Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |i
PROGRAM INOVASI DESA
ii| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | iii
PROGRAM INOVASI DESA
Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
iv| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
MODUL PELATIHAN MENANGKAP INOVASI DESA (CAPTURING) Panduan Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Inovasi Desa
PENGARAH: Eko Putro Sanjoyo (Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia) PENANGGUNG JAWAB: Taufik Madjid (Dirjen, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa) TIM PENULIS: Lingga kartika Suyud, Ikhwan Maulana, Wahjudin Sumpeno, Octaviera Herawati, Ludiro Prajoko, Lendy Wibowo, Didik Faryanto, Ismail Zainury, Nurulhadi, Hasan Rofiky, Rusdin M. Nur, Roni Budi Sulistyo, Idham Arsyad, Joko Wiryanu, Nurul Hadi, Yossy Suparyo, M. Zaeni, Usman Rauf, Susi M aniez, Riza Surya Kusuma, Adang, Ratih Dewi, Fuad, Borni Kurniawan, Rospita.
REVIEWER:, Muhammad Fachry, Wahyuddin Kessa, Yoseph Lucky COVER & LAYOUT: Wahjudin Sumpeno
Cetakan Pertama, April 2018
Diterbitkan oleh: KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Jl. TMP. Kalibata No. 17 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12740 Telp. (021) 79172244, Fax. (021) 7972242 Web: www.kemendesa.go.id Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | v
PROGRAM INOVASI DESA
vi| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Daftar Istilah dan Singkatan 1.
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.
Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.
3.
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4.
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
5.
Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
6.
Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam memberdayakan masyarakat.
7.
Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
8.
Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
9.
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | vii
PROGRAM INOVASI DESA
10.
Kesepakatan Musyawarah Desa adalah suatu hasil keputusan dari Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam Berita Acara kesepakatan Musyawarah Desa yang ditandatangani oleh Ketua Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa.
11.
Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
12.
Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
13.
Perencanaan pembangunan Desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya Desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Desa.
14.
RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk periode 6 (enam) tahun yang memuat arah pembangunan Desa, arah kebijakan keuangan Desa, kebijakan umum dan program Satuan Kerja Perangkat (OPD) atau lintas OPD, dan program prioritas kewilayahan disertai dengan rencana kerja.
15.
RKP Desa (Rencana Kerja Pemerintah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJM Desa yang memuat rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutakhirkan, program prioritas pembangunan Desa, rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah dan RPJM Desa.
16.
Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah Desa kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme perencanaan pembangunan Daerah.
17.
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
18.
Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang syah.
19.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
20.
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
viii| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaanmasyarakat Desa. 21.
Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | ix
PROGRAM INOVASI DESA
x| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Kata Sambutan Direkturat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Bismillahirrahmanirrahiim Atas berkat rahmat Alloh SWT, Kami panjatkan puji dan syukur Alhamdulillah yang telah memberikan kekuatan lahir dan bathin sehingga Modul Pelatihan Program Inovasi Desa (PID) TA 2018 dapat digunakan sebagai panduan peningkatan kapasitas pemangku kepentingan Prgram Inovasi Desa baik di tingkat pusat dan daerah. Modul Pelatihan PID TA 2018 diinisiasi oleh Direktorat Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD), Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi. Program Inovasi Desa hadir sebagai upaya mendorong peningkatan kualitas pemanfaatan Dana Desa dengan memberikan rujukan inovasi pembangunan Desa serta merevitalisasi peran pendamping dan pelaku lainnya dalam mendukung pembangunan Desa. Melalui Program Inovasi Desa diharapkan mampu memicu munculnya inovasi dan pertukaran pengetahuan secara partisipatif. Program Inovasi Desa merupakan salah satu bentuk dukungan kepada Desa agar lebih efektif dalam menyusun penggunaan Dana Desa sebagai investasi dalam peningkatan produktifitas dan kesejahteraan masyarakat. Modul pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan yang terlibat agar memahami secara filosofis, teknis serta memandu pendamping dan pelaku lainnya untuk memfasilitasi proses pelaksanaan kegiatan PID. Jika diperlukan penambahan dan pengayaan terkait topik-topik pembahasan dapat diskusikan bersama agar pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Modul Pelatihan PID TA 2018 ini. Semoga Alloh SWT senantiasa memberkati dan membimbing kita semua. Amien. DIREKTUR JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
Taufik Madjid
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xi
PROGRAM INOVASI DESA
xii| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Daftar Isi Daftar Istilah Kata Sambutan Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Daftar Isi
xi xiii
Pokok Bahasan 1: Dinamika Kelompok dan Pengorganisasian Peserta 1.1. Bina Suasana, Perkenalan dan Kontrak Belajar 1.2. Alur Proses Pelatihan
3 13
Pokok Bahasan 2: Inovasi Pembangunan Desa 2.1. Konsep Dasar Inovasi Desa 2.2. Konsep Dasar Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) 2.3. Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa dalam Program Inovasi Desa (PID) Pokok Bahasan 3: Peran Pelaku dalam Menangkap Inovasi Desa 3.1. Peran TIK dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing) 3.2. Peran TAPM dalam Fasilitasi Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
vii
19 23 27
37 41
Pokok Bahasan 4: Keterampilan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) 4.1. Identifikasi Inovasi Desa 4.2. Verifikasi Inovasi Desa 4.3. Menangkap Inovasi Desa (Capturing) 4.4. Validasi Inovasi Desa 4.5. Mengemas dan Memformat Inovasi Desa
49 57 65 77 81
Pokok Bahasan 5: Peningkatan Kapasitas Pelaku dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing) 5.1. Strategi Peningkatan Kapasitas Pelaku (TIK dan TPID) 5.2. Bimbingan Teknis Menangkap Inovasi Desa ( Capturing )
97 103
Pokok Bahasan 6: Praktek Belajar Lapangan 6.1. Praktek Belajar Lapangan: Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
119
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xiii
PROGRAM INOVASI DESA
Pokok Bahasan 7: Evaluasi dan Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) 7.1. Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan 7.2. Penyusunan RKTL
133 139
Lembar Informasi
147
xiv| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Panduan Menggunakan Modul Pelatihan A.
Latar Belakang
Dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID), Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban untuk melakukan Pendampingan Desa dalam rangka pembangunan, pemberdayaan masyarakat desa. Salah satunya adalah menyangkut kesiapan pemerintah baik dalam menyiapkan tata kelola dan penyesuaian kerja birokrasi, maupun dalam melakukan pendampingan masyarakat Desa. Pendampingan yang dilakukan pemerintah sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 2015 bertujuan; (a) Meningkatkan kapasitas, efektivitas dan akuntabilitas Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa; (b) Meningkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi masyarakat Desa dalam pembangunan desa yang partisipatif; (c) Meningkatkan sinergi program pembangunan Desa antarsektor; dan (d) Mengoptimalkan aset lokal Desa secara emansipatoris. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 128 huruf (2) dijelaskan bahwa secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota dan dapat dibantu oleh tenaga pendamping profesional, kader pemberdayaan masyarakat Desa, dan/atau pihak ketiga. Khusus untuk tenaga pendamping profesional, diantaranya: Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat yang bertugas meningkatkan kapasitas tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Salah satu upaya dalam meningkatkan kompetensi tenaga pendamping di tingkat Kabupaten/Kota, khususnya Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dalam memfasilitasi Program Inovasi Desa (PID) dilakukan dengan memberikan pelatihan sesuai kerangka acuan tugas dan tanggungjawabnya. Rancangan kebutuhan pengembangan kompetensi Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) yang dirumuskan dalam kurikulum sesuai dengan kebutuhan tugas dan kondisi lapangan serta mendorong pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) khusunya dibidang penangkapan inovasi desa (capturing). Persoalan kualitas pelatih dan penyelenggraan termasuk manajemen pelatihan seringkali menjadi penting dalam mendukung pencapian tujuan peningkatan kapasitas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM). Oleh karena itu, keseluruhan unsur dalam pengelolaan pelatihan harus diperhatikan secara seksama baik perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan pelatihan penangkapan inovasi desa (capturing) oleh penyelenggara pelatihan.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xv
PROGRAM INOVASI DESA
Diharapkan melalui pelatihan Program Inovasi Desa (PID) ini, Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) sebagai pendamping profesional di tingkat Kabupaten/Kota memiliki wawasan, keterampilan dan sikap yang memadai dalam mendorong pemerintah daerah khususnya unit kerja sektoral (OPD) mendukung Pemerintah Desa dalam memfasilitasi kegiatan inovasi Desa dan sekaligus memperkuat pengelolaan pengetahuan dan inovasi dalam mendukung pembangunan desa, dan kemandirian secara berkelanjutan. Modul Pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) merupakan salah satu bahan pelatihan bagi Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) yang akan bertugas atau ditempatkan di tingkat Kabupaten/Kota dalam rangka mendampingi pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID). Secara khusus, modul pelatihan ini disusun sebagai acuan bagi pelatih dalam memfasilitasi kegiatan pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) sebagai bagian penting dari proses pengelolaan pengetahuan dan inovasi desa untuk tahun anggaran 2018. Calon pelatih diharapkan memiliki pengetahuan tentang tujuan, hasil dan alur pembelajaran termasuk kompetensi praktis dalam memfasilitasi pelatihan yang akan diselenggarakan di 5 (lima) hari efektif.
B.
Mengapa Modul Pelatihan ini Dibutuhkan
Pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) bertujuan membantu memahami kebijakan terkait pembangunan dan pemberdayaan masyarakat sebagai bagian dari mandat Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) Kementerian Desa PDTT dan mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID). Secara khusus, modul ini akan melakukan transformasi tentang strategi dasar dalam mendorong pelaku Program Inovasi Desa (PID) agar memiliki pengalaman dan keterampilan praktis yang dibutuhkan dalam memfasilitasi pengelolaan pengetahuan dan inovasi desa. Oleh karena, kebutuhan pengembangan kurikulum dan modul pelatihan menangkap inovasi desa (capturing ) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) disusun dengan maksud menjadi panduan penyelenggara pelatihan, terutama bagi penyelenggara dan pemangku kepentingan di daerah. Diharapkan Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) juga memilki kapasitas personal yang dibutuhkan dalam memfasilitasi pelatihan kepada pelaku di tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa dengan dibekali keterampilan dalam melakukan penangkapan inovasi desa (capturing) melalui pembelajaran kreatif (creative teaching skills ). Disamping itu, pelatih dapat mempelajari dengan mudah dan menerapkan sesuai dengan kebutuhan tugas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dan kondisi lokal yang dihadapi.
C.
Maksud dan Tujuan
Maksud pelatihan menangkap inovasi desa ( capturing), yaitu mempersiapkan Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) untuk memiliki kemampuan dalam memfasilitasi kegiatan pelatihan atau bimbingan teknis kepada pelaku program khusunya TIK-PID dan
xvi| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
TPID Tahun Anggaran 2018 dalam rangka pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Secara umum modul pelatihan ini dimaksudkan untuk memberikan panduan dalam penyelengaraan pelatihan menangkap inovasi desa ( capturing ) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dalam rangka pengelolaan pengetahuan dan inovasi desa. Secara khusus modul pelatihan ini bertujuan; (1)
Menyamakan persepsi dan konsep peningkatan kapasitas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dalam memfasilitasi kegiatan pelatihan bimbingan teknis menangkap inovasi desa (capturing);
(2)
Menyelaraskan materi, modul dan metode pelaksanaan pelatihan menangkap inovasi desa (capturing ) sesuai dengan kondisi wilayah kerjanya;
(3)
Melakukan pembagian tugas dan pelaksanaan pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) di wilayah kerja masing-masing;
(4)
Menyusun Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) pelaksanaan pelatihan atau bimbingan teknis pelaku program dalam menangkap inovasi desa (capturing).
D.
Sasaran Pengguna
Secara khusus, modul pelatihan ini ditujukan bagi Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) di tingkat Kabupaten/Kota dalam rangka memandu penyelenggaraan pelatihan menangkap inovasi desa (capturing ). Namun, dalam prakteknya, modul pelatihan ini juga dapat dimanfaatkan bagi pemangku kepentingan lain dalam memfasilitasi kebutuhan pelatihan sejenis bagi tenaga ahli dengan latar belakang pendidikan dan kapasitas yang beragam mulai dari fasilitator, pemandu, petugas lapang, kelompok perempuan dan kelompok masyarakat lain. Harapan lain melalui modul pelatihan ini dapat memberikan kontribusi bagi para penggerak pembangunan dan pemberdayaan masyarakat agar mampu memfasilitasi dan menyelenggarakan pelatihan atau bimbingan teknis dalam menangkap inovasi (capturing) secara sederhana sesuai kondisi yang ada. Beberapa komunitas dan organisasi lain diharapkan juga mendapatkan manfaat dari modul pelatihan ini terutama untuk melatih para pendamping desa. Modul pelatihan ini dapat dibaca oleh kalangan yang lebih luas baik pemerintah, kelompok masyarakat, lembaga pendidikan, pusat pelatihan, LSM, serta lembaga lain yang memberikan perhatian terhadap pengelolan pengetahuan dan inovasi desa.
E.
Peran Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)
Kurikulum pelatihan menangkap inovasi desa ( capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) disusun dengan maksud memberikan kerangka acuan bagi pengelola atau penyelenggara pelatihan menangkap inovasi desa ( capturing)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xvii
PROGRAM INOVASI DESA
agar berjalan sesuai dengan standar pembelajaran dan kerangka acuan program yang telah ditetapkan. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) adalah sebuah team ahli yang ditempatkan di setiap Kabupaten/Kota untuk memfasilitasi proses pendampingan Program Inovasi Desa (PID). Secara khusus peran utama TAPM dalam memfasilitasi pengelolaan pengetahuan dan inovasi desa diuraikan sebegai berikut: a.
Memfasilitasi proses perencanaan dan pelaksanaan Bursa Inovasi di Kabupaten;
b.
Memfasilitasi TIK melakukan identifikasi, memverifikasi, mendokumentasikan praktek inovasi desa;
c.
Membantu TIK dalam mengelola pertukaran pengetahuan (knowledge sharing) dari inovasi-inovasi terbarukan yang terjadi di wilayah kerjanya atau antar daerah;
d.
Memfasilitasi pembentukan TIK dan TPID;
e.
Berkoordinasi dan melaporkan perkembangan PID kepada pemerintah daerah secara berkala;
f.
Membantu TIK menganalisa praktek-inovasi desa khususnya pada PID dan potensial lokasi prioritas program Kementerian Desa, PDTT;
g.
Memfasilitasi proses pemberian informasi inovasi desa, prioritas program Kementerian Desa,PPDT kepada masyarakat melalui musyawarah antar desa atau media lainnya;
h.
Membantu TIK memfasilitasi pengelolaan dan memferifikasi Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)
i.
Melakukan koordinasi dengan stakeholder (Government dan Corporate) serta pendamping program lainnya.
j.
Memberikan peningkatan kapasitas TPID, PD, dan PLD.
F.
Ruang Lingkup
Materi Pelatihan dirumuskan berdasarkan hasil kajian terhadap kompetensi dasar yang harus dimiliki Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) sesuai kerangka acuan kerja yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Selanjutnya hasil analisis terhadap kompetensi TAPM disusun sesuai tingkat penguasaan kompetensi yang terdiri (K1) pengetahuan, (K2) Sikap dan (K3) Keterampilan yang merujuk pada taksonomi Bloom dan Kartwohl (2001) dengan indikator kedalaman materi sebagai berikut:
Tabel Cakupan Materi Berdasarkan Tingkat Kompetensi
K1 (Pengetahuan) 1. Mengingat
K2 (Sikap) 1. Penerimaan
K3 (Keterampilan) 1. Meniru
xviii| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
2. Memahami
2. Menanggapi
2. Memanipulasi
3. Menerapkan
3. Menghargai (valuing)
3. Pengalamiahan
4. Menganalisis
4. Mengorganisasikan
4. Artikulasi
5. Menilai
5. Karakterisasi
6. Mengkreasikan
Secara rinci setiap pokok-pokok materi ditetapkan tingkat keluasan dan kedalamnya berupa kisi-kisi materi pelatihan yang akan memandu pelatih dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Kisi-kisi materi pelatihan penangkapan inovasi desa (capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) diuraikan sebagai berikut:
Tabel Kisi-Kisi Materi Penangkapan Inovasi Desa (Capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)
No
POKOK BAHASAN
SUBPOKOK BAHASAN
(1)
(2)
(3)
Dinamika Kelompok dan Pengorganisasian Peserta Inovasi Pembangunan Desa
Bina Suasana, Perkenalan dan Kontrak Belajar Alur Proses Pelatihan Konsep Dasar Inovasi Desa Konsep Dasar Menangkap Inovasi Desa (Capturing) Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa dalam Program Inovasi Desa (PID) Peran TIK dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing) Peran TAPM dalam Fasilitasi Menangkap Inovasi Desa (Capturing) Identifikasi Inovasi Desa Verifikasi Inovasi Desa Menangkap Inovasi Desa (Capturing) Validasi Inovasi Desa Mengemas dan Memformat Inovasi Desa Strategi Peningkatan Kapasitas Pelaku (TIK dan TPID) Bimbingan Teknis Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
1.
2.
3.
4.
5.
Peran Pelaku dalam Menangkap Inovasi Desa
Keterampilan Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
Peningkatan Kapasitas Pelaku dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
KOMPETENSI K1 K2 K3 (4)
JP (5)
2
2
90’
2 2 2
4 2 2
90’ 90’
4
4
2
90’
4
4
3
90’
4
4
3
90’
6 6 6
4 4 4
4 4 4
180’ 180’ 450’
6 6
4 4
4 4
180 180
4
4
3
180
4
4
3
180
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xix
PROGRAM INOVASI DESA
JP
POKOK BAHASAN
SUBPOKOK BAHASAN
(1)
(2)
(3)
Praktek Lapangan; Menangkap Inovasi Desa (Capturing) Evaluasi Pelatihan dan Rencana Kerja Tindak Lanjut
Praktek Lapangan; Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
6
4
4
675’
Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan Rencana Kerja Tindak Lanjut TOTAL
5
4
2
45’
5
4
2
45’
6.
7.
G.
KOMPETENSI K1 K2 K3 (4)
No
(5)
Sistematika Isi Modul Pelatihan
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mencoba melakukan inisiatif untuk menyusun modul pelatihan ini melalui serangkaian kajian kebutuhan pelatihan dan lokakarya dengan melibatkan pemangku kepentingan lain baik kalangan praktisi, aktivis, akademisi dan peneliti. Sebagaimana diketahui, hasil analisis kebutuhan pelatihan menunjukkan bahwa Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) merupakan pendamping professional di tingkat Kabupaten/kota yang ditempatkan dengan latar belakang pengalaman teknis, karakteristik wilayah, dan kondisi sosial yang berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan sebuah panduan pelatihan standar yang mampu mempersiapkan kompetensinya sesuai tugas dan tanggung jawabnya dalam memfasilitasi pelaku di tingkat Kabupaten/Kota melalui strategi bimbingan teknis dengan tema utama penangkapan inovasi desa (capturing) yang sesuai kebutuhan di lapangan. Modul pelatihan ini telah mengalami berbagai perubahan melalui proses perancangan, konsultasi, lokakarya, uji coba-revisi dan masukan dari berbagai pihak bahkan langsung dari Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dalam memfasilitasi penangkapan inovasi desa di lapangan. Hasil pelatihan awal akan memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan modul ini. Oleh karena itu modul pelatihan ini dapat diibaratkan sebagai buku berjalan yang memberikan peluang bagi pembaca atau pengguna dalam memberikan warna dan penyesuaian sesuai dengan kaidah pembelajaran dan kebutuhan. Modul dirancang menggunakan standar format yang dikembangkan oleh ASTD ( Association Sourcebook and Training Development ) yang menyertakan pokok-pokok materi, panduan pelatih, lembar kerja dan media (presentasi atau beberan atau bahan pemaparan) yang bermanfaat bagi siapa saja yang akan melaksanakan pelatihan atau lokakarya sejenis. Modul pelatihan dirancang dalam bentuk modul bagi pelatih atau Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) agar memudahkan dalam penerapan dan penyesuaian sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah kerja. Modul pelatihan ini terdiri dari 7 Pokok Bahasan dan 15 Subpokok Bahasan yang membahas latar belakang, kerangka isi, metode dan aplikasi praktis tentang bagaimana menangkap
xx| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
inovasi desa (capturing ) dalam mendukung pengelolaan pengetahuan dan inovasi di desa. Secara rinci struktur materi modul pelatihan ini digambarkan dalam gambar sebagai berikut: Gambar Struktur Materi Pelatih Penangkapan Inovasi Desa (Capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)
H.
Skema Pelatihan
Modul pelatihan menangkap inovasi desa ( capturing) disajikan sesuai alur mekanisme pelatihan mulai dari penyiapan GMT, MT, TOT, dan Pelatihan Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM). Pelatihan ini tentunya diarahkan untuk mempersiapkan pelaku
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxi
PROGRAM INOVASI DESA
Program Inovasi Desa (PID) dalam melaksanakan tugas pendampingan sesuai dengan kewenangannya sekaligus memberikan pembekalan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing). I.
Cara Menggunakan Modul Pelatihan
Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam memahami dan menggunakan Modul pelatihan ini. Dalam setiap bagian atau pokok bahasan terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau modul dengan topik yang beragam dan dapat dipelajari secara mandiri sesuai dengan materi yang diperlukan. Masing-masing subpokok bahasan dalam modul ini menggambarkan urutan kegiatan pembelajaran dan hal-hal pokok yang perlu dipahami tentang materi yang dipelajari serta keterkaitannya dengan topik lainnya. Dalam setiap subpokok bahasan dilengkapi dengan panduan pelatih yang membantu dalam mengarahkan proses, media dan sumber belajar, lembar kerja, lembar evaluasi dan lembar informasi atau bahan bacaan. Masing-masing disusun secara kronologis yang agar memudahkan bagi pengguna dengan memberikan alternatif dalam memanfaatkan setiap subpokok bahasan secara luas dan fleksibel. Setiap pokok bahasan dilengkapi dengan lembar informasi pendukung yang dapat dibagikan secara terpisah dari panduan pelatihan agar dapat dibaca peserta sebelum pelatihan di mulai. Pelatih juga diperkenankan untuk menambah atau memperkaya wawasan untuk setiap subpokok bahasan berupa artikel, buku, juklak/juknis dan kiat-kiat yang dianggap relevan. Disamping itu, pembaca di berikan alat bantu telusur berupa catatan diberikan termasuk ikon-ikon yang akan memandu dalam memahami karakteristik materi dan pola penyajian yang harus dilalukan dalam pelatihan.
xxii| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Tabel Penjelasan Ikon
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxiii
PROGRAM INOVASI DESA
xxiv| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Pokok Bahasan
1
DINAMIKA KELOMPOK DAN PENGORGANISASIAN PESERTA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxv
PROGRAM INOVASI DESA
xxvi| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
POKOK BAHASAN 1
POKOK BAHASAN DINAMIKA KELOMPOK DAN PENGORGANISASIAN PESERTA
Tujuan: Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu: 1.
Melakukan perkenalan antar peserta latih dan pelatih;
2.
Memahami alur proses orientasi dan menyepakati tata tertib orientasi.
Sub Pokok Bahasan •
SPB 1.1: Bina Suasana, Perkenalan dan Kontrak Belajar;
•
SPB 1.2: Alur Proses Pelatihan.
Waktu 2 JP (90 menit)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
|1
PROGRAM INOVASI DESA
2| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
SUB POKOK BAHASAN 1.1
Bina Suasana, Perkenalan dan Kontrak Belajar
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Saling mengenal antara pelatih dan peserta serta peserta dengan peserta; 2. Membentuk kepengurusan kelas; 3. Mengungkapkan harapan dan kontrak belajar.
Waktu 1 JP (45 menit)
Metode Permainan, refleksi diri, pengisian biodata peserta
Media •
Media tayang 1.1.1:
•
Lembar Permainan 1.1.1: Zip – Zap
•
Lembar Permainan 1.1.2: Air Mengalir
•
Lembar Kerja 1.1.1: Kontrak Belajar
•
Lembar Kerja 1.1.2: Lembar Biodata Peserta Pelatihan
Alat Bantu Flipt Chart, spidol, laptop, dan infocus
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 3
PROGRAM INOVASI DESA
Proses Penyajian Kegiatan 1: Pembukaan 1.
Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi perkenalan antara pelatih, panitia dan peserta;
2.
Lakukan pembukaan acara pelatihan ini secara informal dengan mengucapkan salam dan selamat datang;
3.
Jelaskan tentang latar belakang pelaksanaan pelatihan bagi pelatih (trainining of trainers) kepada peserta pendamping teknis kabupaten sebagai salah satu bentuk peningkatan kapasitas Pendamping Desa dalam rangka implementasi Undang-Undang Desa;
4.
Jelaskan secara singkat tentang tujuan, pokok bahasan, agenda dan target pelatihan. Gunakan media yang telah disediakan;
5.
Berikan kesempatan kepada panitia, penanggungjawab atau penyelenggara untuk memberikan sambutan.
Kegiatan 2: Perkenalan dan Bina Suasana 6.
Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi perkenalan dan bina suasana antara pelatih, panitia dan peserta;
7.
Sebelum pelatihan, peserta diminta untuk mengisi formulir biodata yang telah disediakan oleh panitia;
8.
Pada sesi awal, bersama-sama melakukan perkenalan dengan permainan sebagai panduan data menggunakan Lembar Permainan 1.1.1 atau 1.1.2 dengan memilih salah satu skenario;
9.
Setelah pelatih, panitia dan peserta saling mengenal lakukan refleksi atau menggali makna dari proses tersebut;
10.
Buatlah penegasan dengan meminta peserta u ntuk menjelaskan tujuan, makna dan manfaat perkenalan;
11.
Buatlah kesimpulan dengan merangkum tujuan, makna, dan manfaat perkenalan.
Kegiatan 3: Kontrak belajar 12.
Setelah perkenalan, peserta diajak untuk menyepakati aturan main dalam kelas dengan menggunakan Lembar Kerja 1.1.1;
13.
Mintalah salah seorang peserta untuk memandu membuat kesepakatan tentang hal-hal penting yang harus dipatuhi dan dihindari agar pelatihan berjalan dengan baik dan lancer;
4| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
14.
Hasil kesepakatan kemudian dituangkan dalam kertas plano dan minta untuk dibacakan ulang agar mudah dipahami. Jika ada yang keberatan atau perlu diklarifikasi maka berikan kesempatan untuk disepakati kembali perubahan tersebut;
15.
Pelatih memberikan penegasan tentang makna dan tuju an kontrak belajar selama pelatihan.
Kegiatan 4: Gambaran Diri dan Pemetaan Harapan 16.
Mintalah kepada peserta pelatihan untuk menuliskan nama panggilan mereka, kemudian ditempelkan di peserta agar mudah dibaca oleh peserta lain;
17.
Peserta diminta untuk merefleksikan dirinya dengan menggambar sketsa (tanpa kata atau tulisan) yang menjelaskan tentang siapa dirinya: alasan menjadi pelatih, cita-cita hidup dan hal yang positif tentang dirinya, motto hidup. Gunakan media yang telah disediakan
18.
Mintalah seluruh peserta untuk berdiri dan memperkenalkan secara singkat, sekaligus memperkenalkan dirinya. Setelah itu, mintalah peserta untuk menempelkan gambar atau sketsa di dinding;
19.
Peserta diberikan dua lembar metaplan dengan warna yang berbeda, misalnya, merah dan putih;
20.
Mintalah peserta untuk menuliskan pada dua lembar metaplan tentang harapan setelah mengikuti pelatihan ini. Misalnya merah untuk HARAPAN, dan warna putih untuk KEKHAWATIRAN;
21.
Setelah selesai menuliskan harapan dan kekhawatiran, mintalah seluruh peserta untuk menempelkan pada kertas plano atau flipchart yang telah disediakan;
22.
Mintalah kepada salah seorang peserta untuk membacakan dan mengelompokkan berdasarkan tema-tema besar yang mungkin;
23.
Selanjutnya jelaskan hasilnya kepada seluruh peserta.
Pada saat sesi perkenalan libatkanlah seluruh peserta melalui aktivitas permainan yang mendorong keterbukaan dan mencarikan suasana. Disarankan untuk memperhati-kan kecenderungan perilaku umum peserta yang cenderung bersikap pasif, pemalu, berbicara lugas, santai atau
membosankan. Hal ini diperlukan untuk menetapkan strategi lain yang diperlukan agar suasana mencair dan siap untuk mengikuti pelatihan. Namun, pembatasan waktu perlu dilakukan agar tidak berlarut-larut. Hindari pertanyaan yang bersifat menyelidik atau pribadi.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 5
PROGRAM INOVASI DESA
Dalam pembahasan aturan main, pelatih jangan larut dengan suasana diskusi atau perdebatan panjang. Ingatlah dalam menetapkan aturan main cukup membahas hal-hal yang diperlukan saja, jangan terlalu banyak dan terlalu ketat karena akan menimbulkan suasana kaku dan membosankan. Pada saat menggali kemampuan awal peserta, catatlah pokok-pokok persoalan yang dilontarkan dan membutuhkan klarifikasi lebih lanjut. Catatan tersebut, kemudian dipampangkan di dinding untuk mengingatkan pelatih dan peserta pada saat pembahasan topik berikutnya.
6| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Permainan 1.1.1
Permainan “Zip – Zap” Pokok Bahasan Subpokok Bahasan Tujuan
: Perkenalan dan Pengorganisasian Peserta : Perkenalan dan Struktur Organisasi Kelas : Pelatih, Panitia dan Peserta dapat saling mengenal nama dengan cepat; : Maksimal 15 menit : Di dalam atau di luar ruangan : a. Semua umur (anak-anak, dewasa, orang tua) b. Pria dan wanita
Waktu Tempat Peserta
Proses Permainan: (1)
Pelatih meminta seluruh peserta untuk berdiri dan membentuk lingkaran;
(2)
Jelaskan kepada peserta tentang tujuan, manfaat, da aturan permainan bahwa: ZIP berarti yang ditunjuk harus menyebutkan nama dan asal peserta di sebelah kirinya sedangkan ZAP berarti yang ditunjuk harus menyebutkan nama dan asal peserta di sebelah kanannya;
(3)
Untuk memperjelas aturan main, pelatih dapat memandu contoh permainan sekali;
(4)
Mulailah permainan dengan mengucapkan ZIP ZAP berkali-kali, kemudian menunjuk salah seorang peserta sambil mengucapkan ZIP ZAP;
(5)
Bila yang ditunjuk tidak dapat menyebutkan nama sesuai perintah, persilahkan dia saling berkenalan ulang;
(6)
Ulangi proses 4 dan 5 berkali-kali dengan menunjuk peserta yang berbeda;
(7)
Tingkat aturan, yakni: •
ZIP berarti 2, 3, 4 dan seterusnya nama di sebelah kiri.
•
ZAP berarti 2, 3, 4 dan seterusnya nama di sebelah kanan.
(8)
Lakukan proses 4 dengan menggunakan aturan tersebut;
(9)
Pisahkan peserta yang tidak dapat menyebutkan nama sesuai perintah. Setelah cukup 2, 3 atau 4 orang, ajaklah peserta memberikan hukuman;
(10)
Akhirilah permainan setelah melihat semua peserta sudah saling kenal;
(11)
Ajaklah peserta merefleksikan permainan tersebut dengan menngunakan pertanyaan pemicu untuk memancing peserta memberikan komentar atau tanggapan;
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 7
PROGRAM INOVASI DESA
(12)
Selanjutnya ajaklah peserta untuk menghubungkan makna permainan tersebut dengan dunia nyata, dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut: •
•
Bagaimana, kalau Anda sebagai pendamping tidak dikenal dalam masyarakat?
Bagaimana Anda mengetahui persoalan masyarakat, jika kita tidak mengenalnya?
8| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Permainan 1.1.2
Permainan “Air Mengalir” Pokok Bahasan Subpokok Bahasan Tujuan Waktu Tempat Peserta
: Perkenalan dan Pengorganisasian Peserta : Perkenalan dan Struktur Organisasi Kelas : Pelatih, Panitia dan Peserta dapat saling mengenal nama dengan cepat; : Maksimal 15 menit : Di dalam atau di luar ruangan : c. Semua umur (anak-anak, dewasa, orang tua) d. Pria dan wanita
Proses Permainan: (1)
Setiap komandan (fasilitator) memberikan aba-aba “air mengalir,“ maka semua peserta akan bertanya secara serempak “mengalir kemana?”;
(2)
Fasilitator/komandan akan menjawab jawaban misal, mengalir ke rumah orang yang berkaca mata. Maka bagi peserta yang memakai kaca mata harus bergeser pindah ke tempat lain dengan meninggalkan kertas yang dianggap sertifikat di atas dan fasilitator ikut bergeser mencari tempat pada lingkaran peserta. Dengan demikian akan ada 1 peserta yang kehilangan tempat dan mereka akan berganti bertindak sebagai komandan. Sebagai mana komandan yang pertama mereka juga mengatakan “air mengalir” dan peserta balik bertanya “mengalir kemana?” dan komandan akan menjawab dengan tipe jawaban yang sama dengan jawaban sebelumnya dengan mengambil ciri-ciri spesifik yang ada pada peserta misalnya mengalir ke rumah yang memakai jam tangan, berambut keriting, berbaju kotakkotak, dll;
(3)
Setelah semua peserta memahami aturan mainnya, mulailah bermain dengan suasana yang riang paling tidak 7 kali putaran.
Pembahasan dan Analisis (1)
Mintalah peserta memberikan komentar pelajaran apa yang diperoleh dari permainan ini. Tulislah pokok-pokok komentar peserta pada kertas flip chart.
(2)
Katakan kepada peserta “mari kita renungkan” berapa banyak orang kehilangan hak-haknya sebagai akibat dari sebuah aturan sebagaimana permainan ini. Mereka selalu dipinggirkan dan tidak pernah diperhatikan. Tanyakan apakah anda pernah mengalami atau melihat kejadian ini.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 9
PROGRAM INOVASI DESA
(3)
Tanyakan kepada peserta “apa saja yang biasanya dijadikan alasan oleh pembuat kebijakan bagi mereka yang kehilangan haknya tadi,” pastikan dari jawaban peserta ada yang mengarah pada pernyataan masyarakat susah diatur, susah diajak maju.
(4)
Tanyakan kepada peserta benarkah masyarakat susah diajak maju dan susah diatur. Tanyakan pula kalau masyarakat dianggap tidak bisa diajak maju mengapa hal ini terjadi?
(5)
Jelaskan bahwa pada dasarnya masyarakat ingin maju, tidak ada satupun masyarakat yang tidak ingin maju, persoalannya adalah apakah benar masyarakat telah diajak berfikir untuk maju melalui pelibatan dalam proses pembangunan. Dengan kata lain apakah masyarakat selama ini sudah DIBERDAYAKAN?
(6)
Sebelum mengkhiri permainan ini jelaskan kepada peserta bahwa TAPM sebagai bagian dari pendamping/fasilitator pemberdayaan masyarakat memegang amanat untuk terselenggaranya pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat akan memahami hak-hak dan kewajibannya dalam pembangunan dan tidak menjadi korban pembangunan sebagai akibat kebijakan yang proses pembuatannya tidak melibatkan peran serta masyarakat.
10| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 1.1.1
Kontrak Belajar
1. Waktu/Jadwal
: ...............................................................................
2. Penggunaan HP
: ...............................................................................
3. Merokok
: ...............................................................................
4. Izin keluar kelas
: ...............................................................................
5. Izin keluar tempat pelatihan
: ...............................................................................
6. Ngantuk
: ...............................................................................
7. Terlambat
: ...............................................................................
8. Dan lain-lain
: ...............................................................................
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 11
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 1.1.2
Contoh Lembar Biodata Peserta Pelatihan
BIODATA PESERTA
1. Nama lengkap 2. Jenis Kelamin 3. Tempat tanggal Lahir 4. Status 5. Agama 6. Alamat tempat tugas
Telp:
: : Pria/ wanita *) : : Kawin /Tidak kawin *) : :
Fax:
7. Alamat tempat Tinggal: Telp :Fax: 8. Pendidikan ( Lulusan): a. SD, Tamat tahun: b. SLTP, Tamat tahun: c. SLTA, Tamat tahun:
d. Sarjana Muda /D3, Tamat tahun: e. Sarjana (S1), Tamat tahun: f. Pasca Sarjana, Tamat tahun:
9. Pelatihan yang pernah dikuti terkait dengan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa: a. b. c. d. e
(tahun ...... ) (tahun ...... ) (tahun ...... ) (tahun ...... ) (tahun ...... )
Pembuat Biodata,
……………………………………………. Tanda tangan dan Nama Terang
12| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
SUB POKOK BAHASAN 1.2
Alur Pelatihan
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan alur prose pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM).
Waktu 1 JP (45 menit)
Metode Pemaparan, tanya jawab dan pleno
Media •
•
Media tayang 1.2.1: Aur Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM). Lembar Informasi 1.2.1: Kerangka Acuan Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat
Alat Bantu Flipt Chart, spidol, laptop, dan infocus
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 13
PROGRAM INOVASI DESA
Proses Penyajian Kegiatan: Alur Pelatihan 1.
Jelasakan tujuan, hasil dan proses pembahasan kegiatan pembelajaran tentang tentang Alur Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaam Masyarakat (TAPM) dengan mengkaitkan kegiatan pembelajaran sebelumnya;
2.
Lakukan pemaparan tentang alur proses pelatihan yang akan diikuti peserta selama 5 (lima) hari;
3.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan memberikan tanggapannya;
4.
Buatlah catatan dan penegasan terkait alur proses pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaam Masyarakat (TAPM);
5.
Pada akhir sesi ditutup dengan kesimpulan.
14| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Pokok Bahasan
2
INOVASI PEMBANGUNAN DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 15
PROGRAM INOVASI DESA
16| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
POKOK BAHASAN 1
POKOK BAHASAN MENANGKAP INOVASI (CAPTURING) DALAM PEMBANGUNAN DESA
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1.
Memahami pengertian, tujuan, hasil dan ruang lingkup menangkap inovasi desa (capturing );
2.
Memahami kerangka kerja Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa dalam Program Inovasi Desa (PID);
Sub Pokok Bahasan •
SPB. 2.1: Konsep Inovasi Desa;
•
SPB. 2.1: Menangkap Inovasi Desa ( Capturing);
•
SPB. 2.3: Pengelolaan Inovasi Desa dalam Program Inovasi Desa (PID);
Waktu 6 JP (270 menit)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 17
PROGRAM INOVASI DESA
18| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
SUB POKOK BAHASAN 2.1
Konsep Inovasi Desa
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1.
menjelaskan konsep dasar inovasi Desa secara benar.
2.
Menyepakati unsur-unsur dalam kegiatan inovasi Desa.
Waktu 2 JP (90 menit)
Metode Curah pendapat, pemaparan, dan pleno.
Media •
Media Tayang 2.1.1: Konsep Inovasi Desa
•
Lembar Informasi 2.1.1: Konsep Dasar Inovasi Desa
Alat Bantu Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 19
PROGRAM INOVASI DESA
Proses Penyajian Kegiatan 1: Memahami Konsep Dasar Inovasi 1.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari kegiatan belajar tentang Konsep Dasar Inovasi Desa;
2.
Mengawali pembahasan dengan melakukan curah pendapat untuk menggali pemahaman awal tentang konsep inovasi dalam pembangunan Desa dengan mengajukan beberapa pertanyaan pemicu sebagai berikut: a. Apa yang dimaksud inovasi Desa? b.
Mengapa inovasi diperlukan dalam pembangunan Desa?
c.
Manfaat apa saja manfaat yang diperoleh dari kegiatan inovasi Desa?
d.
Kendala apa saja yang dihadapi dalam melakukan inovasi Desa?
e.
Hal-hal positif apa saja yang dapat mendorong kegiatan inovasi Desa?
3.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab dan berpendapat. Jika terdapat hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut, pelatih dapat memberikan penjelasan dilengkapi pemaparan media tayang yang telah disediakan;
4.
Buatlah catatan dari hasil curah pendapat dan lakukan pembulatan terkait pemahaman tentang konsep inovasi Desa;
5.
Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
Kegiatan 2: Unsur-Unsur Inovasi Desa 6.
Bagilah kepada peserta 2-3 lembar meta plan dan spidol untuk menuliskannya (setiap kartu berisi satu pernyataan saja);
7.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk menuliskannya dalam kartu meta plan (minimal 2-3 pernyataan) tentang unsur-unsur inovasi Desa;
8.
Mintalah salah seorang peserta untuk memoderasi proses pengelompokan berdasarkan aspek atau unsur yang sama dalam setiap karto yang dikumpulkan dari peserta;
9.
Selanjutnya buatlah kesepakatan bersama tentang unsur-unsur inovasi Desa dengan mengelompokkan dan mengklarifikasi metpaln yang dikumpulkan dari peserta dalam pleno;
20| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
10.
Pelatih melakukan curah pendapat dengan peserta untuk menggali kembali hal-hal pokok tentang unsur-unsur inovasi Desa yang telah ditulis dan disepakati;
11.
Berikan kesempatan peserta untuk memberikan tanggapan dan berdiskusi terkait unsur-unsur yang harus ada dalam inovasi. Jika tidak ada, tunjuk 2-3 peserta untuk berpendapat;
12.
Galilah contoh-contoh inovasi dari pengalaman peserta ketika bertugas di wilayah kerja masing-masing;
13.
Beri kesempatan peserta lain untuk menanggapi apakah contoh inovasi yang disampaikan peserta itu layak disebut inovasi (jika berpegang pada unsur-unsur yang harus ada p ada sebuah inovasi);
14.
Ulangi hingga 2-3 orang peserta.
15.
Lakukan penegasan dengan memaparkan unsur-unsur inovasi Desa dengan menggunakan media tayang yang telah disediakan.
16.
Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan.
Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan bacaan kepada peserta tentang Konsep Inovasi Desa dilakukan sebelum pembelajaran dimulai (jika dimungkinkan pada sesi malam atau istirahat). Hal ini perlu dipertimbangkan agar tidak mengganggu proses pembelajaran karena kesibukan membaca
lembar informasi yang dibagikan. Dengan demikian peserta memiliki cukup waktu untuk mempelajari dan memberikan catatan kritis yang akan disampaikan pada saat pembelajaran berlangsung.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 21
PROGRAM INOVASI DESA
22| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
SUB POKOK BAHASAN 2.2
Konsep Dasar Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1.
menjelaskan konesp dasar berupa latar belakang, tujuan, hasil dan ruang lingkup kegiatan menangkap inovasi desa (capturing).
2.
Menguraikan tahapan kegiatan menangkap inovasi desa (capturing) dalam Program Inovasi Desa.
Waktu 2 JP (90 menit)
Metode Curah pendapat, diskusi kelompok, pemaparan, dan pleno.
Media •
•
Media Tayang 2.1.1: Menangkap Inovasi Desa ( capturing ) Lembar Informasi 2.1.1: Konsep Dasar Menangkap Inovasi Desa (capturing )
Alat Bantu Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 23
PROGRAM INOVASI DESA
Proses Penyajian Kegiatan 1: Memahami Konsep Dasar Menangkap Inovasi Desa (Capturing) 1.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari kegiatan belajar tentang Konsep Dasar Menangkap Inovasi Desa (Capturing);
2.
Mengawali pembahasan dengan melakukan curah pendapat untuk menggali pemahaman awal tentang konsep menangkap inovasi desa (capturing) dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) dengan mengajukan beberapa pertanyaan pemicu sebagai berikut: a.
Apa yang dimaksud menangkap inovasi desa (capturing)?
b.
Mengapa menangkap inovasi desa (capturing) diperlukan dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)?
c.
Manfaat apa saja manfaat yang diperoleh dari kegiatan menangkap inovasi desa (capturing)?
d.
Hal-hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam menangkap inovasi desa (capturing)?
3.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab dan berpendapat. Jika terdapat hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut, pelatih dapat memberikan penjelasan dilengkapi pemaparan media tayang yang telah disediakan;
4.
Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok terkait konsep menangkap inovasi (capturing ) dengan menuliskannya di kertas plano atau whiteboard ;
5.
Lakukan pemaparan sebagai penegasan dengan menggunakan media yang telah disediakan;
6.
Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
Kegiatan 2: Tahapan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) 7.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari kegiatan pembelajaran tentang Tahapan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) dengan mengkaitkan topik sebelumnya;
8.
Lakukan curah pendapat untuk menggali pemahaman peserta tentang tahapan kegiatan menangkap inovasi desa (capturing) dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) dengan mengajukan beberapa pertanyaan pemicu sebagai berikut: a. Bagaimana tahapan dalam menangkap inovasi desa (capturing)?
24| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
b.
9.
Komponen atau unsur apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam menangkap inovasi desa (capturing)?
Berikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab dan berpendapat. Jika terdapat hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut, pelatih dapat memberikan penjelasan dilengkapi pemaparan media tayang yang telah disediakan;
10. Buatlah catatan dari hasil curah pendapat dan lakukan pembulatan terkait pemahaman tentang tahapan menangkap inovasi desa dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) dengan menggunakan media tayang telah disediakan; 11. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 25
PROGRAM INOVASI DESA
26| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
SUB POKOK BAHASAN 2.3
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1.
menggali gagasan tentang berbagi pengetahuan (knowledge sharing ) dalam Program inovasi Desa (PID);
2.
merefleksikan pengalaman TAPM dalam memfasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID).
Waktu 2 JP (90 menit)
Metode Refleksi pengalaman, curah pendapat, dan pleno.
Media •
•
•
Media Tayang 2.3.1: Pengantar Berbagi Pengetahuan dan Inovasi dalam Program Inovasi Desa (PID); Lembar Kerja 2.3.1: Matrik Diskusi Hambatan dan Tantangan Fasilitasi PPID Program Inovasi Desa (PID) Tahun Sebelumnya; Lembar Informasi 2.3.1: Fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) dalam Program Inovasi Desa.
Alat Bantu Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 27
PROGRAM INOVASI DESA
Proses Penyajian Kegiatan 1: Berbagi Pengetahuan dan Inovasi dalam Program Inovasi Desa (PID) 1.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari topik bahasan tentang Berbagi Pengetahuan dan Inovasi Desa dalam Program Inovasi Desa (PID);
2.
Lakukan curah pendapat untuk menggali pemahaman awal tentang beberapa terminologi yang digunakan terkait berbagi pengetahuan (knowladge sharing ) dengan mengajukan beberapa pertanyaan pemicu sebagai berikut: a.
Apa pengetahuan itu?
b.
Apa yang dimaksud tentang berbagi pengetahuan (knowladge sharing) dalam pembangunan Desa?
c.
Mengapa berbagi pengetahuan (knowladge sharing) penting dalam mendukung pembangunan Desa?
d.
Manfaat apa saja manfaat yang diperoleh dari kegiatan berbagi pengetahuan (knowladge sharing)?
3.
Berikan kesempatan diantara peserta untuk menanggapi, mengungkapkan pendapat dan pengalamannya berpendapat.
4.
Buatlah catatan dari hasil curah pendapat dan lakukan penegasan terkait pemahaman tentang konsep bebagi pengetahuan (knowladge sharing). Gunakan materi tayang untuk menjelaskan tentang proses berbagi pengetahuan yang efektif;
Jelaskan tentang pengetahuan tacit (taxit knowladge) yang masih ada dalam kepala seorang individu dan pengetahun eksplisit merupakan pengetahuan yang telah didokumentasikan. Cara belajar yang paling efektif adalah melalui pengalaman baik maupun tidak baik, secara individu maupun organisasi. Dalam proses belajar tersebut tentunya akan melahirkan pengalaman yang inovatif, yang berbeda dalam proses pelaksanaannya. Dalam konteks PID, jelaskan bahwa pengalaman inovatif yang telah dilakukan oleh desa merupakan pengalaman yang dapat ditularkan ke desa lain, terutama dalam pembangunan dan pemanfaatan Dana Desa sesuai prioritas Kementerian Desa PDTT. Sampaikan juga banyaknya pengalaman desa dalam pembangunan yang telah berhasil dengan baik dan inovatif namun belum sempat didokumentasikan sehingga pengalaman tersebut hanya dimiliki oleh individu atau desa tertentu. Pengalaman tersebut dapat menjadi inspirasi
28| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
bagi desa lain bila didokumentasikan dengan baik dan disebarkan untuk direplikasi. Berikan ilustrasi di mana peserta berada di kamar hotel ketika alarm berbunyi dan mereka harus menentukan jalan keluar apa yang akan mereka pilih. Tunjukkan 3 pilihan jalan keluar: studi kasus kebakaran hotel dalam bentuk buku, rencana evakuasi darurat hotel yang ditempelkan pada pintu kamar hotel, atau nomor telepon teman yang adalah anggota pemadam kebakaran. Tanyakan kepada peserta jalan keluar mana yang akan mereka tempuh dan mengapa.
5.
Akhiri sesi ini dengan kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
Kegiatan 2: Refleksi TAPM dalam Fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa 1.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari topik bahasan tentang refleksi TAPM dalam memfasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);
2.
Lakukan curah pengalaman TAPM dalam memfasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) tahun 2017 dengan mengajukan beberapa pertanyaan pemicu sebagai berikut: a.
Bagaimana peran TAPM dalam membantu Pemerintah daerah dan Pemerintah Desa dalam memfasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)?
b.
Isu-isu krusial apa saja yang perlu mendapat perhatian dari pendamping dalam memfasilitasi Pengelolaan Pengetahuan Dan Inovasi Desa (PPID)?
3.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan, bertanya, berpendapat dan masukan;
4.
Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan. Jika diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok terkait pengalaman TAPM dalam memfasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) tahun sebelumnya dapat diruliskan di kertas plano atau whiteboard ;
5.
Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 29
PROGRAM INOVASI DESA
Disarankan peserta (TAPM) dapat membawa laporan kegiatan pendampingan tahun sebelumnya terkait kegiatan fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) dan referensi terkait. Hal ini dilakukan sebelum pembelajaran dimulai (jika dimungkinkan pada sesi malam atau istirahat). Pelatih dapat
meminta peserta untuk mempelajari kembali laporan kegiatan pendampingan dengan mencatat hal-hal pokok yang perlu disampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Peserta diharapkan memiliki cukup waktu untuk mempelajari dan memberikan catatan kritis yang akan disampaikan pada saat pembelajaran berlangsung.
Kegiatan 3: Hambatan dan Tantangan Fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) 1.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari topik bahasan tentang Hambatan dan Tantangan Fasilitasi Tahapan Pengelolaan Inovasi dan Pengetahuan (PPID) dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa;
2.
Bagilah peserta dalam beberapa kelompok (sesuai wilayah kerjanya) untuk menggali pengalaman TAPM dalam fasilitasi PPID, sebagai panduan gunakan Lembar Kerja 2.3.1;
3.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikannya dalam kelompok. Hasilnya ditulis dalam kertas plano dan di tempelkan di dinding agar dapat diamati oleh peserta lain;
4.
Mintalah 1 atau 2 kelompok untuk memaparkan hasilnya dalam pleno.
5.
Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;
6.
Buatlah catatan berupa hambatan dan tantangan yang dihadapi TAPM dalam memfasilitasi PPID tahun sebelumnya sebagai landasan yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pada tahun selanjutnya dengan menuliskan dalam kartu meta plan sebagai pegangan bagi pelatih;
7.
Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan hasil pembahasan.
30| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 2.3.1
Matrik Diskusi Hambatan dan Tantangan Fasilitasi PPID Program Inovasi Desa (PID) Tahun Sebelumnya
No
Tahapan Kegiatan PPID
Hambatan
Tantangan
Saran
Catatan: (1)
Buatlah beberapa kolom yang berisi uraian tentang Tahapan Kegiatan Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID). Dalam menuliskan setiap tahapan kegiatan PPID Kelompok dapat menggunakan rujukan Panduan Teknis Operasional PID terkait mekanisme PPID;
(2)
Lakukan penelaahan terkait pengalaman proses fasilitasi yang telah dilakukan oleh pendamping untuk masing-masing tahapan tersebut secara rinci;
(3)
Lakukan penelaahan terkait kemungkinan hambatan dan tantangan yang dihadapi pendamping pada tahun sebelumnya dalam setiap tahapan tersebut;
(4)
Rumuskan saran berupa beberapa alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut;
(5)
Hasil diskusi kelompok dicatat dan dibahas dalam pleno untuk mengklarifikasi, mengelompokkan dan menyepakati hasilnya.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 31
PROGRAM INOVASI DESA
32| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Pokok Bahasan
3
PERAN PELAKU PROGRAM INOVASI DESA (PID) DALAM MENANGKAP INOVASI DESA (CAPTURING)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 33
PROGRAM INOVASI DESA
34| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
POKOK BAHASAN PERAN PELAKU PROGRAM INOVASI DESA (PID) DALAM MENANGKAP INOVASI DESA (CAPTURING)
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1.
Memahami peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK-PID) dan Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) untuk menangkap inovasi desa (capturing) dalam Program Inovasi Desa (PID);
2.
Memahami peran Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dalam memfasilitasi pelaku untuk melaksanakan kegiatan menangkap inovasi desa (capturing);
Sub Pokok Bahasan •
•
SPB: 3.1: Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK-PID) dan Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) dalam Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ); SPB: 3.2: Peran Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dalam Fasilitasi Menangkap Inovasi Desa ( Capturing).
Waktu 4 JP (180 menit)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 35
PROGRAM INOVASI DESA
36| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
SUB POKOK BAHASAN 3.1
Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dan Tim Pengelolan Inovasi Desa (TPID) dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1.
Menjelaskan peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK-PID) dalam menangkap inovasi desa (capturing) di tingkat Kecamatan;
2.
Menjelaskan peran Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) dalam menangkap inovasi desa (capturing) di tingkat Kecamatan;
Waktu 2 JP (90 menit)
Metode Pemaparan, curah pendapat, diskusi kelompok, dan pleno.
Media •
•
Media Tayang 3.1.1: Peran Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dan Tim Pengelolan Inovasi Desa (TPID) dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing) ; Lembar Informasi 3.1.1: Panduan Teknis Operasional Program Inovasi Desa (PID) terkait Tugas dan Tanggung Jawab Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dan Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID);
Alat Bantu Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 37
PROGRAM INOVASI DESA
Proses Penyajian Kegiatan 1: Memahami Tugas dan Tanggung Jawab Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dan Tim Pengelolan Inovasi Desa (TPID) dalam Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) 1.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari topik bahasan tentang Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dan Tim Pengelolan Inovasi Desa (TPID) dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing);
2.
Mintalah peserta membentuk dua kelompok untuk mendiskusikan tentang Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dan Tim Pengelolan Inovasi Desa (TPID);
3.
Pembagian topik untuk masing-masing kelompok sebagai berikut: a. Kelompok 1: Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing) b. Kelompok 2: Peran Tim Pengelola Inovasi Desa (TIPD) dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
4.
Selanjutnya pelatih meminta masing-masing kelompok untuk mendalami uraian tugas dan tanggung jawab TPID sesuai Panduan Teknis Operasional (PTO) yang telah ditetapkan.
5.
Berikan kesempatan kepada kelompok untuk mendiskusikan dengan menggunakan Lembar Kerja Kelompok 3.1.1 dan 3.1.2. Hasilnya kemudian dituliskan dalam kertas plano dan di tempelkan di dinding agar dapat diamati oleh peserta lain;
6.
Mintalah 1 atau 2 kelompok untuk memaparkan hasilnya dalam pleno.
7.
Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;
8.
Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan utama dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan dalam kartu meta plan sebagai pegangan bagi pelatih.
Kegiatan 3: Penegasan dan Kesimpulan 9.
Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan tentang peran TIK dan TPID terkait kegiatan menangkap inovasi desa (capturing) sesuai dengan kewenangannya;
10. Tutuplah sesi ini dengan kesimpulan.
38| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja Kelompok 3.1.1
Matrik Diskusi Peran Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK-PID) dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
No 1.
Tahapan Menangkap Inovasi (Capturing) Identifikasi Inovasi Desa
2.
Verifikasi Inovasi Desa
3.
Menangkap Inovasi (capturing)
4.
Validasi Inovasi Desa
5.
Mengemas dan memformat Inovasi Desa
Uraian Peran TIK-PID
Hambatan
Saran
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 39
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja Kelompok 3.1.2
Matrik Diskusi Peran Peran Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
No 1.
Tahapan Menangkap Inovasi (Capturing) Identifikasi Inovasi Desa
2.
Verifikasi Inovasi Desa
3.
Menangkap Inovasi (capturing)
4.
Validasi Inovasi Desa
5.
Mengemas dan Memformat Inovasi Desa
Uraian Peran TPID
Hambatan
40| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
Saran
PROGRAM INOVASI DESA
SUB POKOK BAHASAN 3.2
Peran TAPM dalam Fasilitasi Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan peran TAPM dalam fasilitasi menangkap inovasi desa (capturing) dalam mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID).
Waktu 2 JP (90 menit)
Metode Curah pendapat, pemaparan, dan pleno.
Media •
•
Media Tayang 1.3.1: Peran TAPM dalam Fasilitasi Program Inovasi Desa; Lembar Informasi 1.3.1: Tugas dan Tanggung Jawab TAPM dalam Menangkap Inovasi Desa (capturing);
Alat Bantu Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 41
PROGRAM INOVASI DESA
Proses Penyajian Kegiatan: Peran TAPM dalam Fasilitasi Pelaku Menangkap Inovasi Desa (Capturing) 1.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari topik bahasan tentang “Peran TAPM dalam fasilitasi pelaku Program Inovasi Desa (PID) terkait kegiatan menangkap inovasi desa (capturing)” dengan mengkaitan topik sebelumnya;
2.
Berdasarkan isu-isu pokok yang dijelaskan dalam kegiatan sebelumnya mintalah peserta untuk membahas tentang peran TAPM dalam memfasilitasi pelaku Program Inovasi Desa (PID) terkait kegiatan menangkap inovasi desa (capturing) sesuai dengan kewenangannya, dengan mengajukan pertanyaan pemicu, sebagai berikut:
a.
Bagaimana peran TAPM terkait kegiatan fasilitasi pelaku dalam menangkap inovasi desa (capturing)?
b.
Hal-hal apa saja yang perlu menjadi perhatian bagi TAPM dalam mendorong pelaku dalam menangkap inovasi desa (capturing)?
c.
Hambatan/kendala apa saja yang mungkin dihadapi TAPM dalam fasilitasi pelaku menangkap inovasi desa (capturing)?
3.
Berikan kesempatan kepada peserta dalam kelompok untuk mendiskusikan beberapa pertanyaan di atas. Hasilnya kemudian dituliskan dalam Lembar Kerja Kelompok 3.2.1 untuk dipaparkan dalam pleno;
4.
Mintalah masing-masing wkail kelompok untuk memaparkan hasil diksuinya dalam pleno;
5.
Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi, mengkritisi dan mengklarifikasi hal-hal yang perlu pendalam lebih lanjut;
6.
Buatlah catatan dari proses pembahasan yang telah dilakukan. Hasilnya ditempelkan di kertas plano atau whiteboard ;
7.
Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan menegaskan hal-hal pokok terkait dengan peran TAPM dalam fasilitasi dalam menangkap inovasi desa (capturing).
42| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja Kelompok 3.2.1
Matrik Diskusi Peran Peran Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dalam Fasilitasi Menangkap Inovasi Desa ( Capturing)
No 1.
Tahapan Menangkap Inovasi (Capturing) Identifikasi Inovasi Desa
2.
Verifikasi Inovasi Desa
3.
Menangkap Inovasi (capturing)
4.
Validasi Inovasi Desa
5.
Mengemas dan memformat Inovasi Desa
Uraian Peran TAPM
Hambatan
Saran
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 43
PROGRAM INOVASI DESA
44| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Pokok Bahasan
4
KETERAMPILAN MENANGKAP INOVASI DESA (CAPTURING)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 45
PROGRAM INOVASI DESA
46| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
POKOK BAHASAN KETERAMPILAN MENANGKAP INOVASI DESA (CAPTURING)
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1.
Menerapkan keterampilan mengidentifikasi inovasi desa dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);
2.
Menerapkan keterampilan memverifikasi inovasi desa berdasarkan hasil identifikasi inovasi desa yang telah dilakukan;
3.
Menerapkan keterampilan menangkap inovasi desa ( capturing) berdasarkan hasil identifikasi dan verifikasi inovasi desa yang telah dilakukan;
4.
Menerapkan keterampilan memvalidasi inovasi desa berdasarkan hasil penangkapan inovasi desa (capturing) yang telah dilakukan;
5.
Menerapkan keterampilan mengemas dan memformat inovasi desa berdasarkan hasil validasi dan rekomendasi dari TIK-PID;
Sub Pokok Bahasan •
SPB 4.1: Identifikasi Inovasi Desa
•
SPB 4.2: Verifikasi Inovasi Desa
•
SPB 4.3: Menangkap Inovasi Desa ( Capturing)
•
SPB 4.4: Validasi Inovasi Desa
•
SPB 4.5: Mengemas dan Memformat Inovasi Desa
Waktu 20 JP (900 menit)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 47
PROGRAM INOVASI DESA
48| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
SUB POKOK BAHASAN 4.1
Identifikasi Inovasi Desa
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1.
Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang lingkup kegiatan identifikasi inovasi desa;
2.
Mengidentifikasi inovasi desa berdasarkan kartu komitmen dan Kartu inovasi desaku dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID).
Waktu 2 JP ( 90 menit)
Metode Curah pendapat, praktek identifikasi Inovasi desa, kerja kelompok, pemaparan dan pleno.
Media •
Media Tayang 4.1.1: Identifikasi Inovasi Desa;
•
Lembar Kerja 4.1.1: Formulir Kartu Komitmen
•
Lembar Kerja 4.1.2: Formulir Kartu Inovasi desaku
•
•
•
Lembar Kerja 4.1.3: Formulir Rekapitulasi Hasil Identifikasi Kegiatan Inovasi Desa Lembar Informasi 4.1.1: Buku Kecil itu Indah: Kumpulan Kisah inspiratif Lapangan; Lembar Informasi 4.1.2: Menangkap Inovasi (Capturing ) dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).
Alat Bantu Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 49
PROGRAM INOVASI DESA
Proses Penyajian Kegiatan1: Mengidentifikasi dan Menyortir Inovasi Desa 1.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari topik bahasan tentang Mengidentifikasi dan Menyortir Inovasi Desa dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);
2.
Ingatkan kembali kepada peserta bahwa pendokumentasian ( penangkapan inovasi (capturing)) pengetahuan dan inovasi desa itu harus melalui sejumlah tahapan atau prosedur sebelum disebarkan kepada masyarakat atau khalayak umum;
3.
Lakukan curah pendapat dengan peserta terkait pemahaman tentang ruang lingkup kegiatan identifikasi inovasi desa dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut: a. Apa yang dimaksud dengan kegiatan identifikasi inovasi desa? b.
Mengapa identifikasi inovasi desa harus dilakukan?
c.
Siapa pelaku yang terlibat dalam proses identifikasi inovasi desa?.
4.
Ajak juga peserta untuk merefleksikan (terutama yang sudah melakukan penangkapan inovasi (capturing) ) bagaimana cara mengidentifikasi inovasi desa yang selama ini dilakukan;
5.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan, kritik dan saran;
6.
Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok terkait kegiatan identifikasi inovasi desa dengan menuliskannya di kertas plano atau whiteboard ;
7.
Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang proses mengidentifikasi dan menyortir inovasi desa dengan menggunakan media yang telah disediakan;
8.
Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
Pelatih perlu menegaskan bahwa kegiatan identifikasi inovasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) melalui Bursa Inovasi Desa di Kabupaten/Kota dan 2) melalui forum MAD I. (sosialisasi kegiatan inovasi desa). Dalam forum MAD 1, TPID dapat memfasilitasi pengumpulan kegiatan inovasi melalui Kartu inovasi desaku yang telah dibagikan dan diisi oleh desa. Hasil identifkasi tersebut akan menjadi bahan pertimbangan TPID dalam melakukan verifikasi kegiatan inovasi desa yang akan ditangkap ( capture).
50| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Kegiatan 2: Praktek Mengindentifikasi Inovasi Desa 9.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari praktek mengidentifikasi Inovasi Desa dalam Pengelolaan Inovasi dan Pengetahuan (PPID);
10.
Bagilah peserta dalam beberapa kelompok untuk melakukan praktek mengindentifikasi inovasi desa;
11.
Bagikan kepada masing-masing kelompok “Buku Kecil itu Indah” dan ajak kelompok untuk mempelajari Booklet Lembar Kerja Program Inovasi Desa (PID) pada bagian daftar periksa proses identifikasi;
12.
Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mendefinisikan, mengidentifikasi, dan menyortir inovasi dari buku tersebut dan menggunakan daftar periksa dengan keluaran sebagai berikut: a.
Jumlah artikel yang masuk kategori inovasi desa (praktek baik);
b.
Potensi inovasi desa yang terdapat dalam setiap artikel.
c.
Memasukkan dalam Kartu inovasi desaku;
d.
Membuat daftar rekapitulasi hasil identifikasi kegiatan Inovasi Desa.
13.
Hasilnya identifikasi inovasi tersebut dituliskan dalam Lembar Kerja 4.1.1 – 4.1.3 kemudian dipaparkan oleh masing-masing kelompok dalam pleno;
14.
Berikan kesempatan kepada peserta atau kelompok lain untuk memberikan tanggapannya;
15.
Selanjutnya berikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk memilih 1 inovasi yang telah masuk kategori inovasi desa. Masingmasing kelompok memilih 1 inovasi yang berbeda. Pelatih menuliskan inovasi yang diplih oleh masing-masing kelompok dalam kartu meta plan atau kertas plano. Pilihan inovasi tersebut tersebut akan menjadi materi latihan pada sesi-sesi berikutnya;
16.
Informasikan kepada peserta bahwa hal penting yang harus dilakukan dan menjadi bagian dalam mengidentifikasi inovasi adalah “Melengkapi Informasi Inovasi.”;
17.
Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok terkait proses menangkap inovasi ( capturing) dengan menuliskannya di kertas plano atau whiteboard ;
18.
Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang proses menangkap inovasi (capturing) dalam pelaksanaan Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) di tingkat Kecamatan dengan menggunakan media yang telah disediakan; Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 51
PROGRAM INOVASI DESA
19.
Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
Melalui materi tayang, pelatih menyampaikan keahlian dasar yang perlu dimiliki oleh TPID dan TIK dalam proses capturing: (a) komunikasi dan hubungan baik dengan narasumber, (b) pola pikir investigatif yang bertujuan jelas, (c) mampu bercerita dan merekam informasi dengan cara yang menarik, (d) memiliki pengetahuan dasar tentang substansi yang di didokumentasikan, (e) memiliki empati terhadap subyek yang ditangkap, dan (f) mampu mengoperasikan perangkat teknologi sederhana seperti telepon seluler.
52| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 4.1.1
Formulir Kartu Komitmen Program Inovasi Desa (PID)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 53
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 4.1.2
Formulir Kartu inovasi desaku Program Inovasi Desa (PID)
54| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 4.1.3
Formulir Rekapitulasi Hasil Identifikasi Kegiatan Inovasi Desa Kecamatan : Kabupaten : No
Kegiatan
(1)
(2)
Catatan: (1) (2) (3) (4) (5), (6) dan (7) (8)
Lokasi
(3)
Tujuan Kegiatan (4)
Hasil Bursa Inovasi Desa Kewira- PSDM Infrastruktur usahaan (5)
(6)
(7)
Biaya
(8)
Jelas Tuliskan nama kegiatan inovasi sesuai Kartu inovasi desaku (yang diusulkan oleh desa) Tuliskan nama lokasi (nama desa/dusun/RT/RW) Tuliskan secara jelas harapan dan perubahan yang diharapkan dari kegiatan inovasi desa tersebut Tuliskan dengan memberikan tanda centang (√) sesuai jenis kegiatan
Tuliskan jumlah besaran biaya yang digunakan untuk kegiatan tersebut
………, …………………………..
Tim Pengelola Inovasi Desa Kecamatan …………………………
Ketua ,
(______________________________)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 55
PROGRAM INOVASI DESA
56| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
SUB POKOK BAHASAN 4.2
Verifikasi Inovasi Desa
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1.
Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang lingkup kegiatan verifikasi inovasi desa;
2.
Memverifikasi kegiatan inovasi desa berdasarkan hasil identifikasi inovasi yang telah dilakukan sesuai tahapan Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).
Waktu 3 JP ( 135 menit)
Metode Curah pendapat, praktek verifikasi inovasi desa, kerja kelompok, pemaparan dan pleno.
Media •
Media Tayang 4.2.1: Verifikasi Inovasi Desa;
•
Lembar Kerja 4.2.1: Checklist Kegiatan Inovasi Desa;
•
•
•
Lembar Kerja 4.2.2: Daftar Rekapitulasi Hasil Verifikasi Inovasi DesaTim Pengelola Inovasi Desa (TPID); Lembar Kerja 4.2.3: Rekomendasi Hasil Verifikasi Inovasi Desa-Tim Inovasi Kabupaten (TIK-PID); Lembar Informasi 4.2.1: Verifikasi Inovasi Desa dalam Peng elolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).
Alat Bantu Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 57
PROGRAM INOVASI DESA
Proses Penyajian Kegiatan1: Memverifikasi Inovasi Desa 1.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari topik bahasan tentang Memverifikasi Inovasi Desa dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) berdasakan hasil kajian yang setelah dilakukan pada topik sebelumnya;
2.
Awali dengan menggali pengalaman peserta untuk merefleksikan (terutama yang telah melakukan verifikasi inovasi desa) yang pernah dilakukan. Mintakan kepada peserta untuk menceritakan pengalaman-nya dalam melakukan verifikasi inovasi di desa;
Pelatih dapat menegaskan bahwa kegiatan verifikasi inovasi desa dilakukan oleh TPID dengan maksud untuk memastikan kebenaran, ketepatan dan relevansi informasi terkait komitmen kegiatan inovasi yang disampaikan oleh desa. Pelatih dapat menggali pengalaman peserta yang pernah terlibat dalam kegiatan verifikasi inovasi untuk memahami proses dan kesulitan yang dihadapi di lapangan.
3.
Selanjutnya lakukan curah pendapat dengan peserta terkait pemahaman tentang ruang lingkup kegiatan verifikasi inovasi desa dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut: a. Apa yang dimaksud dengan kegiatan verifikasi inovasi desa? b.
Mengapa verifikasi inovasi desa harus dilakukan dalam rangkaian tahapan pengelolaan pengetahuan dan inovasi desa?
c.
Siapa pelaku yang terlibat dalam proses verifikasi inovasi desa?.
4.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan, kritik dan saran;
5.
Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok terkait kegiatan verifikasi inovasi desa dengan menuliskannya di kertas plano atau whiteboard ;
6.
Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang proses memverifikasi inovasi desa dengan menggunakan media yang telah disediakan;
7.
Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
58| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Kegiatan 2: Tahapan Kegiatan Verifikasi Inovasi Desa 8.
Setelah menyamakan pemahaman tentang konsep verifikasi inovasi desa, selanjutnya lakukan pemaparan dengan menjelaskan tentang tahapan verifikasi inovasi desa dengan menggunakan media tayang yang telah disedikan;
9.
Berikan kesempatan peserta untuk memberikan tanggapan dan berdiskusi terkait “Bagaimana Melakukan Verifikasi” dan “ Checklist Verifikasi” dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID). Jika tidak ada, tunjuk 2-3 peserta untuk berpendapat, terutama peserta dari daerah yang telah melakukan kegiatan menangkap inovasi desa (capturing );
10.
Buatlah catatan terkait isu-isu kritis terkait tahapan kegiatan verifikasi inovasi desa dalam metaplan dan ditempel di dinding agar dapat diamati oleh peserta.
11.
Lakukan penegasan bahwa dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) bahwa TPID diharapkan mampu menyajikan pengetahuan dan inovasi desa yang benar-benar berasal dari inisiatif masyarakat, bukan meng-claim inovasi pihak lain sebagai inovasi milik desa.
12.
Lakukanm penyimulan dan mengkaitkan dengan kegiatan selanjutnya.
Kegiatan 3: Praktek Memverifikasi Inovasi Desa 13.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari praktek memverifikasi Inovasi desa dalam Pengelolaan Inovasi dan Pengetahuan (PPID) dengan mengaitkan kegiatan belajar sebelumnya;
14.
Bagilah peserta dalam beberapa kelompok untuk melakukan praktek memverifikasi inovasi desa sebagai tindak lanjut kegiatan sebelumnya yaitu mendefinisikan dan menidentifikasi inovasi. Mintalah kepada kelompok untuk mempelajari studi kasus atau dokumen pembelajaran sebelumnya untuk dipelajari;
15.
Selanjutnya, masing-masing kelompok diminta untuk meakukan kegiatan verifikasi dengan menggunakan Lembar Kerja Kelompok 4.2.1 “Checklist Verifikasi Kegiatan Inovasi Desa” dan Lembar Kerja Kelompok 4.2.2 “Daftar Rekapitulasi Hasil Verifikasi Kegiatan Inovasi Desa;”;
16.
Berikan kesempatan kepada kelompok untuk mendiskusikannya dan menuliskan hasilnya untuk dipaparkan dalam pleno;
17.
Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk memaparkan hasil diskusinya dalam pleno;
18.
Setelah pemaparan mintalah peserta atau kelompok lain untuk memberikan tanggapan dan saran atas paparan yang telah dilakukan;
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 59
PROGRAM INOVASI DESA
19.
Selanjutnya, berikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk memilih 1 inovasi yang telah masuk kategori inovasi desa. Masingmasing kelompok memilih 1 inovasi yang berbeda. Pelatih menuliskan inovasi yang diplih oleh masing-masing kelompok dalam kartu meta plan atau kertas plano. Pilihan inovasi tersebut tersebut akan menjadi materi latihan pada sesi-sesi berikutnya;
20.
Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
60| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 4.2.1
Formulir Verifikasi Ide Kegiatan Inovasi Desa Kecamatan : Kabupaten : No
Kegiatan
Lokasi
Dilakukan secara inovatif/ Kreatif *)
Unik/ Khusus
Dampak Partisipasi bagi Masyarakat Desa
Keber lanjut an
APB Desa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
………, …………………………..
Tim Pengelola Inovasi Desa Kecamatan …………………………
Ketua ,
(______________________________)
*) usulan kegiatan yang inovatif/kreatif minimal memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) mengandung gagasan yang baru (novelty ), (b) memecahkan masalah yang dihadapi oleh Desa, (c) memiliki tujuan, dan (d) terencana.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 61
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 4.2.2
Daftar Rekapitulasi Hasil Verifikasi Kegiatan Inovasi Desa Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID)
Kecamatan : ………………………….. Kabupaten : ………………………….. No (1)
Kegiatan (2)
Lokasi (3)
Pemanfaat (4)
Biaya (5)
Hasil Verifikasi (6)
Catatan (7)
Catatan: (1) Jelas (2) Tuliskan nama kegiatan inovasi sesuai Kartu inovasi desaku (yang diusulkan oleh desa) (3) Tuliskan nama lokasi (nama desa/dusun/RT/RW) (4) Tuliskan pemanfaat langsung atau tidak langsung dari kegiatan inovasi desa tersebut (5) Tuliskan jumlah besaran biaya yang digunakan untuk kegiatan tersebut (6) Tuliskan hasil verifikasi (layak/tidak layak) yang telah dilakukan oleh TPID berdasarkan formulir verifikasi (7) Tuliskan catatan hasil verifikasi untuk s etiap kegiatan inovasi desa yang diusulkan untuk di tangap ( capture)
………, …………………………..
Tim Pengelola Inovasi Desa Kecamatan ………………………… Ketua ,
(______________________________)
62| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 4.2.2
Rekomendasi Hasil Verifikasi Kegiatan Inovasi Desa Tim Inovasi Kabupaten (TIK-PID) Kabupaten : …………………………..
No
(1)
Kegiatan
(2)
Lokasi
(3)
Penilaian Usulan Kegiatan Inovasi Selaras Dampak KeberKebijakan Luas lanjutan Pemerintah (4)
(5)
(6)
Jumlah
Rekomendasi
(7)
(7)
Catatan: (1) Jelas (2) Tuliskan nama kegiatan inovasi sesuai Kartu inovasi desaku (yang diusulkan oleh desa) (3) Tuliskan nama lokasi (nama kecamatan/desa/dusun/RT/RW) (4) Tuliskan sejauhamana kesesuaian usulan kegiatan inovasi desa tersebut dengan kebijakan pemerintah (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) dengan memberikan angka (1 – rendah, 2 – sedang, 3 – tinggi) (5) Tuliskan sejauhamana dampak usulan kegiatan inovasi desa tersebut bagi kelompok tertentu, masyarakat desa, masyarakat lebih luas dengan memberikan angka (1 – rendah, 2 – sedang, 3 – tinggi) (6) Tuliskan sejauhamana tingkat keberlanjutan usulan kegiatan inovasi desa tersebut ditinjau dari kemampuan untuk direplikasi, r amah lingkungan, ketersediaan sumber daya dengan memberikan angka (1 – rendah, 2 – sedang, 3 – tinggi) (7) Tuliskan rekomendasi layak atau tidak di tangkap ( capture) ………, …………………………..
Tim Inovasi Kabupaten .…………… Ketua ,
(______________________________)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 63
PROGRAM INOVASI DESA
64| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
SUB POKOK BAHASAN 4.3
Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang lingkup kegiatan menangkap inovasi desa (capturing); 2. Menjabarkan beberapa metode menangkap inovasi desa (capturing) baik yang berisfat individu maupun kelompok; 3. Menerapkan beberapa metode menangkap inovasi desa (capturing) dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).
Waktu 5 JP ( 225 menit)
Metode Curah pendapat, praktek menangkap inovasi desa (capturing), kerja kelompok, pemaparan dan pleno.
Media •
•
•
•
Media Tayang 4.3.1: Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ); Lembar Kerja 4.3.1: Matrik Kajian Metode Metod e Menangkap Inovasi Desa (Capturing) dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID); Lembar Kerja 4.3.2: Format Struktur Dokumen Inovasi dan Bahan Pembelajaran Hasil Penangkapan Inovasi Desa (capturing); Lembar Informasi 4.2.1: Metode Menangkap Inovasi In ovasi Desa (Capturing) dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).
Alat Bantu Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 65
PROGRAM INOVASI DESA
Proses Penyajian Kegiatan1: Keterampilan Dasar dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing) 1.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari topik bahasan tentang Ruang Lingkup Kegiatan Menangkap Inovasi Desa dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) dengan mempelajari kembali hasil belajar SPB 2,2 tentang konsep dasar menangkap inovasi desa (capturing);
2.
Awali dengan menggali kemampuan peserta untuk merefleksikan pengalamannya (terutama yang telah melakukan kegiatan menangkap inovasi desa (capturing) yang telah dilakukan. Ajukan beberapa pertanyaan pokok sebagai berikut: a.
Berdasarkan pengalaman Anda dalam melakukan penangkapan inovasi desa (capturing) kesulitan apa saja yang dihadapi? Terutama dalam aspek apa saja?
b.
Keterampilan apa saja yang secara teknis dibutuhkan untuk mendukung kegiatan (capturing) di lapangan?
c.
Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengembangkan mengembangkan keterampilan tersebut?
3.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk menceritakan pengalaman-nya dalam melakukan verifikasi inovasi di desa;
4.
Catatlah hal-hal penting yang berkembang dalam pembahasan dengan menuliskannya pada kartu metaplan atau kertas plano;
5.
Lakukan penegasan tentang keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh pelaku PID dalam menangkap inovasi desa.
6.
Tutuplah kegiatan dalam sesi ini dengan kesimpulan.
Pelatih dapat memberikan penjelasan tambahan dengan menggunakan tayang, terkait keahlian dasar yang perlu dimiliki oleh TPID dan TIK-PID dalam proses capturing: (a) komunikasi dan hubungan baik dengan narasumber, (b) pola pikir investigatif investigatif yang bertujuan bertujuan jelas, (c) mampu mampu bercerita dan merekam informasi dengan cara yang menarik, (d) memiliki pengetahuan dasar tentang substansi yang di-capture, (e) memiliki empati terhadap subyek yang di-capture, dan (f) mampu mengoperasikan perangkat teknologi sederhana seperti telepon seluler.
66| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Kegiatan 2: Pengertian dan ruang r uang lingkup metode menangkap inovasi 1.
Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dalam kegiatan belajar tentang beberapa metode yang digunakan dalam kegiatan menangkap inovasi desa (capturing);
2.
Galilah pemahaman peserta tentang landasan teoriris dan praktis dalam menggunakan metode menangkap inovasi desa (capturing) dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut: a. Apa pengertian pengertian metode menangkap menangkap inovasi (capturing)? (capturing)?
3.
b.
Mengapa pelaku PID perlu menguasai metode menangkap inovasi (capturing)? (capturing)?
c.
Aspek apa saja yang dibutuhkan dibutuhkan dalam menentukan menentukan metode menangkap inovasi (capturing)? (capturing)?
Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengungkapkan gagasan, pendapat dan pengalamannya dengan menjelaskan hal-hal pokok dalam penggunaan metode menangkap inovasi (capturing);
Pelatih juga menjelaskan kepada peserta tentang pentingnya memilih metode menangkap inovasi yang sesuai kebutuhan, situasi, dan kondisi. Ingatkan bahwa peserta dapat menggunakan lebih dari satu metode agar benar-benar dapat menggali inovasi yang mungkin terselubung sehingga tidak dapat digali dengan satu metode; Sampaikan kepada peserta bahwa metode yang umumnya dan paling mudah digunakan adalah wawancara, namun peserta akan diberi pembekalan terkait metode lainnya serta kesempatan untuk melatih diri dalam pelatihan ini; Ingatkan kembali konsep 5W1H kepada peserta, di mana kali ini akan memberikan fokus pada “apa” (what), yakni metode pendokumentasian, dan “bagaimana” (how) melakukannya melalui metode lain yang akan dibahas dalam sesi kegiatan pembeajaran selanjutnya
4.
Catatlah hal-hal penting yang berkembang dalam pembahasan dengan menuliskannya pada kartu metaplan atau kertas plano sebagai pegangan untuk pelatih;
5.
Lakukan penegasan tentang landasan teoritis dan praktis terkait metode menangkap inovasi (capturing). Gunakan materi tayang 4.3.1 Metode Menangkap Inovasi untuk memperlihatkan adanya pilihanpilihan metode tersebut dalam mengumpulkan informasi untuk proses penangkapan inovasi (capturing);
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 67
PROGRAM INOVASI DESA
6.
Selanjutnya, bagilah peserta dalam beberapa kelompok untuk mendalami beberapa metode menangkap inovasi (capturing). Jumlah kelompok disesuaikan dengan metode atau teknis menangkap inovasi (capturing ) yang akan dipraktekkan melalui pendekatan pembelajaran mikro. Sepakati beberapa metode menangkap inovasi (capturing) yang akan diujikan, diantaranya: d iantaranya: a.
wawancara,
b.
observasi;
c.
focus group discussion/FGD;
d.
storytelling; bercerita/ storytelling
e.
Blog, dll.
7.
Selanjutnya, mintalah kepada kelompok untuk membaca sumber rujukan dan mengumpulkan informasi, sumber belajar, catatan dan hasil diskusi yang telah dilakukan pada sesi sebelumnya. Buatlah catatan pokok terkait metode dengan menggunakan Lembar Kerja Kelompok 4.3.1;
8.
Mintalah kepada kelompok untuk mempersiapkan topik, materi yang akan disampaikan dalam pleno baik berupa materi maupun contoh kasus atau simulasi penerapannya sesuai metode yang dipilih;
9.
Berikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan dan menyusun melatih kemampuan menerapkan metode dan teknik fasilitasi sesuai topik-topik yang tertuang dalam modul pelatihan untuk pelaku Program Inovasi Desa (PID).
Jika tersedia waktu yang cukup pelatih dapat menambah kegiatan pendalaman terkait metode menangkap inovasi desa (capturing) dengan menggunakan bercerita. Metode ini digunakan dengan pertimbangan sebagai berikut: (1) Garisbawahi pentingnya menata logika dalam bercerita ketika melakukan penangkapan inovasi (capturing) dan menempatkan diri sebagai pendengar yang membutuhkan informasi; (2) Ajak peserta untuk membahas contoh kasus di mana mereka harus menceritakan kembali suatu peristiwa secara rinci dengan langkah-langkah kejadiannya menggunakan alur seperti dokumen pembelajaran; (3) mintalah 2-3 peserta untuk bercerita; (4) berikan waktu 10 menit bagi peserta yang ditunjuk untuk bercerita; (5) anyakan kepada peserta lainnya apa yang akan mereka lakukan untuk mengisi kekurangan-kekurangan informasi dalam cerita tersebut. (6) Sampaikan kepada peserta bahwa upaya yang mereka lakukan tersebut adalah yang disebut sebagai metode menangkap informasi melalui bercerita, atau storytelling; (7) Jelaskan bahwa pemilihan metode bergantung pada kebijakan, rekomendasi TIK dalam pelaksanaan
68| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
PPID, ketersediaan anggaran dan alat pendukung, serta keterampilan pelaku penangkapan inovasi (capturing).
Kegiatan 3: Metode Menangkap Inovasi (Capturing) Berbasis Individu 10.
Melalui materi tayang, sebutkan metode yang digunakan untuk menangkap inovasi yang dapat dilakukan secara individu;
11.
Ajak peserta untuk merujuk pada lembar bacaan dan booklet yang menjelaskan langkah-langkah tiap metode;
12.
Jelaskan satu per satu metode tersebut mengikuti materi tayang, lembar bacaan, dan booklet;
13.
Beri penekanan penjelasan lebih pada wawancara, bercerita, dan observasi, sebagai metode penangkapan inovasi (capturing) berbasis individu yang paling dapat diaplikasikan dalam menggali informasi untuk proses penangkapan inovasi desa;
14.
Beri contoh kegiatan dari tiap metode yang dipaparkan;
15.
Ajak peserta untuk berbagi tentang pengalamannya dalam menggunakan metode yang telah dijelaskan;
16.
Beri kesempatan bagi peserta untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya terkait pengalamannya menggunakan metode yang telah dijelaskan.
Kegiatan 4: Metode Menangkap Inovasi Desa (Capturing) Berbasis Kelompok 17.
Melalui materi tayang, sebutkan metode menangkap inovasi (capturing) yang dapat dilakukan secara berkelompok;
18.
Ajak peserta untuk merujuk pada lembar bacaan dan booklet yang menjelaskan langkah-langkah tiap metode;
19.
Jelaskan satu per satu metode tersebut mengikuti materi tayang, lembar bacaan, dan booklet;
20.
Beri penekanan penjelasan lebih pada FGD sebagai teknik penangkapan inovasi (capturing) berbasis kelompok yang paling dapat diaplikasikan dalam menggali informasi untuk proses penangkapan inovasi (capturing);
21.
Beri contoh kegiatan dari tiap metode yang dipaparkan;
22.
Ajak peserta untuk berbagi tentang pengalamannya dalam menggunakan metode yang telah dijelaskan;
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 69
PROGRAM INOVASI DESA
23.
Beri kesempatan bagi peserta untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya terkait pengalamannya menggunakan metode yang telah dijelaskan.
Kegiatan 5: Praktek Menangkap Inovasi (Capturing) dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) 24.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari topik bahasan tentang Fasilitasi Kegiatan Menangkap Inovasi (Capturing) dalam Pengelolaan Inovasi dan Pengetahuan (PPID);
25.
Jelaskan bahwa ada banyak pilihan metode untuk melakukan capturing yang perlu ditentukan sejak awal di tahap persiapan;
26.
Ajak peserta untuk mempelajari Buku :kecil itu Indah”, Booklet Lembar Kerja Pelatihan PPID tentang Wawancara, Bahan Bacaan KiatKiat Metode Capturing Inovasi Desa, dan Bahan Bacaan – Cara Membuat Video;
27.
Bagilah peserta dalam beberapa kelompok (sesuai kecamatan) untuk melakukan praktek menangkap inovasi (capturing ) berdasarkan hasil identifikasi dan verifikasi inovasi Desa yang telah dilakukan. Skenario kegiatan kelompok diuraikan sebagai berikut: a.
Setiap kelompok diberi tugas melakukan simulasi penangkapan inovasi (capturing) atas inovasi yang telah diidentifikasi pada tahapan identifikasi inovasi, yang diambil dari buku “Kecil itu Indah.” Beri waktu kepada peserta untuk menelaah kembali inovasi yang telah dipilihnya dan melengkapi data dalam rangka capturing awal.
b.
Bila sudah dipastikan bahwa inovasi yang telah dipilihnya telah benar memiliki muatan inovasi, setiap kelompok diberi tugas untuk melakukan simulasi lengkap dengan menggunakan metode wawancara untuk melengkapi tempate dokumen pembelajaran.
c.
Beri waktu kepada setiap kelompok untuk berdiskusi tentang pembagian tugas dan peran tiap anggota kelompok dalam simulasi penangkapan inovasi desa ( capturing). Tiap anggota kelompok mempelajari inovasi yang akan ditangkap, terutama bagi pemeran narasumber yang akan menjadi target wawancara. Pastikan tiap kelompok setidaknya terdiri dari anggota berikut: 1 narasumber, 1 pewawancara, 1 cameraman, 1 koordinator, 1 pencatat.
d.
Bila muncul ide inovasi lain yang diusulkan oleh anggota kelompok karena pertimbangan adanya narasumber yang memiliki informasi menarik dan lebih lengkap untuk simulasi
70| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
penangkapan inovasi desa (capturing), dan telah menjadi kesepakatan kelompok, beri kesempatan kepada kelompok untuk mengubah inovasi selama inovasi tersebut telah memenuhi checklist kriteria inovasi Program Inovasi Desa (PID). e.
Anggota kelompok lainnya berembuk untuk mengembangkan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber selama wawancara. Ingatkan kepada peserta untuk selalu mengacu pada prinsip 5W+1H dalam proses pengembangan daftar pertanyaan tersebut.
a.
Tiap kelompok menyepakati daftar pertanyaan dan media untuk melakukan penangkapan inovasi desa (capturing) terhadap narasumber, mengembangkan rencana dan kesiapan logistiknya (kapan, di mana, siapa yang melakukan, dsb).
b.
Untuk kepentingan simulasi, narasumber diberi salinan daftar pertanyaan untuk memastikan seluruh informasi dapat terkumpul dengan baik dan alur ceritanya akan lengkap.
c.
Anggota yang bertugas sebagai pewawancara menguji peralatan sebelum dipakai untuk memastikan wawancara tidak menemui gangguan teknis. Anggota pencatat menuliskan setiap informasi yang diperoleh atas jawaban terhadap daftar pertanyaan.
d.
Koordinator dan pencatat memeriksa hasil wawancara dalam bentuk tulisan maupun video, menentukan bila masih memerlukan informasi atau data tambahan dari narasumber, memeriksa pencahayaan dan suara, lalu mulai memformulasikan dokumen pembelajaran.
28.
Hasil penangkapan inovasi desa (capturing) selanjutnya dirumuskan dalam sebuah dokumen pembelajaran dengan m enggunakan Lembar Kerja Kelompok 4.3.2;
29.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikannya dalam kelompok;
30.
Mintalah beberapa kelompok untuk memaparkan hasilnya dalam pleno;
31.
Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;
32.
Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan utama dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan dalam kartu meta plan sebagai pegangan bagi pelatih;
33.
Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 71
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 4.3.1
Matrik Kajian Metode Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) Metode yang dipilih: 1.
Wawancara,
2.
Observasi;
3.
Focus group discussion/fgd;
4.
Bercerita/ storytelling;
5.
Blog,
6.
Lain-lain (tuliskan) …………………………….
No
Metode/Teknik Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
Tahapan/Proses Penyajian
Kelebihan
72| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
Kelemahan
Catatan
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 4.3.2 Format Struktur Dokumen Inovasi dan Bahan Pembelajaran Hasil Penangkapan Inovasi ( Capturing)
[penulis utama] [nama desa]
Ringkasan Umum Tuliskan ulasan singkat tentang kegiatan inovasi yang telah didokumentasikan maksimal 2 paragraf singkat atau 10 baris
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 73
PROGRAM INOVASI DESA
Latar Belakang Masalah dan Tantangan Jabarkan konteks umum kejadian, masalah, tantangan yang mendorong dibuatnya inovasi misalnya karena kondisi dan letak geografis, sosial, ekonomi yang sulit. Kumpulkan jawaban atas pertanyaan berikut: Apa latar belakang dari tantangan atau masalah yang terjadi? Di mana terjadinya? Siapa yang terlibat? Seperti apa situasi yang ada sebelum inovasi terjadi? Di mana dan kapan terjadinya? Apakah tepatnya yang menjadi tantangan atau masalah? Seperti apakah situasi atau masalah sebelum dilakukan intervensi? Apa yang menyebabkan tantangan atau masalah ini? Apakah konsekuensi dari tantangan atau masalah ini? Dan sebagainya. Tambahkan gambar jika dibutuhkan
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Solusi/Inovasi yang telah Dilakukan Tuliskan dalam 1-3 baris solusi-solusi inovatif yang telah dilakukan untuk mengatasi tantangan/masalah yang disampaikan dalam box Tantangan dan latar belakang masalah
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
74| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Proses – Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Tuliskan jawaban atas pertanyaan mengenai solusi dengan rinci langkah demi langkah proses yang telah dilakukan, mulai dari penggalian inovasi (diskusi), tahapan persiapan, dan aksinya (pelaksanaan). Sebutkan tokoh-tokoh atau pihak-pihak yang telah berperan dalam memberikan solusi atau yang telah membantu menyelesaikan permasalahan, serta cara-cara inovatif yang dijalankan,termasuk bagaimana dijalankan, bagaimana pengelolaan atau pengaturan waktu dan sumber daya pendanaan maupun sumber daya manusianya. Tambahkan apa yang berjalan baik dan apa yang tidak berjalan dengan baik? Dan sebagainya. Tambahkan gambar jika dibutuhkan.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Hasil Tuliskan informasi tentang perubahan yang terjadi atau hasil yang telah dicapai akibat upayaupaya yang dijelas dalam proses menjawab tantangan/masalah.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Pembelajaran Tuliskan di sini mengenai apa yang akan dilakukan narasumber jika dia kembali mengalami situasi yang sama. Mengapa? Bagaimana? Dsb. Tambahkan gambar jika dibutuhkan. Sampaikan hal-hal penting (pembelajaran) yang dapat diambil atau dijadikan rujukan bagi proses pembelajaran selanjutnya atau untuk perbaikan inovasi terkait ke depan berdasarkan proses penyelesaian masalah yang telah dilakukan. Hal ini dapat menyangkut cara/sistem kerja, manajemen waktu atau manusia, dan lain-lain.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 75
PROGRAM INOVASI DESA
Rekomendasi Apa yang disarankan oleh narasumber untuk dilakukan bila desa lain mengalami situasi yang sama? Apa yang tidak disarankan? Bagaimana supaya masalah seperti ini dapat dihindari di masa depan? Kesulitan apa saja yang mungkin dihadapi saat menjalankan kegiatan inovasi tersebut. Dsb. Tambahkan gambar jika dibutuhkan.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Sumber Informasi dan Referensi Lampirkan foto untuk menjadi ilustrasi visual; gunakan foto yang menggambarkan dinamika atau kegiatan inovasi yang berlangsung. Tambahkan peta lokasi, foto tokoh/pihak yang berperan yang diceritakan dalam proses, foto kondisi awal dan akhir bila ada, dan hindari foto berpose dalam group atau selfie. Tambahkan juga referensi atau sumber informasi lainnya (ahli, buku, situs web video, audio, gambar, dll) yang digunakan sebagai rujukan untuk menambah informasi dalam dokumen pembelajaran ini. Berikan daftar referensi pada sumber-sumber dan sumberdaya yang digunakan untuk membuat dokumen ini dan yang dianggap berguna bagi para pembaca jika mereka ingin mengetahui lebih lanjut. Cantumkan nama dan keterangan narasumber inovasi ini agar pembaca dokumen dapat menghubunginya langsung bila berminat melakukan replikasi.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
76| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
SUB POKOK BAHASAN 4.4
Validasi Inovasi Desa
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang lingkup kegiatan validasi inovasi desa dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID); 2. Memvalidasi inovasi desa dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).
Waktu 3 JP ( 135 menit)
Metode Curah pendapat, praktek validasi inovasi desa, kerja kelompok, pemaparan dan pleno.
Media •
Media Tayang 4.4.1: Validasi Inovasi Desa;
•
Lembar Kerja 4.4.1: Format Validasi Inovasi Desa;
•
Lembar Informasi 4.4.1: .
Alat Bantu Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 77
PROGRAM INOVASI DESA
Proses Penyajian Kegiatan 1: Memahami Konsep dan Ruang Lingkup Kegiatan Validasi Inovasi Desa 1.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari topik bahasan tentang Konsep dan Ruang lingkup Kegiatan Validasi Inovasi Desa dengan mengkaitkan kegiatan belajar sebelumnya;
2.
Lakukan curah pendapat terkait pemahaman awal dan pengalaman peserta dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut: a. Apa yang Anda pahami tentang kegiatan validasi inovasi desa?
3.
b.
Mengapa kegiatan validasi inovasi desa penting dilakukan?
c.
Bagaimana peran TIK –P ID melakukan validasi inovasi hasil penangkapan inovasi desa (capturing) yang telah dilakukan oleh TPID?
d.
Hal-hal apa saja yang pelu diperhatikan oleh TIK-PID dan TPID dalam kegiatan validasi inovasi hasil penangkapan inovasi desa (capturing)?
Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan, bertanya, berpendapat dan masukan;
Pelatih menegaskan kepada peserta bahwa kegiatan validasi inovasi merupakan rangkaian dari proses penangkapan inovasi desa yang dilakukan sebelumnya. Kegiatan validasi menjadi tugas dan tanggung jawab TIK-PID sebagai tindak lanjut hasil penangkapan inovasi desa (capturing) yang disampaikan oleh TPID kepada TIK-PID. Hasil validasi berupa rekomendasi mencakup materi (substansi) dokumen dan cara pengemasan kegiatan yang akan ditindaklanjuti oleh TPID.
4.
Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok terkait kegiatan validasi inovasi desa yang dilakukan oleh TIK-PID dengan menuliskannya di kertas plano atau whiteboard ;
5.
Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang kegiatan validasi inovasi dalam pelaksanaan Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) dengan menggunakan media tayang yang telah disediakan;
6.
Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
78| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Kegiatan 2: Praktek Memvalidasi Inovasi dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) 7.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari praktek memvalidasi inovasi desa dalam Pengelolaan Inovasi dan Pengetahuan (PPID);
8.
Mintalah kelompok untuk mempelajari Booklet Lembar Kerja Pelatihan PPID, Lembar Checklist Verifikasi dan Lembar Isian Hasil Verifikasi;
9.
Berdasarkan hasil verifikasi, daftar hasil penangkapan inovasi desa dilengkapi dengan lembar dokumen pembelajaran yang telah dikerjakan oleh masing kelompok, selanjutnya dilakukan kajian silang. Dimana setiap kelompk akan memeriksa atau memvalidiasi hasil kerja kelompok lain;
10.
Kegiatan validasi menggunakan Lembar Kerja Kelompok 4.4.1 (checklist dan lembar isian hasil verifikasi). Hasilnya berupa rekomendasi kelayakan kegiatan inovasi yang akan ditayangkan dan disebarluaskan kepada publik;
11.
Berikan kesempatan kepada kelompok untuk mempraktekkanya dan menyiapkan bahan paparan hasil kerja kelompok;
12.
Mintalah wakil kelompok untuk memaparkan hasil kerjanya dalam pleno;
13.
Berikan kesempatan kepada peserta atau kelompok lain memberikan tanggapan dan argumentasi;
14.
Pelatih menutup kegiatan dengan memberikan penegasan dan pendalam terkait hal-hal pokok yang berkembang dalam pembahasan dan merangkum seluruh tanggapan peserta;
Kegiatan 3: Umpan Balik Hasil Validasi Inovasi Desa 15.
Berdasarkan hasil rekomendasi yang diberikan oleh setiap kelompok sesuai tugasnya, Di kembalikan kepada kelompok lain untuk dipelajari dan dilakukan perbaikan terkait hasil penangkapan inovasi ( capturing);
16.
Berikan kesempatan kepada masing-maisng kelompok untuk memperbaiki dan melengkapinya sesuai rekomendasi. Hasilnya kemudian diserahkan kepada pelatih.
17.
Lakukan penegasan terkait hasil perbaikan yang telah dilakukan dengan memaparkan hal-hal kritis yang perlu mendapat perhatian dari peserta dibantu media tayang yang telah disediakan;
18.
Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 79
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 4.4.1
Format Validasi Inovasi Desa NO
URAIAN
1.
Apakah pengalaman atau pembelajaran inovatif sebagai suatu nilai tambah terhadap apa yang sudah dikenal di desa? Apakah ini suatu kontribusi berharga bagi perencanaan desa?
2.
Apakah isinya tepat sebagai fakta, secara hukum dan peraturan perundangan?
3.
Apakah sudah disampaikan dalam bentuk yang tidak akan salah dipahami?
4.
Apakah penyampaian formal dan format dari konten ini sudah cukup tepat?
5.
Apakah bahasanya sudah jelas dan sesuai?
6.
Apakah aset pengetahuan ini menjawab sebuah isu atau tantangan khusus?
7.
Apakah terdapat cukup informasi kontekstual untuk memberikan pemahaman yang lebih baik akan kondisi di mana pengalaman inovatif ini terjadi?
8.
Apakah pelajaran dan rekomendasi konkret sudah diberikan?
9.
Apakah ada risiko yang dapat timbul dari dokumen pembelajaran ini (misalnya hak kekayaan intelektual atau reputasi orang tertentu)?
Rekomendasi
80| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
YA
TIDAK
PROGRAM INOVASI DESA
SUB POKOK BAHASAN 4.5
Mengemas dan Memformat Inovasi Desa
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang lingkup kegiatan mengemas inovasi desa dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID); 2. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang lingkup kegiatan memformat inovasi desa dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID); 3. Mengemas dan memformat inovasi desa berdasarkan rekomendasi TIK-PID.
Waktu 5 JP ( 225 menit)
Metode Curah pendapat, praktek mengemas dan memformat inovasi desa, kerja kelompok, pemaparan dan pleno.
Media •
•
•
Media Tayang 4.5.1: Mengemas dan Memformat Inovasi Desa; Lembar Kerja 4.5.1: Kajian Kebutuhan Pengembangan Kemasan Inovasi Desa; Lembar Kerja 4.5.2: Daftar Pertanyaan Persiapan Memformat Inovasi Desa;
•
Lembar Kerja 4.5.3: Checklist Persiapan Memformat Inovasi Desa;
•
Lembar Kerja 4.5.4: Formulir untuk Memformat Inovasi Desa;
•
Lembar Informasi 4.5.1: .
Alat Bantu Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 81
PROGRAM INOVASI DESA
Proses Penyajian Kegiatan 1: Memahami Konsep dan Ruang Lingkup Kegiatan Mengemas dan Memformat Inovasi Desa 1.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari topik bahasan tentang Konsep dan Ruang lingkup Kegiatan Validasi Inovasi Desa dengan mengkaitkan kegiatan belajar sebelumnya;
2.
Lakukan curah pendapat terkait pemahaman awal dan pengalaman peserta dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut: a. Apa yang Anda pahami tentang kegiatan mengemas dan memformat inovasi desa?, jelaskan perbedaan mendasar dari keduanya?
3.
b.
Mengapa kegiatan mengemas dan memformat inovasi desa penting dilakukan?
c.
Bagaimana peran pelaku khususnya TPID dalam melakukan pengemasan dan pemformatan inovasi hasil penangkapan inovasi desa (capturing) yang telah dilakukan?
d.
Kendala apa saja yang mungkin dihadapi dalam membuat kemasan dan memformat inovasi desa?
e.
Faktor-faktor apa saja yang pelu diperhatikan oleh TPID dalam mengemas dan memformat inovasi hasil penangkapan inovasi desa (capturing)?
Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan, bertanya, berpendapat dan masukan;
Pelatih menegaskan kepada peserta bahwa hasil dari validasi yang dilakukan oleh TIK-PID terhadap daftar usulan kegiatan inovasi yang telah ditangkap (capture), kemudian diberikan catatan dan rekomendasi kepada TPID dengan melihat kesesuaian materi dan cara penyajian dokumen pembelajaran yang akan dibuat. Salah satu rekomendasi tersebut akan memberikan pertimbangan bentuk sajian (kemasan) informasi inovasi yang akan dibuat. Hal ini juga akan menentukan pola integrasi ke dalam sistem pertukaran informasi yang akan di gunakan baik berupa sistem aplikasi web maupun dokumen cetak lainnya (poster, booklet, brosur, famplet, riflet dan lain-lain).
4.
Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok terkait kegiatan mengemas dan memformat inovasi desa yang
82| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
dilakukan oleh TPID dengan menuliskannya di kertas plano atau whiteboard ; 5.
Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang kegiatan mengemas dan memformat inovasi dalam pelaksanaan Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) dengan menggunakan media tayang 4.5.1;
6.
Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
Kegiatan 2: Langkah-Langkah Pengembangan Kemasan Inovasi Desa 7.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari topik bahasan tentang Kegiatan Mengemas Inovasi Desa berdasarkan hasil validasi dan rekomendasi dari TIK-PID dengan mengkaitkan kegiatan belajar sebelumnya;
8.
Berdasarkan hasil penangkapan inovasi (capturing ) yang telah di validasi oleh TIK-PID, selanjutnya mintalah masing-masing kelompok untuk mendiskusikan bagaimana TPID mengemas Inovasi yang telah divalidasi oleh TIK-PID dengan tahapan sebagai berikut; (1) Mendaftar dan mengidentifikasi tujuan. (2) Memeriksa atau mensurvei profil pemakai dan kebutuhan informasinya atau menganalisis kebutuhan informasi pemakai (3) Memilih sumber informasi yang relevan dengan inovasi yang akan dikemas. (4) Mengevaluasi validitas dan reliabilitas sumber informasi. (5) Mereview, menganalisis, mensintesis dan mengekstrak informasi kedalam pilihan bentuk atau jenis dokumen pembelajaran yang lebih efektif dan efisien bagi pemakai. (6) Menyebarkan dan memanfaatkan dokumen pembelajaran inovasi desa dengan cara promosi, pendidikan pemakai dan memasarkan informasi tersebut. (7) Mengevaluasi timbal balik dari pemakai. (8) Mengemas kembali informasi dan dokumen sebagai respon terhadap kemasan yang disajikan kepada pemakai.
9.
Langkah-langkah diatas, kemudian dijabarkan oleh kelompok dalam bentuk kajian kebutuhan pengemasan inovasi desa [langkah (1) –(5) di atas] berdasarkan hasil rekomendasi kegiatan penangkapan inovasi desa (capturing) dengan menggunakan Lembar Kerja Kelompok 4.5.1;
10.
Berikan waktu yang cukup kepada peserta untuk mendiskusikan dan menuliskan hasilnya pada kertas plano atau bahan tayang untuk dipaparkan dalam pleno;
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 83
PROGRAM INOVASI DESA
11.
Mintalah wakil kelompok untuk memaparkan hasil kajiannya, selnajut-nya berikan kesempatan kepada peserta atau kelompok lain untuk menanggapi dan memberikan saran;
12.
Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam pembahasan.
13.
Lakukan penegasan dan kesimpulan dengan mengakaitkan kegiatan belajar selanjutnya.
Kegiatan 3: Praktek Mengemas Inovasi Desa 14.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari topik bahasan tentang Praktek Mengemas Inovasi Desa berdasarkan hasil kajian kebutuhan pengembangan kemasan inovasi yang telah dilakukan pada kegiatan sebelumnya;
15.
Berdasarkan hasil kajian kebutuhan pengembangan kemasan inovasi desa, mintalah masing-masing kelompok untuk membuat kemasan dokumen yang akan digunakan oleh pemakai;
16.
Pelatih dapat membagi kelompok berdasarkan pilihan topik dan jenis dokumen yang akan dikemas, misalnya: •
•
•
•
Kelompok 1: Jenis Dokumen Artikel/Catatan (tulisan dikemas dalam bentuk fiture, artikel, laporan dengan extensi DOC atau PDF)
Kelompok 2: Jenis dokumen publikasi (dikemas dalam bentuk gambar, foto, poster, brosur, pamflet, presentasi lisan, audio tutorial dll) Kelompok 3: Jenis dokumen multi media (dikemas dalam bentuk video, film strip, vlog, animasi dan lain-lain) Kelompok 4: Jenis dokumen pangkalan data (dikemas dalam bentuk blog, atau website);
17.
Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mempersiapkan peratan dan bahan produksi, sekaligus membuat kemasan sesuai dengan topik dan pilihan kemasan yang telah ditetapkan. Pelatih dapat memberikan bantuan berupa konsutasi dan bimbingan secara teknis dalam pengembangan kemasan dokumen;
18.
Hasil kerja kelompok selanjutnya di pamerkan dan dipaparkan dalam kegiatan pleno;
19.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengamati sekaligus memberikan apresiasi terhadap produk kemasan dokumen pembelajaran yang ditampilkan;
20.
Catatlah penilaian dan apresiasi peserta untuk masing-masing kelompok.
84| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
21.
Lakukan penegasan berupa catatan hasil penilaian pelatih terhadap kemasan yang dibuat kelompok.
22.
Pada akhr kegiatan ditutup dengan kesimpulan dan penjelasan kegiatan selanjutnya.
Bedah Video Inovasi Desa Jika tersedia waktu yang cukup, pelatih dapat menambah kegiatan pembelajaran pada sesi penegasan untuk memberi-kan contoh video inovasi desa untuk dibahas melalui langkah-
langkah sebegai berikut: 1. Ajak peserta untuk menyaksikan video Inovasi Pilihan (dapat diambil dari saluran YouTube Program Inovasi Desa yang berlogo PID); 2.
Putar 2-3 video dari kategori yang berbeda;
3.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan dan berdiskusi terkait video-video yang dilihatnya: Apa yang kurang, apa yang dapat ditambahkan. Jika tidak ada, tunjuk 2-3 peserta untuk berpendapat terkait: Latar belakang/masalah/tantangan yang digambarkan dalam
•
video; •
Solusi/inovasi yang digambarkan dalam video;
•
Manfaat dari solusi/inovasi tersebut;
•
•
•
4.
Langkah-langkah mulai dari gagasan lahirnya ide solusi, tahap persiapan, pelaksanaan hingga hasilnya; Pembelajaran yang dapat diambil dari solusi/inovasi tersebut; Rekomendasi untuk daerah mereka jika akan menerapkan solusi/inovasi tersebut;
Pastikan kembali apakah peserta sudah memahami atau masih ada hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut. Jika masih ada hal-hal yang dianggap perlu pendalaman secara khusus, pelatih dapat memberikan waktu untuk melakukan konsultasi, memberikan sejumlah rujukan atau membuat rencana pembimbingan.
Kegiatan 4: Memformat Inovasi Desa 23.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari topik bahasan tentang Memformat Inovasi Desa berdasarkan hasil kajian kebutuhan pengembangan kemasan inovasi yang telah dilakukan pada kegiatan sebelumnya;
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 85
PROGRAM INOVASI DESA
24.
Lakukan penjelasan bahwa kegiatan memformat inovasi desa merupakan tindak lanjut hasil pengemasan inovasi yang telah dilakukan oleh TPID yang kemudian diserahkan kembali kepada TIKPID untuk diformat ke dalam bentuk tamplate dan sistem telusur yang telah ditetapkan di tingkat Kabupaten/Kota dengan menggunakan terminal data atau website Pemerintah Daerah;
25.
Dalam proses memformat inovasi desa, peserta dapat menggunakan template yang diberikan pada Booklet Lembar Kerja Pelatihan PPID atau dengan menambahkan informasi lain untuk memudahkan pencarian dokumen;
26.
Dalam menyiapkan dokumen pembelajaran dan melakukan formatting, pelatih perlu mengingatkan kembali tujuan dan target pemanfaat dokumen pembelajaran tersebut;
27.
Berdasarkan hasil kemasan yang telah dibuat oleh kelompok dalam kegiatan sebelumnya, mintalah masing-masing kelompok untuk mereview kembali dokumen pembelajaran tersebut dan memformat dengan menggunakan Lembar Kerja Kelompok 4.5.2;
28.
Beri kesempatan kepada peserta untuk memformat dokumen inovasi tersebut. Selama proses memformat dokumen pembelajaran pelatih dapat memberikan kesempatan kepada kelompok untuk bertanya, berkonsultasi dan melakukan asistensi terhadap hasil kerja kelompok;
29.
Hasil kerja kelompok kemudian diserahkan kepada pelati dan dipaparkan dalam pleno;
30.
Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk memberikan tanggapan dan saran;
31.
Catatlah penilaian dan apresiasi peserta untuk masing-masing kelompok.
32.
Lakukan penegasan berupa catatan hasil penilaian pelatih terhadap kemasan yang dibuat kelompok.
33.
Pada akhr kegiatan ditutup dengan kesimpulan.
86| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 4.5.1
Kajian Kebutuhan Pengembangan Kemasan Inovasi Desa
: ………………………………. Nama Desa : ………………………………. Nama Kecamatan Nama Kegiatan Inovasi : ………………………………
No 1.
Langkah-Langkah Pengembangan Kemasan Mendaftar dan mengidentifikasi tujuan.
Uraian (Penjelasan Hasil Kajian) 1. 2. 3.
2.
Menganalisis Kebutuhan Informasi Pemakai (memeriksa atau mensurvei profil atau karakteristik pemakai yang akan memanfaatkan kegiatan inovasi dan kebutuhan informasinya ). 3. Memilih sumber informasi yang relevan dengan inovasi yang akan dikemas. 4. Menilai validitas dan reliabilitas sumber informasi (memeriksa kembali informasi rujukan yang akan digunakan untuk mendukung kemasan yang akan dikembangkan ). 5. Mereview informasi dan pilihan jenis dokumen (menganalisis, mensintesis dan mengekstrak informasi ke dalam pilihan bentuk atau jenis dokumen pembelajaran yang lebih efektif dan efisien bagi pemakai ). Catatan:
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 87
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 4.5.2
Daftar Pertanyaan Persiapan Memformat Inovasi Desa
: ………………………………. Nama Desa : ………………………………. Nama Kecamatan Nama Kegiatan Inovasi : ………………………………
1.
Bagaimana karakteristik khalayak sasaran (tipe, ukuran, kesiapan)?
2.
Bagaimana kondisi lingkungan pengguna informasi (akses teknologi, ekspektasi pada kualitas presentasi)?
3.
Seberapa stabil atau dinamis kontennya (pengetahuan dasar atau pengetahuan yang kerap berubah-ubah)?
4.
Apa bentuk atau jenis format yang akan digunakan untuk dokumen pembelajaran inovasi yang telah ditangkap (capture)?
5.
Apa sarana yang digunakan untuk menyajikan konten tersebut?
88| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 4.5.3
Checklist Persiapan Memformat Inovasi Desa
: ………………………………. Nama Desa : ………………………………. Nama Kecamatan Nama Kegiatan Inovasi : ………………………………
No
Daftar Pertanyaan
1.
Apakah standar memformat inovasi desa yang dapat diterapkan ke semua dokumen pembelajaran?
2.
Apakah proses memformat inovasi desa mempertimbangkan hambatan khalayak yang akan menggunakannya dan kemampuan untuk mengaksesnya?
3.
Apakah dokumen pembelajaran yang akan digunakan sudah menyertakan semua informasi yang diperlukan oleh pihak lain untuk mereplikasi pengalaman inovasi?
4.
Apakah dokumen pembelajaran sudah ditata secara jelas dan mudah diakses oleh pemakai?
5.
Apakah metatag lazim dan umum telah ditentukan untuk meningkatkan kemudahan penelusuran informasi dalam aplikasi Knowladge Management Sharing (KMS)?
Ya
Tidak
Catatan
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 89
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 4.5.4
Formulir untuk Memformat Inovasi Desa
Judul: Deskripsi singkat:
Penulis (bisa lebih dari 1): Tanggal publikasi:
DD MM YYYY
Tanggal kadaluarsa: jangan
DD MM YYYY
digunakan setelah… Lokasi (tempat, wilayah, negara …):
Area atau lingkup sasaran: Jenis aset:
(dokumen, video, presentasi, …)
Format aset:
(Word doc, pdf, wmv, PowerPoint, …)
Ukuran:
(jumlah halaman, durasi, jumlah slide …)
Ukuran:
(dalam MBytes)
Domain specific descriptor 1
(wilayah kerja, gunakan taksonomi organisasi)
Domain specific descriptor 2
(wilayah kerja, gunakan taksonomi organisasi)
Domain specific descriptor 3
(wilayah kerja, gunakan taksonomi organisasi)
Sasaran pengguna:
(spesialis sektor, manajemen senior, akademisi, umum, dsb.)
Kata kunci: Material terkait: Sumber (referensi): Narasumber: Catatan: Bagian dari:
(seri – jika ada)
Berada setelah:
(urutan aset pengetahuan dalam seri – jika ada)
Berada sebelum:
(urutan aset pengetahuan dalam seri – jika ada)
Status:
(draf/selesai, akses terbuka/terbatas)
90| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Validasi oleh: Tanggal validasi: Lokasi aset:
(URL atau lokasi di shared drive, network etc.)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 91
PROGRAM INOVASI DESA
92| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Pokok Bahasan
5
PENINGKATAN KAPASITAS PELAKU DALAM MENANGKAP INOVASI DESA (CAPTURING)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 93
PROGRAM INOVASI DESA
94| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
POKOK BAHASAN 7
POKOK BAHASAN PENINGKATAN KAPASITAS PELAKU DALAM MENANGKAP INOVASI DESA (CAPTURING)
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Mengembangkan strategi peningkatan kapasitas Pelaku Program Inovasi Desa (PID) khususnya TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing); 2. Menerapkan keterampilan dalam melakukan bimbingan teknis kepada TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing).
Sub Pokok Bahasan •
•
SPB 5.1: Strategi Peningkatan Kapasitas TIK-PID dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa (capturing); SPB 5.2: Bimbingan Teknis dalam Menangkap Inovasi Desa (capturing).
Waktu 4 JP (180 menit)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 95
PROGRAM INOVASI DESA
96| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
SUB POKOK BAHASAN 5.1
Strategi Peningkatan Kapasitas TIK-PID dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1.
Merumuskan strategi peningkatan kapasitas TIK-PID dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing);;
2.
Merumuskan rencana kegiatan pengembangan kapasitas TIK-PID dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing);.
Waktu 2 JP (90 menit)
Metode Pemaparan, Diskusi Kelompok, Simulasi Rencana Pengembangan Kapasitas TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa ( capturing), dan Pleno.
Media •
•
•
•
Media Tayang 5.1.1: Peningkatan Kapasitas TIK-PID dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing); Lembar Kerja 5.1.1: Matrik Diskusi Alternatif Pengembagan Kapasitas TIK-PID dan TPID Dalam Menangkap Inovasi Desa ( Capturing); Lembar Kerja 5.1.2: Matrik Diskusi Rencana Pengembagan Kapasitas TIK-PID dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa ( Capturing); Lembar Informasi 5.2.1: Pengembangan Kapasitas Pelaku Program Inovasi Desa (PID) dalam menangkap inovasi desa (capturing)
Alat Bantu Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 97
PROGRAM INOVASI DESA
Proses Penyajian Kegiatan 1: Memahami Strategi Pengembangan Kapasitas TIKPID dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa ( capturing) 1.
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari subpokok bahasan tentang Strategi Pengembangan Kapasitas TIKPID dan TPID dalam menangkap inovasi desa ( capturing) yang difasilitasi oleh Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM);
2.
Lakukan pemaparan dalam pleno tentang konsep dan tahapan penyusunan Rencana Pengembangan Kapasitas TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa ( capturing). Gunakan lembar tayang yang telah disediakan;
3.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya, mengajukan pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;
4.
Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan utama terkait strategi peningkatan kapasitas TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing) dengan menuliskan dalam kartu sebagai pegangan bagi pelatih;
5.
Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan tentang materi yang telah dibahas.
Kegiatan 2: Menyusun Rencana Pengembangan Kapasitas TIK -PID dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa ( capturing ) 6.
Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari kegiatan penyusunan Rencana Pengembangan Kapasitas TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing ) serta mengkaitkan dengan kegiatan sebelumnya;
7.
Bagilah peserta dalam beberapa kelompok disarankan sesuai dengan wilayah kerjanya masing-masing (misalnya kelompok berdasarkan kabupaten) untuk menyusun Rencana Pengembangan Kapasitas TIKPID dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing), sebagai panduan gunakan Lembar Kerja 5.1.1 dan 5.1.2;
8.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikannya dalam kelompok. Hasilnya ditulis dalam kertas plano dan di tempelkan di dinding agar dapat diamati oleh peserta lain.
9.
Mintalah 1 atau 2 kelompok untuk memaparkan hasilnya dalam pleno.
10.
Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;
11.
Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan utama terkait Rencana Pengembangan Kapasitas TIK-PID dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa ( capturing) sebagai hasil pembahasan
98| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing ) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
yang tlah dilakukan dengan menuliskan dalam kartu sebagai pegangan bagi pelatih; 12.
Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan tentang materi yang telah dibahas.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 99
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 5.1.1
Matrik Diskusi Alternatif Kegiatan Pengembangan Kapasitas TIK-PID dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa ( capturing) Peserta: TIK-PID/TPID*)
No.
1. 2. 3.
4. 5.
Kemampuan Teknis sesuai Tahapan Penangkatan Inovasi
Permasalahan (kelemahan)
Aternatif Solusi Pelatihan Non-Pelatihan
Identifikasi Inovasi Desa Verifikasi Inovasi Desa Keterampilan Menangkap Inovasi Desa (capturing) Validasi Inovasi Desa Mengemas dan Memformat Inovasi Desa.
6. Dll. *) coret yang tidak perlu Catatan: (1)
Permasalahan merupakan kesenjangan antara tujuan yang diharapkan dengan kemampuan atau keterampilan nyata yang ditunjukkan oleh TIK-PID dan TPID selama melaksanakan tugas menangkap inovasi desa ( capturing). Permasalahan dapat dirumuskan berdasarkan catatan kelemahan yang dihadapi dalam melakukan penangkapan inovasi desa (capturing) baik oleh TIK-PID dan TPID.
(2)
Alternatif solusi merupakan pilihan tindakan yang diambil oleh TAPM dalam rangka mendukung peningkatan keterampilan teknis dalam melaksanakan penangkapan inovasi desa (caturing) baik dalam bentuk pelatihan atau nonpelatihan seperti: bimbingan teknis, asistensi, konsultasi, turial, OJT/IJT, studi silang, kunjungan, observasi, laboraturium dan lain-lain.
100| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 5.1.2
Matrik Diskusi Rencana Pengembangan Kapasitas TIK-PID dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa ( capturing)
No.
A.
Kegiatan Pegembangan Kapasitas
Penanggung Jawab/PIC
Sasaran (TIKPID/TPID)
Proses
Waktu
Ket.
Pelatihan
1. 2. 3. dst
B.
Non-Pelatihan 1.
2. 3. dst
Catatan: (1)
Format di atas hanya sebagai panduan diskusi saja, masing-masing kelompok dapat memberikan tambahan atau menyesuaikan sesuai kebutuhan;
(2)
Hasilnya dicatat dan dipaparkan dalam pleno.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 101
PROGRAM INOVASI DESA
102| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
SUB POKOK BAHASAN 5.2
Bimbingan Teknis dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing) Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1.
Menjelaskan konsep, ruang lingkup dan teknis bimbingan penangkapan inovasi desa (capturing);
2.
Mempratekkan beberapa teknis dalam melakukan pembimbingan kepada TIK-ID dan TPID dalam menangkap inovasi desa ( capturing);
3.
Memberikan umpan balik untuk meningkatkan keterampilan bimbingan teknis kepada TIK-ID dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing)
Waktu 5 JP (225 menit)
Metode Curah pendapat, pemaparan, Latihan Pembimbingan, dan pleno
Media •
•
•
•
Media Tayang 5.2.1: Bimbingan Teknis dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing) Lembar Penilaian 5.2.1: Format Penilaian Keterampilan Menjadi Pembimbing; Lembar Penilaian 5.2.2: Format Pengamatan Keterampilan Menjadi Pembimbing; Lembar Informasi 5.2.1: Bimbingan Teknis dalam Program Pengembangan SDM.
Alat Bantu Kertas Plano, plano, spidol, Lakban, LCD, Laptop, dan WhiteBoard
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 103
PROGRAM INOVASI DESA
Proses Pembelajaran Kegiatan 1: Konsep dan Ruang Lingkup Bimbingan Teknis dalam Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) 1.
Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari topik pembelajaran tentang konsep dan ruang lingkup kegiatan bimbingan teknis sebagai bagian dari upaya meningkatkan keterampilan TIK-PID dan TID dalam menangkap inovasi desa (capturing);
2.
Lakukan curah pendapat terkait pemahaman awal dan pengalaman peserta dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
3.
a.
Apa yang Anda pahami tentang bimbingan teknis bagi pelaku PID khususnya TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa?
b.
Mengapa kegiatan bimbingan teknis bagi TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa penting dilakukan?
c.
Siapa saja yang dapat dilibatkan dalam melakukan bimbingan teknis kepada TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing)?
d.
Faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan oleh TAPM dalam melakukan bimibingan teknis kepada TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing)?
Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan, bertanya, berpendapat dan masukan;
Pelatih menjelaskan kepada peserta bahwa pembahasan tentang konsep dan ruang lingkup bimingan teknis ada banyak terori dan rujukan yang dapat dijadikan acuan. Masing-masing memiliki landasan teori dan argumentasi tersendiri. Namun demikian dalam konteks pelatihan ini, bimbingan teknis yang dimaksud lebih mengarah pada upaya pembelajaran, bimbingan atau dampingan teknis terkait penguasan keterampilan TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing). Perlu juga pelatih menjelaskan dengan memberikan beberapa rujukan terkait beberapa terminologi seperti, coaching, mentoring, pelatihan, dan tutorial yang sering digunakan dalam meningkatkan kompetensi atau keahlian teknis tertentu. Hal ini perlu agar peserta memeiliki pemahaman yang sama terkait dengan topik yang akan dipelajarinya.
4.
Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang konsep dan
104| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
ruang lingkup bimbingan teknis dalam menangkap inovasi desa (capturing) dengan menuliskannya di kertas plano atau whiteboard ; 5.
Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang kegiatan bimbingan teknis dalam menangkap inovasi desa (capturing) dengan menggunakan media tayang yang telah disediakan;
6.
Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dil akukan dengan mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
Kegiatan 2: Praktek Pembimbingan Keterampilan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) a.
Persiapan
7.
Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari kegiatan persiapan praktek pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing );
8.
Bagilah peserta dalam beberapa kelompok untuk membentuk tim pembimbing (tim tutor/mentor). Jumlah kelompok disesuaikan dengan metode atau teknik bimbingan yang akan dipraktekkan. Metode dan teknik bimbingan yang dipraktekkan diantaranya: (a) demonstrasi, (b) simulasi, (c) praktek kerja, dan (d) tutorial;
9.
Selanjutnya, mintalah kepada kelompok sesuai dengan metode atau teknis yang dipilih untuk membaca dan mengumpulkan informasi, sumber belajar, catatan dan hasil diskusi yang telah dilakukan pada sesi sebelumnya untuk dipraktekkan dalam kegiatan pembelajaran mikro;
10.
Berikan instruksi kepada kelompok untuk mempersiap-kan topik, materi termasuk, media dan alat bantu, serta penilaian sesuai metode yang dipilih;
11.
Berikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan dan melatih kemampuan menerapkan metode dan teknik bimbingan dalam mengembangkan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing).
b.
Pelaksanaan
12.
Pada tahapan ini masing-masing kelompok melakukan praktik metode atau tekni bimbingan menangkap inovasi desa (capturing) yang telah dipersiapkan sesuai rencana bimbingan;
13.
Selanjutnya, mintalah setiap kelompok untuk melakukan praktek sesuai dengan tugasnya. Pada saat yang sama teman sejawatnya bertindak sebagai peserta sekaligus mengamati proses penerpaan teknik bimbingan yang digunakan. Adapun rinciannya pembagian peran sebagai berikut: Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 105
PROGRAM INOVASI DESA
•
Kelompok lain sebagai peserta
•
1 tim berperan sebagai pembimbing;
•
1 tim berperan sebagai pengamat (observer).
14.
Ketika praktik pembimbingan berlangsung, hendaknya pelatih senantiasa mengontrol apakah semuanya sudah berjalan pada jalur yang semestinya;
15.
Tim pengamat dari kelompok lain yang ditunjuk melakukan kegiatan penilaian terhadap kelompok atau tim yang sedang melakukan praktek melatih. Tim Pengamat melakukan penilaian menggunakan Lembar Penilaian 5.2.1 dan 5.2.2;
16.
Disamping itu, pelatih, panitia dan peserta bersama-sama dapat mendokumentasikan praktek pembimbingan dengan mempergunakan panduan pengamatan. Seiring dengan itu dilakukan perekaman (ATR/VTR, kamera HP atau perekam lain) sesuai dengan kebutuhan dan fasilitas yang tersedia;
17.
Pengamat dan pelatih dapat memberikan catatan pengamatan kepada masing-masing kelompok.
Kegiatan 3: Umpan Balik Praktek Pembimbingan Keterampilan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) 18.
Jelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari kegiatan umpan balik terhadap hasil praktek bimingan teknis yang telah dilakukan sebelumnya;
19.
Berikan kesempatan kepada Tim Pengamat untuk memberikan apresiasi dan penjelasan hasil penilaiannya terhadap penerapan metode dan praktik bimbingan keterampilan menangkap inovasi desa yang telah dilakukan oleh masing-masing kelompok;
20.
Mintalah tanggapan langsung dari Tim Pelatih yang mempraktekan metode atau teknik tersebut dengan mengungkapkan situasi pada saat praktik dan kesulitan yang dihadapi;
21.
Ajaklah peserta lain untuk memberikan tanggapan dan memberikan saran positif untuk meningkatkan kualitas penguasaan metodologi dalam membimbing TIK-PID dan TPID;
22.
Setelah selesai ajaklah seluruh peserta untuk melakukan curah pendapat terkait dengan aspek-aspek kegiatan pembimbingan (pencapaian tujuan, substansi isi bimbingan, proses pembimbingan, media yang digunakan dan penilaian) yang dianggap perlu dikaji bersama;
23.
Buatlah catatan penting terkait isu-isu pokok yang berkembang dalam pembahasan;
106| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
24.
Lakukan penegasan dengan memaparkan hal-hal pokok yang perlu diperhatikan oleh TAPM agar mampu melakukan bimbingan teknis secara efektif dengan menggunakan media tayang yang telah disediakan;
25.
Akhiri sesi ini dengan kesimpulan.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 107
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Penugasan 5.2.1
Tugas Peserta dalam Sesi Pratek Pembimbingan •
•
•
•
•
Mempersiapkan materi, alat dan bahan yang diperlukan untuk praktek pembimbingan menangkap inovasi desa (capturing), sehari sebelumnya. Selama fase persiapan, pelajari kembali metode atau teknik bimbingan keterampilan yang akan dipraktikkan; dan menerapkannya dalam menetapkan tujuan bimbingan, metode atau teknik bimbingan, pemanfaatn media, serta keterampilan komunikasi efektif. Peserta membuat rencana tertulis tentang tujuan sesi bimbingan, perancangan teknik bimbingan, media; dan menyerahkannya kepada pelatih. Setiap keleompok atau tim mempraktekkan salah satu metode bimbigan yang dipilih sekitar 10 menit. Mendengarkan dan merespons sesi playback dan umpan-balik “observer dan evaluator ” (5 menit) Terlibat aktif dalam pembahasan pleno dan rangkuman pelatih.
Tugas Tim Pengamat (Observer) •
•
•
•
•
Membaca dengan teliti setiap sikap dan keterampilan yang seharusnya dikuasai oleh seorang pembimbing yang baik. Membaca lembar pengamatan. Mencermati semua gerak-gerik “tim pembimbing” dan melakukan penilaian selama teman sejawat, secara satu per satu, memberi dan melaksanakan sesi bimbingan teknis. Mengisi lembar pengamatan dan memberi masukkan kepada “tim pembimbing” berdasarkan hasil pengamatannnya dalam sesi umpan balik. Mengembalikan lembar pengamatan kepada pelatih atau panitia.
Tugas Fasilitator/Pelatih (selama praktek pembimbingan) •
•
•
•
Setiap peserta atau kelompok akan mempresentasikan satu metode dan teknik pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) yang telah ditetapkan. Mempelajari alokasi waktu setiap peserta sebagai pembimbing dalam praktek membimbing penangkapan inovasi desa (caturing ) Mengatur saat mulai dan berakhirnya sesi praktik pembimbingan. Mengingatkan (tapi tidak mengganggu “Tim Pembimng” secara mencolok) sisa waktu tersedia.
108| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Penilaian 5.2.1
Format Penilaian Keterampilan Membimbing Keterampilan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) Nama Peserta
: …………………………………..
: ………………………………….. Metode/Teknik Bimbingan : ………………………………….. Hari/Tanggal: …………………………………..
No. Komponen 1. Keterampilan mendesain rencana pembimbingan tentang topik terpilih dengan metode/teknik bimbingan yang telah ditetapkan 2. Keterampilan membuka Kegiatan pembimbingan
3.
4.
5.
6.
Keterampilan menguasai materi bimbingan teknis menangkap inovasi desa (capturing) Keterampilan penggunaan metode atau teknik membimbing Keterampilan penggunaan media dan alat bantu dalam pembimbingan Keterampilan bertanya dan menjawab
Aspek yang Dinilai Kemampuan mencermati dan merumuskan tujuan, standar kompetensi, materi, metode/teknik, kegiatan pembimbingan, sumber dan penilaian
Nilai
Menarik perhatian, menggunakan alat bantu, pola interaksi yang bervariasi, memberikan motivasi, kehangatan, mengemukakan ide, memberikan acuan, mengingatkan kembali rencana pembimbingan yang akan dilakukan Penguasaan materi bimbingan tanpa dan menyajikan informasi lisan dan tindakan atau ketermapilan proses secara sistematis, menjelaskan pesan bimbingan secara terencana Memakai metode dan teknik bimbingan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan keterampilan teknis bagi peserta Menyiapkan dan menggunakan media dan alat bantu pendukung pembimbingan sesuai karakteristik materi dan metode bimbingan yang digunakan Pertanyaan permintaan, retoris, mengarahkan, menggali, teknik bertanya sempit, pertanyaan luas, kejelasan dan kaitan pertanyaan, arah
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 109
PROGRAM INOVASI DESA
No.
7. 8.
Komponen
Keterampilan mencatat proses bimbingan Performance (Penampilan)
9.
Ketepatan penggunaan bahasa
10.
Keterampilan menyimpulkan dan mengevaluasi hasil pembingan Keterampilan mengakhiri/menutup pelajaran
11.
Aspek yang Dinilai pertanyaan menyeluruh, menjawab dengan teliti dan tepat Menyiapan dan menggunakan format catatan bimbingan. Kepantasan berpakaian, tampilan fisik, tingkat percaya diri dan kesiapan mental sebagai seorang pembimbing/mentor/tutor Menggunakan bahasa Indonesia yang baik atau bahasa yang dimengerti, mudah dipahami peserta yang dibimbinng Menyimpulkan dan melakukan penilaian di akhir pembimbingan
Meninjau kembali, menegaskan, membuat ringkasan, dan ungkapan penutup Jumlah Nilai rata-rata Simbol
Komentar dan Saran
Evaluator/Pelatih
(……………………………..)
110| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
Nilai
PROGRAM INOVASI DESA
Catatan: Nilai Rata-Rata Skala Penilaian 80 >
= (Jumlah/13) = 70 – 100 =A
75 – 79,9 70 – 74,9
=B+ =B
Catatan: Lembar ini digunakan sebagai panduan penilaian yang dilakukan oleh pelatih (evaluator) untuk memberikan penilaian terhadap penilaian dilengkapi catatan atau saran kepada kelompok atau tim pembimbing yang sedang melakukan praktek pembimbingan menangkap inovasi desa (capturing).
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 111
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Penilaian 5.2.2
Format Pengamatan Keterampilan Membimbing Keterampilan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) Nama Peserta
: …………………………………..
: ………………………………….. Metode/Teknik Bimbingan : ………………………………….. Hari/Tanggal: …………………………………..
No.
Aspek yang dinilai
1.
Keterampilan mendesain rencana pembimbingan menangkap inovasi desa (capturing)
2.
Keterampilan membuka sesi pembimbingan
3.
Keterampilan menguasai dan menjelaskan materi bimibingan
4.
Keterampilan penggunaan metode/pendekatan dan strategi bimbingan
5.
Keterampilan penggunaan media dan alat bantu pendukung kegiatan bimbingan
6.
Keterampilan berkomunikasi efektif
7.
Keterampilan mencatat proses bimbingan
8.
Performance (Penampilan)
9.
Ketepatan penggunaan bahasa
Baik
Cukup
Kurang
112| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
Komentar
PROGRAM INOVASI DESA
No.
Aspek yang dinilai
10.
Keterampilan menyimpulkan dan mengevaluasi hasil pembimbingan
11.
Keterampilan mengakhiri/ menutup kegiatan bimbingan
Baik
Cukup
Kurang
Komentar
Catatan: Catatan: Lembar ini digunakan sebagai panduan pengamatan peserta untuk memberikan catatan atau saran kepada kelompok atau tim pembimbing yang sedang melakukan praktek bimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing). Pengamat memberi tanda checklist () pada kolom dan memberikan komentar dan saran terhadap penampilan teman Anda yang sedang praktik.
Pengamat
( …………………………….. )
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 113
PROGRAM INOVASI DESA
114| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Pokok Bahasan
6
PRAKTEK LAPANGAN
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 115
PROGRAM INOVASI DESA
116| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
POKOK BAHASAN 7
POKOK BAHASAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menerapkan
keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) berdasarkan pentahapannya dalam situasi nyata di masyarakat.
Sub Pokok Bahasan SPB 6.1. Praktek Belajar Lapangan: Menangkap Inovasi Desa ( capturing).
Waktu 15 JP (675 menit)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 117
PROGRAM INOVASI DESA
118| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
SUB POKOK BAHASAN 6.1
Praktek Belajar Lapang: Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu: 1. Membuat persiapan kegiatan dalam menangkap inovasi desa (capturing) 2. Melaksanakan kegiatan penangkapan inovasi desa (capturing); 3. Mengevaluasi hasil penangkapan inovasi desa yang telah dilaksanakan.
Waktu 15 JP (675 menit)
Metode Praktek Lapangan.
Media •
•
•
Lembar Kerja Praktek 6.1.1: Formulir Informasi Kegiatan Penangkapan Inovasi Desa (Capturing) Lembar Kerja Praktek 6.1.2: Format Dokumen Pembelajaran Hasil Menangkap Inovasi Desa Menangkap Inovasi Desa ( Capturing). Lembar Informasi 6.1.1: Panduan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing).
Alat Bantu Kamera/HP, VTR atau Video, laptop, Flipt chart, metaplan, dan spidol.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 119
PROGRAM INOVASI DESA
Proses Penyajian Kegiatan 1: Persiapan 1.
Berilah penjelasan kepada peserta maksud, hasil dan proses dari kegiatan persiapan praktek lapangan.
2.
Ingatkan kembali bahwa materi pembelajaran sebelumnya terkait dengan metode penangkapan inovasi desa yang menjadi dasar dari kegiatan praktek lapangan ini.
3.
Tampilkan Media Tayang “Bekal Menangkap Inovasi.” Tanyakan kepada peserta apakah sudah mengingat dan memahaminya. Berikan waktu kepada peserta untuk menanyakan kembali atau men-diskusikannya jika perlu;
4.
Ingatkan kepada peserta untuk mengerahkan berbagai metode menangkap inovasi, serta mengusung definisi inovasi, unsur-unsur yang harus ada dalam inovasi, dan tahapan menangkap inovasi (capturing) untuk mengurangi hambatan dalam menemukan dan menggali inovasi di lapangan. Pelatih dapat menayangkan kembali media tayang “Keahlian Dasar” sebagai bahan refleksi.
5.
Selanjutnya bagilah peserta dalam 5 - 6 kelompok kecil untuk kegiatan praktek lapangan. Mintalah peserta untuk menunjuk 1 orang anggotanya sebagai koordinator kelompok.
6.
Pelatih menjelaskan hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh kelompok untuk melaksanakan praktek lapangan, antara lain: a.
Menentukan tema kegiatan penangkapan inovasi (capturing) didasarkan pada bidang/cakupan PID (Kewirausahaan dan Pengmebangan Ekonomi Lokal, Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Infrastruktur).
b.
Menentukan metode yang akan dipilih untuk menangkap inovasi sesuai dengan karakterisktik tema yang sudah ditentukan oleh kelompok..
c.
Menentukan lokasi yang akan dikunjungi.
d.
Menentukan pelaku atau informan yang akan ditemui.
e.
Menentukan agenda kegiatan yang akan dilakukan.
f.
Menyiapkan instrumen untuk mengumpulkan informasi dan data terkait dengan inovasi yang akan ditangkap (capture), misalnya: daftar pertanyaan wawancara, catatan observasi dan catatan diskusi (FGD).
g.
Menyiapkan media dan alat bantu yang akan digunakan untuk menangkap inovasi, misalnya: kamera, handphone, audio recording dan buku catatan.
120| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
7.
Berilah kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan hal-hal yang perlu dipersiapkan dan mencatatnya dalam Lembar Kerja Praktek 6.1.1.
8.
Hasil diskusi dikumpulkan kepada pelatih sebagai bahan informasi.
9.
Sebelum sesi ditutup, Pelatih memberikan penegasan kembali terhadap hal-hal yang penting untuk persiapan kegiatan praktek lapangan.
Pelatih disarankan untuk menjelaskan kepada peserta terkait pembagian kelompok, lokasi dan hal-hal teknis lain terkait persiapan praktek lapangan di luar jam pembelajaran, menggunakan sesi istirahat atau sesi malam, supaya peserta memiliki cukup waktu mempersiapkan praktek lapangan. Praktek lapangan akan dilaksanakan 1 hari penuh (10 JP). Selama kegiatan praktek lapangan berlangusng, pelatih dapat memberikan bimbingan, konsultasi dan asistensi kepada kelompok.
Kegiatan 2: Pelaksanaan Praktek Lapangan 10.
Pelatih memastikan semua kelompok sudah menentukan tema, metode penangkapan inovasi, lokasi yang akan dikunjungi, instrumen dan media pendukung.
11.
Pastikan semua kelompok sudah menyerahkan lembar informasi sebagai catatan bagi pelatih dari setiap kelompok sebelum ke lapangan.
12.
Masing-masing kelompok melakukan kegiatan penangkapan inovasi sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
13.
Hasil kegiatan penangkapan inovasi dirumuskan dalam bentuk dokumen pembelajaran inovasi desa seperti yang tercantum dalam Lembar Kerja Praktek 6.1.2.
Kegiatan 3 : Evaluasi Hasil Penangkapan Inovasi Desa 14.
Berilah penjelasan kepada peserta maksud, hasil dan proses dari kegiatan Evaluasi Hasil Penangkapan Inovasi Desa.
15.
Setiap kelompok menyerahkan soft copy Dokumen Pembelajaran versi word kepada Panitia pada pagi hari, sebelum kelas dimulai;
16.
Setiap kelompok memaparkan Dokumen Pembelajaran (versi PPT) hasil penangkapan inovasi di desa, secara lengkap mulai dari latar-
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 121
PROGRAM INOVASI DESA
belakang, solusi, proses dan tahapan pelaksanaanya, dan lain-lain, hingga pembelajaran dan rekomendasi; 17.
Peserta lain memberikan tanggapan dan argumentasi terkait Dokumen Pembelajaran tersebut, apakah layak dikategorikan sebagai inovasi atau hanya best practice disertai alasan dan referensi-nya;
18.
Lanjutkan dengan kelompok lain hingga seleasi;
19.
Lakukan refleksi terhadap upaya Menangkap Inovasi. Minta peserta untuk mencurahkan kesulitan-kesulitas dari pengalaman dalam menangkap inovasi dan membuat Dokumen Pembelajaran versi word sesuai template;
20.
Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk memberikan tanggapan dan berdiskusi terkait trik dalam “Menangkap Inovasi” dan “Membuat Dokumen Pembelajaran.” Jika tidak ada, tunjuk 2 -3 peserta untuk berpendapat.
21.
Sebelum sesi ditutup, sampaikan beberapa penegasan hal-hal yang penting dari hasil praktek lapangan dan presentasi.
122| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja Praktek 6.1.1:
Formulir Informasi Kegiatan Penangkapan Inovasi Desa (capturing)
Nama kelompok : ___________________________ Nama kordinator : ______________________________ (HP: __________________) Anggota: 1. 2. 3. 4. Tema :
Metode :
Lokasi :
Instrumen yang digunakan :
Media dan alat yang digunakan :
Catatan :
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 123
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja Praktek 6.1.2.
Format Dokumen Pembelajaran Hasil Penangkapan Inovasi (Capturing)
[penulis utama] [nama desa]
Ringkasan Umum Tuliskan ulasan singkat tentang kegiatan inovasi yang telah didokumentasikan maksimal 2 paragraf singkat atau 10 baris
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
124| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Latar Belakang Masalah dan Tantangan Jabarkan konteks umum kejadian, masalah, tantangan yang mendorong dibuatnya inovasi; misalnya karena kondisi dan letak geografis, sosial, ekonomi yang sulit. Kumpulkan jawaban atas pertanyaan berikut: Apa latar belakang dari tantangan atau masalah yang terjadi? Di mana terjadinya? Siapa yang terlibat? Seperti apa situasi yang ada sebelum inovasi terjadi? Di mana dan kapan terjadinya? Apakah tepatnya yang menjadi tantangan atau masalah? Seperti apakah situasi atau masalah sebelum dilakukan intervensi? Apa yang menyebabkan tantangan atau masalah ini? Apakah konsekuensi dari tantangan atau masalah ini? Dan sebagainya. Tambahkan gambar jika dibutuhkan
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Solusi/Inovasi yang telah Dilakukan Tuliskan dalam 1-3 baris solusi-solusi inovatif yang telah dilakukan untuk mengatasi tantangan/masalah yang disampaikan dalam box Tantangan dan latar belakang masalah
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 125
PROGRAM INOVASI DESA
Proses – Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Tuliskan jawaban atas pertanyaan mengenai solusi dengan rinci langkah demi langkah proses yang telah dilakukan, mulai dari penggalian inovasi (diskusi), tahapan persiapan, dan aksinya (pelaksanaan). Sebutkan tokoh-tokoh atau pihak-pihak yang telah berperan dalam memberikan solusi atau yang telah membantu menyelesaikan permasalahan, serta cara-cara inovatif yang dijalankan,termasuk bagaimana dijalankan, bagaimana pengelolaan atau pengaturan waktu dan sumber daya pendanaan maupun sumber daya manusianya. Tambahkan apa yang berjalan baik dan apa yang tidak berjalan dengan baik? Dan sebagainya. Tambahkan gambar jika dibutuhkan.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Hasil Tuliskan informasi tentang perubahan yang terjadi atau hasil yang telah dicapai akibat upayaupaya yang dijelas dalam proses menjawab tantangan/masalah.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Pembelajaran Tuliskan di sini mengenai apa yang akan dilakukan narasumber jika dia kembali mengalami situasi yang sama. Mengapa? Bagaimana? Dsb. Tambahkan gambar jika dibutuhkan. Sampaikan hal-hal penting (pembelajaran) yang dapat diambil atau dijadikan rujukan bagi proses pembelajaran selanjutnya atau untuk perbaikan inovasi terkait ke depan berdasarkan proses penyelesaian masalah yang telah dilakukan. Hal ini dapat menyangkut cara/sistem kerja manajemen waktu atau manusia, dan lain-lain.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
126| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Rekomendasi Apa yang disarankan oleh narasumber untuk dilakukan bila desa lain mengalami situasi yang sama? Apa yang tidak disarankan? Bagaimana supaya masalah seperti ini dapat dihindari di masa depan? Kesulitan apa saja yang mungkin dihadapi saat menjalankan kegiatan inovasi tersebut. Dsb. Tambahkan gambar jika dibutuhkan.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Sumber Informasi dan Referensi Lampirkan foto untuk menjadi ilustrasi visual; gunakan foto yang menggambarkan dinamika atau kegiatan inovasi yang berlangsung. Tambahkan peta lokasi, foto tokoh/pihak yang berperan yang diceritakan dalam proses, foto kondisi awal dan akhir bila ada, dan hindari foto berpose dalam group atau selfie. Tambahkan juga referensi atau sumber informasi lainnya (ahli, buku, situs web, video, audio, gambar, dll) yang digunakan sebagai rujukan untuk menambah informasi dalam dokumen pembelajaran ini. Berikan daftar referensi pada sumber-sumber dan sumberdaya yang digunakan untuk membuat dokumen ini dan yang dianggap berguna bagi para pembaca jika mereka ingin mengetahui lebih lanjut. Cantumkan nama dan keterangan narasumber inovasi ini agar pembaca dokumen dapat menghubunginya langsung bila berminat melakukan replikasi.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 127
PROGRAM INOVASI DESA
128| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Pokok Bahasan
7
EVALUASI PELATIHAN DAN RKTL
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 129
PROGRAM INOVASI DESA
130| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
POKOK BAHASAN 7
POKOK BAHASAN EVALUASI PELATIHAN DAN RKTL
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1.
Memberikan penilaian terhadap penyelenggaraan pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) untuk TAPM;
2.
Menyusun Rencana Kerja Tindak Lanjut.
Sub Pokok Bahasan •
•
SPB 7.1: Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM; SPB 7.2: Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL).
Waktu 2 JP (90 menit)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 131
PROGRAM INOVASI DESA
132| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
SUB POKOK BAHASAN 7.1
Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1.
Merangkum kembali pokok-pokok isi materi pelatihan menangkap inovasi desa (capturing ) untuk TAPM mulai SPB 1 hingga SPB 6 dengan benar;
2.
Menilai penyelenggaraan kegiatan pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) untuk TAPM.
Waktu 1 JP (45 menit)
Metode Evaluasi
Media •
•
Lembar Kerja 7.1.1: Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM; Lembar Kerja 7.1.2: Evaluasi Materi Pelatihan Inovasid Desa (Capturing ) untuk TAPM dalam Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)
Alat Bantu Kertas plano, metaplan, spidol dan Lakban, LCD, Laptop, dan WhiteBoard.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 133
PROGRAM INOVASI DESA
Proses Penyajian Kegiatan 1: Resume Hasil Pelatihan 1.
Sebelum kegiatan dimulai, pelatih atau penyelenggara membagikan lembar penilaian penyelenggaraan kegiatan dan materi pelatihan (Lembar Kerja 7.1.1 dan 7.1.2) kepada peserta untuk diisi dan dan diserahkan kepada panitia;
2.
Setelah mengisi lembar evaluasi pelatihan, selanjutnya pelatihan menjelaskan kepada peserta tentang tujuan, proses dan hasil dari penyusunan resume pokok-pokok isi materi pelatihan meangkap inovasi desa (capturing);
3.
Pelatih memberikan rangkuman dan menjelaskan tentang: a.
Rangkuman materi dan kaitan materi yang satu dengan yang lainnya.
b.
Tujuan pelatihan selama proses pelatihan.
c.
Bagan proses pelatihan.
d.
Penjelasan untuk memenuhi harapan yang belum terpenuhi.
e.
Penjelasan hasil evaluasi individu praktek melatih.
4.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan materi yang belum jelas;
5.
Buatlah pembulatan dan kesimpulan akhir dari keseluruhan materi pelatihan menangkap inovasid desa (capturing).
Kegiatan 2: Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan 6.
Mintalah kepada masing-masing peserta untuk curah pendapat terkait proses penyelenggaraan pelatihan menangkap inovasid desa (capturing) dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut; a. Apa yang Anda rasakan setelah Anda mengikuti pelatihan ini? b. Kebutuhan dan kemampuan (pengetahuan, sikap dan keterampilan) apa saja yang dianggap perlu ditingkatkan untuk mendukung penyelenggaraan pelatihan? c.
7.
Bagaimana upaya Anda sebagai pendamping untuk memperbaiki dan meningkatkannya dan siapa saja yang terlibat di dalamnya?
Catatlah beberapa hal pokok yang dikemukakan oleh peserta dalam metaplan agar mendapatkan reaksi dari masing-masing peserta;
134| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
8.
Selanjutnya paparkan hasil evaluasi penyelenggaraan pelatihan menangkap inovasid desa (capturing) untuk diberikan tanggapannya dari peserta;
9.
Diskusikan hasil reaksi masing-masing peserta terkait hasil evaluasi tersebut dan buatlah kesepakatan bersama terkait hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan kapasitas pelaku di tingkat Kecamatan;
10.
Lakukan penegasan dan kesimpulan akhir atas keseluruhan proses penyelenggaraan pelatihan menangkap inovasid desa (capturing) yang telah dilaksanakan.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 135
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 7.1.1
Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan Menangkap Inovasid Desa (capturing) Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)
No
Aspek Kurang
(1)
1.
(2)
(3)
Penilaian Baik
Keterangan Sangat Baik
(4)
Tim Pelatih Kemampuan Fasilitasi Penguasaan Materi Kerjasama Tim
2.
Dinamika Peserta Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
3.
Sarana dan Prasarana
4.
Bahan Pelatihan
5.
Akomodasi
6.
Pelayanan Panitia
7.
Dan lain-lain
136| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
(5)
(6)
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 7.1.2
Evaluasi Materi Pelatihan Inovasid Desa (Capturing) Bagi TAPM dalam Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) No
POKOK BAHASAN
SUBPOKOK BAHASAN
(1)
(2)
(3)
1.
Inovasi Pembangunan Desa
2.
Peran Pelaku dalam Menangkap Inovasi Desa
3.
Keterampilan Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
4.
Peningkatan Kapasitas Pelaku dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
Konsep Dasar Inovasi Desa Konsep Dasar Menangkap Inovasi Desa (Capturing) Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa dalam Program Inovasi Desa (PID) Peran TIK dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing) Peran TAPM dalam Fasilitasi Menangkap Inovasi Desa (Capturing) Identifikasi Inovasi Desa Verifikasi Inovasi Desa Menangkap Inovasi Desa (Capturing) Validasi Inovasi Desa Mengemas dan Memformat Inovasi Desa Strategi Peningkatan Kapasitas Pelaku (TIK dan TPID) Bimbingan Teknis Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
KOMPETENSI*) 1 2 3 4 (4)
KET (5)
Catatan: 1 = Rendah 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Baik Sekali
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 137
PROGRAM INOVASI DESA
138| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
SUB POKOK BAHASAN 7.2
Rencana Kerja Tindak Lanjut
Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Mengidentifikasi tahapan kegiatan menangkap inovasi Desa (Capturing) dalam Program Inovasi Desa (PID); 2. Menyusun rencana dan jadwal kerja pembimbingan bagi pelaku PID (TIK dan TPID) dalam menangkap inovasi Desa ( capturing) pada tahun anggaran 2018
Waktu 1 JP (45 menit)
Metode Rencana Kerja Tindak Lanjut.
Media •
Lembar Kerja 7.2.1: Matrik Diskusi Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL);
•
Lembar Kerja 7.2.1: Format Laporan Pelaksanaan Pelatihan.
Alat Bantu Kertas plano, metaplan, spidol dan Lakban, LCD, Laptop, dan WhiteBoard
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 139
PROGRAM INOVASI DESA
Proses Penyajian Kegiatan: Mengidentifikasi Tagapan Kegiatan Fasilitasi Menangkap Inovasi Desa (Capturing) dalam Program Inovasi Desa (PID)
1.
Informasikan kepada peserta agenda pokok fasilitasi menangkap inovasi desa (capturing) dalam Program Inovasi Desa (PID) paska pelatihan;
2.
Pandulah peserta mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilakukan TAPM dalam melakukan pembimbingan kegiatan menangkap inovasi Desa (capturing) bagi pelaku Program Inovasi Desa (PID);
3.
Pandu peserta menentukan hal-hal pokok yang harus diperhatikan dalam menyusun RKTL.
Kegiatan 2: Menyusun Rencana Kerja Tindak Lanjut 4.
Minta peserta membentuk kelompok didasarkan wilayah kerja masing-masing;
5.
Bagikan Lembar Kerja 7.2.1 Lembar RKTL kepada setiap kelompok untuk didiskusikan;
6.
Hasilnya dicatat untuk dipaparkan dalam pleno
7.
Minta salah satu kelompok memaparkan RKTL yang telah disusun;
8.
Berikan kesempatan kepada peserta kelompok lain untuk menanggapi.
Kegiatan 4: Menutup Sesi Pembelajaran 9.
Berikan penegasan terhadap RKTL-TAPM terkait fasilitasi dan bimbingan teknis bagi pelaku dalam menangkap inovasi Desa (capturing);
10. Pada sesi akhir lakukan penutupan dengan sambutan dan do’a.
140| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 7.2.1
Matrik Diskusi: Rencana Kerja Tindak Lanjut No
Kegiatan Pokok Uraian Kegiatan
Output
PIC
Waktu Pelaksanaan
Catatan: (1)
Tabel ini sebagai acuan umum saja, peserta diskusi dapat memodifikasi sesuai kebutuhan dengan menambah penjelasan atau aspek kajian lain tentang rencana tindak lanjut pasca pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) dalam rangka peningkatan kapasitas TIK-PID dan TPID dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID);
(2)
Jelaskan proses atau uraian kegiatan dan hasil yang hendak dicapai di setiap aspek yang perlu ditindaklanjuti;
(3)
Identifikasikan pelaku yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan pelatihan di Kabupaten/Kota;
(4)
Tetapkan perkiraan waktu masing-masing tahapan yang telah direncanakan.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 141
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Kerja 7.2.2
Format Laporan Pelaksanaan Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM BAB 1:
Pendahuluan 1. Latar Belakang. 2. Maksud dan Tujuan 3. Hasil yang diharapkan 4. Ruang Lingkup Materi 5. Pelaksana 6. Waktu dan tempat
BAB 2:
Pelaksanaan Pelatihan 1. Informasi Umum (a) Peserta: menjelaskan tentang peserta (jumlah, posisi/jabatan,
komposisi dll). (b) Pelatih: menjelaskan tentang pelatih atau fasilitator (jumlah, posisi/jabatan, komposisi, Tim Pelatih, dll). (c) Materi Pelatihan dan Jam Pelajaran: menjelaskan tentang keluasan dan kedalam materi pelatihan, jam pelajaran, waktu hari pelatihan dan bobot materi. 2. Proses Pelatihan (a) Metode: menjelaskan pendekatan/metode yang digunakan dalam menyampaikan materi pelatihan; (b) Media dan Sumber Belajar: menjelaskan tentang p emanfaatan media dan sumber belajar pendukung pelatihan; (c) Fasilitasi Proses: menyajikan data/informasi mengenai tata urut penyajian materi dan proses interkasi pelatih dan peserta; (d) Dinamika Pembelajaran: menguraikan hasil analisis tentang kondisi dan perubahan perilaku dalam setiap tahapan pembelajaran. BAB 3:
Hasil Pelatihan 1. Kehadiran Peserta; 2. Partisipasi Peserta; 3. Capaian Belajar (tingkat pemahaman dan kompetensi peserta).
BAB 4:
Permasalahan dan Tantangan 1. Permasalahan; 2. Tantangan.
142| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
BAB 5:
Rekomendasi dan Kesimpulan 1. Rekomendasi: memaparkan secara singkat tentang pokok-pokok pikiran penting berupa, tindak lanjut pasca pelatihan, masukan dan saran dalam rangka perbaikan penyelenggaraan pelatihan sebagai masukan kepada pemangku kepentingan terkait; 2. Kesimpulan: resume tentang tujuan, proses, hasil dari pelatihan yang telah dilaksanakan.
BAB 5:
Penutup
Lampiran : Jadwal latihan Hasil Rekapitulasi Evaluasi Peserta Hasil Evaluasi Pelaksanaan Latihan Foto dokumentasi Kegiatan •
•
•
•
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 143
PROGRAM INOVASI DESA
144| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa
Capturing
Lembar Informasi
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 145
PROGRAM INOVASI DESA
146| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Informasi 2.1.1
Konsep Dasar Inovasi Desa
A.
Pendahuluan
Secara etimologi inovasi berasal dari bahasa Latin “innovare” atau “innovatio” yang kemudian diserap ke dalam bahasa inggris “innovation” yang berarti pembaharuan atau perubahan. Kata kerjanya “innovo” yang artinya memperbaharui dan mengubah. Inovasi ialah suatu perubahan yang baru menuju ke arah perbaikan, yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan). Menurut kamus Merrian-Webster, innovation (inovasi) berarti melakukan sesuatu dengan cara yang baru; memiliki ide/gagasan yang baru mengenai bagaimana sesuatu dilakukan/ dikerjakan. Sedangkan para tokoh pembaharu memiliki konsepsi yang beragam mengenai makna dari inovasi sebagai berikut. Menurut Everett M. Rogers dalam Udin Saefudin (2008), inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
Andrew H Van de Ven, inovasi adalah pengembangan dan implementasi gagasan-gagasan baru oleh orang dimana dalam jangka waktu tertentu melakukan transaksi-transaksi dengan orang lain dalam suatu tatanan organisasi. Sedangkan menurut Kuniyoshi Urabe (1988), inovasi bukan merupakan kegiatan satu kali tindakan saja (one time phenomenon), melainkan suatu proses yang panjang dan kumulatif yang meliputi banyak proses pengambilan keputusan di dan oleh organisasi dari mulai penemuan gagasan sampai implementasinya di pasar. Stephen Robbins (1994) mendefinisikan inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa. Berdasarkan pengertian tersebut, Robbins lebih memfokuskan pada tiga hal utama yaitu:
(1)
Gagasan baru yaitu suatu olah pikir dalam mengamati suatu fenomena yang sedang terjadi, termasuk dalam bidang pendidikan, gagasan baru ini dapat berupa penemuan dari suatu gagasan pemikiran, Ide, sistem sampai pada kemungkinan gagasan yang mengkristal;
(2)
Produk dan jasa yaitu hasil langkah lanjutan dari adanya gagasan baru yang ditindak lanjuti dengan berbagai aktivitas, kajian, penelitian dan percobaan sehingga melahirkan konsep yang lebih konkret dalam bentuk produk dan jasa yang siap dikembangkan dan dimplementasikan termasuk hasil inovasi dibidang pendidikan;
(3)
Upaya perbaikan yaitu usaha sistematis untuk melakukan penyempurnaan dan melakukan perbaikan (improvement) yang terus menerus sehingga buah inovasi itu dapat dirasakan manfaatnya.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 147
PROGRAM INOVASI DESA
Zaltman dan Duncan (1973) menjelaskan bahwa inovasi adalah perubahan sosial yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dan diamati sebagai suatu yang baru bagi sekelompok orang. Tetapi perubahan sosial belum tentu Inovasi. “ An innovation is an idea, practice, or material artifact perceived to be new by the relevant unit of adoption. The innovation is the change object ”. Dalam hal ini Schumpeter menyebutkan bahwa “carrying out innovations is the only function which is fundamental in history” . Teori pembangunan ekonomi, Schumpeter menjelaskan bahwa pembangunan sebagai proses historis dan perubahan struktural, secara substansial didorong oleh inovasi. Dimana inovasi disini dibagi menjadi lima jenis dalam pembagian yang dilakukan oleh Schumpeter, yaitu: (1) meluncurkan produk baru atau jenis baru dari produk yang sudah dikenal sebelumnya; (2) aplikasi metode produksi atau penjualan yang baru; (3) membuka pasar yang baru; (4) mendapatkan sumber baru dari supply bahan baku atau barang setengah jadi; (5) struktur industri baru semacam penciptaan atau pemusnahan posisi monopoli yang sudah ada.
B.
Pengertian Inovasi dalam Program Inovasi Desa (PID)
Dalam konteks Program Inovasi Desa (PID), istilah inovasi merujuk pada cara atau pendekatan yang berbeda dari biasanya (apakah itu cara baru atau cara yang dikembangkan dari yang sudah ada sebelumnya) yang ditempuh oleh (kelompok) masyarakat atau instansi, dalam menjawab suatu masalah/tantangan yang dihadapi atau dalam mengerjakan sesuatu, aplikatif dan terbukti berhasil Program Inovasi Desa (PID) merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui peningkatan kapasitas desa dalam mengembangkan rencana dan pelaksanaan pembangunan Desa secara berkualitas. Program Inovasi Desa (PID) mendukung capaian target RPJM 2015-2019 dengan mendukung pembangunan Desa secara lebih kreatif dan sehingga dapat mendorong pengembangan ekonomi local dan pengembangan sumber daya manusia. PID diselenggarakan oleh Kemendesa PDTT dengan dukungan pendanaan dari Bank Dunia melalui restrukturisasi program yang sebelumnya difokuskan pada Pendampingan Desa dalam pelaksanaan Undang-Undang Desa. Program Inovasi Desa (PID) adalah inovasi/kebaruan dalam praktik pembangunan dan pertukaran pengetahuan. Inovasi ini dipetik dari realitas/hasil kerja Desa-Desa dalam melaksanakan kegiatan pembangunan yang didayagunakan sebagai pengetahuan untuk ditularkan secara meluas. Program Inovasi Desa (PID) juga memberikan perhatian terhadap dukungan teknis dari penyedia jasa teknis secara professional. Dua unsur itu diyakini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap investasi Desa, yaitu pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui pembangunan yang didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), khususnya Dana Desa. Dengan demikian, Program Inovasi Desa (PID) diharapkan dapat menjawab kebutuhan Desa-Desa terhadap layanan teknis yang berkualitas, merangsang munculnya inovasi dalam praktik pembangunan, dan solusi inovatif untuk menggunakan Dana Desa secara tepat dan seefektif mungkin.
148| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
C.
Kebutuhan Inovasi Desa
Ada beberapa hal yang medasari pentingnya inovasi desa. Dalam dasawarsa terakhir ini terjadi pergeseran dari ekonomi yang berbasis industri menuju ke ekonomi berbasis pengetahuan. Selain itu, daya saing daerah ditentukan oleh kemampuan memanfaatkan modal SDM melalui inovasi. Sistem inovasi dibutuhkan bagi Desa dikarenakan dorongan dari perubahan sosial dan karakteristik pasar yang dinamis, kompetisi global, kecenderungan membentuk jejaring, posisi tenaga kerja dengan upah tinggi, keterampilan luas dengan berbagai disiplin, pembelajaran tanpa kenal waktu dan sepanjang hayat, serat pengelolaan SDM kolaboratif serta rendahnya jiwa kewirausahaan masyarakat. Kondisi ini mendorong upaya sistematis dalam mengatasi permasalahan di masyarakat Desa yang semakin kompleks. Inovasi Desa merupakan sebuah pola pendekatan dalam pembangunan Desa yang dilakukan secara terpadu dan sistematis dalam rangka pemecahan masalah dan tantangan yang dihadapi. Komponen baik kebijakan, pelaku, lembaga, jaringan, kemitraan, proses sosial, dan aksi bersama dalam rangka difusi inovasi diharapkan mampu mempengarui perkembangan kehidupan masyarakat dan penapaian target pembangunan Desa. Pada dasarnya sistem Inovasi Desa merupakan suatu kesatuan dari pemangku kepentingan, kelembagaan, hubungan, jaringan, interaksi dan proses sosial yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya termasuk teknologi dan praktik baik ( good practices), serta proses pembelajaran.
D.
Strategi Inovasi Desa
Pengembangan strategi inovasi Desa mencakup cara berpikir strategis dan konsistensi para pemangku kepentingan yang dituangkan dalam kerangka perencanaan jangka panjang. Strategi inovasi Desa ditetapkan sebagai agenda prioritas pembangunan dan menjadi bagian integral dari strategi pembangunan Desa. Strategi inovasi Desa merupakan kebijakan strategis dalam upaya meningkatkan daya saing yang berfokus pada potensi dan sumber daya lokal, akses pasar, dan terbuka pada ide-ide kreatif yang bermanfaat bagi kemajuan masyarakat, pengentasan kemiskinan, peningkatan pendapatan dengan menetapkan tujuan yang jelas dan capaian secara rasional.
Hal ini menjadi landasan dan kerangka kerja bagi Desa agar secara mandiri maupun bersama mitra keja untuk memahami pentingnya pendekatan sistem dalam menangani berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat dengan melibatkan multipihak agar dihasilkan kesinambungan kebijakan, pengelolaan sumber daya, pendanaan, dan tindakan strategis lainnya yang mendukung inovasi Desa. Selain itu, upaya yang dilakukan menghasilkan masukan strategis dalam penyusunan kebijakan inovasi desa yang bersifat holistik-tematik, integratif dan spasial terutama untuk diintegrasikan dalam dokumen perencanaan dan penganggaran pembangunan Desa. Integrasi inovasi ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran juga penting untuk menjamin keberlanjutan inovasi Desa.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 149
PROGRAM INOVASI DESA
Ada beberapa strategi yang dapat dipraktikkan dalam mengembangkan desa inovatif, di antaranya: (1)
Membangun kapasitas warga dan organisasi masyarakat sipil di desa yang kritis dan dinamis. Proses pembentukan bangunan warga dan organisasi masyarakat sipil biasanya dipengaruhi oleh faktor eksternal yang mengancam hak publik. Meski demikian, keduanya adalah modal penting bagi desa untuk membangun kedaulatan dan titik awal terciptanya komunitas warga desa yang nantinya akan menjadi kekuatan penyeimbang atas munculnya kebijakan publik yang tidak responsif masyarakat.
(2)
Memperkuat kapasitas pemerintahan dan interaksi dinamis antara organisasi warga dalam penyelenggaraan pemerintahan desa;
(3)
Membangun sistem perencanaan dan penganggaran desa yang responsif dan partisipatif.
E.
Manfaat Inovasi Desa
Manfaat inovasi Desa untuk; (a) melindungi individu, kelompok atau kelembagaan yang melakukan inovasi; (b) Memacu kreativitas Desa untuk meningkatkan daya saing dan keunggulannya; (c) meningkatkan jaminan pelayanan publik yang disediakan pemerintah Desa. Disamping itu, inovasi Desa diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam: (a) Peningkatan efisiensi; (b) perbaikan efektivitas (c) perbaikan kualitas pelayanan kepada masyarakat; (d) mendorong kohesi sosial dan mencegah terjadinya konflik kepentingan; (e) berorientasi kepada kepentingan umum; (f) dilakukan secara terbuka; (g) memenuhi nilainilai kepatutan; (h) mampu dipertanggungjawabkan hasilnya; dan (i) mendorong pemanfaatan bagi perbaikan kehidupan masyarakat.
F.
Sasaran Inovasi Desa
Inovasi pembangunan Desa merupakan kegiatan pemberdayaan melalui pembangunan dalam bentuk perbaikan mutu hidup dan perilaku yang mencakup aspek peningkatan kemampuan masyarakat, peningkatan partisipasi masyarakat, meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat dan meningkatkan kemampuan SDM aparatur pemerintah desa berbasis Iptek (Suharyanto dan Arif Sofianto, 2012:1-2). Desa inovatif adalah desa yang warga masyarakatnya mampu mengenali dan mengatasi serta memanfaatkan teknologi canggih atau cara-cara baru untuk mengatasi masalah dan meningkatkan perekonomiannya dengan cara menggunakan teknologi yang ada di sekitar lingkungannya secara mandiri. Wilopo (2015) ada tiga faktor yang dapat mempercepat pembangunan di sebuah desa yaitu inovasi, jiwa wirausaha dan teknologi baru. Inovasi tidak serta merta berbicara tentang produk baru, tetapi bisa juga dengan melakukan hal lama dengan cara-cara yang baru. Amerika dan Tiongkok adalah contoh negara yang berhasil mengembangkan inovasi di desa-desa yaitu dengan menggelar acara Young Entrepreneur in Village.
150| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
G.
Model Inovasi Desa
Berdasarkan data BPS Tahun 2015 jumlah penduduk pedesaan mencapai 46,7% yang relatif menunjukkan cukup besar potensi di desa untuk menekan dan mengambil peran turut serta mengatasi problematika urbanisasi. Angka ini menunjukkan dominannya penduduk indonesia hidup di perkotaan menjadikan Desa kurang mendapatkan fokus pengembangan yang optimal serta masih bertindak secara tradisional dalam mengelolanya. Fokus pengembangan Desa seyogyanya menjadi lebih mudah karena desa atau kampung memiliki faktor kekuatan positif yang berbeda dengan kota, diantaranya adalah potensi sumber daya alam (SDA) yang melimpah dan relatif belum dikelola secara optimal, potensi sumberdaya manusia (SDM) yang cenderung mudah digerakkan karena tingginya jiwa kekeluargaan atau semangat partisipasinya yang besar untuk terlibat, ketersediaan anggaran yang saat ini desa diberikan celah fiskal yang cukup besar, serta kewenangan desa untuk melakukan self governing community . Oleh karena itu, diperlukan sebuah model pengembangan Desa yang mampu mendorong peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui pemanfaatanp potensi sumber daya, aset dan pendanaan secara terorganisir dan akuntabel. Membangun dari pinggiran sesuai dengan jargon pemerintah saat ini, juga dapat diartikan bahwa fokus membangun dari level terendah yaitu desa atau kampung. Namun demikian, belum tegas apa saja yang dapat dilakukan dan bagaimana cara untuk meningkatkan desa agar bisa setara dengan kota secara cepat dan berkesinambungan. Pandangan bahwa kota lebih maju, lebih canggih, atau lebih sejahtera perlu dibalik dengan langkah-langkah inovatif yang salah satunya adalah menciptakan smart village atau kampung cerdas. Pembangunan desa merupakan proses merespon tiga lingkungan desa (alam, budaya dan sosial ekonomi) dengan cara yang tepat, maka dalam pembangunan harus diperhatikan unsur lingkungan tersebut. Selain pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan merupakan tujuan utama pembangunan. Pemerataan baik secara wilayah, sektoral maupun penerima atau pemanfaat pembangunan merupakan ukuran penting keber-hasilan pembangunan. Keberlanjutan pembangunan tidak saja memenuhi kebutuhan sesaat, tetapi menjaga bagaimana terjadi kesinambungan dana agar manfaatnya bisa dirasakan lintas generasi. Desa inovatif membutuhkan dukungan dari berbabagi pihak baik pemerintah maupun pemangku kepentingan diperlukan guna mengantarkan masyarakat desa pada perikehidupan layak, makmur, dan sejahtera. Dalam hal ini, diperlukan adanya inovasi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Inovasi yang dimaksud adalah upaya menciptakan cara, proses, dan produk baru yang memberikan nilai tambah bagi kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Belajar dari pengalaman dalam pelaksanaan program pembangunan dan pemberdayaan, Inovasi menjadi kunci pengembangan desa. Beberapa contoh model desa inovasi yang dapat dilakukan, diantaranya: Inovasi Pendidikan Untuk si Miskin; Inovasi Pemanfaatan Lahan Kosong; Inovasi Penataan Pasar Tradisional; Inovasi Berbasis Desa: Desa Wisata-Budaya; Desa Sadar Hukum; Desa Sadar dan Terampil; Desa Sehat;
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 151
PROGRAM INOVASI DESA
Desa Sahabat Anak; Desa Ramah Lingkungan Alam; Desa Wirausaha; Desa Aman Bencana; Desa KB; dan Desa Gaul.
Contoh Kegiatan Inovasi Desa No 1. 2.
Segmen/Bagian Judul Kegiatan Inovasi Singkat dan Jelas Ringkasan Umum
3.
Tantangan dan Latar Belakang Masalah
4.
Solusi/ Inovasi yang dijalankan
5.
Proses/ langkah demi langkah penyelesaian masalah/ tantangan
Penjelasan isi Segmen Penanganan masalah luar biasa bidang kesehatan melalui Posyandu Pemerintah Desa Srigonco, Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur, menyediakan fasilitas Posyandu jiwa “Damar Wulan” guna memfasilitasi penanganan masalah luar biasa orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Hasilnya, kasus pemasungan ODGJ nihil, keseharian ODGJ menjadi lebih terkontrol dan keluarga ODGJ pun lebih percaya diri dalam bersosialisasi. 1. Pada 2011, jumlah ODGJ yang terdata di desa Srigonco mencapai 24 orang, 4 diantaranya dipasung 2. Kondisi ODGJ dalam pasungan sangat memprihatinkan tanpa busana dan makan kotorannya sendiri Kebiasaan pasung bagi ODGJ dilakukan karena kurangnya pengetahuan keluarga dalam menangani ODGJ dan untuk menyembunyikan rasa malu 3. Sebagian ODGJ berasal dari keluarga kurang mampu, sehingga tidak tertangani dengan baik 4. Banyak ODGJ yang berkeliaran di sekitar desa s ehingga mengganggu kenyamanan warga dan pengunjung desa Penyediaan fasilitas Posyandu khusus oleh Pemerintah Desa untuk penanganan masalah luar biasa di bidang kesehatan, dalam hal ini pembinaan ODGJ 1. Pada 2011 warga desa Srigonco yang juga Petugas Kesehatan dari Puskesmas Bantur menemukan kasus ODGJ dalam pasungan, setidaknya ada 4 kasus pasung dari 24 ODGJ di desa tersebut 2. Warga kemudian mencari informasi keluarga ODGJ dan berusaha melakukan pendekatan 3. Warga juga menghubungi RS Jiwa Lawang untuk mencari informasi tentang penanganan ODGJ 4. Warga melakukan pendekatan kepada Posyandu reguler dan Puskesmas, guna mendapatkan dukungan penanganan ODGJ 5. Petugas Kesehatan Puskesmas memberikan pengarahan terkait rencana penanganan ODGJ kepada kader Posyandu reguler 6. Petugas Puskesmas memberikan pembekalan terkait penanganan ODGJ kepada kader Posyandu reguler yang bersedia membantu 7. Posyandu jiwa menghubungi jejaring yang diperoleh dari Puskesmas, termasuk menyampaikan usulan
152| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
No
Segmen/Bagian
8.
9.
6.
Hasil / Capaian
1. 2. 3. 4. 5.
6. 7.
Pembelajaran
1.
Penjelasan isi Segmen kepada Pemerintah Desa untuk melaksanakan Posyandu jiwa secara reguler setiap bulan, menjajaki kemungkinan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Perguruan Tinggi Pemerintah Desa menyetujui usulan tersebut dan memberikan dukungan berupa: Penyediakan fasilitas berupa tempat, bangku, meja, sound system untuk pelaksanaan Posyandu sehat jiwa Instruksi bagi aparat untuk membantu pelaksanaan kegiatan Posyandu jiwa Instruksi kepada aparat dan perangkat desa untuk turut menjemput ODGJ dari rumah masing-masing pada hari-H Posyandu jiwa Pengalokasian dana desa untuk kegiatan Posyandu jiwa sebagai bagian dari Pelayanan Sosial Dasar bidang kesehatan bagi warga Posyandu jiwa dilakukan secara reguler setiap bulan dengan pelayanan/kegiatan: Pemeriksaan kesehatan rutin Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) berupa pembiasaan salam, sapa, senyum Keterampilan merawat diri, seperti kebiasaan mandi, buang air, dan berpakaian Kunjungan kader ke rumah ODGJ yang tidak hadir pada hari H Posyandu jiwa untuk turut merawat dan melakukan pembinaan kepada keluarga Pemberian bahan makanan, alat-alat mandi, dll, sebagai pengganti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dari sumbagan yang digalang kader Pelatihan keterampilan untuk belajar bekerja secara langsung di rumah penduduk Kasus pemasungan ODGJ di desa Srigonco saat ini adalah nihil ODGJ dapat bersosialisasi dan terbiasa memberikan salam, sapa, senyum ODGJ dapat merawat diri sesuai kemampuan masingmasing ODGJ dapat membuat batik jumput, anyaman bambu dan kerajinan manik-manik Terbangunnya jaringan diantara Posyandu Jiwa, Pemerintahan Desa, Puskesmas, Dinas Kesehatan dan Perguruan Tinggi Kemudahan akses obat untuk ODGJ dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur Layanan Posyandu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah kesehatan yang banyak terjadi di daerah masing-masing
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 153
PROGRAM INOVASI DESA
No
Segmen/Bagian
8.
Rekomendasi
9.
Kontak Person
Penjelasan isi Segmen 2. Jejaring dari anggota Posyandu atau petugas Puskesmas dapat dimanfaatkan untuk menangani berbagai penyakit atau masalah kesehatan lain, tidak hanya sebagai tempat penanganan kesehatan ibu dan balita 1. Posyandu Jiwa perlu mendapatkan perhatian yang cukup sebagaimana Posyandu reguler, seperti ketersediaan tempat, obat-obatan dan kegiatan pelatihan untuk peningkatan kemampuan kader Posyandu sehat jiwa. 2. Pentingnya membangun jejaring dengan berbagai pihak untuk mendapatkan dukungan pelaksanaan aktivitas agar berjalan lebih baik. Soebagijono, Posyandu jiwa “Damar Wulan” desa Srigonco, Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur HP. 081 333 757 501
Daftar Pustaka Kementerian Desa PDTT (2017) SOP Program Inovasi Desa. http://www.referensimakalah.com/2013/01/pengertian-inovasi.html https://sidikpuchaqidie.wordpress.com/2010/12/14/hello-world/ http://kaltim.tribunnews.com/2017/02/24/smart-village-inovasi-pembangunan-desa
154| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Informasi 4.1.1
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)
A.
Latar Belakang
Banyak kegiatan inovatif di desa yang dapat menjadi inspirasi pembangunan bagi desa lain yang selama ini belum terdokumentasi dan dikelola secara sistematis dengan baik sebagai bahan pembelajaran untuk peningkatan kualitas pembangunan di desa. PPID dimaksudkan untuk mendorong peningkatan kualitas pemanfaatan dana desa dengan memberikan contoh kegiatan inovasi desa melalui pendokumentasian dan penyebarluasan kegiatan inovasi pembangunan desa. Tahapan PPID tahun 2018 didasarkan atas hasil pelaksanaan tahapan yang telah dilaksanakan pada tahun 2017. Alur tahapan pelaksanaan PPID terdiri atas 2 tingkatan yaitu: (1). kegiatan di tingkat kabupaten yang dilakukan oleh TIK, dan (2) kegiatan di tingkat kecamatan dan Desa yang dilakukan oleh TPID.
B.
Orientasi dan Persiapan
TAPM, PD dan PLD bersama TIK dan TPID (jika sudah terbentuk) melakukan orientasi dan evaluasi atas pelaksanaan PID tahun 2017 sebagai langkah persiapan pelaksanaan tahun 2018. Langkah-langkah fasilitasi yang dilakukan adalah: 1.
Melakukan pertemuan dengan TIK atau TPID untuk mempersiapkan rencana pelaksanaan kegiatan tahun 2018 (jika sudah terbentuk). Jika belum terbentuk segera difasilitasi pembentukan TIK dan mengadakan MAD-1 untuk pembentukan TPID.
2.
Pada lokasi yang sudah menyelenggarakan Bursa Inovasi Desa (BID) perlu memastikan sejauhmana tindak lanjut kartu komitmen untuk replikasi telah dimasukkan dalam APB Desa tahun 2018. Bersama TIK-Pokja PPID menyiapkan dan mengelompokkan kartu-Kartu inovasi desaku hasil BID sebagai dokumen yang akan diverifikasi kelayakan inovatifnya oleh TIK dan akan dikembalikan kepada TPID untuk dilakukan proses “capturing” atau pendokumentasian.
3.
Mengidentifikasi dan menyusun direktori keberadaan P2KTDP2KTD.
C.
Musyawarah Antar Desa (MAD)-1
TAPM Kabupaten/Kota bersama PD dan PLD serta TPID (bagi yang sudah terbentuk) memfasilitasi pelaksanaan MAD-1 melalui koordinasi dengan Camat. MAD-1 merupakan forum di tingkat kecamatan yang yang dihadiri oleh maksimal 6 orang perwakilan desa, yaitu Kepala Desa, Unsur BPD, tokoh masyarakat, dan keterwakilan perempuan minimal
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 155
PROGRAM INOVASI DESA
2 orang). MAD 1 juga melibatkan perwakilan UPTD tingkat kecamatan yang relevan seperti Puskesmas, UPTD Pendidikan, PU kecamatan, dan lain-lain.
Tujuan MAD-1: 1.
Sosialisasi konsep PID dan penggunaan Bantuan Pemerintah PPID, termasuk kebutuhan Desa akan jasa layanan teknis;
2.
Diseminasi informasi kegiatan-kegiatan inovasi yang sudah teridentifikasi sebelumnya, baik yang ada di lokasi dampingan maupun tempat lain;
3.
Pembentukan TPID (bagi yang belum atau ada pergantian pengurus). Pengurus TPID disyahkan oleh Camat;
4.
Kesepakatan pokok-pokok kegiatan yang akan dibiayai melalui dana operasional kegiatan (Kebijakan umum penggunaan dana diatur dalam Petunjuk Teknis Penggunaan DOK PPID).
2.
Rapat TPID Rapat TPID dilakukan untuk menyusun proposal dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) penggunaan Bantuan Pemerintah PPID. Sebelum merumuskan kegiatan dan RAB, TPID mendapatkan pelatihan terlebih dahulu dari TAPM Kabupaten/Kota dan atau PD. TPID mengadakan pertemuan untuk menyusun detail proposal kegiatan dan RAB berdasarkan hasil keputusan MAD. Selanjutnya Camat menerbitkan Surat Penetapan Camat (SPC) yang berdasarkan Berita Acara MAD dan hasil rapat perumusan kegiatan.
D.
Pencairan dan Penyaluran Dana
1.
Pencairan dan Penyaluran Dana Bantuan Pemerintah PPID Mekanisme pencairan dan penyaluran Dana Bantuan Pemerintah PPID, secara umum diatur sebagai berikut: a.
TPID menyusun dan mengajukan proposal yang disertai RAB penggunaan dana Bantuan Pemerintah PPID kepada TIK untuk diverifikasi sebelum dikirim kepada Satker Provinsi;
b.
TIK melakukan verifikasi atas kelengkapan dokumen-dokumen pencairan yang diajukan oleh TPID, dan setelah dinyatakan lengkap dilanjutkan kepada Satker Provinsi untuk proses pencairan dana t ahap I;
c.
Satker Provinsi melakukan verifikasi, dan setelah kelengkapan administrasi dinyatakan lengkap, maka dilakukan penerbitan SPM kepada KPPN;
d.
KPPN setelah menerima SPM dari satker Provinsi akan melakukan pengecekan administrasi dan selanjutnya KPPN menerbitkan SP2D untuk meminta bank operasional membayar kepada rekening TPID;
e.
Setelah bank operasional mentransfer dana ke Rekening TPID, maka tidak lebih dari 7 hari kerja, dana tersebut harus dibelanjakan sesuai proposal dan
156| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
RAB yang telah diajukan; f.
Pengajuan pencairan dana tahap II oleh TPID hanya dapat dilakukan apabila penggunaan dana dari tahap I (50%) telah mencapai minimal 90%. Pengajuan pencairan dana tahap II wajib dilampiri dengan Laporan Penggunaan Dana (LPD) tahap I dan Rencana Penggunaan Dana (RPD) tahap II.
Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme pencairan dan penyaluran dana Bantuan Pemerintah PPID diatur melalui Petunjuk Teknis Bantuan Pemerinth PPID Tahun Anggaran 2018.
3.
Dana Operasional TIK Pada TA 2018 TIK mendapatkan dana operasional dan administrasi kegiatan untuk menunjang proses kegiatan dari PPID. Tata cara pengajuan pencairan dan penyaluran serta penggunaan Dana Operasional TIK dimaksud, akan diatur lebih lanjut melalui Petunjuk Teknis Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018.
E.
Identifikasi Inovasi
Identifikasi inovasi dilakukan untuk memetakan kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan di masyarakat dan desa pada bidang infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia, serta kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal berdasarkan kriteria yang termasuk dalam kategori inovatif. Identifikasi dibedakan pada dua kategori lokasi berdasarkan pelaksanaan PID tahun 2017, yaitu: 1.
Lokasi yang sudah tersedia Kartu inovasi desaku melalui Bursa Inovasi Desa pada tahun sebelumnya Pada lokasi ini identifikasi inovasi didasarkan atas Kartu inovasi desaku yang sudah tersedia, yaitu dengan mengumpulkan seluruh Kartu inovasi desaku hasil bursa dan mengelompokkan ide-ide tersebut ke dalam 3 bidang, yaitu bidang infrastruktur, kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal, serta pengembangan sumber daya manusia. Tahapan ini dilakukan oleh Pokja PPID pada TIK dengan difasilitasi oleh TAPM. Pengelompokan dilakukan melalui pemilahan ide inovasi mana saja yang memenuhi kriteria kategori inovatif.
2.
Lokasi yang belum tersedia Kartu inovasi desaku atau yang belum melakukan Bursa Inovasi Desa Pada lokasi ini, TPID terutama yang menangani bidang PPID dengan dibantu difasilitasi oleh PD, melakukan identifikasi ke desa-desa atas beberapa kegiatan di bidang infrastruktur, kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal, serta pengembangan sumber daya manusia, yang sudah dilakukan dan dinilai berpotensi sebagai kegiatan yang inovatif sesuai kriteria. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan kunjungan ke desa-desa dan melakukan pengamatan dan wawancara dengan pelaku-pelaku pembangunan desa dan pemberdayaan
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 157
PROGRAM INOVASI DESA
masyarakat. Kegiatan ini dilakukan setelah TPID mendapatkan pelatihan terlebih dahulu tentang PID dan memahami apa saja kriteria kegiatan yang dinilai sebagai kegiatan inovatif.
F.
Identifikasi Kebutuhan P2KTDP2KTD
TPID bidang P2KTDP2KTD melakukan proses identifikasi ke desa-desa tentang apa saja kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan melalui APB Desa yang memerlukan jasa layanan teknis di 3 bidang yaitu infrastruktur, kewirausahaan/pengembangan ekonomi lokal, dan pengembangan sumber daya manusia. Kegiatan-kegiatan yang membutuhkan P2KTDP2KTD adalah kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan oleh Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) maupun oleh tenaga Tenaga Pendamping Profesional karena membutuhkan keahlian khusus. Hasil identifikasi kebutuhan P2KTDP2KTD dikelompokkan sebagai berikut: Pelaksanaan identifkasi Kebutuhan P2KTDP2KTD secara lebih detail dapat dilihat pada BAB IV tentang Kegiatan P2KTDP2KTD.
G.
Verifikasi Inovasi oleh Pokja PPID - TIK
Pokja PPID-TIK, setelah mendapatkan hasil identifikasi kegiatan dari Kartu inovasi desaku atau TPID selanjutnya melakukan proses verifikasi apakah kegiatan-kegiatan tersebut masuk dalam kriteria inovatif atau tidak. Hasil verifikasi berupa rekomendasi kelayakan sebagai kegiatan inovatif yang bisa dilanjutkan proses berikutnya, yaitu capturing atau pendokumentasian kegiatan inovasi. Verifikasi merujuk pada kriteria kegiatan inovatif sebagaimana yang sudah disebutkan dalam Bab I Ketentuan Dasar. Rekomendasi kelayakan ini ditujukan kepada TPID.
H.
Verifikasi Kebutuhan P2KTDP2KTD oleh Pokja P2KTDP2KTD- TIK
Verifikasi kebutuhan P2KTDP2KTD dimaksudkan untuk menilai kelayakan terhadap usulan kegiatan yang diajukan oleh TPID terhadap desa-desa yang membutuhkan layanan P2KTDP2KTD. Verifikasi dilakukan oleh Pokja P2KTDP2KTD-TIK berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan layanan P2KTDP2KTD. Hasil verifikasi yang dilakukan disampaikan kepada TPID berupa daftar usulan kegiatan yang layak untuk mendapat dukungan layanan teknis serta P2KTDP2KTD yang sesuai dengan kebutuhan Desa.
I.
Perumusan dan Prioritas Kegiatan P2KTDP2KTD
Hasil verifikasi kebutuhan P2KTDP2KTD yang telah diterima TPID selanjutnya dirumuskan berdasarkan jenis kegiatan dan keahlian yang dapat diberikan oleh P2KTDP2KTD. Prioritas kegiatan yang akan mendapat layanan P2KTDP2KTD ditetapkan dalam rapat TPID sesuai dengan kriteria yang telah dirumuskan.
158| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
J.
Pendokumentasian Inovasi
TPID terutama bidang PPID, dengan didukung oleh PD dan PLD melakukan proses pendokumentasian kegiatan-kegiatan yang telah diverifikasi oleh TIK dan direkomendasikan sebagai kegiatan inovatif yang bisa dilakukan capturing. 1.
Proses “capturing” Hasil identifikasi dari masing-masing desa terutama yang masuk kriteria kegiatan inovatif dan direkomendasikan oleh TIK, selanjutnya didokumentasikan dalam bentuk media visual/ video, album photo, artikel/tulisan dan media cetak lainnya. TIK dan TPID akan diberi pelatihan terkait metode capturing terlebih dahulu sebelum proses capturing dilakukan.
2.
Penyusunan Dokumen Pembelajaran Hasil capturing yang sudah dilakukan, selanjutnya dilakukan proses analisa sesuai dengan kearifan lokal untuk disusun sebagai dokumen pembelajaran atas praktik cerdas di wilayah lokasi sasaran. Dokumen pembelajaran tersebut menjelaskan petunjuk dan proses langkah demi langkah terhadap praktik cerdas atau inovasi yang telah terjadi.
K.
Verifikasi Dokumen Pembelajaran dan Sistem Pengelolaan Pengetahuan
Pokja PPID-TIK selanjutnya melakukan proses verifikasi atas dokumen-dokumen pembelajaran yang sudah dibuat oleh TPID-TPID. Setelah verifikasi, dokumen-dokumen pembelajaran tersebut dimasukkan dalam wadah atau platform, kegiatan inovasi (sistem pengelolaan pengetahuan) berbasis web yang dapat diakses oleh seluruh desa secara luas. Platform kegiatan inovasi inilah yang selanjutnya disampaikan kepada kecamatankecamatan untuk dipilih sebagai bahan penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID).
L.
Bursa Inovasi Desa di Kabupaten/Kota
Sebelum penyelenggaraan BID di Kabupaten/Kota desa sudah menyiapkan data-data sebagai berikut: 1.
Bidang Sumber Daya Manusia: a.
Ibu Hamil dengan kondisi Kekurangan Energi Kronik (KEK), yaitu ibu hamil yang memiliki ukuran lingkar lengan atas (LILA) di bawah standar kesehatan ibu hamil;
b.
Bayi atau Balita yang jarang dibawa ke posyandu, yaitu bayi atau balita yang tidak pernah dibawa ke Posyandu berturut-turut dalam 3 bulan terakhir;
c.
Bayi atau Balita yang berat badanya masih di bawah garis merah (indikasi gizi buruk atau gizi kurang) pada Kartu Menuju Sehat (KMS);
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 159
PROGRAM INOVASI DESA
2.
3.
d.
Anak usia SD dan SMP yang tidak bersekolah, yaitu anak yang pada saat pendataan berusia minimum 8 tahun dan maksimal 14 tahun tidak bersekolah SD atau SMP, termasuk mereka yang masuk kategori berkebutuhan khusus;
e.
Anak usia SD atau SMP (8 s/d 14 tahun) yang putus sekolah, termasuk yang berkebutuhan khusus.
f.
Tingkat pendidikan pelaku pengembangan usaha ekonomi desa
g.
Anak usia 3 s/d 6 tahun yang tidak terdaftar di PAUD
h.
Jumlah pengangguran di Desa
i.
Tingkat urbanisasi masyarakat
Bidang Infrastruktur: a.
Akses masyarakat dalam mendapatkan listrik (prosentase masyarakat menggunakan listrik)
b.
Akses masyarakat dalam mendapatkan air bersih (prosentase masyarakat menggunakan air bersih)
c.
Akses masyarakat dalam sanitasi (prosentase penggunaan jamban atau MCK)
d.
Akses masyarakat dalam irigasi pertanian dan perikanan
e.
Akses masyarakat terhadap ruang public dan sarana olah raga
f.
Akses prasarana terhadap perekonomian desa
g.
Akses komunikasi dan informasi Desa
h.
Keberadaan perumahan yang tidak layak huni (Jumlah rumah tidak layak huni)
Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal a.
Data potensi unggulan Desa
b.
Data kegiatan BUMDesa
c.
Data kelompok usaha ekonomi masyarakat dan kewirausahaan
d.
Akses masyarakat ke lembaga keuangan
Alur pelaksanaan Bursa Inovasi Desa adalah sebagai berikut: a.
TPID menggelar rapat untuk persiapan penyelenggaraan b ursa inovasi desa;
b.
Dalam rapat persiapan ini, akan disiapkan dokumen pembelajaran kegiatan inovasi yang telah direkomendasikan oleh TIK. Dokumen pembelajaran ini dalam bentuk video dan atau tulisan atas kegiatan-kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan, di bidang pengembangan ekonomi lokal, sumberdaya manusia dan prasarana infrastruktur;
c.
Lokasi yang belum menyelenggarakan BID, dokumen pembelajaran yang digunakan sebagai rujukan adalah sebanyak 50 inovasi yang telah disiapkan dan diverifikasi sesuai kriteria inovatif.
160| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Penyelenggaraan BID dilakukan dengan tujuan utama adalah untuk: a.
Memberikan masukan/ide terhadap perencanaan pembangunan desa;
b.
Membagi kegiatan inovasi yang telah didokumentasikan dalam bentuk video maupun tulisan;
c.
Membangun komitmen desa untuk melakukan adaptasi inovasi;
d.
Membagi informasi direktori P2KTDP2KTD
Hasil dari BID adalah: Kartu Komitmen sebagai wujud keseriusan desa untuk melakukan replikasi dan Kartu inovasi desaku untuk menyampaikan bahwa di desadesa mereka juga terdapat kegiatan yang inovatif namun belum terdokumentasikan. TPID akan mendata daftar usulan dari Kartu Komitmen dan Kartu inovasi desaku untuk ditindaklanjuti. Lebih lanjut tentang BID dapat dilihat dalam Panduan Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa.
M.
Proses Capturing Kartu inovasi desaku Hasil Bursa Inovasi Desa
Dari Kartu inovasi desaku hasil BID selanjutnya dilakukan proses capturing atau pendokumentasian kegiatan inovasi mengikuti alur sebagaimana disampaikan di atas. Proses capturing menggunakan metode dan format yang akan dilatihkan kepada TIK dan TPID sebagaimana disebutkan di atas. Capturing dilakukan terhadap inovasi yang merupakan hasil rekapitulasi ide inovasi yang diusulkan Desa dalam Kartu inovasi desaku dari BID dan telah diverifikasi sebagai inovatif oleh TIK.
N.
Proses Replikasi Inovasi melalui Forum Desa
Dari Kartu komitmen yang sudah ditandatangani Kepala Desa selanjutnya difasilitasi kegiatan yang akan direplikasi untuk dimasukkan dalam APB Desa melalui forum Desa. Forum ini dilakukan melalui proses perencanaan desa secara reguler sebagai media untuk pengarusutamaan replikasi program-program inovasi dalam APB Desa. Pengarusutamaan dilakukan melalui proses pengelolaan inovasi dan peningkatan kapasitas pelaku masyarakat dan Desa dan diharapkan kegiatan replikasi dapat dilakukan pada tahun berikutnya. Contoh: Beberapa instrumen dasar untuk memfasilitasi pertukaran inovasi desa yang dapat dimodifikasi dan digunakan sesuai kebutuhan replikasi:
Kelompok Belajar
Pertemuan kelompok secara regular dan memiliki kesamaan minat untuk saling belajar satu dengan lain, misalkan sebulan sekali atau sesuai kesepakatan
Konferensi
Mengirim perwakilan desa/daerah untuk menghadiri pertemuan dimana sejumlah besar peserta datang bersama-sama untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka tentang topik/ tema
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 161
PROGRAM INOVASI DESA
khusus, terutama pengetahuan yang dimiliki desa/daerah atau yang mungkin dibutuhkan desa/ daerah. Kunjungan pakar
Mengirim atau mengundang praktisi atau pakar khusus dari sebuah desa/ kabupaten/ organisasi penyedia pengetahuan ke sebuah desa/ kabupaten/ organisasi yang membutuhkannya untuk menilai kondisi riil saat ini dan memberikan bimbingan dalam penyelesaian masalah atau tantangan yang dihadapi
Dialog Pengetahuan
Memfasilitasi perbincangan antara pihak yang memiliki pengetahuan dengan pihak yang membutuhkan (agen perubahan) guna menggali akar masalah dan membuka wawasan hingga menghasilkan sebuah tindakan atau hasil nyata
Studi tur
Kunjungan atau serangkaian kunjungan, baik oleh individu atau group, ke satu atau lebih desa/ kecamatan/ kabupaten atau tempattempat di kecamatan/ kabupaten yang sama, dengan tujuan untuk mempelajari dan mendalami hal/ bidang khusus secara langsung dari sumbernya, misalkan bagaimana satu hal dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil
Tandem
Menggandeng desa/ lembaga dengan potensi sama, namun lebih matang dan berpengalaman, untuk bermitra guna menghasilkan sesuatu yang menguntungkan kedua belah pihak
Workshop
Kegiatan terstruktur untuk mendorong peserta memecahkan sebuah isu atau permasalahan dengan cara b ekerjasama. Dapat dilakukan di tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi
O.
Pelaksanaan Kegiatan P2KTD
Setelah ada prioritas kegiatan pemberian Jasa layanan teknis, selanjutnya dilakukan proses pelaksanaan kegiatan P2KTD.
P.
Musyawarah Antar Desa (MAD)-2
TIPD menyampaikan laporan pertanggung jawaban dan penggunaan Dana Bantuan Pemerintah PPID melalui MAD II-2. Laporan pertanggungjawaban selanjutnya disampaikan kepada TIK yang ditembuskan kepada Satker Provinsi.
162| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Informasi 3.2.1
Fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) di Tingkat Kecamatan A.
Pendahuluan
Pada umumnya pengelolaan pengetahuan diarahkan untuk tujuan organisasional seperti peningkatan kinerja, memacu inovasi, mempertahankan atau mengembangkan keuntungan komparatif, serta berbagi informasi dan pengetahuan dalam organisasi. Intinya adalah bahwa jika pengetahuan orang-orang dalam organisasi, baik secara perseorangan maupun bersama-sama merupakan modal suatu organisasi, maka sebaiknya pengetahuan itu dikelola dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di sejumlah lokasi, banyak pengetahuan dan kegiatan inovatif yang telah dilakukan atas inisiatif masyarakat, Pemerintah Desa maupun Kabupaten dalam menjawab sebuah tantangan atau dalam menjalankan kegiatan pembangunan. Pertukaran pengetahuan dan pembelajaran antar-desa maupun dengan kabupaten pun telah terjadi. Inisiatif tersebut dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan mendapat dukungan dari berbagai program. Meski demikian, seiring berhentinya sebuah program, tidak sedikit inisiatif yang hilang. Untuk itu, perlu ada sistem pengelolaan inisiatif yang memiliki nilai-nilai inovasi. Selain untuk menjamin keberlanjutan inisiatif tersebut, pengelolaan yang baik dapat memungkinkan pihak lain mengakses informasi terkait inisiatif atau inovasi tersebut, menjadikan inspirasi atau bahkan rujukan bagi penyelesaian masalah mereka atau pengayaan kegiatan pembangunan yang lebih efektif dan inovatif.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 163
PROGRAM INOVASI DESA
B.
Pengertian
Pengelolaan pengetahuan adalah upaya yang sadar dan sengaja untuk mengelola informasi dan pengetahuan sebagai aset, menjaga keberlanjutan keberadaan pengetahuan itu dalam kehidupan masyarakat di Desa, termasuk didalamnya upaya mengembangkan dan menangkap (knowledge generation dan knowledge capture ) pengetahuan, pembelajaran dan pengalihan pengetahuan (knowledge transfer ), serta pemanfaatan pengetahuan itu. Upaya itu mencakup pula identifikasi tacit knowledge (pengetahuan tersirat), yang kerakali tidak diketahui si pembawa pengetahuan sendiri, untuk menjadikannya pengetahuan yang tersurat (explicit knowledge) agar dapat didokumentasikan dan diteruskan kepada pihak lainnya. Inovasi tidak sama dengan praktik cerdas ( best practice ). Inovasi disini merujuk pada cara atau pendekatan yang berbeda dari biasanya (apakah itu cara baru atau cara yang dikembangkan dari yang sudah ada sebelumnya) yang ditempuh oleh (kelompok) masyarakat atau instansi, dalam menjawab suatu masalah/tantangan yang dihadapi atau dalam mengerjakan sesuatu, aplikatif dan terbukti berhasil.
C.
Kriteria
Kriteria Inovasi adalah segala bentuk inisiatif atau “gebrakan” dari masyarakat, kelompok, satuan kerja, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan keberlanjutan pembangunan sebagai akibat dari intervensi Program Inovasi Desa maupun aktivitas lainnya. Kriteria yang ditetapkan sebagai berikut:
a.
Sangat Dibutuhkan (ada permintaan) di masyarakat
b.
Terdefinisi dengan baik
c.
Dapat direkam
d.
Dapat/layak untuk dibagikan
e.
Dapat diulang dan dikembangkan
f.
Relevan.
D.
Katagori
Kategori inovasi Desa sebagai berikut: a.
Kegiatan pembangunan di bidang pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan, pengembangan sumber daya Manusia, dan infrastruktur Desa yang memberi manfaat secara luas bagi masyarakat dan diketahui oleh masyarakat;
b.
Upaya yang berhasil mendorong terwujudnya kegiatan pembangunan berkualitas, serta mendorong partisipasi dan kegotongroyongan masyarakat dalam pembangunan;
164| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
c.
Kegiatan pengembangan sistem yang berdampak terhadap peningkatan ekonomi dan sosial budaya;
d.
Kegiatan pembangunan yang memiliki nilai keunikan karena mengadopsi unsur budaya/potensi lokal dan pemanfaatan yang lebih luas serta memiliki nilai keberlanjutan;
e.
Kegiatan yang mempunyai sifat kebaruan atau penggabungan unsur baru dengan yang sudah ada dan memberikan perubahan yang signifikan dari caracara sebelumnya dan memiliki nilai keberlanjutan;
f.
Kegiatan pembangunan yang dikembangkan dengan menyesuaikan terhadap kondisi geografis, keberadaan sumberdaya dan fasilitas yang tersedia.
E.
Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kecamatan
Model pengelolaan inovasi di tingkat Kecamatan merupakan serangkaian kegiatan pengelolaan inovasi mencakup diseminasi dan sosialisasi yang melibatkan pemangku kepentingan serta dilaksanakan di tingkat Kecamatan. Tujuan pengelolaan inovasi di Kecamatan, yaitu: a.
Melanjutkan dan mengembangkan upaya inovatif yang lahir dari masyarakat dalam mendorong kemandirian Desa melalui penggunaan Dana Desa secara efektif dan inovatif;
b.
Mendokumentasikan praktik cerdas yang memiliki muatan inovasi dari setiap desa yang akan menjadi aset Kecamatan;
c.
Menyediakan media pembelajaran atau forum pertukaran inovasi di tingkat kecamatan untuk kemajuan bersama.
Dalam mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa PID), akan dilakukan pembentukan Tim Inovasi Kecamatan yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Camat dengan melibatkan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan dibantu Pendamping Desa. Secara umum, langkah-langkah yang ditempuh dalam mengelola inovasi di tingkat Kecamatan, sebagai berikut: (1)
Pengidentifikasian dan pemilihan inisiatif yang bermuatan inovasi dari desa-desa;
(2)
Pendokumentasian secara sederhana dari inisiatif atau kegiatan-kegiatan inovatif di desa-desa, dalam berbagai bentuk yang memungkinkan. Bisa dalam bentuk tulisan, gambar, video, maupun audio;
(3)
Pengemasan inovasi sesuai tema menjadi materi sosialisasi dan komunikasi sederhana;
(4)
Penyimpanan dokumen pembelajaran dalam tempat/ruangan tertentu;
(5)
Penyebaran dokumen pembelajaran ke desa melalui berbagai saluran komunikasi (Lihat Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi) dan/atau melalui forum pertemuan masyarakat antar-desa
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 165
PROGRAM INOVASI DESA
(6)
Penentuan minimal satu inovasi per kecamatan untuk diajukan, diverivikasi dan dikelola oleh Tim Inovasi Kabupaten/Kota.
1.
Bursa Inovasi Desa di Kabupaten/Kota
Sebelum penyelenggaraan BID di Kabupaten/Kota, desa sudah menyiapkan data-data sebagai berikut:
Bidang Sumber Daya Manusia: (1)
Ibu Hamil dengan kondisi Kekurangan Energi Kronik (KEK), yaitu ibu hamil yang memiliki ukuran lingkar lengan atas (LILA) di bawah standar kesehatan ibu hamil;
(2)
Bayi atau Balita yang jarang dibawa ke posyandu, yaitu bayi atau balita yang tidak pernah dibawa ke Posyandu berturut-turut dalam 3 bulan terakhir;
(3)
Bayi atau Balita yang berat badanya masih di bawah garis merah (indikasi gizi buruk atau gizi kurang) pada Kartu Menuju Sehat (KMS);
(4)
Anak usia SD dan SMP yang tidak bersekolah, yaitu anak yang pada saat pendataan berusia minimum 8 tahun dan maksimal 14 tahun tidak bersekolah SD atau SMP, termasuk mereka yang masuk kategori berkebutuhan khusus;
(5)
Anak usia SD atau SMP (8 s/d 14 tahun) yang putus sekolah, termasuk yang berkebutuhan khusus.
(6)
Tingkat pendidikan pelaku pengembangan usaha ekonomi desa
(7)
Anak usia 3 s/d 6 tahun yang tidak terdaftar di PAUD
(8)
Jumlah pengangguran di Desa
(9)
Tingkat urbanisasi masyarakat
Bidang Infrastruktur (1)
Akses masyarakat dalam mendapatkan listrik (prosentase masyarakat menggunakan listrik)
(2)
Akses masyarakat dalam mendapatkan air bersih (prosentase masyarakat menggunakan air bersih)
(3)
Akses masyarakat dalam sanitasi (prosentase penggunaan jamban atau MCK)
(4)
Akses masyarakat dalam irigasi pertanian dan perikanan
(5)
Akses masyarakat terhadap ruang public dan sarana olah raga
(6)
Akses prasarana terhadap perekonomian desa
(7)
Akses komunikasi dan informasi Desa
(8)
Keberadaan perumahan yang tidak layak huni (Jumlah rumah tidak layak huni)
166| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (1)
Data potensi unggulan Desa
(2)
Data kegiatan BUMDesa
(3)
Data kelompok usaha ekonomi masyarakat dan kewirausahaan
(4)
Akses masyarakat ke lembaga keuangan Alur pelaksanaan Bursa Inovasi Desa adalah sebagai berikut:
(1)
TPID menggelar rapat untuk persiapan penyelenggaraan bursa inovasi desa;
(2)
Dalam rapat persiapan ini, akan disiapkan dokumen pembelajaran kegiatan inovasi yang telah direkomendasikan oleh TIK. Dokumen pembelajaran ini dalam bentuk video dan atau tulisan atas kegiatan-kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan, di bidang pengembangan ekonomi lokal, sumberdaya manusia dan prasarana infrastruktur;
(3)
Lokasi yang belum menyelenggarakan BID, dokumen pembelajaran yang digunakan sebagai rujukan adalah sebanyak 50 inovasi yang telah disiapkan dan diverifikasi sesuai kriteria inovatif.
Penyelenggaraan BID dilakukan dengan tujuan utama adalah untuk: (1)
Memberikan masukan/ide terhadap perencanaan pembangunan desa;
(2)
Membagi kegiatan inovasi yang telah didokumentasikan dalam bentuk video maupun tulisan;
(3)
Membangun komitmen desa untuk melakukan adaptasi inovasi;
(4)
Membagi informasi direktori P2KTD
Hasil dari BID adalah: Kartu Komitmen sebagai wujud keseriusan desa untuk melakukan replikasi dan Kartu inovasi desaku untuk menyampaikan bahwa di desadesa mereka juga terdapat kegiatan yang inovatif namun belum terdokumentasikan. TPID akan mendata daftar usulan dari Kartu Komitmen dan Kartu inovasi desaku untuk ditindaklanjuti. Lebih lanjut tentang BID dapat dilihat dalam Panduan Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa.
2.
Proses Menangkap Inovasi (Capturing) Kartu inovasi desaku Hasil Bursa Inovasi Desa
Dari Kartu inovasi desaku hasil BID selanjutnya dilakukan proses capturing atau pendokumentasian kegiatan inovasi mengikuti alur sebagaimana disampaikan di atas. Proses capturing menggunakan metode dan format yang akan dilatihkan kepada TIK dan TPID sebagaimana disebutkan di atas. Capturing dilakukan terhadap inovasi yang merupakan hasil rekapitulasi ide inovasi yang diusulkan Desa dalam Kartu inovasi desaku dari BID dan telah diverifikasi sebagai inovatif oleh TIK.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 167
PROGRAM INOVASI DESA
3.
Proses Replikasi Inovasi melalui Forum Desa
Dari Kartu komitmen yang sudah ditandatangani Kepala Desa selanjutnya difasilitasi kegiatan yang akan direplikasi untuk dimasukkan dalam APBDes melalui forum Desa. Forum ini dilakukan melalui proses perencanaan desa secara reguler sebagai media untuk pengarusutamaan replikasi program-program inovasi dalam APBDes. Pengarusutamaan dilakukan melalui proses pengelolaan inovasi dan peningkatan kapasitas pelaku masyarakat dan Desa dan diharapkan kegiatan replikasi dapat dilakukan pada tahun berikutnya.
F.
Instrumen Kegiatan Belajar
Berikut ini ditampilkan beberapa instrumen dasar kegiatan peningkatan kapasitas Desa yang dapat dimodifikasi dan digunakan sesuai kebutuhan dalam memfasilitasi mereplikasi inovasi. Kelompok Belajar Konferensi
Kunjungan pakar
Bincang Pengetahuan
Study tour
Tandem
Pertemuan kelompok secara regular dan memiliki kesamaan minat untuk saling belajar satu dengan lain, misalkan sebulan sekali atau sesuai kesepakatan Mengirim perwakilan desa/ daerah untuk menghadiri pertemuan dimana sejumlah besar peserta datang bersama-sama untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka tentang topik/ tema khusus, terutama pengetahuan yang dimiliki desa/ daerah atau yang mungkin dibutuhkan desa/ daerah. Mengirim atau mengundang praktisi atau pakar khusus dari sebuah desa/ kabupaten/ organisasi penyedia pengetahuan ke sebuah desa/ kabupaten/ organisasi yang membutuhkannya untuk menilai kondisi riil saat ini dan memberikan bimbingan dalam penyelesaian masalah atau tantangan yang dihadapi Memfasilitasi perbincangan antara pihak yang memiliki pengetahuan dengan pihak yang membutuhkan (agen perubahan) guna menggali akar masalah dan membuka wawasan hingga menghasilkan sebuah tindakan atau hasil nyata Kunjungan atau serangkaian kunjungan, baik oleh individu atau group, ke satu atau lebih desa/ kecamatan/ kabupaten atau tempat-tempat di kecamatan/ kabupaten yang sama, dengan tujuan untuk mempelajari dan mendalami hal/ bidang khusus secara langsung dari sumbernya, misalkan bagaimana satu hal dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil Menggandeng desa/ lembaga dengan potensi sama, namun lebih matang dan berpengalaman, untuk bermitra guna menghasilkan sesuatu yang menguntungkan kedua belah pihak
168| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Workshop
G.
Kegiatan terstruktur untuk mendorong peserta memecahkan sebuah isu atau permasalahan dengan cara bekerjasama. Dapat dilakukan di tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi
Media
Berikut ini diberikan beberapa contoh media yang data digunakan sebagai sarana sosialisasi, promosi, publikasi dan pelatihan di Desa yang dapat digunakan sesuai kebutuhan dalam memfasilitasi kegiatan inovasi Desa. 1) Baliho/backwall 2) Backdrop 3) Spanduk 4) Banner 5) Brosur/flier 6) Poster 7) Press release 8) Infokit
9) 10) 11) 12) 13) 14) 15)
Buletin Website Cerita bergambar Infografik Videografik/animasi/dokumenter Buku Pembelajaran Dll
Kegiatan sosialisasi, promosi atau publikasi yang dapat dilakukan diantaranya: (1)
Penyebaran informasi dan materi/dokumen inovasi melalui berbagai saluran komunikasi, sosialisasi/promosi/publikasi antar-desa dan kabupaten, baik yang dimiliki sendiri maupun dimiliki pihak lain melalui jalinan kerjasama (Lihat Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi;
(2)
Pembuatan dan mengiriman press release kegiatan ke media massa;
(3)
Penyelenggaraan jumpa pers terkait kegiatan tertentu;
(4)
Pemasangan baliho, spanduk, banner, poster, umbul-umbul kegiatan;
(5)
Pendistribusian soft copy dan hardcopy dokumentasi inovasi ke berbagai pihak;
(6)
Kontribusi konten atau pengisian acara di media massa lokasl: talkshow, running text, dll;
(7)
Kerjasama peliputan kegiatan dengan media local;
(8)
Penayangan dokumen inovasi pada website dan media tayang l ain;
(9)
Kerjasama sosialisasi, promosi, publikasi dengan berbagai instansi;
(10) Media field visit –mengundang media atau pihak tertentu ke salah satu desa innovator, dan lain-lain.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 169
PROGRAM INOVASI DESA
170| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Informasi 3.4.1
Beberapa Istilah dan Terminologi yang Digunakan dalam Menangkap Pengetahuan dan Inovasi
1.
Menangkap (Pengetahuan)/ Knowledge Capturing menjelaskan sebuah proses untuk mengubah pengetahuan yang berada di benak individu (tacit) menjadi penjabaran yang eksplisit, misalnya dalam bentuk dokumen, buku, publikasi, rekaman video, yang dapat dibuat tersedia untuk suatu lembaga.
2.
Tim penangkap pengetahuan/ Capturing team adalah tim yang terlatih dalam metodologi dan pendekatan agar dapat secara sistematis dan seragam mendokumentasikan pembelajaran dari pengalaman operasional yang belum secara eksplisit direkam atau sulit direkam. Tim penangkapan pengetahuan mendokumen-tasikan kejadian atau aktivitas dalam organisasi, lingkunga, atau di sektor tertentu secara berkelanjutan untuk mengambil pandangan dan manfaat penting sehingga potensinya dapat direplikasi di tempat lain. Anggota tim penangkapan pengetahuan memiliki kapasitas jurnalistik dasar untuk mampu dengan cepat membangun pemahaman akan tantangan khusus yang dihadapi pemilik pengalaman dan langkah solusi yang didokumentasikan olehnya. Mereka dapat menggunakan beragam aktivitas penangkapan di mana wawancara dan focus group adalah yang paling sering digunakan. Tabel berikut merangkum berbagai aktivitas penangkapan.
•
Aktivitas Penangkapan Inovasi (Capturing) individu Wawancara
•
Aktivitas Penangkapan Inovasi (Capturing) Kolaboratif Focus group
•
Bercerita (Storytelling)
•
Evaluasi pasca-tindakan
•
Panduan tata cara
tugas
•
Wiki
•
Observasi
•
Frequently Asked Questions (FAQs)
•
Blog
•
•
Laporan kantor setelah kembali dari
Ruang kerja berkolaborasi (Collaborative workspaces )
•
Webinar
•
Forum
•
Komunitas para Praktisi ( Community of Practice (CoP))
•
Silakan bertanya ( Ask-me-anything)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 171
PROGRAM INOVASI DESA
3.
Deskriptor/ Descriptors adalah istilah yang digunakan sebagai kata kunci untuk mengambil dokumen dalam sistem informasi, misalnya katalog atau search engine. Descriptor dapat berupa kata, frase atau bentuk alfanumerik. Descriptor kunci dapat ditemukan pada akhir template dalam dokumen ini.
4.
Perpustakaan Pengetahuan Digital/ Digital Knowledge Library (lihat Penyimpanan Pengetahuan/ Knowledge repository ).
5.
Ahli/ Expert adalah seseorang yang memiliki pengalaman panjang atau intens dalam bidang tertentu. Riwayat akademis bukanlah keharusan. Ini sedikit berbeda dari pandangan umum bahwa hanya seseorang yang memiliki tingkat pelatihan atau latar belakang akademis tertentu yang bisa memiliki keahlian pada subyekt tertentu. Idenya adalah bahwa setiap orang adalah ahli untuk suatu bidang, semata-mata karena fakta bahwa mereka memiliki pengalaman berharga dalam situasi tertentu yang mungkin relevan bagi orang lain yang menghadapi situasi tertentu.
6.
Pengetahuan berbasis pengalaman atau implisit/ Experiential or Tacit knowledge (kebalikan dari pengetahuan terkodifikasi atau eksplisit) adalah suatu pengetahuan yang sulit ditransfer pada orang lain dengan ditulis atau diceritakan. Contohnya, menyebutkan pada seseorang bahwa Jakarta ada di Indonesia adalah sebuah pengetahuan eksplisit yang bisa dituliskan, dikirimkan, dan dimengerti oleh penerimanya. Namun, kemampuan melintasi lalu-lintas Jakarta membutuhkan berbagai pengetahuan yang tidak selalu eksplisit, walaupun bagi praktisi ahli, dan sulit atau mustahil untuk ditransfer pada orang lain.
7.
Pengetahuan eksplisit/ Explicit knowledge adalah pengetahuan yang bisa diartikulasikan, dikodifikasikan, dan disimpan dalam media tertentu. Informasi ini dapat dengan mudah dikirimkan pada orang lain. Informasi yang ada di dalam eksiklopedia atau buku teks adalah contoh bagus dari suatu pengetahuan eksplisit. Bentuk pengetahuan eksplisit yang paling lazim adalah manual, dokumen, prosedur, studi kasus, dan video how-to. Pengetahuan juga bisa berbentuk audio-visual.
8.
Formatting adalah mengubah sebuah content yang ditangkap menjadi format standar yang mudah dibagi (sharable ), mudah dicari (searchable), dan mudah disajikan ( presentable). Dua tugas fundamental yang merupakan bagian dari proses formatting: (i) mengorganisasikan bahan dan berbagai komponen yang merupakan bagian dari aset, dan (ii) menambah informasi kualifikasi agar aset pengetahuan menjadi mudah dicari. Bagian pertama memastikan aset pengetahuan tampil konsisten dan ramah-pengguna. Aset pengetahuan mengikuti sebuah urutan logis atau alur cerita yang kohesif. Aset pengetahuan juga harus menegaskan pesan kunci yang ingin disampaikan penulis. Bila aset terdiri atas beberapa bagian, misalnya materi tertulis, rekaman video dan gambar, semuanya harus dijalin dengan metode yang logis sehingga mudah diakses. Bagian terakhir ini sangat penting agar aset bisa ditemukan oleh sesama rekan kerja dan pengguna lainnya.
172| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
9.
Identifikasi adalah langkah pertama, dan mungkin paling penting, tapi juga paling sulit dalam metodologi penangkapan pengetahuan. Dalam langkah ini kita mengidentifikasi apa yang layak ditangkap, berdasarkan pada daftar kriteria (lihat “1.1 Identifikasi Pengetahuan: Checklist” dalam dokumen ini). Tantangan terbesar adalah memformulasikan berbagai pertanyaan yang berbeda yang merangkum tantangan tertentu yang dihadapi satu kelompok pemangku kepentingan tertentu.
10.
Sebuah aset pengetahuan (knowledge asset ) adalah sebuah dokumen digital unik atau koleksi media yang memuat pengetahuan yang terkait dengan pertanyaan atau tantangan tertentu. Aset pengetahuan umumnya pendek, memiliki target tertentu dan berorientasi pada pembelajar (learner oriented ). Aset pengetahuan menyajikan pembelajaran tertentu dari pengalaman operasional dan memberikan dukungan bagi pengambilan-keputusan pada satu tantangan tertentu. Aset pengetahuan menyajikan alur cerita yang konklusif dan informasi tentang (i) konteks dan tantangan, (ii) tindakan yang diambil untuk menangani tantangan, (iii) hasil yang dicapai melalui aksi tersebut, (iv) pembelajaran dari pengalaman, dan (v) rekomendasi yang bisa dialihkan untuk replikasi pembelajaran yang ada pada konteks lain. Aset pengetahuan ditangkap menggunakan template yang terstandarisasi. Aset ini divalidasi dan diformat sehingga memuat data kualifikasi sehingga bisa dengan mudah dicari dan ditemukan dalam penyimpanan pengetahuan yang besar.
11.
Pertukaran pengetahuan/ Knowledge exchange memungkinkan pengetahuan dibagi atau ditransfer antara berbagai orang dan organisasi. Seperti halnya manajemen pengetahuan, pertukaran pengetahuan bertujuan untuk mengorganisasikan, membuat, menangkap, dan mendistribusikan pengetahuan dan memastikan ketersediaannya bagi pengguna di masa depan. Pertukaran pengetahuan bisa dilakukan secara satu-arah di mana satu orang atau kelompok berbagi dengan pihak lain yang ingin belajar. Namun demikian, lazimnya pertukaran pengetahuan adalah proses saling berbagi dua-arah di mana kedua belah pihak saling belajar. Pertukaran pengetahuan adalah sesuatu yang lebih dari sekedar komunikasi seperti memorandum, email, atau rapat. Pertukaran pengetahuan lebih kompleks lagi, karena pengetahuan dimiliki anggota organisasi, perangkat, tugas, dan jejaring mereka dan banyak pengetahuan organisasi berbentuk implisit atau sulit diartikulasikan. Satu bentuk pertukaran pengetahuan adalah pertukaran pengetahuan Selatan-Selatan yang merupakan pertukaran pengetahuan antara rekanan dan kolega di berbagai negara berkembang dan emerging economies.
12.
Manajemen pengetahuan/ Knowledge management (KM) adalah proses menangkap, mengembangkan, membagi, dan menggunakan pengetahuan organisasi secara efektif. Istilah ini merujuk pada pendekatan multi-disiplin untuk mencapai tujuan organisasi dengan memanfaatkan pengetahuan dengan sebaik-baiknya. Upaya manajemen pengetahuan biasanya terfokus pada tujuan organisasi seperti peningkatan kinerja, keuggulan kompetitif, inovasi, berbagi pembelajaran, integrasi, dan peningkatan berkelanjutan dari organisasi. Upaya KM tumpang tindih dengan pembelajaran berbasis lembaga ( organizational learning) dan bisa
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 173
PROGRAM INOVASI DESA
dibedakan dari fokus utamanya pada manajemen pengetahuan sebagai aset strategis dan fokus pada mendorong upaya berbagi pengetahuan. KM merupakan faktor yang memungkinkan bagi terjadinya organizational learning. 13.
repository Penyimpanan pengetahuan/ Knowledge adalah sistem penyimpanan data yang dapat terdiri dari berbagai teknologi penyimpanan yang terhubung. Sistem ini memungkinkan manajemen dan pemberian akses terpusat pada aset pengetahuan dan mendukung manajemen sumberdaya untuk menambah, menjaga, meng-update , mendaur ulang, dan menghentikan aset pengetahuan. Penyimpanan pengetahuan juga sering disebut sebagai manajemen pengetahuan atau platform sumberdaya pengetahuan.
14.
Berbagi pengetahuan/ Knowledge sharing (KS) adalah aktivitas di mana pengetahuan (yaitu informasi, keterampilan, keahlian) dipertukarkan antara berbagai orang, teman, keluarga, komunitas, atau organisasi.
15.
Pengemasan/ Packaging adalah mentransformasikan aset pengetahuan menjadi pengetahuan dan produk pembelajaran seperti publikasi, presentasi, dokumen riset, kursus pelatihan dsb. Packaging tidak menjadi bagian pelatihan ini, karena akan menjadi subyek dalam pelatihan tersendiri.
16.
Validasi adalah proses di mana pengetahuan dipastikan dapat diterima, benar, dan/atau efektif. Pengetahuan berbasis pengalaman didasarkan pada ingatan seseorang atas suatu kejadian yang telah terjadi dan pengalaman pribadi terkait kejadian tersebut. Persepsi dari pengalaman pribadi, tentunya, adalah subyektif dan dipengaruhi berbagai asumsi. Seorang pejabat pemerintah yang mengatur penutupan jalan untuk peningkatan infrastruktur transportasi di Lagos akan memiliki pandangan yang berbeda akan tantangannya dibandingkan dengan seorang komuter yang harus menggunakan jalan tiap hari dan terlambat tiba di kantor akibat penutupan jalan tersebut. Dalam menangkap pengetahuan berbasis pengalaman, amat penting untuk memastikan bahwa semua sisi terdokumentasi. Dengan memperoleh masukan dari berbagai peserta dari suatu pengalaman akan membawa pada aset pengetahuan yang lebih netral dan komprehensif, karena pandangan yang berbeda, bahkan bertentangan, akan disajikan. Sebelum penyebaran atau pembagian pengalaman hasil tangkapan ini, ada baiknya dilakukan validasi terlebih dahulu oleh satu atau lebih ahli untuk memastikan aset yang ditangkap sudah lengkap, relevan, dan akurat. Validasi adalah juga bentuk dari quality control yang substantif. Hanya aset pengetahuan yang berkualitas tinggi yang bisa masuk dalam sistem manajemen pengetahuan sebuah organisasi.
17.
Proses validasi: Validasi dapat terjadi dalam berbagai cara, dari proses kajian formal yang paling ketat dengan satu atau lebih tahap persetujuan hingga feedback informal dari seorang rekan. Bergantung pada budaya organisasi dan kebijakan komunikasi dan manajemen pengetahuannya, sebuah proses validasi yang layak harus dibuat sejak awal.
18.
Metodologi validasi: Walaupun ada berbagai cara validasi, empat yang paling lazing untuk aset pengetahuan adalah (i) menguji pada setting sungguhan, (ii) mengadakan sebuah ruang untuk peninjauan (review space), (iii) memeriksa
174| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
berdasarkan kriteria validasi, dan (iv) melakukan verifikasi pada ahli atau penulis awal untuk memastikan bahwa aset pengetahuan sudah dijabarkan d engan tepat. 19.
Kriteria validasi: Mungkin pertanyaan yang paling kritis dalam proses validasi adalah tentang kriteria yang digunakan untuk memvalidasi isi. Organisasi perlu hati-hati dalam menentukan dan mempertajam kriteria validasi dan bobot kepentingan masing-masing kriteria. Beberapa kriteria umum yang digunakan pada evaluasi obyek pengetahuan disajikan dalam daftar di bagian “3. Validasi” dalam dokumen ini.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 175
PROGRAM INOVASI DESA
176| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Informasi 4.3.1
Metode Menangkap Inovasi (Capturing) dalam Program Inovasi Desa (PID) A.
Pendahuluan
Pengetahuan eksperiensial dan pembelajaran bisa ditangkap dengan berbagai metode. Memilih metode akan bergantung pada kebijakan organisasi, ketersediaan anggaran dan alat pendukung, selera individu, dan keterampilan penangkap pengetahuan. Dua jenis kegiatan untuk menangkap pengalaman operasional dan pembelajaran: yang dilakukan oleh individu dan yang dilakukan berkelompok. Kegiatan menangkap inovasi (capturing) dapat dilakukan secara langsung, namun bisa juga dilakukan secara online. Beberapa kegiatan menangkap inovasi (capturing ), seperti ruang kerja bersama dan wiki, menggabungkan penangkapan dengan berbagi pengetahuan, sehingga pengetahuan didokumentasikan dan dibagikan pada waktu yang sama. Disamping itu, kegiatan tersbeut menuntut kemampuan atau keterampilan khusus serta persiapan yang cukup matang untuk memperoleh hasil yang baik. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menagkap inovasi (capturing) diantaranya: (1) Wawancara; (2) Bercerita; (3) Observasi; (4) Blog; (5) Kajian pascapelaksanaan; (6) FGD/Kelompok diskusi terfokus; (7) Wiki; (8) Ruang Kerja Bersama; (8) Webinar; (9) Forum online; dan (10) Komunitas praktisi
B.
Wawancara
Cara tercepat untuk mencari tahu pengetahuan seseorang adalah dengan bertanya langsung kepadanya. Wawancara adalah metode yang paling sering digunakan untuk menggali pengetahuan. Pewawancara mengajukan pertanyaan untuk menemukan fakta dan opini yang terkait dengan pengalaman. Wawancara empat-mata yang terstruktur dan terencana akan membantu memberikan informasi seputar observasi, pengetahuan tentang latar belakang, sikap, dan kepercayaan seputar pengalaman tertentu. Untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya, pewawancara perlu melakukan persiapan total, idealnya menyusun daftar pertanyaan secara cermat berdasarkan urutan tertentu, terutama jika ada lebih dari satu orang yang akan diwawancarai secara berurutan tentang kejadian yang sama. Daftar pertanyaan menjamin setiap peserta mendapatkan pertanyaan yang sama dengan cara yang kurang lebih sama sehingga mengurangi bias.
Wawancara juga bisa dilakukan secara tertulis di kertas, dengan perekam suara, atau dengan kamera video. Wawancara lazimnya dilakukan tatap muka, meskipun wawancara melalui telepon atau konferensi video juga bisa dilakukan di era digital ini, terutama bila narasumber dan pewawancara tidak bisa melakukan pertemuan atau sebagai tindak lanjut atas wawancara yang telah dilakukan.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 177
PROGRAM INOVASI DESA
1.
Tahapan Wawancara
Wawancara terdiri atas empat tahap: pengaturan, persiapan, wawancara, dan rekonstruksi. (1)
Pengaturan
Proses wawancara yang mulus mensyaratkan pengaturan logistik dan komunikasi yang cukup canggih. (1)
Buat perjanjian dengan target yang akan diwawancara dan jelaskan tujuannya.
(2)
Jika ada beberapa orang yang harus diwawancarai, wawancarai sang pelaku utama terakhir kali.
(3)
Susun jadwal wawancara dan pesan tempat yang tenang dengan gangguan minimal.
(4)
Kirim undangan dengan perincian wawancara (tempat, waktu, topik, durasi, dan lain-lain).
(5)
Telepon responden sehari sebelum wawancara untuk mengingatkan dan mengkonfirmasi-kan janji.
(2)
Persiapan
Cara memandu wawancara dan mengajukan pertanyaan berdampak besar bagi kualitas informasi yang akan diperoleh. Berikut beberapa kiat yang dapat disiasati: •
Awali persiapan sebaik-baiknya sebelum hari wawancara.
•
Tentukan hal yang Anda ingin dapatkan dari wawancara.
•
Tentukan target terwawancara Anda dan pertimbangkan matang-matang alasan memilihnya.
•
Tentukan jenis wawancaranya (survei, mendalam, terpandu, atau percakapan).
•
Pelajari peristiwa, fakta, atau pengalaman sebisa mungkin sebelum wawancara.
•
Susun pengantar yang tepat untuk disampaikan ketika wawancara dimulai.
•
•
•
•
Susun daftar topik yang merinci topik sekaligus pertanyaan spesifik yang ingin Anda ajukan sepanjang wawancara. Topik-topik ini bisa berkaitan dengan perilaku, opini atau nilai, perasaan, pengetahuan, indera (semua yang dilihat, didengar, diamati, dan lain-lain), latar belakang baku atau pertanyaan demografis.
Dalam menjaga spontanitas, pewawancara jangan membocorkan pertanyaan kepada terwawancara sebelum wawancara dimulai. Pastikan semua persoalan yang ingin digali informasinya telah tercakup. Gunakan pertanyaan 5W-1H (apa, mengapa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana) sebagai panduan ketika membuat daftar pertanyaan dan sepanjang jalannya wawancara.
178| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
•
•
Uji pertanyaan wawancara untuk mengetahui terpenuhi/tidaknya tujuan yang telah ditetapkan. Akhiri desain wawancara dengan pertanyaan atau komentar pamungkas, tindak lanjut, dan lain-lain.
•
Pilih teknologi penangkapan yang tepat (tulisan, lisan, audio, atau rekaman video).
•
Jika menggunakan peralatan rekam, setel, dan ujilah terlebih dahulu.
(3)
Pelaksanaan Wawancara
Inti dari wawancara yang baik adalah membuat lawan bicara Anda merasa nyaman terlebih dahulu, barulah kemudian mengajaknya terlibat aktif dan larut dalam percakapan. •
•
•
•
•
•
•
Sambut responden dengan hangat, perkenalkan diri Anda, dan awali percakapan santai untuk membangun suasana yang enak. Buat responden merasa nyaman. -
Jelaskan langkah-langkah sepanjang proses wawancara:
-
Surat sepakat (informed consent )
-
Sesi wawancara
-
Menjawab pertanyaan mereka
-
Insentif atau imbalan atas sesi wawancara
-
Penjelasan tentang cara Anda menggunakan hasil-hasil wawancara.
Idealnya, dapatkan surat sepakat secara lisan untuk saat ini dengan perekam yang sudah dinyalakan, atau secara tertulis Sampaikan panjang dan tingkat perincian jawaban yang diharapkan. Jika menggunakan perekam, minta terwawancara untuk menyampaikan inti jawabannya pada menit-menit awal, diikuti dengan penjabaran lebih lanjut bilamana perlu. Awali dengan membahas semua pertanyaan atau topik dan jangan ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaan susulan atau pertanyaan yang muncul atas jawaban yang diberikan demi mendapat pencerahan lebih dalam seputar topik, kasus, atau pengalaman. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pendek tetapi relevan. Beri waktu terwawancara untuk berpikir dan menjawab. Biarkan terwawancara menjelaskan peristiwa yang terjadi dengan kata-katanya sendiri. Jadilah pendengar yang baik. Jaga kontak mata dan amati bahasa tubuh. Amati dan catat perilaku responden Anda berikut sisi kontekstual wawancara, dan tetap buat notula meskipun Anda menggunakan peralatan audiovisual. Anda hanya perlu mencatat kata-kata atau poin kunci dan menjabarkannya setelah wawancara usai.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 179
PROGRAM INOVASI DESA
•
Campur pertanyaan "berat" dengan pertanyaan "ringan", dan campur juga pertanyaan berdasarkan fakta dengan pertanyaan berdasarkan skenario.
•
Usahakan tetap netral.
•
Pikirkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan.
•
Gunakan struktur wawancara yang sudah Anda susun (5W-1H) dan ajukan perincian pertanyaannya: seberapa lama, seberapa banyak, untuk apa, dengan siapa, dan lain-lain.
•
Gali pelajaran-pelajaran pribadi yang diambil oleh terwawancara.
•
Beri kesempatan terwawancara untuk mengajukan pertanyaan.
•
Ucapkan terima kasih kepada responden Anda.
•
•
(4)
Catat semua materi tambahan yang perlu Anda himpun, dengan mempertimbang-kan jawaban responden (gambar, foto, statistika, data, informasi dari pakar lain, dan lain-lain). Kembangkan catatan Anda segera setelah masing-masing wawancara (sebaiknya dalam waktu 24 jam).
Rekonstruksi
Setelah wawancara, tuangkan informasinya ke dalam format tertentu --mungkin berupa dokumen atau presentasi yang menggambarkan pemahaman dari wawancara--yang nantinya dapat Anda bagikan dan gunakan dalam proses memformat. •
•
•
•
2.
Segera setelah wawancara, baca ulang catatan Anda sepanjang wawancara dan rangkum pikiran serta pertimbangan Anda, meskipun Anda juga menggunakan perekam. Jika tidak, ingatan Anda akan hilang, bahkan selang satu hari sekalipun, dan beberapa catatan penting bisa saja kehilangan maknanya. Buat transkrip wawancara. Buat laporan wawancara. Jika Anda melakukan beberapa wawancara (yang memang dianjurkan), Anda dapat menggunakan laporan wawancara pertama ini sebagai sarana pembanding dan pembeda hasil-hasil Anda. Rangkum temuan dalam bentuk poin-poin kunci dan gunakan kutipan untuk menggambarkan dan mendukung temuan Anda.
Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan terbesar wawancara terletak pada dalamnya rincian yang bisa diperoleh. Terwawancara dapat menghadirkan gambaran peristiwa secara hidup sehingga memberikan pandangan pertama peristiwanya kepada pewawancara. Pewawancara dapat menyesuaikan pertanyaan dengan responden agar bisa memancing contoh atau penjelasan yang lebih banyak lagi. Wawancara dapat membantu menangkap latar belakang, akar permasalahan, dan aneka faktor yang mempengaruhi, di samping
180| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
menjelaskan hal yang terjadi dalam peristiwa tertentu. Wawancara juga dapat memberikan pemahaman tentang interpretasi, persepsi, pikiran, dan perasaan responden, yang bisa saja terungkap lewat isyarat-isyarat sosial semisal intonasi dan bahasa tubuh. Kelemahan wawancara diantaranya pada saat merekrut orang dan membuat perjanjian untuk wawancara bisa jadi terasa berat. Dibutuhkan tempat dan waktu yang sesuai dan mungkin juga harus mengatur banyak jadwal. Pewawancara bisa saja lupa mengajukan pertanyaan pokok, atau jawaban mungkin memicu pertanyaan-pertanyaan baru nantinya. Namun sekali wawancaranya sudah selesai, tentunya sulit untuk menindaklanjuti topik yang tertinggal. Kadang-kadang segunung informasi berhasil dikumpulkan, yang ujung-ujungnya membuat pengolahan data sangat menyita waktu.
3.
Situasi khusus: Wawancara akhir tugas
Ketika karyawan meninggalkan organisasi, manajer mengadakan wawancara ketika karyawan keluar agar terbantu dalam menilai hal-hal yang membutuhkan peningkatan atau perubahan, mengurangi hilangnya pengetahuan akibat kepergian karyawan, dan membantu para karyawan baru agar mereka tidak harus "membuang-buang waktu menciptakan sesuatu yang sudah ada." Pertanyaan-pertanyaan khas dalam wawancara ketika karyawan keluar: •
•
•
•
•
•
•
•
C.
Apakah pelajaran terpenting yang Anda ambil dari pengalaman profesional dengan klien? Dengan rekan kerja? Dengan pihak manajemen? Apakah keberhasilan/kegagalan terbesar Anda dalam organisasi dan apa alasannya? Apakah satu-satunya rekomendasi terpenting yang akan Anda berikan kepada pihak manajemen? Kepada rekan kerja? Kepada penerus Anda? Sudikah Anda membuat anekdot yang memberikan pencerahan penting bagi karyawan saat ini atau karyawan baru kami? Jika Anda mampu membuat satu perubahan, seperti apakah bentuknya? Apakah tindakan prioritas yang perlu segera diambil oleh penerus Anda dan apa nasihat Anda terhadap tindakan-tindakan tersebut? Apa saja aset atau pengaturan organisasi saat ini yang perlu dijaga? Apa saja alat, referensi pengetahuan, dan hubungan terpenting bagi Anda dalam menunaikan tugas? Apa saja yang masih luput atau belum ada?
Storytelling (Bercerita)
Bercerita merupakan salah satu metode penelitian dan cara yang efektif untuk berbagi informasi dan membangun pemahaman. Dalam mencari solusi, storytelling dapat menjadi alat untuk menciptakan suatu desain kerja sama sehingga membuka kesempatan bagi para pelaku mencari solusi atas suatu masalah. Bercerita semakin
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 181
PROGRAM INOVASI DESA
sering digunakan oleh organisasi untuk berbagi dan menginterpretasikan pengalaman dalam konteks sosial. Dari perspektif pendengar, memahami dan mengingat pengetahuan itu lebih mudah ketika tersaji dalam bentuk cerita, terutama bila disampaikan oleh narasumbernya langsung. Selain itu, bercerita dapat melengkapi pemikiran analitis--seorang narasumber mungkin tidak menyadari nilai pengalaman dirinya sebelum dia menceritakannya. Mungkin pernah mendengar TED Talks atau melihat video-videonya di YouTube? TED Talks umumnya menyajikan narasumbernarasumber yang menceritakan kembali pengalamannya, dari nol hingga sukses, jatuhbangunnya. Cara mereka bercerita menggugah pendengar hingga bisa menjadi inspirasi dan memotivasi. Beberapa proses yang digunakan dalam teknik bercerita sebagai berikut:
1.
Riset Naratif
(1)
Domain: identifikasi isu/masalah yang berfokus pada isu personal atau sosial
(2)
Demografi: identifikasi individu yang memiliki cerita yang dapat dikumpulkan melalui wawancara, pendokumentasian, observasi, dll.
(3)
Membangun cerita: berikut adalah langkah-langkah dalam membangun sebuah cerita •
Berbagi cerita pribadi seseorang;
•
Tambahkan cerita dari jurnal atau photo, dsb;
•
•
•
Ceritakan kembali dalam suatu forum dan sempurnakan berdasarkan input dari pendengar; Kemas kembali cerita berdasarkan langkah-langkah sebelumnya dan informasi tambahan yang telah diperolah; Simulasikan sebuah cerita dalam kelompok sehingga peserta dapat melihat sendiri cerita yang telah dibuatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memasangkan peserta yang membuat sebuah cerita dari gabungan keduanya, lalu digabungkan dengan pasangan lainnya hingga menghasilkan sebuah cerita kelompok.
(4)
Pencatatan: menceritakan kembali kisah-kisah ke dalam urutan kronologis, termasuk komponen konteks dan penekanan pada tema-tema khusus (contoh: TED Talks);
(5)
Analisis: tematik/analisa konten (menyortir konten ke dalam pola/kategori); analisa diskors (review terhadap bahasa yang digunakan); analisa struktural (analisa terhadap struktur cerita untuk menelusuri pengalaman). Dalam proses analisa, selalu cek kembali kepada narasumber untuk memastikan bahwa interpretasi cerita tetap akurat.
182| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
2.
Desain Storytelling
Ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam mengembangkan cerita sehingga menghasilkan kisah yang bagus dan bagaimana seorang desainer/periset dapat membantu prosesnya. Berikut beberapa elemen cerita yang dapat digunakan: •
Tokoh-tokoh yang dijelaskan sehingga pembaca/pendengar berempati kepadanya;
•
Seting yang kaya dan sarat konteks;
•
Memiliki tujuan tentang apa yang ingin dihasilkan dan mengapa;
•
Ada sebab-akibat; dan
•
Ada hambatan, masalah yang dihadapi untuk mencapai tujuan.
3.
Teknik bercerita
Jika Anda sedang bercerita, ingatlah saran-saran berikut untuk melahirkan pengetahuan yang bernilai: •
Tentukan pesan inti dari cerita Anda.
•
Bangun suasana yang kondusif untuk bercerita.
•
•
Bangun ceritanya berdasarkan pengalaman Anda sendiri: gunakan kata-kata kunci bilamana perlu untuk memandu cerita dan menjaganya agar tetap terarah. Awali dengan memberikan konteks yang diperlukan, dan akhiri dengan pelajaran yang bisa diambil dan saran, jika ada.
•
Amati pendengar saat bercerita.
4.
Kiat mendengar cerita
•
Tunjukkan minat dan rasa ingin tahu Anda.
•
•
D.
Simak dengan cermat--bersikaplah menerima/berempati, penuh pengertian, dan tanggap. Biarkan ceritanya menghanyutkan Anda--jangan menyela dan tahan pertanyaan hingga usai.
Observasi
Semua mungkin mengenal nama Sherlock Holmes, pernah membaca bukunya atau menonton filmnya. Bagi yang pernah membaca seri bukunya, tentu sangat mengagumi keahlian Sherlock Holmes dalam mengamati jejak-jejak atau petunjuk yang akhirnya membantu menyelesaikan kasus pembunuhan. Tentunya kita tidak akan mengamati sebuah kasus pembunuhan, tetapi hal yang akan kita bahas adalah bagaimana kita dapat
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 183
PROGRAM INOVASI DESA
melakukan observasi secara rinci terhadap kegiatan di desa seperti Sherlock Holmes mengamati petunjuk suatu kasus. Banyak pengetahuan dapat diperoleh murni dengan mengamati seorang pakar/narasumber yang sedang mengerjakan tugasnya karena observasi memberikan penjelasan umum tentang kepakaran atau pengalaman khusus mereka yang dapat kita lihat langsung. Observasi dapat menumbuhkan pemahaman dasar tentang pengetahuan yang sedang terjadi sekaligus hambatan atau persoalan lainnya. Idealnya observasi berlangsung di lingkungan kerja sang pakar/narasumber, atau di desa tempat sang narasumber tinggal dan bekerja bila dalam konteks PID, sehingga pengamat dapat melihat kegiatan yang sebenarnya secara langsung. Namun tidak semua pengalaman yang relevan, seperti kecelakaan atau peristiwa tak terduga, apalagi yang telah terjadi, dapat diamati. Metodologi observasi bervariasi tergantung pada subyek observasi, peran yang dilakukan oleh pengamat (partisipatif atau pasif), dan metode perekaman (tulisan, foto, audio, video). Dalam observasi, biasanya tidak ada percakapan dengan narasumber yang sedang diamati. Di bawah ini dijelasakan tujuh fenomena kegiatan yang dapat diobservasi:
Fenomena Perilaku atau kegiatan manusia
Perilaku lisan
Perilaku ekspresif
Hubungan tata ruang / spasial Pola temporal Obyek-obyek fisik Catatan lisan dan gambar
Contoh - Pola gerakan pekerja di sebuah pabrik - Pengamat melakukan observasi terhadap kegiatan role-play atau wawancara dalam FGD dari balik kaca; pengamat melihat interaksi antara para pelaku dan mendengarkan percakapan yang terjadi - Kegiatan fisik (pola kerja, menonton TV) Pernyataan yang dibuat oleh pelancong yang hendak mengantri masuk pesawat; sikap dalam sebuah percakapan di salah satu ruang kantor Ekspresi wajah, nada bicara, dan bentuk bahasa tubuh lainnya; sikap bicara yang berekspresi seperti nada bicara atau raut wajah Jarak tempuh kantor manajer ke kantor direktur; hubungan dan lokasi ruang; jarak fisik antara rekan kerja atau pola lalu lintas Berapa lama pekerja melakukan tugasnya; waktu yang digunakan untuk berbelanja atau menyelesaikan tugas Berapa banyak kerja didaur ulang oleh staf kantor; inventarisasi barang Berapa banyak ilustrasi muncul di buku pelatihan; isi catatan
Kelebihan dan kelemahan observasi sebagai berikut:
184| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
•
•
E.
Kelebihan observasi: Observasi tanpa menyela atau nonpartisipatoris tidak banyak mengganggu praktik pakar/narasumber dan dapat memberikan pemahaman tentang fakta, aturan, dan strategi yang ditempuh oleh pakar/narasumber, termasuk yang tidak disadari olehnya. Kelemahan observasi : Sering kali sulit untuk tetap netral dan objektif saat menganalisis observasi. Selain itu, interpretasi bisa jadi menyita waktu lantaran jumlah data yang terkumpul. Fenomena kognitif seperti sikap, motivasi, harapan, niat, dan preferensi, tidak dapat diobservasi. Selain itu, observasi terbatas pada waktu yang singkat. Observasi yang dilakukan dalam beberapa hari atau minggu akan memakan biaya yang besar dan sulit dilakukan.
Blog
Blog adalah situs web yang dibuat oleh perorangan atau kelompok dan dapat diakses publik maupun anggota komunitas tertutup. Blog terdiri atas kontribusi teks ("kiriman blog") oleh orang atau kelompok yang membuat situs tersebut; blog berfungsi layaknya buku harian, yang memungkinkan pemilik blog menuliskan pengalamannya secara informal, sekaligus berfungsi sebagai saluran komunikasi langsung (tanpa suntingan) dengan khalayak. Kelebihan metode Blog dalam menangkap inovasi (capturing) diantaranya: (1)
Pembuatan dan penggunaan blog cukup mudah, bahkan bagi orang-orang yang tidak terlalu paham teknologi digital sekalipun.
(2)
Blog biasanya tidak menelan biaya sepeser pun.
(3)
Publikasi kiriman blog biasanya bersifat kilat karena blog tidak memiliki penerbit atau pengurus konten (meskipun pembuat blog dapat memantau komentar pembaca untuk menilai kepantasannya atau sekalian melarangnya).
(4)
Blog memuat teks, gambar, video, dan tautan ke halaman web atau blog lain.
(5)
Blog mudah diperbarui.
(6)
Blog mudah diakses, asalkan ada koneksi internet.
(7)
Blog mendorong bercerita sebagai sarana bagi t ransfer pengetahuan.
(8)
Pembaca dapat memberikan masukan, dengan begitu bisa berinteraksi d engan pemilik blog.
Sedangkan kelemahan metode Blog dalam menangkap inovasi (capturing) diantaranya: (1)
Blog bisa bias atau mengandung ketidakakuratan.
(2)
Menulis blog bisa jadi memakan banyak waktu.
(3)
Pengunjung bisa saja memberikan komentar yang tidak pantas.
(4)
Pemilik blog tidak mempromosikan keberadaan blognya secara luas, sehingga membuat pembaca blog tidak sebesar atau seberagam yang seharusnya.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 185
PROGRAM INOVASI DESA
F.
Kajian Pascapelaksanaan
Kajian pascapelaksanaan (after-action review /AAR) dilakukan oleh moderator dengan sebuah tim segera setelah ia mengalami pekerjaan atau peristiwa. Target akhirnya adalah memberi kesempatan anggota tim untuk bercermin dari tindakan yang diambil agar mereka bisa melakukannya dengan lebih baik kemudian hari. AAR idealnya dilakukan tidak lama setelah kejadian. Pada momen tersebut, ingatan masih segar dan autentik (artinya, belum tersaring oleh interpretasi atau penilaian susulan) dan orang-orang yang ikut terlibat dalam pengalaman tersebut masih ada. AAR lazimnya dilakukan secara tatap-muka, namun juga dapat dilakukan secara virtual. Seorang moderator memimpin tinjauan, dengan mengajukan pertanyaan semisal: •
•
•
•
•
Apa saja yang direncanakan? Apa yang seharusnya terjadi? Apakah kejadian sebenarnya berbeda dari yang direncanakan? Di sini yang dikehendaki adalah fakta, bukan penilaian. Mengapa terjadi perbedaan? Apakah hal-hal yang berjalan baik dan alasannya? Apa yang dapat diperbaiki dan bagaimana? Apa yang bisa dilakukan secara berbeda pada masa datang?
Keunikan AAR berupa kesempatan yang ada untuk memperoleh pengetahuan kualitatif tepercaya pada saat masih segar-segarnya. Kunci kesuksesan AAR terletak pada penyelenggaraan diskusi terbuka yang membuat semua orang paham bahwa target akhir AAR adalah untuk mempelajari dan memecahkan masalah, bukan menyalahkan. Oleh karena itu, AAR dilakukan tanpa satu pun penonton. Para peserta harus merasa bebas berinteraksi dan mengekspresikan diri tanpa memandang jenjang formal. Orang sering mencatat diskusi AAR ke dalam flip chart sepanjang tinjauan, baru kemudian mengolah catatan menjadi objek pembelajaran dan pencerahan bagi orang lain di dalam organisasi atau tempat lain.
G.
Focused Group Discussion (FGD)/Kelompok Diskusi Terfokus
FGD bisa menjadi metode efektif untuk merekam dan mengevaluasi pengalaman serta persepsi dari target-target narasumber/pakar. Dalam FGD, ada seorang moderator yang berpengalaman yang dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing tanggapan dari peserta. FGD terdiri atas pakar dan pemangku kepentingan lain yang sudah atau siap terlibat dalam pengalaman tertentu; diskusi kelompok mereka bisa melahirkan banyak informasi dan pemahaman. Pengaturan kelompok memungkinkan para peserta untuk menanggapi sekaligus saling membangun saran atau komentar masing-masing. FGD juga bisa digunakan untuk peristiwa yang sudah lalu dan dirasa perlu diadakan sesegera mungkin agar dapat memperoleh masukan untuk membantu para praktisi menyusun prosedur dan rencana baru untuk keberlanjutannya. FGD
186| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
biasanya diadakan secara tatap muka, namun kadang-kadang perlu dilakukan juga melalui telepon atau konferensi video. FGD biasanya digunakan ketika suatu permasalahan memerlukan pemahaman yang lebih dalam dibanding survei biasa. Dalam melakukan capturing terhadap inovasi desa, FGD dapat digunakan untuk mengkonfirmasi informasi yang telah dikumpulkan. FGD memberikan nilai tambah terhadap pengetahuan yang telah diperoleh, atau terhadap pertanyaan “apa” dan “bagaimana” dari suatu pengetahuan. Sebuah survei dapat memberikan informasi bahwa mayoritas masyarakat menyukai kegiatan A. Tetapi sebuah FGD dapat memberikan tambahan informasi tentang mengapa masyarakat tersebut menyukai kegiatan A atau bahkan ternyata menyukai kegiatan lain.
1.
Persiapan
Tingkat persiapan Anda akan banyak menentukan nilai dari hasil-hasil FGD. Jika Anda telah menyusun rencana pelaksanaan FGD tersebut dengan anggota tim yang telah Anda tentukan, termasuk untuk tindak lanjutnya, Kesuksesan FGD ditentukan oleh tujuan yang jelas, melibatkan peserta yang dipilih secara cermat, dan mengikuti sederet pertanyaan dan topik yang sudah disiapkan. FGD idealnya didukung oleh satu atau dua moderator dan seorang pengamat yang bertugas membuat catatan atau merekam jalannya diskusi serta hasilnya. Jika dikehendaki dan tersedia, gunakan peralatan audio atau video untuk merekam diskusi FGD. Untuk memperoleh manfaat maksimal dari FGD, pertimbangkan masing-masing aspek berikut secara cermat. (1)
Tujuan. Tentukan hal-hal yang ingin dicatat.
(2)
Partisipasi. •
•
Tetapkan komposisi FGD Anda (beragam/seragam).
•
Jumlah undangan dapat dilebihi untuk mengantisipasi pembatalan kehadiran.
•
(3)
Pertimbangkan keseimbangan kehadiran antara pria dan wanita, peserta dengan variasi usia yang jauh, maupun hirarki jabatan.
Penetapan waktu dan tempat. •
•
•
(4)
Tetapkan besarnya kelompok (idealnya 10 peserta) dan undang peserta (1 -2 minggu sebelum sesi kelompok terfokus).
Susun jadwal untuk FGD dan pesan tempat. Telepon masing-masing peserta sehari sebelum FGD sebagai pengingat dan konfirmasi. Durasi FGD idealnya antara 60 – 90 menit untuk mendapatkan hasil diskusi yang optimal.
Topik •
Susun daftar topik yang ingin dibahas sepanjang FGD.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 187
PROGRAM INOVASI DESA
•
•
•
Untuk sesi 1,5 jam, rencanakan untuk mengajukan 5 atau 6 (atau tidak lebih dari 10) pertanyaan yang jawabannya bisa memberikan pemahaman tentang tujuan yang hendak Anda raih. Buat daftar pertanyaan dengan singkat agar mudah dimengerti karena pertanyaan tidak untuk dibagikan kepada peserta. Pastikan topik dan pertanyaan harus dijawab dengan penjelasan, tidak hanya dengan jawaban “Ya” atau “Tidak.” Gunakan kata tanya “Mengapa” dan “Bagaimana” untuk menjaring jawaban yang lebih lengkap dari peserta. Contoh pertanyaan: Seberapa kenal Anda dengan program ini? Seberapa sering Anda terlibat dalam program ini? Apa yang Anda sukai dari program ini? Apa yang paling Anda sukai dan tidak sukai dari kegiatan A? Kegiatan B? Apa yang memengaruhi Anda untuk hadir atau tidak hadir dalam suatu kegiatan? Apakah ada hal lain yang ingin Anda sampaikan tentang program ini?
(5)
Fasilitasi. Rekrut dua moderator, salah satunya bertugas membuat notulensi. Sebagai pilihan, rekrut seorang pengamat atau staf dari tim Anda untuk membuat notulensi agar kedua moderator lebih terfokus pada interaksi dari FGD. Pastikan bahwa moderator dapat bersikap netral, mampu menjaring informasi dari peserta yang sulit berbicara atau malu, sanggup menangani peserta yang dominan, dapat merangkum pernyataan peserta yang kurang jelas atau panjang, dan bisa bersikap spontan bila diperlukan.
(6)
Teknologi. Jika menggunakan perekam, setel dan ujilah terlebih dahulu sebelum FGD dimulai serta persiapkan dukungan teknis untuk mengantisipasi kesalahan fungsi.
(7)
Logistik. Atur perabotan di ruangan, termasuk flip chart atau papan tulis; pasang papan nama; siapkan makanan ringan.
2.
Pelaksanaan FGD
FGD Anda harus terjaga penggunaan waktunya agar mengikuti jadwal yang sudah ditetapkan berikut alokasi waktu untuk memperkenalkan topik, peserta, dan metodologi. Moderator dan (jika ada) notulen saling bekerja sama untuk memastikan pembahasan semua pertanyaan, agar diskusi tetap terfokus pada topik, semua peserta bisa turut serta, dan jadwal diikuti dengan baik. Target akhir FGD adalah untuk mengumpulkan informasi yang bermanfaat, sehingga penting sekali agar peserta merasa opininya dihargai. Berikut ini langkah-langkah kunci bagi moderator: (1)
Jika menggunakan perekam, awali perekaman persis pada saat peserta tiba.
188| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
(2)
Seperti diuraikan sebelumnya untuk sesi wawancara, sambutlah peserta dengan baik, perkenalkan diri Anda berikut moderator dan pengamat/notulen jika sudah hadir. Awali dengan komentar-komentar santai untuk menciptakan suasana yang kondusif dan buat peserta merasa senyaman mungkin.
(3)
Moderator memberikan penjelasan umum tentang topik, pemanfaatan hasil-hasil dari FGD, dan menggarisbawahi tidak diperkenankan adanya pencantuman nama dalam laporan akhir meskipun FGD tersebut direkam.
(4)
Pastikan semua peserta telah menandatangani formulir surat kesepakatan (informed consent ).
(5)
Moderator menjelaskan aturan-aturan dasar sesi, seperti suarakan opini, jangan saling menyela, matikan ponsel, dan sebagainya.
(6)
Moderator meminta semua peserta untuk memperkenalkan diri lalu mulai mengajukan pertanyaan terkait tujuan FGD.
(7)
Berikan waktu secukupnya kepada masing-masing peserta untuk memberi tanggapan sebelum membuka diskusi kelompok tentang satu pertanyaan atau topik. Penting sekali bagi moderator untuk menyimak beragam sudut pandang peserta.
(8)
Satu staf yang ditunjuk membuat catatan, mencermati waktu, dan memeriksa bilamana semua topik sudah terbahas.
(9)
Jika sebuah topik atau persoalan memicu diskusi tak terduga, kiranya tidak masalah membiarkan peserta memberikan tanggapan sepanjang topiknya berkaitan erat dengan tujuan akhir FGD.
(10) Pada akhir acara, moderator merangkum poin-poin utama yang dilontarkan oleh peserta, meminta konfirmasi bahwa rangkumannya akurat, dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas keterlibatan mereka. (11) Moderator memberikan insentif dan/atau imbalan. (12) Setelah peserta meninggalkan tempat, moderator dan notulen perlu langsung meluangkan waktu untuk membahas dan mendalami poin-poin yang telah dibahas dalam FGD agar masih segar dalam ingatan.
3.
Analisis
Sebagaimana kebanyakan metode penangkapan pengetahuan lainnya, kumpulkan dan tinjau semua materi yang dibuat oleh FGD sesegera mungkin, idealnya pada hari yang sama. Target akhirnya adalah untuk melahirkan sebuah analisis FGD yang bisa dibagikan dengan para rekan kerja yang tidak ikut hadir. Pemahaman yang diperoleh dari analisis ini harus jelas dan didukung oleh rekaman atau catatan yang dibuat sepanjang acara. Berikut ini beberapa langkah yang perlu diambil: (1)
Jika acaranya direkam secara elektronis, tinjau rekaman dan catatan Anda. Transkrip utuh rekaman bisa memberikan rujukan bagi tinjauan berikutnya.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 189
PROGRAM INOVASI DESA
(2)
Dalam laporan, bandingkan dan bedakan hasilnya berdasarkan kategori FGD individu jika kategorinya merupakan bagian dari satu rangkaian. Secara khusus FGD akan sangat membantu jika pelaksanaannya lebih dari satu. Kemampuan untuk membandingkan dan membedakan hasil bisa berfungsi sebagai konfirmasi atas pemahaman yang sepintas lalu tampak keliru. Namun demikian, hal ini bergantung pula pada anggaran dan waktu yang tersedia.
(3)
Gunakan kutipan dari rekaman FGD untuk menjelaskan temuan-temuan Anda.
H.
Wiki
Wiki adalah halaman web internal atau eksternal yang memungkinkan orang bekerja bersama-sama pada dokumen atau kumpulan dokumen yang sama melalui peramban web. Wiki bisa menjadi sarana yang efektif untuk menangkap pengetahuan secara bersama-sama dengan orang lain. Peserta dapat menyunting teks, menambahkan gambar dan media, serta membuat tautan antarlaman. Aksesibilitas wiki bisa dibatasi. Kelebihan metode Wiki dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya: (1)
Sebagian besar orang dapat membuat dan menyunting konten wiki dengan bimbingan ala kadarnya.
(2)
Publikasi di wiki lazimnya bersifat kilat karena wiki tidak memiliki penerbit atau pengurus konten.
(3)
Akses ke dokumen rahasia bisa dibatasi meskipun tetap mengizinkan kelompok terdaftar untuk membuat dan menyuntingnya.
(4)
Pengguna dapat mengerjakan dokumen yang sama tanpa memandang lokasinya.
(5)
Perangkat lunak wiki memungkinkan kembali ke penulisan ulang artikel sebelumnya.
(6)
Sebagian wiki menyediakan artikel wiki versi cetak.
(7)
Banyak aplikasi wiki hadir sebagai perangkat lunak gratis sumber-terbuka (opensource).
Sedangkan kelemahan metode Wiki dalam menangkap inovasi ( capturing), diantaranya:
(1)
Wiki perlu dikelola agar dapat menjaga kualitas konten sesuai keinginan.
(2)
Wiki juga perlu dikelola agar bisa menjaga keteraturan isinya, terutama ketika situs wiki menjadi sangat besar.
I.
Ruang Kerja Bersama
Ruang Kerja Bersama, juga disebut ruang kerja atau perangkat kelompok, merujuk pada perangkat lunak berbasis-web yang memungkinkan kerja sama kelompok secara lebih terperinci atau terstruktur daripada wiki. Pengguna dapat mengobrol, menulis pesan, memberikan catatan, dan mengirim gambar, serta video. Sebagian ruang kerja bersama berpusat pada dokumen, artinya para pengguna mengunggah dokumen mereka
190| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
masing-masing yang lantas dapat dikomentari, diberi catatan, atau didiskusikan secara online oleh pengguna lain. Kelebihan metode Ruang Kerja Bersama dalam menangkap inovasi ( capturing ), diantaranya: (1)
Kini sudah banyak hadir ruang kerja bersama yang berbeda, dengan fungsionalitas yang sangat bervariasi.
(2)
Sebagian besar ruang kerja bersama dapat dikonfigurasi sesuai dengan fungsionalitas yang dikehendaki pengguna, dan fungsi-fungsi baru bisa ditambahkan bilamana perlu.
(3)
Interaksi antarorang dengan jenis dan tingkat pengetahuan yang berbeda-beda bisa sangat bermanfaat bagi organisasi; ruang kerja bersama dapat menjadi wahana bagi transfer pengetahuan secara sistematis.
(4)
Ruang kerja bersama memungkinkan penyimpanan jangka panjang objek-objek pengetahuan dalam bentuk dokumen, diskusi, dan catatan yang langsung datang dari peserta.
Sedangkan kelemahan metode Ruang Kerja Bersama dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya: (1)
Ruang kerja bersama tidak terlalu ramah pengguna.
(2)
Ruang kerja bersama sering kali mensyaratkan pengenalan diri agak dalam dan tingkat literasi digital dasar.
(3)
Peserta dengan kemampuan komunikasi atau kecakapan bahasa asing yang rendah sering kali merasa tersisih dan bisa memilih keluar.
(4)
Ruang kerja bersama mensyaratkan moderasi aktif, yang bisa menghalangi sebagian peserta.
J.
Webinar
Perangkat konferensi berbasis-web memungkinkan banyak peserta untuk berbagi kombinasi sajian video, audio, dan teks secara bersamaan tanpa memandang lokasi mereka (sepanjang ada koneksi internet). Webinar luas digunakan untuk pertemuan, diskusi, presentasi, perkuliahan, dan acara pelatihan. Kelebihan metode Webinar dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya: (1)
Peralatan konferensi sering berdasarkan prinsip "tampil-dan-bicaralah". Peralatan konferensi tidak banyak menuntut kapasitas atau upaya dari peserta, yang membuatnya mudah sekali diakses.
(2)
Peralatan konferensi cocok dengan gaya belajar yang berbeda-beda (aural, visual, teksual).
(3)
Peralatan konferensi memudahkan kerja sama waktu nyata lintas jarak jauh.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 191
PROGRAM INOVASI DESA
(4)
Peralatan konferensi bisa menjadi pengganti bagi pertemuan tatap muka, sehingga menghemat biaya.
(5)
Peralatan konferensi menjadikan pertukaran pikiran berlangsung lebih akrab daripada konferensi fisik.
Sedangkan kelemahan metode Webinar dalam menangkap inovasi (capturing ) diantaranya: (1)
Sebagian besar layanan konferensi web mahal biayanya. Layanan gratis biasanya terbatas dari segi fungsionalitas atau kapasitasnya.
(2)
Layanan gratis mensyaratkan koneksi internet yang baik dan perangkat keras khusus.
(3)
Kualitasnya sangat bervariasi bergantung pada koneksi internetnya. Gangguan bisa muncul tanpa diduga.
K.
Forum Online
Forum online memungkinkan komunitas terlibat aktif dalam diskusi. Dimana setiap orang dapat berinteraksi dan berbagi infomasi melalui perangkat internet dan media online untuk mendiskusikan suatu topik atau isu-isu yang menarik bagi anggota forum. Kelebihan metode Forum Online dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya: (1)
Forum online membolehkan tingkat fleksibilitas yang tinggi. Forum online dapat diakses sewaktu-waktu dan dari mana pun sepanjang ada koneksi i nternet.
(2)
Forum online memungkinkan pengguna mengekspresikan diri secara bebas dalam diskusi tersasar. Forum online mendorong kesetaraan antarpengguna karena setiap pesan berbobot sama.
(3)
Forum online mendorong penyampaian pandangan dan opini yang berbedabeda terhadap topik yang sudah ditetapkan lebih dulu.
(4)
Forum online bisa menampilkan diskusi berkualitas tinggi karena pengguna memiliki waktu untuk merenung dan meneliti topik/komentar yang tengah dibahas.
(5)
Forum online bisa mengarah kepada pembentukan komunitas online yang berusia lama di seputar topik-topik yang menjadi minat peserta.
Sedangkan kelemahan metode Forum Online dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya: (1)
Forum publik dan tanpa moderasi itu rawan penyalahgunaan.
(2)
Forum online sangat bergantung teks sehingga tidak terlalu cocok untuk audio dan video.
(3)
Para penutur bahasa bahasa asing bisa merasa kurang nyaman un tuk ikut serta dalam diskusi.
192| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
(4)
Forum online sering sangat bergantung pada moderator atau kontributor tertentu. Moderator atau narasumber mungkin harus bekerja keras untuk menjaga keterlibatan aktif peserta dalam diskusi.
L.
Komunitas Praktis
Komunitas praktisi (CoP) mengelola praktisi atau pakar di wilayah tertentu. Komunitas praktisi memberikan kesempatan untuk mendokumentasikan pengetahuan lewat proses bertukar pengalaman antarorang yang sama-sama memiliki minat serupa. Peserta terlibat aktif satu sama lain di dalam proses pembelajaran kolektif teman sebaya. Untuk mendukung pembuatan dan berbagi pengetahuan, komunitas praktisi idealnya disusun berdasarkan target akhir belajar. Komunitas praktisi sering memfasilitasi beragam interaksi berbagi pengetahuan, seperti obrolan, forum, diskusi, dan konferensi. Interaksinya bisa dilakukan online atau tatap muka. Kelebihan metode Komunitas Praktis (CoP) dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya: (1)
Komunitas praktisi menyediakan ruang berkumpul berdasarkan kesamaan minat atau kepakaran.
(2)
Komunitas praktisi online memungkinkan anggota untuk membaca, mengajukan, dan menerima nasihat serta masukan dari komunitas berdasarkan pertanyaan yang dikirimkan.
(3)
Tergantung tingkat partisipasinya, dari yang menerima bulat-bulat hingga sangat interaktif, para peserta bisa memperoleh pengetahuan dan kecakapan dari anggota komunitas yang lebih berpengalaman.
(4)
Komunitas praktisi bermanfaat bagi pemula, yang antusias untuk belajar dari rekan kerja berpengalaman, namun belajar dengan rekan sebaya antarspesialis juga bisa terjadi.
(5)
Komunitas praktisi memungkinkan keterlibatan peserta sesuai dengan waktu dan tempat yang lebih disukai.
(6)
Komunitas praktisi menjaga sumber daya, ide, d an diskusi sehingga bisa melahirkan arsip kepakaran di bidang teknik tertentu.
(7)
Pengetahuan kelompok membantu menopang para praktisi profesional secara perorangan, yang sering melahirkan rasa sekomunitas.
Sedangkan kelemahan metode Komunitas Praktis (CoP) dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya: (1)
Jika komunitas dibangun secara online, aspek teknologi bisa menjadi kendala bagi peserta yang kurang melek digital.
(2)
Perlu upaya gigih untuk membangun rasa sekomunitas yang efektif bagi komunitas praktisi online. Kurangnya isyarat visual dan emosional, misalnya bahasa tubuh, bisa menyulitkan upaya mendorong int eraksi yang penuh makna.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 193
PROGRAM INOVASI DESA
(3)
Pengguna bisa merasa tersisih atau tersingkir jika tanpa membangun komunitas atau moderasi yang proaktif.
(4)
Peserta bisa merasa kewalahan jika tidak melebur secara hati-hati ke dalam komunitas, atau tetap pasif akibat kurangnya stimulasi.
(5)
Komunitas praktisi bisa saja mensyaratkan moderasi intensif agar bisa saling menghubungkan antara pencari pengetahuan dengan kontributor.
(6)
Komunitas praktisi bisa berkembang terlalu cepat atau berubah haluan sedemikian rupa sehingga tidak bisa diikuti oleh anggota, yang menimbulkan penurunan tajam aktivitas.
Daftar Pustaka 1.
https://faculty1.coloradocollege.edu/~afenn/web/EC303_8_04/FALL07/READINGS /Observation.pdf
2.
https://blog.socialcops.com/academy/resources/conduct-successful-focushttps://blog.socialcops.com/academy/resources/conduct-suc cessful-focusgroup-discussion/
3.
https://www.chsalliance.org/files/files/Resources/Tools-and-guidance/Belfrageand-Wigley_Guidelines-for-Focus-Group-Discussions.pdf
194| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Informasi 4.3.2
Tips Membuat Video untuk Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
Dalam menangkap pengetahuan dan inovasi desa tidak hanya dengan menuliskan informasi dari para pakar dan pemangku kepentingan ke atas kertas. Namun, penambahan materi audiovisual bisa memperkaya catatan tertulis dan membuatnya lebih mudah diingat. Teknik membuat video pada dasarnya perlu ahli khusus untuk menjelaskan. Namun bahan bacaan ini bisa digunakan sebagai petunjuk sederhana yang merangkum pelajaran teknis yang diperoleh di kelas bersama ahli. Meski demikian, hal ini tidak berarti bahwa kita harus menguasai peralatan audiovisual yang sangat rumit. Kamera video digital kecil merekam liputan dengan hasil yang menakjubkan (usahakan untuk menggunakan kamera digital yang menggunakan chip berharga murah demi lebih banyak kenyamanan dalam penggunaanya). Sebagian besar ponsel cerdas bahkan sudah memiliki kamera canggih yang bisa merekam video wawancara atau peristiwa penting. Jika mampu menggunakan kamera ponsel dengan benar, Anda akan takjub dengan kualitas gambarnya yang bagus. Anda hanya perlu memberi perhatian khusus pada kualitas suara jika menggunakan kamera video kecil atau ponsel cerdas. Apa pun peralatan yang Anda gunakan, ikuti saran berikut untuk mendapatkan hasil audiovisual yang optimal.
A.
Suara
Pilih tempat yang tenang untuk merekam Suara yang bagus biasanya lebih penting ketimbang video yang bagus, apalagi saat Anda mewawancarai orang, atau merekam diskusi dan presentasi. Pilih tempat untuk merekam dengan cermat: Pastikan tempatnya benar-benar tenang sehingga Anda tidak akan terganggu. Sebisa mungkin hindari suara latar belakang: tutup jendela dan pintu, kalau perlu matikan pengatur suhu ruangan yang bising . Gunakan mikrofon eksternal Mikrofon bawaan pada ponsel cerdas dan kamera video yang murah cenderung menangkap banyak suara bising latar belakang. Untuk mendapat kualitas suara yang lebih baik, pasang mikrofon eksternal di alat perekam Anda, dan letakkan dekat dengan terwawancara. Headset kecil (earbuds) bisa berfungsi sebagai mikrofon eksternal jika Anda merekam satu orang: colokkan kabelnya ke kamera atau ponsel cerdas Anda, lalu jepitkan earbuds ke baju terwawancara dengan penjepit kertas. Langkah Anda masih jauh untuk membingkai gambar secara tepat, dan suara hampir selalu lebih berisik jika dibandingkan dengan penggunaan mikrofon yang terpasang di dalam kamera itu sendiri.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 195
PROGRAM INOVASI DESA
Apa pun kendalanya, periksa kualitas suaranya langsung di lokasi dengan mencolokkan kabel headset atau atau earbud ke ke peralatan Anda dan putar ulang rekaman uji coba; Anda mungkin merasa perlu mengambil tindakan ekstra atauganti lokasi untuk mendapatkan suara yang cukup bagus.
B.
Gambar
Perhatikan posisi kamera Posisikan obyek wawancara sedemikian rupa sehingga cahaya menerangi wajahnya- jika cahaya datang dari belakang, obyek wawancara akan tampak gelap; hindari latar belakang yang bisa mengalihkan perhatian penonton. Cek posisi Anda sendiri supaya yakin Anda berada di tempat yang aman. Untuk mendapatkan gambar yang stabil, topang perangkatnya: jika memegang ponsel cerdas, sandarkan lengan Anda ke dinding atau letakkan di atas meja atau kursi; jika menggunakan kamera, letakkan di atas tripod atau meja, apabila memungkinkan.
Penuhi bingkai gambar Ambil posisi cukup dekat agar bisa memenuhi hampir semua bingkai gambar dengan kepala dan bahu terwawancara tanpa harus melakukan pembesaran gambar. Berdiri (zoom-in) berisiko menghasilkan gambar yang terlalu jauh dan membesarkan gambar zoom-in kabur ketika ditampilkan di layar lebar. Memutar kamera video biasanya juga tidak membantu.
Rekam kalimat lengkap Ajukan pertanyaan terbuka yang dapat ditanggapi oleh terwawancara secara baik, dan minta terwawancara untuk menjawabnya dengan kalimat utuh. Ingatlah, jawaban selalu lebih penting daripada pertanyaan Anda, yang mungkin saja akan disunting lagi.
Rekam secara terpisah-pisah Berhentilah merekam sesudah satu jawaban, dan lanjutkan kembali untuk pertanyaan berikutnya. Langkah ini bisa mengurangi materi yang harus disunting nanti.
Buat catatan sebagai cadangan sepanjang perekaman video. Setelah sesi perekaman, Anda mungkin baru menyadari kegagalan teknologi. Tanpa catatan tertulis, Anda mungkin tidak bisa mengingat informasi penting yang Anda duga sudah tertangkap lewat perekaman. Jadi, ketika membuat rekaman video, minta seseorang untuk mencatat. Anda juga bisa melakukannya sendiri jika kamera terpasang di tripod atau ditaruh di atas permukaan yang pas. Jika Anda harus memegang kamera (yang memang tak dapat dihindari d ihindari saat menggunakan ponsel
196| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
cerdas), minta kolega untuk membuat catatan. Catatan tentang poin-poin khusus bisa membantu Anda mengingat inti pengalaman dan memungkinkan Anda membangun dokumen pembelajaran meski rekamannya gagal.
Daftar periksa perekaman Daftar periksa berikut memerinci aspek organisasi, teknis, dan konten dari wawancara video. Bawa selalu daftar periksa ini sebelum, sepanjang, dan setelah sesi perekaman.
Sebelum hari wawancara •
Pastikan lokasinya nyaman dan menghadirkan suasana yang kondusif dari sisi suara, cahaya, dan latar belakang visual.
•
Konfirmasi ulang tanggal, waktu, dan lokasi dengan terwawancara.
•
Pastikan Anda tahu jalan dan bisa b isa hadir di lokasi wawancara.
•
Persiapkan daftar pertanyaan Anda.
•
Kuasai cara menggunakan peralatan rekam Anda.
•
Sediakan mikrofon eksternal.
•
Sediakan headphone untuk memeriksa kualitas rekaman audio.
•
Sediakan tripod atau lakukan pengaturan lain yang bisa membantu Anda menjaga kestabilan peralatan rekam.
•
Isi penuh baterai kamera/ponsel cerdas.
•
Siapkan baterai cadangan jika ada dan kabel pengecas.
•
•
Sediakan pita rekam atau ruang rekam kosong secukupnya di ponsel atau kartu memori Anda. Siapkan kartu memori kosong jika ada.
Pada hari wawancara
Tibalah di lokasi wawancara terlebih dahulu untuk menguji peralatan dan memastikan kelayakan tempat.
Tepat sebelum wawancara wawancara •
•
Ingatkan obyek wawancara perihal tujuan wawancara. Minta obyek wawancara untuk menjawab pertanyaan secara utuh dengan kalimat lengkap karena pertanyaan Anda cenderung disunting l agi.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 197
PROGRAM INOVASI DESA
•
•
Minta obyek wawancara untuk mula-mula menjawab pertanyaan secara ringkas ("jawaban pendek", namun tetap dengan kalimat utuh) sebelum menjabarkan lebih lanjut. Tulis ejaan nama dan gelar obyek wawancara dengan benar. Kiat: sorot kartu namanya dalam jarak dekat.
Sepanjang wawancara •
•
•
•
Pastikan agar catatan poin-poin kunci membuat Anda bisa merekonstruksi wawancara seandainya perekamannya tidak sempurna atau hilang. Mulai dan hentikan perekaman untuk tiap-tiap pertanyaan untuk membuat klipklip terpisah, yang memudahkan penyuntingan. Sering-seringlah memeriksa kinerja peralatan Anda (dan ingatlah untuk menekan tombol "rekam"). Dengan seringnya mengecek, hanya satu dua pertanyaan yang perlu diulang (mungkin inilah satu-satunya kesempatan Anda untuk mendapat jawaban!) ketika masalahnya masalahnya selesai. Tindak lanjuti pertanyaan yang jawabannya terasa kurang memadai, beri atau usulkan kesempatan bagi aset pengetahuan yang baru.
Pada akhir wawancara •
•
Ucapkan terima kasih kepada obyek wawancara. Minta obyek wawancara untuk meminjamkan referensi visual apa saja yang bisa membantu memperjelas jawaban, semisal gambar, peta, dan artikel berita. Kiat: obyek wawancara mungkin juga bisa membantu jika Anda memfilmkan lokasi pengalaman yang sedang dilaporkan atau mewawancarai saksi, jika dirasa tepat.
Setelah wawancara •
•
•
•
•
Simak kembali semua jawaban dan kenali potensi timbulnya kesenjangan pengetahuan. Lakukan perbaikan ulang yang diperlukan untuk mengisi kesenjangan pengetahuan, mungkin dengan menelepon obyek wawancara untuk meminta klarifikasi atau penjadwalan wawancara yang lain. Sunting semua segmen lebih dari satu pertanyaan dan jawaban menjadi klip-klip terpisah. Buang materi yang tak ada kaitannya dari tiap-tiap klip. Manfaatkan alat editing apa saja yang ada untuk memperbaiki kendala suara atau pencahayaan.
198| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Informasi 4.5.1
Mengemas Inovasi Desa (Capturing) dalam Program Inovasi Desa (PID)
C.
Pendahuluan
Program Inovasi Desa (PID) mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pembangunan desa melalui strategi pertukaran pengetahuan dan inovasi yang dikenal dengan Pengelolaan Pengetuan dan Inovasi Desa (PPID). Program ini memberikan peluang kesempatan kepada masyarakat untuk belajar dari kegiatan inovasi yang dilakukan oleh berbagai pihak melalui pemanfaatan dokumen pembelajaran sesuai dengan karakteristik pengguna dan daya jangkau informasi agar mudah dilakukan replikasi. Dalam pelaksanaan PID, para pelaku di tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan akan membantu proses pengelolaan pertukaran pengetahuan dan inovasi desa dalam bentuk sajian informasi telusur dan pemanfaatan media sebagai bahan pembelajaran penting bagi masyarakat. Koleksi informasi berupa pengetahuan, pengalaman dan praktek inovasi akan dikemas dan dikeleksi dengan mempertimbangkan jenis dokumen, sistem telusur, hingga layanan pemanfaatan dokumen sesuai dengan karakteristik pengguna. Desa diharapkan dapat mengakses koleksi dokumen pembelajaran yang telah dikemas sesuai dengan karakteristik pengguna yang lebih spesifik baik dalam bentuk tulisan, artikel, publikasi buku, laporan teknik, prosiding, audio-visual, e-book, presentasi, dan sejenisnya. Pada tahap awal, kemasan dokumen inovasi lebih diarahkan agar dapat dumanfaatkan secara tertutup (close access system ) khususnya diaerah yanh tidak memiliki akses internet, meskipun ada beberapa layanan informasi di daerah yang menggunakan sistem layanan terbuka (open access system ). Masyarakat desa sebagai pemanfaat langsung (actual user ) dari inovasi yang dikebangkan membutuhkan informasi seputar kegiatan inovasi yang dilakukan oleh desa atau lembaga lainnya. Oleh karena itu hasil inovasi sebagai bahan pertukaran iinformasi pembelajaran perlu dikemas dalam bentuk yang mudal diakses. Koleksi dokumen pembelajaran yang telah dihasilkan dari serangkaian prosedur validasi yang dilakukan sejatinya diperuntukkan untuk masyarakat luas khususnya di Desa agar dapat dijadikan bahan replikasi dan adaptasi inovasi. Namun kerapkali kemasan informasi yang disajikan justru menyulitkan pengguna dalam mendapatkan dan memanfaatkannya. Hal ini disebabkan informasi tidak disajikan dalam bentuk dan jenis kemasan yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan, lebih bersifat akademis, kurang populis, sulit dipahami, dan sulit dioperasikan. Dalam mengemas pesan atau bahan pembelajaran perlu dilihat dari aspek tujuan penyajian, karekteristik materi, dan kemudahan mengakses dokumen. Beraneka ragam informasi setiap tahun akan bertambah di setiap desa. Berbagai jenis dokumen inovasi terus menerus bertambah dan perlu segera dikelola, diolah, disebarkan guna kepentingan masyarakat. Banyaknya dokumen inovasi bukan tidka mungkin akan mengakibatkan
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 199
PROGRAM INOVASI DESA
pengguna kesulitan dalam memilih dan mendapatkan informasi yang relevan, menyeluruh serta up to date. Pusat belajar masyarakat di daerah atau di desa akan menjadi penopang dan penyedia informasi terkait dokumen pembelajaran inovasi yang menuntut kecepatan layanan dan kelengakapan koleksi bagi pengguna. Berbagai inovasi di layanan pengelolaan pengetahuan dan inovasi desa banyak digunakan. Pendamping juga dituntut kreatif dalam memberikan berbagai informasi layanan bagi masyarakat dalam mengakses dokumen pembelajaran inovasi desa dengan berbagai kemasan yang menarik, mudah, cepat dan murah. Salah satu usaha mendayagunakan informasi bagi kepentingan pengguna adalah melalui kemasan informasi. Lebih lanjut dibawah ini penulis mencoba menjelaskan pengertian pengemasan informasi, tujuan, bentuk, dan manfaatnya.
D.
Pengemasan Inovasi Desa
Pengemasan informasi adalah kegiatan yang dimulai dari menyeleksi berbagai informasi dari sumber yang berbeda, mendata informasi yang relevan, menganalisis, mensintesa, dan menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pemakai. Informasi yang dikemas kembali memberi kemudahan dalam penyebaran informasi dan temu kembali informasi. Beberapa literature mengungkapkan bahwa pengemasan tidak hanya terbatas pada informasi namun juga pada dokumentasi. Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Kemas ulang informasi dalam bahasa Inggris adalah repackaging information . Istilah lain kemas ulang infomasi adalah pengemasan informasi. Beberapa literatur mengungkapkan bahwa pengemasan tidak hanya terbatas pada iformasi namun juga pada dokumentasinya. Pada prosesnya, kemas ulang informasi mencakup kegiatan sebelum proses dan pada saat pengemasan. Kualitas pengemasan tidak dilihat pada peningkatan nilai isi informasinya, melainkan pada sisi pemanfaatannya. Kemas ulang informasi merupakan kegiatan penataan ulang yang dimulai dari menyeleksi berbagai informasi dari sumber yang berbeda, mendata informasi yang relevan, menganalisis, mensintesa, dan menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna (Mulida Djamarin, 2016).
E.
Tujuan Pengemasan Inovasi Desa
Tujuan pengemasan informasi untuk memperoleh/mendapatkan informasi, menemukan kembali informasi kembali, mengevaluasi, serta memberikan penafsiran. Melalui pengemasan informasi, pengguna akan berhemat dalam hal waktu, tenaga serta biaya. Dengan berkembangnya teknologi informasi bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi, saat ini pengemasan informasi jauh lebih bervariasi. Agada (1995) dalam Mulida Djamarin (2016) tujuan kemas ulang informasi adalah untuk menempatkan, menemukan kembali, mengevaluasi, menginterpretasikan dan
200| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
mengemas informasi tentang subjek tertentu dalam rangka efektifitas dan efisiensi waktu, tenaga, biaya yang semua diperuntukkan bagi pengguna. Merujuk beberapa literatur terkait tujuan kemas informasi inovasi dapat disimpulkan sebagai berikut: (1)
Memudahkan untuk memperoleh dan mendapatkan informasi atau dokumen pembelajaran inovasi desa;
(2)
Mempercepat penelusuran dan penemuan kembali informasi dan dokumen pembelajaran inovasi desa;
(3)
Mengevaluasi dan memberikan penafsiran seberapa jauh tingkat pemanfaatannya;
(4)
Memberikan kepuasan kepada pemakai;
(5)
Mengawetkan koleksi, khususnya jika dikemas dari bentuk tercetak ke bentuk digital;
(6)
Memudahkan pengelola pengetahuan dan inovasi desa mengatur koleksi yang semakin bertambah banyak;
(7)
Menghemat ruang dan rak untuk menyimpan koleksi tercetak;
(8)
Memudahkan penelusuran informasi setelah dientri dalam pangkalan data;
(9)
Mudah dibawa dan ditransfer dalam jejaring sistem informasi dan media lainnya untuk sharing dan transfer pengetahuan maupun pengalaman;
Berbagai kemasan informasi dibuat sesuai dengan kebutuhan informasi bagi pemakai khususnya masyarakat desa. Kemasan informasi inovasi dapat dikemas dalam bentuk seperti: Brosur, Newsletter, Majalah Kesiagaan Informasi, Majalah Abstrak dan Indeks, Bibliografi, Karangan Baru, Presentasi Lisan, disajikan dalam web, Tinjauan Perkembangan Inovasi, Tinjauan Literatur, Monografi, Prosiding Konferensi, Laporan Teknis, Laporan Bisnis atau Laporan Manajemen, Buku Panduan, Direktori, Katalog, Majalah Primer Media dengar pandang.
F.
Tahapan Pengemasan Inovasi Desa
Pada prosesnya, pengemasan informasi mencakup kegiatan sebelum proses/reprocessing dan kemasan ( packaging). Sebelum membuat kemasan informasi, perlu diketahui langkah-langkah dalam proses pengemasan informasi, yaitu: 1.
Menyeleksi dan menetapkan topik dari kemasan yang akan dibuat dan informasi yang akan dicakup. Menurut Kothler, untuk menentukan topik, perlu dikumpulkan berbagai masukan dan ide-ide yang biasanya berasal dari: konsumen/pemakai produk dan jasa (prosentasi paling banyak), ilmuwan, pesaing, karyawan, saluran pemasaran, manajemen puncak atau pengambil kebijakan. Kontribusi subyek atau topik yang disampaikan peneliti sebagai upaya agar pengemasan informasi tersebut tepat, sasaran dan tepat guna;
2.
Menentukan strategi dalam mencari informasi. Kegiatan ini meliputi: menentukan jenis informasi yang dibutuhkan, dan jenis sumber informasi yang dapat
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 201
PROGRAM INOVASI DESA
membantu menemukan informasi yang dibutuhkan. Informasi bisa didapat dari koleksi yang kita miliki, maupun pencarian literature di luar; 3.
Menentukan lokasi informasi dan cara mengakses. Kegiatan ini meliputi: menggunakan katalog perpustakaan, menggunakan indeks majalah, mencari informasi di internet, CD-ROM. Mengemas informasi;
4.
Mengevaluasi produk yang dibuat, dan mengevaluasi proses pembuatannya. Distribusi kemasan informasi Untuk membuat suatu kemasan informasi yang baik, harus didukung oleh informasi penting yang cukup atau memadai.
Lebih rinci tahapan pengemasan informasi atau d okumen pembelajaran inovasi menurut Mulida Djamarin (2016) sebagai berikut: 1.
Identifikasi kebutuhan pengguna. Kebutuhan pengguna dapat diketahui melalui wawancara dengan pengguna maupun pihak terkait, pengamatan langsung di lapangan, serta mempelajari laporan atau dokumen yang ada. Dengan mengetahui kebutuhan pengguna maka tujuan pengemasan informasi akan lebih tepat sasaran;
2.
Pengumpulan informasi serta pemilihan sumber informasi. Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan pengguna, selanjutnya dilakukan pengumpulan informasi yang relevan. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain perpustakaan, diskusi dengan pakar/ahli, dan internet. Namun demikian, pengemas informasi perlu memperhatikan sumber informasi tersebut. Pemilihan sumber informasi penting untuk menjamin kebenaran informasi yang dikumpulkan. Untuk informasi tentang inovasi teknologi pertanian, pengemas informasi dapat mengakses lembaga-lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan sumber lain yang relevan. Informasi yang bersumber dari kearifan lokal dapat pula dimanfaatkan bila relevan;
3.
Pengemasan informasi. Kemampuan pengemas informasi sangat menentukan nilai guna kemasan informasi yang dihasilkan. Oleh karena itu, pengemas informasi perlu memahami materi yang akan dikemas, bentuk kemasan, serta cara mengemasnya. Seyogianya, pengemas informasi adalah orang yang ahli di bidangnya. Mengemas kembali informasi dengan cara mensintesa ke dalam bentuk/format kemasan informasi sesuai dengan kebutuhan pemakai. Namun, pengemasan dapat pula dilakukan oleh bukan ahlinya bekerja sama dengan yang ahli di bidangnya;
4.
Menentukan sasaran audience, bentuk kemasan, dan membuat time schedule serta merancang biaya;
5.
Menentukan strategi dalam mencari jenis sumber informasi yang dapat membantu menemukan informasi yang dibutuhkan. .Menentukan lokasi informasi dan bagaimana cara mengaksesnya apakah menggunakan katalog perpustakaan, indeks, internet, maupun CD-ROM;
6.
Menetapkan cara dan sistem penyebarluasan kemasan informasi yang sudah jadi;
202| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
7.
Mentransfer informasi dalam bentuk tercetak (printed out) maupun basis data baik ke disket, CD-R/RW, CD-ROM, flash disk/USB untuk keperluan penyebaran kepada masyarakat luas;
8.
Mendistribusikan, menyebarkan, mendiseminasikan, memasarkan kemasan informasi dengan cara promosi maupun pendidikan pemakai. Menyampaikan kemasan informasi berupa paket maupun lembar informasi kepada pengguna.Hal ini bisa dilakukan baik secara langsung ( face to face, door to door ), telepon, via surat/pos, email, faksimil maupun media lainnya.;
9.
Evaluasi produk dan proses pembuatannya. Evaluasi terhadap kemasan informasi bertujuan untuk mengetahui manfaat informasi bagi pengguna serta efektivitas media yang digunakan. Evaluasi terhadap proses pembuatan juga penting, terutama berkaitan dengan efisiensi waktu, tenaga, dan biaya. Evaluasi kegiatan kemas ulang informasi. Dilakukan secara terus menerus, dan berkelanjutan dalam suatu periode tertentu untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan sudah tercapai dan memenuhi target.
G.
Bentuk Pengemasan Inovasi Desa
Berbagai hasil dari pengalaman dapat dikemas dalam beragam bentuk dokumen pembelajaran yang memungkinkan setiap orang dapat mengaksesnya baik dalam offline maupun online. Tidak saja pengemasan inovasi dilakukan secara tercetak namun dapat dilakukan secara digital. Seperti CD Teknologi Pencerdasan bangsa buatan kantor menristek, mengemas informasi Teknologi Tepat Guna, Kliping Elektronik buatan Perpustakaan ITB mengemas informasi surat kabar dan majalah Cybermedia, dan yang sedang tren saat ini Digital Library yang mempublikasikan Local Content. Kemudian munculah istilah e-book untuk buku elektronik; e-Journal untuk majalah elektronik ; e-Klip untuk kliping elektronik. Secara khusus, bentuk pengemasan pengetahuan dan inovasi desa dapat mengikuti kaidah pendokumentasian informasi diantaranyya berupa bibliografi, sari, multimedia, brosur/leaflet, news letter:
Bibliografi Bibliografi (dari bahasa Yunani βιβλιογραφία, bibliographia, secara harfiah "penulisan buku"), sebagai sebuah praktik, adalah buku studi akademis seperti fisik, benda-benda budaya, dalam pengertian ini, juga dikenal sebagai bibliology (dari bahasa Yunani λογία,-logia) . Secara keseluruhan, bibliografi tidak peduli dengan isi buku-buku sastra, melainkan lebih kepada "bookness" buku.
Sebuah bibliografi, produk dari praktik bibliografi, adalah daftar sistematis buku dan karya-karya lain seperti artikel jurnal. Bibliografi berkisar dari "karya dikutip" daftar di akhir buku dan artikel untuk menyelesaikan, publikasi independen. Sebagai karyakarya yang terpisah, mereka mungkin dalam volume terikat seperti yang ditunjukkan di sebelah kanan, atau terkomputerisasi database bibliografis. Sebuah katalog
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 203
PROGRAM INOVASI DESA
perpustakaan, meskipun tidak disebut sebagai bibliografi, adalah bibliografis di alam. Bibliografi karya hampir selalu dianggap sebagai sumber tersier. Biasanya bibliografi diterbitkan oleh perpustakaan atau badan penerbit dengan tujuan untuk disebarkan kepada perpustakaan lain sebagai bahan rujukan bagi pencari informasi baik secara tercetak atau terekam. Jenis bibliografi ada dua macam yakni bibliografi umum dan khusus.
Sari Karangan Sari karangan, biasanya memuat keterangan seperti latar belakang, tujuan, sasaran, metode, kesimpulan dan saran yang terdapat pada dokumen aslinya. Jenis sari karangan yang dibuat bisa sari karangan indikatif maupun sari karangan informatif. Bentuk ringkas dari karangan yang masih memperlihatkan sosok dasar dari aslinya. Inti tidak meninggalkan urutan dasar yang melandasinya. Dengan kata lain memangkas hal-hal yang lebih kecil yang meliputi gagasan utama bacaan, kerangka dasar masih tampak jelas. Ringkasan merupakan bentuk penyajian karangan atau peristiwa yang panjang dalam bentuk yang singkat dan efektif. Ringkasan adalah sari karangan tanpa hiasan. Ringkasan itu dapat merupakan ringkasan sebuah buku, bab, ataupun artikel. Fungsi sebuah ringkasan adalah memahami atau mengetahui sebuah buku atau karangan. Dengan membuat ringkasan, kita mempelajari cara seseorang menyusun pikirannya dalam gagasan-gagasan yang diatur dari gagasan yang besar menuju gagasan penunjang, melalui ringkasan kita dapat menangkap pokok pikiran dan tujuan penulis.
Multi Media Satu lagi inovasi dalam bidang pendokumentasian informasi yaitu multi media. Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi, audio dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat melakukan navigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi. Multimedia sering digunakan dalam dunia informatika. Selain dari dunia informatika, multimedia juga diadopsi oleh dunia game, dan juga untuk membuat website. Pada awalnya multimedia hanya mencakup media yang menjadi konsumsi indra penglihatan (gambar diam, teks, gambar gerak video, dan gambar gerak rekaan/ animasi), dan konsumsi indra pendengaran (suara) dan juga berupa ( berwujud). Dalam perkembangannya multimedia mencakup juga kinetik (gerak) dan bau yang merupakan konsumsi indra penciuman. Multimedia mulai memasukkan unsur kinetik sejak diaplikasikan pada pertunjukan film 3D yang digabungkan dengan gerakan pada kursi tempat duduk penonton. Kinetik, dan film 3 dimensi membangkitkan sense realistis.
Media pandang dengar ini dapat berupa company profile, program pendidikan pemakai serta media promosi jasa layanan teknis. Sasaran pengguna pada bentuk pengemasan multi media umumnya adalah kelompok. Misalnya apabila ada pameran jasa layanan teknis (P2KTD), pengunjung disuguhkan beragam informasi mengenai jasa layanan teknis serta cara mengaksesnya. Demikian juga dalam pengelolaan 204| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
pengetahuan dan inovasi pembanguan desa dapat menggunakan multi media sebagai sarana program pendidikan dan pelatihan bagi pemakai (user education program ). Multimedia dimanfaatkan juga dalam dunia pendidikan dan bisnis. Di dunia pendidikan, multimedia digunakan sebagai media pengajaran, baik dalam kelas maupun secara sendiri-sendiri atau otodidak. Di dunia bisnis, multimedia digunakan sebagai media profil perusahaan, profil produk, bahkan sebagai media kios informasi dan pelatihan dalam sistem e-learning.
Brosur/leaflet
Leaflet atau brosur banyak dibuat oleh berbagai lembaga untuk memperkenalkan hasil produk atu jasa yang dapat diberikan kepada pengguna. Bagi perpustakaan pembuatan Leaflet atau brosur khususnya dapat dimanfaatkan untuk penyebaran informasi mengenai beberapa hal seperti pedoman perpustakaan, daftar bacaan tertentu, koleksi khusus produk setempat, bahan arsip, pengenalan terhadap minat/studi, kegiatan atau peristiwa di lingkungan sekitar. Suatu unit atau pusat informasi harus selalu menerbitkan brosur dan leaflet. Brosur promosi bertujuan mengumumkan keberadaan unit kerja tersebut, tujuan dan program-programnya, layanannya dan informasi lain yang berkaitan. Brosur bisa juga membuat kuesiner ringkas mengenai perolehan advis, tanggapan dan minat masyarakat informasi. Umpan balik akan menandakan respon dari pengguna. Brosur ditulis secara ringkas dan jelas dengan penyajian yang menarik. Brosur informatif bermanfaat untuk memperkenalkan dan mempromosikan topik/subyek yang dicakup suatu unit informasi. Bahasa yang digunakan dalam brosur sebaiknya sederhana, dan mudah dipahami masyarakat. Leaflet diterbitkan untuk memberitahukan adanya terbitan baru. Harus dijelaskan secara ringkas mengenai isinya, ukuran, harga dan cara memperolehnya. Bila terbitan jumlahnya banyak dapat diterbitkan brosur kumulatif yang memberikan rincian semua terbitan. Langkah-langkah pembuatan Leaflet atau brosur yaitu: 1.
Pemilihan dan penetapan subyek;
2.
Menentukan format yang akan digunakan;
3.
Buat desain;
4.
Proses cetak;
5.
Distribusi dan sebarluaskan.
Newsletters Newsletter merupakan terbitan yang penting karena lebih fleksibel dalam hal topik yang dicakupnya dan bentuk isi atau kandungannya. Terbitan ini dimaksudkan untuk memberikan berbagai jenis informasi yang tidak dimuat dalam terbitan lain dari pusat informasi. Newsletter biasanya berisi aktivitas pusat informasi itu sendiri, berita proyek
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 205
PROGRAM INOVASI DESA
yang sedang berjalan, laporan pertemuan yang baru selesai diselenggarakan, bisa ditambah publikasi terbaru peneliti, info buku dan jurnal baru.
Tabel. Jenis Kemasan berdasarkan Status Pemakai Status Pemakai
Jenis kemasan
Peneliti/Dosen/Akademisi Penyebaran Informasi Terseleksi
•
•
•
•
Kesiagaan Informasi (Current Awarnness Services)
•
•
•
•
Pengambil Kebijakan
Ringkasan Eksekutif
•
•
Industri kecil dan Menengah
Brosur atau Pamflet
•
•
•
•
•
Industri besar
Proposal pabrik
•
•
Pendidikan dan Pelatihan
Dokumen pembelajaran
•
•
•
•
H.
Jasa Kemasan Pengetahuan dan Inovasi Fokus Informasi Indonesia sesuai bidang Info Ristek Info HaKI Tinjauan literatur Informasi Kilat Buletin Info Kilat Kumpulan Abstrak Database suatu bidang Info Riset dan Teknologi Ringkasan Eksekutif Pohon Industri Panduan Usaha Info Teknologi Tepat Guna (TTG) Kliping Majalah Usaha Studi kelayakan bisnis Studi AMDAL Studi TNA Artikel ilmiah Multimedia Panduan dan modul
Aspek Komersial Pengemasan Inovasi Desa
Bukan hal yang mustahil bahwa pemanfaatan informasi pembangunan desa mulai menyentuh aspek-aspek komersialisasi layanan. Perubahan paradigma bahwa unit atau pusat informasi saat ini bukan hanya sebagai tempat penyimpanan koleksi yang pasif, namun juga bisa menjadi pusat informasi yang aktif dan dinamis serta mampu menghasilkan produk yang menjual. Perlu disadari bahwa unit atau pusat informasi layanan masyarakat merupakan unit kerja yang banyak membutuhkan biaya ( cost centre). Namun kucuran dana untuk perpustakaan nyaris tidak ada. Atas dasar hal tersebut maka perpustakaan harus mengubah posisinya dari cost centre menjadi profit centre. Perubahan paradigma
206| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
tersebut memacu dan menjadi tantangan perpustakaan untuk lebih kreatif dan inovatif dalam upaya menjadi profit centre. Perlu dipikirkan dalam menerapkan komersialisasi informasi pembangunan desa terkait dengan layanan inovasi hendaknya dipilah layanan mana yang akan dikomersialisasikan dan yang mana yang tidak. Hal-hal yang menjadi kepentingan publik secara umum perlu dibebaskan dari aspek komersial termasuk untuk kepentingan pembelajaran dan peningkatan kapasitas masyarakat desa. Beberapa hal yangdapat dikomersialkan terutama untuk kepentingan pembiayaan operasional layanan unit atau pusat layanan informasi diantaranya; inter unit information loan (pinjam antar unit informasi), penelusuran terpasang (on-line), layanan referensi, bibliografi, salinan bahan (fotocopi), layan antar bahan koleksi dan jasa kesiagaan informasi. Sudarmini dan Mansjur (2001) menyatakan tujuh elemen atau unsur yang menunjang keberhasilan pemasaran di bidang komersial dapat pula dimanfaatkan untuk kegiatan pertukaran pengetahuan dan inovasi atau pusat informasi. Tujuh unsur tersebut yaitu: (1) product (termasuk jasa penyediaan informasi juga jasa informasi terbaru); (2) price (informasi ditentukan harganya); (3) place (informasi yang ditawarkan harus selalu tersedia di perpustakaan atau dimanapun dan selalu siap dibutuhkan); (4) promotion (pameran koleksi baru, brosur perpustakaan, penyebaran bibliografi, abstrak, daftar judul artikel majalah dan informasi terseleksi); (5) process (informasi perlu diolah agar pengguna dapat memperolehnya dengan mudah bila membutuhkan; (6) people (sumber daya manusia merupakan unsure kekuatan dalam pemasaran, baik ia pemberi informasi, pengguna sesuai segmennya maupun orang lain yang terlibat didalamnya); (7) physical evidence (produk yang dipasarkan harus bersifat kasat mata, dalam hal ini dituliskan, dicetak, direkam dan diterbitkan sehingga manfaatnya dapat dirasakan).
Hal yang perlu ditekankan dalam menerapkan sistem perpustakaan yang komersial pihak pengelola perpustakaan perlu memperhatikan aspek-aspek penting, seperti; bentuk permintaan pemakai yang sering diminta, sistem keamanan informasi pribadi anggotanya, kecanggihan sistem automasi perpustakaan, hingga studi kelayakan kepuasan pemakai (lebih pada user studies). Pengemasan informasi berpotensi mendatangkan fulus bagi perpustakaan. Berbagai bentuk kemasan tidak saja memudahkan pengguna dalam memperoleh informasi tetapi juga menjadi nilai tambah bagi perpustakaan. Mengubah image bahwa perpustakaan hanya menyediakan informasi tanpa mampu mengemasnya menjadi menarik. Mempercantik kemasan informasi yang akan disajikan, akan menarik pengguna dalam memanfaatkan informasi di dalamnya. Tidak cukup sampai disitu, jika orang bilang, jangan melihat sesuatu dari kulit luarnya saja, itu berlaku pula dalam hal layanan pengemasan informasi. Bahwa informasi yang terkandung didalamnyapun harus betul-betul berbobot, tepat sasaran dan pengguna tidak akan merasa kecewa karenanya.
Daftar Pustaka Mulida Djamarin (2016). Pengemasan Informasi. Universitas Negeri Padang. UPT Perpustakaan, Padang
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 207
PROGRAM INOVASI DESA
Sankarto, Bambang S. (2008). Pedoman/Pengemasan Informasi. Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Sri Hartinal (2015 ) Kemas Ulang Informasi (Information Repackaging). Disampaikan pada Pelatihan Pengenalan Kemas Ulang Informasi pada UPT BIT – Bandung 2728 Juli 2005. http://p4tkmatematika.org/file/INFO%20UNIT/Unit%20Perpustakaan/kemas%20Ulang %20Informasi%202013_41.pdf https://id.wikipedia.org/wiki/Pengemasan http://yudhim.blogspot.co.id/2008/01/pengemasan‐dan‐pemasaran-informasi.html (diunduh tgl. 7 April 2016) https://fpdp.wordpress.com/e‐learning/kiat‐penelusuran/ (diunduh tgl 4 April 2016.
208| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Informasi 5.1.1
Strategi Peningkatan Kapasitas Pelaku dalam Pengembangan Keterampilan Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
A.
Latar Belakang
Pengembangan kapasitas bagi pelaku Program Inovasi Desa (PID) tentu tidak hanya berorientasi pada kemampuan pendamping saja, namun mencakup keseluruhan lingkup sistem dan kelembagan yang terdiri dari struktur penataan organisasi atau sering dikenal dengan sistem manajemen, kebijakan, target capaian, strategi pencapaian, dan peraturan operasional. Hal demikian mengisyaratkan adanya tingkat pengembangan kapasitas (capacity development ) yang berarti mengembangkan kemampuan yang sudah ada (existing capacity ), dan pengembangan kapasitas yang mengedepankan proses kreatif untuk membangun kapasitas yang belum terlihat atau constructing capacity . Pengembangan kapasitas merupakan suatu proses untuk melakukan sesuatu, atau serangkaian kegiatan untuk melakukan perubahan multilevel pada diri individu, kelompok, organisasi, dan sistem guna memperkuat kemampuan penyesuaian individu dan organisasi dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Oleh karena itu peningkatan kapasitas pendamping dapat dilakukan melalui proses menganalisis lingkungan, mengidentifikasi masalah, menemukenali kebutuhan pengembangan diri, isu-isu strategis dalam masyarakat dan peluang yang dapat diperankan pendamping, membuat formulasi strategi dalam proses mengatasi masalah, serta merancang sebuah rencana aksi agar dapat dilaksanakan guna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dalam The Capacity Building For Local Government Toward Good Governance bahwa peningkatan kapasitas perlu memperhatikan tiga aspek yaitu. Pertama, pengembangan SDM melalui pelatihan, sistem rekruitmen yang transparan, pemutusan pegawai secara profesional, dan updating pola manajerial dan teknis. Kedua, pengembangan kelembagaan yang mencakup pada aspek menganalisis postur struktur organisasi berdasarkan peran dan fungsi, proses pengembangan SDM, dan gaya manajemen organisasi. Ketiga, pengembangan jejaring kerja (networking) yang dilakukan melalui penguatan koordinasi, memperjelas fungsi jejaring, serta interaksi formal dan informal antarkelembagaan.
B.
Tingkatan Pengembangan Kapasitas
Pengembangan kapasitas demikian menjelaskan adanya tingkatan yang mencakup keseluruhan aspek berdasarkan analisis kebutuhan organisasi atau dalam lingkup Peningkatan Kapasitas Pendamping Desa dalam bidang pembangunan dan
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 209
PROGRAM INOVASI DESA
pemberdayaan masyarakat Desa. Secara umum, tingkatan pengembangan kapasitas diuraikan sebagai berikut: Pertama, tingkat pengembangan sistem pendampingan. Pada tingkatan ini, pengembangan kapasitas dilakukan terhadap kerangka kerja yang berhubungan dengan pengaturan, kebijakan dan kondisi dasar yang mendukung pencapaian tujuan kebijakan atau program tertentu. Ketika Tim pelaksana inovasi baik ditingkat Kabupaten/Kota maupun tingkat Kecamatan memiliki target capaian yang menjadi sasaran yang hendak dicapai secara berkualitas dan berintegritas, maka pada tingkatan ini perlu dibangun adanya pengaturan sistem pendidikan dan pelatihan yang baik sebagaimana ditetapkan dalam standar kompetensi Pendamping Desa.
Penerapan manajemen kualitas pelayanan yang dilakukan oleh pra pelaku program khususnya OPD terkait merupakan langkah untuk terwujudnya pelayanan yang mengedepankan kepentingan pengguna yaitu masyarakat yang dilayaninya. Fokus pada pengguna mutlak dilakukan karena pelayanan sangat tergantung pada keberadaan pengguna yang membutuhkan jasa pelayanan. Dalam hal ini, OPD dan pendamping teknis memiliki pengguna bukan sekadar kelompok, aparatur Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa, tetapi juga pemangku kepentingan lain yang mendukung pelaksanan Program Inovasi Desa (PID). Oleh karena itu, pengembangan kapasitas pelaku tidak hanya berperan dalam pelatihan saja lebih dari bagaimana mendorong kinerja, koordinasi dan mensertifikasi seluruh pelaku dalam pemanfaatan inovasi bagi pembangunan desa. Kedua, tingkat pengembangan kelembagaan. Pada tingkatan ini, pengembangan dilakukan untuk mengembangkan prosedur dan mekanisme pekerjaan serta membangun hubungan atau jejaring kerja dengan pemangku kepentingan lain. Dalam organisasi, jejaring kerja jelas sangat dibutuhkan untuk setiap tingkatan manajemen yang biasa dikenal dengan perencanaan, pengorganisasian, pembagian kerja, pengawasan. Oleh karena itu, dalam setiap tahapan harus didukung adanya penguasaan tentang cara-cara berinteraksi dengan orang lain untuk dapat menciptakan jejaring kerja dengan siapa saja, agar mendapatkan respon positif dalam organisasi. Hal ini penting dan tentu harus dilakukan oleh seluruh pelaku baik pendamping, OPD tau pihak lainnya agar target capaian organisasi tidak mungkin dapat diselesaikan oleh seorang diri tetapi harus diselesaikan dengan berkolaborasi untuk mencapai hasil yang sinergis. Jika kondisi tersebut dapat terwujud, maka akan dapat menciptakan suasana kerja yang kondusif dan terkuranginya ketegangan atau stres yang memicu menurunnnya tingkat produktivitas kerja.
Dalam proses pengembangan kapasitas, salah satu cara yang cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan membangun jejaring kerja dengan meniru bagaimana orang-orang sukses berinteraksi dengan orang lain. Namun perlu diketahui bahwa proses meniru bukan merupakan perkerjaan yang mudah asal mengikuti, tetapi butuh adanya kecerdasan dalam mengidentifikasi berbagai aspek terkait dengan proses interaksi, misalnya bagaimana cara mengendalikan emosi, cara menghargai orang lain, cara berbicara, cara merespon dan sebagainya. Setidaknya membangun jejaring kerja merupakan suatu seni sehingga tidak mudah dibuat suatu pola hubungan yang baku.
210| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Ketiga, tingkat pengembangan individu. Pada tingkatan ini, pengembangan diarahkan pada diskrepansi kompetensi teknis dan kompetensi manajerial melalui pengelompokan pekerjaan, misalnya sebagai pendamping, tim pelaksana dan tenaga termapil lainnya. Harus diahamai bahwa kompetensi merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang dimiliki seseorang terkait dengan pekerjaannya agar dapat diaktualisasikan dalam bentuk tindakan nyata. Secara umum, diskrepansi kompetensi ditelaah melalui proses analisis kebutuhan peningkatan kapasitas pelaku program dengan mengukur kompetensi yang ada dan membandingkannya dengan standar kompetensi pekerjaan yang sudah baku. Dengan demikin pelaksanaan kajian diperlukan suatu standar kompetensi yang berisi acuan ideal tentang seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang seharusnya dimiliki seseorang Pendamping Desa untuk melakukan pekerjaan tersebut secara efektif. Inilah yang kemudian disebut standar kompetensi bidang keahlian sebagai refleksi atas kompetensi yang diharapkan dimiliki seseorang yang berkerja dalam bidang tersebut.
C.
Pola Kerja Pengembangan Kapasitas
Peristilahan capacity building atau peningkatan kapasitas berkembang mulai dari fase 1950-an dan 1960-an yang dimaksudkan untuk menyebut proses pengembangan masyarakat yang berfokus pada peningkatan kapasitas penguasaan teknologi di daerah pedesaan. Pada 1970-an, laporan badan organisasi PBB menekankan pentingnya pembangunan kapasitas untuk keterampilan teknis di daerah pedesaan, dan juga di sektor administrasi negara berkembang. Pusatnya, pada 1990-an, UNDP menjadikan gerakan capacity building sebagai konsep pembangunan untuk meningkatkan kapasitas pemberdayaan dan partisipasi keseluruhan unit organisasi. Dengan demikian, pola kerja pengembangan kapasitas sangat menekankan adanya keterlibatan keseluruhan komponen organisasi secara kesederajatan dan adanya dialog terbuka untuk bersepakat mencapai tujuan sasaran organisasi. Sebuah proses kapasitas yang efektif harus mendorong partisipasi oleh semua pihak yang terlibat. Jika stakeholder yang terlibat dan keseluruhan anggota organisasi dalam proses perumusan target capaian terlibat, tentu kesemuanya akan merasa memiliki organisasi dan akan lebih bertanggung jawab atas hasil dan keberlanjutan capaian organisasi. Keterlibatan keseluruhan komponen secara langsung jelas sangat memungkinkan untuk pengambilan keputusan yang cepat dan efektif, sekaligus lebih transparan. Kebersamaan mengembangkan kapasitas juga pada akhirnya akan mengevaluasi target capaian yang pernah ada pada masa sebelumnya, dan memungkinkan adanya pembangun kapasitas untuk melihat sisi mana yang membutuhkan penguatan, hal mana yang mesti diprioritaskan, dan tentunya dengan cara apa pencapaian target akan dilakukan. Oleh karena itu, pengembangan kapasitas yang tidak diawali adanya studi komprehensif tentang kebutuhan organisasi dan penilaian kondisi yang sudah ada sebelumnya, pada umumnya hanya akan membatasi pada pelatihan saja, padahal sesuai tingkatan pengembangan harus mencakup keseluruhan komponen organisasi. Perlu adanya evaluasi peningkatan kapasitas guna mengontrol akuntabilitas kinerja organisasi
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 211
PROGRAM INOVASI DESA
melalui pengukuran berdasarkan pada perubahan kinerja berbasis pengaturan kelembagaan, kepemimpinan, pengetahuan, dan akuntabilitas.
D.
Kompetensi Pelaku
Pelaku Proram Inovasi Desa (PID) baik OPD, TIK-PID, TPID dan Pendamping Desa yang berkualitas dan handal dicirikan antara lain oleh kinerja yang tinggi, khususnya kompetensi teknis bidang khusus misalnya penangkapan inovasi desa ( capturing), kompetensi berinteraksi dengan masyarakat, mengelola pemangku kepentingan dan kompetensi kewirausahaan (entrepreneurship), serta memiliki daya fisik yang sehat. Sebelum dan selama berkiprah melakukan kegiatan pembimbingan teknis kepada pelaku dan masyarakat, maka kompetensi tertentu yang dimiliki oleh seorang pembimbing di luar kemampuan teknisnya perlu lebih ditajamkan dan ditingkatkan sedemikian rupa, sehingga memiliki penampilan sederhana, low profile, berjiwa kritis, arif, terbuka, berkepribadian tinggi, ramah, kooperatif, mampu bekerja dalam tim, menghargai dan menghormati orang-orang lain, memiliki daya penguasaan dan pengendalian diri yang kuat. Merujuk pada gagasan Rotwell, maka tenaga pembimbing, tutor atau fasilitator dituntut memiliki empat kompetenasi, yaitu: 1.
Kompetensi Teknis (Technical Competence ), yaitu kompetensi mengenai bidang yang menjadi tugas pokok dalam mendampingi masyarakat;
2.
Kompetensi Manajerial (Managerial Competence ) adalah kompetensi yang berhubungan dengan berbagai kemampuan manajerial yang dibutuhkan dalam menangani tugas organisasi atau tim kerja;
3.
Kompetensi Sosial (Social Competence ) yaitu kemampuan melakukan komunikasi yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam pelaksanaan tugas pokoknya;
4.
Kompetensi lntelektual/Strategik (Intelectual/Strategic Competence) yaitu kemampuan untuk berpikir secara stratejik dengan visi jauh ke depan.
Mengingat masyarakat senantiasa dinamis seiring dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta persaingan global, maka pengembangan kompetensi merupakan suatu hal yang harus dilakukan secara terencana dan berkelanjutan. Artinya setiap pengembangan kompetensi harus didasarkan pada hasil analisis kebutuhan pekerjaan atau tugas dan analisis jabatan, sehingga pengembangan kapasitas tepat sasaran dan berdayaguna dalam meningkatkan kinerja. Dengan demikian, pengembangan kompetensi personil bukan sebagai beban organisasi, akan tetapi menjadi alat strategis untuk meningkatkan kinerja individu dan organisasi secara keseluruhan. Pada hakekatnya, pengembangan kompetensi Pendamping Desa dapat dikelompokkan dalam dua katagori, yaitu: 1.
Kompetensi Umum (General Competency ), artinya, meskipun pendamping memiliki posisi atau jabatan dan tugas pokoknya berbeda dalam tingkatan organisasi, namun jenis kemampuan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bersifat dasar yang dibutuhkan akan disamakan. Misalnya, Tenaga Ahli
212| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Pemberdayaan Masyarakat, Pendamping Desa, Pendamping Lokal Desa, TIK-PID, TPID, dan KPMD tentunya memiliki kebutuhan yang sama sebagai pendamping atau pembimbing dalam hal teknik fasilitasi kelompok. 2.
E.
Kompetensi Khusus (Spesific Competency ), artinya setiap unit atau satuan kerja dalam organisasi tidak sama kebutuhan jenis keahliannya, karena latar belakang teknis substantif (Technical Competence). Misalnya kemampuan mebuat produk atau keterampilan menangkap inovasi desa ( capturing)
Berorietasi pada Kualitas
Peningkatan Kapasitas pelaku Program Inovasi Desa (PID) perlu dilakukan melalui tindakan terkoordinasi, artinya seluruh elemen yang terlibat dalam pembangunan dan pemberdayaan Desa menjadi bagian dari proses pembelajaran. Hal ini juga terkait dengan peran kelembagaan atau instansi pemerintah sebagai pemangku kepentingan utama dalam pengembangan masyarakat terkait dengan pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) terkait pengelolan pengetahuan dan inovasi desa. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas dilakukan dengan melakukan inventarisasi dan mengkaji hal-hal sebagai berikut: 1.
Keberadaan program pendidikan dan pelatihan pelaku PID;
2.
Keberadaan dan program pendmapingan dan bimbingan teknis dari kalangan aparat atau OPD terkait;
3.
Keberadaan dan status dari pelaku beserta tugas dan kewajibannya;
4.
Sarana dan dana yang tersedia bagi program pemberdayaan masyarakat. Mengupayakan penggunaan Dana Desa atau Dana Alokasi Desa dibangun dalam kerangka perubahan dan keberlanjutan bukan “proyek”. Termasuk dana peningkatan kapasitas pelaku yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK);
5.
Keberadaan dukungan dan kebijakan dari Pemerintah Daerah, khususnya terkait dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota bersangkutan dalam mendukung kegiatan inovasi desa.
Pada tahap selanjutnya disusun perencanaan umum untuk melakukan kegiatan pembinaan dan pembimbingan bagi semua pendamping di tingkat Kabupaten/Kota. Di sini keterlibatan unit teknis/OPD terkait, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi mutlak diperlukan, khususnya untuk mengukur kesenjangan kompetensi pendamping, antara yang dimiliki sekarang dengan apa yang menjadi harapan masyarakat, serta merancang materi pembelajaran (subject matters) untuk peningkatan kompetensi pelaku program. Dari proses ini dihasilkan rumusan tentang kompetensi baru yang perlu internalisasikan kepada para pelaku di daerah. Pada tahap ini diidentifikasi dan dipilah-pilah materimateri pembelajaran yang diperlukan, diantaranya mencakup kompetensi umum dan kompetensi khusus termasuk dalam keterampilan sosial. Secara lebih rinci rencana peningkatan kapasitas dijabarkan secara rinci dalam bentuk kurikulum, berupa GBPP (Garis-garis Besar Program Pembelajaran), TIU (Tujuan
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 213
PROGRAM INOVASI DESA
Instruksional Umum dan TIK (Tujuan Instruksional Khusus), serta Kerangka Acuan dari program yang akan diselenggarakan. Semua kegiatan ini dilandaskan kepada materi pembelajaran sesuai dengan upaya peningkatan kompetensi khusus. Efektivitas dan efisiensi proses belajar hendaklah dijadikan pedoman di dalam upaya meningkatkan kapasitas dan kualitas Pendamping Desa. Oleh karena itu, semua pihak terkait, yakni OPD, Pemerintah Kabupaten/Kota, pakar perguruan tinggi, LSM dan sukarelawan terkait serta lembaga penyandang dana (donor), perlu sepakat dan mendukung gagasan pengembangan kapasitas yang lebih bersifat bottom-up program planning.
F.
Pemberdayaan Pendamping
Pemberdayaan pendamping sebagai bagian dari investasi SDM (Empowerment of Human Resources), merupakan aspek manajemen yang sangat strategis, karena pendamping diharapkan dapat menjadi penggerak dan daya terhadap sumber-sumber lainnya pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Desa. Apabila pendamping tidak dapat menunjukkan daya dan memberikan daya terhadap sumber lainnya, maka dapat dipastikan pembangunan dan pemberdayaan tidak berjalan secara efektif dan efisien. Dalam pemberdayaan pendamping ada dua istilah yang perlu dipahami yaitu “pemberdayaan” dan “pendamping”. Dua kata ini memiliki makna yang sangat strategis terkait upaya memperkuat posisi dan peran dalam masyarakat. Pemberdayaan mengandung makna bahwa terjadi perubahan dinamis dan berkelanjutan dari ketidakmampuan menuju kesuksesan atau kemandirian. Sedangkan, kata pendamping bermakna subjek dan objek yang memiliki peran, kemampuan (competency ) dan mandat dalam mendukung pembangunan dan pemberdayaan Desa. Upaya peningkatan merupakan serangkaian tindakan sistematis dalam membangun kepribadian pendamping yang mampu bertindak dan bekerja secara profesional, adaptif, berjiwa sukarela, kreatif dan siap menghadapi berbagai tantangan dan perubahan yang terjadi. Pendamping adalah mental dan cara pandang bukan identitas yang melekat dalam diri seseorang yang bersifat kontraktual, tetapi sebagai panggilan jiwa untuk bekerja bersama masyarakat dalam mencapai visi dan tujuan bersama. Cara pemberdayaan pendamping, yaitu:
1.
Memberi Peran
Setiap unit lembaga pasti ada yang ditunjuk untuk sebagai peran dalam melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat yang ada dalam lembaga tersebut. Seseorang yang diberi peran dalam pekerjaan akan merasa ada perhatian khusus dari lembaga yang dapat mempengaruhi psikologi pelakunya dan secara langsung dia mempunyai tuntutan agar orang lain berperilaku kepadanya yang sesuai dengan kondidi perannya. Misal seorang guru akan bererilaku sebagai guru yang baik dalam setiap waktu. Kondisi
214| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
yang seperti itu dapat mempengaruhi dari dorongan pemberian peran. Dan jangan sampai peran yang diberikan bertentangan dengan kompetensi yang dimiliki dan kemauan jiwa yang dimiliki. Begitu pula peran yang diberikan tidak over load . Agar semua bisa teratasi dengan baik diperlukan : (a)
Rancangan beban tugas harus jelas dan pas.
(b)
Mempunyai tujuan peran yang jelas seperti program promosi
(c)
jabatan dan lain-lainnya.
(d)
Menerapkan manajemen kinerja yang efektif.
(e)
Merancang sesuai dengan kebutuhan tugas pendamping.
(f)
Menjelaskan keseluruhan kepada pemangku kepentingan.
(g)
Membuat struktur organisasi kerja yang jelas.
2.
Membentuk Kelompok Kerja
Memberdayakan pendamping dapat dilakukan dengan membentuk tim atau kelompok kerja baik dilakukan secara fomal maupun non formal. Secara formal kelompok dibentuk atas dasar tugas yang diberikan oleh organisasi atau lembaga penyelenggara atau biasa disebut kelompok kerja. Sedangkan pembentukan kelompok non formal dilakukan hanya kepada personal yang mempunyai kepentingan bersama. Ada beberapa langkah dalam mebentuk kelompok: (a)
Storming, yaitu menghimpun pendapat dari beberapa anggota kelompok dan merumuskan bersama-sama.
(b)
Pembentukan diri, yaitu saling mengenali satu sama lain dan mempelajari peran mereka dalam kelompok.
(c)
Norming, yaitu menentukan norma atau aturan-aturan yang ditetapkan.
(d)
Performing, yaitu menampilkan kegiatan yang sudah disepakati bersama-sama.
G.
Pola Pengembangan Kapasitas Pelaku
Penyelenggaraan program pelatihan dan pengembangan bagi pelaku Program Inovasi Desa (PID) khusunya dalam aspek keterampilan mengelola pengetahuan dan inovasi desa bersifat programatik dan situasional. Artinya dirumuskan sesuai perhitungan kepentingan organisasi dan kebutuhan, penerapan prinsip belajar dapat berbeda dalam aksentuasi dan intensitas, yang pada gilirannya tercermin pada penggunaan teknik dalam proses pembelajaran. Melaksanakan program pelatihan dan pengembangan kompetensi tekni pada prinsipnya melaksanakan proses pembelajaran, artinya ada pelatih yang mengajarkan suatu topik atau mata latih. Oleh karena itu, tepat tidaknya suatu teknik fasilitasi tergantung pada pertimbangan yang ingin ditonjolkan, seperti penghematan dalam
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 215
PROGRAM INOVASI DESA
pembiayaan, materi dan fasilitas yang tersedia, kemampuan peserta, kemampuan pelatih dan prinsip belajar yang digunakan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam p elaksanaan program pelatihan dan pengembangan antara lain : (a)
On the job atau pelatihan dalam jabatan, merupakan teknik pelatihan di mana para peserta dilatih langsung di tempat dia bekerja. Sasarannya adalah meningkatkan kemampuan peserta latihan mengerjakan tugasnya yang sekarang. Yang bertindak sebagai pelatih bisa seorang pelatih formal, atasan langsung, atau rekan sekerja yang lebih senior dan berpengalaman. Pelatihan dalam jabatan ini meliputi empat tahap yaitu : •
•
•
•
peserta pelatihan memperoleh informasi tentang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan hasil yang diharapkan, kesemuanya dikaitkan dengan relevansi pelatihan dengan peningkatan kemampuan peserta pelatihan yang bersangkutan. pelatih mendemonstrasikan cara yang baik melaksanakan pekerjaan tertentu untuk dicontoh oleh pegawai yang sedang dilatih. peserta pelatihan disuruh mempraktekkannya sendiri apa yang telah didemonstrasikan pelatih. pendamping menunjukkan kemampuan bekerja menurut cara yang t elah dipelajarinya secara mandiri.
(b)
Vestibule merupakan metode pelatihan untuk meningkatkan keterampilan terutama yang bersifat teknikal, di tempat pekerjaan, akan tetapi tanpa menggangu kegiatan organisasi sehari-hari. Hal ini berarti organisasi harus menyediakan lokasi dan fasilitas khusus untuk berlatih, sehingga tidak mengganggu pekerjaan yang sebenarnya. Vestibule merupakan bentuk pengembangan kapasitas yang dilakukan dalam situasi tugas atau kerja. Misalnya di kantor, agar pelatihan tidak mengganggu kegiatan administrasi sehari-hari, maka disediakan satu ruang khusus yang digunakan berlatih, seperti menata ruang pelayanan atau pengaduan, menerima pengaduan dari masyarakat langsung, kegiatan konsutasi, dan lain-lain.
(c)
Apprenticeship (magang), biasa dipergunakan untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan (skill) yang relatif tinggi. Program ini biasanya mengkombinasikan on the job training dengan pengalaman sistem magang ini dapat mengambil empat macam kegiatan yaitu: •
•
•
seorang pegawai belajar dari pegawai lain yang lebih berpengalaman. coaching dalam hal mana seorang pemimpin mengajarkan cara-cara kerja yang benar kepada bawahannya di tempat pekerjaan dan cara-cara yang diajarkan atasan tersebut ditini oleh pegawai yang sedang mengikuti latihan.
menjadikan pegawai yang dilatih sebagai ”asisten”.
216| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
•
(d)
menugaskan pegawai tertentu untuk duduk dalam berbagai panitia, sehingga yang bersangkutan mendapat pengalaman lebih banyak.
Classroom methods . Dirancang dalam bentuk pembelajaran keterampilan di dalam kelas dengan menggunakan metode demontrasi/peragaan, tim kerja, praktek kerja, simulasi, pemecahan masalah, dan belajar unit kompetensi. Aktivitas pembelajaran pada umumnya berjalan sepihak yang instruktur aktif memberikan informasi atau pengetahuan kepada peserta. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan metode ini, diantaranya adalah faktor peserta, bahan belajar, pelatih. Semakin banyak jumlah peserta dalam suatu ruang belajar biasanya semakin kurang efektif (satu kelas lebih dari lima puluh orang). Demikian juga dengan bahan belajar, bila pelatih tidak menyediakan bahan belajar ( hand out ) menyebabkan peserta kesulitan mengikuti jalannya pembelajaran. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah instruktur, untuk model kuliah diperlukan pelatih yang benar-benar mampu menguasai kelas dengan berbagai keahliannya.
Daftar Pustaka D. Susanto (2010). Strategi Peningkatan Kapasitas Modal Sosial dan Kualitas Sumberdaya Manusia Pendamping Pengembangan Masyarakat . Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Februari, Vol. 08, No. 1. Wahjudin Sumpeno., dkk (2016). Modul Pelatihan Pratugas Tenaga Ahli Peberdayaan Masyarakat: Peningkatan Kapasitas Pendamping dalam Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat . Jakarta: Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Desa, Daerah Tertinggadal dan Transmigrasi. http://bpsdm.kemenkumham.go.id/artikel-bpsdm/35-capacity-building-dan-strategipeningkatan-kualitas-sdm-organisasi http://drpriyono.blogspot.co.id/2012/03/bab-iii-pengembangan-pemberdayaansdm.html
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 217
PROGRAM INOVASI DESA
218| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar Informasi 5.2.1
Pembimbingan Keterampilan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) A.
Latar Belakang
Pembimbingan merupakan suatu kegiatan yang diperuntukkan untuk memberikan bantuan yang pada umumnya berupa nasehat dan tuntunan untuk menyelesaikan persoalan/masalah yang bersifat teknis atau membutuhkan kompetensi tertentu yang bersifat keterampilan. Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa ( capturing) bertujuan untuk menyelesaikan berbagai kebutuhan dalam mendokumentasikan pengalaman, praktek baik dan inovasi yang dilakukan oleh Desa sekaligus membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh pelaku program, sehingga penyelesaiannya dapat dipertanggungjawabkan sesuai standar atau ketentuan yang berlaku.
Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dilakukan untuk memberikan kesempatan dan pengalaman kepada Pelaku PID khususnya TIKPID dan TPID dalam menyelasaikan tugas dalam mengembangkan dokumen pembelajaran yangdidasarkan pengalaman Desa dalam penyelenggaraan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Setiap pembimbing tentunya memiliki cara yang berbeda-beda dalam memahami berbagai situasi dalam tugas termasuk menemukan alternatif solusinya. Selama ini, pembimbingan oleh para pendamping dilakukan secara berjenjang dan cenderung mengikuti mekanisme struktural dari atas ke bawah. Namun terkadang persoalan yang dihadapi oleh pelaku program tidak hanya berkaitan dengan tanggung jawab pekerjaan atau tugas manajerial saja tetapi juga menyangkut keterampilan teknis yang komplek harus diselesaikan melalui caracara yang lebih kreatif dan inovatif, termasuk melibatkan pihak-pihak yang dianggap mampu untuk menyelesaikannya. Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) sebagai langkah penyiapan tenaga pelaksana khususnya dalam pelaksanaan PID dalam memberikan dukungan teknis kepada masyarakat agar mampu memberikan layanan informasi dan tukar informasi pembangunan di tingkat Desa, Kecamatan dan Kabupaten/Kota serta mampu dimanfaatkan secara optimal. Bimbingan dilakukan untuk membantu pelaku PID khususnya TIK-PID da TPID agar mampu menangkap pnegtahuan dan infasi yang berkembang dan menjadi praktek baik dalam masyarakat. Disisi lain pembimbingan dilakukan untuk memperkuat kinerja Tim sebagai kelompok kerja atau gugus tugas tertentu dengan tugas utama membantu UPTD di tingkat Kecamatan, OPD atau Dinas terkait dalam mendorong pembanguan dan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID). Sejalan dengan upaya tersebut, kemampuan profesional TAPM dan pelaku lainnya perlu ditingkat secara terus-menerus melalui bimbingan, konsultasi, asistensi dan pengarahan (coaching ) sesuai kebutuhan di lapangan. Permasalahan mendasar yang
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 219
PROGRAM INOVASI DESA
masih dihadapi dalam proses pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) antara lain (1) terbentuknya tim kerja di tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan belum menggambarkan profil pengetahuan, keterampilan atau komptensi teknis secara utuh,; (2) pola pelatihan tugas yang tidak terintegrasi dan terpisah-pisah baik substani atau materi maupun satu kompetensi dengan kompetensi lainnya; (3) pelaku program yang belum memiliki pengalaman dalam menerapkan keterampilan teknis menangkap inovasi desa; (4) terbatasnya sumber daya di daerah yang memiliki kompetensi teknis; (5) masih banyak pelaku program yang berlatar belakang akademis dan belum memiliki pengalaman dan terampil melakukan kegiatan penangkapan inovasi desa ( capturing); dan (5) pembina atau para pemangku keputusan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan program belum secara efektif membangun sistem pembinaan dan pelatihan yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan teknis di lapangan.
Guna menanggulangi permasalahan tersebut, Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa sesuai tugas dan fungsinya perlu (1) menyusun panduan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) Pendamping Desa; (2) melaksanakan Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) secara berjenjang di tingkat Desa, Kabupaten/Kota; (3) menyebarluaskan penerapan metode Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) berdasarkan nilainilai, karakter dan profesionalitas untuk membentuk kompetensi dan ketermapilan khusus; (4) mengupayakan metodologi pelatihan yang tidak lagi berupa pelatihan kelas saja, namun pelatihan menyeluruh yang memperhatikan kemampuan personal, sosial dan professional terkait bidang khusus; (5) mengarahkan kegiatan bimbingan berbasis masyarakat agar mampu mengelola berbagai permasalahan dengan sumber daya yang dimilikinya.
B.
Tujuan
Secara umum tujuan pelaksanaan pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) bagi pelaku PID khususnya TIK-PID dan TPID diarahkan dalam pengembangan kompetensi atau keahlian teknis, yaitu: 1.
meningkatkan kemampuan dalam mengorganisir dukungan sumber daya dalam menghasilkan keluaran terkait inovasi Desa;
2.
meningkatkan keterampilan pelaku PID dalam memperkuat keterimpilan teknis menangkap inovasi desa (capturing) di tingkat Kecamatan dan Kabupaten/Kota;
3.
meningkatkan keterampilan pembimbingan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinnya secara kreatif dan inovatif terkait penyelesaian tugas di lapangan;
C.
Prinsip-Prinsip
Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dilaksanakan dengan menerapkan prinsip-prinsip seperti: berjenjang, berkelanjutan, komprehensif, implementatif dan koordinatif.
220| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
1. Berjenjang Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat Pusat, Provinsi atau regional (beberapa provinsi), Kabupaten/Kota dan Desa. Tim pembina/fasilitator pusat melakukan Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) kepada tim pendamping di tingkat Kabupaten/Kota. Tim Pembina/fasilitator Pusat bersama Provinsi melakukan Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) kepada tim pengembang/Tenaga Ahli Kabupaten/Kota dalam hal ini TAPM. Selanjutnya, TAPM melakukan pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) kepada kepada TIK-PID dan TPID. Fasilitator pusat/provinsi dalam pelaksanaan Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dapat bertindak sebagai pembimbing atau narasumber di lapangan. Dalam hal tertentu, pemerintah pusat dan provinsi dapat melaksanakan Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) secara langsung kepada Tim Pendamping Kabupten/Kota, dan pelaku di daeran (TIK-PID dan TPID).
2. Berkelanjutan Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa ( capturing) yang dilaksanakan oleh Tim Pembina/Tenaga Ahli baik di tingkat Pusat, Provinsi/regional maupun Kabupaten/Kota kepada TAPM dilakukan secara sistemik, terus-menerus dan terencana. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan program pembimbingan yang akan diberikan kepada TIK-PID dan TPID dapat meningkat kualitas dan kuantitasnya dari waktu ke waktu.
3. Komprehensif Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dari semua komponen kompetensi, tugas dan indikator keterampilan menangkap inovasi desa (capturing). Dalam pelaksanaannya tidak hanya satu komponen tertentu tetapi meliputi semua komponen dengan maksud agar permasalahan yang dihadapi pelaku di lapangan dalam pelaksanaan tugasnya dapat diselesaikan dengan baik, cepat, tepat sasaran dan berbasis hasil (output based ).
4. Implementatif Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dilaksanakan dengan menekankan praktik pengarahan (coaching/mentoring) sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan kerja pelaksana program di kabupaten/Kota dan Kecamatan. Substasi Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) lebih diarahkan pada perbaikan keterampilan menangkap gagasan pengetahuan inovasi desa dan penyelesaian masalah yang dihadapi dan koordianasi lintas sektoral di wilayah kerjanya masing-masing. Materi yang bersifat teori diberikan hanya untuk memperkuat
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 221
PROGRAM INOVASI DESA
pelaksanaan tugas lapangan dengan tetap mengacu konteks regulasi daerah dan dukungan terhadap pelaksanaan Undang-Undang Desa.
5. Koordinatif Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dilaksanakan secara koordinatif antara Tim Pembina/Tenaga Ahli pusat, Tim Pembina/Tenaga Ahli tingkat provinsi dan Tenaga Ahli kabupaten/kota dalam hal ini TAPM sesuai dengan keahliannya serta pemangku kepentingan terkait. Hal ini dilakukan untuk memperlancar dan menyamakan visi, misi, dan tujuan serta gerak langkah bimbingan teknis di tingkat Kabupaten/Kota yang difasilitasi oleh TIK-PID dan di tingkat Kecamatan yang difasilitasi TPID dapat menghasilkan dokumen pembelajaran inovasi yang siap dimanfaatkan dan disebarkan.
D.
Mekanisme Pembimbingan Keterampilan Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
Agar memberikan hasil secara optimal pola pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) yang difasilitasi TAPM dirancang melalui pendekatan sistem, berjenjang dan berkelanjutan menggunakan pola “ In-On-In”. Pemilihan pola ini dimaksudkan untuk memantapkan struktur pengembangan mutu bimbingan teknis pada tingkat lokal dengan optimalisasi pemberdayaan berbagai forum seperti rapat kerja, rapat koordinasi, konsultasi, asistensi, kunjungan lapang, supervisi pendamping, dan Kelompok Kerja Pendamping (KKP). Dengan pemberdayaan berbagai forum dan kelompok kerja pendamping tersebut, kegiatan Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) diharapkan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi bidang penangkapan inovasi desa (capturing ) secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan penyelesaian tugas, pemecahan masalah dan kualitas program di masyarakat. Di samping itu, kegiatan ini membantu TAPM dalam mendorong Tim kerjanya di tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan dalam peningkatan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing).
E.
Jenis-Jenis Pembimbingan Keterampilan Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
1.
Bimbingan Tugas
Bimbingan tugas, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para pendamping dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah terkait tugas dalam mendampingi masyarakat. Adapun yang termasuk masalah-masalah dalam tugas diantaranya, yaitu pengenalan job description , pemilihan spesifikasi atau keahlian, cara belajar, penyelesaian tugas-tugas dan latihan, pencarian serta penggunaan sumber informasi pendukung, perencanaan tugas lanjutan, dan lain-lain. Dalam hal ini tugas pembimbing diantaranya:
222| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
(a)
Memberikan bimbingan, arahan dan nasehat pada pendamping mengenai berbagai masalah yang dihadapi selama melaksanakan tugas, membantu pendamping dalam penyusunan rencana kerja.
(b)
Menyepakati rencana kerja mencakup tujuan, output, target keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dan jadwal.
(c)
Menyepakati evaluasi keterampilan menangkap inovasi desa ( capturing) yang telah dilakukan oleh TIK-PID dan TPID, bentuk layanan dan laporan hasil serta rekomendasi tingkat keberhasilan atau pencapaian target keterampilan untuk keperluan pengembangan karir atau penghargaan atas prestasi yang dicapainya;
(d)
Membantu mengatasi masalah-masalah penyelesaian tugas organisasi dengan memberikan saran, koreksi atau dukungan lainnya.
2.
Bimbingan Karir
Bimbingan karir merupakan upaya bantuan terhadap pelaku program secara personal agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembang-kan masa depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan. Melalui layanan bimbingan karir, TIK-PID dan TPID mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab keputusan yang diambilnya sehingga secara efektif menghasilkan berbagai hasil kerja yang dapat duandalkan dan bermanfaat bagi masyarakat. Bimbingan karir sangat penting untuk mengarahkan para pelaku program sesuai dengan potensi dan minat yang dimilikinya. Pemilihan karir yang tepat pada siswa, akan memberikan kepuasan dan akan meraih hasil yang maksimal.
Menurut Winkel (2005:114) bimbingan karir adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapanan pekerjaan yang dimasuki. Dengan demikian, bimbingan karir juga dapat dipakai sebagai sarana pemenuhan kebutuhan pendamping yang harus dilihat sebagai bagaian integral dari program pelatihan yang diintegrasikan dalam setiap pengalaman belajar dalam tugas. Kekeliruan dalam mengarahkan karir seseorang dalam mengembangkan potensi dan mintanya, akan berdampak secara luas pada keterampilan dan kehidupan dalam masyarakat, yang kemungkinan akan menurunkan prestasi bahkan frustasi dan gangguan psikologis, karena ketidakmampuan beradaptasi, hasil yang diperoleh tidak maksimal, tertutupinya bakat-bakat bawaan yang sebenarnya lebih dominan dan lainlain.
3.
Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial merupakan upaya bantuan personal dalam memecahkan masalahmasalah sosial yang dihadapinya secara pribadi. Hal ini menyangkut masalah hubungan dengan sesama rekan kerja, staf, tim kerja, atasan atau penyelia dan pemnagku kepentingan yang terlibat dalam tugasnya sebagai pendamping. Bimbingan sosial
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 223
PROGRAM INOVASI DESA
diarahkan untuk meningkatkan pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan kerja dan masyarakat tempat dimana mereka tinggal, dan penyelesaian konflik. Bimbingan sosial bertujuan membantu seseorang dalam membangun sikap dan kepribadian professional dengan pemantapan pemahaman tentang kekuatan dan kelemahan diri dan usaha untuk menanggulanginya, kretivitas, produktif dan pengembangan untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, serta kemampuan mengambil keputusan. Bimbingan sosial untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu. Masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang sosial misalnya: pribadi bertanggung jawab, kurang menyenangi kritikan orang lain, kurang memahami tata karma (etika) pergaulan; kurang berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakat, baik di kampus maupun dimasyarakat, kurang termotivasi dengan tugas, tidak mau menerima tugas atau beban tambahan, kurang sabar, senang berkonflik, rendah diri, etos kerja lemah, tidak mampu menghadapi situasi kritis, dan lain-lain.
4.
Coaching
Coaching adalah pembinaan. Secara teoritis, coaching merupakan proses pengarahan yang dilakukan atasan atau senior untuk melatih dan memberikan orientasi kepada bawahannya tentang realitas di tempat kerja serta membantu mengatasi hambatan dalam mencapai prestasi kerja secara optimal. Kegiatan ini sangat tepat diberikan kepada pendamping baru atau yang menghadapi pekerjaan baru, pelaku program yang sedang menghadapi masalah prestasi kerja atau menginginkan pembinaan kerja. Tujuannya untuk memperkuat dan menambah keterampilan khususnya dalam menangkap inovasi desa (capturing) yang telah berhasil atau memperbaiki keterampilan lain yang bermasalah. Coaching merupakan suatu cara sistematis untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan kapasitas setiap orang sehingga berhasil mencapai sasaran kerjanya. Coaching dapat dilakukan kapan saja supervisor merasa perlu, tidak bergantung pada jadwal yang ketat. Seorang coach adalah fasilitator, bukan guru. Coach berperan menyediakan tools dan memposisikan sebagai motivator yang mendukung tujuan pendamping dalam melaksanakan tugasnya. Coach menjadi cermin, membantu dan memberi saran kepada pendamping untuk melakukan pekerjaan yang dibutuhkan atau menyelesaikan tugas atau proyek tertentu. Manfaat coaching untuk meningkatkan thereshold competency (TC) adalah kompetensi dasar yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya tetapi kompetensi ini belum sebagai keunggulan menjadi Differentiating Competencies (DC) yaitu karakteristik yang dimiliki oleh orang-orang yang berkinerja tinggi ( high performer )
224| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
dan yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang berkinerja rendah (low ) atau kurang ( poor ). Misalnya seorang pendamping yang telah menguasai keahlian khusus yang dibutuhkan untuk memelihara jaringan. Pendamping seperti ini bisa dikatakan orang yang berkinerja tinggi sesuai kompetensi yang dimiliki. Beberapa metode yang digunakan dalam coaching diantaranya: (a)
Transitional Coaching, merupkan model yang dirancang untuk membantu pendamping dalam meraih karir baru, sekaligus mengatasi tantangan yang muncul saat pendamping berakhir tugasnya, berganti pekerjaan, beralih profesi, atau memasuki lingkungan kerja baru.
(b)
Developmental Coaching, dirancang untuk membantu pendamping mengambil keputusan dalam proses pengembangan karir, dan membantu mereka memasuki pekerjaan dengan tanggung jawab yang lebih besar baik dalam tim maupun dengan perubahan tugas/pekerjaan.
(c)
Remedial Coaching , merupakan metoda yang digunakan untuk membantu pendamping memperbaiki performa atau kinerja ahgar kembali ke jalur yang seharusnya, dengan menangani leadership style issues yang sedang dihadapi saat ini.
5.
Counseling
Counseling adalah teknik untuk meningkatkan efektifitas perilaku dan sikap mental agar sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Konseling dilakukan apabila setelah coaching dilakukan tidak terjadi perubahan atau peningkatan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dari bawahannya. Konseling lebih mengarah pada aspek psikologis dari individual, sehingga untuk melaksanakan konseling seorang manajer/supervisor perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk memahami kebutuhan psikologis tersebut.
Dalam kegiatan pengendlian counseling, mempunyai makna sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana yang seorang (konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang (Natawijaya, 1987). Konseling dalam kerja pendampingan, meliputi: (a)
Penempatan Kerja. Pelayanan penempatan memberikan bantuan bagi para pendamping baru dengan menyediakan berbagai informasi tentang analisis pekerjaan, serta aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dari posisi tersebut. Dari pihak lembaga kerja, peranan konselor adalah membantu organisasi memperoleh tenaga yang terampil dan cocok dengan keperluan jenis, strata, dan struktur pekerjaan yang ada. Dipandang dari pihak pendamping dan pengguna, konselor berusaha membangun suasana the right man on the right place, menempatkan pekerja secara tepat sesuai dengan kondisi pribadinya, bakat, minat, serta bidang
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 225
PROGRAM INOVASI DESA
keahliannya. Layanan penempatan seperti ini juga berlaku bagi para pelaku program yang menempati posisi baru dalam struktur atau penjajagan yang ada. (b)
Penyesuaian Kerja. Kepada tenaga atau tim baru atau pemula, konselor memberikan layanan orientasi. Para pendamping baru perlu mendapat persepsi yang tepat, wawasan yang memadai dan cara-cara yang akurat tentang bidang kerja yang baru diampunya. Tema utamanya adalah penyesuaian diri secara tepat dan cepat terhadap tuntutan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) di tempat yang baru sebagai pendamping. Penyesuaian yang seperti ini akan memberikan jaminan awal tentang keberhasilan kerja.
(c)
Kepuasan Kerja. Keadaan yang diharapkan seseorang merasa senang bekerja, merasa kerasan dan puas dengan kondisi yang ada. Kondisi ini akan mengantarkan yang bersangkutan bertugas lebih lanjut dengan semangat yang cukup tinggi bahkan semakin tinggi. Keadaan ketidakpuasan yang menimpa seorang pemula, perlu diberikan bantuan layanan konseling karena kesulitan belajar untuk mengembalikan semangat kerja dan sikap positif terhadap pekerjaan tersebut.
(d)
Kepindahan Kerja. Kepindahan tenaga atau tim kerja diakibatkan keputusan rotasi atau mutasi tidak hanya di latar belakangi oleh faktor ketidakpuasan dengan posisi atau lokasi yang lama, ada kemungkinan mereka ingin pindah karena berharap memperolah pengalaman baru atau alasan lainnya. Apapun alasannya, proses mutasi atau rotasi sering kali memerlukan bantuan konseling baik untuk penempatan maupun penyesuaian.
(e)
Pengentasan Masalah Lainnya. Masalah-masalah pribadi berkenaan dengan keluarga, kesehatan, sikap, dan kebiasaan sehari-hari, hobi dan waktu senggang, hubungan sosial kemasyarakatan, dan lain-lain merupakan obyek kegiatan konseling yang dapat dilakukan oleh atasannya. Apabila masalah ini dibiarkan membesar, akan mempengaruhi hubungan kerja dan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) pendamping dengan tim atau manajemen. Sebaliknya apabila masalah pribadi tersebut dapat ditangani dengan baik, dampak positifnya terhadap hubungan kerja dan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) bagi pelaku program baik pendamping maupun tim pelaskana akan dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.
6.
Mentoring
Mentoring merupakan sebuah metode yang bersifat pengalaman individual yang mencoba membagikan pengetahuan dan ketrampilan serta kompetensinya kepada seseorang yang mempunyai pengalaman kerja lebih sedikit dengan situasi hubungan yang penuh kepercayaan dan menguntungkan. Mentors adalah seseorang yang melalui tindakan dan pekerjaannya membantu karyawan lain untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Mentoring merupakan bentuk ‘Pendam pingan/ Buddying’ pada orang yang baru masuk bekerja atau orang yang akan menempati posisi baru atau jabatan baru. Dalam program mentoring perusahaan memiliki orang ahli atau orang-orang di dalam organisasi yang berpengalaman yang dapat berbagi, membimbing dan
226| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
memberikan umpan balik yang di sebut Mentor, terhadap Mentee (orang yang di mentoring). Seorang Mentee dapat belajar dan mempelajarinya dengan cara osmosis yaitu dengan cara ditunjukkan dan dengan melakukannya. Mentoring dianggap sebagai salah satu alat yang tepat bagi pengembangan dan pemberdayaan personal karena merupakan cara yang efektif dalam membantu pendamping untuk menemukan potensi diri serta mengembangkan karirnya dengan lebih baik. Karakteristik mentoring yang bersifat career-focused membuat aktivitas ini lebih efektif dibandingkan coaching karena mentoring memungkinkan para mentee untuk mengembangkan karirnya di luar area kerja yang selama ini ditekuni. Selain itu, inti kegiatan mentoring bersifat sharing sehingga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh jauh lebih beragam. Menurut Dalton dalam Thompson Career Development Model , terdapat empat tahapan dalam pendekatan mentoring, yaitu: (a)
Tahap 1: dependence /ketergantungan. Profesional baru masih tergantung pada mentor dan mengambil peran subordinat dimana memerlukan supervisi yang dekat;
(b)
Tahap 2: independence /mandiri. Profesional dan mentor mengembangkan hubungan yang lebih seimbang. Profesional mengubah dari “apprentice” ke “kolega” dan membutuhkan sedikit supervisi. Kebanyakan profesional akan sampai tahap ini untuk sebagian besar dalam kehidupan profesional mereka;
(c)
Tahap 3: supervising others /Supervisi orang lain. Menjadi mentor bagi dirinya sendiri dan mendemostrasikan kualitas profesional sebagai mentor;
(d)
Tahap 4: managing andsupervising others /mengatur dan mensupervisi orang lain. Daftar Pustaka
Gomes, Faustino Cardoso (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia . Yogyakarta: Penerbit Andi. Sujoko (tt). Program Mentoring Dalam Kasus Penempatan Tenaga Kerja Bermasalah Di Perpustakaan. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Interdisciplinary Islamic Studies UIN Sunan Kalijaga. Wahjudin Sumpeno., dkk (2016). Modul Pelatihan Pratugas Tenaga Ahli Peberdayaan Masyarakat: Peningkatan Kapasitas Pendamping dalam Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat . Jakarta: Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Desa, Daerah Tertinggadal dan Transmigrasi. http://www.loop-indonesia.com/mentoring-di-tempat-kerja-apa-dan-mengapapart-1/ http://www.kompasiana.com/marhaenii/mentoring-dalamperusahaan-perlukah_5528bb68f17e61357f8b457b http://evevacarol.blogspot.co.id/2013/01/konseling-kerja.html
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 227
PROGRAM INOVASI DESA
228| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa ( Capturing) untuk TAPM
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 229