REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD RSPAD GATOT S SOEBRO OEBROTO TO
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
Keluarga merupakan unit paling dekat dengan penderita skizofrenia, dan merupakan “perawat utama” bagi penderita skizofrenia. penderita skizofrenia. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau perawatan yang diperlukan penderita di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit akan sia-sia jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan penderita harus dirawat kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat penderita di rumah sehingga kemungkinan kambuh dapat dicegah. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kekambuhan penderita skizofrenia adalah kurangnya peran serta keluarga dalam perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit tersebut. Salah satu penyebabnya adalah karena keluarga yang tidak t ahu cara menangani perilaku penderita di rumah. Keluarga jarang mengikuti proses keperawatan penderita karena jarang mengunjungi penderita di rumah sakit, dan tim kesehatan di rumah sakit juga jarang melibatkan keluarga (Anna K, dalam Nurdiana, 2007). Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. 1 Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan), kebutuhan social (pergaulan, pengakuan, sekolah, pekerjaan) dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik rin gan maupun berat. Pada saat menghadapi masalah masala h seseorang akan mencari dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan di cintai. Contoh nyata yang paling sering dilihat dan dialami adalah bila ada seseorang yang sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit, maka sanak saudara ataupun temanteman biasanya datang berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang yang sakit tentu merasa mendapat dukungan sosial. Dukungan sosial ( social ( social support ) didefenisikan oleh Kuntjoro (2005) sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran,
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 1
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD RSPAD GATOT S SOEBRO OEBROTO TO
bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkahlaku penerimanya. Dalam hal ini, orang yang merasa memperoleh dukungan sosial secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.1 Pendapat senada dikemukakan juga oleh Sarason (Kuntjoro, 2005) yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Cobb yang mendefinisikan dukungan sosial sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan sosial t ersebut diperoleh dari individu maupun kelompok. Menurut Eli, dkk (2008) dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat penderita skizofrenia akan bersikap positif, baik terhadap dirinya maupun lingkungannya karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal. Dengan dukungan keluarga yang seimbang bagi penderita skizofrenia diharapkan baginya agar
dapat
meningkatkan
keinginan
untuk
sembuh
dan
memperkecil
kekambuhannya.1
I.2. Tujuan
1. Tujuan Umum Tujuan pembuatan referat ini ialah
Untuk mengetahui peran keluarga dalam penanganan pasien skizofrenia
Sebagai salah satu tugas Kepaniteraan di bagian Ilmu Kesehatan Jiwa RSPAD Gatot Soebroto
2. Tujuan Khusus Tujuan khusus diantaranya ialah: a. Bagi orangtua penderita skizofrenia, referat ini diharapkan dapat menambah pegetahuan dan informasi dalam rangka untuk
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 2
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
memberikan dukungan pada keluarga yang terkena penyakit skizofrenia b. Bagi tenaga medis di RS, referat ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang dukungan sosial yang diperlukan pada penderita skizofrenia, sehingga tenaga medis di RS dapat memberikan masukan pada keluarga penderita skizofrenia tentang peran dukungan keluarga seperti apa yang harus keluarga berikan untuk membantu kesembuhan penderita skizofrenia. c. Bagi masyarakat, referat ini dapat memberikan informasi pada masyarakat mengenai peran dukungan keluarga yang seperti apa yang bisa membantu kesembuhan pada penderita skizofrenia. d. Bagi Pembaca, referat ini diharapkan memberikan informasi kepada
pembaca
tentang
peran
dukungan
keluarga
pada
penanganan penderita skizofrenia.
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 3
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Skizofrenia
Skizofrenia
berasal
dari
bahasa
Yunani,
“schizein”yang
berarti
“terpisah”atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom negative, dan gangguan dalam hubungan interpersonal. 2 Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. 3 Secara umum penyebab dari skizofrenia adalah : 4 1. Genetik Penelitian klasik awal tentang genetika dari skizofrenia, dilakukan pada tahun 1930an, menemukan bahwa seseorang kemungkinan menderita skizofrenia jika anggota keluarganya juga menderita skizofrenia dan kemungkinan seseorang menderita skizofrenia adalah berhubungan dengan dekatnya hubungan persaudaraan tersebut. Dalam kasus kembar monozigot genetik yang identik, ada sekitar 50 persen skizofrenia. Temuan tersebut menyatakan bahwa pengaruh genetic melebihi pengaruh lingkungan. Dalam studi pasien skizofrenia yang tidak memiliki riwayat penyakit baik dalam garis ibu atau ayah, ditemukan bahwa mereka yang lahir dari ayah lebih tua dari
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 4
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
usia 60 tahun rentan gangguan tersebut. Agaknya, spermatogenesis pada pria yang lebih tua dikenakan untuk kerusakan epigenetik lebih besar dari pada pria yang lebih muda. Modus penularan genetik dalam skizofrenia tidak diketahui, tetapi beberapa gen muncul untuk memberikan kontribusi terhadap kerentanan skizofrenia. Linkage dan studi hubungan genetik telah memberikan bukti kuat untuk sembilan situs linkage: 1Q, 5Q, 6p, 6Q, 8P, 10P, 13q, 15q, dan 22q. Analisis lebih lanjut dari situs ini kromosom telah menyebabkan identifikasi gen kandidat tertentu, dan para kandidat terbaik saat ini adalah alpha-7 nicotinic reseptor, DISC 1, GRM 3, COMT, NRG 1, RGS 4, dan G 72. Baru baru ini, mutasi dari gen dystrobrevin (DTNBP1) dan neureglin 1 telah ditemukan berhubungan dengan fitur negatif dari skizofrenia. 2. Faktor Biokimia a. Hipotesis Dopamin Rumusan yang paling sederhana dari hipotesis dopamine untuk skizofrenia menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergic. Teori tersebut timbul dari dua pengamatan. Pertama, kecuali clozapine, khasiat dan potensi antipsikotik adalah berhubungan dengan kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergic tipe-2 (D2). Kedua, obat-obatan yang meningkatkan aktivitas dopaminergic, yang peling jelas adalah amfetamin, yang merupakan salah satu psikomimetik. Teori dasar tidak menguraikan apakah hiperaktivitas dopaminergik karena terlalu banyak dopamin, terlalu banyak
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 5
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
reseptor dopamin, hipersensitivitas dari reseptor dopamin untuk dopamin, atau kombinasi dari mekanisme ini. Tracts dopamin di otak yang dilibatkan juga tidak ditentukan dalam teori, meskipun saluran mesocortical dan mesolimbic yang paling sering terlibat. Neuron dopaminergik dalam jalur tersebut berjalan dari badan sel mereka di otak tengah untuk neuron dopaminoceptive dalam sistem limbik dan korteks serebral. Pelepasan dopamin berlebihan pada pasien dengan skizofrenia telah dikaitkan dengan tingkat keparahan gejala psikotik positif.
Ada juga laporan konsentrasi
dopamin meningkat pada amigdala, penurunan densitas transporter dopamin, dan meningkatkan jumlah jenis dopamin 4 reseptor di korteks entorhinal. Satu peranan penting bagi dopamine dalam patofisiologi skizofrenia adalah konsistensi dengan penelitian yang telah mengukur konsentrasi plasma metabolit dopamine utama, yaitu homovanillic acid. b. Serotonin Hipotesis kini menempatkan kelebihan serotonin sebagai penyebab dari kedua gejala positif dan negatif dalam skizofrenia. Aktivitas antipsikotik antagonis serotonin kuat generasi kedua clozapine dan lainnya, ditambah dengan efektivitas clozapine untuk mengurangi gejala positif pada pasien kronis. c. Norepinefrin Sebuah
degenerasi
neuronal
selektif
dalam
sistem
saraf
norepinefrin bisa menjelaskan aspek ini simtomatologi skizofrenia.
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 6
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
Namun, biokimia dan farmakologis tidak dapat disimpulkan. Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa pemberian antipsikotik jangka panjang menurunkan aktivitas neuron noradrenergic di lokus sereleus dan bahwa efek
terapeutik
dari
beberapa
antipsikotik
mungkin
melibatkan
aktivitasnya pada reseptor adrenergic-1 dan adrenergic-2. d. GABA Neurotransmiter penghambatan asam amino γ-aminobutyric acid (GABA) telah terlibat dalam patofisiologi skizofrenia berdasarkan temuan bahwa
beberapa
pasien
dengan
skizofrenia
memiliki
kehilangan
GABAergic neuron di hipokampus. GABA memiliki efek regulasi terhadap aktivitas dopamin, dan hilangnya neuron GABAergic inhibitor dapat menyebabkan hiperaktivitas neuron dopaminergik. e. Neuropeptide Neuropeptida, seperti substansi P dan neurotensin, dilokalisasi dengan neurotransmitter katekolamin dan indolamine dan mempengaruhi tindakan neurotransmiter ini. Perubahan dalam mekanisme neuropeptida dapat memfasilitasi, menghambat, atau mengubah pola sistem saraf. f. Glutamat Glutamat telah terlibat karena menelan phencyclidine, antagonis glutamat, menghasilkan sindrom akut mirip dengan skizofrenia. Hipotesis yang diajukan tentang glutamat termasuk yang hiperaktif, hypoactivity, dan glutamat-induced neuro-toksisitas.
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 7
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
g. Asetilkolin dan Nikotin
Studi postmortem dalam skizofrenia telah menunjukkan penurunan reseptor muscarinic dan nikotinat di-putamen berekor, hipokampus, dan daerah terpilih dari korteks prefrontal. Reseptor ini memainkan peran dalam regulasi sistem neurotransmiter yang terlibat dalam kognisi. 3. Neuroanatomi
Dua daerah otak yang mendapatkan paling banyak perhatian adalah system limbic dan ganglia basalis, walaupun beberapa laporan kontroversial mempermasalahkan kelainan neuropatologis dan neurokimiawi di dalam korteks serebral, thalamus dan batang otak. Hilangnya volume otak dilaporkan secara luas di otak penderita skizofrenia muncul hasil dari kepadatan berkurang dari akson, dendrit, dan sinapsis yang memediasi fungsi asosiatif dari otak. Kepadatan Synaptic tertinggi pada usia 1, kemudian dikupas ke nilai dewasa pada masa remaja awal. Satu teori, sebagian didasarkan pada pengamatan bahwa pasien sering mengalami gejala skizofrenia selama masa remaja, berpendapat bahwa skizofrenia hasil dari pemangkasan sinaps berlebihan selama tahap pengembangan. a.
Ventrikel Serebri
Computed tomography (CT) scan pasien dengan skizofrenia secara konsisten menunjukkan pembesaran ventrikel lateral dan ketiga dan beberapa pengurangan volume kortikal. Pengurangan volume substansia grisea kortikal telah dibuktikan selama tahap awal penyakit. Beberapa
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 8
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
peneliti telah berusaha untuk menentukan apakah kelainan dideteksi oleh CT progresif atau statis. Beberapa penelitian telah menyimpulkan bahwa lesi diamati pada CT scan hadir pada awal penyakit dan tidak kemajuan. Studi-studi lain, telah menyimpulkan bahwa proses patologis pada CT scan visualisasi terus kemajuan selama penyakit. Jadi, apakah proses patologis aktif terus berkembang pada pasien skizofrenia masih belum pasti. b. Sistim Limbik
Karena peranannya dalam mengendalikan emosi, sistem limbik telah diduga terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Studi sampel otak postmortem dari pasien skizofrenia telah menunjukkan penurunan dalam ukuran
wilayah
termasuk
amigdala,
hippocampus,
dan
gyrus
parahippocampal. Temuan neuropathological setuju dengan pengamatan yang dibuat oleh pencitraan resonansi magnetik pasien dengan skizofrenia. Hippocampus tidak hanya lebih kecil dalam ukuran dalam skizofrenia, tetapi juga fungsional normal seperti yang ditunjukkan oleh gangguan dalam transmisi glutamat. Disorganisasi dari neuron dalam hippocampus penderita skizofrenia juga telah dilaporkan. c. Korteks prefrontalis Ada bukti yang cukup dari studi otopsi otak yang mendukung kelainan anatomi di korteks prefrontal dalam skizofrenia. Defisit Fungsional di wilayah pencitraan otak prefrontal juga telah ditunjukkan. Telah lama
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 9
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
mencatat bahwa beberapa gejala skizofrenia meniru yang ditemukan pada orang dengan lobotomies prefrontal atau sindrom lobus frontal. d. Thalamus Beberapa studi menunjukkan bukti penyusutan volume thalamus thalamus atau kehilangan neuron, di subnuclei tertentu. Inti dorsal medial thalamus, yang memiliki hubungan timbal balik dengan korteksprefrontal, telah dilaporkan jumlah neuron. Jumlah neuron, oligodendrocytes, dan astrosit dikurangi dengan 30 sampai 45 persen pada pasien skizofrenia. e. Ganglia Basalis dan Cerebellum Banyak pasien dengan skizofrenia menunjukkan gerakan-gerakan aneh. Gerakan aneh dapat mencakup gaya canggung, wajah meringis, dan stereotypies. Karena ganglia basal dan cerebellum terlibat dalam pengendalian gerakan, penyakit di daerah tersebut terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Studi Neuropathological dari ganglia basalis telah menghasilkan laporan tentang hilangnya sel atau pengurangan volume.
Beberapa pasien skizofrenia memang berasal dari keluarga yang disfungsional. Tetapi,adalah kepentingan klinis untuk mengenali perilaku keluarga patologis, karena perilaku tersebut secara bermakna meningkatkan stress emosional yang harus dihadapi oleh skizofrenia yang rentan. Konsep ikatan ganda (double blind) oleh Gregory Bateson untuk menggambarkan suatu keluarga hipotetik dimana anak-anak mendapatkan pesan yang bertentangan dari orang tuanya tentang perilaku, sikap, dan perasaan anak. 4
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 10
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
Theodore Lidz menggambarkan dua pola perilaku keluarga yang abnormal. Dalam satu tipe keluarga, terdapat keretakan yang menonjol antara orang tua sangat terlalu dekat dengan anak dari jenis kelamin yang berbeda. Pada jenis keluarga lain, Hubungan condong antara satu orang tua sangat terlalu dekat dengan anak dari jenis kelamin yang berbeda. Pada jenis keluarga lain, hubungan condong antara satu orang tua melibatkan satu perjuangan tenaga antara orang tua dan menyebabkan dominasi salah satu orang tua 4 II.2. Keluarga
Pengertian keluarga berkembang sesuai dengan kondisi yang ada. Pada mulanya keluarga diartikan sebagai kumpulan individu yang diikat oleh perkawinan, hubungan darah atau adopsi yang tinggal bersama dalam satu keluarga. Setiap individu pasti mempunyai keluarga baik secara legal melalui perkawinan antara suami dan istri, hubungan darah yaitu hubungan anak dan orangtua serta saudara, atau melalui adopsi yang disahkan secara hukum menjadi hubungan anak dan orangtua. Pada tahap selanjutnya pengertian keluarga berkembang menjadi dua atau lebih individu yang bersama-sama diikat olah kedekatan emosi dan kepedulian sesama dan tidak terbatas pada anggota keluarga yang ada hubungan perkawinan, hubungan darah atau adopsi. Keluarga merupakan sistem yang paling dekat dengan individu dan merupakan tempat individu belajar, mengembangkan nilai, keyakinan, sikap dan perilaku. Agar keluarga memberikan dampak terhadap individu yang menjadi anggota keluarga tersebut, maka diharapkan anggota keluarga dapat berfungsi dan berperan secara kondusif. Friedman (1998) mengidentifikasi 5 (lima) fungsi keluarga. 1. Fungsi afektif, berhubungan erat dengan pemenuhan aspek psikososial yang ditandai dengan keluarga yang gembira , bahagia, akrab, merasa dimiliki, gambaran diri yang positif, yang semua didapatkan melalui interaksi didalam keluarga. Setiap anggota keluarga saling mengasihi, menghargai, dan mendukung. Kepedulian dan pengertian antar anggota keluarga merupakan pemenuhan kebutuhan psikologis dalam keluarga. Perceraian, kenakalan anak, masalah psikososial dan gangguan jiwa sering dijumpai pada keluarga yang
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 11
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
fungsi afektifnya tidak terpenuhi. Pasien perilaku kekerasan mungkin berasal dari keluarga yang kurang saling menghargai, adanya permusuhan, kegagalan yang dipandang negatif. Kondisi afektif keluarga yang dapat menimbulkan kekambuhan adalah ekspresi emosi yang tinggi seperti kritik negatif, usil, permusuhan, atau terlalu mengatur (Pharoah, 2000). Penelitian yang dilakukan di rumah sakit jiwa Bogor (Maryatini, 1998) menunjukkan bahwa sikap menerima, toleransi dan mengkritik dari keluarga berhubungan dengan periode kekambuhan pasien. 2. Fungsi sosialisasi adalah proses interaksi dengan lingkungan sosial yang dimulai sejak lahir dan berakhir setelah meninggal. Anggota keluarga belajar disiplin, budaya, norma melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu berperan di masyarakat. Kegagalan bersosialisasi dalam keluarga, terutama jika norma dan perilaku yang dipelajari berbeda dengan yang ada di masyarakat dapat menimbulkan kegagalan bersosialisasi di masyarakat. Pasien dengan perilaku kekerasan, mungkin mendapat penguatan yang didapat dari anggota keluarga. Peristiwa kekerasan dalam keluarga juga merupakan faktor risiko lain bagi perilaku kekerasan pasien. 3. Fungsi perawatan kesehatan adalah praktek merawat anggota keluarga, termasuk kemampuan keluarga meningkatkan dan memelihara kesehatan. Keluarga menentukan apa yang harus dilakukan jika sakit, kapan meminta pertolongan dan kepada siapa minta pertolongan. Penelitian yang dilakukan dirumah sakit jiwa Lawang dan Menur (Widodo, 2000) menunjukkan bahwa 119 orang (68 %) pasien pernah berobat ke dukun, orang pintar, kiai, atau peramal sebelum dirawat di rumah sakit. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara merawat pasien. Keluarga umumnya membawa pasien kerumah sakit jiwa karena perilaku kekerasan. Oleh karena itu selama dirawat di rumah sakit, keluarga perlu diberikan pendididkan kesehatan agar dapat merawat pasien setelah pulang dari rumah sakit. Tomczyk (1999) mengatakan ada dua terapi yang perlu dilakukan pada keluarga yaitu psikoedukasi dan terapi sistemik keluarga agar keluarga mampu
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 12
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
merawat pasien. Keduanya bertujuan memberdayakan keluarga agar mampu merawat pasien. 4. Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan. Belum ada penelitian tentang faktor perilaku kekerasan yang terkait dengan jumlah saudara kandung dalam keluarga. 5. Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Asumsi krisis ekonomi meningkatkan perilaku kekerasan secara kasat mata dapat dibuktikan. Demikian pula jika keluarga mempunyai kemampuan merawat pasien di rumah akan mengurangi biaya perawatan dirumah sakit. Penghasilan keluarga akan berkurang dengan adanya anggota keluarga yang sakit (tidak produktif) ditambah anggota keluarga yang harus menemani atau merawat pasien (tidak produktif).5
Seluruh fungsi keluarga ini akan difasilitasi dalam mendukung perawatan pasien di rumah sakit dan setelah pulang ke rumah. Perlu dikaji siapa yang utama akan memberikan perawatan kepada pasien setelah pasien pulang dari rumah sakit. Psikoedukasi keluarga merupakan salah satu bentuk dari intervensi keluarga yang merupakan bagian dari terapi psikososial. Pada psikoedukasi keluarga terdapat kolaborasi dari klinisi dengan anggota keluarga pasien yang menderita gangguan jiwa berat. 5 Tujuan dari program psikoedukasi adalah menambah pengetahuan tentang gangguan jiwa anggota keluarga sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kambuh, dan meningkatkan fungsi keluarga. Tujuan ini akan dicapai melalui serangkaian kegiatan edukasi tentang penyakit, cara mengatasi gejala, dan kemampuan yang dimiliki keluarga. 5 Pekkala dan Merinder (2001) menemukan bahwa program psikoedukasi menurunkan kambuh atau rawat ulang dari 9 bulan menjadi 18 bulan. Sedangkan Dyck, et al (2000) menemukan bahwa kelompok keluarga yang mendapat program psikoedukasi lebih efektif merawat gejala negatif daripada kelompok standar. Selain itu program psikoedukasi berhasil mengurangi reaksi negatif dan kejenuhan keluarga yang merawat.
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 13
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
Secara umum, program komprehensif dari psikoedukasi adalah sebagai berikut: a. Komponen didaktik, berupa pendidikan kesehatan, yang menyediakan informasi tentang penyakit dan sistem kesehatan jiwa b. Komponen ketrampilan, yang menyediakan pelatihan tentang komunikasi, penyelesaian konflik, pemecahan masalah, asertif, manajemen perilaku dan manajemen stress c. Komponen emosional, memberi kesempatan ventilasi dan berbagi perasaan disertai dukungan emosional. Mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan, khusus pada keadaan krisis d. Komponen sosial, peningkatan penggunaan jejaring formal dan non formal. Peningkatan kontak dengan jejaring sumber daya dan sistem pendukung yang ada di masyarakat akan menguntungkan keluarga dan klien
6
Hal – hal yang dilakukan pada saat melakukan psikoedukasi keluarga antara lain 6:
Mengidentifikasi bagaimana reaksi anggota keluarga terhadap keadaan pasien yang menderita gangguan jiwa.
Mengidentifikasi faktor penyebab gangguan jiwa yang diderita oleh pasien.
Mengidentifikasi tanda dan gejala prodormal gangguan jiwa yang terjadi pada pasien.
Mengajarkan kepada keluarga bagaimana strategi koping yang dapat diterapkan.
Menjelaskan kepada keluarga tentang psikobiologi penyakit jiwa, diagnosis
dan
pengobatannya,
reaksi
keluarga,
trauma
keluarga,
pencegahan kambuh, guideline keluarga.
Melakukan pemecahan masalah secara terstruktur
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa kronik yang memiliki karakteristik gejala positif seperti waham dan halusinasi, juga gejala negatif seperti afek tumpul dan apatis. Penyakit ini juga sering berhubungan dengan ganggguan kognitif dan depresi. Penyakit ini biasanya mulai muncul pada usia dewasa muda dan ditandai
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 14
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
dengan terjadinya relaps dengan periode remisi sempurna atau parsial. Pada kebanyakan kasus, penyakit ini menyebabkan disabilitas, mengenai seluruh aspek dalam kehidupan dan membutuhkan terapi anti psikotik jangka panjang. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang menghancurkan dan dapat menimbulkan disabilitas. Prevalensi terjadinya skizofrenia adalah 0,4 – 1,4 % dan biasanya dimulai pada usia dewasa atau dewasa muda. Kurang dari 20 % pasien yang dapat mengalami recovery sempurna setelah episode pertama. 6 Terapi yang diberikan bertujuan untuk mencapai keadaan remisi pada semua gejala dengan memaksimalkan kapasitas fungsi dan optimalisasi kualitas hidup. Antipsikotik konvensional seperti klorpromazine dan haloperidol yang diperkenalkan pada tahun 1950 cukup efektif dalam mengobati psikosis akut dan mencegah terjadinya relaps. Terapi untuk mencegah relaps memerlukan waktu yang lama bahkan bisa seumur hidup sehingga diperlukan obat yang efektif, aman, dan sedikit efek samping. Untuk tujuan ini maka dengan mulai munculnya obat antipsikotik golongan atipikal maka pengobatan skizofrenia mulai berubah dengan menggunakan obat antipsikotik atipikal yang memiliki efek samping lebih sedikit. Meskipun pengobatan dengan antipsikotik efektif mengurangi angka terjadinya relaps tetapi 30% - 40% pasien mengalami relaps pada satu tahun setelah keluar dari rumah sakit meski mereka tetap meminum obat. Mengkombinasikan antara pengobatan antipsikotik dengan pendekatan psikososial merupakan suatu cara yang efektif dibandingkan hanya dengan obat saja dalam mencegah terjadinya relaps pada pasien skizofrenia. Komponen dari terapi psikososial antara lain adalah :5 1. Psikoedukasi keluarga dan pasien : pasien, keluarga dan orang kunci di sekitar pasien perlu belajar sebanyak mungkin tentang apa itu skizofrenia, bagaimana
pengobatannya
sehingga
terbentuk
pengetahuan
dan
ketrampilan yang berguna untuk mencegah timbulnya relaps. 2. Kolaborasi membuat keputusan : penting bagi pasien, keluarga, dan klinisi untuk memutuskan bersama tentang terapi dan tujuannya. Apabila
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 15
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
pasien sudah mulai membaik, dia dapat menjadi bagian dalam pembuatan keputusan ini. 3. Monitoring gejala dan pengobatan : monitoring yang hati-hati dapat meyakinkan pasien untuk minum dan mengidentifikasi secara dini tandatanda timbulnya relaps sehingga pencegahan dapat dilakukan. 4. Asistensi dalam mencari pelayanan kesehatan, asuransi, dll : Pasien kadangkala membutuhkan bantuan dalam mencari pelayanan kesehatan yang lain seperti medis, gigi, atau mencari asuransi kesehatan. Tim terapi, pasien dan keluarga harus berusaha mengeksplorasi sumber-sumber apa saja yang dapat diperoleh atau disediakan. Termasuk di dalamnya apabila pasien sudah mulai ingin bekerja, dicarikan tempat pekerjaan yang cocok. 5. Terapi suportif : termasuk dukungan emosi dan meyakinkan serta mendorong prilaku sehat pasien dan membantu pasien menerima keadaannya. 6. “Peer support/self help group” : adanya sebuah kelompok yang memiliki jadwal bertemu yang reguler tergantung pada kebutuhan dan perhatian dari kelompok tersebut. Pembicara dapat diundang untuk memberikan pengetahuan, terjadi juga diskusi dan sharing yang dapat saling menguatkan. Pelayanan yang lain yang juga dapat diberikan pada pasien antara lain adalah:
Mengatur jadwal pertemuan kembali dengan dokter
Assertive community treatment
Rehabilitasi : ♪ Rehabilitasi psikososial : membantu pasien melatih ketrampilan
dengan
tujuan
mendapatkan
atau
mempertahankan pekerjaan ♪ rehabilitasi psikiatri : mengajarkan pasien ketrampilan yang membuatnya dapat meraih tujuan dalam pekerjaan, pendidikan, sosialisasi dan tempat tinggal
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 16
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
♪ rehabilitasi pekerjaan : latihan bekerja dan program training yang dapat membantu pasien untuk menjadi pekerja penuh waktu
Intensive partial hospitalization
Aftercare day treatment
Penelitian yang dilakukan oleh Marvin dkk pada tahun 2000 menunjukkan bahwa suatu program untuk mencegah relaps yang mengkombinasikan psikoedukasi keluarga dengan intervensi klinik termasuk obat – obatan, dapat secara efektif mengurangi terjadinya relaps pada pasien skizofrenia.
5
II.3. Peran Keluarga dalam Penanganan Pasien Skizofrenia.
Kepedulian masyarakat akan kesehatan khususnya kesehatan jiwa akan meningkatkan peran serta mereka untuk bertanggung jawab terhadap program pelayanan kesehatan jiwa masyarakat. Penggunaan sumber daya yang tersedia di masyarakat dapat memberdayakan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sehingga kesehatan jiwa menjadi tanggung jawab masyarakat bukan hanya tanggung jawab para profesional (Leff, 2001).5 Peran serta masyarakat sangat penting karena perawatan di rumah sakit jauh lebih mahal, misalnya biaya perawatan pasien skizofrenia di USA sebesar 65.2 juta dolar per tahun. Biaya perawatan pasien skizofrenia di rumah oleh keluarga akan menghemat sebesar 25 juta pounds per tahun. Keberhasilan pelayanan pada pasien skizofrenia tergantung dari kerjasama tim kesehatan jiwa di masyarakat (dokter, perawat, pekerja sosial) dengan pasien dan keluarganya. Anggota keluarga diperlukan memberikan perawatan di rumah khususnya pencegahan tersier pada skizofrenia, serta melakukan fungsinya.5
Perawatan skizofrenia oleh keluarga:7 1. Menurut (Setiadi 2006) beberapa hal yang harus dilakukan keluarga dalam upaya penyesuaian diri dengan kehadiran skizofrenia dalam sistem mereka dan cara mengatasinya adalah:
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 17
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
a. Aktif mencari informasi/psikoedukasi Informasi-informasi yang akurat tentang skizofrenia, gejala-gejalanya, kemungkinan perjalannan penyakitnya, berbagai bantuan medis dan psikologis yang dapa meringankan gejala skizofrenia merupakan sebagian informasi vital yang sangat dibutuhkan keluarga. Informasi yang tepat akan menghilangkan saling menyalahkan satu sama lain, memberikan pegangan untuk dapat berharap secara realistis dan membantu keluarga mengarahkan sumber daya yang mereka miliki pada usaha-usaha yang produktif. Pemberian informasi yang tepat dapat dilakukan dengan suatu program psikoedukasi untuk keluarga. b. Sikap yang tepat adalah SAFE (Sense of humor, Accepting the illness, Family balance, Expectations which are realistic). c. Menurut
Torney(1988)
dalam
Iman
Setiasi,
keluarga
perlu
memilikisikap yang tepat tentang skizofrenia, sisingkatnya sikap-sikap yang tepat itu dengan SAFE. d. Support group Bilamana keluarga menghadapi skizofrenia dalam keluarga mereka seorang diri, beban itu akan terasa sangat berat, namun bila keluargakeluarga yang sama-sama memiliki anggota keluarga skizofrenia bergabung bersama maka beban mereka akan terasa lebih ringan. Mereka dapat saling menguatkan, berbagi informasi yang mutahir, bahkan mungkin menggalang dana bersama bagi keluarga yang kurang mampu. Upaya peredaan ketegangan emosional secara kelompok juga akan lebih efektif dan lebih murah. e. Family therapy (object relations family therapy) Family therapy dapat menjadi bagian dari rangkaian upaya membantu keluarga agar sebagai suatu sistem meningkat kohesivitasnya dan lebih mampu melakukan penyesuaina diri f.
Keluarga harus membantu menumbuhkan sikap mandiri dalam diri si penderita seperti melibatkan dalam kegiata sehari-hari dan mereka harus sabar dan menerima kenyatan.
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 18
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuh yang sangat berita bagi penderita skizofrenia. Menerima kenyataan, menurut Suryantha adalah kunci pertama proses penyembuhan atau pengendalian skizofrenia. Keluarga harus tetap bersikap menerima, tetap berkomunikasi dan tidak mengasingkan penderita. Tindakan kasar, bentakan, atau mengucilkan malah akan membuat penderita semakin depresi bahkan cenderung bersikap kasar. Akan tetapi terlalu memanjakan juga tidak baik.7 Pasca
perawatan
biasanya
penderita
akan
dikembalikan
pada
lingkungan keluarga. Penerimaan kembali oleh keluarga sangat besar artinya, dalam berbicara tidak boleh emosional agar tidak memancing kembali emosi penderita. Yang penting usaha-usaha preventif berupa hindari frustasi dan kesulitan psikis lainnya. Menciptakan kontak-kontak social yang sehat dan baik. Membiasakan pasien memiliki sikap hidup positif dan mau melihat hari depan dengan keberanian. 7 Pada skizofrenia fase aktif penderita mudah terpukul oleh problem yang sederhana sekalipun. Kurangi pemberian tanggung jawab agar tidak membebani penderita dan dapat mengurangi stress jangka pendek. Penderita mungkin menggunakan kata-kata yang tidak masuk akal, agar lebih paham cobalah berkomunikasi dengan cara lain dan mengajak melakukan aktivitas bersama-sama seperti mendengarkan music, melukis, nonton tv, atau menunjukkan perhatian tanpa bercakap-c akap. Keluarga menanggung beban dan tanggung jawab merawat anggota keluarga yang sakit terutama mengatasi perilaku kacau atau tanpa informasi, ketrampilan dan dukungan yang memadai. Akhir-akhir ini perhatian para ahli beralih kepada pengaruh keluarga terhadap timbulnya kekambuhan. Sikap keluarga terhadap penderita dapat ditentukan dengan apa yang disebut EE (Emotional Expresion) yang ter diri atas kritikan atau komentar negative, emotional over involvement, permusuhan terhadap penderita, ketidakpuasan dan kehangatan. Bila keluarga EE nya tinggi
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 19
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
maka kekambuhan akan tinggi, namun sebaliknya bila EEnya tidak maka kekambuhan akan tinggi, namun sebaliknya bila EEnya rendah maka kekambuhan pun akan rendah. 2. Menurut Nurhaeni dkk (2002) adalah focus pada pencegahan kekambuhan klien gangguan jiwa antara lain: 7 a. Mengenal adanya penyimpangan awal sedini mungkin b. Mengambil keputusan dalam mencari pertolongan atau bantuan kesehatan sedini mungkin c. Memberi perawatan bagi anggota keluarga yang sakit, cacar atau memerlukan bantuan dan menaggulangi keadaan darurat kesehatan. d. Menciptakan lingkungan keluarga yang sehat e. Memanfatkan sumber yang ada di masyarakat f.
Melaksanakan program rekreasi misalnya: mengajak klien nonton bersama, jalan santai, pergi ketempat rekreasi.
g. Melakukan kegiatan social dan keagamaan misalnya: mengajak klien arisan bersama, mengajak pergi ke pura, pengajian dll. h. Mencegah stigma di masyarakat tentang gangguan jiwa seperti: pendekatan pada took masyarakat atau orang yang berpengaruh dalam rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan jiwa. i.
Saling terbuka dan tidak ada diskriminasi
j.
Saling menghargai dan mempercayai
k. Menghadapi ketegangan dangan tenang dan menyelesaikan masalah kritis/darurat secara tuntas dan wajar.
II.4. Hubungan Psikoedukasi Keluarga Dengan Kejadian Relaps Pada Pasien Skizofrenia
6
Memberikan obat antipsikotik pada pasien skizofrenia merupakan langkah pertama untuk mengobati pasien tetapi sekarang ini semakin disadari bahwa perawatan yang komprehensif membutuhkan integrasi antara obat-obatan, pencegahan relaps dan rehabilitasi psikososial. Psikoedukasi keluarga
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 20
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
merupakan terapi psikososial yang paling efektif. Psikoedukasi dapat mengurangi angka rawat dan mengurangi biaya pengobatan pada pasien skizofrenia. Beberapa studi tentang psikoedukasi keluarga yang telah dilakukan ditunjukkan di bawah ini :
Goldstein dkk. (1978) melakukan penelitian pada 104 pasien skizofrenia (terutama kunjungan pertama) membandingkan antara psikoedukasi keluarga (orientasi enam krisis, sesi mingguan cepat; pendidikan, membangun penerimaan, merencanakan masa depan) dengan pengobatan dengan dosis rendah dan sedang dan hasilnya secara bermakna menurunkan relaps pada grup psikoedukasi keluarga selama 6 bulan .
Falloon dkk. (1982) melakukan penelitian pada 36 pasien skizofrenia yang tinggal dengan keluarga yang HEE atau dinyatakan sebagai resiko tinggi untuk
terjadinya
relaps
membandingkan
psikoedukasi
keluarga
(pemecahan masalah dan latihan kemampuan komunikasi pada keluarga di rumah. Terapi intensif selama 3 bulan yang diteruskan dengan 6 bulan sesi follow up ) dengan psikoterapi suportif individual dengan konseling keluarga yang cepat dan hasilnya Secara bermakna menurunkan relaps pada grup terapi keluarga selama 9 bulan.
Leff dkk. (1982, 1985) melakukan penelitian pada 24 pasien skizofrenia yang tinggal dengan keluarga yang HEE membandingkan pendidikan pada keluarga, anggota keluarga, terapi keluarga di rumah dengan kontrol teratur ke rumah sakit dengan kontak yang sedikit pada keluarga dan hasilnya secara bermakna menurunkan relaps pada grup terapi keluarga selama 9 bulan ; tidak bermakna pada terapi 2 tahun.
Glick dkk. (1985) Haas dkk. (1988) melakukan penelitian pada 80 pasien dengan skizofrenia atau gangguan skizofreniform dan 60 pasien dengan gangguan afektif mayor disorder membandingkan intervensi pada keluar ga yang dirawat selama 6 sesi: pendidikan, identifikasi stresor kini dan akan datang dengan Perawatan intensif pasien rawat yang standar dan hasilnya
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 21
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
terapi memiliki efek positif yang bermakna pada gejala yang terdapat pada pasien perempuan dan kelurga pasien pada subgrup tsb.
Hogarty dkk. (1986, 1991) melakukan penelitian pada 103 pasien skizofrenia yang tinggal dengan keluarga yang HEE membandingkan pendidikan, diskusi, komunikasi dan latihan pemecahan masalah selama 2 tahun dengan Perawatan harian saja , latihan ketrampilan sosial dan hasilnya Secara bermakna menurunkan relaps pada grup terapi keluarga pada follow up tahun 1 dan 2.
McFarlane dkk. (1995) melakukan penelitian pada 172 pasien skizofrenia dengan kontak keluarga 10 jam per minggu dan menghadiri 3 s esi program pendidikan/terapi membandingkan psikoedukasi pada grup keluarga secara bersama dengan Psikoedukasi pada grup keluarga sendiri sendiri dan hasilnya Secara bermakna terdapat penurunan relaps pada multifamily Dari penelitian-penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa psikoedukasi keluarga dapat secara efektif dan efisien mengurangi kejadian relaps pada pasien
skizofrenia
dan
memperbaiki
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
fungsional
dari
pasien.
Page 22
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
BAB III PENUTUP
Penanganan
pasien
dengan
skizofrenia
perlu
dilakukan
dengan
komprehensif, mulai dari perawatan di rumah sakit sampai dengan perawatan di rumah. Peran keluarga sangat penting dalam penyembuhan pasien skizofrenia terutama dalam mencegah terjadinya relaps. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya relaps pada pasien skizofenia salah satunya adalah dengan melakukan psikoedukasi keluarga. Perlu diketahui lebih mendalam tentang hubungan antara psikoedukasi keluarga dengan kejadian relaps pada pasien skizofrenia. Ditemukan bahwa anggota keluarga yang paling banyak merawat pasien adalah saudara kandung 62 orang (44,9 %) dan orang tua 28 orang (20,2 %). Psikoedukasi keluarga merupakan salah satu bentuk dari intervensi keluarga yang merupakan bagian dari terapi psikososial. Pada psikoedukasi keluarga terdapat kolaborasi dari klinisi dengan anggota keluarga pasien yang menderita gangguan jiwa berat. Tujuan dari program psikoedukasi adalah menambah pengetahuan tentang gangguan jiwa anggota keluarga sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kambuh, dan meningkatkan fungsi keluarga (Stuart & Laraia, 1998). Tujuan ini akan dicapai melalui serangkaian kegiatan edukasi tentang penyakit, cara mengatasi gejala, dan kemampuan yang dimiliki keluarga. Pekkala dan Merinder (2001) menemukan bahwa program psikoedukasi menurunkan kambuh atau rawat ulang dari 9 bulan menjadi 18 bulan. Sedangkan Dyck, et al (2000) menemukan bahwa kelompok keluarga yang mendapat
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 23
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
program psikoedukasi lebih efektif merawat gejala negatif daripada kelompok standar. Selain itu program psikoedukasi berhasil mengurangi reaksi negatif dan kejenuhan keluarga yang merawat.
Secara umum, program komprehensif dari psikoedukasi adalah sebagai berikut: 1. Komponen didaktik, berupa pendidikan kesehatan, yang menyediakan
informasi tentang penyakit dan sistem kesehatan jiwa 2. Komponen ketrampilan, yang menyediakan pelatihan tentang komunikasi,
penyelesaian konflik, pemecahan masalah, asertif, manajemen perilaku dan manajemen stress 3. Komponen emosional, memberi kesempatan ventilasi dan berbagi perasaan
disertai dukungan emosional. Mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan, khusus pada keadaan krisis 4. Komponen sosial, peningkatan penggunaan jejaring formal dan non formal.
Peningkatan kontak dengan jejaring sumber daya dan sistem pendukung yang ada di masyarakat akan menguntungkan keluarga dan klien. Hal – hal yang dilakukan pada saat melakukan psikoedukasi keluarga antara lain:
Mengidentifikasi bagaimana reaksi anggota keluarga terhadap keadaan pasien yang menderita gangguan jiwa.
Mengidentifikasi faktor penyebab gangguan jiwa yang diderita oleh pasien.
Mengidentifikasi tanda dan gejala prodormal gangguan jiwa yang terjadi pada pasien.
Mengajarkan kepada keluarga bagaimana strategi koping yang dapat diterapkan.
Menjelaskan kepada keluarga tentang psikobiologi penyakit jiwa, diagnosis
dan
pengobatannya,
reaksi
keluarga,
trauma
keluarga,
pencegahan kambuh, guideline keluarga.
Melakukan pemecahan masalah secara terstruktur
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 24
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
DAFTAR PUSTAKA
1. Peran Dukungan Keluarga Pada Penanganan Penderita Skizofrenia. Available from : http://etd.eprints.ums.ac.id/4929/1/F100050253.PDF. Diunduh tanggal 1 Mei 2012. 2. M a r a m i s , W . E . C a t a t a n I l m u K e d o k t e r a n j i w a . E r l a n g g a U n i v e r s i t y P r e s s . Surabaya 2005. 3. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Skizofrenia. Sinopsis Psikiatri Jilid Satu. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher, 2010. p 699-742 4. Peran
keluarga
penderita
skizofrenia.
Available
from:
http://www.scribd.com/doc/78191912/peran-keluarga-penderitaskizofrenia. Diunduh tanggal 2 Mei 2012. 5. Peran
keluarga.
Available
from:
http://digilib.unimus.ac.id/
files/disk1/109/jtptunimus-gdl-nanangfatk-5429-2-babii.pdf. Diunduh tanggal 4 Mei 2012 6. Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia. Available from: http://www.lahargokembaren.com/2009/11/psikoedukasi-keluarga pada-pasien.html. Diunduh Tanggal 1 mei 2012. 7. Skizofrenia.
Available
from:
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/205312031. Diunduh tanggal 9 Mei 2012
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 25
REFERAT I LM U KESEHATAN JI WA RSPAD GATOT SOEBROTO
Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia
Page 26