BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Kista ovarium merupakan penyebab kematian utama pada kasus keganasan ginekologi saat ini. Kista ovarium merupakan kanker kelima tersering yang menyebabkan kematian wanita setelah kanker paru-paru, kolorental, payudara dan pankreas. Penyebab kematian utama pada kasus keganasan ginekologi. Pada tahun 2009 diperkirakan jumlah penderita kista ovarium sebanya 23.400 orang diperkirakan meninggal sebanyak 13.900 orang (59,40%). Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini pada awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastatis sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut. (WHO, 2014) Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2014, angka kejadian kista ovarium menduduki urutan ke enam terbahaya dari gangguan sistem reproduksi pada wanita setelah karsinoun serviks uteri payudara, koloretal, kulit dan limfoma. Resiko yang paling pali ng ditakuti dari kista ovarium yaitu mengalami torsi atau terpuntir sehingga menimbulkan nyeri nyeri akut, perdarahan atau infeksi. Sehingga kista ovarium memerlukan penanganan yang profesional profesional dan multi disiplin. (SDKI ,2014) Di indonesia angka kejadian kista ovarium tahun 2012 belum diketahui dengan pasti karena sistim pencatatan dan pelaporan yang belum akurat. Hampir 50% kematian kanker ovarium. Padahal angka kejadian hanya 25% kanker leher rahim. Kanker ovarium hanya 30-50 kasus pertahun. Penyebab pasti kanker ovarium belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko, antara lain tidak menikah. Kebiasaan menggunakan bedak tabur didaerah vagina, haid dini, menopause terlambat, terkena radiasi, serta faktor genetik. Sedangkan yang menurunkan resiko adalah pernah hamil dan mempunyai anak, menggunakan pil kontrasepsi dan sterilisasi. ( Kemenkes RI,2014) Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Provinsi NTB, pada rekam medik diperoleh data jumlah penderita pada kasus
1
genekologi (gangguan reproduksi) pada tahun 2016 sebanyak 643 orang. Infeksi sebanyak 68 orang (10,58%), polip servik sebanyak 7 orang (1,09%), kista ovarium sebanyak 98 98 orang (15,24%), (15,24%), tumor uterus sebanyak 93 orang (14,46%), Ca. ovarium sebanyak 82 orang (12,75%), molahidatidosa sebanyak 7 orang (1,09%), infertile 12 orang (1,87%), dan kista bartholini sebanyak 14 orang (2,18%), Kista Ovarium sebanyak 62 orang (9,64%), KET sebanyak 1 orang (0,16%), prolap uteri sebanyak 18 orang (2,80%), post lap sebanyak 82 orang (12,75%), abortus sebanyak 99 orang (15,40%). Pasien kanker serviks sangat membutuhkan pertolongan Paramedis karena penyakit ini akan menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani. Berdasarkan data-data tersebut penulis tertarik untuk mengambil kasus
dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. “N” dengan kista ovarium di RSUD Provinsi NTB”.
B. TUJUAN PENULISAN 1.
Tujuan Umum Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan dengan penerapan manajemen kebidanan 7 langkah varney pada Ny. “N” dengan Kista Ovarium di Ruang Poli Kandungan RSUD Provinsi NTB.
2.
Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data dasar pada Ny. “N” dengan Kista Ovarium. b. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi data dasar pada Ny. “N” dengan Kista Ovarium. c. Mahasiswa dapat menentukan diagnosa dan masalah potensial pada
Ny. “N” dengan Kista Ovarium. d. Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan segera pada Ny. “N” dengan Kista Ovarium. e. Mahasiswa dapat menentukan rencana asuhan menyeluruh pada Ny.
“N” dengan Kista Ovarium. f.
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat pada Ny. “N” dengan Kista Ovarium.
2
g. Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada
Ny. “N” dengan Kista Ovarium.
C. MANFAAT PENULISAN 1. Bagi Pendidikan Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi atau sumber bacaan untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada kasus gangguan system reproduksi dengan Kista Ovarium. 2. Bagi Lahan Praktek Dapat memberikan dan meningkatkan asuhan kebidanan khususnya pada kasus gangguan system reproduksi dengan Kista Ovarium. 3. Bagi Mahasiswa Hasil laporan ini dapat meningkatkan pengetahuan kemampuan dan pengalaman secara langsung dalam menghadapi kasus pada gangguan system reproduksi dengan Kista Ovarium.
3
BAB II KONSEP DASAR TEORI
A. PENGERTIAN Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal,folikel de
graf
atau
korpus
luteum
atau
kista
ovarium
dapat
timbul
akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium. Kista
ovarium
merupakan
suatu
tumor,
baik
kecil
maupun
yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kistadermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalanghalangi masuknya kepala ke dalam panggul (Wiknjosastro, 2005). Kistoma ovari adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai,
bilateral dan
dapat menjadi
besar.
Dinding
kista
tipis berisi cairan serosa dan berwarna kuning. Pengumpulan cairan tersebutte rjadi pada indung telur atau ovarium (Mansjoer, 2000: 388; Kondas,2008) Jadi, dapat disimpulkan kista ovarium adalah kantong abnormalyang berisi cairan atau neoplasma yang timbul di ovarium yang bersifat jinak juga dapat menyebabkan keganasan.
B. ETIOLOGI Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium,tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Padakeadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasiuntuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbukasehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan menjadi kista.Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibatdari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah
4
kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid. ( Hanifa. 2012)
C. PREDISPOSISI 1. Faktor Reproduksi Riwayat reproduksi (kehamilan-persalinan) terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi memiliki dampak terbesar pada penyakit ini, paritas yang rendah dan infertilitas (kemandulan), menars (pertama kali mendapat menstruasi) dini dan menopause yang terlambat meningkatkan resiko untuk berkembangnya kista ovarium. Peningkatan insiden kista ovarium pada wanita lajang, biarawati, dan wanita nulipara (tidak memiliki keturunan) menunjukkan ovulasi yang teratur yang tidak diselingi dengan kehamilan, meningkatkan predisposisi wanita mengidap keganasan. Kehamilan yang multiple (kembar) dapat meningkatkan efek protektif
menghadapi
perkembangan
kanker
ovarium.
Apabila
dibandingkan dengan wanita nulipara, satu sampai dua kehamilan menghasilkan resiko relatif (RR) 0,49-0,97. Wanita dengan jumlah kehamilan lebih dari tiga memiliki penurunan resiko sebanak 0,35-0,76 apabila dibandingkan dengan populasi kontrol. Faktor lain yang dapat mengurangi resiko adalah riwayat menyusui. 2. Faktor Hormonal Penggunaan hormon eksogen pada terapi gejala menopause berhubungan dengan peningkatan resiko insiden maupun tingkat mortalitas kista ovarium. Beberapa literatur menunjukkan penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang (> 5-10 tahun) mengakibatkan peningkatan resiko 1,5 – 2,0 kali lipat. Peningkatan resiko secara spesifik terlihat pada wanita pengguna hormon estrogen tanpa disertai progesteron. Peningkatan berat badan juga memungkinkan terjadinya peningkatan resiko terjangkit penyakit ini. Beberapa penelitian menyatakan peningkatan indeks masa tubuh (IMT) saat remaja atau usia dewasa dapat meningkatkan resiko, terutama pada masa premenopause.
5
3. Faktor Genetik Pada umumnya kista ovarium bersifat sporadis/tidak beraturan. Pada familial/hubungan keluarga dan herediter/keturunan dilaporkan hanya 510%. Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam memasukkan apakah seorang wanita memiliki resiko terkena kista ovarium. Rata-rata, resiko seorang wanita untuk mengidap kista ovarium, resiko nya akan meningkat menjadi 4-5%. Dalam kasus dimana terdapat dua anggota keluarga yang mengidap kista ovarium, resiko pada wanita ini akan meningkat menjadi 7%. 4. Faktor Lingkungan Pada sebuah penelitian disebutkan diet wanita pengidap kanker ovarium dapat ditemukan pada pola diet Barat, yaitu tinggi daging dan sedikit sayuran. Hal tersebut kemungkinan berhubungan dengan tingginya angka insiden kista ovarium. Sayur-sayuran, tidak termasuk buah-buahan, dikatakan memiliki efek yang menguntungkan, sementara mengonsumsi tinggi daging dapat meningkatkan resiko seorang wanita mengidap kista ovarium. Beberapa penelitian juga menyatakan konsumsi tembakau meningkatkan angka kejadian kista ovarium pada wanita terutama jenis tumor musinosa. ( Hanifa. 2012)
D. PATOFISIOLOGI Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan. (Manuaba. (2011) Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
6
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk
karena
stimulasi
gonadotropin
atau
sensitivitas
terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform
mole
dan
choriocarcinoma)
dan
kadang-kadang
pada
kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. (Manuaba. (2011) Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini. . (Manuaba. (2011). E.
TANDA DAN GEJALA Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. (Arief dkk. 2008) 7
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejalagejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium : 1. Perut terasa penuh, berat, kembung 2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil) 3. Haid tidak teratur 4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha. 5. Nyeri sanggama 6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil. Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera: 1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba 2. Nyeri bersamaan dengan demam 3. Rasa ingin muntah
F.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pap smear Pap Smear untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya kanker / kista. 2. Ultrasound / scan CT Memungkinkan visualisasi kista yang diameternya dapat berkisar dari 1-6 cm. Pemeriksaan
ini bertujuan untuk membantu mengindentifikasi
ukuran / lokasi massa, dan batas-batanya. 3. Laparoskopi Laparoskopi dilakukan untuk melihat adanya tumor, perdarahan, perubahan endometrial. Laparoskopi juga berguna untuk menentukan apakah kista berasal dari ovary atau tidak dan juga untuk menentukan jenisnya.
8
4. Hitung darah lengkap penurunan Hb dapat menununjukan anemia kronis sementara penurunan Ht
menduga
kehilangan
darah
aktif,
peningkatan
SDP
dapat
mengindikasikan proses inflamasi / infeksi. 5. Foto Rontgen Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.
G. PENATALAKSANAAN Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah,
missal
laparatomi,
kistektomi
atau
laparatomi
salpingooforektomi. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga. (Sylvia. 2009) Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda
– tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi (Sylvia. 2009) Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu
dilakukan
pengangkatan
ovarium,
bisanya
pengangkatan tuba (Salpingo-oovorektomi). (Sylvia. 2009)
9
disertai
dengan
Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu.( Sylvia. 2009) Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena kesadaran
menurun.
Selain
itu
juga
diperlukan
monitor
terhadap
keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tandatanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran (Sylvia. 2009)
H. KOMPLIKASI Kista ovarium yang besar bisa mengakibatkan ketidaknyamanan pada ovarium. Jika kista yang besar menekan kandung kemih akan mangakibatkan seseorang menjadi sering berkemih karena kapasitas kandung kemih menjadi berkurang. Beberapa wanita dengan kista ovarium tidak menimbulkan keluhan, tapi dokterlah yang menemukan pada pemeriksaan pelvis. Masa kista ovarium yang berkembang setelah menopause mungkin akan menjadi suatu keganasan (kanker). (William, 2008) Beberapa komplikasi dari kista ovarium antara lain: Torsio
Kista
Ovarium.
Komplikasi
kista
ovarium
bisa
berat.
Komplikasi paling sering dan paling berbahaya adalah torsio dari kista ovarium yang merupakan kegawatdaruratan medis yang menyebabkan tuba falopi berotasi, situasi ini bisa menyebabkan nekrosis. Kondisi ini sering
10
menyebabkan infertilitas. Manifestasi dari torsio kista ovarium adalah nyeri perut unilateral yang biasanya menyebar turun ke kaki. Pada kondisi ini pasien harus segera di bawa ke rumah sakit. Jika pembedahan selesai pada 6 jam pertama setelah onset krisis, intervensi pada kista torsio bisa dilakukan. Jika torsio lebih dari 6 jam dan tuba falopi sudah nekrosis, pasien akan kehilangan tuba falopinya. (William, 2008) Perdarahan dan ruptur kista. Komplikasi lain adalah perdarahan atau rupturnya kista yang ditandai dengan ascites dan sering sulit untuk dibedakan dari kehamilan ektopik. Situasi ini juga perlu pembedahan darurat. Gejala dominan dari komplikasi ini adalah nyeri kuat yang berlokasi di salah satu sisi dari abdomen (pada ovarium yang mengandung kista). Ruptur kista ovarium juga mengakibatkan anemia. Ruptur kista ovarium sulit dikenali karena pada beberapa kasus tidak ditemukan gejala. Tanda pertama yang bisa terjadi adalah terasa nyeri di abdomen bagian bawah, mual, muntah dan demam. (William, 2008) Infeksi. Infeksi bisa mengikuti komplikasi dari kista ovarium. Kista ovarium
yang
tidak
terdeteksi
dan
susah
untuk
didiagnosis
bisa
mengakibatkan kematian akibat septikemia. Gejala infeksi pertama adalah demam, malaise, menggigil dan nyeri pelvis. (William, 2008)
I.
PROGNOSIS Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir. Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara 86.9% untuk stadium FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV. Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangakan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk. Sebagian besar tumor sel germinal yang terdiagnosis pada stadium awal memiliki prognosis yang sangat baik. (William, 2008)
11
Disgerminoma dengan stadium lanjut berkaitan dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan germinal sel tumor nondisgerminoma. Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan yang rendah mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi tetap berhubungan dengan angka kematian yang tinggi. Secara keseluruhan angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah 86.2%. (William, 2008) J.
KONSEP ASUHAN KEBIDANAN Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Asuhan kebidanan dengan manajemen 7 langkah varney menurut Varney ( 2008 ), yaitu : 1. Pengkajian data Pada langkah ini dikomunikasikan semua informasi yang akurat dan semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interperatsi yang benar atau yang tidak pada tahap selanjutnya, dalam pendekatan ini harus komperhensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara : a. Anamnesis dan observasi langsung: berbicara dengan pasien, menyatakan pertanyaan – pertanyaan mengenai identitas pasien, data demografi,
kondisi
pasien
dan
mencatat
riwayatnya
(riwayat
kesehatan termasuk faktor herediter, riwayat menstruasi, riwayat obstetri dan ginekologi, riwayat nifas dan laktasi sebelumnya, biopsikospiritual), pengetahuan pasien, mengamati prilaku pasien dan apakah pasien terlihat sehat atau sakit, merasa aman atau nyeri. b. Pemeriksaan fisik : inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. c. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan laboraturium, USG, Rontgen, dan sebagainya 12
d. Catatan medik/dan lain-lain bila diperlukan 2. Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga kita dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa tetapi membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang di alami wanita yang diindentifikasi oleh bidan sesuai hasil pengkajian. Interpretasi data tersebut sebatas lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur atau tata nama diagnosis kebidanan yang diakui oleh profesi dan berhubungan langsung dengan praktik kebidanan, serta didukung oleh pengambilan keputusan klinis (clinical judgment) dalam praktek kebidanan yang dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan. 3. Identifikasi Diagnosis atau Masalah potensial dan Mengantisipasi Penanganannya Pada langkah ini bidan melakukan identifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan melakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiapsiap mencegah diagnosa/masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan kebidanan yang aman contoh : seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pembesaran perut yang berlebihan tersebut misalnya polihidramnion, besar pada kehamilan, Pasien dengan diabetes kehamilan atau kehamilan kembar. Kemudian antisipasinya
dan
bidan
harus
bersiap-siap
melakukan terhadap
perencanaan
kemungkinan
untuk
terjadinya
perdarahan post partum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.
13
Pada langkah ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi. 4. Menetapkan Kebutuhan terhadap Tindakan Segera atau Masalah Potensial Cara ini dilakukan setelah masalah dan diagnosis potensial diidentifikasi.
Penetapan
kebutuhan
ini
dilakukan
dengan
cara
mengantisipasi dan menetukan kebutuhan apa saja yang akan diberikan pada pasian.Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota TIM kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien. 5. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh Pada langkah ini dilakukan rencana asuhan
yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah- langkah sebelumnya langkah ini merupakan kelanjutan dari menejemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, dan apabila ditemukan ada data yang tidak lengkap maka dapat dilengkapi pada tahap ini. 6. Pelaksanaan Rencana Tindakan Pada langkah ini, rencana-rencana tindakan yang telah disusun kemudian dilaksanakan. Pelaksanaan rencana tersebut secara tepat waktu dan aman, serta dilakukan oleh bidan berdasarkan standar asuhan kebidanan. Hal ini akan menghindarkan terjadinya penyulit dan memastikan bahwa pasien dapat menerima asuhan yang mereka butuhkan. 7. Evaluasi Penatalaksanaan yang telah dikerjakan kemudian dievaluasi untuk menilai keefektivitasnya. Apakah rencana tindakan yang disusun telah dilaksanakan berhasil dan membawa perubahan pada Pasien. Evaluasi dapat
dilaksanakan
pada
akkhir
pemeriksaan
atau
pada
awal
pemerikasaan yang mana sebelumnya telah diberikan asuhan untuk mengkaji apakah asuhan yang diberikan sebelumyna berhasil atau tidak.
14
BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “N” DENGAN KISTA OVARIUM
DI RUANG POLI KANDUNGAN RSUD PROVINSI NTB TANGGAL 30 JANUARI 2017
Tanggal pengkajian
: Tanggal 30 Januari 2017
Jam
: 10:00 wita
No. Rekam Medik
: 135137
I.
Pengkajian Data Dasar 1. Data Subyektif a. Identitas pasien
Istri Nama
: Ny “N”
: Tn “M”
Umur
: 57 tahun
: 59 tahun
Agama
: Islam
: Islam
Suku/Bangsa
: Sasak/Indonesia
: Sasak/Indonesia
Pendidikan
: SD
: SD
Pekerjaan
: Petani
: TKI
Alamat
: Narmada
: Narmada
b. Keluhan Utama
Ibu datang dengan rujukan dari Puskesmas Narmada pada hari senin tanggal 30 Januari 2017 mengeluh nyeri pada pinggang sejak 1 minggu yang lalu dan keluar darah dari 1 minggu yang lalu sampe sekarang. c. Riwayat Obstetri
Menarche
: 13 tahun
Disminorea
: tidak pernah
Siklus
: 28 hari
Flour albus
: tidak pernah
Lama
: 3 hari
15
d. Status perkawinan
Berapa kali menikah : 1 kali Umur pertama kali menikah Suami
: 18 tahun
Lama
:
Istri : 16 tahun
e. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, anak yang lalu No
Tgl/th Tempat
Umur
Jenis
Peno- Penyulit
partus partus kehamilan persalinan 1
1979
f.
rumah
9 bulan
normal
Jk
Nifas
Ket
long Dukun
-
♀
Normal Hidup
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keturunan kembar
: tidak ada
Penyakit menular/keturunan
: ibu mengatakan dari pihak keluarga
ibu maupun suami tidak mempunyai penyakit menular/keturunan seperti diabetes mellitus, hepatitis, penyakit jantung koroner, tifoid, hipertensi, TB, HIV/AIDS, penyakit kulit dan alergi. g. Riwayat kesehatan lalu
Penyakit menular/keturunan
: ibu mengatakan tidak mempunyai
penyakit menular/keturunan seperti DM, hepatitis, penyakit jantung koroner, tifoid, hipertensi, TB, HIV/AIDS, penyakit kulit dan alergi. h. Riwayat Biopsikososial
1. Riwayat alat kontasepsi Ibu mengatakan pernah menggunakan kontrasepsi jenis pil selama 5 tahun kemudian dilepas 2. Pola nutrisi Makanan Komposisi
Nasi, sayur, ikan,telur
Freksuensi
3 kali sehari
Masalah
Tidak ada
Minum Jenis
Air putih
Frekuensi
5-6 kali sehari
Masalah
Tidak ada
16
3. Pola eliminasi BAK Warna
Kuning jernih
Frekuensi
4-5 kali sehari
Masalah
Tidak ada
BAB Konsistensi/warna
Kuning kecoklatan
Frekuensi
1 kali sehari
Masalah
Tidak ada
4. Pola istirahat Istirahat
Sebelum
Siang
2 jam
Malam
7-8 jam
Masalah
Tidak ada
5. Personal hygiene Personal hygiene Mandi
2 kali sehari
Gosok gigi
2 kali sehari
Ganti pakaian
2 kali sehari
Ganti pakaian dalam
6. Pola kegiatan sehari-hari
:
2
ibu
kali sehari
mengatakan
melakukan pekerjaan rumah dan pergi kesawah 7. Komunikasi Nonverbal
: lancar
Verbal
: bahasa indonesia, bahasa sasak
8. Keadaan emosional : kooperatif 9. Hubungan dengan keluarga
: akrab
10. Hubungan dengan orang lain
: akrab
11. Proses berfikir
: terarah
17
setiap
hari
2. Data Obyektif a. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
: baik
2) Kesadaran
: compos mentis
3) Tanda-tanda vital Nadi
: 80 x/mnt
Pernapasan
: 20 x/mnt
Tekanan darah
: 140/90 MmHg
Berat badan saat ini : 45kg Tinggi badan 4)
Kepala
: 151 cm : warna
rambut
hijam
dan
ada
uban,
pertumbuhan merata, tidak ada odema, tidak ada ketombe 5)
Wajah
: tidak odema, agak pucat
6)
Mata
: simetris, konjungtiva tidak anemis, skelera tidak ikterus
7)
Telinga
: simetris, tidak ada kotoran
8)
Hidung
: bersih, tidak ada kotoran,
9)
Mulut dan gigi : bibir agak pucat, mukosa bibir lembab, tidak ada karies
10) Leher
gigi, gusi tidak berdarah
: tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jJugularis
11) Payudara
: tidak dilakukan
12) Abdomen Inspeksi
: tidak ada bekas luka sc,
Palpasi
: massa teraba uk ±10 cm
13) Genetali
: perdarahan
negatif,
sekret
negatif,porsio
tertutup. 14) Ekstremitas atas dan bawah : ekstremitas atas dan bawah tidak odema 15) Pemeriksaan penunjang Laboratorium : -
18
II. Interpretasi data dasar
Diagnose : Ny. “N” umur 57 tahun dengan kista ovarium
DS
: Ny”N” mengatakan nyeri perut sejak 1 minggu yang lalu
DO
: Keadaan umum : baik TTV
:
TD
: 140/90 MmHg
Nadi
: 80x/mnt
RR
: 20x/mnt
Suhu
: 36°C
BB
: 45 kg
TB
: 151 cm
III. Identifikasi diagnose dan masalah potensial
Diagnose/masalah potensial : diagnosa yang terjadi kemungkinan akan terjadi kecemasan dan anemia IV. Identifikasi kebutuhan segera
Mandiri
:-
Kolaborasi
: Doker spOG
Rujukan
:-
V. Rencana asuhan menyeluruh
Hari/tgl
: Senin,30 januari 2017
Waktu
: 10:30 wita
1. Beritahu hasil pemeriksaan 2. Jelaskan tentang keluhan yang dialami ibu 1. Inform concent. 2. Lakukan tindakan kolaborasi dengan Dokter SpOG. a. KIE tentang tindakan USG b. Lakukan tindakan USG c. Beritahu hasil pemeriksaan USG 3. KIE ibu tentang nutrisi
19
VI. Pelaksanaan asuhan menyeluruh
Hari/tgl
: Senin, 30 januari 2017
Waktu
: 10:45 wita
1.
Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ibu dan janin baik, TD: 110/80 mmHg, N: 80 x/menit , RR: 20 x/ menit, S: 36°c,
2.
Melakukan inform concent.
3.
Melakukan tindakan kolaborasi dengan Dokter SpOG.
4.
Memberikan KIE tentang tindakan a. USG . Dimana USG merupakan salah satu cara untuk mengetahui mengirim
dan
menerima
gelombang
suara
frekuensi
tinggi
(ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. b. Memberitahu hasil USG: Uterus posisi anteflexi uk :7,36 x 3,56 cm, massa kistik dengan bagian padat ukuran: 10,97 cm x 10,73 cm, Renal kanan hidronefrosis great 2, renal kiri dalam batas normal , Asites negatif c. KIE ibu nutrisi agar tetap memenuhi kebutuhan nutrisinya tanpa ada makan pantangan .
VII. Evaluasi
Hari/tgl
: senin,30 januari 2017
Waktu
: 11:00 wita
1. Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaann 2. Bidan sudah melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter SpOG a. USG b. Hasil USG 3. Ibu telah bersedia untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisnya.
20
BAB IV PEMBAHASAN
A. PENGUMPULAN DATA DASAR Dari pengumpulan data subyektif pada Ny. “N” dengan kista ovarium. Berdasarkan teori hal ini disebabkan oleh faktor hormonal dan lingkungan . Dari anamnesa yang dilakukan tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjuan kasus. Sedangkan dari pengkaj ian data obyektif pada Ny. “N” di dapatkan hasil bahwa TD : 140/90 MmHg, N : 80 x/mnt, RR : 20 x/mnt, S : 36 °c, BB : 45 Kg, Jadi dari data obyektif tersebut tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus B. INTERPRETASI DATA DASAR
Menurut tinjauan kasus pada Ny”N” di dapatkan diagnosa kista ovarium. Dan diagnosa ini di dapatkan dari pengumpulan dari data subyektif dan obyektif. Diagnose ini dapat di ketahui dari hasil pengumpulan data dasar ( data subyektif dan data obyektif ). Pada langkah ini mengidentifikasi terhadap diagnosis atau maslah berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterprestasikan sehingga dapat di rumuskan diagnosis maupun masalah yang sfesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah keduanya harus di tangani. Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangn, karna pada tinjauan kasus diagnosa di dapatkan dari data subyektif dan obyektif. C. IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisifasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Dari interpretasi data dasar yang didapatkan tidak ada diagnose atau masalah potensial yang dialami
Ny. “N”
21
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak didapatkan kesenjangan karna pada data subyektif dan data obyektif tidak di temukan masalah potensial yang dapat terjadi pada ibu hamil.
D. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA Kebutuhan segera yang dilakukan pada Ny. “N”
adalah dengan
berkolaborasi dengan dokter spOG. tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan kasus dan tinjauan teori. pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterprestasi sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagai diagnosis,tetapi tetap membutuhkan penanganan. Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan kasus dan tinjauan teori.
E.
PERENCANAAN Pada langkah ini dilakukan rencana asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah- langkah sebelumnya langkah ini merupakan kelanjutan dari menejemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait ,tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut.
Perencanaan asuhan kebidanan pada Ny. “N” dilakukan sesuai dengan diagnose, masalah dan kebutuhan pasien yaitu: 1. Beritahu hasil pemeriksaan 2. Jelaskan tentang keluhan yang dialami ibu a. Inform concent. b. Lakukan tindakan kolaborasi dengan Dokter SpOG. 3. KIE tentang tindakan USG 4. Lakukan tindakan USG
22
5. Beritahu hasil pemeriksaan USG 6. KIE ibu tentang nutrisi Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi. Beberapa data yang tidak lengkap agar di pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil. Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan ,karna sesuai dengan teori.
F.
PELAKSANAAN
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.”N” dilakukan sesuai dengan rencana asuhan kebidanan yang telah direncanakan dan sesuai dengan diagnose, masalah dan kebutuhan pasien. Tahapan ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik pada masalah pasen maupun diagnosa yang ditegakkan.
G. EVALUASI
Ny. “N” mengerti tentang apa yang di jelaskan oleh dokter dan bidan sesuai dengan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.”N” Anamnesa dan observasi di lahan praktik telah dilakukan sesuai dengan teori dan pedoman anamnesa dan observasi telah mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan sebagai data dasar dalam asuhan kebidanan. Berdasarkan kasus didapatkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Pengkajian data di lahan telah di lakukan sesuai dengan pengkajian data teori, begitu juga dengan asuhan yang kami berikan, sesuai dengan diagnosa, masalah dan kebutuhan pasien serta hasil evaluasinya sesuai dengan rencana asuhan yang di berikan.
23
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN 1. Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada pada Ny“N” dengan kista ovarium di Ruang Poli Kandungan RSUD Provinsi NTB, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 2. Mampu melakukan pengkajian data berupa data subjektif dan objektif
pada Ny“N” dengan kista ovarium 3. Mampu melakukan analisa data berupa data subjektif dan objektif pada
Ny“N” dengan kista ovarium 4. Mampu melakukan identifikasi masalah dengan diagnosa pada Ny“N” dengan kista ovarium 5. Mampu melakukan tindakan segera kepada Ny“N” dengan kista ovarium 6. Mampu merencanakan tindakan yang akan di lakukan pada Ny“N” dengan kista ovarium 7. Mampu melaksanakan rencana tindakan yang sudah dilakukan pada
Ny“N” dengan kista ovarium 8. Mampu melaksanakan evaluasi atas tindakan yang akan pada Ny“N” dengan kista ovarium. B. SARAN 1. Untuk Pendidikan Diharapkan digunakan sebagai bahan referensi atau sumber bacaan untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada kasus kista ovarium. 2. Untuk Lahan Praktek Diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan asuhan kebidanan khususnya pada kasus kista ovarium 3. Untuk Mahasiswa Diharapkan
dapat
meningkatkan
pengetahuan
kemampuan
dan
pengalaman secara langsung dalam menghadapi kasus pada kista ovarium
24
DAPTAR PUSTAKA
A.Price, Sylvia. 2009. Patofisiologi, Kosep Klinis Proses-Proses Penyakit . Jakarta : EGC. Mansjoer, Arief dkk. (2008). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus. Manuaba. (2011). Ilmu Kebidanan, Berencana. Jakarta:EGC.
Penyakit
Kandungan
dan
Keluarga
Wiknojosastro, Hanifa. Editor. Abdul Bari Saifuddin, Trijatmo Rachimhadhi. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo William Helm, C. Ovarian Cysts. 2008. American College of Obstetricians and Gynecologists (cited 2005 September 16). Available at http:// emedicine.com Winknjosastro, Hanifa. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Varney, est all. 2008. Buku Ajar Asuhan Kpebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC
25