5 hari. Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam
11.PROGNOSIS 11.PROGNOSIS
12.TINGKAT 12.TINGKAT EVIDENS
I
13.TINGKAT 13.TINGKAT REKOMENDASI
B
14.PENELAAHAN 14.PENELAAHAN KRITIS
KSM Bedah
15.INDIKATOR 15.INDIKATOR OUTCOME
1. Keluhan berkurang 2. Lama hari rawat : 3 hari 3. Tidak terjadi Infeksi Daerah Operasi (IDO)
16.KEPUSTAKAAN 16.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
5
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
ADHESI PERITONEAL 17.PENGERTIAN
1. ANAMNESIS
2. PEMERIKSAAN FISIK
3. KRITERIA DIAGNOSIS
Adhesi peritoneal adalah perlekatan peritoneum yang menyebabkan obstruktif usus atau perlekatan organ intra abdomen dengan organ lain disekitarnya yang disebabkan oleh peradangan dan atau proses malignancy atau keganasan. Peritonitis lokal - Sakit perut terlokalisir. Contohnya nyeri perut di kanan bawah - Muntah - Demam Peritonitis diffuse - Nyeri seluruh perut - Muntah - Demam Peritonitis lokal - Nyeri lepas di daerah abdomen yang terlibat - Nyeri tekan - Temperature, denyut nadi naik - Muscle rigid dari dinding perut yang terlibat Peritonitis diffuse - Nyeri lepas seluruh kuadran abdomen - Nyeri tekan seluruh abdomen - Muscle rigid seluruh perut - Temperature, denyut nadi naik - Bising usus menurun c. Memenuhi kriteria anamnesis diatas d. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas
4. DIAGNOSIS KERJA
Adhesi peritoneal
5. DIAGNOSIS BANDING
1. Intususepsi 2. Tumor Intra Abdomen
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah Rutin, Urinalisis, Foto Polos Abdomen, USG dan CT Scan (a.i pada kasus yang meragukan).
7. TATALAKSANA
Laparatomi Eksplorasi 1. 2. 3. 4.
Dengan posisi supine dalam general anestesi. Dilakukan desinfeksi pada daerah operasi dan sekitarnya. Lapangan operasi dipersempit dengan kain steril. Dilakukan incise miline (menghindari scar incise operasi sebelumnya) atau incise pblique pada kasus pengangkatan jaringan sesuai letak di Intra Abdomen. 5. Incise diperdalam sampai peritoneum. 6. Dilakukan explorasi dan identifikasi perlekatan pada usus 7. Perlekatan dibebaskan secara tumpul dan tajam dan pita dipotong.
6
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
ADHESI PERITONEAL 8. TATALAKSANA
8. Rongga peritoneum dicuci sampai bersih dengan NaCl 0.9% dan dipasang 1 drain intraperiotal. 9. Luka ditutup lapis demi lapis.
9. EDUKASI
- Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi - Rencana perawatan 1. Biasanya diruang recovery, dan bila diperlukan dirawat intensif diruang HCU tergantung kondisi berat penyakit. 2. 48 jam pertama dipantau oleh anestesi. 3. Bila sudah stabil, pasien bisa pindah ruangan. 4. Lama rawatan biasanya 3 sampai 5 hari. Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam
10.PROGNOSIS
11.TINGKAT EVIDENS
I
12.TINGKAT REKOMENDASI
B
13.PENELAAHAN KRITIS
KSM Bedah
14.INDIKATOR OUTCOME
1. Keluhan berkurang 2. Lama hari rawat : 3 hari 3. Tidak terjadi Infeksi Daerah Operasi (IDO)
15.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
7
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
HEMORRHOID 1. PENGERTIAN
Cushion atau bantalan jaringan submukosa yang terdiri dari vena, arteri dan jaringan otot polos yang berlokasi di canalis ani terutama di lateral kiri, anterior kanan dan posterior
Perdarahan per anum, terutama setelah BAB Nyeri pada anus Prolap benjolan Gatal Hemoroid Interna 3. PEMERIKSAAN FISIK Derajat 1 Kecil, perdarahan yang segar sesudah BAB Derajat 2 Prolap yng dapat kembali spontan Derajat 3 Prolap, tapi dapat dikembalikan dengan bantuan/ manual Derajat 4 Prolap tidak dapat dikembalikan Hemorid eksterna a. Memenuhi kriteria anamnesis diatas 4. KRITERIA DIAGNOSIS b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas Hemoroid Interna 5. DIAGNOSIS KERJA 2. ANAMNESIS
6. DIAGNOSIS BANDING
Karsinoma kolokterum Penyakit Divertikel Polip Colitis ulseratifa Prolaps rekti Prolaps ani Prokitis spesifik dan non spesifik/ Chron’s disease/ Amubiasis
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah rutin Sigmoideskopi Foto Barium Kolonoskopi Medical terapi Skleroterapi Rubberband ligation Hemoroidektomi untuk derajat 3 dan 4 a. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi b. Rencana perawatan c. Pola makanan yang baik dan bergizi d. Pembahasan aktifitas yang diperlukan Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam
8. TATALAKSANA
9. EDUKASI
10.PROGNOSIS
11.TINGKAT EVIDENS
I
8
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
HEMORRHOID 12.TINGKAT REKOMENDASI
C
13.PENELAAHAN KRITIS
KSM Bedah
14.INDIKATOR OUTCOME
1. Keluhan berkurang 2. Lama hari rawat : 4-5 hari 3. Tidak terjadi Infeksi Daerah Operasi (IDO)
15.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
9
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
FISTULA ANI 1. PENGERTIAN
Menetapnya atau tidak adekuatnya drainase dari abses anorectal
2. ANAMNESIS
Keluarnya cairan yang menetap dari internal opening dan external opening GoodSal Rule sebagai guide menentukan internal opening
3. PEMERIKSAAN FISIK 4. KRITERIA DIAGNOSIS 5. DIAGNOSIS KERJA
a. Memenuhi kriteria anamnesis diatas b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas Fistula Ani
6. DIAGNOSIS BANDING
Chron’s disease, Tuberculosis, Malignancy
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah rutin, Urinalisis, Proctoscopy, Fistulografi
8. TATALAKSANA
Fistulotomi
9. EDUKASI
a. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi b. Rencana perawatan c. Pola makanan yang baik dan bergizi Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam
10.PROGNOSIS
11.TINGKAT EVIDENS
I
12.TINGKAT REKOMENDASI
B
13.PENELAAHAN KRITIS
KSM Bedah
14.INDIKATOR OUTCOME
1. Keluhan berkurang 2. Lama hari rawat : 4-5 hari 3. Tidak terjadi Infeksi Daerah Operasi (IDO)
15.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
10
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
HERNIA INGUINALIS LATERALIS 1. PENGERTIAN 2. ANAMNESIS
Penonjolan dari isi rongga abdomen melalui kanalis inguinalis Benjolan di lipat paha yang timbul bila melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intra abdominal (mengedan, batuk, angkat berat) Benjolan hilang bila berbaring
3. PEMERIKSAAN FISIK
Bila sudah ireponibel, benjolan tidak bisa hilang kembali. Bila telah terjadi hernia strangulate keluhannya nyeri hebat, mual muntah , tidak dapat defekasi Finger Tes
Menggunakan jari ke 2 Dimasukkan lewat skrotum melalui annulus eksternus ke kanal inguinal. Penderita disuruh batuk; bila impuls diujung jari berarti hernia inguinais lateralis. Bila impuls disamping jari Hernia Inguinalis Medialis Thumb Tes Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan. Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Medialis. Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis. a. Memenuhi kriteria anamnesis diatas b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas
4. KRITERIA DIAGNOSIS 5. DIAGNOSIS KERJA
Hernia Inguinalis Lateralis
6. DIAGNOSIS BANDING
Hernia ektopia testis, aneurisma femoral, kista, seroma femoralis, lipoma, lymfadenitis, limfadenopati, abses, hematoma, hydrokel, varikokel, massa testicular, torsio testis, epididimitis
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG 8. TATALAKSANA
9. EDUKASI
10.PROGNOSIS
Laboratorium Darah rutin, urinalisis; foto polos abdomen, USG dan CT Scan( pada kasus yang meragukan). Dilakukan operasi hernioraphy pada keadaan reponibel/ irreponibel. Incarserata /strangulata: resusitasi cairan dan elektrolit, pemasangan NGT, pemasangan kateter urethra, antibiotic profilaktik, hernioraphy, herniolaparatomi ( bila terjadi nekrosis usus) a. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi b. Rencana perawatan c. Pola makanan yang baik dan bergiziPembahasan aktifitas yang diperlukan Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam 11
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
HERNIA INGUINALIS LATERALIS 11.TINGKAT EVIDENS
I
12.TINGKAT REKOMENDASI
B
13.PENELAAHAN KRITIS
KSM Bedah
14.INDIKATOR OUTCOME
1. Keluhan berkurang 2. Lama hari rawat : 3-4 hari 3. Tidak terjadi Infeksi Daerah Operasi (IDO)
15.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
12
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
KOLELITIASIS 1. PENGERTIAN
Suatu kondisi dimana batu terbentuk di kantung empedu
2. ANAMNESIS
Nyeri kolik di perut bagian kanan atas, mual,muntah
3. PEMERIKSAAN FISIK
Nyeri tekan dan nyeri lepas di perut bagian kanan atas
4. KRITERIA DIAGNOSIS
a. Memenuhi kriteria anamnesis diatas b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas c. Pola makanan Kolelitiasis
5. DIAGNOSIS KERJA 6. DIAGNOSIS BANDING
-
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG, foto polos abdomen, CT Scan
8. TATALAKSANA
Kolesistektomi
9. EDUKASI
a. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi b. Rencana perawatan c. Pola makanan Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam
10.PROGNOSIS
11.TINGKAT EVIDENS
I
12.TINGKAT REKOMENDASI
A
13.PENELAAHAN KRITIS
KSM Bedah
14.INDIKATOR OUTCOME
1. Keluhan berkurang 2. Lama hari rawat : 4-5 hari 3. Tidak terjadi Infeksi Daerah Operasi (IDO)
15.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
13
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA (BPH) 1. PENGERTIAN 2. ANAMNESIS
Pembesaran kelenjar prostat jinak yang terjadi pada laki-laki usia > 40 tahun 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pancaran urin melemah Rasa tidak puas saat miksi Kalau mau miksi harus menunggu lama Nokturia Urgency Urin menetes setelah berkemih Waktu miksi memanjang Retensio urine
3. PEMERIKSAAN FISIK
R.T : 1. Prostat laterolateral>2,5 cm, 2. Sulcus medianus datar/cembung, 3. Poleatas tidak teraba
4. KRITERIA DIAGNOSIS
Memenuhi kriteria anamnesis dan Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik Benign Prostat Hyperplasia (BPH)
5. DIAGNOSIS KERJA 6. DIAGNOSIS BANDING
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Prostatitis Batubuli- buli Keganasan prostat Infeksi Traktus Urinarius Striktur Urethra Batu uretra proksimal/prosterior
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Darah rutin Urine rutin Kultur Urine Ureum kreatinin GDS PSA (< 5 ng/ml) IVP (jika ada curiga obstruksi uropathy) USG abdomen
8. TATALAKSANA
Bila ada komplikasi (retensio urine berkurang, ISK, batu salkemih, Skor IPSS > 19) 1. Open Prostatectomy 2. TUR-Prostat Anti biotic profilaksis 1 jam sebelum operasi atau 24 jam post operasi (Chephalosporin III) Jika Skor IPSS <8, atau 8-19 belum ada komplikasi/kontraindikasi mutlak : pemberian terapi medikametosa (α blocker atau 5 α reductase inhibitor selama 6 bulan), selanjutnya diobservasi ulang. 14
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA (BPH)
1. Open 5 hari post op 2. TUR-P 3 hari post op
9. TATALAKSANA
10.EDUKASI
1. 2. 3. 4. 5. 6.
11.PROGNOSIS
Penjelasan diagnosa, diagnosa banding, pemeriksaan penunjang Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan, resiko dan komplikasi (Incontinensis urin) Penjelasan alternatif tindakan Penjelasan perkiraan lama rawat
Advitam : dubia adbonam Ad Sanationam : dubia adbonam Ad Fungsionam : dubia adbonam
12.TINGKAT EVIDENS
I
13.TINGKAT REKOMENDASI
B
14.PENELAAHAN KRITIS
KSM Bedah Urologi
15.INDIKATOR OUTCOME
1. 2. 3. 4.
BAK spontan dan lancar, hematuri< 5 hari Lama hari rawat : 5 hari (open), Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO) Kesesuaian dengan hasil PA
16.KEPUSTAKAAN
1. 2. 3. 4.
Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat Principal of Surgery, Schwartz’s Konsensus IAUI Champbell Urology
15
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
FRAKTUR TERBUKA 1. PENGERTIAN
Terjadinya fraktur yang disertai dengan terdapatnya luka sehingga terjadi hubungan antara daerah fraktur dengan udara luar. Luka dapat terjadi akibat trauma dari luar atau dari dalam
2. ANAMNESIS
Riwayat terjadinya fraktur
3. PEMERIKSAAN FISIK
1. 2. 3. 4. 5. 6.
4. KRITERIA DIAGNOSIS
1. Anamnesa sesuai dengan kriteria penyakit 2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kriteria penyakit 3. Pemeriksaan penunjang yang mendukung
Adanya deformitas Hilangnya fungsi (fungsiolaesa) Lihat ukuran tulang dan bandingkan kedua sisi Apakah terdapat nyeri tekan, nyeri bila digerakan Adanya krepitasi Seberapa jauh gangguan fungsi yang terjadi
5. DIAGNOSIS KERJA
Fraktur terbuka
6. DIAGNOSIS BANDING
Dislokasi + luka
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto rontgen minimal 2 proyeksi ( AP dan Lateral, 2. Aksial, Tangensial ) 3. Darah rutin, masa perdarahan, masa pembekuan 3. Ureum kreatinin 4. GDS 5. HbsAg 6. EKG ( Kalau perlu )
8. TATALAKSANA
1.
2. 3. 4. 5.
Antibiotika profilaksis sefalosforin generasi 1 untuk fraktur terbuka tipe 1 dan 2, + aminoglikosida untuk fraktur tipe 3A,+ aminoglikosida + penicilin untuk fraktur tipe 3B dan 3C Tetanus profilaksis Debridemen dan dilanjutkan dengan pemasangan fiksasi interna atau eksterna Fiksasi interna untuk kasus fraktur terbuka tipe 1 dan 2 Fiksasi eksterna untuk kasus fraktur terbuka tipe 3
16
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
FRAKTUR TERBUKA 9. EDUKASI
10.PROGNOSIS
1. Dini : perdarahan, cedera saraf atau organ lain 2. Lanjut : infeksi, kaku sendi, atrofi otot 1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding, pemeriksaan penunjang 2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan, resiko dan komplikasi 3. Penjelasan alternative tindakan 4. Penjelasan perkiraan lama rawat 5. Informed consent
Ad vitam : dubia (sesuai tipe fraktur terbuka) Ad sanationam : dubia (sesuai tipe fraktur terbuka) Ad fungsionam : dubia (sesuai tipe fraktur terbuka)
11.TINGKAT EVIDENS 12.TINGKAT REKOMENDASI 13.PENELAAHAN KRITIS
Orthopedi 1. Bila ada cedera lain yang menyertai, bedah vaskuler, bedah digestif dan lain-lain 2. Bila diperlukan untuk toleransi operasi seperti penyakit dalam, neurologi dan lain-lain
14.INDIKATOR OUTCOME 15.KEPUSTAKAAN
Keluhan berkurang Tidak terjadi Infeksi Daerah Operasi 1. Standar Pelayanan MedisPerhimpunan Dokter Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia, Edisi II, Jakarta 2008 2. Sjamsuhidajat R. Dan De Jong W., Buku Aj ar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta 1997 3. Mansjoer A. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Media Aesculapius, Jakarta 2000
17
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
FRAKTUR MANDIBULA 1. PENGERTIAN
Fraktur mandibula adalah rusaknya kontinuitas tulang mandibular yang dapat disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung. Fraktur mandibula dapat terjadi pada bagian korpus, angulus, ramus maupun kondilus.
2. ANAMNESIS
Nyeri pada rahang, ada riwayat trauma
3. PEMERIKSAAN FISIK
Adanya deformitas pada muka, memar dan pembengkakan Adanya maloklusi a. Memenuhi kriteria anamnesis diatas b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas Foto polos, Rontgen panoramic dan CT scan tulang wajah
4. KRITERIA DIAGNOSIS 5. DIAGNOSIS KERJA 6. DIAGNOSIS BANDING
-
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto polos tulang wajah, rontgen panoramic, CT scan tulang wajah
8. TATALAKSANA
Archbar dan dilakukan IMF ( intermaxillary fixation), dilakukan fiksasi eksternal, dipasang screw, pemasangan Gunning splint a. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi b. Rencana perawatan c. Pola makanan yang baik dan bergizi
9. EDUKASI
10.PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam
11.TINGKAT EVIDENS
I
12.TINGKAT REKOMENDASI
B
13.PENELAAHAN KRITIS
KSM Orthopedi KSM Bedah Mulut
14.INDIKATOR OUTCOME 15.KEPUSTAKAAN
Keluhan berkurang Tidak terjadi Infeksi Daerah Operasi 1. Standar Pelayanan MedisPerhimpunan Dokter Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia, Edisi II, Jakarta 2008 2. Sjamsuhidajat R. Dan De Jong W., B uku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta 1997 3. Mansjoer A. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Media Aesculapius, Jakarta 2000
18
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
FRAKTUR NASAL 1. PENGERTIAN
Rusaknya kontinuitas tulang nasal yang dapat disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung
2. ANAMNESIS
Nyeri dan bengkak pada hidung, adanya riwayat trauma, perdarahan dari hidung dan hidung terasa tersumbat. Nyeri tekan , bengkak, deformitas, deviasi septum, epistaksi dan susah bernapas dengan hidung
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Memenuhi kriteria anamnesis diatas b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas
4. KRITERIA DIAGNOSIS 5. DIAGNOSIS KERJA
Fraktur nasal
6. DIAGNOSIS BANDING
-
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah rutin, foto polos nasal, CT Scan ( a.i pada kasus yang meragukan
8. TATALAKSANA
Reposisi
9. EDUKASI 10.PROGNOSIS
a. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi b. Rencana perawatan Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam
11.TINGKAT EVIDENS
II
12.TINGKAT REKOMENDASI
B
13.PENELAAHAN KRITIS
KSM Bedah KSM THT
14.INDIKATOR OUTCOME 15.KEPUSTAKAAN
Keluhan berkurang Tidak terjadi Infeksi Daerah Operasi 1. Standar Pelayanan MedisPerhimpunan Dokter Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia, Edisi II, Jakarta 2008 2. Sjamsuhidajat R. Dan De Jong W., Buku Aj ar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta 1997 3. Mansjoer A. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Media Aesculapius, Jakarta 2000
19
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
INTUSSUSEPSI / INVAGINASI 1. PENGERTIAN
Invaginasi disebut juga intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus masuk ke dalam segmen lainnya; yang bisa berakibat obstruksi/ strangulasi. Umumnya bagian yang peroksimal (intususeptum) masuk ke bagian distal (intususepien).
2. ANAMNESIS
Anak atau bayi yang semula sehat dan biasanya dengan keadaan gizi yang baik, tiba-tiba menangis kesakitan, terlihat kedua kakinya terangkat keatas, penderita tampak seperti kejang dan pucat menahan sakit, serangan nyeri perut seperti ini berlangsung dalam beberapa menit. Diluar serangan, anak/ bayi kelihatan seperti normal kembali. Pada waktu itu sudah terjadi proses invaginasi. Serangan nyeri perut datang berulang-ulang dengan jarak waktu 15- 20 menit, lama serangan 2-3 menit. Pada umumnya selama serangan nyeri perut iu diikuti dengan muntah berisi cairan dan makanan yang ada di lambung, sesudah beberapa kali serangan dan setiap kalinya memerlukan tenaga, maka diluar serangan si penderita terlihat lelah dan lesu dan tertidur samapi datang serangan kembali. Proses invaginasi pada mulanya belum terjadi gangguan pasase isi usus secara total, anak masih dapat defekasi berupa feses biasa, kemudian feses bercampur darah segar dan lender, kemudian defekasi hanya berupa darah segar bercampur lendir tanpa feses. Karena sumbatan belum total, perut belum kembung dan tidak tegang, dengan demikian mudah teraba gumpalan usus yang terlibat invaginasi sebagai massa tumor berbentuk bujur didalam perut di bagian kanan atas, kanan bawah, atas tengah atau kiri bawah. Tumor lebih mudah teraba pada waktu terdapat peristaltic, sedangkan pada perut bagian kanan bawah teraba kosong yang disebut “dance’s sign” ini akibat caecum dan kolon naik ke atas, ikut proses invaginasi. Pembuluh darah mesenterium dari bagian yang terjepit mengakibatkan gangguan venous return sehingga terjadi kongesti, oedem, hiperfungsi goblet sel serta laserasi mukosa usus, ini memperlihatkan gejala berak darah dan lender, tanda ini baru dijumpai sesudah 6-8 jam serangan sakit yang pertama kali, kadang-kadang sesudah 12 jam. Berak darah lendir ini bervariasi jumlahnya dari kasus ke kasus, ada juga yang dijumpai hanya pada saat melakukan colok dubur. Sesudah 18-24 jam serangan sakit yang pertama, usus yang lainnya tersumbat partial berubah menjadi sumbatan total, diikuti proses oedem yang semakin bertambah, sehingga pasien dijumpai dengan tanda-tanda obstruksi, seperti perut kembung dengan gambaran peristaltik usus yang jelas, muntah warna hijau dan dehidrasi. Oleh karena perut kembung maka massa tumor tidak dapat diraba lagi atau defekasi hanya berupa darah dan lender. Apabila keadaan ini berlanjut terus akan dijumpai muntah feses, dengan demam tinggi, asidosis, toksis dan terganggunya aliran pembuluh darah arteri, pada segmen yang terlibat menyebakan nekrosis usus, ganggren, perforasi, peritonitis umum, shock dan kematian.
3. PEMERIKSAAN FISIK
20
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
INTUSSUSEPSI / INVAGINASI 4. PEMERIKSAAN FISIK
5. KRITERIA DIAGNOSIS 6. DIAGNOSIS KERJA
Pemeriksaan colok dubur didapati: - Tonus sphincter melemah, mungkin invaginat dapat diraba berupa massa seperti portio Bila jari ditarik, keluar darah bercampur lender. - Memenuhi kriteria anamnesis diatas - Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik di atas Intussusepsi/ invaginasi -
7. DIAGNOSIS BANDING
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG 9. TATALAKSANA
Gastroenteritis Diverticuum meckel Disentri amoeba Enterokolitis Prolapsus rekti Laboratorium lengkap Pemeriksaan fungsi hematologi Pola makanan yang baik dan bergizi Dekompresi
11.PROGNOSIS
a. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi b. Rencana perawatan Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam
12.TINGKAT EVIDENS
I
13.TINGKAT REKOMENDASI
A
14.PENELAAHAN KRITIS
Bedah Digestif
15.INDIKATOR OUTCOME
Nyeri berkurang
10.EDUKASI
16.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 2. Principal of Surgery, Schwartz’s 3. Konsensus IAUI
21
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
KARSINOMA TIROID 1. PENGERTIAN
Keganasan pada kelenjar tiroid
Benjolan pada kelenjar tiroid yang tumbuh cepat, usia, dan jenis kelamin, pernah terpapar radiasi pada waktu kecil, bertempat tinggal di daerah pantai atau pegunungan, adanya gangguan menelan, adanya gangguan bernafas, perubahan atau hilangnya suara, nyeri pada leher. 3. PEMERIKSAAN FISIK Nodul padat dan keras, pembesaran kelenjar getah bening leher, ada massa ditulang tengkorak, metastase paru dan tulang, terfiksasi dengan jaringan sekitar, adanya paralisis pita suara a. Memenuhi kriteria anamnesis diatas 4. KRITERIA DIAGNOSIS b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas Karsinoma Tiroid 5. DIAGNOSIS KERJA 2. ANAMNESIS
6. DIAGNOSIS BANDING
Tiroiditis kronis, struma adenomatosa
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
FT4 dan TSH , FNAB, USG tiroid, foto cervical AP lateral,potong beku intraoperasi
8. TATALAKSANA
a. Pembedahan ( Ismulobektomi / total tiroidektomi/ RND) b. Terapi adjuvant (radiasi interna atau radiasi eksterna) a. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi b. Rencana perawatan dan pengobatan lanjutan Tergantung diferensiasi tumor Ad vitam : bonam Ad sanationam : bonam Ad fungsionam : bonam
9. EDUKASI 10.PROGNOSIS
11.TINGKAT EVIDENS
I
12.TINGKAT REKOMENDASI
B
13.PENELAAHAN KRITIS
Bedah Onkologi
14.INDIKATOR OUTCOME
Menunggu hasil hispatologi
15.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 2. Principal of Surgery, Schwartz’s 3. Konsensus IAUI
22
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
KELOID 1. PENGERTIAN
Adalah pembentukan jaringan parut berlebihan yang tidak sesuai dengan beratnya trauma.
2. ANAMNESIS
Pasca trauma ada timbulnya jaringan parut
3. PEMERIKSAAN FISIK
Cenderung timbul pada usia dewasa muda dan jarang pada usia tua. Pertumbuhannya cenderung progresif. Predileksinya terutama didaerah sternum, bahu, cuping telinga, pinggang dan wajah. a. Memenuhi kriteria anamnesis diatas b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas
4. KRITERIA DIAGNOSIS 5. DIAGNOSIS KERJA
Keloid
6. DIAGNOSIS BANDING
Parut hipertrofik. Pada parut hipertrofik besar parut masih sesuai dengan lukanya. Parut ini tidak pernah melewati batas luka dan pada suatu saat akan mengalami fase menstruasi.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
8. TATALAKSANA
Konservatif dan operatif
9. EDUKASI 10.PROGNOSIS
a. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi b. Rencana perawatan dan pengobatan lanjutan Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam
11.TINGKAT EVIDENS
I
12.TINGKAT REKOMENDASI
B
13.PENELAAHAN KRITIS
Bedah Onkologi
14.INDIKATOR OUTCOME
Cegah terjadinya reaksi inflamasi di daerah operasi, kombinasi dengan radiasi eksternal atau injeksi kortikosteroid.
15.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 2. Principal of Surgery, Schwartz’s 3. Konsensus IAUI
23
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
LABIOSHCISIS
Labioschisis atau cleff lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung Celah bibir yang tidak menutup sempurna sejak lahir ANAMNESIS Kelainan ini dapat berupa takik kecil pada bahagian bibir yag PEMERIKSAAN FISIK berwarna sampai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi bibir memanjang dari bibir ke hidung. Celah pada satu sisi disebut labioschisis unilateral, dan jika celah terdapat pada kedua sisi disebut labioschisis bilateral. a. Memenuhi kriteria anamnesis diatas KRITERIA DIAGNOSIS b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas Labioschisis DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING
1. PENGERTIAN
2. 3.
4. 5. 6.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Labor darah rutin, PT dan APTT
8. TATALAKSANA
Operasi labioplasty dengan teknik Millard. Dahulu dipakai “Rule of Ten” Hb ≥ 10 gr/dl, Berat badan: 10 pound, umur 10 minggu. Hal ini untuk memastikan bahwa bayi sudah cukup ukuran, umur dan kesehatan dalam menghadapi resiko pembiusan. Untuk saat ini, operasi labioplasty sebaiknya dilakukan elektif dalam usia sedini mungkin usia 48 jam dengan syarat kondisi bayi dalam keadaan optimal a. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi b. Terapi bicara c. Terapi psikososial d. Rencana control ulang Ika pasien dapat ditangani dalam usia sedini mungkin dan simultan bersama-sama dengan bidang lain, maka mempunyai prognosis baik. Ad vitam : bonam Ad sanationam : bonam Ad fungsionam : bonam I
9. EDUKASI
10.PROGNOSIS
11.TINGKAT EVIDENS 12.TINGKAT REKOMENDASI
A
13.PENELAAHAN KRITIS
Bedah Mulut
14.INDIKATOR OUTCOME
Mortalitas rendah Pasca bedah penderita dirawat diruangan. Jahit dilepas setelah hari ke 5-7 post operasi. Setelah operasi, pasien harus diterapi dengan berbagai bidang.
24
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
LABIOSHCISIS 15.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 2. Principal of Surgery, Schwartz’s 3. Konsensus IAUI
25
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
PEMBESARAN KGB LEHER 1. PENGERTIAN
Pembesaran KGB pada leher yang dikarenakan suatu infeksi ataupun akibat dari metastase tumor.
2. ANAMNESIS
Adanya benjolan kelenjar leher Adanya riwayat penyakit paru, infeksi rongga mulut, infeksi saluran nafas ataupun penyakit di payudara Sifat dari benjolan tersebut Adanya benjolan berupa kelenjar didaerah submental, submandibular, periauricular, cervical dan jugular a. Memenuhi kriteria anamnesis diatas b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas Pembesaran KGB leher
3. PEMERIKSAAN FISIK 4. KRITERIA DIAGNOSIS 5. DIAGNOSIS KERJA 6. DIAGNOSIS BANDING
Abses
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto rontgen posisi anteroposterior dan lateral
8. TATALAKSANA
10.PROGNOSIS
Pemberian antibiotic Pengobatan terhadap penyebab a. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi b. Rencana pengobatan c. Follow Up Tergantung penyebab
11.TINGKAT EVIDENS
II
12.TINGKAT REKOMENDASI
B
13.PENELAAHAN KRITIS
Onkologi
9. EDUKASI
14.INDIKATOR OUTCOME 15.KEPUSTAKAAN
26
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
RANULA 1. PENGERTIAN
Suatu kista akibat obstruksi glandula saliva mayor yang terdapat didasar mulut
2. ANAMNESIS
Pembengkakan dibawah lidah yang berwarna kebiru-biruan
3. PEMERIKSAAN FISIK
Adanya benjolan simpe pada dasar mulut, mendorong lidah keatas Umunya unilateral pada dasar mulut, mendorong lidah keatas Benjolan berdinding tipis transparan, berwarna biru kemerah-merahan Benjolan tumbuh lambat, gambaran seperti perut katak Pembengkakan selain intra oral dapat juga ekstra oral Tidak ada rasa sakit kecuali meradang atau infeksi Bila benjolan membesar dapat mengganggu bicara, makan maupun menelan. Benjolan oleh karena suatu sebab dapat pecah sendiri, cairan keluar, mengempes kemudian timbul atau kambuh kembali. Pada simple ranula benjolan terletak superficial sedangkan plunging ranula benjolan terletak lebih dalam, bisa menyebar kedasar otot mylohyoid, daerah submandibular, keleher bahkan ke mediastinum. a. Memenuhi kriteria anamnesis diatas b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas c. Punksi Ranula
4. KRITERIA DIAGNOSIS
5. DIAGNOSIS KERJA 6. DIAGNOSIS BANDING
Neoplasma
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah rutin
8. TATALAKSANA
Marsupialisasi
9. EDUKASI
a. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi b. Rencana pengobatan c. Pola makanan yang baik dan bergizi Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam
10.PROGNOSIS
11.TINGKAT EVIDENS
II
12.TINGKAT REKOMENDASI
B
13.PENELAAHAN KRITIS
Bedah Mulut
27
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
RANULA 14.INDIKATOR OUTCOME
1. Keluhan berkurang 2. Lama hari rawat : 3 hari 3. Tidak terjadi Infeksi Daerah Operasi (IDO)
15.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
28
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
STRUMA 1. PENGERTIAN
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.
2. ANAMNESIS
Inspeksinya dilakukan oleh pemeriksa yang berada didepan penderita yang berada pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffuse atau noduler kecil), gerakan pada saat pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada permukaan pembengkakan. Palpasi dimana pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri dibelakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita. Auskultasi dicari adanya bising pembuluh (bruith). a. Memenuhi kriteria anamnesis diatas 4. KRITERIA DIAGNOSIS b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas Struma 5. DIAGNOSIS KERJA 3. PEMERIKSAAN FISIK
6. DIAGNOSIS BANDING
Neoplasma
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah rutin
8. TATALAKSANA
Isthmulobektomi/Tiroidektomi total a. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi b. Rencana perawatan
9. EDUKASI
10.PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam
11.TINGKAT EVIDENS
IV
12.TINGKAT REKOMENDASI
B
13.PENELAAHAN KRITIS
Bedah Onkologi
14.INDIKATOR OUTCOME
1. Keluhan berkurang 2. Lama hari rawat : 3 hari 3. Tidak terjadi Infeksi Daerah Operasi (IDO)
29
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
STRUMA 15.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
30
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TUMOR JINAK JARINGAN LUNAK KEPALA DAN LEHER 1. PENGERTIAN 2. ANAMNESIS 3. PEMERIKSAAN FISIK
Benjolan pada jaringan lunak kepala dan leher Benjolan pada jaringan lunak didaerah kepala dan leher Benjolan tidak nyeri, lama pertumbuhan. Batas tegas
4. KRITERIA DIAGNOSIS
a. Memenuhi kriteria analisis diatas b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas Tumor Jinak jaringan lunak kepala leher
5. DIAGNOSIS KERJA 6. DIAGNOSIS BANDING
-
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bajah
8. TATALAKSANA
Eksisi tumor
9. EDUKASI
Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi
10. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam I
11. TINGKAT EVIDENS 12. TINGKAT REKOMENDASI
B
13. PENELAAHAN KRITIS 14. INDIKATOR OUTCOME 15. KEPUSTAKAAN
Histopatologi 1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
31
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TUMOR JINAK KULIT DAN TUMOR NON NEOPLASTIK KULIT 1. PENGERTIAN
2. ANAMNESIS
3. PEMERIKSAAN FISIK
A. Neoplasma Jinak Kulit Lesi berbentuk Plaque, papel, nodus, atau tumor yang berbatas tegas tanpa ada infiltrasi atau tanda metatase. B. Tumor Non Neoplasma Kulit A. Neoplasma Jinak Kulit 1. Papiloma : benjolan bertangkai 2. Epithelioma : benjolan kecil dibawah kulit 3. Nevus Pigmentous : Tahi Lalat 4. Kista Dermoid : benjolan pada alis atau garis tangan sejak kecil 5. Dermatofibroma : benjolan kecil dibawah kulit keras kecoklatan B. Tumor Non Neoplasma Kulit Verucca vulgaris : benjolan dengan permukaan kasar A. Neoplasma Jinak Kulit 1. Papiloma : berbentuk tumor papiler, menonjol diatas kulit, permukaan kasar, berwarna seperti kulit normal disekitarnya 2. Epithelioma : Nodus atau plaque kecil, didalam kulit, berwarna seperti kulit normal disekitarnya 3. Nevus pigmentous : paque atau nodus warna hitam 4. Kista Dermoid : kista berisi sebum, subcutan pada alis, garis tangan atau brachial cleft 5. Dermatofibroma : nodus kecil, keras, dikulit dan subcutis, berwarna coklat menyerupai keloid B. Tumor Non Neoplasma Kulit 1. Verucca vulgaris : tumor papiler kecil dikulit dengan permukaan
4. KRITERIA DIAGNOSIS
Sesuai Anamnesis dan Pemeriksaan fisik
5. DIAGNOSIS KERJA
Tumor jinak kulit
6. DIAGNOSIS BANDING
-
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
8. TATALAKSANA
Excisi
Jika luas : radikal eksisi Jika dalam : eksisi dalam
1. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi 2. Rencana perawatan
9. EDUKASI
10. PROGNOSIS
Baik
11. TINGKAT EVIDENS
I
32
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TUMOR JINAK KULIT DAN TUMOR NON NEOPLASTIK KULIT 12. TINGKAT REKOMENDASI
B
13. PENELAAHAN KRITIS
Bedah Onkologi
14. INDIKATOR OUTCOME
15. KEPUSTAKAAN
1. Elevasi tungkai selama 3 sampai 5 hari untuk mencegah edema post operasi 2. Drain diangkat kra-kira pad hari ke 5 bila produksi minimal 3. Antibiotika diberikan selama 3 sampai 5 hari sampai drain diangkat 4. Isometrik exercise esok harinya setelah operasi 1. Buk u Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
33
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SARKOMA JARINGAN LUNAK 1. PENGERTIAN
Adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan mesenchym yang terdapat pada kerangka tubuh, kepala, leher dan ekstremitas kecuali tulang dan tulang rawan.
Keluhan sangat tergantung dari dimana tumor tersebut tumbuh. Keluhan utama pasien SJL daerah ekstremitas tersering adalah benjolan yang umumnya tidak nyeri dan wring dikeluhkan muncul setelah terjadi trauma didaerah tersebut. Untuk SJL lokasi di visceral/ retroperitoneal umumnya dirasakan ada benjolan abdominal yang tidak nyeri, hanya sedikit kasus yang disertai nyeri, kadang-kadang terdapat pula perdarahan gastro intestinal, obstruksi usus berupa gangguan neuro vascular. 1. Pemeriksaan status generalis untuk menilai keadaan 3. PEMERIKSAAN FISIK umum penderita dan tanda-tanda metastasis pada paru, hati, dan tulang. 2. Pemeriksaan status lokatis meliputi a. Tumor primer : - Lokasi tumor - Ukuran tumor - Batas tumor, tegas atau tidak - Konsistensi dan mobilitas - Tanda-tanda inliltrasi, sehingga perlu diperiksa fungsi motorik/ sensorik dan tanda-tanda bendungan pembuluh darah, obstruksi usus, dan lain-lain sesuai dengan lokasi lesi. b. Metastasis regional Perlu diperiksa ada atau tidaknya pembesaran KGB regional. a. Memenuhi kriteria anamnesis diatas 4. KRITERIA DIAGNOSIS b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas Sarkoma Jaringan Lunak 5. DIAGNOSIS KERJA 2. ANAMNESIS
6. DIAGNOSIS BANDING
Tumor ganas, tumor jinak jaringan lunak
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap, faal hemostasis, fungsi hati, fungsi ginjal, rontgen thorax, USG abdomen, foto tulang, CT scan / MRI , hasil patologi Anatomi biopsy/ kelenjar limfe regional dengan atau tanpa immunohistokimia Pembedahan merupakan terapi yang utama pada sarcoma soft tissue. Pembedahan secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu amputasi dan pembedahan yang mempertahankan tungkai a. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi b. Rencana perawatan c. Follow up berdasrkan hasil PA
8. TATALAKSANA
9. EDUKASI
10.PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam 34
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SARKOMA JARINGAN LUNAK 11.TINGKAT EVIDENS
I
12.TINGKAT REKOMENDASI
B
13.PENELAAHAN KRITIS
Bedah Onkologi
14.INDIKATOR OUTCOME
16.KEPUSTAKAAN
1. Elevasi tungkai selama 3 sampai 5 hari untuk mencegah edema post operasi 2. Drain diangkat kra-kira pad hari ke 5 bila produksi minimal 3. Antibiotika diberikan selama 3 sampai 5 hari sampai drain diangkat 4. Isometrik exercise esok harinya setelah operasi 1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
35
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TRAUMA TEMBUS ABDOMEN 1. PENGERTIAN
Cedera atau perlukaan pada abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum
Mencakup waktu kejadian, jenis senjata, jarak dari pasien(luka tembak), jumlah luka tusuk atau tembak, jumlah perdarahan (external bleeding), dimana lokasi nyeri abdomen yang paling nyeri dan apakah ada penjalaran ke bahu 3. PEMERIKSAAN FISIK Inspeksi Mencakup pemeriksaan: (dinilai apakah ada laserasi, benda asing, eviserasi omentum atau usus halus) Anterior dan posterior abdomen Dada bagian bawah ( lower chest) Perineum Auskultasi Menilai ada tidaknya bising usus (bowel sound) Perkusi Pemeriksaan ini menyebabkan sedikit pergerakan pada peritoneum sehingga dapat diperoleh tanda peritonitis. Perkusi juga dapat menunjukkan suara timpani karena dilatasi akut lambung, pekak yang menyeluruh karena terdapat hemoperitoneum Palpasi Muscle guarding Nyeri tekan Nyeri lepas a. Kriteria anamnesis 4. KRITERIA DIAGNOSIS b. Pemeriksaan fisik c. Pemeriksaan penunjang Trauma tumpul abdomen dengan hemodinamik stabil/ tak stabil 5. DIAGNOSIS tanpa/ dengan tanda peritonitis KERJA 2. ANAMNESIS
6. DIAGNOSIS BANDING
-
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah X-ray FAST DPL CT-Scan Observasi Laparatomi jika hemodinamik tidak stabil, ditemukan tanda-tanda rangsangan peritoneal: - Trauma tumpul abdomen dengan hipotensi dan terdapat bukti klinis perdarahan itraperitoneal - Trauma tumpul abdomen dengan DPL atau FAT(+) - Free air, retroperitoneal air, rupture hemidiafragma - Hasil scanning menunjukkan rupture dari organ berlumen atau solid. -
8. TATALAKSANA
9. EDUKASI
36
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TRAUMA TEMBUS ABDOMEN 10.PROGNOSIS
Tergantung berat ringan trauma(scoring system: RTS)
11.TINGKAT EVIDENS
I
12.TINGKAT REKOMENDASI
B
13.PENELAAHAN KRITIS
Bedah
14.INDIKATOR OUTCOME
1. Keluhan berkurang 2. Tidak terjadi Infeksi Daerah Operasi (IDO)
15.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
37
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TRAUMA TUMPUL ABDOMEN 1. PENGERTIAN
Cedera atau perlukaan pada abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum
2. ANAMNESIS
Mencakup mekanisme cedera(direct blow, shearing, deselerasi)
3. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
Mencakup pemeriksaan: (dinilai apakah ada abrasi, kontusio, laserasi) Anterior dan posterior abdomen Dada bagian bawah ( lower chest) Perineum
Auskultasi
Menilai ada tidaknya bising usus(bowel sound)
4. KRITERIA DIAGNOSIS
Perkusi Pemeriksaan ini menyebabkan sedikit pergerakan pada peritoneum sehingga dapat diperoleh tanda peritonitis. Perkusi juga dapat menunjukkan suara timpani karena dilatasi akut lambung, pekak yang menyeluruh karena terdapat hemoperitoneum Sesuai anamnesis dan pemeriksaan fisik
5. DIAGNOSIS KERJA
Trauma tumpul abdomen
6. DIAGNOSIS BANDING
-
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Foto polos abdomen USG Abdomen Bila perlu laparotomi eksplorasi
8. TATALAKSANA 9. EDUKASI
10.PROGNOSIS
1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding, pemeriksaan penunjang 2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan, resiko dan komplikasi 3. Penjelasan alternatif tindakan 4. Penjelasan perkiraan lama rawat
Baik
11.TINGKAT EVIDENS 12.TINGKAT REKOMENDASI
I
38
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TRAUMA TUMPUL ABDOMEN 13.PENELAAHAN KRITIS
B
14.INDIKATOR OUTCOME
1. Keluhan berkurang 2. Tidak terjadi Infeksi Daerah Operasi (IDO)
15.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
39
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TUMOR JINAK PAYUDARA 1. PENGERTIAN 2. ANAMNESIS
Neoplasma jinak yang berasal dari parenkim, stroma, areola dan papilla mamae 1. F ibroadenoma mamae - Wanita muda, 15- 30 tahun - Membesar pelan dalam tahunan
2. Tumor F illodes -
Relative besar dapat terjadi pada berbagai usia Jarang bilateral Tumbuh lambat
3. Papiloma I ntraduktal -
Perdarahan atau keluar cairan dari putting susu Ada benjolan kecil dibawah areola mamae
4. Dysplasia Mamae - Keluhan nyeri sesuai siklus menstruasi Nyeri permentruasi dan menghilang setelah menstruasi 3. PEMERIKSAAN FISIK
1. F ibroadenoma mamae -
Bentuk bulat oval Batas tegas, tidak besar 2-5 cm Permukaan rata, halus, konsistensi padat kenyal Sangat mobile dalam korpus mamae Dapat single atau multiple Tidak ada tanda metastase atau invasive
2. Tumor F illodes -
Diameter besar dengan permukaan yang berbenjol-benjol Ada bagian yang padat dan kistik Tidak melekat pada kulit Kulit diatas tumor mengkilat Vena subcutan melebar dan berkelok-kelok Tidak ada tanda invasi atau metastase
3. Papiloma I ntraduktal -
Teraba tumor subareola Discharge dari papilla mamae
4. Dysplasia Mamae
4. KRITERIA DIAGNOSIS 5. DIAGNOSIS KERJA
- Bisa cysta - Hipertropi mamae - Ginekomastia - Mastitis - Galaktore a. Memenuhi kriteria analisis diatas b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas Tumor Jinak Payudara
6. DIAGNOSIS BANDING
Karsinoma Payudara
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG mamae, foto thorax, sitologi cairan puting susu, FNAB, VC, darah rutin, SGOT/ SGPT, mamografi Eksisi tumor atau mastektomi atau simple mastektomi, ductektomi
8. TATALAKSANA
40
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TUMOR JINAK PAYUDARA
a. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi b. Rencana perawatan
9. EDUKASI
10. PROGNOSIS
11. TINGKAT EVIDENS
Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam I
12. TINGKAT REKOMENDASI
B
13. PENELAAHAN KRITIS
Menunggu hasil hispatologi
14. INDIKATOR OUTCOME 15. KEPUSTAKAAN
1. Keluhan berkurang 2. Tidak terjadi Infeksi Daerah Operasi (IDO) 1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
41
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TUMOR GANAS PAYUDARA 1. PENGERTIAN
Tumor ganas pada jaringan payudara. Jaringan payudara terdiri dari kelenjar susu, saluran kelenjar susu dan jaringan penunjang payudara.
Keluhan benjolan pada payudara Benjolan cepat membesar Benjolan padat Kadang-kadang terasa nyeri Keluar cairan dari putting Benjolan pada ketiak Berat badan menurun Faktor resiko kanker payudara: Usia > 35 tahun Menarche < 12 tahun Menopause > 55 tahun Nullipara Riwayat keluarga (orang tua, saudara kandung) dengan kanker payudara. Benjolan padat/ keras 3. PEMERIKSAAN FISIK Permukaan tidak rata Immobile Terfiksir ke dinding dada Perubahan pada kulit, bertukak Keluar cairan pada putting Indikasi operasi Kanker payudara yang mengenai otot pektoralis mayor Keganasan jaringan lunak pada payudara Tumor jinak payudara yang mengenai seluruh jaringan payudara(misal: phyllodes tumor) Kontra indikasi operasi Tumor melekat dinding dada Edema lengan Nodul satelit yang luas Mastitis inflamatoar 1. Memenuhi kriteria analisis diatas 4. KRITERIA DIAGNOSIS 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas 2. ANAMNESIS
5. DIAGNOSIS KERJA
Ca Mamae
6. DIAGNOSIS BANDING
-
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium USG Mamae Mammografi Mastektomi radikal
8. TATALAKSANA
42
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TUMOR GANAS PAYUDARA 9. EDUKASI
1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding, pemeriksaan penunjang 2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan, resiko dan komplikasi 3. Penjelasan alternatif tindakan 4. Penjelasan perkiraan lama rawat
10.PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam
11.TINGKAT EVIDENS
I
12.TINGKAT REKOMENDASI
B
13.PENELAAHAN KRITIS
Bedah Onkologi
14.INDIKATOR OUTCOME
Mortalitas rendah Pasca bedah penderita dirawat diruangan dan diobservasi kemungkinan adanya komplikasi dini. Drain dilepas bila produksi masing-masing drain, 20 cc/ 24 jam. Jahitan luka operasi diangkat pada hari ke 12 s.d 14 1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
15.KEPUSTAKAAN
43
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TUMOR PAROTIS 1. PENGERTIAN 2. ANAMNESIS
Tumor jinak atau ganas kelenjar liur mayor terbesar (parotis) Keluhan umumnya berupa benjolan soliter tanpa rasa nyeri di pre/ infra/ retro aurikula ,terkadang disertai nyeri sedang sampai hebat pada karsinoma parotis, tapi nyeri dapat juga ditemui pada lesi jinak, adanya lesi n fascialis meningkatkan kecurigaan keganasan parotis Keluhan
lain
adalah
pembesaran
KGB
leher,
gangguan
pendengaran, kebas-kebas diwajah atau adanya perbedaan bentuk / ukuran antara wajah sisi kiri dengan sisi kanan Lamanya keluhan ini bisa bulanan sampai tahunan tapi semakin singkat pada tumor maligna Faktor risiko perlu ditanyakan terutama paparan radiasi, pekerjaan dan paparan limbah pabrik kulit atau debu gergaji. 3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Ditentukan dengan melakukan pemeriksaan dari kepala sampai kaki dan ditentukan performans pasien (sor karnofski/WHO), keadaan umum (anemia, ikterus edema, sianosis, tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan dan suhu tubuh) dan tanda/ gejala metastasis jauh. Status Lokalis
Inspeksi pada local, regional termasuk intra oral Lokal : perhatikan bentuk tumor, hubungan ke j aringan sekitar dan kondisi kulit atau mukosa diatas tumor Regional : perhatikan apakah ada pembesaran KGB leehr level IV Intra Oral : adakah sumbatan duktus Stensen, tonjolan mukosa di area parapharigneal atau pendesakan tonsil/ uvula Palpasi termasuk palpasi bimanual dilakukan untuk menilai konsistensi, permukaan, mobilitas, ukuran batas dan nyeri tekan. Pada palpasi ini dinilai juga fungsi dari nervus fasialis, n trigeminus, n glossopharingeus, n vagus, n assesoris dan hipoglossus. Status regional, ditentukan dengan pemeriksaan KGB leher ipsilateral maupun kontralateral. Jika ada pembesaran tentukan lokasi levelnya, ukuran terbesar, jumlah dan mobilitasnya. 44
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TUMOR PAROTIS 4. KRITERIA DIAGNOSIS 5. DIAGNOSIS KERJA
a. Memenuhi kriteria analisi diatas b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas Tumor Parotis 1. 2. 3. 4. 5. 6.
6. DIAGNOSIS BANDING
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lymphadenopathy dalam kelenjar liur parotis Hyperthropy muskulus masseter Tumor mandibula dan dental cysts Kiste branchial (arkus pertama) Myxoma massester Aneurysma pada arteri temporalis superfisialis
Pada umumnya pemeriksaan rontgenologis khusus tidak ada. Terkadang diperlukan foto mandibula atau panoramic bila tumor melekat ke tulang untuk melihat adakah kerusakan atau infiltrasi ke mandibula Pemeriksaan Sialografi : membedakan dengan kista parotis CT Scan/ MRI : untuk mengetahui luas ekstensi tumor Foto toraks, USG abdomen : pada tumor ganas atau dicurigai gans untuk identifikasi metastasis
8. TATALAKSANA
Parotidektomi a. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi b. Rencana perawatan
9. EDUKASI 10.PROGNOSIS
5 YR : 70-90 % pada grading rendah dan 20-30% pada tumor grading tinggi Rekurensi lokal dan metastasis jauh bervariasi dari 15 % samap 20
11.TINGKAT EVIDENS
% 5 YR pada tumor jinak mencapai 100% , risiko rekurren pada penderita I
12.TINGKAT REKOMENDASI
B
13.PENELAAHAN KRITIS
Bedah Onkologi
14.INDIKATOR OUTCOME
Mortalitas rendah Pasca bedah penderita dirawat diruangan dan diobservasi kemungkinan adanya komplikasi dini. Drain dilepas bila produksi masing-masing drain, 20 cc/ 24 jam. Jahitan luka operasi diangkat pada hari ke 12 s.d 14 1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
15.KEPUSTAKAAN
45
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
VARISES TUNGKAI 1. PENGERTIAN
Suatu manifestasi dari sindroma insufisiensi vena dimana aliran darah dalam vena mengalami retrograde menuju tungkai yang kemudian mengalami kongesti
Nyeri kemerahan, rasa panas/ terbakar pada tungkai, gatal, kram, kelemahan otot dan tungkai lemas , biasanya pada sekian waktu akan terlihat dilatasi vena sehingga vena akan membesar dan berkelok-kelok dibawah kulit, obesitas , pekerjaan yang berdiri lama, keturunan, obat-obatan kontrasepsi dan kehamilan. Maneuver Perthes 3. PEMERIKSAAN FISIK Tes Tredelenberg Percusi Vena Palpasi Vena Test Myer a. Memenuhi kriteria analisis diatas 4. KRITERIA DIAGNOSIS b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas Varises tungkai 5. DIAGNOSIS KERJA 2. ANAMNESIS
6. DIAGNOSIS BANDING
-
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Auskultasi Dokter, venografi dengan kontras, MRI, USG Color Flow dupleks, MRV
8. TATALAKSANA
A. Terapi Non Operatif Stocking , skleroterapi B. Terapi minimal invasive Radio frekuensi ablasi, endo venous laser therapy C. Terapi pembedahan Ambulatory phlebectomy, saphectomi D. Modifikasi teknik ACHM/ CHIVA, Tri Vexe, SEPS and the linton procedureww, External Valvular Stent, Endovenous Diathermi. 1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding, pemeriksaan penunjang 2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan, resiko dan komplikasi 3. Penjelasan alternatif tindakan 4. Penjelasan perkiraan lama rawat
9. EDUKASI
10.PROGNOSIS
11.TINGKAT EVIDENS
-
Advitam : dubia adbonam Ad Sanationam : dubia adbonam Ad Fungsionam : dubia adbonam
I untuk Tindakan no 1 & no 2
46
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
VARISES TUNGKAI 12.TINGKAT REKOMENDASI
B
13.PENELAAHAN KRITIS
KSM Bedah
14.INDIKATOR OUTCOME
1. Keluhan berkurang 2. Lama hari rawat : 3 hari 3. Tidak terjadi Infeksi Daerah Operasi (IDO)
15.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
47
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
AV-SHUNT 1. PENGERTIAN
Suatu tindakan pembedahan dengan cara menghubungkan arteri radialis dengan vena cephalica sehingga terjadi fistula arteriovena sebagai akses dialisis.
2. ANAMNESIS
Pasien dengan End Stage Renal Disease ( ESRD) yang memerlukan akses vascular untuk dialysis berulang dan jangka panjang. Operasi A-Vshunt dilakukan secara side to side anastomosis atau side to side anastomosis atau end to end anastomosis antara arteri radialis dan vena cephalica pada lengan non dominan terlebih dahulu. Operasi dilakukan pada lokasi paling distal sehingga memungkinkan dilakukan operasi lebih proksimal jika gagal. Dapat dilakukan pada ekstremitas bawah jika operasi gagal atau tidak dapat dilakukan pada ekstremitas atas. Persyaratan pada pembuluh darah arteri: a. Perbedaan tekanan antara kedua lengan < 20 mmHg b. Cabang arteri daerah palmar pasien dalam kondisi baik dengan melakukan tes Allen. c. Diameter lumen pembuluh arteri ≥ 2.0 mm pada lokasi dimana akan dilakukan anastomosis. Persyaratan pada pembuluh darah vena: a. Diameter lumen pembuluh vena ≥ 2.0 mm pada lokasi dimana akan dilakukan anastomosis. b. Tidak ada obstruksi atau stenosis Kanulasi dilakukan pada segmen yang lurus.
3. PEMERIKSAAN FISIK
4. KRITERIA DIAGNOSIS
5. DIAGNOSIS KERJA
Pasien dengan End Stage Renal Disease ( ESRD) yang memerlukan akses vaskular untuk dialysis berulang dan jangka panjang. Gagal ginjal kronis
6. DIAGNOSIS BANDING
-
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG Doppler
8. TATALAKSANA
Pasang Cemino
9. EDUKASI 10.PROGNOSIS
a. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi b. Rencana perawatan Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam
11.TINGKAT EVIDENS
II
12.TINGKAT REKOMENDASI
B
48
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
AV-SHUNT 13.PENELAAHAN KRITIS
KSM Bedah Vaskular 14.INDIKATOR OUTCOME
1. Keluhan berkurang 2. Lama hari rawat : 3 hari 3. Tidak terjadi Infeksi Daerah Operasi (IDO)
15.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
49
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
BUERGER DISEASE 1. PENGERTIAN
Peradangan dan thrombosis yang progresif dan rekuren yang terjadi pada arteri dan vena sedang dan kecil biasanya terjadi pada ujung jari kaki atau tangan.
2. ANAMNESIS
Ujung jari tangan atau kaki menghitam Tanpa ada riwayat trauma Riwayat penyakit metabolik seperti DM tipe II, hipertensi disangkal Berhubungan dengan riwayat merokok
Nyeri(+) pada ujung jari tangan atau kaki 1. Tampak tanda-tanda iskemik pada distal jari tangan atau 3. PEMERIKSAAN FISIK kaki (bisa dilihat dari klaudikation, nyeri saat istirahat, iskemik ulkus atau gangrene) dapat dibuktikan dengan pemeriksaan non invasive vascular seperti USG dopler. 2. Singkirkan kemungkinan penyakit autoimun, gangguan koagulasi, dan diabetes mellitus dengan melihat hasil labor. 3. Singkirkan penyebab emboli pada proximal dengan echocardiografi dan arteriografi. 4. Arteriografi dikerjakan pada ekstremitas yang terlibat maupun yang tidak terlibat. 5. Adanya riwayat merokok pada pasien. a. Memenuhi kriteria analisis diatas 4. KRITERIA DIAGNOSIS b. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas Buerger Disease 5. DIAGNOSIS KERJA 6. DIAGNOSIS BANDING
Raynauld syndrome SLE Scleroderma
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG Doppler , Echocardiografi, Angiografi, MRI CT- Angiografi
8. TATALAKSANA
Amputasi 1. 2. 1. 2. 3. 4.
9. EDUKASI 10.PROGNOSIS
11.TINGKAT EVIDENS
I
12.TINGKAT REKOMENDASI
B
Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi Rencana perawatan Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi Rencana perawatan Perubahan gaya hidup : stop merokok Rencana kontrol ulang
50
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
BUERGER DISEASE 13.PENELAAHAN KRITIS
KSM Bedah
14.INDIKATOR OUTCOME
Buerger disease tidak menyebabkan kematian segera. Seringkali pasien datang keadaan lanjut dan Amputasi merupakan tindakan yang paling sering dipilih. Pasca bedah penderita dirawat di ruangan dan di observasi kemungkinan adanya komplikasi dini. Drain dilepas bila produksi masing-masing drain < 10 cc/ 24 jam. Jahitan luka operasi diangkat pada hari ke 12 s.d 14
16.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
51
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
CARCINOMA REKTI 1. PENGERTIAN
Tumor ganas yang mengenai rectum
2. ANAMNESIS
Keluhan Buang air besar berdarah Buang air besar seperti tahi kambing Buang air besar berlendir Buang air besar tidak lancar Riwayat diare kronis Riwayat penurunan berat badan Perut kembung
3. PEMERIKSAAN FISIK
4. KRITERIA DIAGNOSIS
Riwayat keluarga yang menderita Ca Rekti atau tumor di tempat lain Abdomen Inspeksi dapat ditemukan tanda-tanda obstruksi (mis : distensi(+), darm counter(+), darm staefug(+) Auskultasi : pada tahap awal penyakit akan ditemukan Bising usus yang meningkat, tetapi akhirnya nanti bising usus bisa melemah atau hilang sama sekali Palpasi : tidak ditemukan tanda-tanda peritonitis Rectal Toucher: Anus: dapat kita temui tanda radang atau hemoroid externa dan interna. Teraba masa di anus solid, mobile/ terfiksir KGB inguinal dapat teraba 1. Memenuhi kriteria analisis diatas 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik di atas
5. DIAGNOSIS KERJA
Tumor Rekti Susp Ganas
6. DIAGNOSIS BANDING
Hemoroid eksterna/ interna Coloitis ulserative Crohn disease Tumor kolorektal Cek labor darah lengkap, CEA Barium enema Kolonoskopi + biopsy insisi Ro Thorax USG abdomen FOBT Reseksi usus
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
8. TATALAKSANA 9. EDUKASI
10.PROGNOSIS
1. penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi 2. rencana perawatan kolostomi rencana kontrol ulang Bergantung pada saat pertama kali diagnose ditegakkan 5 years survival rate: Duke A ( terbatas di mukosa) : 85-90% Duke B (lewat musk. Mukosa) : 60% Duke C ( KGB regional(+)) : 30% 52
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
CARCINOMA REKTI 11.PROGNOSIS
Duke D ( metastasis Jauh) : 5% Ad Vitam
: dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam 12.TINGKAT EVIDENS
I
13.TINGKAT REKOMENDASI
A
14.PENELAAHAN KRITIS 15.INDIKATOR OUTCOME
16.KEPUSTAKAAN
Mortalitas tergantung stadium saat dilakukan tindakan operasi Psca bedah penderita dirawat diruangan selama 7-10 hari, diobservasi kemungkinan terjadinya komplikasi dini yang membahayakan jiwa penderita seperti perdarahan. Diet diberikan setelah penderita sadar dan pasase usus baik. Drain dilepas setelah 1-2 hari dan jahitan luka diangkat pada hari ke 7 1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
53
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
CARCINOMA LAMBUNG 1. PENGERTIAN
2. ANAMNESIS
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Definisi, insidens dan epidemiologi Merupakan tumor yng berasal dari lambung. Resiko insiden mencapai 70 tiap 10.000 penduduk. Insiden pada lelaki 10 per 100.000 populasi pertahun. Jarang ditemukan pada kelompok usia dibawah 40 tahun, risiko meningkat dengan meningkatnya umur. Insiden tertinggi pada decade ke 6. Lelaki lebih banyak terserang disbanding perempuan. b. Etiologi Sebab timbulnya karsinoma lambung (karsinoma ventrikulum) tidak diketahi. Beberapa faktor yang dihubungkan dengan kejadian karsinoma lambung adah diit rendah serat, makanan terlalu asin, pedas atau asam, alcohol dan aklorhidria, tukak lambung, gastritis atrofikans, anemia pernisiosa, dan golongan darah A. -
Pada stadium awal, sering tanpa gejala karena lambung masih berfungsi normal. - Kalau massa tumor sudah besar, keluhan epigastrium biasanya samar-samar, seperti rasa berat dan kembung. Akhirnya terjadi anoreksia, cepat kenyang, penurunan berat badan dan kelemahan. - Nyeri perut merupakan gejala lanjut. Adanya nyeri perut, hepatomegali, asites, teraba massa pada colok dubur, dan kelenjar limf supraklavikuler kiri (limfonodi Virchow) yang membesar menunjukkan penyakit yang lanjut dan sudah menyebar. Bila terdapat ikterus obstruktiva, harus dicurigai adanya penyebaran porta hepatic. Memenuhi kriteria anamnesis diatas Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik di atas Carcinoma lambung
4. KRITERIA DIAGNOSIS
5. DIAGNOSIS KERJA 6. DIAGNOSIS BANDING
-
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Labor rutin, pemeriksaan radiologis dan gastroskopi dengna biopsy dan pemeriksaan sitologi.
8. TATALAKSANA 9. EDUKASI
10.PROGNOSIS
11.TINGKAT EVIDENS
Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi Pola makanan dan jenis makanan yang baik dan bergizi Hindari alcohol Ad vitam : dubia Ad sanationam : dubia Ad fungsionam : dubia I
54
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
CARCINOMA LAMBUNG 12.TINGKAT REKOMENDASI
B
13.PENELAAHAN KRITIS
KSM Bedah
14.INDIKATOR OUTCOME
1. Keluhan berkurang 2. Lama hari rawat : 3 hari 3. Tidak terjadi Infeksi Daerah Operasi (IDO)
15.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
55
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
CEDERA LIMPA 1. PENGERTIAN
Cidera yang mengenai limpa yang diakibat oleh trauma. Trauma tumpul lien dapat terjadi akibat kekuatan kompresi dan deselarasi seperti tabrakan, jatuh dari ketinggian dan pukulan langsung pada abdomen. Trauma tajam lien jarang terjadi.
2. ANAMNESIS
Gejala klinis yaitu tanda hipovoemia dengan takikardi atau hipotensi dan mengeluh nyeri pada kuadran atas kiri abdomen yang menjalar ke bahu kiri( Kers’s Sign) Adanya tanda-tanda cairan bebas dalam rongga perut. Pemeriksaan fisik tidak spesifik dan sensitive pasien dengan fraktur kosta kiri bawah (9-12), 25% akan mengalami cedera lien
3. PEMERIKSAAN FISIK
4. KRITERIA DIAGNOSIS
Memenuhi kriteria anamnesis diatas Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas Rupture Lien
5. DIAGNOSIS KERJA 6. DIAGNOSIS BANDING
Perdarahan intra abdomen dengan penyebab diluar linen
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
8. TATALAKSANA 9. EDUKASI
Laboratorium darah rutin, urinalis Foto polos abdomen USG atau DPL: dapat mendiagnosis adanya hemoperitoneum dengan cepat pada pasien yang hemodinamiknya tidak stabil, sumber perdarahan tersering adalah dari lien. CT scan dilakukan pada pasien dengan hemodinamik stabil dapat juga sekaligus menentukan beratnya cidera Angiografi digunakan sebagai metode penunjang pada pasien-pasien selektif, dengan embolisasi terapetik pada perdarahan arteri. Explorasi
10.PROGNOSIS
Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi Rencana perawatan Pola makanan yang baik dan bergizi 50% bila terjadi OPSI( Overhelming Post Splenectomy Infection)
11.TINGKAT EVIDENS
I
12.TINGKAT REKOMENDASI
B
13.PENELAAHAN KRITIS 14.INDIKATOR OUTCOME
Hasilnya yang dicapai biasanya baik, perlunya diberikan vaksin H influenza dan meningococcal yang merupakan organisme yang sering menyebabkan OPSI. Vaksin diberikan 3-4 minggu postop
56
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
CEDERA LIMPA 15.KEPUSTAKAAN
1. Buku Ajar Principal of Surgery, Schwartz’sr 2. Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat 3. Konsensus Nasional Ikabi
57