“Pluralisme Agama” paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga. Mantap mantap si PLURALISME ini.... Kalo dlm kamus, plural itu artinya sih bermakna jamak atau lawannya singular, kalo diakhiri isme menurut wikipedia sih sebuah kerangka di mana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi satu sama lain. lain. Mereka Mereka hidup hidup bersam bersamaa (koeks (koeksist istens ensi) i) serta serta membuah membuahkan kan hasil hasil tanpa tanpa konfli konflik k asimilasi. Definisi dan sejarah munculnya pluralisme agama
Secara epistimologis pluralisme agama berasal dari dua kata yaitu “pluralisme” dan “agama”. Dalam bahasa arab disebut “al-ta’addudiyyah al-diniyyah” dan dalam bahasa inggris inggris disebut disebut “religiou “religiouss pluralism pluralism”. ”. Pluralism Pluralismee berarti berarti “jama’” “jama’” atau lebih dari satu. Dalam kamus bahasa Inggris mempunyai dua pengertian. Pertama, pengertian filosofis: sistem pemikiran yang mengakui adanya landasan pemikiran yang mendasar lebih dari satu. Kedua, pengertian sosio-politis: suatu sistem yang mengakui koeksistensi (kondisi hidup bersama-sama) keragaman kelompok dengan tetap menjunjung tinggi perbedaan yang sangat karakteristik diantara kelompok-kelompok tersebut. Pengertian pluralisme agama adalah kondisi hidup bersama-sama antar agama yang berbeda-beda dalam satu komuni komunitas tas dengan dengan tetap tetap memper mempertaha tahanka nkan n ciri-c ciri-cir irii spesif spesifik ik (ajara (ajaran n agama agama masing masing-masing masing). ). Para Para tokoh tokoh yang yang bersif bersifat at ekstri ekstrim m terhada terhadap p plural pluralism ismee mereka mereka mengar mengartik tikan an pluralisme agama adalah sebuah keyakinan bahwa semua agama didunia ini adalah sama. Memeluk dan meyakini satu agama sama saja memeluk dan meyakini semua agama karena semua agama tertuju pada inti yang sama yaitu menuju kebenaran hakiki. Sejarah mengenai awal pertama kali munculnya pluralisme agama ada beberapa
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
versi. versi. Versi pertama pertama pluralism pluralismee agama berawal dari agama kristen yang dimulai setelah Konsili Vatikan II pada permulaan tahun 60-an yanng mendeklarasikan “keselamatan umum” umum” bahkan bahkan untuk untuk agamaagama-aga agama ma diluar diluar kriste kristen. n. Gagasa Gagasan n plural pluralism ismee agama agama ini seben sebenar arny nyaa
meru merupa paka kan n
upaya upaya-u -upay payaa
pele peleta taka kan n
landa landasa san n
teol teolog ogis is kris kriste ten n
untu untuk k
berinteraksi dan bertoleransi dengan agama-agama lain. Versi kedua menyebutkan bahwa pluralisme agama berasal dari India. Misalnya Rammohan Ray (1773-1833) pencetus gerakan gerakan Brahma Brahma Samaj, Samaj, ia mencet mencetusk uskan an pemiki pemikiran ran Tuhan Tuhan satu satu dan persam persamaan aan antar antar agama (ajaran ini penggabungan antara Hindu-Islam). Serta masih banyak lagi pencetus pluralisme dari India, pada intinya teori pluralisme di India didasari pada penggabungan ajaran ajaran agama-ag agama-agama ama yang yang berbeda berbeda.. Sedangk Sedangkan an dalam dalam dunia dunia Islam Islam sendir sendirii pemiki pemikiran ran plura plurali lisme sme agama agama muncul muncul setala setalah h perang perang dunia dunia kedua. kedua. Dianta Diantara ra pencetu pencetuss pemiki pemikiran ran pluralisme agama dalam Islam yaitu Rene Guenon (Abdul Wahid Yahya) dan Frithjof Schuon (Isa Nuruddin Ahmad). Karya-karya mereka ini sarat dengan pemikiran dan gagasan gagasan yang yang menjad menjadii inspir inspirasi asi dasar dasar bagi bagi tumbuh tumbuh kemban kembangny gnyaa wacana wacana plural pluralism ismee agama.selain kedua orang tersebut juga ada Seyyed Hossein Nasr, seorang tokoh muslim Syi’ah moderat, merupakan tokoh yang bisa dianggap paling bertanggung jawab dalam mempopulerkan pluralisme agama di kalangan Islam tradisional. Pemikiran-pemikiran
Nasrani tentang pluralisme agama tertuang pada tesisnya yang membahas tentang sophia perennis atau perennial wisdom (al-hikmat al-kholidah atau kebenaran abadi ) ) yaitu yaitu sebuah sebuah wacana wacana menghi menghidupk dupkan an kembal kembalii kesatu kesatuan an metefi metefisik sikaa yang yang tersem tersembuny bunyii dalam tiap ajaran-ajaran agama semenjak Nabi Adam as. hingga sekarang. sekarang.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Pluralisme Agama
a. Faktor Internal Faktor internal disini yaitu mengenai masalah teologis. Keyakinan seseorang yang
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
terhadap agama. b. Faktor Eksternal •
Faktor Sosio-Politik
Faktor ini berhubungan dengan munculnya pemikiran mengenai masalah liberalisme yang menyuarakan kebebasan, toleransi, kesamaan, dan pluralisme. Liberalisme inilah yang menjadi cikal bakal pluralisme. Pada awalnya liberalisme hanya menyangkut mengenai masalah politik belaka, namun pada akhirnya menyangkut masalah keagamaan juga. Politik liberal atau proses demokratisasi telah menciptakan perubahan yang sistematis dan luar biasa dalam sikap dan pandangan manusia terhadapa agama secara umum. Sehingga dari sikap ini timbullah pluralisme agama. Situasi politik global yang kita alami saat ini menjelaskan k epada kita secara gamblang tentang betapa dominannya kepentingan politik ekonomi barat terhadap dunia secara umum. Dari sinilah terlihat jelas hakikat tujuan yang sebenarnya sikap ngotot barat untuk memonopoli tafsir tunggal mereka tentang demokrasi. Maka pluralisme agama yang diciptakan hanya merupakan salah satu instrumen politik global untuk menghalangi munculnya kekuatan-kekuatan lain yang akan menghalanginya.
•
Faktor Keilmuan
Pada hakikatnya, terdapat banyak faktor keilmuan yang berkaitan dengan munculnya pluralisme. Namun yang berkaitan langsung dengan pembahasan ini dalah maraknya studi-studi illmiah modern terhadap agama-agama dunia, atau yang sering dikenal dengan perbandingan agama. Diantara temuan dan kesimpulan penting yang telah dicapai adalah bahwa agama-agama di dunia hanyalah merupakan ekspresi atau manifestasi yang beragam dari suatu hakikat metafisik yang absolut dan tunggal, dengan kata lain semua agama adalah sama.
Konsekwensi Logis Pluralisme Agama Topik bahasan kita yang terakhir tentang maktab-maktab dan keragaman agama ini merupakan suatu topik yang sangat populer akhir-akhir ini dan menjadi ajang bahan diskusi dan perbincangan dalam berbagai tingkat pendidikan, ilmu, budaya, agama, mazhab, dan sosial. Tidak diragukan bahwa kita hidup di suatu dunia yang penuh dengan dimensi perbedaan
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
pandangannya. Penafsiran yang Beragam Terhadap Kejamakan Agama-agama (Pluralisme Agama) Kenyataan yang ada, kita mempunyai bermacam agama dan kita juga mempunyai sangat banyak pandangan-pandangan (mazhab dan maktab pemikiran) yang bukan agama. Di antara agama-agama yang ada, kita dapat membagi mereka ke dalam dua kelompok. Pertama, agama-agama yang berdasarkan wahyu dan kedua, agama-agama yang tidak berasal dari wahyu. Sementara masing-masing dari dua kelompok agama tersebut, terdapat lagi mazhab-mazhab yang bermacam-macam. Pertanyaan mendasar yang dapat diajukan kepada setiap pemikir adalah, bagaimana harus ditafsirkan keragaman pandangan-pandangan keagamaan dan bukan keagamaan dari satu sisi dan kejamakan agama-agama yang berbeda dari sisi lain serta juga banyaknya mazhab dalam setiap agama? Sejauh mana saham semua agama-agama ini dalam hakikat dan kebenaran? Apakah semua agama benar ataukah hanya ada satu agama yang benar? Pertanyaan-pertanyaan ini telah mendapatkan jawaban yang berbeda-beda, di antaranya dari inklusivisme, eksklusivisme, dan pluralisme. Pluralisme agama merupakan salah satu jawaban dan tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas. Pengertian Secara Bahasa dan Istilah dari Pluralisme Pluralisme mempunyai pengertian secara bahasa dan istilah yang beraneka-macam: a) Pengertian secara bahasa: Dalam kamus Oxford, pluralisme ditafsirkan ditafsirkan dalam bentuk seperti berikut ini: 1. Suatu kehidupan dalam sebuah masyarakat yang dibentuk oleh kelompok-kelompok suku-bangsa yang berbeda-beda, di mana kelompok-kelompok ini mempunyai kehidupan politik dan agama yang berbeda. Definisi ini bentuknya menjelaskan suatu fenomena kemasyarakatan. 2. Menerima prinsip bahwa kelompok-kelompok suku-bangsa yang berbeda-beda dapat hidup secara rukun dan damai dalam suatu masyarakat. Definisi ini mengandung suatu ide dan maktab pemikiran.[1] pemikiran.[1] b) Pengertian secara istilah: Pluralisme secara istilah minimal memiliki empat macam penggunaan: 1. Pluralisme disamakan dengan toleransi, yakni bermakna toleran dan hidup bersama secara rukun untuk mencegah dan mengantisipasi pertikaian dan peperangan. Dalam definisi ini, keragaman dan kejamakan diterima sebagai suatu realitas kemasyarakatan. Yakni para pengikut masing-masing dari agama dan mazhab, dalam kenyataan mereka memandang bahwa hanya diri mereka yang benar dan ahli selamat, dalam bergaul dan bermasyarakat dengan para pengikut agama dan mazhab lainnya selalu toleran, rukun, dan saling menghormati. mengh ormati. Kita menerima pengertian pluralisme ini. Sebagaimana pluralisme yang terjadi di an tara
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orangorang yang berlaku adil.” (Qs. al-Mumtahanah [60] Makna ayat ini adalah berprilakulah secara baik dan adil terhadap orang-orang kafir yang berprilaku secara baik dan adil terhadapmu. Yakni orang-orang yang berbeda denganmu dari segi agama (apatah lagi perbedaan dari segi mazhab dan firkah), bergaullah dengan mereka secara adil, baik, dan toleran selama mereka tidak memerangimu. 2. Pluralisme yang bermakna agama adalah satu. Semua agama datang dari sisi Tuhan, tetapi mempunyai wajah yang berbeda-beda. Perbedaan agama-agama tidak pada tataran substansi agama, akan tetapi pada arasy pemahaman agama. Sekelompok orang memahami perkara Ilahi dalam satu bentuk maka mereka menjadi Yahudi. Segolongan lainnya memahaminya dalam bentuk lain maka mereka menjadi orang-orang Nasrani. Dan adapun orang-orang Muslim dan pengikut-pengikut agama lainnya memahami perkara-perkara Tuhan dalam bentuk yang berbeda dengan kedua pengikut agama tersebut di atas. Setiap nabi mempersepsi dan menjelaskan hakikat dalam suatu bentuk tertentu. Karena itu, satu berkata dan berpandangan tauhid dan lainnya (al-‘iyâdzu bi-llah) berkata dan berpandangan trinitas. Setiap orang, sesuai dengan persepsi dan pemahamannya, memahami suatu bentuk dari hakikat ini. Dan tidak seorangpun yang mempunyai kelebihan pemahaman dibanding pemahaman yang lainnya. Kita tidak hanya mempunyai satu jalan lurus, tetapi kita mempunyai jalan-jalan lurus dan semua mereka terhitung benar. Apa yang mampu diraih dan dijangkau oleh manusia, bahkan para nabi, tidak mempunyai jaminan kesahihan secara mutlak mutlak dan bukan hakikat tetap tetap Ilahi. Apa yang ada dalam koridor makrifat kita, itu itu hanyalah hasil dari penangkapan mental (dzihni) masingmasing dari setiap para nabi yang tidak terlepas dari pengetahuan-pengetahuan alami, fisika, kemasyarakatan, politik, dan nilai-nilai yang berkuasa pada setiap zaman dari mereka. Dalam definisi pluralisme ini, diakui bahwa terdapat satu h akikat yang mutlak dan tetap, akan tetapi hakikat yang berbetuk murni sama sekali tidak sampai ke tangan manusia, termasuk para nabi As. Natijahnya, tidak satupun agama dan maktab yang mengungguli agama dan maktab lainnya. Di dalam satu agama yang sama juga tidak terdapat satu mazhab yang mengungguli mazhab lainnya. Pandangan ini dinisbahkan dengan muhkamât (hal-hal yang pasti dan tetap) dan dharuriyyât (hal-hal yang mesti dan niscaya) agama tidak dapat dibenarkan dan merupakan tinjauan dan ungkapan yang sangat salah, tetapi dalam bentuk yang sederhana dan dalam batas masalah-masalah teoritis dan hipotesa dapat dikaji lebih jauh. Kami dalam silsilah pembahasan mendatang akan menyinggung masalah ini dan melakukan kritik dan isykalan terhadapnya. 3. Bentuk ketiga makna dari pluralisme adalah bahwa terdapat hakikat yang banyak dan
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
kontradiksi adalah sesuatu yang secara aksiomatis invalid (batil). Pluralisme dangan makna ini adalah suatu bentuk konsep yang murni impor dari dunia Barat dan mempunyai akar perbedaan antara teologi Kristen dan gereja dengan hasil penemuan ilmu-ilmu empirik. Karena kita tidak mempunyai masalah dalam hal ini (sebagaimana ajaran gereja dengan hasil penemuan ilmu dan sains), maka kita tidak perlu mengupas dan mengkajinya lebih lanjut. 4. Hakikat, merupakan totalitas dari bagian-bagian dan unsur-unsur, di mana masingmasing dari setiap unsur dan bagian ini ditemukan dalam setiap agama-agama. Oleh karena itu, kita tidak memiliki satu agama yang komprehensip dan utuh, tetapi kita mempunyai keseluruhan agama-agama yang setiap dari mereka memiliki saham hakikat. Dalam agama Islam, hanya sebagian dari hakikat dapat ditemukan. Demikian juga dalam agama Nasrani, bagian yang lain dari hakikat dapat dijumpai dan dalam agama Yahudi, Budha, Hindu, penyembahan berhala, dan lain sebagainya, bagian yang lain dari hakikat dapat ditemukan. Dengan tinjauan ini maka kita tidak mempunyai satu agama yang sama sekali tidak memiliki saham dari hakikat. Bahkan, dalam setiap agama dapat ditemukan saham dari hakikat dan kebenaran.[2] kebenaran.[2] Oleh karena itu, tidak satupun dari agama-agama yang dapat mengklaim dirinya sebagai agama yang mencapai hakikat secara keseluruhan dan sempurna. Tidak Islam, tidak Nasrani, tidak Yahudi, tidak Budha, dan tidak yang lainnya. Kita kaum Muslimin tidak dapat menerima pluralisme dengan makna ini, sebab agama Islam merupakan agama yang komprehensip, sempurna, dan meliputi seluruh hakikathakikat dan kebenaran yang dimiliki agama-agama lainnya. Agama ini tidak hanya mengandung sebagian dari hakikat, tapi seluruh hakikat yang datang dari Tuhan. Pengkajian dan pengupasan tentang benar dan salahnya masing-masing dari makna pluralisme di atas akan diuraikan pada pembahasan-pembahasan berikutnya berkenaan dengan topik ini.