POTENSI TUMBUHAN SEBAGAI BAHAN PENGATUR FERTILITAS Adnan Jurusan Biologi FMIPA UNM, Makassar. 2002
ABSTRAK Tumbuhan memiliki potensi yang besar untuk diman-faatkan sebagai sumber bahan pengatur fertilitas. Berbagai senyawa bioaktif pada tumbuhan, khususnya
kelompok
senyawa-se-nyawa
steroid,
alkaloid,
isofla-fonoid,
triterpenoid dan xanthon memiliki khasiat sebagai bahan pengatur fertilitas. Uji praklinis yang dilakukan oleh para peneliti didapatkan bahwa senya-wasenyawa bioaktif pada tumbuhan berpengaruh terhadap fertilitas hewan uji. Pengaruh yang ditimbulkan antara lain mengganggu spermatogenesis, menurunkan daya konsepsi, meningkatkan persentase kehilangan gestasi, mencegah/ menghambat implantasi dan mereduksi jumlah anak sekelahiran.
Bahan-
bahan dari tumbuhan memiliki aktifitas yang sifatnya dapat balik, dalam arti bahwa bila pemakaiannya dihentikan, maka fertilitas kembali pulih.
Key word: Pengaturan fertilitas, senyawa aktif
A. PENDAHULUAN
Upaya sungguh-sungguh yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengendalikan pertumbuhan pertumbuhan penduduk menampakkan banyak keberhasilan antara lain (i) saat ini 57% dari pasangan usia subur telah menjadi akseptor aktif dan 94% dari pasangan usia subur telah mengetahui tentang cara KB dan tempat pelayanannya (Tasmaya, 2000) (ii) Selama 24 tahun perlaksanaan program KB, total fertility rate
(TFR) telah turun dari 5,6 pada tahun 1970 menjadi 2,8 pada tahun 1994 (iii) Penurunan tingkat fertilitas (TFR) tersebut berpengaruh pada menurunnya tingkat pertumbuhan penduduk dari 2,3% pada tahun 1961 menjadi 1,6% pada tahun 1995 (Mundiharno dan Nachrowi, 2000). Meningkatnya jumlah akseptor KB memberikan dampak terhadap krisis logistik kontrasepsi. Hasil Contraceptive & Essential Drugs, Drugs, Tracking Survey pada bulan November 1998 yang dilakukan oleh The Futures Group, bekerjasama dengan BKKBN dan Departemen Kesehatan diperoleh gambaran bahwa kondisi logistik kontrasepsi di lapangan cukup kritis. Diperoleh data bahwa 25% Puskesmas sudah tidak mempunyai persediaan pil KB. KB. 50% Puskesmas sudah tidak mempunyai lagi persediaan kontrasepsi injeksi. Persediaan di Puskesmas dan Rumah sakit rata-rata hanya tinggal 5-6 minggu dan bidan 4 minggu. 20 - 30 % dari mereka merasa injeksi KB sulit di dapat dan 70% menyatakanpernah mengalami gangguan distribusi logistik (Tasmaya, 2000) Terganggunya pasokan logistik dan melemahnya keterjangkauan pelayanan kontrasepsi dapat berakibat meningkatnya kembali fertilitas, meningkatnya kematian ibu karena kehamilan dan melahirkan serta bertambahnya jumlah aborsi yang tidak aman (unsafe abortion) karena kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy). Akibat ikutan lainnya adalah bertambahnya gizi buruk anak dan balita
yang dapat menyebabkan dampak yang besar dan panjang dari tingkat kecerdasan satu generasi yang akan datang (lost generation) serta meningkatnya kembali angka kematian bayi dan balita. Untuk jangka pendek kekurangan pasokan logistik dapat diatasi dengan bantuan logistik kontrasepsi $ 3 juta dari UNFA, kredit ekspor dari Finlandia sebesar $30 juta, bantuan hibah dari USAID dan sebagainya (Tasmaya, 2000). Upaya jangka panjang yang perlu dilakukan adalah mengoptimalkan upayaupaya penelitian untuk mencari bahan-bahan kontrasepsi yang ideal. Suatu obat atau senyawa antifertilitas dapat dianggap ideal bila dapat memberikan perlindungan
terhadap fertilitas, bebas dari efek samping, dan bahan tersebut 100% efektif menimbulkan sterilitas dalam jangka waktu yang diharapkan, dan dapat kembali normal jika pemakaiannya dihentikan, tidak menurunkan libiodo, punya pengaruh yang cukup lama, dan tidak menimbulkan kerusakan genetis (Fox dan Jackson, 1964; Anwar, 1991).
B. PROSPEK TUMBUHAN TUMBUHAN SEBAGAI BAHAN ANTI FERTILITAS
Indonesia sebagai negara tropis sangat kaya dengan flora. flora. Lebih dari 940 jenis tumbuhan dari 7000 jenis yang sudah dibudidayakan digunakan sebagai obat alam atau obat tradisional (Santoso dan Wibisono, 2000). Kurang lebih 225 jenis tumbuhan dari 75 famili dapat digunakan sebagai bahan kontrasepsi. Aktivitas yang ditimbulkannya dapat berupa antigonadothrophin, anti implantasi, mengganggu siklus estrus, mencegah terjadinya ovulasi, mengganggu kehamilan dan mereduksi jumlah anak sekelahiran (Farnsworth et al., 1975). Pencarian dan pengembangan bahan kontrasepsi yang berasal dari tumbuhan merupakan salah satu potensi alternatif yang dapat dilakukan, khususnya di Indonesia. Agar pemanfaatan sumber daya alam dapat terlaksana dengan sebaikbaiknya, maka terhadap bahan-bahan alam yang digunakan dalam pelayanan kesehatan termasuk kesehatan reproduksi perlu dilakukan pengkajian yang lebih mendalam untuk mengetahui keamanan dan kekhasiatannya Untuk itu dalam pengkajian tersebut digunakan dua pendekatan yaitu pendekatan fitoterapi dan pendekatan kemoterapi. Pendekatan fitoterapi telah banyak diupayakan karena dapat digunakan dalam waktu singkat., sedangkan aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas adalah efektifitas, toksisitas, farmakologi, fitokimia dan teknologi produksi. Dari aspek efektivitas, berbagai jenis tumbuhan yang telah didaftar mengandung bahan antifertilitas telah diuji secara ilmiah walaupun dalam batas uji praklinis. Melalui pendekatan kemoterapi yang dilakukan oleh para peneliti, menunjukkan bahwa berbagai jenis senyawa bioaktif yang terkandung pada tumbuhan, utamanya
senyawa-senyawa yang berasal dari golongan steroid, alkaloid, isoflavonoid, triterpenoid dan xanthon memiliki aktivitas sebagai bahan anti fertilitas. (Farnsworth et al., 1975; Ghosal et al., 1981; Chattopadhyay et al., 1983; dan Chattopadhyay et al., 1984
Diosgenin
(sapogenin
steroid),
tigogenin,
gracilin
sitosterol,
methyltriacontane, 8-hydroxyhentryacontan-one dan sebagainya merupakan bahanbahan aktif yang terdapat pada rimpang dan biji tumbuhan pacing. Bahan-bahan tersebut merupakan bahan bakuuntuk pembuatan obat-obat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan (Wijayakusuma, 1997). Momordikosida, suatu jenis glikosida triterpen yang diisolasi dari buah pare (Momordica charanthia L) telah dibuktikan dapat
menghambat
fungsi
testis
anjing
dalam
memproduksi
spermatozoa,
menyebabkan oligozoospermia pada tikus dan dapat menghambat perkembangan selsel spermatogenik mencit.
Belum diketahui secara pasti mekanisme kerja
momordikosida dalam menghambat spermatogensis, tetapi apabila dilihat dari struktur kimianya mirip dengan siproteron asetat yang telah diketahui bersifat anti androgen.
Diduga momordikosida momordikosida ini memiliki sifat farmakokinetik yang sama
dengan testosteron, tetapi mungkin sifat farmakodinamiknya berbeda. Perbedaan ini terletak pada gugus aktifnya.
Disamping itu kesamaan sifat farmakologi antara
momordikosida dengan testosteron terletak pada gugus utama cincin steroid, dan inilah yang diduga menyebabkan momordikosida bersifat anti androgen. (Sutyarso et al., 1994).
Mangiferin, salah satu jenis xanthon yang diisolasi dari daun mangga (Mangifer indica L) (Bennet et al., 1988) dapat mengganggu fungsi reproduksi tikus betina (Chattopadhyay et al., 1984).
Mangostin, salah satu jenis xanthon yang
diioslasi dari kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) terbukti dapat mengganggu kehamilan mencit terutama bila diberikan pada periode pra-implantasi dan pasca implantasi awal, mengganggu laktasi bila diberikan pada periode menyusui, mengganggu siklus estrus, memperpanjang fase estrus, dan aktivitas yang ditimbulkannya bersifat estrogenik (Adnan, 1992).
Beberapa peneliti telah
melaporkan bahwa xanthon pada umumnya dan mangostin pada khususnya merupakan inhibitor enzim monoamin oksidase (Beretz et al., 1979; Zuzuki et al, 1980; Zusuki et al; 1981 dalam Adnan, 1992). Inhibitor monoamin oksidase dapat menginduksi terjadinya aborsi.
Penghambatan enzim monoamin oksidase akan
menghasilkan seretonin yang tidak dapat dimetabolisme. dimetabolisme. Akumulasi seretonin di dalam uterus akan merangsang konstraksi uterus dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya aborsi.
Pada beberapa species, inhibitor monoamin oksidase dapat
mengganggu kehamilan (Farnsworth et al., 1975). Ekstrak eter, etanol dan benzen bunga kembang sepatu ( Hibiscus rosa sinensis) telah dibuktikan dapat menghambat implantasi, bersifat abortifacient dan
dapat mengganggu siklus estrus pada tikus. tikus. Sedangkan pada tikus jantan menyebabkan penurunan diameter tubulus seminiferus, dan kerusakan jaringan tertis, sel-sel spermatogenik dan sel-sel leydig (Farnsworth et al., 1982., Sing et al., 1985), menghambat spoermatogenesis, menurunkan motilitas sperma, menurunkan kadar protein dan asam sialat di dalam testis (Gupta et al., 1985). Gosipol, merupakan senyawa yang diisolasi dari biji kapok telah diteliti para ahli. Satu diantara hasil penelitian mengungkapkan bahwa gosipol nyata mengganggu spermatogenesis, maturasi dan alat kelamin tetapi tidak nyata mengganggu steroidogenesis.
Gosipol dosis rendah
mengganggu spermiogenesis akhir dan
motilitas sperma, persentase bentuk normal susut, fertilitas turun hingga 35,85% dan toksisitasnya rendah.
Perlakuan dengan dosis sedang menyebabkan gangguan
spermatogenesis pada stadium awal sejak miosis hingga spermiogenesis akhir dan gangguan pada maturasi. Motilitas sperma menjadi nol, persentase bentuk sperma normal menurun , fertilitas nyata turun dengan daya konsepsi 0,1939 dan infertilitas mencapai 76,63% (Yatim, 1988) Daun dan buah takokak (Solanum khasianum)
mengandung solasodin,
utamanya pada buah yang masih mudah. Solasodin merupakan glukoalkaloid yang aglikonnya mempunyai inti steroid (Ghufron dan Herwiyanti, Herwiyanti, 1994). Berbagai jenis
terong-terongan mengandung solasodin yang cukup tinggi, misalnya Solanum leciniatum mengandung solasodin sekitar 1,5-3%, dan Solanum khasianum dapat
mencapat 5,5% dari biji dan lendir buahnya (Suhardiman, 1985).
Pemberian
konsumsi terung tukak (Solanun torvum) menghambat spermatogenesis tikus putih, bahan aktif yang dikandung terong ini adalah solasodin (Gufron dan Herwiyanti, 1994). Pemberian ekstrak total akar bikat (Gnetum gnemonoides
Brongn) pada
mencit jantan dapat menurunkan jumlah sel-sel spermatogonia A, sel-sel spermatosit praleptoten, sel spermatosit packhiten, sel spermatid pada asosiasi seluler tubulus seminiferus mencit Swiss Webster betina (Santoso dan Wibisono, 2000) Dari uraian di atas memberikan gambaran yang cukup bagi kita bahwa berbagai jenis tumbuhan yang tersebar di seluruh Nusantara memiliki potensi yang sangat perpektif untuk dijadikan sebagai sumber bahan kontrasepsi. Pengkajian bahan pengatur fertilitas merupakan suatu topik yang kini semakin banyak diminati.. Berbagai hasil penelitian telah dilakukan, dan dari hasil tersebut memberikan berbagai informasi yang dapat ditindak lanjuti dalam penelitian-penelitian yang lebih spesifik. Berbagai jenis tumbuhan yang telah diuji aktifitas antifertilitasnya ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Beberapa contoh tumbuhan yang telah diuji aktifitas antifertilitasnya
Nama Tumbuhan
Nama Ilmiah
Bagian tanaman
Paria
Momordica charanthia L
Buah, Biji, Daun
Mangga
Mangifera indica
Daun
Kembang Sepatu
Hibiscus rosa sinensis L
Daun, Bunga
Srikaya
Annona squamosa
Daun
Manggis
Garcinia mangostana L
Buah
Nenas
Ananas comosus L
Buah
Kaki kuda
Centella asiatica Urb
Daun
Kembang merak
Caesalpina pulcherrima
Daun
Pacing
Costus speciosus J.E Smith
Bunga, Rimpang
Nangka
Arthrocarpus heterophylla Lamk
Daun
Putri malu
Mimosa pudica L
Daun
Bikat
Gnetum gnemonoides
Akar
Terung tukak
Solanum torvum
Buah
Takokek
Solanum khasianum
Daun, Buah
Kapas
Gossypium sp
Biji
Dari hasil penelitian pada mencit betina strain ddY menunjukkan bahwa jamu sari alam saginjal dapat mengganggu kehamilan pada mencit bila diberikan pada periode praimplantasi. Gangguan kehamilan dapat berupa meningkatnya persentase kehilangan gestasi dan aktivitas antiimplantasi serta menurunkan persentase implantasi, fetus hidup dan fetus mati. Dosis yang efektif adalah 100 - 300 mg/kg berat badan (Setyawati, 1996). Ekstrak daun kaki kuda (Centella asiatica Urb) yang diberikan selama 20 hari dengan dosis50 mg/kg berat badan menyebabkan penurunan berat testis, epididimis
dan vesikula seminalis; mengganggu spermatogenesis dan menyebabkan produksi sperma menurun, dan meningkatkan jumlah sperma yang mengalami kelainan. Pengamatan secara histologis menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kaki duda menyebabkan diameter tubulus seminiferus dan dinding tubulus seminiferus menjadi mengecil (Zainal, 1997). Ekstrak benzen daun kembang sepatu dan kedua fraksinya (fraksi larut eter dan tidak larut eter) memiliki aktifitas antifertilitas antifertilitas denan meningkatkan persentase aktivitas anti implantasi, telur praimplantasi yang hilang, jumlah embrio resorbsi dan mereduksi jumlah jumlah anak sekelahiran.
Ekstrak benzen daun kembang sepatu dan
kedua fraksinya fraksinya bersifat embriotoksik dan anti esterogenik.
Gangguan ekstrak
benzen daun kembang sepatu dan kedua fraksinya terhadap fertilitas mencit betina bersifat reversibel (Adnan dkk, 1996). Pemberian ekstrak daun kembang merak dengan dosis 75 mg/kg berat badan berpengaruh terhadap berat testis, epididimis dan vesikula seminalis. Menurunkan jumlah spermatozoa, meningkatkan jumlah sperma yang abnormal dan menurunkan motilitas spermatozoa mencit ICR jantan (Jamaluddin, 2000) Pemberian ekstrak daun nangka dengan dosis 50 dan 75 mg/kg berat badan yang diberikan selama 18 hari tidak berpengaruh terhadan penurunan berat testis, namun nyata menurunkan berat epididimis, meningkatkan berat vesikula seminalis, menurunkan jumlah sperma dan meningkatkan jumlah sperma abnormal (Hakim, 2000) Air perasan bunga tanaman pacing dapat menginduksi meningkatnya persentase kehilangan gestasi dan menurunkan persentase implantasi dan fetus hidup, bersifat embriotoksik. Dosis optimal dalam penelitian tersebut adalah 50 dan 75% dengan potensi sebagaia bahan antiimplantasi berkisar 66,67%-100% (Martiningsih, 2000). Sedangkan ekstrak rimpang rimpang tumbuhan pacing yang diberikan pada mencit jantan dengan dosis 75 mg/kg berat badan menyebabkan penurunan berat testis, epididimis dan vesikula seminalis, produksi sperma sangat menurun dan efek yang
ditimbulkan adalah oligozoospermia hingga azoospermia.
Bilamana pemberian
ekstrak dihentikan selama 18 hari, maka produksi sperma cenderung mengalami pemulihan, namun masih menimbulkan kelainan sperma atau teratozoospermia. Kelainan yang umum dijumpai adalah kelainan ekor dan masih terdapatnya sisa badan residu pada leher sperma. Daya konsepsi mencit jantan menurun hingga 0% dan efek antifertilitasnya mencapai 100% untuk dosis 25, 50 dan 75 mg/kg berat badan (Adnan dan Halifah, 2000).
C. PROSPEK TUMBUHAN SEBAGAI BAHAN ANTIFERTILITAS
Kemungkinan arah pengembangan kajian bahan antifertilitas yang bersumber pada tumbuhan perlu lebih digiatkan. Berbagai hasil penelitian yang diungkapkan terdahulu baru berupa uji pendahuluan. Proses isolasi berbagai bahan-bahan aktif yang terkandung dalam berbagai jenis tumbuhan yang telah disebutkan masih sangat diperlukan dan sekali lagi masih dibutuhkan bioassay dan menggunakan bahan dengan tingkat kemurnian yang lebih tinggi. Dari berbagai hasil yang telah dipaparkan, ekstraksi yang dilakukan masih kasar dengan menggunakan menggunakan pelarut etanol ataupun benzen. Oleh sebab itu dalam pengembang-annya masih sangat dibutuhkan keterlibatan dan kerjasama, khususnya kalangan akademisi yang berkecimpung dalam bahan alam. Hal ini dirasa sangat penting, khususnya dalam menyediakan berbagai bahan-bahan hasil isolasi dengan tingkat kemurnian yang lebih tinggi. Paling minimal adalah penentuan kelompokkelompok bahan alam yang dibio-assaykan, misalnya kelompok steroid, alkaloid dan sebagainya. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh kalangan, telah memberikan suatu sumbangan informasi yang sangat penting bagi pemanfaatan berbagai bahan alam, khususnya dalam pengendalian laju fertilitas. Dasar pemikiran ini sangat perspektif ke depan mengingat Indonesia begitu kaya dengan berbagai ragam floranya. Oleh sebab itu dapat diungkapkan bahwa pengembangan bahan antifertilitas yang
bersumber dari berbagai jenis tumbuhan merupakan alternatif yang lebih murah dan lebih mudah di dapat, karena bahan bakunya sangat melimpah di alam.
E. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian
yang
telah
dikembangkan
sebelumnya,
dapat
dikemukakan disini bahwa pemanfaatan tumbuhan sebagai sumber bahan pengartur ferrtilitas merupakan alternatif yang perlu ditindak lanjuti, mengingat keterbatasan logistik bahan-bahan kontrasepsi sekarang ini. Berbagai hasil ekstraksi tumbuhan yang telah dujikan oleh para peneliti, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Bahan-bahan pengatur fertilitas dapat diekstraksi dari tumbuhan dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan pengatur ferlitas, baik pada wanita maupun pada laki-laki dimasa yang akan datang. 2. Pengaruh berbagai bahan alam hasil ekstraksi tumbuhan yang telah diujikan dapat mengganggu produksi sperma, sehingga sangat layak untuk dikaji kembangkan sebagai bahan kontrasepsi alternatif pria di masa yang akan datang. 3. Bahan-bahan alam yang dapat meningkatkan persentase kehilangan gestasi (gestation loss) merupakan bahan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan pengatur fertilitas, khususnya pada wanita.
SARAN
Pengkajian potensi tumbuhan sebagai bahan pengatur fertilitas perlu lebih ditingkatkan dengan melibatkan kerjasama antar institusi yang terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 1992. Pengaruh Mangostin Terhadap Fungsi Reproduksi Mencit (Mus musculus) Swiss Webster Betina . Tesis. Pasca Sarjana, Jurusan Biologi ITB. Bandung Adnan; Sudding; Jarigau. 1997. Pengaruh ekstrak bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) terhadap fertilitas mencit (Musmusculus) ICR betina. Laporan Penelitian. IKIP Ujung Pandang. 25- 38
Adnan dan Halifah, P. 2000. Pengaruh Ekstrak Rimpang Tumbuihan Pacing (Costus speciosus J.E. Smith) Terhadap Fertilitas Mencit ( Mus musculus) ICR
Jantan. Laporan Penelitian. UNM. Makassar: 36-39. Chattopadhyay, S. K.Mathur, P. P, Saini, K. S. and Ghosal. S. 1983. Effect of hippadine, an amaryllidaceae alkaloid on testicular function in rats. J. . 49: 252 - 254. Planta. Med Chattopadhyay, S. Chattopadhyay, U. U. Sukla, S. P. and Ghosal, mangiferin a naturally occuring
S. 1984. Effect of
glucoxylxanthones on reproductive
function of rats . J. Pharmaceut. Sci. 41: 279 - 282. Djukri. 1996 . Pacing dan Kontrasepsi. Cakrawala Pendidikan , LPM IKI Jogyakarta, Farnsworth, N. R. Bingel, A. S. Cordell, G. A. Cane, F. A. and Fong, H. H. S. 1975 Potential value of plants as soueces of new antifertility agents I. J. Pharmaceut. Sci. 64: 535 - 598.
Fox, B. W. and Jacson, H. 1964. Antifertility Agent. In: Evaluation of Drugs Activities Pharmacometries. Vol. 2. Es: D. R.
Laurence and A. L.
Bachrach. Academic Press. New York. P. 801-808.
Gupta, I; R. Trank; V. P. Dixit. 1985. Fertility Regulation in Males. Effect of Hibiscus rosa sinensis and Malvaviscus. Flower Extract on Male Albino Rats. Prod.Nat. Acad. Sci. 4: 262-267.
Hakim, A. 2000. Pengaruh Ekstrak daun Nangka (Arthrocarpus heterophyllus Lamk) Terhadap Fertilitas Mencit (Mus musculus ) ICR Jantan. . Skripsi. Jurusan Biologi UNM Makassar Haris, A. 1993. Pengaruh air perasan Mangga (Mangifera indica L), dan Daun Srikaya (Annona squamosa) Terhadap Kehamilan Mencit (Mus musculus) ICR Betina . Skripsi. Jurusan Biologi IKIP U. Pandang Jamaluddin. 2000. Pengaruh Ekstrak Daun Kembang Merak (Caesalpina pulcherrima Swartz) Terhadap Fertilitas Mencit (Mus musculus) ICR Jantan. . Skripsi. Jurusan Biologi UNM Makassar. Martiningsih.
2000.
Pengaruh Air Perasan Bunga Tanaman Pacing (Costus
speciosus) Terhadap Fertilitas Mencit (Mus musculus) ICR Betina. . Skripsi. Jurusan Biologi UNM Makassar
Mundiharno dan Nachrowi, N.D. 2000. Dinamika Kebijakan Kependudukan: Perkembangan, Ekses Negatif, Perbaikan dan Harapan.
Warta
Demografi. 30: 17-24.
Mustamin, K. 1994. Uji Esterogenisitas Ekstrak Buah Nenas (Ananas comosus, L) Terhadap Siklus Estrus Mencit (Mus musculus) ICR. . Skripsi. Jurusan Biologi IKIP U. Pandang Wijayakusuma, H. 1997. Tanaman berkhasiat obat Indonesia.
Jilid 2. Pustaka
Kartini. Jakarta. Santoso, H. 1999. Pengaruh Pemberian Ekstrak Total Akar Bikat (Gnetum gnemonoides Brongn) Terhadap Spermatogenesis Mencit Jantan ( Mus Mus musculus L) Galur Swiss Webster. Kalimantan Scientiae. 17:36-47.
Seno, S. 1988. Obat Asli Indonesia . PT Dian Rakyat. Jakarta. Sing, M. P; Sing, R. H; Udupa, K. N. 1982. Antifertility Activity of a Benzen Extract of Hibiscus Hibiscus rosa sinenesis Flower on Female Albino Rats. J. Planta Med . 44: 171-174
Tasmaya, R. 2000. Menuju Pradigma Baru Keluarga Berencana. Warta Demografi. 30: 33-45. Wahdaniah. 1996. Pengaruh Air Perasan Tanaman Kaki Kuda (Centella asiatica Urb) Terhadap Fertilitas Mencit (Mus musculus) ICR Betina. . Skripsi. Jurusan Biologi IKIP U. Pandang Yatim, W.1988. Efek Fertilitas Gosipol dan Gula Berkhlor Wistar
(Rattusnervegicus)
Kontrasepsi Pria . Disertasi. Padjajaran. Bandung.
dan Fakultas
Terhadap
Implikasi Prospeknya Pasca
Sarjana
Tikus Sebagai
Universitas