LAPORAN TUGAS KEWIRAUSAHAAN
“40 INOVASI DI BIDANG ENERGI”
OLEH Efriza Diningrat
1215020007
Dosen : Drs. Dedi Dwi Hariyad, M.T. POLITEKNIK NEGERI JAKARTA DEPOK 2016
Energi Tenaga Manusia: Inovasi di Bidang Energi Hijau
Stasiun Stockholm - memanfaatkan energi panas manusia Meskipun manusia masih berjuang untuk membuat, mempopulerkan dan memanfaatkan energi bersih, namun hal ini masih merupakan perjuangan berat. Banyak pula kelompok-kelompok minat khusus yang lebih khawatir lagi mengenai nasib keselamatan planet kita. Inilah sebabnya mengapa beberapa inovator telah mengembalikan pemecahan masalah ke kita sendiri, secara harfiah. Energi yang ditenagai manusia adalah kemampuan untuk memanfaatkan energi yang berasal dari aktivitas manusia tanpa mengganggu manusia itu sendiri. Saat anggota masyarakat berjalan menuju tempat kerja mereka atau keluar saat makan siang, ada berbagai cara untuk menangkap energi yang dilepaskan oleh mereka. Berikut adalah beberapa contoh termasyhur mengenai energi bersih, kali ini ditenagai oleh manusia.
1.Japan Railway Feet Tokyo East Japan Railway Manourachi, pintu keluar utara, pada tahun 2006 terpilih sebagai lokasi percobaan untuk menangkap energi lalu lintas para pejalan kaki. Sekitar 700.000 penumpang berjalan di atas sensor yang dipasang di lantai bawah setiap pembatas pintu. Sensor atau elemen piezoelectric mengkonversi setiap langkah menjadi muatan listrik yang kemudian disimpan dalam generator di dekatnya dan digunakan untuk menghidupkan lampu listrik, papan info dan banyak lagi.
2.Stockholm Railway Heat Stasiun kereta api di Stockholm memanfaatkan energi panas dari kerumunan 250.000 orang yang melalui sistem setiap hari. Menggunakan sistem ventilasi khusus, akumulasi panas tubuh dilewatkan melalui penukar panas yang memanaskan sistem air pusat sehingga mengurangi permintaan energi pemanas hingga lima belas persen.
3.Perangkat Pemurni Air Karya Mahasiswa OSU Sebagai respon terhadap kompetisi desain mekanik Oregon State University (OSU), mahasiswa teknik menciptakan sekelompok perangkat yang bisa didukung oleh tenaga manusia untuk menghasilkan air minum dari sumber yang tercemar dengan mengubahnya menjadi air bersih. Idenya muncul karena adanya berita ratusan orang terdampar di atap setelah Badai Katrina dengan dikelilingi oleh blok air minum potensial. Profesor OSU, Ping Ge, berkomentar "Perangkat ini berpotensi menyediakan air minum yang aman bagi jutaan orang di seluruh dunia yang memiliki akses terbatas terhadap air minum, dan juga bisa digunakan dalam situasi darurat."
4.Keyboard Compaq Produsen komputer Compaq telah menciptakan prototipe baterai laptop ditenagai keyboard. Dengan menginstal magnet kecil di bawah setiap tombol, energi ditransfer ke kapasitor pada setiap hentakan. Kapasitor mentransfer energi ke baterai komputer untuk memperpanjang energi baterai hingga hitungan jam.
5.Power Plant internal University of Texas, Austin, menggunakan energi internal untuk listrik yang ditanamkan di perangkat sensor, seperti alat pacu jantung. Kimiawan telah menemukan bahwa dengan menggunakan enzim glukosa oksidase, elektron dapat dimanfaatkan dan digunakan sebagai sumber energi.
6.Nano-Generator Nanoteknologi dibawa ke tingkat yang baru di Georgia Institute of Teknologi (GIT). Para ilmuwan telah menemukan cara untuk memanfaatkan nano-kabel zinc oxide. Ketika helai halus ini dipindahkan atau dibengkokkan, terciptalah energi. Dengan menempatkan mereka pada pakaian atau aplikasi lain, menyalakan ponsel Anda mungkin menjadi jauh lebih mudah. Dr Zhong Lin Wang, GIT, berkomentar, "Perkembangan ini merupakan tonggak sejarah pada produksi barang elektronik portable yang bisa diaktifkan oleh gerakan tubuh tanpa menggunakan baterai atau outlet listrik. Energi ditenagai manusia adalah cakrawala luas ilmu pengetahuan. Siapa tahu salah satunya merupakan jawaban atas kebutuhan energi kita nanti. http://www.indoenergi.com/2013/07/energi-tenaga-manusia-inovasi-di-bidang.html
7.Inovasi Teknologi Pengolahan Biogas Sebagai Alternatif Terbarukan dan Ramah Lingkugan
Energi
Dalam perkembangannya biogas di Indonesia mulai banyak dikembangkan oleh penduduk desa mereka memanfaatkan seperti limbah pertanian dan peternakan yang mereka miliki menjadi bahan bakar gas. Pada umumnya,biogas dimanfaatkan pada skala rumah tangga, namun tidak menutup kemungkinan untuk dimanfaatkan pada skala yang lebih besar (komunitas). Beberapa keuntungan bagi rumah tangga dan komunitas antara lain: 1. Mengurangi penggunaan bahan bakar lain (minyak tanah, kayu, dsb) oleh rumah tangga atau komunitas 2. Menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi sebagai hasil sampingan 1. Menjadi metode pengolahan sampah (raw waste) yang baik dan mengurangi pembuangan sampah ke lingkungan (aliran air/sungai) 2. Meningkatkan kualitas udara karena mengurangi asap dan jumlah karbodioksida akibat pembakaran bahan bakar minyak/kayu bakar 3. Secara ekonomi, murah dalam instalasi serta menjadi investasi yang menguntungkan dalam jangka panjang.
Solusi Salah Satu solusi berdasarkan permasalah diatas dengan membuat suatu inovasi teknologi pengolahan limbah feses ternak menjadi biogas dengan bentuk penampungan pada tabung gas sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan untuk mengatasi permasalahan masyarkat khususnya rumah tangga dan dapat dijadikan suatu usaha entrepreneur. Inovasi teknologi ini, muncul sebuah harapan untuk menjadi salah satu solusi alternatif bahan bakar terbarukan dan ramah lingkungan yang dapat meringankan operasi beban masyarakat khususnya pada rumah tangga untuk kelangsungan hidup mereka. Selain itu, inovasi teknologi ini dapat mengubah pandangan dunia Internasional yang melihat bahwa Indonesia adalah negara yang tidak bergantung pada sumber bahan bakar fosil. Namun tujuan utama dari inovasi teknologi ini adalah merancang sebuah penampungan biogas dalam bentuk tabung gas, sehingga diharapkan dapat mengatasi biaya operasional yang mahal dalam memenuhi keperluan rumah tangga dan dapat dijadikan suatu usaha entrepreneur bagi masyarakat umum. Selain itu, inovasi teknologi ini mampu mengurangi polusi dengan penggunaan energi alternatif ramah lingkungan berbasis sel bahan bakar tersebut. http://epsilon.ft.ugm.ac.id/2015/11/19/inovasi-teknologi-pengolahan-biogas-sebagaialternatif-energi-terbarukan-dan-ramah-lingkugan/
8.Penemuan hebat: Kertas yang mampu menyimpan energi listrik! Beberapa tahun belakangan ini semakin banyak penemuan di bidang penyimpanan energi. Yang terbaru adalah apa yang ditemukan oleh para ilmuwan dari Linkoping University di Swedia ini. Mereka menemukan semacam kertas super yang mampu menyimpan energi! Kertas super atau lebih tepat disebut ajaib ini terdiri dari material nanocellulose dan polimer konduktif. Selembar saja kertas super ini memiliki kapasitas penyimpanan yang sama dengan kapasitas penyimpanan kapasitor yang biasa dijual di tokotoko elektronik. Selain kapasitas penyimpanannya yang besar, kertas super ini dapat diisi ulang hingga ratusan kali dan setiap proses charge hanya memakan waktu beberapa detik saja! Ini adalah salah satu produk impian di tengah-tengah “demam” energi terbarukan yang tentunya membutuhkan berbagai metode baru penyimpanan energi. Kebanyakan sumber energi terbarukan selama ini tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal terkait dengan keterbatasan metode penyimpanan energi. Film tipis yang berfungsi sebagai kapasitor sebenarnya sudah dikenal sejak lama, dan para ilmuwan Swedia ini mencoba membuat material film tiga dimensi (lebih tebal). Material dengan ketebalan tertentu dipandang lebih aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Kertas eksperimen ini tampak seperti kertas plastik yang dapat ditekuk dengan leluasa tanpa merusak strukturnya. Struktur utamanya adalah material yang disebut nanocellulose, semacam serat minim. Serat nanocellulose memiliki diameter 20 nm. Para ilmuwan melapisi serat di dalam sebuah larutan polimer yang telah diisi arus listrik (electrically charged polymer). Menurut Jesper Edberg, salah seorang ilmuwan yang terlibat, polimer yang melapisi kertas tersusun saling tindih-menindih dan larutan diantara lapisan polimer bertindak sebagai elektrolit. Kertas yang telah dilapisi polimer dan dikombinasikan dengan larutan ini
akan mampu mentransfer ion dan elektron secara simultan (yang menjelaskan fungsinya sebagai penyimpan daya listrik). Tidak seperti baterai dan kapasitor biasa, kertas eksperimen ini diproduksi hanya dari dua material sederhana; nanocellulose dan polimer yang dapat diperoleh dengan mudah. Sesuai namanya, kertas ini sangat ringan dan hebatnya tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan unsur logam berat. Untuk diketahui, kertas ini telah memecahkan 4 rekor dunia sebagai berikut:
Highest charge and capacitance in organic electronics, 1 C and 2 F (Coulomb and Farad). Highest measured current in an organic conductor, 1 A (Ampere). Highest capacity to simultaneously conduct ions and electrons. Highest transconductance in a transistor, 1 S (Siemens).
Hal ini adalah sebuah langkah hebat dalam hal teknologi penyimpanan energi. Dengan kemajuan teknologi tersebut maka usaha manusia untuk memanfaatkan sumber energi terbarukan akan lebih mudah. http://technonews.id/penemuan-hebat-kertas-yang-mampu-menyimpan-energi-listrik/
9.Penemuan Energi Baru Shale Gas dan Oil AS Dinilai Dapat Guncangkan Harga Minyak Dunia
Ketersediaan Shale Gas Sangat Melimpah
Dengan ketersediaan Shale Gas yang sangat melimpah membuat Amerika mengembangkan bahan bakar tipe ini. Diperkirakan di Amerika Utara terdapat sekitar 1.000 triliun kaki kubik shale gas yang cukup untuk memasok gas alam untuk USA selama 50 tahun atau lebih. Analisa terakhir juga menunjukkan bahwa shale gas bisa menyediakan hingga setengah pasokan gas USA pada tahun 2020. Amerika sebagai negara yang selalu haus akan energi dan penciptaan lapangan kerja baru mendorong Amerika untuk melakukan revolusi terhadap shale gas secara serius. Majalah The Economist edisi Juli 2012 memprediksi bahwa shale gas saat ini telah menyumbang sepertiga pasokan gas Amerika Serikat, dan pada tahun 2035 bisa mencapai 50%. Selain itu, diperkirkanan revolusi shale gas ini bisa menciptakan tiga juta lapangan pekerjaan baru di Amerika Serikat pada 2020.
Dampak Dari Menambang Shale Gas Bagi Lingkungan Disisi lingkungan. Meski dianggap lebih bersi dibandingkan Batubara, shale gas memiliki emisi karbon yang sangat segnifikan bila dibandingkan dengan energi terbarukan lainnya. Karena proses fracking untuk memperoleh shale gas masih dianggap oleh sebagian pihak membahayakan lingkungan khususnya karena memerlukan air yang jumlahnya besar serta penggunaan bahan kimia yang berpotensi mencemari lingkungan. Shale Gas Bisa Membantu dan Mengancam Shale gas bagaikan koin yang mempunyai dua sisi, di satu sisi shale gas dapat menurunkan biaya energi, membuat produksi shale gas kemungkinan akan menyebabkan penurunan harga gas alam secara signifikan. Produksi shale gas yang besar juga akan membantu meningkatkan keamanan energi, dan membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang mahal. dan di lain sisi membuat negara-negara pengekspor minyak dan batubara ketar-ketir melihat perkembangan Shale Gas karena mengancam pasar dari Minyak Bumi dan Batubara, munculnya shale gas juga telah menyebabkan jatuhnya harga komoditas energi lain, terutama batubara. Harga batubara telah turun sangat drastis dari rekor tertinggi US$ 192 per metrik ton pada Juni 2008 menjadi US$ 96 per metrik ton pada September 2012. Dan, rasanya bukan sebuah kebetulan jika harga saham BUMI Plc kemudian anjlok dari GBP 14 pada April 2011 menjadi hanya 147 pound pada akhir September 2012. Begitu juga dengan harga saham Adaro yang menurun terseret penurunan harga komoditas. Lalu bagaimana dengan Indonesia, Apakah Indonesia bisa mengembangkan Shale Gas Indonesia perlu bersyukur karena di berikan alam yang mempunyai sumberdaya alam yang sangat melimpah dan mungkin kedepannya indonesia akan beralih ke Shale Gas. Karena Indonesia juga mempunyai cadangan shale gas. Potensi Shale gas di Indonesia pun cukup besar yaitu sekitar 574 TCF dari total cadangan dunia sebesar 6622 TCF. Cadangan
Shale gas lebih besar dibandingkan CBM sekitar 453,3 TCF dan gas bumi 334,5 TCF. Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan pemerintah, hingga saat ini terdapat 7 cekungan di Indonesia yang mengandung Shale gas dan 1 berbentuk klasafet formation. Cekungan terbanyak berada di Sumatera yaitu berjumlah 3 cekungan, seperti Baong Shale, Telisa Shale dan Gumai Shale. Sedangkan di Pulau Jawa dan Kalimantan, Shale gas masingmasing berada di 2 cekungan. Di Papua, berbentuk klasafet formation. Cadangan CBM Indonesia tersebar dalam 11 cekungan. Dengan cadangan 453,3 TCF, Indonesia termasuk nomor 6 di dunia, berdasarkan evaluasi dilakukan Advanced Resources International, Inc (ARI) tahun 2003. Rusia menempati posisi teratas dengan cadangan sekitar 450-2.000 TCF. Selengkapnya hasil evaluasi ARI mengenai cadangan CBM di dunia, sebagai berikut: 1. Rusia: 450-2.000 TCF 2. China: 700-1.270 TCF 3. Amerika Serikat: 500-1.500 TCF 4. Australia/New Zealand: 500-1.000 TCF 5. Kanada: 360-460 TCF 6. Indonesia: 400-453 TCF 7. Afrika bagian Selatan: 90-220 TCF 8. Eropa bagian Barat: 200 TCF 9. Ukraina: 170 TCF 10. Turki: 50-110 TCF 11. India: 70-90 TCF 12. Kazakhstan: 40-60 TCF 13. Amerika bagian Selatan/Meksiko: 50 TCF 14. Polandia: 20-50 TCF. Cadangan CBM Indonesia terutama berlokasi di Sumatera Selatan sebesar 183 TCF, Barito 101,6 TCF, Kutai 80,4 TCF dan Sumatera Tengah 52,5 TCF. Jadi salah satu faktor yang membuat harga minyak bumi terus turun akibat dari Perang OPEC vs AS atau Negara penghasil minyak bumi dan shale gas. Dimana Negara anggota OPEC terus memacu produksi minyak agar pangsa pasar tidak hilang diambil oleh Shale Gas. Kita liat saja perkembangan selanjutnya antara OPEC vs AS dan Indonesia sebagai negara pengimpor minyak di untungkan dari perang ini, karena harga minyak dunia yang jatuh. Shale Gas Guncangkan Harga Minyak Dunia Penemuan energi baru yakni shale gas dan shale oil oleh Amerika Serikat dinilai dapat menggoncangkan harga minyak dunia. Amerika Serikat yang semula hanya menjadi konsumen minyak mentah kini menjadi produsen. Hal ini diprediksikan akan menjadi ancaman bagi sejumlah negara produsen minyak mentah.
Oil shale merupakan batuan sedimen yang mengandung material organik. Dengan teknologi baru, serpihan-serpihan minyak dan gas alam diekstrak setelah air, pasir, dan zat-zat kimia dipompa ke bawah tanah pada tekanan tinggi agar batu-batu terpecah. Proses ini umumnya disebut sebagai teknologi Hydraulic Fracturing atau lebih dikenal dengan “fracking.”
Diperkiraan di Amerika Utara saja terdapat sekitar 1.000 triliun kaki kubik shale gas yang cukup untuk memasok gas alam untuk USA selama 50 tahun atau lebih. Analisa terakhir juga menunjukkan bahwa shale gas bisa menyediakan hingga setengah pasokan gas USA pada tahun 2020. Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan booming produksi shale oil telah memicu supply shock dengan menciptakan jenis pasokan energi baru. Hal itu dinilai bisa menciptakan kembali industri minyak global mengingat kualitas shale oil diklaim lebih baik dibandingkan hasil minyak mentah pada umumnya selama ini. Berdasarkan laporan Pricewaterhouse Coopers (PwC), produksi oil shale mampu meningkatkan perekonomian dunia hingga $ 2,7 triliun di tahun 2035. “Pasokan tambahan bisa mencapai 12 persen dari produksi minyak global, atau sekitar 14 juta barel per harinya. Hal ini mampu mendorong harga minyak global turun hingga 40 persen,” demikian laporan PwC. Bilamana supply shock terjadi, akan berpengaruh pada pembentukan reshaping industri minyak dan gas (migas) di dunia, terutama AS dan sekitarnya. Faktanya, selama booming produksi di AS, harga minyak mentah dunia tidak turun tajam alias tetap stabil. Meskipun produksi minyak dari lapangan-lapangan baru AS booming, terjadi penurunan yang konsisten pada produksi dari lapangan-lapangan tua di seluruh dunia, dan para anggota OPEC tidak meningkatkan produksi. Sementara itu, meskipun permintaan minyak di AS jatuh, permintaan tetap kuat di seluruh dunia. Dalam sebuah posting oleh Lou Gagliardi berjudul ‘2013 Crude Oil Outlook’, ia menjelaskan permintaan minyak dari negara-negara di luar AS, terutama Asia seperti ‘tidak pernah terpuaskan’. Permintaan terbesar datang dari China, disusul negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Setelah itu permintaan datang dari negara-negara sub-Sahara Afrika.
Jadi kesimpulannya adalah booming minyak AS tidak memengaruhi harga karena total produksi minyak dunia tidak sejalan dengan booming di negara itu.
Potensi Shale Gas di Indonesia Besarnya kebutuhan gas dalam negeri dan menipisnya potensi gas Indonesia menggerakkan pemerintah untuk melakukan berbagai usaha guna menambah supply gas dalam negeri. Pada awal Mei 2013, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan akan menggandeng Amerika serikat (AS) untuk bekerja sama dalam pengembangan gas metana batu bara (CBM) dan shale gas di Indonesia. Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo mengatakan kerja sama tersebut dilakukan karena AS cukup berpengalaman dalam pengembangan CBM dan shale gas. Selain berpengalaman di bidang teknis, AS juga yang terbilang sudah cukup lama memproduksi shale gas sehingga berpengalaman pada regulasi, keselamatan, dan segi operasional. Menurut dia, pengembangan gas yang berasal dari batu bara tersebut sangat baik untuk ketahanan energi Indonesia serta bisa membantu negara lain yang belum bisa menikmati energi. Adapun pada pertengahan Mei, Pertamina telah menjadi perusahaan pertama yang menandatangani kontrak kerja sama wilayah kerja shale gas atau gas nonkonvensional. Pertamina menandatangani kontrak PSC Migas Nonkonvensional Sumbagut, yang merupakan PSC MNK pertama di Indonesia. Pertamina berkomitmen berinvestasi $ 7,8 Miliar atau sekitar Rp 74 triliun. “Kami berharap penandatanganan PSC MNK ini menjadi momentum yang baik untuk masa depan pengembangan energi alternatif, terutama Shale Gas di Indonesia yang memiliki sumberdaya yang besar. Kelak, Shale Gas bisa mendukung pemerintah untuk melakukan diversifikasi energi di Indonesia sehingga ketergantungan terhadap minyak dapat dikurangi. MNK Sumbagut akan diprioritaskan untuk pasokan domestik, terutama Sumatera Utara,” tutur Karen Agustiawan, Dirut Pertamina. MNK Sumbagut diperkirakan mengandung potensi shale gas sebesar 18,56 triliun kaki kubik. Pertamina menargetkan produksi perdana dapat diperoleh pada tahun ke-7 setelah enam tahun tahap eksplorasi perdana dengan tingkat produksi sebesar 40 MMscfd hingga 100 MMscfd. http://www.emaritim.com/2015/03/negara-negara-penghasil-minyak-bumi.html
10.Naufal Sang Penemu Energi Listrik Pohon Kayu
Banda Aceh – Naufal, begitu biasa dia dipanggil, tubuhnya yang mungil seakan dia lebih pantas sebagai anak Sekolah Dasar, dengan penuh semangat dan percaya diri pelajar berusia 14 tahun ini memberikan penjelasan kepada penguunjung yang penasaran dengan hasil risetnya. Siswa kelas II MTSN Kecamatan Langsa Lama ini tampil di arena Pekan Inovasi Perkembangan (PIN) dan Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) Nasional tanggal 7-12 Oktober 2015 yang berlangsung Stadion Harapan Bangsa – Lhong Raya Banda Aceh dengan hasil risetnya Energi Listrik Dari Pohon Kayu. Siswa bernama lengkap Naufal Rizki merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Supriaman dan Deski, sejak dari sekolah dasar memiliki rasa ingin tau yang cukup besar, penemuan kali ini berawal dari pelajaran ilmu pengetahuan alam yang diikutinya di sekolah, “ suatu hari, sepulang sekolah dia menjumpai saya, ayah….buah-buahan ini bisa menghasilkan energi listrik, ayoo kita mencobanya…” kenang Supriaman. Disekolah bakat Naufal juga menjadi perhatian para guru, Bu Anita salah seorang guru di Sekolah Dasar Negeri Langsa Lama memahami dan sangat mendukung bakat anak didiknya ini, suatu hari Naufal dibawakan brosur tentang perlombaan teknologi tepat guna dari BPM Provinsi Aceh, Naufal lalu meminta ayahnya untuk membimbingnya untuk bisa ikut perlobaann itu, dan mulailah Naufal melakukan riset energi listrik dari buah kentang. “ saya tanyakan ke Naufal, apa kamu betul-betul yakin ingin ikut perlombaan ini ? Naufal sangat yakin….saya tidak pernah memaksakan Naufal untuk mengikuti perlombaan ..ini
memang kemauan dari Naufal “ jelas Supriaman yang ikut mendampingi Naufal saat ditemui di stan Produk Unggulan Provinsi Aceh, jum’at (9/10). Pada tahun 2014 Naufal mulai melakukan riset energi listrik dari Buah kentang mengacu pada teori yang dia dapatkan dari sekolah ,buah-buah yang mengandung zat asam dapat menjadi sumber energi listrik, hasil riset ini lah yang menjadi awal riset energi listrik dari pohon kayu, Naufal melakukan melakukan berbagai percobaan pada sejumlah pohon, dan pada akhirnya memilih pohon kayu kedondong pagar yang memiliki kadar asam tertinggi dari pohon-pohon lain yang dicoba seperti pohon mangga. Saat ditemui di stan produk unggulan Provinsi Aceh, Naufal kelihatan lelah, suara nya sudah mulai menghilang, “ agak kecapekaan, sudah 2 hari ini terus mememberikan penjelasan kepada pengunjung yang tertarik dengan hasil temuan ini “ ujar Naufal. Hasil temuan energi dari pohon kayu ini memang sederhana, dengan rangkaian yang terdiri dari pipa tembaga, batangan besi, kapasitor dan dioda, arus listrik yang dihasilkan sangat tergantung kepada kepada kadar keasaman pohon. Sebelumnya Naufal sudah melakukan lebih dari 60 kali percobaan dan menelan biaya tidak kurang dari RP. 14 juta. Pada gelar TTG tahun 2014 di Sigli, Naufal mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp. 9 juta rupiah atas riset energi berbahan buah kentang dari Badan Pemberdayaan Masyrakat Provinsi Aceh, dana ini digunakan untuk melakukan percobaan-percobaan dengan berbagai macam pohon kayu. Ditanyakan tentang siapa yang menjadi inspiratornya, dengan malu-malu Naufal menjawab Sang Ayah lah yang jadi inspiratornya, sambil melirik ke arah Supriaman yang berada disisinya. “ saya tidak pernah memaksa naufal, saya hanya mendukung dia, memberi semangat dan mengarahkannya, saya membantu Naufal browsing internet untuk mendapatkan informasiinformasi yang dibutuhkan “ timpal Supriaman yang berprofesi sebagai tukang Service Elektronik special sound system. Disekolahnya, naufal sangat menonjol dan terus mendapatkan rangking, dia menyukai pelajaran IPA, IPS dan Bahasa Indoensia. “ saya inging menjadi Profesor di bidang IPA, saya ingin kuliah diluar, dikampus yang memiliki teknologi ” ujar Naufal ditanya tentang cita-citanya. Mengenai temuannya ini, Naufal dan sang Ayah memiliki harapan dan tujuan yang sama, mereka ingin alat ini dapaat membantu masyrakat pedalaman/pedesaaan yang belum dialiri listrik. Mereka berkeinginan lepas dari perhelatan ini akan memproduksi energi listrik dari pohon kayu ini.
“ Kami sudah mempraktikkan dirumah, ke depan kami akan mencoba memproduksinya mungkin dalam skala kecil, kami berharap ini dapat membantu masyarakat atau dapat digunakan untuk keperluan lampu-lampu jalan di desa “ ujar Naufal. Naufal adalah sebuah muatiara, ditangannya pohon kayu kedondong pagar yang selama ini hanya digunakan sebagai pagar pada rumah atau kebun, disulap menjadi sumber energi. Jangan sampai mutiara yang sudah muncul ini akan hilang karena kita tidak mampu menjaganya. Kita berharap adanya bimbingan dan perhatian yang lebih serius dari Pemerintah. Selamat untuk Naufal, teruslah berkarya…..! http://acehprov.go.id/news/read/2015/10/10/2628/naufal-sang-penemu-energi-listrik-pohonkayu.html
11.Mahasiswa Ubaya Ciptakan Tas Penyimpan Energi Listrik Terinspirasi Teman Cari Charge Saat Baterai Lemah
Backpack Inovatif Best of The Best Mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) Jurusan Desain Manajemen Produk (Fakultas Industri Kreatif) dan Jurusan Teknik Industri (Fakultas Teknik), Senin (8/10/2012) memperkenalkan temuan inovasi untuk backpack. Satu diantara backpack berfungsi untuk alat charger, sedangkan backpack lainnya dapat berguna untuk meja laptop. Penciptanya
adalah tiga serangkai Cindy Eleanora (mahasiswi Desain Manajemen Produk angkatan 2011), Evita Tania (mahasiswi Teknik Industri angkatan 2010) dan Stella Felicia (Desain Manajemen Produk angkatan 2010), berhasil memenangkan gelar Best of the Best pada Lomba Perancangan Tas Nasional 2012 yang berlangsung di Bandung,awalOktober2012.
Backpack Serba Guna Sabet Penghargaan Best of The Best suarasurabaya.net| Kalau backpack pada umumnya hanya digunakan untuk membawa barang-barang, ditangan mahasiswa Universitas Surabaya, backpack berfungsi sebagai charger gadget serta berisi meja laptop sederhana. Oleh karena fungsi yang serba guna tersebut, backpack inovatif karya Cindy Eleanora, Evita Tania dan Stella Felicia, ketiganya mahasiswa Desain Manajemen Produk (Fakultas Industri Kreatif) dan Jurusan Teknik Industri (Fakultas Teknik) Universitas Surabaya, berhasil meraih penghargaan. Tak tanggung-tanggung penghargaan itu Best of the Best pada Lomba Perancangan Tas Nasional 2012, yan gdigelar di Kota Bandung pada awal Oktober 2012 lalu, untuk kedua backpack karya mereka bertiga. Menggunakan alat yang dapat mengubah energi kinetik menjadi energi listrik, yaitu piezoelektrik, dan saat pengguna backpack bergerak, saat berjalan, atau gerakan lainnya, alat tersebut menyerap energi kinetik dan mengkonversinya menjadi energi listrik. Energi buangan tersebut sangat berpotensi diolah kembali untuk memenuhi kebutuhan energi konsumen. Sifat energi yang kekal, namun hanya dapat diubah menjadi bentuk energi lain dapat dimanfaatkan, terang Cindy Eleanora pada suarasurabaya.net. Backpack inovatif yang dapat difungsikan sebagai alat charger tersebut sangat mudah dibawa dan digunakan. Demikian halnya dengan backpack yang berfungsi menjadi meja laptop sederhana, membuat penggunana tidak repot memangku laptop saat dioperasionalkan. Padahal banyak bahaya yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan memangku laptop, ujar Stella Felicia saat berbincang dengan suarasurabaya.net. Ketiga mahasiswi Ubaya tersebut, menciptakan backpack inovatif tersebut juga berdasar kesadaran terhadap isu lingkungan. Karya para mahasiswa tersebut tidak hanya sangat sederhana, multi fungsi serta futuristic tetapi sekaligus juga tergolong green product, atau produk ramah lingkungan dengan menggunakan material 3R (reduce, reuse, recycle), papar Hayuning Purnama Dewi, humas Ubaya pada suarasurabaya.net, Senin (8/10/2012).(tok)
Para mahasiswa menciptakan inovasi ini juga berdasar kesadaran terhadap isu lingkungan.
Maraknya pembicaraan tentang green product membuat produsen berlomba-lomba menghadirkan produk ramah lingkungan. Semakin hari, produsen semakin dituntut menggunakan material yang mencakup 3R (reduce, reuse, recycle). http://www.ubaya.ac.id/ubaya/news_detail/1013/MAHASISWA-UBAYA-CIPTAKAN-TASPENYIMPAN-ENERGI-LISTRIK---Terinspirasi-Teman-Cari-Charge-saat-BateraiLemah.html
12.Inovasi anak bangsa, 'sulap' air keran jadi energi listrik Biaya produksi alat ini sangat murah dan nantinya dapat dikombinasikan dengan teknologi terbarukan
Techno.id - Untuk yang kesekian kalinya, sebuah inovasi baru kembali lahir dari dalam negeri. Kali ini, kreativitas anak bangsa tersebut berupa sebuah prototipe teknologi alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi listrik rumah tangga, yaitu 'menyulap' air keran menjadi energi listrik. Inovasi baru ini lahir dari tiga orang mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya (FT-UB). Mereka adalah Muhammad Fatahila yang berperan sebagai sang mekanik, Hasan sebagai virtual & design, serta Rosihan Arby Harahap yang berperan sebagai seorang elektro. "Alat ini bisa menghasilkan tegangan dan daya listrik optimal di angka 5 volt dan 1 watt, sehingga dapat digunakan untuk memasok kebutuhan listrik lampu LED atau diintegrasikan dengan pembangkit lain melalui sistem grid," ujar Fatahila selaku ketua tim. Perangkat yang berupa generator mini ini diberi nama OASE. Dan selain lampu LED, OASE diklaim juga dapat digunakan di beberapa jenis lampu lainnya, seperti neon. Hanya saja, dibutuhkan inverter dan proses yang sedikit lebih lama karena membutuhkan energi listrik yang lebih besar.
Menurut sang ketua, mekanisme kerja perangkat yang dibuat dalam waktu dua pekan ini disambungkan dengan storage berupa baterai polymer atau aki. Selain dapat menyimpan energi, storage juga berfungsi untuk menjaga tegangan agar alus listrik yang keluar tetap dalam takaran yang stabil. Dalam rencana pengembangan ke depan, lanjut Fatahila, alat yang dibuat di laboratorium elektronika tersebut akan dilengkapi dengan kontroler. Jika sudah sempurna, alat ini dapat dimuat ke dalam produk keran yang dijual di pasaran sebagai bentuk dukungan untuk slogan "home made energy". Sebuah fakta menariknya, Fatahila bahkan juga mengungkapkan jika teknologi OASE ini tidak membutuhkan biaya produksi yang mahal dan nantinya dapat dikombinasikan dengan energi ramah lingkungan. Misalnya seperti teknologi tenaga surya atau kincir angin. "Biaya produksi alat ini sangat murah, yakni hanya sebesar Rp 120.000. Sebelumnya alat ini juga berhasil menempati peringkat tiga di acara National Innovative Product Exhibition Contest (NAPEC) 2015 yang digelar oleh Program Studi Teknik Kimia FT-UB," paparnya. http://www.techno.id/gadget/inovasi-anak-bangsa-sulap-air-keran-jadi-energi-listrik160127m.html
13.Alat Bernama Orison ini Akan Melengkapi “Missing Puzzle” dari Energi Terbarukan Kesadaran masyarakat tentang penggunaan energi terbarukan sekarang ini mulai terbentuk. Di Indonesia sendiri penggunaan energi yang berupa angin dan tenaga surya sudah mulai dilirik oleh masyarakat yang peduli lingkungan. Animo positif ini sangatlah bagus, karena seperti yang kita tahu bahwa kita sudah tidak bisa berharap banyak pada energi berbasis bahan bakar fosil. Energi terbarukan memiliki keuntungan yang jauh lebih banyak dibandingkan bahan bakar fosil. Diantarany energi terbarukan lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi karbon. Selain itu dalam hitungan jangka panjang, dengan teknologi terkini harga dari energi terbarukan sudah mulai bersaing dengan energi bahan bakar fosil. Tetapi, energi terbarukan memiliki masalah yang susah untuk diatasi yaitu sustainability/keberlangsungannya.
Memang, cukup susah mengatasi masalah sustainibility dari energi terbarukan. Bayangkan saja, energi terbarukan seperti solar cell/panel surya hanya akan dapat memberi energi di siang hari, sedangkan untuk malam hari kita tidak dapat bergantung pada sistem ini. Sama hal nya dengan tenaga angin yang hanya akan bekerja ketika ada angin yang menggerakkan kincir sehingga energi yang dihasilkan tidak stabil. Tentu masalah ini selalu dicoba untuk diselesaikan oleh para inovator. Masalah ini dapat diselesaikan dengan sistem power storage (penyimpanan energi). Sistem penyimpanan energi tersebut biasanya menggunakan baterai besar atau sistem yang tidak portable yang berada di luar rumah. Meskipun begitu baru-baru ini ada produk inovatif bernama Orison yang akan mengubah paradigma kita tentang power storage tersebut. Kita lihat yuk… Power Storage yang Tak Hanya Menyimpan tetapi juga Pintar
Baterai pada umumnya hanya punya kemampuan untuk menyimpan atau mengeluarkan energi apabila dibutuhkan. Orison ini berbeda, alat ini memiliki sistem pintar sehingga apabila terdapat kelebihan energi, alat ini akan secara otomatis menyimpan energi tersebut. Hal ini akan sangat mengefisienkan penggunaan energi sehingga akan menghemat biaya.
Keuntungan Menggunakan Orison
Tidak hanya itu, kita juga bisa mengatur kapan kita akan menyimpan energi tersebut dan kapan kita akan menggunakannya melalui aplikasi smartphone. Aplikasi smartphone dari Orison ini benar-benar multifungsi. Tidak hanya sebagai pengatur penyimpanan, kita juga dapat menghitung berapa energi yang kita simpan, mengatur jadwal isi ulang dan me-manage alat ini. Sistem pintar dari alat ini tidak hanya berhenti sampai disitu. Fitur untuk memaksimalkan efisiensi penggunaan energi benar-benar diperhatikan oleh alat ini. Fitur tersebut meliputi akses data dari cloud Orison yang akan memberitahukan terjadinya pemadaman listrik,
perkiraan cuaca yang akurat, dan rata-rata penggunaan sehingga penggunaan energi kita akan lebih aman dan efisien.
Efisiensi Lebih Tinggi dengan Akses data ke Cloud Orison Spesifikasi dan Desain
Berbeda dengan power storage pada umumnya yang memiliki dimensi besar dan sangat berat, Orison ini memiliki dimensi yang lebih kecil dan ringan. Selain itu spesifikasi dari alat penyimpan energi yang satu ini tidak kalah dengan power storage pada umumnya. Mari kita lihat dimensi dan spesifikasi dari Orison melalui gambar dibawah.
Dimensi dan Spesifikasi Orison
Baterai pada umumnya untuk penyimpanan energi juga tidak memiliki bentuk estetik yang bagus. Oleh karena itu sangat tidak mungkin baterai tersebut diletakkan dalam rumah. Berbeda dengan dengan baterai tersebut, Orison memiliki bentuk estetik yang sangat bagus sehingga sangat indah dipajang dalam rumah. Satelit penerima dari cloud Orison pun memiliki bentuk yang bagus sehingga tidak hanya bermanfaat tetapi juga membuat rumah kita jadi indah. Berikut bentuk satelit dan baterai Orison.
Perbandingan Ukuran Orison (kickstarter)
Desain yang praktis dan langsung bisa kita pasang sendiri membuatnya menghemat banyak biaya. Tidak perlu ongkos ahli untuk memasang, tidak perlu ongkos jasa pengangkutan karena ringan, dan sudah dilengkap berbagai macam colokan sehingga tidak butuh alat bantu tambahan. Baterai dari Orison bisa dipasang secara modular. Setiap baterainya memiliki kekuatan hingga 2.2 kWh. Ketika kita menggabungkan 4 baterai berarti kita bisa mendapatkan 8.8 kwatt daya. Jumlah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik 1 bangunan.
Baterai Orison yang dapat Dipasang Secara Modular
Dengan berbagai kelebihannya tersebut, sepertinya Orison akan booming di pasaran. Hal ini dikarenakan kemampuan, design dan fitur yang semuanya akan membuat efisiensi penggunaan energi terbarukan menjadi menyenangkan. Hal ini terlihat dari campaignnya di kickstarter, produk ini telah berhasil menuai kesuksesan campaignnya dengan mendapat pendanaan sebesar.
Sekian pembahasan alat yang sangat menarik terkait peng-efisienan penggunaan energi terbarukan. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan baru bagi kita semua. http://www.penggagas.com/alat-bernama-orison-ini-akan-melengkapi-missing-puzzle-darienergi-terbarukan/
14.Manfaatkan Tenaga Pijakan, Mahasiswa Untag Buat Tangga Penghasil Energi Listrik
Saiful dan Raditiyo mendemonstrasikan tangga statis penghasil energi listrik yang mereka buat. Foto: Petrus Riski
Luar biasa. Dua mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Jawa Timur, Radityo Jalu Atmojo dan Saiful Efendi, berhasil memecahkan persoalan energi listrik dengan memanfaatkan energi pijakan. Melalui karya inovatif yang mereka namakan Tangga Statis, energi listrik yang dihasilkan ini dapat menerangi ruangan hingga mengoperasikan peralatan elektronik lainnya. Inovasi Tangga Statis karya dua mahasiswa semester tujuh Jurusan Teknik Elektro ini, terinspirasi dari banyaknya anak tangga di sebuah gedung yang seharusnya dapat dimanfaatkan. Beban pijakan pada anak tangga menjadi dasar sumber energi yang bisa digunakan untuk menghasilkan energi listrik. “Cara kerjanya menggunakan pijakan, dimana pijakan anak tangga itu didesain sedemikian rupa dengan menggunakan pegas dan tuas, yang dihubungkan pada gir dan roda penghubung. Selanjutnya disinkronkan pada sebuah generator yang menyimpan energi listrik yang dihasilkan oleh batere atau aki,” terang Raditiyo kepada Mongabay Indonesia awal pekan ini. Raditiyo menjelaskan, selama ini, keberadaan anak tangga pada sebuah bangunan atau gedung sering dipandang hal yang biasa, bahkan kurang mendapat perhatian alias sebagai
pelengkap. Padahal, keberadaan anak tangga merupakan syarat utama dan komponen vital sebuah bangunan atau gedung bertingkat. Keberadaan anak tangga statis saat ini bahkan banyak digantikan oleh anak tangga berjalan atau eskalator maupun lift, yang pengoperasiannya membutuhkan banyak energi listrik dan bergerak terus menerus. Berbekal besi, rantai, gir sepeda dan peralatan yang semuanya didapatkan dari rongsokan, mereka mendesain dan membuat tangga statis penghasil energi listrik dengan memanfaatkan beban pijakan. Raditiyo mengatakan, banyaknya energi yang dapat disimpan dipengaruhi oleh banyaknya anak tangga yang didesain sebagai penghasil energi listrik. Serta, banyaknya orang yang melewati anak tangga dan berat badan yang melintasi anak tangga itu. “Karena pijakan tersebut dapat menghasilkan energi, kami manfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Jadi, di setiap anak tangga terdapat pegas yang bila dipijak dapat menggerakkan gir dan tuas pada generator,” paparnya.
Energi listrik yang dihasilkan dapat digunakan sebagai penerangan ruangan. Foto: Petrus Riski
Saiful Efendi menambahkan, prototype tangga statis penghasil energi ini dibuat secara sederhana. Komponen kelistrikannya seperti alternator, kontrol charge, inverter pengubah arus DC ke AC, dan aki.
“Energi yang disimpan pada batere atau aki bisa digunakan untuk lampu penerangan di ruangan dan beberapa alat elektronik. Kalau kapasitas batere besar, bisa menerangi ruangan lebih banyak lagi,” tegasnya. Meski belum berencana menawarkan inovasi hasil karyanya ini, Saiful dan Raditoyo mengaku masih akan menyempurnakan model Tangga Statis yang mereka buat ini, terutama mengenai sistem kelistrikan dan mekaniknya. “Ini cocok diterapkan di gedung yang anak tangganya banyak dilewati orang, seperti pasar dan mall,” ujar Raditiyo.
http://www.mongabay.co.id/2016/02/27/manfaatkan-tenaga-pijakan-mahasiswa-untag-buattangga-penghasil-energi-listrik/
15.Pengembangan sumber listrik dari tanaman padi, solusi krisis energi? Sekitar 35% penduduk Indonesia belum menikmati aliran listrik, terutama di wilayah terpencil dan pedesaan. Meski saat ini pemerintah mempercepat program penyediaan listrik 35.000 megawatt dalam lima tahun. Tetapi pengembangan teknologi yang dilakukan mahasiswa Universitas Brawijaya ini menawarkan penyediaan listrik dari sumber alternatif yaitu padi. Ketua tim peneliti energi listrik mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang Dheniz Fajar Akbar, sibuk memantau pertumbuhan padi yang ditanam di dalam rumah kaca mini sejak dua bulan lalu. Dia secara rutin memberikan pasokan beberapa tanaman padi ini diberi pasokan air dan pupuk dengan jumlah yang berbeda. Tanaman padi semua sejak dua bulan lalu dalam sebuah rumah kaca mini. Sepuluh tanaman diperlakukan berbeda, mulai pasokan air, dan pemupukan. Hasilnya tanaman dengan penyiraman 500 mililiter air dan kompos lima persen dari volume tanah. “Kita semai IR64, kita susun dalam 1 pot. Diameter 15 centimeter, tinggi 15 centimeter,Volume tanah kita masukkan 1 centimeter tanah, kemudian kita letakkan karbon granit yang berfungsi sebagai anoda kita tumpuk tanah," jelas Dheniz. "Kemudian kita tanam padi, kita tanam karbon lagi berfungsi sebagai katoda. Setelah anoda dan katoda kita pasang listrik lebih dulu,” jelas dia kepada Eko Widianto wartawan di Malang Jawa Timur.
Sekitar 50% Papua masih gelap, warga Papua berteriak ke Jokowi
Sumba: Pulau dengan sasaran 100% energi terbarukan
Teori ini ditemukan di Belanda pada 2001, tetapi ternyata tak banyak peneliti Indonesia yang mengembangkan teknologi ini meski di sini memiliki wilayah pertanian yang luas. Tim yang terdiri dari lima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang ini mengembangkan teknologi Plant Microbial Fuell Cell (PMFC), yang dinamai EPaddy. Image caption Sepuluh pot tanaman padi diletakkan di rumah kaca mini.
Skala besar Tak jauh dari tempat kos Dheniz dan Hamdan terhampar sawah yang cukup luas, seorang petani tampak tengah mengemburkan tanah dengan menggunakan traktor. Dheniz berharap teknologi pembangkit listrik yang diujicobanya dapat dikembangkan di desa-desa yang memiliki lahan pertanian. Lebih murah dari pembangkit listrik konvesional katanya. Alat bernama E-Paddy diharapkan bisa mengatasi krisis listrik dan mengaliri wilayah yang tak belum terkoneksi dengan listrik, “Padi merupakan tananaman yang mengalami reaksi fotositensis menghasilkan glukosa, oksigen 30 persen dikonsumsi padi. Sebelibnya 70 persen dikonsumsi mikroorganisme dalam tanah. Mengalami metabolisme menghasilkan elektron negatif mengalir ke anoda, mengalir ke katoda menghasilkan listrik,” seperti dijelaskan salah seorang Hamdan Mursyid. Hasil uji coba, tanaman padi umur 25-30 hari menjadi puncak produksi listrik mencapai sebesar 462,4 mili volts per menit. Data listrik yang dihasilkan terekam dalam data loger. Data terekam setiap saat untuk dianalisis. Ramah Lingkungan Image caption Dalam uji coba yang dilakukan, energi listrik dari tanaman padi dapat menambah kekuatan baterai telepon seluler.
Dalam uji coba para mahasiswa Fakultas Pertanian ini diketahui tanaman pagi yang berumur kurang sekitar satu bulan, dapat menghasilkan listrik meski baru skala kecil, untuk mengisi ulang baterai telepon selular. Tetapi Dheniz menyebutkan listrik yang dihasilkan bisa lebih besar tergantung dari luas lahan.
“Seperti menanam tanaman saja untuk aplikasi, ada tanaman kita beri karbon disambungkan ke kabel kita sambungkan ke penampung daya. Kemudian kita penyiraman dan kompos nanti akan terbentuk energi listrik. Dari 1 hektare terbentuk dihasilkan 41 Gigajoule dibutuhkan beberapa lempengan karbon berfungsi sebagai anoda dan katoda,” kata Dheniz. Listrik yang dihasilkan 41,9 Gigajoule atau setara dengan 1,15 kilo liter minyak bumi. Sehingga listrik yang dihasilkan dipastikan ramah lingkungan. Inovasi mahasiswa ini mendapat pembiayaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi sebesar Rp 7,5 juta, dan para mahasiswa ini berharap dikembangkan secara massal dengan teknologi yang sederhana. “Daripada mereka menggunakan genset yang menggunakan solar, ini ada sawah yang bisa dimanfaatkan, di lahan pertanian bisa digunakan untuk penyinaran di malam hari, tapi yang kami harapkan listrik yang dihasilkan ditampung untuk mengaliri listrik di desa” kata dia. Tim juga telah mendapatkan tawaran untuk mengembangkan teknologi ini dengan skala yang lebih besar kerja sama dengan peneliti dari Belanda. Ramah lingkungan Image caption Tim terdiri dari lima mahasiswa memproduksi listrik menggunakan sumber energi terbarukan.
Inovasi ini bisa dikembangkan di semua tanaman, tak hanya padi. Tanaman padi dipilih lantaran lahan sawah masih cukup luas. Mereka berharap teknologi ini dikembangkan karena lebih murah dan ramah lingkungan. “Teknologi PMFC, Plant Microbial Fuell Cell ini alangkah lebih baik dikembangkan untuk mencukupi aliran listrik di daerah yang belum teraliri listrik. Intinya kita tetap akan mengembangkan teknologi, agar tersebar luas di Indonesia untuk mencukupi kebutuhan listrik” kata Dheniz. Dosen pembimbing dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Dewi Maya Maharani mengatakan inovasi ini bisa dikembangkan di semua tanaman, tak hanya padi, dan dianggap ramah lingkungan. "Mungkin yang potensial padi, bisa mangrove juga jadi di daerah pesisir, jadi potensial jadi untuk proyek kesananya, kita akan mendapatkan keuntungan antara produksi pangan berarti dari beras sebagai bahan pokok di Indonesia, " jelas Maya. "Produksi energinya dari energi listriknya dimanfaatkan untuk penerangan, serta dapat menurunkan emisi metan. Jadi produksi padi ini kan banyak memproduksi gas metan terbanyak yang berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca," tambah dia.
Tim mahasiswa ini tengah mengajukan hak paten melalui sentra hak intelektual Universitas Brawijaya Malang. http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/06/160530_majalah_sains_listrik_padi
16.Siswa SD Buat Inovasi Energi Listrik dari Jus Belimbing
VIVA.co.id - Muhammad Azkar Habibullah, siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Prambanan Klaten Jawa Tengah, berhasil membuat inovasi energi listrik alternatif dari sebuah jus belimbing. Meski sederhana, namun upayanya untuk menciptakan listrik terlihat berhasil. Dalam praktiknya, Azkar hanya menggunakan peralatan sederhana. Yakni satu gelas kosong berisi tanah, jus belimbing wuluh serta lempeng tembaga dan seng. "Nanti tanah yang ada di dalam gelas diisi dengan jus belimbing wuluh. Baru kemudian dimasukkan lempengan tembaga dan seng yang kemudian dihubungkan satu persatu. Barulah keluar listriknya," ujar siswa SDIT Salsabila Baiturrahman tersebut di hadapan dewan juri Klaten Science Festival, Kamis, 30 April 2015. Tak kalah menarik, inovasi berikutnya juga berhasil dibuat oleh Febrian Lusi Herawati. SIswo kelas V SDN 1 Gemampir Karangnongko Klaten ini berhasil membuat alat peraga hidrolik yang menggunakan energi air.
Melalui alat suntik dan selang kecil, air tersebut mampu mengangkat miniatur alat berat mirip backhoe yang terbuat dari limbah sendok es krim. Bekerja dengan menggerakkan beberapa suntikan, tekanan air yang disalurkan melalui selang kecil pun mampu mengangkat beban. "Ini cuma peraga saja. Saya cuma mencontohknnya dengan menggunakan barang bekas. Barangkali nanti bisa dibuat dengan alat yang lebih canggih," ujar Lusi. Sementara Kasi SD Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten Suroyo, mengaku mengapresiasi inovasi teknologi yang dibuat sejumlah siswa SD tersebut. "Anak-anak ini sangat hebat. Sedari dini mereka sudah bisa menulis dan meneliti. Bisa dibayangkan betapa banyak yang bisa dipelajari anak-anak ini," ujar Suroyo.
http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/620300-siswa-sd-buat-inovasi-energi-listrik-darijus-belimbing
17.Energi Hidrogen Terbarukan dari Air dan Cahaya Matahari Sebuah perusahaan rintisan bernama HyperSolar bekerja sama dengan peneliti dari Universitas Iowa menghasilkan energi terbarukan terinspirasi dari tumbuhan. Menggunakan air dan cahaya matahari, mereka membuat energi hidrogen terbarukan. Akhir bulan Mei lalu, HyperSolar mengumumkan sebuah terobosan dalam hal efisiensi dalam penelitian ini. Universitas Iowa pun memperpanjang kesepakatan penelitian bersama untuk setahun berikutnya dengan perusahaan tersebut. Kerjasama dua tim ini bertujuan untuk menghasilkan energi hidrogen yang bersih dengan menggunakan proses yang sama seperti fotosintesis. Teknologi ini sangat penting karena metode yang berkelanjutan dalam menciptakan energi hidrogen selama ini sangatlah mahal. Terobosan yang dihasilkan HyperSolar dalam memproduksi energi hidrogen bisa mengurangi biaya tersebut dengan sangat efisien.
Para peneliti dari Universitas Iowa mengembangkan sebuah alat elektrokimia bertenaga surya yang dapat menghasilkan energi dari air dan cahaya matahari. Foto: Syed Mubeen/Inhabitat.com Untuk menciptakan energi hidrogen, mereka menciptakan sebuah alat elektrokimia bertenaga surya. Alat ini bisa ditempatkan di berbagai jenis air, termasuk air limbah ataupun air laut. Ketika sinar matahari menerpa alat ini, dia akan mengubah air menjadi hidrogen yang kemudian bisa disimpan seperti baterai. Ketika hidrogen tersebut diubah kembali menjadi air, para peneliti tersebut bisa memanen energinya. Kepala Penelitian HyperSolar, Syed Mubeen mengatakan bahwa mereka berencana untuk memperbesar skala penelitiannya sehingga mereka bisa menemukan cara untuk memotong biaya yang diperlukan untuk membuat alat tersebut dan memperkuat prosesnya. Pada akhirnya, energi yang dihasilkan bisa digunakan pada mobil bertenaga hidrogen atau sebagai pembangkit listrik yang bersih. Menurut Syed Mubeen, pengembangan energi terbarukan yang bersih adalah sebuah tujuan yang ingin dicapai oleh seluruh dunia. Seperti dilansir dari laman Inhabitat.com, Mubeen mengatakan, “saat ini kami memahami bagaimana sebuah sistem energi yang bersih seperti sel surya, turbin angin dan lainnya bisa bekerja dengan tingkat kerumitan yang tinggi. Tantangan utama saat ini adalah mengembangkan sistem energi bersih yang terjangkau dan bisa menyaingi biaya pemakaian bahan bakar minyak sehingga bisa dipakai secara luas dan tidak terbatas pada negara berkembang saja.” http://www.greeners.co/ide-inovasi/energi-hidrogen-terbarukan-air-dan-cahaya-matahari/
18.Mahasiswa Balikpapan Rancang Alat Pemakaian Listrik Rumah Hemat Energi
Balikpapan (idcfm.net)—Iwan Setiawan, Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Universitas Balikpapan berhasil merancang alat optimalisasi pemakaian energi listrik rumah hemat energi. Inovasi Iwan dalam teknologi ini, membawanya menduduki juara pertama Lomba Kreativitas Teknologi Inovasi 2016 gelaran Jarlitbang Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Balikpapan.
“Selama kurang lebih satu bulan saya kerjakan sendirian. Inovasi dari dosen untuk merancang suatu alat kendalikan instalasi listrik dengan cara manual otomatis dengan teknologi pemrograman,” terang Iwan usai penyerahan hadiah di Aula Kantor Walikota Balikpapan pada Selasa (02/08). Iwan merincikan, alat pengendali instalasi listrik ini dirancang menyerupai sirkuit portable berbasis Arduino Uno, teknologi dari Italia. Sirkuit portable ini, kata Iwan, dikendalikan oleh mini komputer yang diprogramkan dengan open source atau software yang memiliki kode program. Dikatakan hemat energi karena ketika pemilik rumah akan bepergian, cukup memasukan password pada mini computer dan otomatis seluruh lampu yang tersambung dalam jaringan sirkuit tersebut akan mati. “Dalam lomba ini saya hanya kendalikan lampu luar saja. Semisal keluar rumah masukan password yang ada di program. Paswordnya bisa taruh di pintu atau dalam ruangan. Nanti mati sendiri,” terangnya lagi. Sukses menyabet jawara dalam Lomba Kreativitas Teknologi Inovasi 2016, Iwan berencana memasarkan temuannya ke kalangan perkantoran dan pengembang perumahan. Namun Mahasiswa Semester 3 ini akui akan temui sejumlah kendala, terutama dari segi pengadaan alat dan biaya. Sehingga ia berharap pemerintah kota bisa mendukung penuh rencana tersebut. Sebab kedepan selain menggunakan password, pemrograman listrik hemat energy juga bisa dikendalikan melalui smartphone. “Untuk mendesain rancangan ini sempat kesulitan dalam memperoleh alat. Sebagian alat ini barang bekas yang saya dapat dari teman yang bekerja di perusahaan telekomunikasi. Biaya pembuatanya kalau dikalkulasi sampai satu jutaan,” tukasnya seraya tersenyum. Sementara itu, Kepala Balitbangda Provinsi Kalimantan Timur, Prof. DR. H. Dwi Nugroho Hidayanto, M. Pd mengapresiasi program edukasi lomba teknologi gelaran Jarlitbang Bappeda Kota Balikpapan. Sesuai dengan tahapan RPJMD Provinsi kaltim Tahun 2014-2018, salahsatu arah kebijakannya adalah penyiapan industrialisasi produk unggulan daerah dan pengembangan energy baru dan terbarukan. “Peran Litbang Daerah adalah melakukan fasilitasi, advokasi, supervise dan edukasi sebagai bentuk implementasi penguatan Sistem Inovasi Daerah,” kata Dwi. Ditambahkan Dwi, saat ini hanya Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Kutai Kartanegara yang sudah memiliki Balitbangda. Balikpapan sendiri masih berupa Jarlitbang yang masih satu struktur dengan Bappeda. Di Provinsi sendiri, kata Dwi, pihaknya baru memiliki 18 tenaga peneliti dari 180 personel yang ada. “Menurut ketentuan pusat, seharusnya setiap Balitbangda, 40 persennya adalah tenaga peneliti. Balikpapan juga kami dorong untuk Jarlitbang berdiri sendiri menjadi Bappeda,” tekan Dwi. (Imy)
http://idcfm.net/mahasiswa-balikpapan-rancang-alat-pemakaian-listrik-rumah-hemat-energi/
19.Alat Penyuplai Energi Listrik pada Lapak Angkringan
Angkringan telah menjadi tempat makan favorite bagi masyarakat Yogyakarta, tak ayal kebeadaannya semakin menjamur. Pada umumnya angkringan memiliki ciri khas berada di tepi jalan dengan gerobak sehingga kebanyakan lapak angkringan tidak memiliki suplai energi listrik. Oleh karena itu, lapak angringan biasanya menggunakan arang sebagai bahan bakar serta lampu sentir/ lampu tempel sebagai penerangan utama. Namun, dari hasil survei menunjukkan bahwa asap yang ditimbulkan dari proses pembakaran arang dan lampu sentir dapat menggangu kesehatan dan kenyamanan pengunjung. Sehingga, ketersediaan energi listrik sebenarnya sangat penting bagi pedagang Angkringan maupun pembelinya. Kondisi tersebut memunculkan ide kreatif dari sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dari Fakultas Teknik (FT) berkolaborasi dengan mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang tergabung dalam kelompok Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Teknologi, untuk mengembangkan energi alternatif unruk memenuhi kebutuhan listrik di lapak angkringan dengan memanfaatkan sistem panel surya. Kelompok ini terdiri dari Muhamad Iskandar (Pendidikan Teknik Mekatronika), Nurlia Sutiani (Pendidikan Teknik Informatika), Ahmad Habibullah (Pendidikan Teknik Mekatronika) dan Maisel Priskila Sisilia (Pendidikan IPA). Alat yang mereka ciptakan bekerja dengan mengontrol panas matahari untuk mengisi batrei dan kemudian dikonversi menjadi suplai energi listrik yang siap digunakan untuk kebutuhan penerangan di lapak angkringan. Pengembangan alat ini mendapat sokongan dana dari PKM tahun 2013 yang bertujuan untuk membantu penjual angkringan dalam meningkatkan penghasilannya. Ketut Ima Ismara, M.Pd, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro sangat mengapresiasi inovasi ini. “Sudah sepatutnya para mahasiswa melakukan pengembangan teknologi yang tepat guna sehingga dapat membantu masyarakat”, tuturnya. Muhamad Iskandar, ketua kelompok menjelaskan bahwa alatnya mampu menghasilakan energi listrik hingga 1200 Watt. “Dengan tambahan installasi penerangan mini pada warung angkringan, peran lampu sentir dapat tergantikan”, ungkap Iskandar. “Selain itu, dengan daya yang cukup besar alat kami juga mampu untuk menyalakan alat
elektronik lain yang sudah disesuaikan dayanya seperti LCD TV, Radio, Sistem Audio Mini serta charging ponsel atau laptop”, tambahnya. Dalam sesi uji coba, penerapan alat ini mendapatkan respon yang sangat baik dari dua pedagang angkringan. Pak Parjo, pedagang angkringan dari Gondokusuman, Yogyakarta mengungkapkan bahwa alat ini sangat membantu dirinya dalam berdagang angkringan. “Contohnya untuk memanasi air juga menjadi sangat cepat, dengan kompor listrik, tinggal ‘ceklek’ langsung panas”, ceritanya. Alat ini memberikan banyak pengetahuan bagi saya yang sudah berumur terkait teknologi yang ada pada era sekarang” lanjut pedagang yang sudah berusia 50an tahun itu. Sementara itu Pak Sugio yang berjualan angkringan di daerah Sleman juga merasakan dampak yang sangat positif. “Alat ini bermanfaat sekali, karena bisa membuat saya betah. Meski, pengunjung sepi saya bisa menonton tv serta menikmati lagu-lagu sambil menunggu pengunjung datang”, tutur Pak Sugio sembari tertawa lepas. “Semoga untuk kedepannya alat ini bisa lebih didekatkan kepada masyarakat, khususnya pedagang warung angkringan yang selama ini setia menjadi trand mark dibidang industri makanan dan akrab di kalangan mahasiswa khususnya didaerah Istimewa Yogyakarta” tutupnya. https://ft.uny.ac.id/berita/alat-penyuplai-energi-listrik-pada-lapak-angkringan.html
20.Tiga Siswa SMA Asal Indramayu Temukan Alat Inovasi Energi Alternatif dari Rumput Laut Beritaplatmerah, Indramayu– Patut diapresiasi, sejumlah pelajar di Indramayu yang tergabung dalam komunitas Cita Rasa Kebaikan Pelajar (CAKEP) telah menciptakan sebuah alat inovasi energi alternatif yang bersumber dari rumput laut dan kemudian menghasilkan biotanol yang kadar oktannya mendekati Petralite.
Ke tiga pelajar tersebut yaitu Hofifah, Tin Haeli, dan Uswatun hasanah. mereka adalah duta CAKEP yang berasal dari SMAN 1 Sindang Kabupaten Indramayu. “Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam proses produksi Biotaol ini, yaitu : pertama memilih sample rumput laut, kemudian proses pengeringan, setelah itu dilakukan fermentasi antara ganggang rumput laut dengan ragi, dan proses terakhir adalah destilasi, yaitu proses pemisahan antara air dengan biotanol,”ungkap Hofifah, selaku Ketua tim Cakep. Para pelajar ini menyebut teknologi temuan mereka telah dipertimbangkan dari berbagai aspek, baik aspek kegunaan maupun lingkungan. Selain itu, karya mereka telah diikutsertakan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) EPSILON 2016 yangdilaksaaanakan di UGM Yogyakarta. Lomba tersebut ditujukan untuk siswa/i SMA se-derajat se Jawa/Bali yang bertujuan untuk menumbuhkan minat peserta dalam bidang sains dan teknologi terapan, terutama dalam bidang energi terbarukan, serta diharapkan mampu menumbuhkan semangat berinovasi sebagai jawaban atas krisis energi yang terjadi di Indonesia. Lomba tersebut diikuti tak kurang dari 1000 SMA/ Se-derajat se Jawa/Bali. Dan hasil yang membanggakan diraih wakil dari Indramayu lolos ke semifinal dan saat ini tengah menunggu untuk tahapan selanjutnya yang akan dilakukan oleh panitia. Keberhasilan tersebut tak lepas dari peran berbagai pihak, baik pihak Sekolah, Dinas terkait, dan tentunya para pembimbing atau coach yang melatih para duta CAKEP. (*) http://beritaplatmerah.com/tiga-siswa-sma-asal-indramayu-temukan-alat-inovasi-energialternatif-dari-rumput-laut/
21.Inovasi Belanda: Mengubah Panas Menjadi Listrik Bukan hal yang asing jika kita mendengar inovasi yang dilakukan oleh negeri Belanda. Mulai dari menyulap laut dan rawa-rawa menjadi daratan untuk memperluas negara mereka (bahkan Belanda dijuluki sebagai Negara di bawah permukaan laut), menjadikan angin sebagai
sumber energi listrik melalui kincir angin. Pada awalnya kincir angin yang dikembangkan Belanda sejak abad ke-13, penggunaannya hanya untuk mengatasi masalah banjir. Sekitar tahun 1973, kincir angin modern atau turbin angin dimanfaatkan oleh Belanda sebagai alat pembangkit energi listrik. Bahkan saat ini Belanda mempunyai inovasi baru yaitu mengubah energy panas (api) dari sisa pembakaran limbah menjadi energi listrik untuk keperluan rumah tangga. Bagaimana bisa? Berikut penjelasannya. Sampah dan limbah merupakan masalah bagi semua Negara, termasuk Belanda. Sampai dengan abad ke-17 penduduk Belanda masih suka membuang sampah dengan seenaknya. Di abad berikutnya, masyarakat mulai menyadari bahwa sampah mulai menimbulkan penyakit, sehingga pemerintah menyediakan tempat-tempat pembuangan sampah. Di abad ke-19, mulai ada petugas pemerintah daerah yang datang mengambil sampah dari rumah-rumah penduduk dan mengumpulkannya di tempat pembuangan akhir. Di abad ke-20 sampah yang terkumpul tidak lagi dibiarkan tertimbun sampai membusuk, melainkan dibakar. Kondisi pengelolaan sampah di Belanda saat itu kira-kira sama seperti di Indonesia saat ini. Pada abad ke-21 teknologi pembakaran sampah yang modern mulai diterapkan. Teknologi yang memungkinkan pembakaran tidak menimbulkan efek samping yang dapat merugikan kesehatan yang disebut dengan insinerasi. Insinerasi atau pembakaran sampah (bahasa Inggris: incineration) adalah teknologi pengolahan sampah yang melibatkanpembakaran bahan organik. Insinerasi dan pengolahan sampah bertemperatur tinggi lainnya didefinisikan sebagai pengolahan termal. Insinerasi material sampah mengubah sampah menjadi abu, gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas. Gas yang dihasilkan harus dibersihkan dari polutan sebelum dilepas ke atmosfer. Panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai energipembangkit listrik. Insinerasi memiliki banyak manfaat untuk mengolah berbagai jenis sampah seperti sampah medis dan beberapa jenis sampah berbahaya di mana patogen dan zat kimia bisa hancur dengan temperatur tinggi (sumber: http://brainly.co.id/tugas/1656920). Amsterdam sebagai kota terpadat di Belanda, tentunya memiliki masalah pengolahan sampah dan limbah yang kompleks. Pemerintah Belanda memutuskan untuk membuat sebuah perusahaan pengolahan sampah dan limbah yang berada di Amsterdam yaitu “City of Amsterdam Waste and Energy Company” yang bertujuan menghasilkan energi baru yang dapat dipakai kembali. Menurut catatan Kompasiana, dalam sehari sampah dari kota Amsterdam diangkut 600 truk dan berisi 4400 ton. Lebih dari 1,4 juta sampah domestik dan industrial diproses setiap tahunnya atau 25% dari total sampah yang dihasilkan warga Belanda dalam setahun. Sampah dari berbagai penjuru Amsterdam diangkut menggunakan truk sampah untuk ditampung di sebuah tempat penampungan setinggi 30 meter. Kemudian sampah tersebut diangkut menggunakan penjepit besi untuk di bakar hingga 1000-1200 derajat celcius selama 24 jam setiap harinya. Sebelum dibakar sampah mesti dipilah-pilah, bahkan sejak dari rumah. Hanya yang tidak membahayakan kesehatan yang boleh dibakar. Sampah yang memproduksi
gas beracun ketika dibakar harus diamankan dan tidak boleh dibakar. Dari hasil pembakaran tersebut akan menghasilkan udara dan uap panas. Udara panas dapat memutar turbin generator yang diubah menjadi sumber energi listrik. Sementara uap panas yang dihasilkan bisa digunakan untuk mensuplai 50.000 pemanas rumah tangga dengan kekuatan 91 kw. Listrik yang diproduksi mencapai 900kw per jamnya, cukup untuk menerangi lampu-lampu di jalanan kota Amsterdam. Dalam setahun Amsterdam mampu menghasilkan 1.000.000 mwh listrik atau setara dengan kebutuhan 1% energi listrik di Belanda. Dan menghasilkan 17.740 ton besi serta 2,6 ton metal. Dari satu ton sampah yang diproses hanya ½ kilogram saja karena sisanya menjadi limbah yang tak bisa digunakan.
Metode pengolahan (Sumber: Kompasiana)
sampah
menjadi
listrik
di
Amsterdam
Seiring dengan makin berkembangnya teknologi, nampaknya pengelolaan sampah harus tetap menjadi perhatian, mengingat masyarakat dan sampah hidup berdampingan setiap harinya dimana pengelolaan sampah yang buruk dapat mengganggu kesehatan manusia. Dari sini kita dapat belajar dari negeri Belanda sebuah hal yang tadinya dianggap tak berguna dan menjijikan dapat berubah menjadi sebuah energi yang dapat diambil manfaatnya. Bukan tidak mungkin insinerasi diterapkan di Indonesia, mengingat cadangan pembangkit listrik di Indonesia sudah semakin memprihatinkan. Sudah saatnya Indonesia membuat inovasi-inovasi untuk menciptakan sumber energi alternatif yang dapat mendukung kebutuhan listrik di Indonesia yang semakin hari akan semakin meningkat. http://hwc2015.nvo.or.id/083-inovasi-belanda-mengubah-panas-menjadi-listrik/
22.Mahasiswa ITB Ciptakan Inovasi Hemat Listrik dengan Restoc Jakarta, EnergiToday -- Kemunculan sebuah ide selalu tak terduga, bahkan bisa terinspirasi dari lingkungan sekitar. Gagasan itulah yang akhirnya mampu menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, tiga mahasiswa Intitut Teknologi Bandung (ITB), yakni Nurwanto, Sabituddin dari Fakultas Informatika dan Asep Nurjamil dari Teknik Elektro, menciptakan inovasi yang berhasil membawa mereka menjadi finalis Olimpiade Sains Nasional (OSN) Pertamina. Mengambil judul “Restoc: Remote Stop Contact Untuk Efisiensi Penggunaan Energi Listrik”, tim kategori Proyek Sains ini mengaku, piranti yang diciptakannya mampu menghemat listrik. Sederhananya, jelas Nurwanto, sistem kerja alat tersebut berfungsi untuk menghemat dan penggunaan listrik yang efisien. “Awalnya, listrik di tempat kost kami sering lupa dimatikan karena harus buru-buru pergi kuliah. Akhirnya kepikiran ide untuk bikin terminal yang dapat di-switch dari ponsel. Untuk sementara kita buat tiga port dulu,” ungkap Nurwanto. Bersama kedua kawannya, perangkat keras pun dirakit. Tidak membutuhkan waktu lama, dengan keahlian mereka di bidangnya masing-masing, aplikasi Restoc mampu diciptakan hanya dalam sepekan. Meski begitu, ungkap Nurwanto, hasil ide yang diciptakannya tidak serta merta datang begitu saja. “Kita berharap dengan adanya alat ini bisa membantu masyarakat. Karena Restoc juga bisa diaplikasikan di apartemen, perkantoran dan jalan raya,” ungkapnya di Universitas Indonesia, Depok. Tak hanya itu, kecanggihan Restoc juga terbukti mampu mengatur listrik lewat smartphone dari jarak jauh dengan menggunakan sinyal provider. Terdapat fitur pilihan switch, set timer dan statistic pada alat tersebut. Semisal dalam fitur switch, dapat diketahui keadaan perangkat elektronik yang terhubung di dalam port-port terminal dari aplikasi Restoc atau Remote Stop Contact. “Jadi satu rumah itu bisa dikontrol oleh handphone. Caranya menggunakan sistem sms. Pengembangan lebih lanjutnya akan ada analisis keamanannya. Hanya orang tertentu yang bisa mengetahuinya ditambah aksesnya menggunakan internet,” tandas mahasiswa semester tujuh itu. Selain menghemat energi, dari aspek biaya pun terhitung hemat. Menurutnya, kebutuhan listrik tiap tahun mengalami peningkatan. Seiring dengan meningkatnya permintaan listrik, sumber daya untuk membangkitkan listrik juga meningkat. Oleh karena itu perlu upaya penghematan energi listrik sebelum sumber daya pembangkit listrik tidak dapat memenuhi permintaan kebutuhan listrik. Nurwanto mengatakan, Restoc berguna untuk menghemat penggunaan listrik yang berlebih, memudahkan pengguna dalan mengakses switch atau saklar dari jarak jauh dengan menggunakaan smartphone, selanjutnya dapat memonitor listrik dalam jangka waktu tertentu sehingga dapat mengetahui tingkat konsumsi listrik. Menurut Nurwanto, apa yang mereka upayakan sejalan dengan program pemerintah untuk menghemat energi listrik, menurunkan tingkat pencemaran lingkungan, dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
Mereka optimis dengan aplikasi yang diciptakannya bisa mendorong program pemerataan listrik di seluruh Indonesia. Terlebih, sebagai upaya mengampanyekan program penghematan listrik. [us/prt] http://energitoday.com/2014/12/mahasiswa-itb-ciptakan-inovasi-hemat-listrik-dengan-restoc/
23.Termoelektrik, Pemanfaatan Energi Panas Menjadi Energi Listrik Pada tanggal 5 September 1977, NASA meluncurkan Voyager 1 yang dirancang khusus untuk terbang menjauhi tata surya sehingga solar cell tidak dapat dipergunakan. Dalam menempuh perjalanan yang tak terbatas itu diperlukan pula energi listrik yang besar dan stabil untuk mengirimkan data ke Bumi. Voyager menggunakan generator listrik RTG (Radioisotop Thermoelectric Generator) dengan plutonium-238 yang memanfaatkan teknologi termoelektrik. Sistem ini mampu membangkitkan listrik sebesar 400 W, serta secara kontinu dan tanpa perawatan apa pun, Voyager tetap dapat mengirimkan data walau sudah terbang selama 30 tahun.
Gambar 1. Voyager 1 yang diluncurkan NASA
Gambar 2. RTG (Radioisotop Thermoelectric Generator) yang ada pada Voyager 1 Apakah termoelektrik itu? Teknologi termoelektrik adalah teknologi yang bekerja dengan mengkonversi energi panas menjadi listrik secara langsung (generator termoelektrik), atau sebaliknya, dari listrik menghasilkan dingin (pendingin termoelektrik). Untuk menghasilkan listrik, material termoelektrik cukup diletakkan sedemikian rupa dalam rangkaian yang menghubungkan sumber panas dan dingin. Dari rangkaian itu akan dihasilkan sejumlah listrik sesuai dengan jenis bahan yang dipakai. Prinsip kerja dari termoelektrik adalah dengan berdasarkan Efek Seebeck yaitu “jika 2 buah logam yang berbeda disambungkan salah satu ujungnya, kemudian diberikan suhu yang berbeda pada sambungan, maka terjadi perbedaan tegangan pada ujung yang satu dengan
ujung yang lain” ( Muhaimin, 1993).
Gambar 3. Thermoelectric conversion material Untuk keperluan pembangkitan lisrik tersebut umumnya bahan yang digunakan adalah bahan semikonduktor. Semikonduktor adalah bahan yang mampu menghantarkan arus listrik namun tidak sempurna. Semikonduktor yang digunakan adalah semikonduktor tipe n dan tipe p. Bahan semikonduktor yang digunakan adalah bahan semikonduktor ekstrinsik. Terdapat tiga sifat bahan termoelektrik yang penting, yaitu : 1. Koefisien Seebeck (s) 2. Konduktifitas panas (k) 3. Resistivitas (ρ)
Gambar 4. Skema dasar termoelektrik Sejarah penemuan energi termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua logam tersebut lalu diletakkan jarum kompas. Ketika sisi logam tersebut dipanaskan, jarum kompas ternyata bergerak. Belakangan diketahui, hal ini terjadi karena aliran listrik yang terjadi pada logam menimbulkan medan magnet. Medan magnet inilah yang menggerakkan jarum kompas. Fenomena tersebut kemudian dikenal dengan efek Seebeck. Penemuan Seebeck ini memberikan inspirasi pada Jean Charles Peltier untuk melihat kebalikan dari fenomena tersebut. Dia mengalirkan listrik pada dua buah logam yang direkatkan dalam sebuah rangkaian. Ketika arus listrik dialirkan, terjadi penyerapan panas pada sambungan kedua logam tersebut dan pelepasan panas pada sambungan yang lainnya. Pelepasan dan penyerapan panas ini saling berbalik begitu arah arus dibalik. Penemuan yang terjadi pada tahun 1934 ini kemudian dikenal dengan efek Peltier. Efek Seebeck dan Peltier inilah yang kemudian menjadi dasar pengembangan teknologi termoelektrik. Pengembangan energi termoelektrik Sejak awal tahun 1990, tuntutan dunia tentang teknologi yang ramah lingkungan sangat besar. Ini memberikan imbas kepada teknologi termoelektrik sebagai sumber energi alternatif. Banyak aplikasi lain penggunaan energi termoelektrik selain pada RTG yang
digunakan oleh Voyager 1. Salah satunya adalah penerapan teknologi termoelektrik pada pembangkitan listrik dari sumber panas. Sampai saat ini pembangkitan listrik dari sumber panas harus melalui beberapa tahap proses. Bahan bakar fosil akan menghasilkan putaran turbin apabila dibakar dengan tekanan yang sangat tinggi. Hasil putaran turbin tersebut akan dipakai untuk memproduksi tenaga listrik. Efisiensi energi pembangkit ini masih rendah akibat beberapa kali proses konversi. Panas yang dihasilkan banyak yang dilepas atau terbuang percuma. Dapat digunakan suatu metode yang dikenal sebagai cogeneration di mana panas yang dihasilkan selama proses dapat digunakan untuk tujuan alternatif. Dengan menggunakan termoelekrik, panas yang dihasilkan selama proses diubah menjadi listrik, sehingga panas yang dihasilkan tidak terbuang secara percuma dan energi yang dihasilkan oleh pembangkit menjadi lebih besar, serta efisiensi energi menjadi lebih tinggi. Contoh penerapan lainnya yang sedang dikembangkan saat ini adalah pemanfaatan perbedaan panas di dasar laut dan darat, sistem hybrid pada kendaraan bermotor yang memanfaatkan motor listrik dan mesin pembakaran, serta pemanfaatan pada pembangkit listrik tenaga surya. Kesulitan terbesar dalam pengembangan energi ini adalah mencari material termoelektrik yang memiliki efisiensi konversi energi yang tinggi. Parameter material termoelektrik dilihat dari besar figure of merit suatu material. Idealnya, material termoelektrik memiliki konduktivitas listrik tinggi dan konduktivitas panas yang rendah. Namun kenyataannya sangat sulit mendapatkan material seperti ini, karena umumnya jika konduktivitas listrik suatu material tinggi, konduktivitas panasnya pun akan tinggi. Walaupun demikian, teknologi material yang saat ini sedang berkembang pesat terutama kemampuan menyusun material dalam level nano diharapkan dapat menghasilkan suatu material termoelektrik dengan efisiensi yang tinggi. http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bentuk-energibaru/termoelektrik-pemanfaatan-energi-panas-menjadi-energi-listrik
24.TOPIC: Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) Konversi energi termal lautan (Inggris: Ocean Thermal Energy Conversion/OTEC) adalah metode untuk menghasilkan energi listrik menggunakan perbedaan temperatur yang berada di antara laut dalam dan perairan dekat permukaan untuk menjalankan mesin kalor. Seperti pada umumnya mesin kalor, efisiensi dan energi terbesar dihasilkan oleh perbedaan temperatur yang paling besar. Perbedaan temperatur antara laut dalam dan perairan permukaan umumnya semakin besar jika semakin dekat ke ekuator. Pada awalnya, tantangan perancangan OTEC adalah untuk menghasilkan energi yang sebesar-besarnya secara efisien dengan perbedaan temperatur yang sekecil-kecilnya. Permukaan laut dipanaskan secara terus menerus dengan bantuan sinar matahari, dan lautan menutupi hampir 70% area permukaan bumi. Perbedaan temperatur ini menyimpan banyak energi matahari yang berpotensial bagi umat manusia untuk dipergunakan. Jika hal ini bisa dilakukan dengan cost effective dan dalam skala yang besar, OTEC mampu menyediakan sumber energi terbaharukan yang diperlukan untuk menutupi berbagai masalah energi.
Siklus kalor yang sesuai dengan OTEC adalah siklus Rankine, menggunakan turbin bertekanan rendah. Sistem dapat berupa siklus tertutup ataupun terbuka. Siklus tertutup menggunakan cairan khusus yang umumnya bekerja sebagai refrigeran, misalnya ammonia. Siklus terbuka menggunakan air yang dipanaskan sebagai cairan yang bekerja di dalam siklusnya. Prinsip Kerja Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) Secara sederhana dapat disebutkan bahwa OTEC bekerja dengan memanfaatkan perbedaan temperatur untuk membangkitkan tenaga listrik dengan cara memanfaatkannya untuk menguapkan Ammonia atau Freon. Tekanan uap yang timbul kemudian dipergunakan untuk memutar turbin. Adapun prinsip kerja dari OTEC secara umum adalah: 1. Konversi energi panas laut atau OTEC menggunakan perbedaan temperatur antara permukaan yang hangat dengan air laut dalam yang dingin, minimal sebesar 77 derajat Fahrenheit (25°C) agar bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. 2. Laut menyerap panas yang berasal dari matahari. Panas matahari membuat permukaan air laut lebih panas dibandingkan air di dasar laut. Hal ini menyebabkan air laut bersirkulasi dari dasar ke permukaan. Sirkulasi air laut ini juga dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan energi listrik. 3. Dalam beroperasinya OTEC, pipa-pipa akan ditempatkan di laut yang berfungsi untuk menyedot panas laut dan mengalirkannya ke dalam tangki pemanas guna mendidihkan fluida kerja. Umumnya digunakan ammonia sebagai fluida kerja karena mudah menguap. Dari uap fluida tersebut selanjutnya akan digunakan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik. Selanjutnya, uap fluida dialirkan ke ruang kondensor. Didinginkan dengan memanfaatkan air laut bersuhu 5 derajat Celcius. Air hasil pendinginan kemudian dikeluarkan kembali ke laut. Begitu siklus seterusnya. (Zaiki, 2009) Jenis Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) 1. Closed-Cycle (Siklus Tertutup): Closed-cycle system menggunakan fluida dengan titik didih rendah,seperti ammonia, untuk memutar turbin guna membangkitkan listrik. Air laut permukaan yang hangat dipompa melewati sebuah heat exchanger (penukar panas) di mana fluida dengan titik didih rendah tadi diuapkan. Fluida yang mengalami perubahan wujud menjadi uap akan mengalami peningkatan tekanan. Uap bertekanan tinggi ini kemudian dialirkan ke turbin untuk menghasilkan listrik. Kemudian air dingin dari dasar lautan dipompa melewati heat exchanger yang kedua, mengembunkan hasil penguapan tadi menjadi fluida lagi, di mana siklus ini berputar terus menerus.
2. Open-Cycle (Siklus Terbuka): Open-Cycle OTEC menggunakan air laut permukaan yang hangat untuk membangkitkan listrik. Ketika air laut hangat dipompakan ke dalam kontainer bertekanan rendah, air ini mendidih. Uap yang mengembang menggerakkan turbin tekanan rendah untuk membangkitkan listrik. Uap ini,meninggalkan garam-garam di belakang kontainer. Jadi uap ini hampir merupakan air murni. Uap ini kemudian dikondensasikan kembali dengan menggunakan suhu dingin dari air dasar laut.
3. Hybrid System (Siklus Gabungan): Siklus hybrid menggunakan keunggulan sistem siklus terbuka dan tertutup. Siklus hybrid menggunakan air laut yang diletakkan di tangki bertekanan rendah (vacuum chamber) untuk dijaikan uap. Lalu uap tersebut digunakan untuk menguapkan fluida bertitik didih rendah (amonia atau yang lainnya) yang akan menggerakkan turbin guna menghasilkan listrik. Uap air laut tersebut lalu dikondensasikan untuk menghasilkan air tawar desalinasi. Kelebihan • Tidak menghasilkan gas rumah kaca ataupun limbah lainnya. • Tidak membutuhkan bahan bakar. • Biaya operasi rendah. • Produksi listrik stabil. • Dapat dikombinasikan dengan fungsi lainnya: menghasilkan air pendingin, produksi air minum, suplai air untuk aquaculture, ekstraksi mineral, dan produksi hidrogen secara elektrolisis. Kekurangan: • Jika menggunakan amonia sebagai bahan yang diuapkan menimbulkan potensi bahaya kebocoran. • Efisiensi total masih rendah sekitar 1%-3%. http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/energi-laut/ocean-thermalenergy-conversion-otec
25.Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut Sebagai Pemanfaatan terhadap Wilayah Laut Indonesia PLTA yang umum kita ketahui adalah pembangkit listrik yang energi penggerak utamanya bersumber dari air yang dibuat sedemikian hingga agar mampu menggerakan turbin. PLTA merupakan jenis pembangkit sumber energi terbarukan dan tanpa menimbulkan emisi. Tetapi untuk skala besar masih banyak masalah-masalah yang harus dihadapi dari pengembangan PLTA ini. Permasahan yang sering timbul adalah, besarnya biaya untuk pembangunan dan pemeliharaan PLTA, Kebutuhan lahan yang sangat luas dan efek samping yang diakibatkan terhadap lingkungan juga menjadi kendala, karena alasan tersebut, akhir-akhir ini banyak
yang mengembangkan alternatif teknologi baru sistem pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air untuk mengahasilkan enegi listrik, salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Arus Sungai/Laut (PLTAL). Menurut beberapa sumber yang dibaca, arus sungai mempunyai kelebihan dibandingkan dengan angin ataupun matahari yang cenderung lebih dipengaruhi oleh cuaca, sementara arus sungai mempunyai aliran yang tetap dan tidak banyak mengalami perubahan hingga ratusan tahun. Selain itu, air mempunyai berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan udara, dan hal itu berarti bahwa potensi energi yang bisa dihasilkan 321.800 km sungai-sungai besar di dunia lebih besar dibandingkan dengan energi yang bersumber dari angin. Berbeda dengan arus sungai, arus laut juga mempunyai kandungan energi yang bisa dimanfaatkan sebagai energi terbarukan. Namun arus laut cenderung mengalami perputaran atau biasa disebut juga arus putar sehingga cenderung pula untuk merusak. Pada selat, teluk dan tempat-tempat lainnya dimana arus laut mengalami penyempitan berupa bottle neck, arus laut akan sangat kuat sehinga sangat potensial untuk dimanfaatkan energinya. Teknologi yang digunakan bekerja dengan cara mengkonversi energi kinetik dari arus laut ke energi listrik. Untuk melakukan hal tersebut, tidak dapat dilakukan dengan cara menghalangi seluruh jalan dari arus tersebut. Jika jalan dari arus tersebut dihalangi seluruhnya, maka energi yang ada tidak dapat diambil atau bahkan dapat merusak ekosistem yang ada. Maka dibuatlah desain untuk memaksimalkan jumlah energi yang dapat diambi sementara arus laut dapat berjalan sebagaimana mestinya tetapi dengan energi yang berkurang. Ada beberapa macam kategori untuk mengubah energi arus laut menjadi energi listrik. Salah satu kategorinya ialah berdasarkan pada konfigurasi rotor : 1. Horizontal axis 2. Reciprocating hydrofoil 3. Vertical axis Sedangkan Tidal Fence
sistem
turbinnya
terdiri
dari
dua
tipe:
Tidal fences ini sangat efektif untuk menghalangi arus. Keuntungan lain dari alat ini ialah
bahwa semua peralatan listrik (generator dan transformator) dapat ditaruh di atas permukaan air. Selain itu, dengan memotong saluran arus, maka kecepatan turbin akan meningkat secara signifikan. Namun alat ini mempunyai beberapa kekurangan. Karena alat ini ditempatkan di tepi muara, maka dapat mengganggu ekosistem yang ada. Tidal turbin
Tidal turbin merupakan alternartif dari tidal fence. Bentuknya yang menyerupai turbin angin, mempunyai beberapa kelebihan daripada tidal fence. Alat ini lebih aman bagi lingkungan, tidak menghalangi kapal kecil untuk bergerak di atasnya atau di area tempat turbin ini berada, dan pembuatannya yang membutuhkan sedikit material daripada tidal fence. Tidal turbin dapat bekerja dengan baik di tempat yang mempunyai arus 2-2.5 m/s (arus yang lebih lambat tidak ekonomis sedangkan arus yang lebih cepat akan memberikan tekanan yang besar pada peralatan yang ada). Arus tersebut akan memberikan kerapatan energi empat kali lebih besar daripada udara, yang berarti turbin air dengan diameter 15 m akan menghasilkan energi yang sama dengan turbin angin dengan diameter 60 m. Sebagai tambahan, arus laut dapat diprediksi dan andal, sehingga dapat dikatakan lebih baik daripada energi angin atau energi matahari Ada banyak tempat di seluruh dunia yang memungkinkan untuk dipasang tidal turbin. Tempat yang ideal ialah tempat yang dekat dengan tepi laut (1 km) dan di air dengan kedalaman 2030m. Menurut Peter Fraenkel,direktur dari UK-based Marine Current Turbines, tempat yang ideal akan menghasilkan 10 MW/km2. Uni Eropa telah mengidentifikasi 106 tempat yang cocok untuk dipasang turbin ini. Fraenkel juga percaya bahwa Indonesia juga dapat mengembangkan teknologi ini untuk membangkitkan energi. Menurt pendapat dari Rick Drisscoll, kepala Pusat Teknologi Energi Laut menjelaskan bahwa tantangan terbesar adalah pengembangan perangkat yang mampu bertahan di tempat dengan kekuatan arus yang besar. ”Sangat banyak potensi yang bisa diambil, tetapi di sana juga masih terdapat keterbatasan pendanaan,” dari data perusahan Bourne Energi, energi listrik yang dihasilkan dari air mengalami peningkatan dari 16% di tahun 2003 hingga 19% di saat ini. Sementara energi angin hanya mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar kurang dari 1%. hasil ini lebih besar dibanding listrik yang bersumber dari biomassa, geothermal, surya dan angin.
Pembangkit listrik tenaga arus laut mempunyai beberapa keuntungan jika digunakan sebagai pembangkit listrik 1. Merupakan energi terbarukan 2. Mengurangi ketergantungan kepada bahan bakar fosil 3. Tidak menghasilkan polusi/ ramah lingkunga 4. Pembangunannya yang relative cepat. Namun saat ini untuk menerapkan teknologi PLTAL masih dihadang kendala dana dan penelitian daerah mana yang memiliki potensi terbesar dalam penerapan teknologi tersebut, namun dapat dipastikan penggunaan energi ini menjadi salah satu alternatif yang berpotensi besar, khususnya di negara kita Indonesia yang berupa negara kepulauan. http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/energi-laut/pembangkit-listriktenaga-arus-laut-pltal
26.Belimbing
Wuluh
sebagai
Sumber
Energi
Alternatif
Energi adalah suatu hal yang tak dapat lepas dari kehidupan sehari-hari. Dari hari ke hari kebutuhan akan energi semakin meningkat, peningkatan ini dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu, gaya hidup, kepuasan manusia yang tak ada hentinya, semakin majunya peradaban manusia dan lain-lain. Energi berdasarkan sumbernya dibedakan atas 2 yaitu energi yang terbarukan dan yang tidak terbarukan. Energi yang sering digunakan dalam kehidupan seharihari adalah energi yang tidak terbarukan. Dengan demikian energi tersebut semakin lama akan semakin berkurang. Contoh dari energi yang tak terbarukan adalah minyak bumi yang berasal dari fosil-fosil yang telah berjuta-juta tahun berada di dalam perut bumi. Meihat hal tersebut, maka dibutuhkan suatu energi yang terbarukan sehingga dapat mengurangi penggunaan energi yang tak terbarukan seperti minyak bumi. Melihat potensi dari belimbing wuluh yang tumbuh subur di Indonesia maka penulis ingin memaparkan penggunaan dari belimbing wuluh sebagai medai sumber energi alternatif. Belimbing wuluh yang dalam bahasa latin dikenal dengan nama avverhoa bilimbi adalah tanaman asli Amerika yang tumbuh subur di daerah yang banyak mendapat sinar matahari langsung tetapi cukup kelembaban udaranya. Belimbing Wuluh merupakan tumbuhan berbatang keras yang memiliki ketinggian mencapai 11 m. Biasanya ditanam di tempat yang cukup mendapatkan sinar matahari. Batangnya keras dan tidak bercabang banyak. Buahnya berwarna hijau muda, berbentuk lonjong sebesar ibu jari dan rasanya asam. Buahnya sering dipakai untuk memasak sehingga sering disebut juga belimbing sayur ataupun untuk membersihkan noda yang menempel pada kain seperti kuningan dan tembaga. Daunnya yang kecil berhadap-hadapan. Bunganya berbentuk bintang dan berwarna merah muda keunguan. Gambar dibawah ini menunjukkan belimbing wuluh.
Gambar 1. Belimbing Wuluh Kandungan dan Khasiat Belimbing Wuluh: Belimbing wuluh bermanfaat sebagai anti radang karena mengandung flavon. Selain itu, kaliumnya melancarkan keluarnya air seni (diuretik) sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Belimbing wuluh juga mampu mengeluarkan dahak dan menurunkan panas. Buahnya mengandung zat: asam-kalium-akolat. Ini adalah salah satu kegunaan dari belimbing wuluh diluar sebagai sumber energi alternatif. Belimbing wuluh yang tumbuh subur di pekarangan rumah, dapat disulap menjadi zat pengurai yang mampu menghasilkan tenaga listrik alternatif, di tengah keluhan warga akan kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Untuk menciptakan energi listrik tersebut, awalnya belimbing yang biasa digunakan sebagai sayuran ini dihaluskan untuk diambil airnya. Selanjutnya, dengan menggunakan media tanah yang ditaruh dalam gelas bekas air mineral ini, air belimbing ini disuntikan secukupnya. Selanjutnya, masing masing gelas berisi tanah bercampur sari air belimbing ini dihubungkan dengan rangkaian kawat lempengan tembaga dan seng, guna mengalirkan arus listrik. Hasilnya, energi listrikpun tercipta dengan tegangan yang lumayan, yakni hingga mencapai 5 volt, cukup untuk menghidupkan lampu penerangan. Tegangan yang dihasilkan ini juga lebih besar dari tegangan satu buah batu baterai. Alat dan Bahan yang diperlukan: 1) Belimbing Wuluh 2) Blender 3) Gelas plastic 4) Tanah 5) Air 6) Lempeng tembaga (sebagai elektroda positif) 7) Lempeng seng (sebagai elektroda negatif) 8) Kabel Cara pembuatan Energi Alternatif dari Blimbing Wuluh: 1) Blender blimbing wuluh sampe halus (jadi jus belimbing wuluh; masak jus apel) sehingga diperoleh cairan yang menyerupai air (tanpa serabut/ampas). 2) Siapkan gelas-gelas plastik dan diisi dengan tanah liat (bukan tanah berpasir ataupun yang mengandung sampah). Gelas tersebut dapat berasala dari sisa minuman air mineral. 3) Masukan jus blimbing wuluh tersebut ke dalam gelas-gelas plastik yang sudah diisi tanah.
Gambar 2. Cairan dimasukkan kedalam gelas yang telah diisi dengan tanah
4) Susun berderet gelas-gelas yang sudah diisi tanah dan jus blimbing wuluh
Gambar 3. Susunan gelas-gelas yang sudah diisi tanah dan jus blimbing wuluh serta telah dimasukkan elektroda 5) Buat rangkaian elektroda dengan menyambungkan antara lempeng tembaga dan lempeng seng menggunakan kabel (kira-kira dengan kabel masing-masing 15cm) 6) Susun rangkaian elektroda tersebut ke dalam gelas-gelas tanah yang telah disiapkan sebelumnya, dengan susunan lempeng tembaga-lempeng seng-lempeng tembaga dan begitu seterusnya, jadi satu gelas akan berisi susunan satu lempeng tembaga dan satu lempeng seng dari rangkaian elektroda yang berbeda 7) Siapkan dua rangkaian elektroda dengan kabel yang lebih panjang dan hanya menggunakan satu lempeng saja, satu tembaga dan satu seng. Untuk gelas terluar (gelas pertama dan terakhir yang hanya memiliki satu lempeng: gelas pertama lempeng tembaga dan gelas terakhir lempeng seng) disambungkan dengan rangkaian elektroda baru ini. Gelas pertama dengan yang rangkaian seng, gelas terakhir disambungkan dengan rangkaian tembaga. Ujung dari dua kabel rangkaian terakhir inilah yang akan disambungkan dengan lampu yang akan dinyalakan.
Gambar4.Susunangelas-gelas yang sudahdiisitanahdan jus blimbingwuluhsertatelahdimasukkanelektroda 8)Jadilahrangkaiansederhanapembangkitenergialternatifini. Satu gelas bisa menghasilkan energi sebesar 0,5 volt, jadi untuk menghasilkan energ yang lebih besar tinggal menambahkan jumlah gelas dalam rangkaian yang akan dibuat. Satu gelas rangkaian ini bisa bertahan kurang lebih selama 15 hari.
Gambar5.Lampu LED yang mampu dibangkitkan oleh Belimbing Wuluh
http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bioenergy/belimbing-wuluhsebagai-sumber-energi-alternatif
27.Rumput Laut Penghasil Bioethanol, Potensi Besar Laut Indonesia Pada era sekarang ini, penggunaan energi semakin meningkat, akan tetapi persediaan energi terutama energi berbahan baku fosil semakin menipis. Persediaan minyak bumi dan batu bara sangat terbatas dan memerlukan waktu jutaan tahun untuk kembali terbentuk. Selain itu, bahan bakar yang berasal dari minyak bumi dan batu bara menghasilkan polusi dan berakibat pada pemanasan global. Oleh karena itu, diperlukan suatu energi terbarukan dan merupakan energi yang ramah lingkungan sehingga dapat mengatasi permasalahan energi dan pemanasan global.
Salah satu energi yang terbarukan yaitu energi yang berbahan baku rumput laut. Rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai bioethanol. Caulerpa serrulata dan Gracilaria verrucosa merupakan spesies rumput laut yang dapat menghasilkan bioetanol. Jenis ini memiliki kandungan selulosa yang dapat dihidrolisis menjadi glukosa yang selanjutnya dapat diubah menjadi bioetanol. Proses pembuatan bioetanol dari rumput laut yaitu persiapan bahan baku, yang berupa proses hidrolisa pati menjadi glukosa. Tahap kedua berupa proses fermentasi, mengubah glukosa menjadi etanol dan CO2. Sedangkan, tahap ketiga yaitu pemurnian hasil dengan cara distilasi. Tetapi sebelum distilasi, perlu dilakukan pemisahan antara padatan dengan cairan, untuk menghindari terjadinya penyumbatan selama proses distilasi. Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dengan air. Titik didih etanol murni adalah 78 oC sedangkan air adalah 100 oC untuk kondisi standar. Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 – 100 oC akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 % volume. Keuntungan mengembangkan energi berbahan baku rumput laut yaitu, proses pembudidayaan rumput laut tidak mengurangi lahan pertanian pangan karena tidak memerlukan lahan darat. Selain itu, Indonesia sebagai Negara kepulauan yang daerahnya terdiri dari 2/3 lautan dan memiliki panjang pantai sekitar 81.000 km memiliki potensi besar untuk membudidayakan rumput laut. Indonesia memiliki luas area untuk kegiatan budidaya rumput laut seluas 1.110.900 ha, tetapi pengembangan budidaya rumput laut baru memanfaatkan lahan seluas 222.180 ha sekitar 20% dari luas areal potensial.
Proses pembudidayaan rumput laut pun relatif singkat karena hanya memerlukan sekitar 45 hari untuk bisa dipanen. Produktivitas rumput laut cukup tinggi dibandingkan dengan menggunakan tebu, singkong, ubi jalar, dan jagung sebagai bahan baku bioetanol. Rumput laut pun melakukan fontosintesis sehingga dapat menyerap gas CO2 yang menyebabkan pemanasan global di dunia. Selama ini, pengatasian pemanasan global selalu dikaitkan dengan penanaman pohon. Padahal, laut memiliki potensi yang besar untuk membantu mengatasi masalah pemanasan global. Pengaruh industri bioetanol dari rumput laut terhadap upaya meringankan dampak pemanasan global lebih besar karena etanol rumput laut menyerap karbon dari udara tujuh kali lebih besar dibanding bioetanol dari kayu. Rumput laut sebagai biodiesel dinilai lebih kompetitif dibandingkan komoditas lainnya. 1 ha lahan rumput laut dapat menghasilkan 58.700 liter (30% minyak) pertahunnya, jumlah tersebut sangat besar dibandingkan jagung yang menghasilkan 172 liter/tahun dan kelapa sawit yang menghasilkan 5.900 liter/tahun. Bioetanol dari rumput laut telah terbukti lebih murah biaya dan menguntungkan dibanding dari tebu dan kayu karena pertumbuhannya lebih cepat sehingga memungkinkan panen sampai enam kali dalam setahun. Biaya produksi bioetanol dari rumput laut lebih murah dibanding dari kayu karena rumput laut tidak mengandung lignin sehingga proses pengolahannya tidak dibebankan oleh penanganan pendahuluan proses. http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bioenergy/rumput-lautpenghasil-bioethanol-potensi-besar-laut-indonesia
28.Pengolahan Limbah Tahu Menjadi Biogas Materi Perombakan (degradasi) limbah cair organik akan menghasilkan gas metana, karbondioksida dan gas-gas lain serta air. Perombakan tersebut dapat berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Pada proses aerobik limbah cair kontak dengan udara, sebaliknya pada kondisi anaerobik limbah cair tidak kontak dengan udara luar. Biasanya biogas dibuat dari limbah peternakan yaitu kotoran hewan ternak maupun sisa makanan ternak, namun pada prinsipnya biogas dapat juga dibuat dari limbah cair. Biogas sebenarnya adalah gas metana (CH4). Gas metana bersifat tidak berbau, tidak berwarna dan sangat mudah terbakar. Pada umumnya di alam tidak berbentuk sebagai gas murni namun campuran gas lain yaitu metana sebesar 65%, karbondioksida 30%, hidrogen disulfida sebanyak 1% dan gas-gas lain dalam jumlah yang sangat kecil. Biogas sebanyak 1000 ft3
(28,32 m3) mempunyai nilai pembakaran yang sama dengan 6,4 galon (1 US gallon = 3,785 liter) butana atau 5,2 gallon gasolin (bensin) atau 4,6 gallon minyak diesel. Untuk memasak pada rumah tangga dengan 4-5 anggota keluarga cukup 150 ft3 per hari. Proses dekomposisi limbah cair menjadi biogas memerlukan waktu sekitar 8-10 hari. Proses dekomposisi melibatkan beberapa mikroorganisme baik bakteri maupun jamur, antara lain : a. Bakteri selulolitik Bakteri selulolitik bertugas mencerna selulosa menjadi gula. Produk akhir yang dihasilkan akan mengalami perbedaan tergantung dari proses yang digunakan. Pada proses aerob dekomposisi limbah cair akan menghasilkan karbondioksida, air dan panas, sedangkan pada proses anaerobik produk akhirnya berupa karbondioksida, etanol dan panas. b. Bakteri pembentuk asam Bakteri pembentuk asam bertugas membentuk asam-asam organik seperti asam-asam butirat, propionat, laktat, asetat dan alkohol dari subtansi-subtansi polimer kompleks seperti protein, lemak dan karbohidrat. Proses ini memerlukan suasana yang anaerob. Tahap perombakan ini adalah tahap pertama dalam pembentukan biogas atau sering disebut tahap asidogenik. c. Bakteri pembentuk metana Golongan bakteri ini aktif merombak asetat menjadi gas metana dan karbondioksida. Tahap ini disebut metanogenik yang membutuhkan suasana yang anaerob, pH tidak boleh terlalu asam karena dapat mematikan bakteri metanogenik. Biaya * Biaya Langsung - Biaya bahan baku : Kacang Kedelai, mikroorganisme atau bakteri pendukung proses pengolahan * Biaya tidak Langsung : upah pekerja, perawatan peralatan. Energi Penggunaan limbah tahu cair sebagai bahan baku pembuatan biogas memanfaatkan bahanbahan yang dapat diperbaharui seperti penggunaan bakteri atau mikroorganisme pada proses pengolahannya. Sehingga pada proses pengolahan tersebut dapat mengemat energi. Produk Baru Produk yang dihasilkan dari pengolahan limbah tahu cair adalah biogas. Bio gas sangat bermanfaat bagi alat kebutuhan rumah tangga/kebutuhan sehari-hari, misalnya sebagai bahan bakar kompor (untuk memasak), lampu, penghangat ruangan/gasolec, suplai bahan bakar mesin diesel, untuk pengelasan (memotong besi), dan lain-lain. Sedangkan manfaat bagi lingkungan adalah dengan proses fermentasi oleh bakteri anaerob (Bakteri Methan) tingkat pengurangan pencemaran lingkungan dengan parameter BOD dan COD akan berkurang
sampai dengan 98% dan air limbah telah memenuhi standard baku mutu pemerintah sehingga layak di buang ke sungai. Bio gas secara tidak langsung juga bermanfaat dalam penghematan energi yang berasal dari alam, khususnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (minyak bumi) sehingga sumber daya alam tersebut akan lebih hemat dalam penggunaannya dalam jangka waktu yang lebih lama lagi.
http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bioenergy/pengolahan-limbahtahu-menjadi-biogas
29.Ponsel dengan Tenaga Bio Battery (Coca-cola) Suatu ide yang sangat menarik dan inovatif menurut saya, menggunakan minuman (yang mengandung gula) sebagai pengganti baterai konvensional. Kosep ini dikembangkan oleh Daizi Zheng dengan menggunakan minuman ringan yang biasa kita temukan sehari-hari yaitu coca-cola. Baterai konvensional selain menggunakan biaya pembuatan yang mahal juga tidak ramah lingkungan. Maka dengan inovasi menggunakan bio battery ini selain ramah lingkungan, sumber energi ponsel juga didapatkan dengan mudah (lebih mudah menemukan pedagang minuman bergula dari pada pedagang baterai) Konsep dasarnya adalah menggunakan bio baterai untuk menciptakan lingkungan bebas polusi. Bio baterai energi yang ramah lingkungan dengan menghasilkan listrik dari karbohidrat (saat ini menggunakan gula) dan menggunakan enzim sebagai katalis. Dengan menggunakan bio baterai sebagai sumber tenaga ponsel, itu hanya membutuhkan minuman gula dan akan menghasilkan sisa air dan oksigen ketika baterai sudah habis. Dan seseorang nara sumber (prasetya17 via kaskus) Ponsel Daizi Zheng ini bisa beroperasi tiga hingga empat kali lebih lama ketimbang baterai ponsel Lithium-Ion biasa. Tapi, ponsel ini masih belum dijual secara luas, karena masih merupakan ponsel konseptual yang ia rancang untuk Nokia.
Mekanisme Bio Battery
‘Bio battery’ gula ini memiliki anoda yang terdiri dari enzim pengolah gula dan mediator, dan katoda yang terdiri dari mediator dan enzim pengurang oksigen serta pemisah selofan di kedua sisi. Anode menghasilkan elektron dan hidrogen dari glukosa melalui proses berikut:
Ion hidrogen dari proses ini akan bergerak ke katoda melalui separator. Kemudian ketika sampai di katoda, ion hidrogen dan elektron akan menyerap oksigen dari udara untuk menghasilkan air:
Perkembangan bio batter Salah satu pengembang yang cukup serius mengembangkan bio battery ini adalah Sony. Sampai April 2010 Sony dapat menciptakan bio battery dengan daya 10mW/cm 2(electrode area). Bio battery kembangan Sony ini sudah dipamerkan pada expo-expo maupun forum international dan diharapkan bahwa bio battery ini merupakan salah satu solusi energi yang ramah lingkungan dan dapat digunakan oleh gadget-gadget yang lebih besar seperti laptop atau netbook. Dan untuk yang mau mengembangkan dengan mengutip dari website Sony (walau saya tidak terlalu mengerti ) tapi ada beberapa hal yang dapat diperhatikan antara lain adalah: Untuk pengembangan ‘bio battery’ ini ada hal-hal penting yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Adanya teknologi untuk meningkatkan imobilisasi enzim dan mediator pada elektroda. Agar penggunaan efektif glukosa terjadi, anoda harus memiliki mediator dan enzim konsentrasi tinggi dengan aktivitas yang tetap. Teknologi ini memakai dua polimer untuk merangkai komponen ke anoda. Tiap polimer bermuatan berlawanan sehingga interaksi elektrostatis antar dua polimer mengamankan enzim dan mediator. Kesetimbangan ionik dan dan imobilisasi telah dioptimalkan untuk pengekstrakan elektron dari glukosa secara efisien.
2. Struktur katoda untuk penyerapan oksigen yang efisien. Air dalam katoda penting untuk menjamin kondisi optimal untuk reduksi oksigen secara efisien. ‘Bio battery’ memakai elektroda karbon berporos yang memuat enzim terimobilisasi dan mediator yang dipartisi menggunakan pemisah selofan. Optimisasi struktur elektroda dan proses pemeliharaan tingkat air yang sesuai dapat meningkatkan reaktivitas katoda. 3. Optimisasi elektrolit untuk memenuhi struktur sel ‘bio battery’ Penyangga fosfat 0.1 M biasanya dipakai pada penelitian enzim, tapi penyangga dengan konsentrasi tinggi 1.0 M digunakan pada ‘bio battery’. Ini berdasarkan penelitian bahwa tingkat konsentrasi tinggi sangat efektif untuk menjaga aktivitas enzim dalam elektroda. 4. Sel uji dengan daya output tinggi dan ukuran yang diinginkan. Sel uji dengan daya tinggi dan ukuran ‘bio baterry’ yang sesuai telah diproduksi dengan pemanfaatan teknologi ini. ‘Bio battery’ ini tidak memerlukan penyampuran, atau konveksi larutan glukosa atau udara; sebagai baterai pasif, cara kerjanya hanya menyuplai larutan gula ke unit baterai. Sel kubik menghasilkan 50 mW yang merupakan daya output terbesar diantara baterai tipe pasif dengan ukuran sekitar 39 mm setiap rusuknya. Dengan merangkai 4 sel kubik mampu untuk menyalakan walkman dan sepasang speaker. Tempat ‘bio battery’ gula ini terbuat dari plastik berbahan tumbuhan dan didesain dengan citra sel biologi. http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bioenergy/ponsel-dengantenaga-bio-battery-coca-cola
30.Insect Cyborg Dengan Bio-Fuel Cell
Sekelompok peneliti dari Case Western Reserve University melaporkan bahwa reaksi kimia pada serangga (kecoa) dapat dikonversi menjadi listrik yang cukup untuk melistriki perangkat sensor, perangkat rekaman atau bahkan untuk mengontrol kecoa itu sendiri.
Temuan ini, bisa menjadi cikal bakal penciptaan insect cyborg, sebagaimana perangkat matamata pada fiksi ilmiah yang segera akan menjadi kenyataan. Dalam hal ini, sumber tenaganya tidak bergantung pada gerakan, cahaya atau baterai, namun hanya berasal dari makanan serangga. Karya ini diterbitkan dalam jurnal online dari American Chemical Society. "Hal ini hampir mustahil jika dimulai dari awal dan membuat sesuatu yang bekerja seperti serangga. Namun justru menggunakan serangga itu sendiri jauh lebih mudah " kata Daniel Scherson, profesor kimia, penulis laporan tersebut. Cara kerjanya, energi listrik diperlukan untuk sensor dan untuk merangsang neuron sehingga serangga dapat melakukan apa yang kita inginkan. Ini menggunakan implan bio-fuel cell sebagai alat konversi kimia ke listrik pada serangga itu. Kunci untuk mengubah energi kimia yaitu dengan menggunakan enzim secara seri pada anoda. Enzim pertama akan memecah gugus kimia gula dan trehalosa yang terus-menerus diproduksi kecoa dari makanan, menjadi dua gula sederhana yang disebut monosakarida. Enzim kedua mengoksidasi monosakarida sehingga melepaskan elektron. Arus elektron (dalam hal ini listrik) mengalir ke katoda, di mana oksigen dari udara mengambil elektron dan direduksi menjadi air. Diukur menggunakan potensiostat, output dari bio-fuel cell memiliki kerapatan daya maksimum mencapai 100 mikrowatt per sentimeter persegi pada tegangan 0,2 volt dan kerapatan arus maksimum sekitar 450 mikroamp per sentimeter persegi. http://majalahenergi.com/internasional/insect-cyborg-dengan-bio-fuel-cell
31.Bakteri Penghasil Sumber Energi
Seperti yang telah kita ketahui bersama, energi fosil yang merupakan sumber energi utama pada saat ini, berasal dari jasad renik makhluk hidup yang terkubur berjuta-juta tahun lalu. Jasad-jasad renik tersebut diuraikan oleh bakteri-bakteri ataupun mikroorganisme di dalam tanah sehingga mengalami pengubahan bentuk menjadi minyak bumi, gas alam, maupun batu
bara. Hal itu menggambarkan bahwa bakteri-bakteri berperan penting dan besar dalam pembentukan sumber energi fosil yang kita pergunakan selama ini. Bakteri metanogen merupakan salah satu jenis bakteri yang dapat menghasilkan sumber energi. Sumber energi yang dapat dihasilkan oleh bakteri ini adalah biogas. Biogas merupakan gas yang dilepaskan jika bahan-bahan organik difermentasi atau mengalami proses metanisasi. Proses fermentasi (penguraian material organik) tersebut terjadi secara anaerob (tanpa oksigen). Biogas terdiri atas beberapa macam gas, antara lain metana (5575%), karbon dioksida (25-45%), nitrogen (0-0.3%), hydrogen (1-5%), hidrogen sulfida (03%), dan oksigen (0.1-0.5%). Persentase terbesar dalam biogas ini, metan, membuat gas ini mudah terbakar dan dapat disamakan kualitasnya dengan gas alam setelah dilakukan pemurnian terhadap gas metan. Sumber pembuatan gas metan ini berasal dari bahan-bahan organik yang tidak memerlukan waktu yang terlalu lama dalam penguraiannya, seperti kotoran hewan, dedaunan, jerami, sisa makanan, dan sortiran sayur. Dalam menghasilkan gas metan ini, bakteri metanogen tidak bekerja sendiri. Terdapat beberapa tahap yang harus dilalui dan memerlukan kerja sama dengan kelompok bakteri yang lain. Berikut ini merupakan tahapan dalam proses pembentukan biogas : 1.
Hidrolisis Hidrolisis merupakan penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang menjadi senyawa yang sederhana. Pada tahap ini, bahan-bahan organik seperti karbohidrat, lipid, dan protein didegradasi menjadi senyawa dengan rantai pendek, seperti peptida, asam amino, dan gula sederhana. Kelompok bakteri hidrolisa, seperti Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis Enterobactericeae yang melakukan proses ini.
2.
Asidogenesis Asidogenesis adalah pembentukan asam dari senyawa sederhana. Bakteri asidogen, Desulfovibrio, pada tahap ini memproses senyawa terlarut pada hidrolisis menjadi asam-asam lemak rantai pendek yang umumnya asam asetat dan asam format.
3.
Metanogenesis Metanogenesis ialah proses pembentukan gas metan dengan bantuan bakteri pembentuk metan seperti Mathanobacterium, Mathanobacillus, Methanosacaria, dan Methanococcus. Tahap ini mengubah asam-asam lemak rantai pendek menjadi H 2, CO2, dan asetat. Asetat akan mengalami dekarboksilasi dan reduksi CO2, kemudian bersama-sama dengan H2 dan CO2 menghasilkan produk akhir, yaitu metan (CH4) dan karbondioksida (CO2). Penghasilan biogas dapat mencapai kondisi optimum jika bakteri-bakteri yang terlibat dalam proses tersebut berada dalam lingkungan yang nyaman. Berikut ini merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan agar bakteri-bakteri penghasil biogas dapat menghasilkan gas secara optimum, yaitu:
1.
Lingkungan abiotis Bakteri yang dapat memproduksi gas metan tidak memerlukan oksigen dalam pertumbuhannya (anaerobik). Oleh karena itu, biodigester harus tetap dijaga dalam keadaan abiotis (tanpa kontak langsung dengan Oksigen (O2)). 2. Temperatur Secara umum terdapat 3 rentang temperatur yang disenangi oleh bakteri, yaitu: a. Psikrofilik (suhu 0 – 25°C), optimum pada suhu 20-25°C b. Mesofilik (suhu 20 – 40°C), optimum pada suhu 30-37°C c. Termofilik (suhu 45 – 70°C), optimum pada suhu 50-55°C Temperatur merupakan salah satu hal yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri. Menjaga temperatur tetap pada kondisi optimum yang mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri, akan meningkatkan produksi biogas. 3. Derajat keasaman (pH) Bakteri asidogen dan metanogen memerlukan lingkungan dengan derajat keasaman optimum yang sedikit berbeda untuk berkembangbiak. pH yang rendah dapat menghambat pertumbuhan bakteri asidogenesis, sedangkan pH di bawah 6,4 dapat meracuni bakteri metanogenesis. Rentang pH yang sesuai bagi perkembangbiakan bakteri metanogenesis 6,6-7 sedangkan rentang pH bagi bakteri pada umumnya adalah 6,4-7,2. Derajat keasaman harus selalu dijaga dalam wilayah perkembangbiakan optimum bagi bakteri agar produksi biogas stabil. 4. Rasio C/N bahan isian Syarat ideal untuk proses digesti adalah C/N = 25 – 30. Nilai rasio C/N yang terlalu tinggi menandakan konsumsi yang cepat oleh bakteri metanogenisis, hal itu dapat menurunkan produksi biogas. Sedangkan rasio C/N yang terlalu rendah akan menyebabkan akumulasi ammonia sehingga pH dapat terus naik pada keadaan basa hingga 8,5. Kondisi tersebut dapat meracuni bakteri metanogen. Kadar C/N yang sesuai dapat dicapai dengan mencampurkan beberapa macam bahan organik, seperti kotoran dengan sampah organik. Biogas yang dihasilkan oleh sekelompok bakteri yang telah diuraikan di atas, dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif untuk menggantikan sumber energi fosil yang saat ini semakin menipis jumlahnya. Meskipun sama-sama dihasilkan oleh mikroorganisme, namun pembentukan biogas tidak memerlukan waktu yang sangat lama seperti pembentukan energi fosil.
http://majalahenergi.com/terbaru/bakteri-penghasil-sumber-energi
32.Baterai Yang Bisa Mengisi Sendiri
Sebuah ide menarik lahir dari Hong Kong Polytechnic University. Fisikawan Zihan Xu, telah berhasil membuat baterai yang bisa mengisi sendiri secara alami (self-charge) dengan cara memanen energi panas dari suhu ruang. Dalam penelitiannya, Xu menggunakan graphene yang dicelupkan dalam larutan tembaga klorida yang kemudian dihubungkan dengan sirkuit LED. Dengan proses sederhana seperti itu LED tersebut dapat menyala. Sirkuit tersebut terdiri dari enam graphene yang disusun secara seri dan menghasilkan tegangan 2 Volt sehingga cukup melistriki LED. Yang terjadi pada baterai tersebut adalah ion tembaga yang memiliki muatan positif ganda, bergerak pada larutan dengan kecepatan sekitar 300 meter per detik dikarenakan energi panas larutan pada suhu ruang. Ketika sebuah ion menubruk graphene, tumbukan menghasilkan energi yang cukup untuk mengubah posisi elektron dari graphene. Elektron kemudian memiliki dua pilihan, ia dapat meninggalkan graphene dan menggabungkan dengan ion tembaga atau dapat berjalan disepanjang permukaan graphene sehingga mengalir ke rangkaian listrik. "Elektron yang dilepaskan lebih memilih berjalan di permukaan graphene, bukannya bersatu dengan larutan elektrolit. Itulah bagaimana tegangan listrik dihasilkan oleh perangkat kami," kata Xu. Xu juga menjelaskan bahwa peningkatan suhu larutan berkorelasi dengan peningkatan tegangan listrik yang dihasilkan. Xu bahkan mengklaim bisa menjalankan baterai graphene tersebut selama 20 hari terus menerus hanya menggunakan energi panas dari suhu ruang. Temuan ini memberikan cara baru untuk memahami perilaku dari graphene pada skala molekuler dan menjadi terobosan besar pada penelitian teknologi self-powered devices.
Selain itu penemuan ini akan bermanfaat untuk berbagai aplikasi seperti organ buatan, energi terbarukan dan elektronik portabel. http://majalahenergi.com/internasional/baterai-yang-bisa-mengisi-sendiri
33.Listrik dari Suara Suara adalah gelombang yang merambat dengan cara osilasi tekanan melalui media padat, cair, atau gas. Suara dapat didengar jika ada sumber suara yang menghasilkan suara pada rentang frekuensi pendengaran tertentu dan merambat pada suatu media sehingga akan menggetarkan organ pendengaran kita. Setiap gelombang suara yang ada merupakan sebuah energi. Kemudian timbulah gagasan untuk mengubah suara menjadi pembangkit energi. Setiap hari kita dapat mendengar suara di kampus, di jalan, di rumah, di tempat perbelanjaan,dsb. Entah pagi,siang, dan malam_pasti kita akan mendengar suara meskipun suara itu sangat kecil. Intinya adalah suara itu sangat melimpah dan dapat ditemukan di mana pun dan kapan pun. Baik yang dibangkitkan maupun yang terjadi dengan sendirinya, maupun suara yang memang diharapkan dan suara yang dihindarkan. Lalu apa yang dapat kita pikirkan apa yang terjadi jika ada suara yang memiliki energi besar dan terlebih energi tersebut tidak diharapkan? Sebut saja bising pada industri dan ruang kerja yang sangat sesungguhnya dapat saja kita manfaatkan. Namun pemanfaatan ini masih belum bisa dilakukan karena usaha pembangkitan listrik hanya baru tahap penelitian yang bahkan belumberada pada tahap pengembangan sehingga masih belum memiliki data yang konkret dan data dapat bisa berubah sewaktu-waktu sesuai perkembangan. Berikut ini adalah konsep penelitian bagaimana cara memanfaatkan suara: 1) Array Sensor. Kita membutuhkan banyak sensor penangkap suara yang disusun dalam bentuk array yang disesuaikan dengan bidang pantul agar mendapatkan energi suara maksimal. Jika satu mic dapat membangkitkan maksimal 100 mW dan jika diinginkan modul dapat menghasilkan tegangan puncak 10 W, maka kita memerlukan kurang lebih 100 mic. Dan kita dapat mendesainnya dalam bentuk suatu array mic. 2) Mic dengan Kepekaan Tinggi. Kita perlu memakai mic dengan kepekaan tinggi sehingga suara yang kecil pun dapat ditangkap dengan baik dan dapat menghasilkan arus listrik yang memadai. Namun tentunya kepekaan ini harus disesuaikan dengan tingkat energy suara yang ditangkap. Jika sumber suara menghasilkan tingkat energy yang tinggi tentunya akan merusak seketika mic yang memiliki kepekaan tinggi. 3) Alat untuk Mengkonsentrasikan Suara. Bersifat menyebar ketika dihantarkan dari sumber suaranya. Untuk memusatkan kembali suara tersebut digunakan alat yang berbentuk cekung seperti parabola dan corong. Atau pemantul lain yang dapat disusun dan dirancang untuk memusatkan suara. 4) Alat Penyimpan Listrik.suara tidak selalu berada dalam kondisi konstan dan maksimal, maka jika langsung digunakan pada alat listrik tentunya akan merusak alat tersebut. Listrik yang telah dibangkitkan disimpan dalam baterai sehingga listrik dapat digunakan ketika dibutuhkan. 5) Penempatan Sensor. Penempatan sensor dapat dilakukan dimana saja, namun untuk lebih optimal
maka sebaiknya ditempatkan diruang yang memiliki tingkat energy suara besar.
http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bentuk-energi-baru/listrik-darisuara
34.Peristiwa Osmosis Untuk Pembangkit Listrik Peristiwa Osmosis Untuk Pembangkit Listrik Pada perkembangan jaman sekarang ini, kebutuhan akan energi meningkat dengan pesat, namun karena sumber energi utama, terutama listrik masih diperoleh dari bahan bakar fosil tentunya akan menimbulkan dampak lingkungan apabila digunakan dengan jumlah besar. Untuk itu berbagai penelitian sangat diupayakan untuk mendapatkan energi yang ramah lingkungan dan juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan hasil daya yang besar juga. Untuk Salah satu dari hasil usaha tersebut berupa memaanfaatkan teknik energi osmosis pada suatu pembangkit listrik. Osmosis merupakan suatu sifat yang dimiliki oleh fluida atau benda cair untuk berpindah melewati suatu lapisan semipermiabel diantara dua fluida yang memiliki kepekaan yang berbeda. Lapisan semipermiabel ini berfungsi untuk memisahkan dua lapisan dimana lapisan tersebut hanya mampu di lewati oleh air. Sedangkan partikel-partikel lain tetap bertahan dan tidak mampu melewati lapisan tersebut. Tentunya dari peristiwa tersebut arah pergerakan fluida berasal dari fluida dengan kepekatan rendah menuju fluida dengan kepekatan lebih tinggi. Proses ini akakn berhenti apabila kepekatan kedua fluida tersebut akan sama. Peristiwa perpindahan fluida ini tentunya akan mengakibatkan perubahan volume dan perubahan tekanan pada sisi fluida yang lebih pekat. Tekakan inilah yang kemudian menyebabkan pergerakan fluida dan tekanan yang diperolah akan dimaanfaatkan sebagai sumber energi kinetik. Kemudian energi kinetik inilah yang kemudian dimaanfaatkan untuk memutar rotor pada sebuah generator. Prinsip itu kemudian diterapkan pada pembangkit listrik dengan menyalurkan air tawar dan air laut yang memiliki kandungan garam tinggi ke bilik yang dipisahkan oleh sebuah membran buatan. Membran tipis itu dapat dilewati air, tapi tak dapat ditembus garam. Molekul garam dalam air laut menarik air tawar menembus membran, menyebabkan tekanan pada bilik air laut meningkat. Hal itu terjadi karena air mengalir dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih tinggi. Tekanan setara dengan tangki air setinggi 120 meter atau sama dengan sebuah air terjun itulah yang digunakan untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik. Untuk memahami Kondisi Awal
proses
osmosis
tersebut
dapat
dilihat
sebagai
gambar
berikut
:
Lapisan Semipermiabel Setelah mencapai kesetimbangan
Lapisan semipermiabel Dengan konsep ini maka pembangkitan energi listrik dengan menggunakan prinsip osmosi ini dapat dilakukan dengan menggunakan fluida yang berbeda tingkat kepekatannya. Fluida yang dimaanfakan dapat berupa air laut dan air murni yang memiliki kepekatan yang berbeda. Dengan kedua jenis fluida ini pembangkitan energi listrik dengan cara osmosis dapat dikembangkan. Untuk teknik osmosis yang digunakan pembangkit listrik memiliki dua tipe yang berbeda yaitu SHEEOP Converter dan Underground PLO Plant 1.SHEEOP Converter SHEEOP Converter merupakan pembangkit listrik yang diguanakn di permukaan laut. Prinsip ini menggunakan air laut sebagai fluida pekat dan memaanfaatkan aliran Dam atau aliran sungai sebagai fluida yang kurang pekat. Peletakan pembangkit ini didasar laut dikarenakan faktor beda ketinggian dan jga kadar kepekatan air laut tersebut. Faktor-faktor ini cukup mempengaruhi energi listrik yang nantinya dapat di bangkitkan.
2. Underground PLO Plant Perbedaan teknik ini dengan SHEOP Converter adalah pada penempatan pembangkit. Apabila pada SHEOP Converter pembangkita diletakkan pada dasar laut untuk memastikan tekanan dan jumlah fluida yang tepat maka pada tipe pembangkit Underground PLO Plant diletakkan di bawah tanah hal ini di dasarkan untuk memunculkan perbedaan tekanan, dengan cara menglirkan air dari sungai atau dam dan air laut menuju ke level ekanan yang lebih rendah.
Negara Indonesia sendiri tentunya sangat berpeluang untuk memaanfaatkan peristiwa osmosis ini mengingat indonesia memiliki laut yang sangta luas dan juga sungai yang melimpah dengan kapasitas aliran yang besar juga. Dengan dikembangkannya teknologi ini tentunya bangsa kita akan memiliki sumber energi yang ramah lingkungan dan akan mengurangi budaya penggunaan bahan bakar fosil untuk pembangkitan energi. Tentunya efek samping yang diakibatkan oleh bahan bakar fosil akan dapat di kurangi.
Walaupun pembangkit ini ramah lingkungan , namun konsep ini masih memiliki banyak tantangan. Hal ini dikarenakan oleh faktor-faktor kualitas , kuantitas dan ekonomis yang kurang baik. Permasalahan ini terutama pada kemampuan lapisan semipermeable sebagai bagian penting teknik ini dan juga faktor biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi listrik per Watt-nya.
http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bentuk-energi-baru/peristiwaosmosis-untuk-pembangkit-listrik
34.Penggunaan Pasir sebagai Sumber Energi Alternatif Masa Depan Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Misalnya untuk penerangan, proses industri atau untuk menggerakkan peralatan rumah tangga diperlukan energi listrik, untuk menggerakkan kendaraan baik roda dua maupun empat diperlukan bensin, serta masih banyak peralatan di sekitar kehidupan manusia yang memerlukan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia berasal dari energi fosil yang berbentuk minyak bumi dan gas bumi. Selama bertahun-tahun sejak masa Orde Baru sampai Orde Reformasi, pasir laut kita ditambang secara besar-besaran dengan kapal-kapal keruk. Pasir itu dijual ke Singapura dan dipakai negara itu untuk mereklamasi pantainya sehingga negara pulau itu bertambah areanya. Jadi, pasir laut itu hanya dinilai sebagai tanah uruk (land-fill), dan karena dibeli secara borongan dengan partai besar, harganya sangat murah. Padahal seharusnya jika dapat dikelola dengan baik pasir tersebut dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif sehingga dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Gambar 1 : Penambangan pasir Permasalahan Pasir terdapat di banyak tempat, baik dalam bentuk batuan atau pasir seperti yang terdapat di gurun pasir. Pasir sebagian besar tersusun oleh silisiumdioksida, sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku produksi silisium. Dalam proses pengolahan silisiumdioksida menjadi silisium atau bahan metal yang berwarna abu-abu dapat digunakan energi yang ramah lingkungan dan disediakan oleh alam, yaitu energi angin atau tenaga dari sinar matahari. Silisium merupakan bahan tidak beracun serta memiliki kandungan energi seperti karbon, yang merupakan inti energi fosil. Energi dalam silisium tersimpan dengan aman karena adanya ikatan kimia, serta dapat dipindahkan ke tempat yang lain dengan aman. Silisium murni merupakan bahan baku industri yang bernilai miliaran dollar, karena silisium merupakan bahan baku untuk memproduksi chip komputer dan silikon. Saat dilakukan proses produksi silisium menjadi silikon diperoleh produk samping cair, Tetramethylsilan (TMS) yang memiliki energi bakar sebesar bensin dari minyak bumi. Apabila TMS ini dibakar, maka akan dihasilkan energi serta gas CO2 yang lebih sedikit dibandingkan bensin serta pasir bersih. Dengan demikian, TMS ini bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif masa depan, walaupun perlu diperhatikan pasir yang dihasilkan selama proses pembakaran.Reaktor silisium merupakan reaktor yang ramah lingkungan, karena dalam proses pembakaran untuk menghasilkan energi, reaktor ini menggunakan gas O2 dan N2 yang banyak tersedia di udara bebas. Panas yang dihasilkan dari proses pembakaran dapat digunakan untuk menjalankan turbin yang dapat menghasilkan energi listrik. Selain dihasilkan energi panas, dalam proses pembakaran juga dihasilkan pasir dan silisium nitrit, yang dapat digunakan untuk memproduksi keramik atau gelas. Adapun dari silisium nitrit sendiri dapat dihasilkan gas NH3 atau amoniak, yang juga dapat digunakan sebagai bahan bakar penggerak motor atau mobil di masa yang akan datang. Selain itu, gas CO2, yang dikeluarkan selama proses dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan methan, bahan bakar pengganti bensin. Kesimpulan Pengetahuan awal tentang penggunaan pasir sebagai bahan bakar alternatif di masa mendatang masih perlu dikembangkan lebih lanjut. Tetapi terobosan ilmiah ini perlu mendapat perhatian dari semua pihak baik pemerintah, perusahaan, dan lembaga penelitian atau perguruan tinggi yang memberikan prioritas dalam pengembangan energi masa depan. Referensi :
http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bentuk-energi-baru/penggunaanpasir-sebagai-sumber-energi-alternatif-masa-depan
35. Disko Sambil Menghasilkan Energi Listrik, Mengapa Tidak? Sebuah eco-nightclub “Surya” di London, Inggris, memanfaatkan energi gerakan para clubbers untuk menghasilkan listrik. Lantai disko yang telah dipasangi pegas dan material piezoelektrik ini mengubah energi kinetik dari hentakan kaki para clubbers yang berdisko menjadi energi listrik yang
dimanfaatkan untuk keperluan elektrik club tersebut. Aksi sustainable nightclub ini tidak hanya dilakukan oleh nightclub di Inggris tetapi juga oleh “Sustainable Dance Club” di Rotterdam, Belanda. Pemilik club tersebut, bahkan, memanfaatkan listrik yang dihasilkan untuk mengaktifkan microchip yang mengontrol nyala array LED (Light-Emitting Diode) yang disusun menyerupai baterai raksasa sehingga memungkinkan clubbers melihat hasil energi yang mereka hasilkan. Energi listrik tersebut memang disimpan dalam baterai, sehingga selama para clubbers berdisko, pergerakan di lantai akan secara konstan mengisi baterai. Semakin banyak orang berdisko, semakin banyak energi yang dihasilkan. Dengan lantai piezoelektrik tersebut, 60% kebutuhan energi club tersebut dapat terpenuhi.
Gbr1.Display Baterai, Club Watt, Belanda Bagaimana energi kinetik/mekanik dapat diubah menjadi energi listrik? Material piezoelektrik, berupa kristal atau keramik, memiliki kemampuan menghasilkan arus dalam jumlah kecil ketika dikenai tekanan mekanikal seperti dorongan, hentakan, tekukan, atau putaran. Kumpulan dari material-material piezoelektrik yang diletakan saling berdekatan pada area yang banyak dilalui manusia ini berpotensi menghasilkan daya listrik yang cukup besar. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) milik NASA mengestimasi bahwa setiap satu langkah dapat menghasilkan 1 sampai 2 watt listrik. Bayangkan dengan 85.162.203 langkah pada kerumunan manusia, listrik yang dihasilkan bahkan cukup untuk meluncurkan sebuah pesawat ruang angkasa!
Gbr2. Cara Kerja Lantai Piezoelektrik Menjadi Sumber Inspirasi Instalasi bahan piezoelektrik pada lantai ini menjadi inspirasi konsep “crowd farming”, memanen
energi dari langkah manusia pada area yang ramai dilalui manusia (crowded). Tidak terbatas pada nightclub, fasilitas-fasilitas publik yang selalu ramai dikunjungi orang seperti stasiun kereta api dan bandara berpotensi untuk dipasangi lantai dengan sistem piezoelektrik. The East Japan Railway Company bekerja sama dengan para peneliti Universitas Keio, Jepang, misalnya, memasang karpet piezoelektrik pada lantai di gerbang tiket dan area lain di Stasiun Tokyo yang ramai oleh orang yang berlalu-lalang. Sistem piezoelektrik ini mampu mensuplai listrik 1400 kW, pada kondisi normal trafic, yang dapat menyediakan energi listrik untuk semua display di stasiun tersebut.
Gbr3. Instalasi Karpet Piezoelektrik di Gerbang Tiket Stasiun Tokyo Apakah harus selalu langkah manusia? Mengacu pada sistem kerja piezoelektrik sebelumnya, muatan listrik dapat dipicu oleh sumber-sumber penghasil tekanan mekanik, tidak terbatas hanya pada langkah manusia. Rel kereta api, landasan terbang pesawat, dan jalan raya dengan volume kendaraan yang besar bahkan merupakan sumber-sumber potensi tekanan mekanik yang lebih besar. Sebagai contoh, di Israel, para engineer Israel melakukan tes terhadap 100 meter jalan raya yang telah terpasang dengan jaringan Piezo Electric Generators(IPEGTM). Seberapa besar energi listrik yang dihasilkan bergantung kepada massa kendaraan, gerakan, vibrasi, dan perubahan temperatur. Semakin berat kendaraan dan semakin banyak voulme kendaraan yang berlalu-lalang, maka semakin banyak energi listrik yang dapat dipanen. Menariknya, sistem ini tidak hanya meng-capture energi yang dibuang oleh kendaraan selama melaju pada jalan raya ber-piezoelektrik tetapi juga dapat menyediakan informasi massa, frekuensi, kecepatan dan jarak antar kendaraan. Dengan keunggulankeunggulan tersebut, “smart road” tersebut dapat menjadi sistem manajemen lalu lintas yang terintegrasi. Belum lagi, listrik yang dihasilkan dapat disalurkan ke grid listrik ataupun digunakan untuk kepentingan penerangan jalan dan kepentingan infrastruktur lainnya. Mengenai instalasi, instalasi sistem ini dapat dilakukan pada jalan raya yang akan dibangun ataupun jalan raya yang existing.
Tantangan dan Prospek Masa Depan Keterbatasan sistem piezoelektrik ini, seperti halnya keterbatasan pada hampir semua sumber energi alternatif terbarukan, yaitu ketika “trigger” (cahaya matahari, angin, langkah manusia, dll) hilang, kapasitas pengisian energi pada media penyimpanan (misalnya baterai) akan menurun secara drastis. Tantangan lainnya, yaitu masih terbatasnya material piezoelektrik di pasaran sehingga menyebabkan
harga
bahan
piezoelektrik
masih
belum
kompetitif
dibandingkan
fossil
fuel.
Namun demikian, penelitian mengenai bahan piezoelektrik dan teknologi penggunaannya terus dikembangkan oleh para peneliti di universitas dan di industri. Misalnya, untuk panel piezoelektrik di Stasiun Tokyo yang masih dilapisi karet, di masa yang akan datang akan dikembangkan menyerupai keramik lantai seperti keramik lantai yang dipakai di permukaan lainnya di stasiun. Adapun prospek pengembangan sumber energi alternatif ini di Indonesia sendiri cukup besar, mengingat Indonesia memiliki “People Power” dengan populasi penduduk terbesar ke-4 di dunia setelah China, India, dan Amerika. Indonesia juga tengah gencar membangun infrastrukturinfrastruktur publik yang memerlukan sumber energi independen.
http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bentuk-energi-baru/diskosambil-menghasilkan-energi-listrik-mengapa-tidak
36."Coal Bed Methan" Bentuk Energi Masa Depan Coal bed methane (CBM) merupakan sumber energi yang relatif masih baru. Sumber energi ini merupakan salah satu energi alternatif yang dapat diperbaharui penggunaannya. Gas metane yang diambil dari lapisan batubara ini dapat digunakan sebagai energi untuk berbagai kebutuhan manusia. Walaupun dari energi fosil yang tidak terbaharukan, tetapi gas ini terus terproduksi bila lapisan batubara tersebut ada. Mari kita bahas. Meski Coalbed Methane, atau sering disingkat sebagai CBM sudah cukup lama dikenal, namun sumberdaya gas batubara ini baru dieksploitasi dan diproduksi dalam jumlah besar oleh perusahaan-perusahaan besar di Amerika dan Australia baru pada tahun 1980-an. Sedangkan China saat ini sedang mengembangkannya. CBM telah menjadi perhatian dalam beberapa tahun terakhir ini. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, China, India, Kanada, Rusia, dan beberapa negara di Eropa Timur telah melakukan studi dan pengembangan akan pemanfaat CBM ini. Berdasarkan perkiraan dari sebuah institusi di Prancis, maka konsumsi energi di dunia tetap akan memakai minyak, batubara dan gas sebagai energi primer (gambar di bawah). Projeksi ini memberikan gambaran sebagaimana pentingnya peran energi fosil sebagai energi yang ”harus” terbarukan. Kata-kata harus disini mungkin tidak masuk akal, karena energi tersebut memang habis dipakai (tidak dapat diperbaharui). Dengan adanya teknologi, riset dan pemikiran baru, maka sebuah lapisan batubara dapat memberikan sebuah energi baru berupa gas yang dapat kita pakai.
CBM ini tidak berbau, tidak berwarna dan sangat mudah terbakar. CBM terbentuk bersama air, nitrogen dan karbondioksida ketika material tumbuhan tertimbun dan berubah menjadi batubara karena panas dan proses kimia selama waktu geologi yang sering disebut dengan "coalification". CBM dalam dunia pertambangan didefinisikan sebagai gas metana yang terbentuk dari aktivitas mikrobial (biogenic) atau panas (thermogenic) selama terjadinya proses pembentukan batubara. Jumlah kandungan CBM dalam lapisan batubara sangat tergantung pada kedalaman dan kualitas batubaranya. Semakin dalam lapisan batubara terbenam dari permukaan tanah (sebagai hasil dari tekanan formasi batuan di atasnya), semakin tinggi nilai energi dari batubara tersebut, dan semakin banyak pula kandungan CBM didalamnya. Secara umum, lapisan batubara bisa menyimpan gas metana sebesar 6 – 7 kali lebih banyak daripada jenis batuan lain (pada volume yang sama) dari reservoir gas. Gas ini berasal dari proses pembetukan batubara yang berlangsung selama jutaan tahun. Gas ini tersimpan di dalam rekahan-rekahan yang ada di sepanjang lapisan batubara. Gas metan merupakan gas karbon yang bisa terbakar dan menghasilkan energi panas dan terbuang siasia ke udara saat batubara ini ditambang dengan metode tambang terbuka. Lengkapnya, CBM adalah gas methane (CH4) yang terperangkap dalam microcope atau pori-pori batubara melalui proses biogenic. Untuk memproduksi CBM, lapisan batubara harus terairi dengan baik sampai pada titik dimana gas terdapat pada permukaan batubara. Gas tersebut akan teraliri melalui matriks dan pori, dan keluar melalui rekahan atau bukaan yang terdapat pada sumur (gambar di bawah). Air dalam lapisan batubara didapat dari adanya proses penggambutan dan pembatubaraan, atau dari masukan (recharge) air dalam outcrops dan akuifer. Air dalam lapisan tersebut dapat mencapai 90% dari jumlah air keseluruhan. Selama proses pembatubaraan, kandungan kelembaban (moisture) berkurang, dengan rank batubara yang meningkat.
Gas biogenik dari lapisan batubara subbituminus akan dapat berpotensi menjadi CBM. Gas biogenik tersebut terjadi oleh adanya reduksi bakteri dari CO2, dimana hasilnya berupa methanogens, bakteri anaerobik yang keras, menggunakan H2 yang tersedia untuk mengkonversi asetat dan CO2 menjadi metane sebagai by produk dari metabolismenya. Sedangkan beberapa methanogens membuat amina, sulfida, dan methanol untuk memproduksi metane. Aliran air, dapat memperbaharui aktivitas bakteri, sehingga gas biogenik dapat berkembang hingga tahap akhir. Pada saat penimbunan maksimum, temperatur maksimum pada lapisan batubara mencapai 40-90°C, dimana kondisi ini sangat ideal untuk pembentukan bakteri metane. Metane tersebut terbentuk setelah aliran air bawah tanah pada saat ini telah ada. Apabila air tanah turun, tekanan pada reservoir turun, pada saat ini CBM bermigrasi menuju reservoir dari sumber lapisan batubara. Perulangan kejadian ini merupakan regenerasi dari gas biogenik. Kejadian ini dipicu oleh naiknya air tanah atau lapisan batubara yang tercuci oleh air. Hal tersebut yang memberikan indikasi bahwa CBM merupakan energi yang dapat terbaharui. Lapisan batubara dapat menjadi batuan sumber dan reservoir, karena itu CBM diproduksi secara insitu, tersimpan melalui permukaan rekahan, mesopore, dan mikropore (gambar berikut). Permukaan tersebut menarik molekul gas, sehingga tersimpan menjadi dekat. Gas tersebut tersimpan pada rekahan dan sistem pori pada batubara sampai pada saat air merubah tekanan pada reservoir. Gas kemudian keluar melalui matriks batubara dan mengalir melalui rekahan sampai pada sumur. Gas tersebut sering kali terjebak pada rekahan-rekahan.
CBM juga dapat bermigrasi secara vertikal dan lateral ke reservoir batupasir yang saling berhubungan. Selain itu, dapat juga melalui sesar dan rekahan. Kedalaman minimal dari CBM yang telah dijumpai 300 meter dibawah permukaan laut. Gas terperangkap pada lapisan batubara sangat bergantung pada posisi dari ketinggian air bawah tanah. Normalnya, tinggi air berada diatas lapisan batubara, dan menahan gas di dalam lapisan. Dengan cara menurunkan tinggi air, maka tekanan dalam reservoir berkurang, sehingga dapat melepaskan CBM (gambar di bawah).
Pada saat pertama produksi, ada fasa dimana volume air akan dikurangi (dewatering) agar gas yang dapat diproduksi dapat meningkat. Setelah fasa ini, fasa-fasa produksi stabil akan terjadi. Seiring bertambahnya waktu, peak produksi akan terjadi, saat ini merupakan saat dimana produksi CBM mencapai titik maksimal dan akan turun (decline). Volume gas yang diproduksi akan berbanding terbalik dengan volume air. Bila volume gas yang diproduksi tinggi, maka volume air akan berkurang. Setelah peak produksi, akan terjadi fasa selanjutnya, yaitu fasa penurunan produksi (gambar di bawah). Seperti produksi minyak dan gas pada umumnya, fasa-fasa tersebut biasa terjadi. Namun demikian, seperti yang telah diuraikan, CBM dapat terbaharukan.
Indonesia memiliki cadangan coalbed methane (CBM) yang cukup besar yaitu sekitar 350400 triliun cubic feet (TCF) atau ketujuh di dunia. Cadangan itu tersebar di berbagai
cekungan yang ada. Potensi sumberdaya yang begitu besar ini seharusnya dikembangkan menjadi salah satu sumber energi alternatif pengganti BBM. Berdasarkan data Bank Dunia, konsentrasi potensi terbesar terletak di Kalimantan dan Sumatera. Di Kalimantan Timur, antara lain tersebar di Kabupaten Berau dengan kandungan sekitar 8,4 TCS, Pasir/Asem (3 TCS), Tarakan (17,5 TCS), dan Kutai (80,4 TCS). Kabupaten Barito, Kalimantan Tengah (101,6 TCS). Sementara itu di Sumatera Tengah (52,5 TCS), Sumatera Selatan (183 TCS), dan Bengkulu 3,6 TCS, sisanya terletak di Jatibarang, Jawa Barat (0,8 TCS) dan Sulawesi (2 TCS).
Sebagai informasi, sumber daya terbesar sebesar 6,49 TCS ada di blok Sangatta-1 dengan operator Pertamina hulu energi methane Kalimantan A dengan basin di Kutai. Disusul Indragiri hulu dengan operator Samantaka mineral prima dengan basin Sumatera Selatan yang mempunyai sumber daya 5,50 TCS, dan sumber daya paling rendah terlatak di blok Sekayu yang dioperatori Medco SBM Sekayo dengan basin Sumatera Selatan, dengan sumber daya 1,70 TCS.
http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bentuk-energi-baru/coal-bedmethan-bentuk-energi-masa-depan
37.Sederhana dan Tepat Guna : Pengolahan Tuak menjadi Bahan Bakar
Sederhana dan Tepat Guna : Pengolahan Tuak menjadi Bahan Bakar Di Indonesia tuak atau yang juga disebut arak merupakan sejenis minuman hasil fermentasi bahan minuman/buah yang mengandung gula. Bahan baku yang biasa dipakai adalah: beras atau cairan yang diambil dari tanaman seperti nira kelapa atau aren, legen dari pohon siwalan atau tal, atau sumber lain. Produk fermentasi ini tentu saja memiliki kadar alkohol, sehingga di beberapa daeraha di Indonesia menjadi minuman keras khas daerah. Kadar alkohol berbeda-beda bergantung daerah pembuatnya. Arak yang dibuat di pulau Bali yang dikenal juga dengan nama brem bali, dikenal mengandung alkohol yang kadarnya cukup tinggi. Beberapa tempat di Pulau Madura dahulu dikenal sebagai sebagai penghasil tuak, namun orang Madura tidak mempunyai kebiasaan minum yang kuat. Masyarakat Tapanuli (Sumatera Utara), khususnya masyarakat beretnis Batak menganggap bahwa tuak berkhasiat menyehatkan badan karena mengandung efek menghangatkan tubuh.
Gambar 1. Pohon nira
Sejak sekitar setahun yang lalu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban, Jawa Timur, mengembangkan minuman "tuak" menjadi etanol yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar minyak (BBM). "Uji coba yang kami lakukan mendapatkan tanggapan positif masyarakat, buktinya mereka datang untuk mempelajari proses pembuatan tuak menjadi etanol," ungkap Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Pemerintah Kabupaten Tuban. Tidak hanya itu, Bupati Tuban Haeny Relawati merekomendasi proses uji coba tuak menjadi etanol masuk dalam kurikulum pendidikan. Secara umum, teknis pengolahan tuak hingga menjadi ethanol adalah sebagai berikut. Tuak sebanyak 10 liter dicampur dengan gula jawa setelah dilakukan fermentasi selama tujuh hari dan disuling menghasilkan 2 liter etanol.Biaya produksi tuak 10 liter tersebut diperhitungkan sebesar Rp15.000 dan menjadi 2 liter etanol harga jualnya mencapai Rp17.500. Di Tuban,
memiliki sekitar 4.000 pohon nira yang bisa diambil hasilnya menjadi tuak. Etanol yang dihasilkan dari tuak dapat digunakan sebagai BBM. Etanol dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk mobil, baik sendiri (E100) dalam mesin khusus atau sebagai tambahan bensin untuk mesin bensin.Etanol dapat dicampur dengan bensin dalam kuantitas yang bervariasi untuk mengurangi konsumsi bahan bakar minyak bumi, dan juga untuk mengurangi polusi udara. Bahan bakar tersebut dikenal di Amerika Serikat sebagai gasohol dan di Brasil sebagai bensin tipe C. Dua campuran umum di AS adalah E10 dan E85 yang mengandung 10% dan 85% etanol. Sedangkan campuran yang umum di Brasil adalah bensin tipe C dan jenis oktan tinggi, yang mengandung 20-25% ethanol.
Dengan adanya pengembangan energi alternatif dari tuak ini, diharapkan dapat mendorong perekonomian daerah setempat. Hendaknya juga terbentuk masyarakat yang mandiri energi sesuai dengan sumber daya yang ada. http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bentuk-energi-baru/sederhanadan-tepat-guna-pengolahan-tuak-menjadi-bahan-bakar
38.Potensi Petir Terbarukan
Di
Indonesia
Sebagai
Sumber
Energi
Di zaman krisis energy seperti saat ini berbagai sumber energy alternative terus dikembangkan. Sumber energy tersebut juga haruslah memenuhi syarat ramah lingkungan mengingat adanya isu pemanasan global. Memanfaatkan energy petir mungkin adalah hal yang masih asing di telinga kita, namun hal ini mungkin untuk dilakukan. Tahukah anda jika potensi petir di Indonesia sangatlah besar untuk dijadikan sumber energy. Petir disebabkan oleh adanya muatan listrik diudara, dimasa depan diharapkan setiap rumah memiliki sebuah perangkat diatas atap untuk menangkap muatan listrik tersebut dan disalurkan kedalam rumah sehingga dapat menghasilkan energy yang bersih dan murah. Energi yang dilepaskan oleh satu sambaran petir lebih besar dari pada yang dihasilkan oleh seluruh pusat pembangkit tenaga listrik di Amerika. Suhu pada jalur di mana petir terbentuk dapat mencapai 10.000 derajat. Cahaya yang dikeluarkan oleh petir lebih terang daripada cahaya 10 juta bola lampu pijar berdaya 100 watt. Sebuah sambaran petir berukuran ratarata memiliki energi yang dapat menyalakan sebuah bola lampu 100 watt selama lebih dari 3
bulan. Sebuah sambaran kilat berukuran rata-rata mengandung kekuatan listrik sebesar 20.000 amp. Sebuah las menggunakan 250-400 amp untuk mengelas baja. Kilat bergerak dengan kecepatan 150.000 km/detik, atau setengah kecepatan cahaya, dan 100.000 kali lipat lebih cepat daripada suara Kilatan yang terbentuk turun sangat cepat ke bumi dengan kecepatan 96.000 km/jam.
Majalah Intisari pada edisi September 2002 mengatakan bahwa petir berarus listrik terbesar terdapat di Indonesia, tepatnya di daerah Depok. PLN Cabang Depok, pada bulan April, Mei dan Juni 2002, mensponsori penelitian untuk mengenali perilaku petir di wilayah kota di selatan Jakarta dengan menggunakan teknologi lighting position and tracking system (LPATS). Tak disangka, para peneliti mendapati arus petir negatif berkekuatan 379,2 kA (kilo Ampere) dan petir positif mencapai 441,1 kA. Dengan kuat arus sebesar itu, petir mampu meratakan bangunan yang terbuat dari beton sekalipun. Selama ini, Indonesia memang dikenal sebagai negara dengan sambaran petir cukup tinggi. Kondisi meteorologis Indonesia memang sangat ideal bagi terciptanya petir. Tiga syarat pembentukan petir yaitu udara naik, kelembaban, dan partikel bebas atau aerosol, terpenuhi dengan baik di Indonesia sebagai negara maritim. Sambaran petir di Depok terjadi hampir sepanjang tahun. Yang tertinggi pada bulan Maret, April, dan Mei, atau pada musim hujan. Sambaran agak mereda di bulan Februari. Warta Kota juga mengutip data yang didapat pada laboratorium di ITB, Jaringan Deteksi Petir Nasional, bahwa Indonesia memiliki hari guruh (hari terjadinya petir dalam setahun) 200 hari. Sementara Brasil 140 hari, Amerika Serikat 100 hari, dan Afrika Selatan 60 hari. Ketika langit berawan, tidak semua awan adalah awan petir. Hanya awan cumulonimbus yang menghasilkan petir. Petir terjadi karena pelepasan muatan listrik dari satu awan cumulonimbus ke awan lainnya, atau dari awan langsung ke Bumi. Nah sekarang pertanyaannya bagaimana cara memanfaatkan energy petir yang sangat besar tersebut agar tak terbuang percuma, energy sebesar itu pastilah diciptakan yang maha kuasa untuk suatu tujuan tertentu, tinggal bagaimana kita sebagai manusia untuk memanfaatkannya. beberapa penelitian memang sudah ada yang diarahkan untuk memanfaatkan energy petir, namun penelitian tersebut masih membutuhkan waktu yang panjang untuk mencapai sempurna. http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bentuk-energi-baru/potensipetir-di-indonesia-sebagai-sumber-energi-terbarukan
39. Alternatif Gas Elpiji untuk Konsumsi Rumah Tangga Sudah bosan rasanya kita melihat berita di media massa tentang ledakan tabung gas elpiji. Hampir tiap hari selalu ada saja kasus ledakan gas yang memakan korban jiwa dan materi yang tidak sedikit jumlahnya. Gas memang terkesan carut-marut di negara kita. Bahan bakar fosil yang diklaim sebagai bahan bakar bersih ini menjadi primadona di pasar dunia. Ekspor
gas alam Indonesia menggeliat naik seiring tingginya permintaan dari mancanegara. Pemerintah melalui Kementrian ESDM dan Kementrian Perindustrian dan Perdagangan beramai-ramai menggalakkan sektor ekspor gas alam demi menambah devisa negara. Fenomena gas tak berhenti sampai di situ. Di tahun 2008, munculah suatu revolusi di bidang bahan bakar konsumsi rumah tangga yaitu konversi minyak tanah ke gas elpiji. Subsidi minyak tanah dicabut sehingga menjadi langka dan harganya meroket. Sedangkan produk baru bernama tabung gas LPG 3 kg berwarna hijau melon muncul dan dibagikan secara gratis kepada hampir 100 juta penduduk Indonesia lengkap dengan kompor dan selang serta regulatornya. Langkah revolusioner pemerintah ini membawa ketidaknyamanan bagi para eksportir gas. Tentu saja konsumsi gas dalam negeri yang tiba-tiba naik secara drastis ini sedikit banyak mempengaruhi kebijakan ekspor gas ke mancanegara. Tak mau kehilangan lahan penghasilan, segala cara dilakukan, sampai akhirnya memaksakan kenaikan harga gas untuk industri hingga pengurangan jatah gas terutama untuk industri-industri yang mengonsumsi gas dalam jumlah besar seperti pabrik pupuk. oleh sebab itulah beberapa pabrik pupuk terancam ditutup karena kekurangan pasokan gas. Konversi minyak tanah ke gas juga hanya mulus dan lancar di awalnya saja. Sebelum agen agen dan oknum nakal menyadari kalau si “melon” 3 kg ternyata memperoleh subsidi yang lebih besar ketimbang saudara tuanya si “biru” 12 kg. Sampai akhirnya tercetuslah ide pengoplosan atau apapun namanya yang intinya memindahkan isi tabung 3 kg ke tabung 12 kg sehingga tabung 3 kg rusak karena dibuka secara paksa dan diisi ulang tanpa melalui pemeriksaan dan quality control yang baik sampai akhirnya jatuh ke tangan konsumen yang kurang beruntung yang notabene masyarakat ekonomi lemah tanpa didukung background pendidikan yang memadai. Masalah bertambah pelik ketika pemerintah mulai mencetuskan ide mengurangi subsidi si “melon” agar harganya naik dan tidak terdapat gap yang cukup besar dengan si “biru” sehingga ujung-ujungnya dapat meminimalisasi potensi pengoplosan. Namun bagaimana dengan kualitas serta kontrol dari komponen tabung sendiri serta regulatornya? Keberhasilan konversi minyak tanah ke gas mulai dipertanyakan seiring dengan semakin seringnya kasus ledakan terjadi. Bahkan terdapat anekdot kalau si “melon” bukanlah alat untuk memasak tetapi alat pembunuh massal keluaran pemerintah. Masyarakat kecil jangankan yang tinggal di pedesaan, yang tinggal di perkotaan saja sudah antipati terhadap LPG dan rela memakai kayu bakar sebagai alat masaknya. Namun tentu saja dengan kembalinya masyarakat ke kayu bakar adalah suatu kemunduran dan harus dihindari. Di saat carut marut LPG semakin kencang, ternyata ada pihak yang masih peduli dengan nasib rakyat kecil yang mulai meragukan proyek konversi. Beberapa penemu-penemu yang kebanyakan dari “kelas kampung” dari kalangan sipil bukan dari kalangan peneliti muncul menawarkan suatu alternatif sumber bahan bakar yang dapat digunakan untuk rumah tangga yang aman dan efisien. Alternatif pertama adalah kompor biomassa. Seperti namanya, kompor ini berbahan bakar biomassa seperti ranting, dedaunan dan sampah-sampah kering seperti kertas dan lain-lain. Riset dan pengembangan kompor ini sebenarnya telah lama dilakukan, Dari mulai kompor biomassa sederhana yang masih menghasilkan banyak asap
sehingga kegiatan memasak mesti dilakukan di luar rumah hingga akhirnya kini telah hadir kompor biomassa ciptaan Bapak Nurhuda, seorang dosen Fisika di UniBraw yang mampu menghasilkan api biru tanpa asap dengan metode gasifikasi terpanaskan. Kompor ciptaan Pak Nurhuda ini berbahan bakar ranting-ranting pohon dengan ukuran sedang maupun kayukayu yang sudah tak terpakai lagi. jika tidak ada kayu, bisa juga dipakai briket jerami dengan harga Rp 1.500 per kilogram untuk 2 jam pemakaian. Penemuan Pak Nurhuda ini seolah membuka jalan bagi penemuan-penemuan kompor dengan energi alternatif untuk menggeser kedudukan elpiji sebagai primadona kompor saat ini. Kompor biomassa cocok diterapkan untuk masyarakat ekonomi lemah terutama yang tinggal di pedesaan dengan masih melimpahnya persediaan kayu bakar dan ranting kering. Namun bagaimana dengan masyarakat yang tinggal di wilayah kota besar? Sebenarnya sebelum biomassa ada yang namanya biogas, yaitu gas metana yang dihasilkan dari pembusukan kotoran hewan ternak ataupun sampah organik. Namun dengan memperhitungkan efisiensi, biogas sulit diterapkan terutama di kota-kota besar karena sempitnya lahan dan orang umumnya enggan mengolah biogas karena berasal dari sesuatu yang bau. Hingga akhirnya, munculah bahan bakar yang disebut bioetanol. Nampaknya sudah tidak perlu dijelaskan lagi apa itu bioetanol, dan bagaimana proses pembuatannya, yang pasti, bioetanol adalah bahan bakar berbasis alkohol (karbon) yang berasal dari fermentasi tumbuhtumbuhan pati seperti ubi, singkong, sorgum, tebu bahkan yang baru ditemukan yaitu pisang! Semua masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di pedesaan tahu dan mengerti cara membuat bioetanol. Hanya saja mereka tidak tahu kalau yang mereka buat itu bioetanol. Mereka hanya tahu kalau namanya arak, tuak, atau apapun itu yang biasa dipakai mabuk atau untuk perayaan dan seremonial di kalangan suku tertentu. Potensi bioetanol sebagai bahan bakar sebenarnya besar. Hanya saja, masyarakat dan pemerintah hanya tahu kalau bioetanol itu bahan bakar premium alias ekslusif. Hanya dipakai untuk pencampuran saus rokok, kepentingan farmasi, pembuatan cat, pewarna tekstil sampai hanya tahu sebatas bahan campuran untuk membuat biofuel yang jumlahnya bahkan tak sampai 10%. Banyak yang masih belum sadar kalau bioetanol sebenarnya menyimpan potensi besar untuk dipakai sebagai alternatif kompor elpiji sehingga gas elpijij bisa dimaksimalkan untuk sektor lain seperti industri atau ekspor bukan habis untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Riset-riset serta penemuan-penemuan kompor bioetanol muncul dari kalangan bawah dalam artian bukan dari kalangan peneliti. Mereka berasal dari kelompok orang yang peduli akan nasib rakyat kecil yang dihantui benda yang katanya bom berkedok bahan bakar bernama tabung gas elpiji 3 kg. Kemunculan kompor bioetanol sudah sejak lama, mungkin sekitar 5 tahun lalu. Semuanya berawal dari pemberian alternatif untuk masyarakat kecil yang masih menggunakan kompor minyak tanah di pedesaan yang cukup jauh dari keramaian. Minyak tanah sulit masuk ke daerah tersebut dan potensi bioetanol di sana cukup besar dengan banyaknya tanaman penghasil bioetanol seperti singkong, ubi, tebu, dan lain-lain. Cost produksinya pun lebih murah.. Dengan peralatan sederhana saja bioetanol dengan kadar
minimal 60% sudah bisa dihasilkan dan dapat dipakai sebagai bahan bakar kompor bioetanol. Jika dihitung secara kasar, cost produksi bioetanol berbasis singkong per liternya hanya Rp 3.400,- jauh lebih murah ketimbang minyak tanah yang saat itu masih di atas Rp 4.500,- per liter. Performansi kompor bioetanol juga lebih unggul ketimbang kompor minyak tanah. Apinya meski kadang berwarna kuning, tidak berjelaga di bagian dasar panci atau wajan, tidak seperti minyak tanah yang meski biru masih meninggalkan jelaga. Kesimpulannya, kompor bioetanol yang paling pertama dan sederhana sekalipun mampu unggul dibanding kompor minyak tanah. Nah, setelah minyak tanah menghilang dan muncul elpiji, kompor bioetanol tak mampu bersaing jika tidak segera dilakukan inovasi. Mulailah dari sini, berbagai macam ide berkembang. Muncul banyak sekali kompor-kompor bioetanol terbaru dengan berbagai metode seperti pre-heating, kemudian menggantungkan tabung bahan bakarnya di tempat yang lebih tinggi agar mendapat tambahan tekanan dengan bantuan gaya gravitasi dan lainlain. Semuanya demi mencapai satu tujuan, yaitu mendekati performansi kompor elpiji si primadona. Akan tetapi, meski sudah dihasilkan api yg biru dan bersih serta tingkat efisiensinya hampir menyamai kompor elpiji, kompor bioetanol hanya mampu menyentuh kalangan masyarakat di pedesaan dan sedikit di kota besar. Penyebabnya jelas : performansi kompor bioetanol belum bisa menyamai gas elpiji dalam hal api yang bertekanan sehingga proses memasak menjadi lebih cepat. Selain itu, pemerintah juga terkesan belum memandang bioetanol sebagai energi terbarukan yang memiliki prospek besar. Akibatnya, pajak bioetanol semakin besar padahal sebelum ditemukannya kompor bioetanol, masyarakat kecil di banyak daerah di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur telah banyak yang beralih profesi menjadi pengrajin bioetanol karena seperti yang saya katakan di atas, membuat bioetanol sangatlah mudah. Alat-alat sederhana pun mampu untuk menghasilkan bioetanol dengan kadar maksimal 60% dan bahan bakunya banyak tersedia. Imbasnya, dewasa ini banyak pengrajin bioetanol di pedesaan gulung tikar karena produk mereka kurang laku akibat terbatasnya penggunaan bioetanol ke industri rokok dan farmasi. Yang menang adalah perusahaan bioetanol besar yang mempunyai kekuatan untuk menentukan harga pasar dan memiliki stok melimpah. Lantas, apakah kedudukan kompor elpiji sulit atau tak bisa digeser? Sebenarnya tidak. Dewasa ini, orang-orang yang masih yakin dengan prospek bioetanol sebagai energi terbarukan yang aman bagi rumah tangga terus melakukan penelitian guna menciptakan kompor bioetanol yang mampu bersaing dengan kompor elpiji dari segi performansi. Barubaru ini muncullah suatu metode pemrosesan bioetanol untuk pembakaran dengan cara mengonversinya menjadi gas dan menyekapnya dalam burner agar dihasilkan gas bertekanan yang siap dibakar. Prospek nya besar sekali. Dengan metode ini, bahan bakar bioetanol cair tak langsung dibakar, akan tetapi diubah dahulu menjadi gas dengan bantuan elemen pemanas listrik kemudian gas yang dihasilkan disekap dalam suatu burner hingga dihasilkan gas dengan tekanan yang cukup untuk dibakar. Api yang dihasilkan kompor bioetanol metode
baru ini biru dan bertekanan, persis sama seperti elpiji meski efisiensi nya tertinggal sedikit dari elpiji. Namun dengan membandingkan harga bahan bakarnya, elpiji 3 kg yg masih disubsidi pemerintah saja harganya sudah Rp 13.500, sedangkan cost produksi bioetanol seperti yang disebutkan di atas, per liternya hanya kurang dari Rp 4.000 dan cukup digunakan 3-4 liter bioetanol untuk menyamai elpiji 3 kg. Kompor bioetanol metode baru ini lebih aman dari kompor elpiji karena tabungnya tak bertekanan akibat bahan bakar yang ada di dalamnya berwujud cair (liquid) bukan gas yang ditekan seperti tabung elpiji yang selama ini selalu membawa masalah. Tekanan yang dihasilkan pun diciptakan dalam burner dalam kompor sehingga akan lebih aman bagi pengguna. Konsumsi listrik yang dipakai pun terhitung kecil karena hanya digunakan untuk mengubah fasa bioetanol yang tak lebih dari 150 Watt saja. Dan listriknya pun tak selamanya digunakan karena ada otomatisasi apabila suhu yang diinginkan telah tercapai (80 derajat C), konsumsi listrik akan berhenti.
Kompor bioetanol metode baru ini masih dalam tahap pengembangan karena masih terdapat beberapa kekurangan kecil seperti apinya kadang belum stabil karena sulit menciptakan burner ideal yang mampu menyeimbangkan antara gas yg masuk dari pipa pemanasan dengan gas yang digunakan untuk dibakar. Namun saya yakin, sebentar lagi, kompor ini mampu menjawab tantangan untuk memberi alternatif selain elpiji sebagai bahan bakar kompor untuk rumah tangga dengan performansi yang hampir menyerupai elpiji. Tinggal bagaimana pemerintah merespon perkembangan kompor ini saja. Kesimpulan yang bisa diambil dari artikel ini adalah potensi bioetanol sangat besar untuk digunakan sebagai bahan bakar konsumsi rumah tangga karena peluang untuk merealisasikannya jauh lebih besar ketimbang merealisasikan penggunaan bioetanol untuk kendaraan dan sebagainya yang masih jauh dari kenyataan. Banyak dampak positif dari penggunaan bioetanol untuk konsumsi rumah tangga, salah satunya adalah bangkitnya industri kecil pengrajin bioetanol yang telah mati serta pembukaan lahan pertanian dan pembukaan lapangan kerja di sektor pertanian untuk menyediakan bahan baku penghasil bioetanol. Tinggal bagaimana peran pemerintah saja sebagai regulator dalam mengatur tata niaga bioetanol serta menetapkan standardisasi harga dan mutu bioetanol yang akan digunakan sebagai bahan bakar kompor karena kompor bioetanol metode baru optimal jika menggunakan bioetanol dengan kadar di atas 70%. Namun jangan lupa juga, Indonesia bukanlah Brazil yang sudah mampu swasembada pangan sehingga kebutuhan bahan baku bioetanol tak akan mengganggu kebutuhan pangan. Sedangkan di Indonesia yang masih banyak kekurangan pangan perlu dibuat regulasi khusus agar pengadaan bahan baku untuk bioetanol tak bentrok dengan kepentingan pangan. http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bioenergy/dicari-alternatif-gas-
elpiji-untuk-konsumsi-rumah-tangga
40.Urine sebagai sumber energi altenatif Bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam merupakan sumber utama energi yang dimiliki saat ini. Tetapi sumber-sumber ini menimbulkan polusi dan jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, para ilmuwan mencoba mencari sumber energi lain sebagai altenatif, salah satunya hydrogen. Pemanfaatan hydrogen sebagai bahan bakar merupakan salah satu topic yang gencar diteliti di dunia dan pemakaiannya semakin meningkat dari hari ke hari. Dengan mengggunakan gas hydrogen maka gas buang yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan karena yang dikeluarkan hanya uap air. Akan tetapi salah satu kendala yang dihadapi adalah kurangnya sumber gas hydrogen yang murah dan mudah diperbaharui. Selain itu, hydrogen murni memiliki sifat mudah terbakar dan penyimpanannya membutuhkan tekanan tinggi dan temperatur rendah. Karena banyaknya kendala dalam pemanfaatan gas hydrogen, maka kini para ilmuwan mencoba mencari sumber energi hydrogen dalam bentuk lain, yaitu urine.
Urine merupakan limbah yang paling melimpah di dunia yang sebagian besar terdiri dari unsur urea. Sementara itu, urea merupakan unsur yang potensial untuk dijadikan sebagai sumber hidrogen. Urea memiliki empat atom hydrogen per molekulnya, ikatan hydrogen dengan atom N dalam urea lebih lemah dibandingkan ikatan hydrogen dengan atom O dalam air. Peneliti dari Bristol Robotics Lab (BRL) University of Bristol sedang meneliti urine untuk dijadikan sebagai sel bahan bakar mikroba atau Microbial Fuel Cells (MFC), sehingga dapat digunakan sebagai penghasil energi tanpa menyebabkan polusi. Urine secara kimia sangat aktif, banyak mengandung nitrogen, urea, klorida, kalium dan bilirubin sehingga akan menjadi bahan bakar yang sangat baik untuk sel bahan bakar mikroba. Untuk meneliti energi ini, peneliti telah menghabiskan lebih dari tiga tahun dalam mengembangkan robot yang dinamakan EcoBot-III. Robot ini berisi sejumlah sel bahan bakar mikroba dan menggunakan bahan limbah seperti lalat mati dan limbah air (urine) untuk menjalankannya.
Gerardine Botte peneliti dari Universitas Ohio memilih untuk menggunakan elektrolisis
untuk memecah bagian molekul urea dengan menggunakan elektroda berbasis nikel yang bersifat selektif dan efisien untuk mengoksidasi urea. Untuk memecah molekul urea ini diperlukan voltase sebesar 0,37 Volt yang mana voltase ini masih lebih rendah jika dibandingkan yang diperlukan untuk mengelektrolisis air yaitu sekitar 1,23 volt. Selama proses yang terjadi urea teradsorbsi pada elektroda nikel, yang kemudian mengalirkan elektron sehingga molekul urea terurai. Gas hydrogen murni terbentuk pada katoda, gas nitrogen, sedikit gas oksigen, dan hydrogen terbentuk di anoda. Gas karbondioksida juga dihasilkan pada saat elektrolisis akan tetapi gas ini tidak bercampur dengan gas yang dihasilkan pada anoda dan katoda karena gas ini bereaksi dengan KOH membentuk kalium karbonat. Proses yang ada untuk memisahkan urine dari air saat ini sangat mahal dan tidak efisien. Urin umumnya terhidrolisis menjadi amoniak sebelum terlepas ke udara sebagai gas ammonia. Terbentuknya gas ini akan membentuk ammonium sulfat dan partikel nitral di udara, dimana kedua zat ini dapat menyebabkan berbagai macam permasalahan bagi kesehatan manusia seperti asma, bronchitis, dan kematian dini. Pengembangan dan penelitian lebih lanjut dalam pemanfaatan urine sebagai sumber energi altenatif masih sangat diperlukan, baik dari segi proses mendapatkan urine, pengolahan urine, proses untuk mendapatkan hydrogen, dan limbah yang dihasilkan. Bukanlah tidak mungkin, urine akan menggantikan bahan bakar fosil dimasa yang akan datang. http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bioenergy/urine-sebagaisumber-energi-altenatif