BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Badai revolusi industri era keempat (Industry 4.0) semakin terasa, revolusi ini memungkinkan industri untuk mengintegrasikan produk yang dihasilkan dengan teknologi otomisasi tinggi dan internet. Profesor Klaus Schwab sebagai penggagas World Economic Forum (WEF) melalui bukunya The Fourth Industrial Revolution menyatakan, revolusi ini secara fundamental dapat mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berhubungan satu dengan yang lain. Revolusi industri keempat mampu meningkatkan laju mobilitas informasi, efisiensi organisasi industri, dan membantu meminimalisasi kerusakan lingkungan. Revolusi ini dapat dirasakan akhir-akhir ini di Indonesia, salah satunya dalam bentuk digitalisasi sektor jasa transportasi di Indonesia yang terlihat dari kehadiran taksi dan ojek online. Keduanya dapat menyediakan layanan jasa antar baik barang dan orang tanpa memiliki satu pun armada transportasi yang digunakan dalam pelayanannya.
Revolusi industri keempat memberikan tawaran dan kesempatan akan hal-hal yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Para ahli berpendapat bahwa Revolusi industri keempat akan dapat menaikkan rata-rata pendapatan per kapita di dunia, memperbaiki kualitas hidup masyarakat, serta memperpanjang usia hidup manusia. Kelihatan sekali bahwa penetrasi alat-alat elektronik seperti hape yang harganya semakain murah sudah sampai ke pelosok-pelosok dunia, baik yang mempunyai pendapatan tingkat tinggi maupun rendah. Dan gadget- gadget itu memberikan kemudahan dalam berbagai hal kehidupan bagi penggunanya.
Pada saat ini finansial adalah salah satu bidang yang mendukung kekuatan perekonomian suatu negara. Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memicu pertumbuhan ekonomi suatu negara.Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil via kumulasi kapital dan inovasi teknologi.Baru-baru ini telah muncul inovasi terbaru dalam bidang keuangan yang sering disebut financial technology (FinTech). Fintech telah membawa warna baru dalam dunia finansial. Fintech isti lah financial technology atau teknologi Fintech berasal dari istilah finansial. Menurut The National Digital Research Centre (NDRC), fintech merupakan suatu inovasi pada sektor finansial. Beberapa damapak positif pengembangan keuangan digital di Indonesia dengan cara penerapan Fintech antara lain: kemudahan pelayanan finansial, melengkapi rantai transaksi keuangan, meningkatkan taraf hidup, melawan lintah darat. Fintech juga mumpuni menerbitkan sistem pinjaman uang dengan cara transparan. Masyarakat bisa mengetahui berapa persen bunga yang harus dibayarkan, berapa cicilan per bulannya dan berapa lama tenor pinjaman yang tersedia. Fintech Fintech sebagai inovasi perkembangan keuangan digital sangat bermanfaat dan berdampak berdamp ak positif apabila diterapkan diterap kan di Indonesia. Kreativitas dan inovasi di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dewasa ini merambah ke berbagai bidang kehidupan manusia.Dari sisi bisnis inovasi TIK merasuk ke berbagai bidang industri untuk efisiensi dan mengambil ceruk pasar. Joseph Schumpeter (1934) berpendapat dengan teorinya creative destruction bahwa nilai-nilai kewirausahaan akan memunculkan pasar baru melalui metode baru. Jika pemikiran Schumpeter dibenturkan dengan instrumen hukum maka tentunya hukum tidak mampu mengejar dinamika bisnis yang berjalan sangat dinamis ini. Financial Technology (FinTech) adalah salah satu bentuk penerapan teknologi informasi
di bidang keuangan.Alhasil, munculah berbagai model keuangan baru yang dimulai pertama kali pada tahun 2004 oleh Zopa, yaitu institusi keuangan di Inggris yang menjalankan jasa peminjaman uang.Kemudian model keuangan baru melalui perangkat lunak Bitcoin yang
digagas oleh Satoshi Nakamoto pada tahun 2008.Dalam perspektif sejarah, konsep inti dari pengembangan Fintech sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari aplikasi konsep peer-to-peer (P2P) yang digunakan oleh Napster pada tahun 1999 untuk music sharing. Inovasi yang berkembang di sini adalah pengadaptasian prinsip jaringan komputer yang diterapkan pada bidang keuangan.Meski pada mulanya konsep finansial P2P ini diperuntukkan bagi para start-up (wirausaha baru) dalam mencari investor untuk membiayai bisnisnya.Tetapi dalam perkembangannya finansial P2P ini memiliki partisipan yang lebih luas tidak hanya para pemodal untuk menginvestasikan uangnya kepada start-up baru.Dengan banyaknya partisipan yang berkontribusi memasukkan uang maka kemudian menjadi crowdfunding, sehingga pemanfaatan finansial P2P tidak terbatas bagi para start-up saja seperti yang dilakukan oleh perusahaan Zopa di Inggris. Ingg ris. Dengan munculnya virus inovasi keuangan P2P yang berbasis jaringan Internet maka tentunya penyebarannya menjadi sangat cepat secara global hingga pada akhirnya muncul juga berbagai jasa crowdfunding di Indonesia dan sebagainya. Masalah hukum yang muncul dari produk inovasi fintech ini adalah tentang legalitas penyelenggaraan crowdfunding?, kemudian, apakah bisnis model Fintech ini dapat terbebas dari uang haram (money loundering )? )? Isu-isu hukum inilah yang hingga saat ini masih berada di wilayah abu-abu menurut hukum positif di Indonesia. Saat ini, fintech lebih banyak di kenal di kalangan wirausaha ketimbang masyarakat pada umumnya.Tetapi yang perlu diperhitungkan adalah ledakan dari pemanfaatan fintech yang perlu segera diantisipasi melalui instrumen hukum. Pendapat ini didasarkan pada pengalaman fenomena perusahaan Go-Jek yang pertama kali didirikan pada tahun 2010 yang kemudian booming pada 4-5 tahun setelah didirikan. Yang perlu diperhatikan dari booming-nya Go-Jek
karena keberadaannya mengancam bisnis transportasi konvensional. Jika fenomena fintech disejajarkan dengan fenomena Go-Jek, maka tidak menuntup kemungkinan dalam 2-3 tahun ke depan keberadaan fintech akan mengancam institusi keuangan nasional.
Pada tahun 2008, BitCoin yang yang diciptakan oleh Satoshi Nakamoto pertama kali muncul sebagai uang digital untuk transaksi online tapi ternyata tidak diperbolehkan lagi di indonesia Lalu datanglah Apple Pay, Samsung Pay, dan PayPall. Di Faktanya, itu adalah banyak jenis perusahaan sebagai seb agai pelaksana pelaks ana di fintech seperti: diproduksi perusahaan (Apple Pay dan Samsung Pay), penyedia dan perusahaan telekomunikasi (T-Cash, Dompet Indosat, XL Tunai, dll), perusahaan sistem operasi (Android Pay), perbankan p erbankan (Dompetku (Dompet ku dll) dan lain-lain. lain -lain. Di Indonesia, Fintech tumbuh dengan cepat karena peningkatan pengguna internet dan smartphone, terutama
bagi kaum muda Indonesia. Indo nesia. Di Indonesia, Teknologi Tekno logi Keuangan Keuan gan telah diatur oleh o leh Bank Indonesia di Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 18/40 / PBI / 2016 tentang Pelaksana Proses Transaksi Pembayaran. Undang-undang tersebut diatur menurut UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, UU No. 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik, dan UU No. 3 tahun 2011 tentang Transfer Dana. Lisensi ini dari Bank Indonesia menerbitkan pelaksana layanan sistem pembayaran baru itu tidak diatur dalam undang-undang sebelumnya, yaitu untuk: mengalihkan eksekutor, gateway pembayaran pelaksana, dan eksekutor dompet elektronik. Untuk meningkatkan kehandalan dan industri daya saing dalam sistem pembayaran nasional, jadi undang-undang ini juga mengatur struktur kepemilikan eksekutor sebagai principal, switching eksekutor, kliring pelaksana, dan pelaksana penyelesaian. Dua pihak yang tertata dengan baik di PBI PJP ( Peraturan BankIndonesia Penyelenggara Jasa Pembayaran ) adalah Pelaksana Penyedia Jasa Jasa Pembayaran atau PJSP) dan Mendukung Pelaksana di Sistem Pembayaran. Perkembangan Teknologi Keuangan mampu mempengaruhi gaya hidup masyarakat dunia, apalagi Fintech sekarang hadir sebagai kebutuhan baru di dunia. Alasan kenapa Fintech sebagai bagian penting dalam situasi gaya hidup dan keuangan di dunia adalah karena ini membantu pengembangan startup baru pembayaran mobile, mampu meningkatkan masyarakat standar hidup (di Asia Selatan, fintech bisa diatasi dengan kemiskinan lebih dari 600 juta orang dan
masih memberikan bukti nyata tentang kenaikan startup untuk meningkatkan kepercayaan investor). Mungkin, saat ini sebagian kalangan ada yang mengatakan bahwa bisnis model Fintech menyebutnya dengan sebutan lintah darat online.Tetapi yang perlu diperhitungkan adalah jika Fintech dikelola oleh orang professional seperti Jibun Bank Jepang, yaitu Bank yang benar-benar
beroperasi secara online.Fenomena Jibun Bank patut diwaspadai mengingat pada tahun 2015 dianugrahkan sebagai Bank terbaik oleh Asian Bankir dengan total 1.9 juta nasabah aktif.Pengaturan tentang Fintech di Indonesia saat ini berada pada OJK selaku pengawas jasa keuangan. Kabarnya, OJK tengah mempersiapkan regulasi terkait Fintech yang akan diterbitkan pada tahun 2016 ini. Semoga regulasi yang dikeluarkan OJK mampu menjaga keseimbangan antara akses masyarakat pada sektor keuangan melalui inovasi TIK di bidang finansial dengan persaingan usaha penyelenggara pen yelenggara jasa keuangan. keuan gan.
1.2
Rumusan Masalah
a. Faktor-faktor apa saja yang mendorong lahir dan berkembangnya industry financial technology di Indonesia?
b. Bagaimana perkembangan gelombang inovasi industry financial technology dan juga dampaknya pada serangkaian layanan keuangan? c. Bagaimana pengaruh fintech terhadap industri perbankan? d. Apakah industry financial technology dapat berkembang di Indonesia di masa yang akan datang? e. Strategi apayang cocok untuk mengembangkan industry financial technology di Indonesia Pada masa yang akan datang?
f. Bagaimana contoh kasus penyalahgunaan financial technology terhadap indikasi aliran dana terorisme?
1.3
Tujuan Penulisan
a.
Untuk mengetahui factor-faktor yang mendorong perkembangan industry financial technology di Indonesia
b.
Untuk mengetahui perkembangan gelombang inovasi teknologi baru ini, yang sering disebut "fintech," dan menilai dampaknya pada serangkaian layanan keuangan.
c.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh fintech terhadap industri perbankan
d.
Untuk mengetahui apakah industry financial techonology dapat berkembang di Indonesia.
e.
Untuk mengetahui strategi yang digunakan untuk mengembangkan industry financial technology di Indonesia.
f.
Untuk mengetahui bagaimana contoh kasus penyalahgunaan financial technology terhadap indikasi aliran dana terorisme
1.4
Manfaat Penulisan
Makalah ini dibuat untuk mengetahui bagaimana financial technology sebenarnya mengapa digunakan pada bidang industri sebagai diantara metode keuangan yang menggunakan finansial berbasis teknologi. Dan bagaimana cara kerja fintech memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat.
BAB II PEMBAHASAN
nancii al Te T echno chnology logy (F ( F i nTech) nTech) 2.1 Ruang Lingkup F i nanc 2.1.1
Definisi FinTech
Fintech berasal dari istilah financial technology atau teknologi finansial. Menurut The National Digital Research Centre (NDRC), fintech merupakan suatu inovasi pada sektor
finansial. Tentunya, inovasi finansial ini mendapat sentuhan teknologi modern. Keberadaan fintech diharapkan dapat mendatangkan proses transaksi keuangan yang lebih praktis dan aman.
Proses transaksi keuangan ini meliputi proses pembayaran, proses peminjaman uang, transfer, ataupun jual beli saham. Dari konsep ini, kemudian muncullah startup yang bergerak di bidang fintech.Di berbagai negara, n egara, startup fintech tengah menjadi tren terkini. Di Indonesia sendiri, startup fintech juga sudah mulai banyak bermunculan dan diperkirakan akan menjadi tren di tahun 2016 ini. Startup-startup fintech di Indonesia tersebut, misalnya CekAja, UangTeman, Pinjam, CekPremi,
Bareksa, Kejora, Doku, Veritrans, Kartuku, adalah beberapa di antaranya. Bahkan, seiring dengan perkembangan startup-startup fintech di Indonesia, September 2015 lalu telah diluncurkan pendirian asosiasi perusahaan teknologi finansial bernama fintech Indonesia. Layanan yang diberikan oleh startup fintech fi ntech pastinya berkaitan dengan finansial.Namun, setiap startup fintech memiliki fokus yang berbeda-beda.Ada startup yang fokus terhadap bisnis mikro,
dengan
menyediakan
penjualan
pulsa,
pembayaran
tagihan,
dan
layanan
keuangan.Kemudian ada juga startup yang fokus menyediakan payment gateway untuk memudahkan berbagai macam urusan pembayaran. Ada juga startup fintech yang fokus menyediakan produk finansial, seperti kartu kredit, asuransi, dan investasi (ummi: 2016).
Fintech di Indonesia memiliki banyak jenis, antara lain startup pembayaran, peminjaman
(lending), perencanaan keuangan (personal finance), investasi ritel, pembiayaan (crowdfunding), remitansi, riset keuangan. Berikut ini daftar perusahaan-perusahaan startup Fintech Indonesia. Daftar di bawah ini akan selalu kami update. Jika Anda mengetahui startup Fintech Indonesia yang belum termasuk di daftar, silahkan tinggalkan komentar Anda di bahwa artikel ini.
2.1.2
Dasar Hukum
Akibat perkembangan Fintech yang diprediksikan akan terus naik, BI sebagai pemegang otoritas sistem pembayaran terus mensinergikan beberapa kepentingan melalui tiga hal: 1.
Promosi sistem pembayaran yang kondusif.
2.
Mengarahkan industri untuk bergerak secara efisien, dan
3.
Memperkuat perlindungan perlindunga n konsumen. Peran aktif Bank Indonesia di sektor Fintech juga ditunjukkan ditunjuk kan dengan terbentuknya terb entuknya Bank
Indonesia FintechOffice pada tahun 2016 yang membuat peraturan atau regulasi untuk mengatur jalannya sektor baru ini i ni dengan aman dan nyaman. n yaman. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, mengatakan bank sentral akan mengumumkan Fintech Regulation and Regulatory Sandbox sebagai platform bagi para pemula untuk meluncurkan produk inovatif, layanan atau model bisnis mereka. Regulasi ini diperlukan untuk memastikan pelaksanaan sistem pembayaran peminat Fintech berjalan aman dan sesuai aturan.Sedangkan untuk pelaku usaha Fintech dibuat Sandbox Regulatory yang akan mengatur ketentuan bagi pelaku Fintech yang kebanyakan adalah perusahaan startup berskala b erskala kecil.
Sementara ini, Bank Indonesia sudah mengeluarkan peraturan No.18/40/PBI/2016 untuk mengatur proses pembayaran transaksi e-commerce agar lebih aman dan efisien.Peraturan ini juga mengatur, memberikan izin, dan mensupervisi penerapan pelayanan pembayaran yang
dilakukan oleh principal, provider, pengakuisisi, clearing house, penyedia penyelesaian akhir, dan penyedia transfer dana. Selain itu, juga muncul sebuah POJK atau Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, yaitu POJK No.77/POJK.01/2016
tentang
Layanan
Pinjam
Meminjam
Uang
Berbasis
Teknologi
Informasi.Dalam peraturan ini, Anda dapat mengetahui panduan dalam pelaksanaan bisnis misa lnya saja Peer to Peer (P2P) Lending. Fintech pada bagian pinjaman, misalnya Adapun beberapa bagian yang diatur dalam POJK No.77/POJK.01/2016 tersebut antara lain: a. Kegiatan usaha, b. Pendaftaran perizinan, c. Mitigasi risiko, d. Pelaporan, dan e. Tata kelola sistem teknologi informasi.
2.1.3
ntech Manfaat F i nte
1. Kemudahan pelayanan finansial Berkat kehadiran Fintech, proses transaksi keuangan menjadi lebih mudah. Nasabah juga mendapatkan pelayanan finansial meliputi proses pembayaran, pinjaman uang, transfer, ataupun jual beli saham dengan cara mudah dan aman. Nasabah bisa mengakses pelayanan finansial melalui teknologi seperti ponsel pintar maupun laptop.Sehingga tidak perlu datang langsung ke bank untuk mendapatkan pinjaman demi memenuhi berbagai kebutuhan.Kehadiran kebutuhan.Kehadir an teknologi dalam urusan finasial seperti ini jelas membantu masyarakat dalam memaksimalkan layanan finansial.Masyarakat yang memerlukan produk finansial tertentu, cukup mengajukan melalui online. Kemudahan pelayanan finansial ini tercermin te rcermin dari da ri proses pro ses kerja ke rja yang tergolong ter golong cepat serta minimnya kebutuhan dokumen untuk mendapatkan produk finansial terkait.
2. Melengkapi rantai transaksi keuangan Efek Fintech bagi perekonomian Indonesia salah satunya adalah melengkapi rantai transaksi keuangan.Faktor kelahiran Fintech ini pun karena ada tuntunan zaman dan pasar ekonomi. Melalui Fintech segala transaksi keuangan seperti proses pembayaran, pembiayaan, jual beli dan transfer semakin praktis dan aman. Pun, semuanya bisa diakses hanya melalui smartphone atau tablet.Peranan Fintech bukan sebagai pengganti bagi
bank
konvensional,
melainkan
sebagai
pelengkap
rantai
transaksi
keuangan.Hadirnya Fintech memperkuat ekosistem keuangan di Indonesia karena bisa meningkatkan daya beli masyarakat terhadap produk-produk finansial.Hal ini menjadi kesempatan emas dalam menjangkau masyarakat yang selama ini belum terjangkau oleh berbagai layanan keuangan. keuan gan.
3. Meningkatkan taraf hidup Selama ini hanya kalangan masyarakat menegah ke atas saja yang mumpuni menikmati layanan finansial. Bagi MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah), mengajukan kartu kredit atau KTA bunga rendah saja sepertinya sulit. Hal ini dipengaruhi oleh peraturan Bank Indonesia yang mewajibkan masyarakat harus memiliki kartu kredit terlebih dahulu untuk mendapatkan kartu kredit atau pinjaman. Pernyataan tersebut perlahan sirna karena Fintech memudahkan MBR untuk mendapatkan pinjaman dana tunai hingga pembayaran
dengan cara mudah. Sehingga dengan adanya Fintech dapat mempercepat terwujudnya inklusi keuangan seluruh masyarakat Indonesia, bahkan MBR sekalipun.Dan hal ini sekaligus meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan MBR.Mereka bisa memperoleh pinjaman dengan bunga rendah untuk memenuhi berbagai kebutuhannya.Pada akhirnya, Fintech turut mendorong perekonomian Indonesia dengan mengentaskan kemiskinan.
4. Melawan lintah darat Keberadaan lintah darat atau rentenir tentu meresahkan nasabah yang ingin mengajukan produk finansial. Pasalnya, bagi masyarakat dengan penghasilan pas-pasan pas-pas an yang kurang memenuhi syarat untuk mengajukan pinjaman di bank, mereka kerap meminjam pada lintah darat atau rentenir dengan bunga tinggi. Ketika muncul Fintech, hal-hal seperti itu dapat terhindari (ummi: 2016).
Untuk Indonesia Pada negara berkembang seperti Indonesia, dengan tingkat penetrasi keuangan hanya sebesar 35,8% (World Bank, 2014), fintech dapat berperan mempercepat perluasan jangkauan layanan keuangan. Pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) berupaya mendorong inklusivitas keuangan (financial inclusion) di dalam negeri dengan menginisiasi berbagai program, seperti Laku Pandai Pan dai dan Layanan Keuangan Digital. “Financial inclusion itu untuk membuat masyarakat menengah ke bawah bisa menabung secara teratur, jadi bank tidak ragu lagi memberikan kredit kepada mereka. Kalau lebih banyak kredit yang diberikan untuk hal-hal produktif, perekonomian nasional juga akan berjalan baik. Dan, kalau ada bantuan bantuan langsung langsun g dari Pemerintah bias langsung langsu ng masuk ke rekeningnya. rekeningn ya.
2.2
Dampak positif inovasi pengembangan keuangan digital dengan cara penerapan
F i nte ntech Dilihat dari pengertian dan beberapa manfaat dari Fintech, tidak dipungkiri
bahwa
teknologi keuangan ini juga akan mampu membantu Indonesia dalam mengembangkan teknologi di bidang keuangan. Di dukung oleh sifat masyarakat Indonesia yang konsumsif, termasuk mengenai teknologi, maka inovasi perkembangan keuangan digital di Indonesia akan cepat berkembang. Manfaat positif dari penggunaan Fintechturut menarik perhatian masyarakat untuk berbondong-bondong berbondong-bond ong menggunakan teknologi te knologi tersebut. tersebu t. Beberapa dampak positif pengembangan
keuangan digital di Indonesia dengan cara penerapanFintechantara lain: kemudahan pelayanan finansial, melengkapi rantai transaksi keuangan, meningkatkan taraf hidup, melawan lintah darat. Fintech juga mumpuni menerbitkan sistem pinjaman uang dengan cara transparan.
Masyarakat bisa mengetahui berapa persen bunga yang harus dibayarkan, berapa cicilan per bulannya dan berapa lama tenor pinjaman yang tersedia. Bahkan di AturDuit, Anda juga menghitung simulasi cicilan per bulan sesuai jumlah pinjaman yang diajukan. Jadi , Fintech dapat meringankan persoalan finansial Anda.Secara khusus, keberadaan Fintech membantu masyarakat dalam membuat keputusan keuangan.Saat inipun, Fintech jadi salah satu saranameningkatkan pemasaran produk di tengah industri keuangan, karena produk online saat ini makin digemari publik.
2.2.1
Organisasi Layanan Keuangan
Kerangka ekonomi membantu menilai dampak fintech terhadap sektor keuangan, dan bagaimana regulasi harus merespons. Sektor keuangan mencakup lima fungsi yang luas. Ini adalah untuk: (i) membuat dan menerima pembayaran, termasuk lintas batas; (ii) simpan untuk bisa mengkonsumsi atau berinvestasi nanti; (iii) meminjam untuk dapat mengkonsumsi atau berinvestasi sekarang; (iv) mengelola risiko terhadap pendapatan, tabungan, dan transaksi; dan (v) menerima nasehat untuk semua hal di atas. Sebagaimana dibahas, makalah ini akan berfokus pada aspek pembayaran lintas l intas batas. Apapun fungsinya, teknologi dapat mempengaruhi atribut misalnya, kecepatan, keamanan, transparansi layanan baru, serta organisasi penyedia layanan yang disebut struktur pasar.Kedua atribut dan struktur pasar saling terkait erat, meski tidak harus berjalan beriringan (layanan baru tidak berarti perusahaan baru dan sebaliknya).Dan yang penting untuk pertanyaan utama
makalah
ini,
masing-masing
dapat
memiliki
efek
independen
terhadap
peraturan.Misalnya,
mata
uang
virtual
mungkin
menjadi
tantangan
bagi
kepatuhan
peraturan.Atau layanan la yanan yang disediakan dis ediakan oleh pasar yang terdesentralisasi (seperti pinjaman pinj aman peerpeer to-peer) dibandingkan dengan perantara mungkin memerlukan perubahan peraturan untuk meningkatkan stabilitas keuangan.Dengan demikian, efek teknologi pada atribut layanan dan struktur pasar dapat didiskusikan, jika tidak dianalisis secara terpisah. Kemajuan teknologi dapat mendorong pengembangan dan penerapan layanan baru terutama bila ditargetkan pada kebutuhan pengguna yang tidak terpenuhi makalah ini menyebut menyebut "kekurangan" layanan. Semakin besar kekurangannya, semakin besar insentif bagi perusahaan untuk memperbaiki layanan seperti yang diizinkan oleh kemajuan teknologi, dan adopsi pengguna layanan yang lebih cepat. Misalnya, Mis alnya, seperti yang akan ak an terlihat terl ihat kemudian, k emudian, pembayaran lintas-batas lamban, buram, dan mahal dibandingkan dengan harapan pengguna, sebagian karena keterbatasan teknologi. Oleh karena itu teknologi baru menjanjikan keuntungan besar bagi penyedia layanan dan pengguna p engguna layanan.Lampiran layanan.Lampir an I menawarkan rincian lebih lebi h lanjut. Teknologi juga dapat mempengaruhi struktur pasar penyedia layanan.
Akankah
teknologi baru hanya meningkatkan keuntungan dan efisiensi pemain mapan, atau memiliki dampak yang lebih dalam? Secara khusus, apakah mereka (i) mengurangi kebutuhan akan perantara keuangan (perusahaan keuangan khusus, bank dan non-bank, yang memfasilitasi transaksi antara dua atau lebih pihak); (ii) mendorong perantara untuk mengubah struktur internal mereka (mungkin mengarah pada kemitraan dan akuisisi); atau (iii) mendorong masuknya perantara baru sambil menggusur yang lebih tua? Teknologi dapat mempengaruhi faktor-faktor yang membentuk perantara.Literatur organisasi industri (IO) memberikan panduan yang bermanfaat.Teknologi dapat mengubah ketidaksempurnaan pasar yang meluas di seluruh sistem keuangan, yang mendukung kebutuhan perantara tepercaya.Hal ini dapat mengurangi informasi asimetris (pengetahuan terbatas tentang counterparties seseorang terhadap suatu transaksi), memfasilitasi pencocokan pihak-pihak dalam suatu transaksi, dan mengurangi biaya transaksi.Teknologi juga dapat mempengaruhi insentif bagi perantara untuk secara horizontal
atau vertikal terintegrasi (menawarkan beberapa layanan kepada pengguna akhir, seperti halnya bank universal, atau mendapatkan pemasok hulu).Akhirnya, teknologi dapat mengubah hambatan masuk bagi perantara baru untuk bersaing dengan para pemain lama.
2.2.2
Teknologi, Peraturan dan Stabilitas Keuangan
Teknologi dan regulasi sangat dekat berinteraksi.Seiring teknologi mengubah atribut layanan keuangan dan struktur pasar, peraturan keuangan harus disesuaikan agar tetap efektif.Pada
gilirannya,
regulasi
memiliki
pengaruh
penting
terhadap
perkembangan
teknologi.Baik teknologi maupun regulasi tidak eksogen (Kane 1987 dan Kane 1988). Peraturan keuangan berusaha untuk mengatasi kerentanan dan ketidaksempurnaan di pasar keuangan yang melemahkan stabilitas keuangan, mengurangi efisiensi pasar, dan mengekspos konsumen terhadap risiko (Joskow dan Noll, 1981 dan Brunnermeier dan lainnya 2009). Peraturan keuangan harus: (i) memberikan insentif bagi institusi untuk diperhitungkan risiko sistemik; (ii) melindungi konsumen di mana informasi sulit atau mahal untuk diperoleh; dan (iii) mendukung persaingan dan mencegah perilaku oligopolistik. Dalam mencapai tujuan tersebut, peraturan harus proporsional dengan kontribusi entitas dan aktivitas terhadap risiko sistemik.Selain itu, batasan peraturan harus fleksibel dan memungkinkan arbitrase peraturan antara perimeter yang tidak diatur dan diatur untuk dipantau dan disesuaikan untuk memastikan bahwa risiko sistemik terkandung ter kandung dan tujuan peraturan per aturan dipertahankan. dipertahank an. Peraturan keuangan membantu mendukung kepercayaan pada sistem keuangan. Keuangan melibatkan pembuatan nilai tambah melalui transfer aset dan klaim antar entitas (misalnya, pembayar dan penerima pembayaran) serta seiring berjalannya waktu (misalnya, pemberian pinjaman dan pinjaman). Hal ini membutuhkan kepercayaan di antara semua entitas yang terlibat, dan terhadap aset yang ditransfer. Kurangnya kepercayaan terhadap perantara dan proses keuangan dapat menghambat fungsi pasar keuangan. Perubahan teknologi tidak akan menghilangkan kebutuhan akan kepercayaan namun dapat menyebabkan pelaku pasar
mencarinya di tempat lain, di luar perantara tradisional seperti bank Di masa depan, jaringan dan jenis layanan penyedia baru perlu menemukan cara untuk mendapatkan kepercayaan dari pengguna. Regulasi yang efektif akan memiliki peran penting pen ting dalam proses ini. ini . Teknologi
yang
baru
muncul
dapat
meningkatkan
risiko
stabilitas
keuangan.Pengembangan layanan keuangan di luar batas kerangka kerja pengawasan dan peraturan dapat menyebabkan timbulnya risiko baru. Teknologi yang sedang berkembang juga dapat secara signifikan mempercepat kecepatan dan volume transaksi keuangan, walaupun tidak jelas apakah ini akan mendorong me ndorong stabilitas stabil itas keuangan melalui penemuan harga yang yan g lebih efisien, efis ien, atau menyebabkan volatilitas dan ketidakstabilan yang lebih besar. Ketergantungan yang lebih besar pada transaksi otomatis berpotensi meningkatkan volatilitas pasar karena korelasi harga aset yang lebih tinggi.Penerapan yang lebih luas dari algoritma dan solusi teknologi tertentu dapat meningkatkan kerentanan terhadap serangan cyber.Ini juga dapat meningkatkan risiko konsentrasi pada simpul kunci dalam sistem global karena struktur pasar menyesuaikan dan memperkuat interkoneksi jaringan.Akhirnya, sejauh layanan semakin banyak ditawarkan oleh perusahaan khusus di sepanjang rantai pembayaran, yang bertentangan dengan perantara besar yang terintegrasi secara vertikal, mungkin ada lebih sedikit kontrol untuk pengolahan data, dan pengelolaan risiko. Seiring perubahan struktur pasar, peraturan mungkin perlu melengkapi fokusnya pada entitas yang semakin memperhatikan aktivitas.Peraturan keuangan secara tradisional didasarkan pada peraturan (i) jenis entitas atau perantara; dan / atau (ii) jenis kegiatan. Rezim perizinan perlu didesain ulang untuk menghadirkan tipe penyedia layanan baru di dalam perimeter peraturan dimana sesuai Yang lebih mendasar, "unbundling" dan migrasi layanan dari perantara ke jaringan mungkin mengharuskan regulator untuk bergantung lebih sedikit pada peraturan berbasis entitas dan lebih leb ih pada peraturan berbasis ber basis aktivitas.
2.2.3
Peranan FinTech
1. Memberi solusi struktural bagi pertumbuhan industri berbasis elektronik (e-commerce). 2. Mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah serta lahirnya wirausahawan (entrepreneur) baru. 3. Mendorong usaha kreatif (seperti artis, musisi, pengembang aplikasi, dsb.) untuk meraih distribusi pasar yang luas (critical mass). 4. Memungkinkan pengembangan pasar, terutama yang masih belum terlayani jasa keuangan dan perbankan konvensional (unbanked population).
2.3
ntech Terhadap Industri Perbankan Pengaruh F i nte Dengan biaya yang murah dan daya ekspansi yang cepat, Fintech dapat menggeser
kedudukan pasar perbankan tradisional. Menurut Mittal, jika tidak berbenah, margin bunga bersih dan pendapatan non-bunga perbankan perban kan tradisional tradisi onal dapat merosot mero sot masing-masing masing-masin g hingga 15 persen dan 25 persen pada 2020. Sementara kalau mau mendigitalisasi pelayanan beban pendapatan dapat ditekan menjadi 35 persen, lebih rendah dibandingkan perbankan tradisional sebesar 45 persen. Munculnya
perusahaan-perusahaan
keuangan
berbasis
teknologi
atau
Financial
Technology (FinTech) memaksa industri perbankan untuk berbenah diri. Fintech tidak saja melayani pembayaran, pinjaman atau jasa keuangan lain sebagaimana bisnis tradisional perbankan. Dengan kecanggihan teknologi dan inovasi tiada henti, mereka dapat menjangkau nasabah yang selama ini tidak punya akses ke sistem perbankan. Pertumbuhannya yang pesat terlihat dari nilai investasi yang ditanamkan modal ventura (VC) ke startup fintech. Tidak kurang dari US$ 13,8 miliar atau sekitar Rp 186,9 triliun atau lebih dari dua kali lipat jumlah investasi pada tahun 2014 menjadi milik fintech. Saat ini ada 19 Fintech yang bernilai di atas US$ 1 miliar atau kerap disebut sebagai "unicorn".
Sachin Mittal, Telecom, Media and Technology Analyst Analyst DBS Group Research menyebut menyebut Fintech sebagai perusahaan yang mempunyai sejumlah kelebihan dibandingkan bank tradisional.
FinTech, kata Sachin, lebih efisien karena mampu menekan biaya operasional. Mereka pun dapat memberikan fasilitas pinjaman lebih murah. " Fintech pun melayani secara lebih personal dan menjangkau ke masyarakat yang selama ini sama sekali tidak dapat mengakses layanan perbankan. Termasuk ke wilayah-wilayah pelosok, yang sulit dijangkau perbankan," kata dia dalam risetnya berjudul "Digital Banking: New Avatar – Banks Watch Out for Banks". Asia telah menjadi salah satu pusat Fintech dunia. Di kawasan ini terdapat sekitar 2.500 startupFinTech, dan berpotensi menggerus pasar tradisional perbankan. Tiongkok merupakan pemain utama fintech global, dengan Alipay sebagai perusahaan pembayaran online terbesar dunia, serta Ping An di segmen asuransi. Sementara di India, PayTm tercatat sebagai perusahaan pembayaran online dengan den gan lebih 122 juta pengguna. pen gguna. Dengan biaya yang murah dan daya ekspansi yang cepat, Fintech bisa menggerus pasar perbankan tradisional. tradis ional. Menurut Mittal, Mittal , tanpa berbenah margin mar gin bunga bersih dan pendapatan nonno n bunga perbankan tradisional bisa merosot masing-masing hingga 15 persen dan 25 persen pada 2020. Sementara kalau mau mendigitalisasi pelayanan beban pendapatan bisa ditekan menjadi 35 persen, lebih rendah dibandingkan perbankan tradisional sebesar 45 persen. Saat ini, perbankan mau tak mau harus merespons dengan tepat. Mittal menyebutkan ada dua cara yang dapat dilakukan. Pertama, digitalisasi pelayanan untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih cepat, murah, dan mudah ke nasabah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membuka rekening digital melalui telepon pintar. Kedua, mengintegrasikan kegiatan perbankan dengan kehidupan nasabah sehari-hari. Dengan memahami apa yang dibutuhkan nasabahnya akan merekatkan hubungan bank dengan nasabah. nas abah. Ini telah dilakukan dilakuk an DBS Singapore melalui aplikasi aplika si "Home Connect" yang memudahkan calon klien menaksir harga rumah yang akan dibelinya berdasarkan harga rata-rata di kawasan tersebut.
Walaupun mengancam, Fintech sebetulnya memberikan peluang kepada perbankan untuk berkolaborasi. Jika selama ini perbankan kesulitan membuka cabang di pelosok mengingat terbatasnya pendanaan, serta sistem pengawasan dan aturan permodalan yang ketat. Fintech dapat mengatasi kesulitan tersebut, terutama masalah akses terhadap dana murah. Apalagi aturan sistem keuangan di tiap-tiap negara berbeda dan belum tegas mengatur bisnis ini. Solusinya adalah dengan berkolaborasi. Perbankan dapat memanfaatkan sistem teknologi Fintech untuk menjangkau nasabah dan kawasan yang tidak dapat diakses sistem perbankan
tanpa harus membuka cabang fisik. Kemudian Fintech juga mampu mengakses pendanaan murah untuk meningkatkan aktivitasnya. "Masih belum jelas bank mana yang akan menjadi pemenang, namun akan ada beberapa yakni yang telah melakukan transformasi. Dan ada yang mungkin tidak akan selamat dari 'serangan FinTech' ini," kata Mittal. Jadi kita dapat menarik benang merah kaitan antara perkembangan LKD dan FinTech. Bahwa sekalipun Perbankan telah lama memperkenalkan teknologi digital dalam layanan keuangan dan belakangan disebut DFS atau Layanan Keuangan Digital (LKD), keberadaan Fintech yang menawarkan banyak kelebihan layanan keuangan, “makin memaksa” dunia
perbankan untuk mengembangkan meng embangkan dan melakukan melakuk an evolusi terhadap Konsep Kons ep LKD ini.
2.4
ndustry ustry Fi F i nancial nancial Techo Techono nolo logg y Di Indonesia Perkembang I nd 2.4.1
Perkembangan Perkembangan Gelombang Inovasi Fintech
Gelombang baru inovasi teknologi, yang sering disebut " fintech fintech," adalah percepatan perubahan di sektor keuangan. Fintech Fintech memanfaatkan ledakan data besar pada individu dan perusahaan, kemajuan dalam kecerdasan buatan, daya komputasi, kriptografi, dan jangkauan internet.Komplementaritas yang kuat di antara teknologi ini memunculkan serangkaian aplikasi baru yang mengesankan yang menyentuh layanan dari pembayaran hingga pembiayaan, pengelolaan aset, asuransi, dan nasehat.Kemungkinan sekarang menjejali entitas yang didorong
oleh fintech dapat muncul sebagai alternatif kompetitif bagi perantara keuangan tradisional, pasar, dan infrastruktur. infrastruktu r. Penerapan teknologi baru secara luas menawarkan keuntungan tetapi juga menimbulkan risiko. Fintech Fintech dapat memacu peningkatan efisiensi di sektor keuangan, menawarkan produk dan layanan yang lebih baik dan lebih tepat sasaran, dan memperdalam penyertaan keuangan di negara berkembang.Namun, hal itu juga dapat menimbulkan risiko jika penerapannya merongrong persaingan, kepercayaan, transmisi kebijakan moneter, dan stabilitas keuangan. Selama berabad-abad, kemajuan teknologi telah menjadi kekuatan penting dalam transformasi keuangan.Inovasi di sektor keuangan memiliki sejarah panjang mulai dari pengembangan pembukuan double entry, hingga pembentukan bank sentral modern dan sistem pembayaran, dan pengenalan pen genalan pasar p asar aset as et keuangan keuan gan ritel rite l dan ritel yang lebih baru.Perubahan telah meningkat di milenium baru.Alat pembayaran baru telah muncul (seperti dompet digital), dan penyedia layanan baru telah memasuki pasar untuk layanan keuangan (termasuk internet, perusahaan ritel dan telekomunikasi). Beberapa tahun terakhir telah menyaksikan peningkatan otomasi, spesialisasi, dan desentralisasi, sementara perusahaan keuangan telah menemukan cara yang semakin efisien dan canggih untuk memanfaatkan sejumlah besar data konsumen dan perusahaan. Perusahaan Fintech telah menarik investasi besar dalam beberapa tahun terakhir, sementara publik bunga telah tumbuh secara signifikan.Sebagian besar perusahaan tetap kecil mencerminkan model bisnis berbasis pengetahuan namun investasi di dalamnya meningkat secara substansial.Total investasi global di perusahaan fintech dilaporkan meningkat dari US $ 9 miliar di tahun 2010 menjadi lebih dari US $ 25 miliar pada tahun 2016. Investasi modal ventura juga meningkat dengan mantap, dari US $ 0,8 miliar di tahun 2010 menjadi US $ 13,6 miliar pada tahun 2016. Penilaian pasar perusahaan perusaha an fintech publik memiliki memilik i empat kali lipat sejak krisis keuangan global, mengungguli sektor lainnya.Sementara itu, minat masyarakat terhadap sektor ini tampaknya tumbuh secara eksponensial.
Dekade terakhir telah menyaksikan pesatnya perkembangan berbagai inovasi teknologi, ini mendapat manfaat dari kemajuan teknologi fundamental, dan memberikan aplikasi baru di semua fungsi keuangan, mulai dari melakukan pembayaran, penghematan, pinjaman, pengelolaan risiko, dan mendapatkan nasehat keuangan. ke uangan. 1. Kecerdasan Buatan (AI) dan data besar menangkap parsing database besar yang berisi karakteristik dan transaksi miliaran agen ekonomi melalui algoritma lanjutan untuk mendapatkan pola yang digunakan untuk memprediksi perilaku dan harga, dan pada akhirnya meniru penilaian manusia dalam keputusan otomatis. Aplikasi terkait dapat mengotomatisasi persetujuan atau saran kredit, memfasilitasi kepatuhan terhadap peraturan dan deteksi detek si kecurangan, dan mengotomatisasi mengot omatisasi perdagangan perdaganga n aset keuangan. 2. Distribus komputer telah memungkinkan lompatan dalam daya komputasi dan stabilitas dengan menghubungkan (atau jaringan) komputer individual. Buku besar terdistribusi baru-baru ini muncul sebagai teknologi kunci yang mendukung banyak aplikasi (seperti yang dibahas lebih lanjut di bawah).Potensi ada untuk mengubah pembayaran dan penyelesaian sekuritas serta fungsi back-office dengan memotong biaya secara substansial, yang memungkinkan transaksi bisnis-ke-bisnis bisnis-ke-b isnis langsung (B2B) melewati perantara, dan menawarkan pengganti mata uang (seperti yang dibahas pada Dia dan yang lainnya 2016). Aplikasi juga dimungkinkan di luar sektor keuangan
untuk
mengamankan
database
dengan
aman
termasuk
tanah
registries, dan rekam medis. 3. Pengembangan kriptografi telah memfasilitasi berbagai aplikasi termasuk kontrak cerdas (serangkaian janji yang ditentukan dalam bentuk digital, yang akan dilaksanakan setelah prosedur tertentu dan jika kondisi tertentu terpenuhi - seperti menjual aset dengan harga tertentu), dan telah digabungkan dengan teknologi penginderaan dan biometrik bio metrik untuk menciptakan menciptak an sistem keamanan yang yan g lebih kuat.
4. Akses mobile dan internet telah berubah bentuk, memungkinkan keuntungan dari kemajuan teknologi untuk dibagikan secara langsung dengan miliaran konsumen individual yang perangkat selulernya sekarang portal untuk mengakses berbagai layanan keuangan penuh, dan dapat diperluas oleh pihak ketiga melalui Application Programming Interfaces (APIs). Desentralisasi masif ini membuka pintu untuk mengarahkan transaksi orang-ke-orang (P2P), dan untuk mendanai langsung perusahaan (crowd-funding).Ini (crowd-funding). Ini juga jug a memiliki implikasi yang mendalam mendal am bagi inklusi keuangan dengan mengizinkan konsumen "tidak terhormat" di negara-negara berpenghasilan rendah rend ah untuk mengakses layanan la yanan keuangan untuk pertama p ertama kalinya.
Inovasi ini saling memberi makan, mendorong perubahan yang cepat.Inovasi Fintech bersifat khas tumpang tindih dan saling menguatkan.Misalnya, menguatkan.Misaln ya, komputasi terdistribusi bergantung pada data besar dan juga AI dan kriptografi untuk buku besar terdistribusi yang efektif, yang digunakan oleh aplikasi online seperti dompet digital untuk mengubah ponsel dan / atau perangkat yang dapat dikenakan menjadi titik penjualan untuk pembayaran.Kompatibilitas yang kuat ini memperkuat potensi gangguan keuangan sektor.Penerapan aplikasi baru juga bisa tumbuh secara non-linear, mengingat efek jaringan (semakin banyak orang terhubung melalui jaringan, semakin berharga jaringan jarin gan ke setiap anggota) yang umum digunakan diguna kan untuk membiayai, tetapi juga untuk teknologi komunikasi. Teknologi ledger terdistribusi (DLT), khususnya, dapat memacu perubahan di sektor keuangan.Konsep DLT adalah bahwa buku besar-catatan transaksi atau kepemilikan aset dan kewajiban-dapat dipertahankan dan diperbarui dengan aman (disebut "validasi") untuk keseluruhan jaringan pengguna oleh pengguna itu sendiri - bukan oleh agen pusat. Sebagai DLT dapat mengambil bentuk yang berbeda, potensi dan tantangannya akan bervariasi demikian. DLT dapat dikategorikan sebagai "tidak terikat" atau "diizinkan" bergantung pada siapa yang dapat dap at berpartisipasi dalam proses validasi berbasis konsensus. DLT
tanpa izin mengizinkan seseorang untuk membaca, bertransaksi, dan berpartisipasi dalam proses validasi. Skema terbuka ini (yang mendasari Bitcoin, misalnya) bisa sangat mengganggu jika berhasil diimplementasikan. diimplemen tasikan. Sebaliknya, dalam DLT yang diijinkan, proses prose s validasi dikendalikan diken dalikan oleh kelompok peserta yang telah dipilih sebelumnya atau dikelola oleh satu organisasi, dan dengan demikian berfungsi lebih sebagai platform komunikasi umum. Beberapa rintangan teknologi masih membatasi DLT adopsi.Sampai saat ini, skalabilitas jaringan DLT tidak sepenuhnya ditunjukkan, terutama untuk mengolah volume transaksi karakteristik pasar besar dan likuid.Selain itu, jaringan DLT masih belum bisa dioperasikan secara sempurna.Akhirnya, perlindungan privasi, priv asi, serta biaya operasi, kecepatan, ke cepatan, dan transparansi masih mas ih perlu ditingkatkan.
2.4.2
Peraturan sudah mulai berkembang.
Hal ini terutama terjadi dalam penerapan persyaratan AML / CFT mengenai penggunaan mata uang virtual di mana lembaga keuangan (misalnya bank dan pemancar uang) yang biasanya melakukan due diligence pelanggan (customer due diligence / CDD) dan mengetahui prosedur pelanggan Anda (KYC) adalah tidak terlibat Satuan Tugas Aksi Finansial (FATF) telah mengeluarkan panduan khusus yang meminta negara-negara untuk memberlakukan CDD ini kewajiban dan tindakan pencegahan AML / CFT lainnya pada penyedia layanan mata uang virtual jenis baru - terutama pertukaran mata uang virtual – dengan mengklarifikasi bahwa mereka adalah "lembaga keuangan" berdasarkan standar FATF. Fokus pada pertukaran ini mungkin efektif untuk saat ini karena sebagian besar pengguna akan, pada titik tertentu, harus membeli atau menjual mata uang virtual untuk mata uang fiat. Tapi mungkin perlu ditinjau ulang jika mata uang virtual digunakan begitu banyak sehingga konversi mungkin tidak diperlukan lagi. Pengawasan dan pengaturan algoritma yang mendasari inovasi fintech mungkin diperlukan untuk membangun kepercayaan pada sistem yang mengandalkannya. Regulator perlu memastikan bahwa algoritma dirancang dan dioperasikan dengan cara tertentu yang tidak
mengekspos konsumen atau sistem keuangan untuk risiko yang tidak semestinya. Tata kelola yang baik, termasuk standar yang dipaksakan oleh jaringan itu sendiri, dapat memberikan beberapa jaminan, terutama t erutama di mana kerangka k erangka tata kelola k elola perusahaan transparan dan tunduk pada pengawasan pihak-pihak yang berkepentingan.Namun berkepentingan.Namun,, ada keterbatasan inheren dengan tata kelola pemerintahan sendiri, dan pengawasan dan peraturan mungkin diperlukan.Tetapi peraturan efektif yang memungkinkan pihak berwenang untuk memverifikasi ketangguhan teknologi yang mendasarinya (misalnya, pendekatan Basel untuk model risiko internal bank) memerlukan komitmen sumber daya publik yang signifikan untuk membangun keahlian yang diperlukan di dalam komunitas peraturan.Tidak jelas apakah ini mungkin.Teknologi yang muncul yang mendistribusikan informasi melalui jaringan, seperti DLT, menimbulkan pertanyaan tentang tentan g keseimbangan yang tepat tep at antara privasi dan transparansi. tr ansparansi. Pengguna layanan keuangan perlu memastikan bahwa privasi informasi mereka terlindungi.Oleh karena itu, privasi merupakan elemen penting untuk dipercaya dalam suatu layanan, namun transparansi juga diperlukan untuk mengurangi biaya transaksi, dan memberi informasi kepada para regulator mengenai informasi yang mereka butuhkan untuk melakukan pengawasan.Kerangka hukum yang ada melindungi data dari pengungkapan serta menjamin akses terhadap informasi keuangan yang diperlukan dengan menetapkan kewajiban perantara yang memegang data.Pendekatan ini sulit dilakukan ketika data dipegang dalam jaringan terbuka, tidak memiliki "pengendali data."Selain itu, kekaburan buku besar yang merupakan karakteristik beberapa DLT mungkin bertentangan dengan hak seseorang untuk memperbaiki atau menghapus data pribadi. Desain DLT "memiliki implikasi untuk privasi. Jaringan tanpa izin pada umumnya "pseudo-anonymous", karena identitas pihak yang bertransaksi tidak terungkap, namun rincian transaksi diketahui.Di jaringan yang diizinkan, informasi mengenai pihak yang bertransaksi, atau rincian transaksi, mungkin atau mungkin tidak diungkapkan kepada semua peserta di jaringan.Teknologi baru memungkinkan tingkat kontrol yang lebih besar dalam perancangan
jaringan DLT. Teknologi enkripsi, seperti zero knowledge protocol, dapat memungkinkan verifikasi identitas dan pemrosesan transaksi tanpa mengungkapkan informasi apapun. Teknologi lainnya dapat memungkinkan "pengungkapan selektif" oleh pengguna ke pihak yang terpercaya (seperti supervisor). Teknologi baru mungkin memerlukan yurisdiksi untuk merevisi peraturan yang
mengatur
hak
kepemilikan,
kontraktual
dan
kewajibannya.
DLT mencatat transfer kepemilikan "token digital", yang pada dasarnya adalah unit dalam buku besar. Mereka dapat memiliki nilai intrinsik sendiri (sebuah "tanda intrinsik" seperti Bitcoin), atau merupakan representasi digital dari aset fisik atau digital yang ada di luar buku besar (sebuah "token berbasis aset" yang mewakili ketertarikan pada aset lain seperti sekuritas) .Status hukum token digital, dan efek hukum dari transfernya tidak jelas. Misalnya, apakah pengalihan token yang didukung aset (mis., Mewakili keamanan) pada transfer kekayaan transfer buku besar atau akan melakukan pendaftaran di luar buku besar (mis., Di akun berbagi perusahaan) masih dibutuhkan Yurisdiksi mencoba mengembangkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini namun praktik negara bervariasi. Resolusi Resolu si pertanyaan-pertanyaan pertanyaan -pertanyaan ini sangat penting penti ng bagi ekonomi ekon omi untuk berfungsi dan akan membutuhkan memb utuhkan lebih banyak ban yak pemikiran oleh pembuat kebijakan. kebi jakan. Teknologi yang muncul sendiri dapat memfasilitasi kepatuhan terhadap peraturan dan mengurangi biaya kepatuhan. Industri keuangan mengeksplorasi penggunaan teknologi baru untuk: mengotomatisasi proses manual (mis., Kecerdasan buatan); mengumpulkan, berbagi, dan menyimpan data (mis., komputasi awan, DLT); meningkatkan keamanan (mis., kriptografi); mengidentifikasi transaksi mencurigakan (mis., biometrik, data besar) dan memfasilitasi interaksi regulator-bank (mis., API). Oleh karena itu, ketergantungan tanpa pandang bulu pada solusi Regtech dapat menciptakan masalah baru dan berpotensi menyebabkan gangguan sistem yang luas.Misalnya, jika beberapa lembaga keuangan mengandalkan sebuah perusahaan tunggal yang menyediakan solusi semacam itu atau pada satu pengatur untuk menggabungkan data, entitas ini dapat dikenai serangan cyber atau yang tidak berfungsi dari teknologi yang mendasarinya. Analisis dan
penilaian lebih lanjut mungkin diperlukan untuk teknologi ini yang akan digunakan untuk kepatuhan peraturan. Seiring teknologi baru beroperasi secara mulus melintasi perbatasan, kerja sama internasional sangat penting untuk memastikan peraturan yang efektif. Saat ini, hanya sedikit konsistensi dalam pendekatan peraturan di seluruh yurisdiksi.Hal ini dapat merusak peraturan di tingkat nasional dan menciptakan insentif untuk arbitrase peraturan. Harmonisasi yang lebih besar antara kerangka peraturan nasional akan membantu tingkat lapangan bermain dan memfasilitasi penerapan teknologi ini dalam skala global. Upaya sudah dilakukan untuk memperkuat kerja sama dan harmonisasi lintas batas. Bilateral, beberapa regulator nasional telah menerapkan pengaturan kooperatif untuk mempromosikan inovasi dan berbagi informasi tentang layanan keuangan yang inovatif. Pada tingkat multilateral, setter standar internasional seperti International Organization of Securities Commissions, Komite Basel untuk Pengawasan dan Komite Perbankan mengenai Infrastruktur Pembayaran dan Pasar serta FSB, memantau dan mempelajari implikasi perubahan teknologi untuk stabilitas keuangan, integritas pasar , efisiensi, dan perlindungan investor, sementara yang lain seperti FATF, seperti disebutkan di atas, telah mengeluarkan panduan.
fi nte ech di Indonesia 2.5 Strategi untuk mengembangkan industry fint Delapan cara yang perlu dilakukan agar Fintech terus berkembang adalah sebagai berikut: 1) Mendidik konsumen untuk membuat keputusan keuangan yang lebih cerdas
Meyakinkan konsumen bahwa tidak ada yang menginginkan terulangnya krisis keuangan. Alih-alih menawarkan beberapa jalur ekuitas kredit dan kartu kredit gratis, lebih baik Fintech di masa depan difokuskan pada perihal membantu konsumen dalam membuat keputusan keuangan yang lebih cerdas, mendorong mereka untuk menghemat uang dan menyajikan strategi investasi yang masuk akal dan juga dapat dipahami secara finansial.
Membantu konsumen dalam mencapai tujuan keuangan mereka adalah apa yang dilakukan oleh perusahaan Fintech seperti PlanWise. PlanWise dengan menyediakan alat dan format pendidikan untuk membantu konsumen mengevaluasi status keuangan mereka dan menawarkan rekomendasi untuk memperbaiki kebiasaan pribadi.NerdWallet telah membagikan banyak saran dan informasi gratis yang dapat dap at membantu memba ntu konsumen ko nsumen membuat pilihan p ilihan yang lebih lebi h baik tentang bagaimana mereka membelanjakan, meminjam, dan menghemat uang mereka. Hal ini sangat membantu untuk mendidik konsumen yang lebih muda, termasuk siswa yang mungkin mempertimbangkan pinjaman dan mungkin menghadapi hutang di masa depan.
2) Memberikan Memberikan bantuan kepatuhan kepada peraturan dan regulasi pemerintah.
Dunia perbankan saat ini menghadapi semakin banyaknya peraturan yang mengikat akibat berbagai penyimpangan di masa lalu, baik untuk transaksi offline maupun online. Hal ini berarti institusi dan perusahaan akan memiliki lebih banyak waktu yang dicurahkan
untuk
memastikan bahwa operasional telah comply dengan regulasi. Ancaman penipuan internasional dan pencurian identitas juga terus memberi tekanan pada lembaga keuangan. Perusahaan seperti Trulioo terus mencari solusi baru yang membantu lembaga keuangan dan perusahaan keuangan dalam mengintegrasikan operasional telah comply dengan regulasi dalam perangkat lunak pemrosesan transaksi mereka. Bahkan bagi perusahaan FinTech, masalah kepatuhan, terutama di A.S., akan terus menjadi tantangan hingga 2016. Banyak perusahaan bertekad untuk menemukan menemuk an solusi yang membuat tantangan tanta ngan ini lebih mudah ditangani. dit angani.
3) Tingkatkan pengalaman belanja online
Konsumen sekarang telah menyadari akan risiko pencurian data identitas dan mereka telah berpengalaman dalam berbelanja online yang lebih baik sehingga memungkinkan mereka melakukan pembelian dengan cepat dan aman. Pasar ini akan dapat berkembang seiring pertambahan miliaran orang o rang yang melakukan melakuk an transaksi trans aksi online onl ine dalam lima tahun tahu n ke depan. Itulah
sebabnya perusahaan seperti Stripe muncul dan membantu menyederhanakan dan mengamankan lingkungan transaksi ritel online baik untuk pengecer maupun konsumen, memberikan pengalaman yang diinginkan pelanggan saat mereka berbelanja. WePay dan Flint juga memberikan bantuan lebih lanjut sebagai cara untuk menerima pembayaran dan mendorong belanja eceran.
4) Menawarkan jalan baru untuk pinjaman
Dengan perubahan pada pasar pinjaman, banyak konsumen dan usaha kecil telah berjuang untuk mendapatkan pembiayaan karena bank tidak mau lagi mengeluarkan pinjaman kecil atau perusahaan yang memiliki wiraswasta yang telah masuk daftar hitam, akibat masalah pinjaman di masa lalu.Keengganan la lu.Keengganan beberapa lembaga keuangan untuk membantu segmen ceruk ini telah menciptakan pasar peluang bagi perusahaan Fintech Top of Form. Perusahaan seperti LendUp membantu konsumen menyadari bahwa mereka tidak harus bergantung pada layanan pinjaman gaji untuk mendapatkan pinjaman kecil yang cepat; Mereka malah bisa beralih ke mitra online.Bahkan perusahaan seperti SoFi membantu konsumen dan bisnis membiayai kembali pinjaman yang ada, pinjaman mahasiswa, dan hipotek untuk mendapatkan tingkat suku bunga yang lebih baik dan membantu memperbaiki posisi keuangan. Selain banyak situs crowdfunding yang populer, gagasan Fintech baru muncul muncu l dari konsep awal, untuk menyertakan platform seperti LendFriend, di mana individu dapat meminjam dan meminjamkan uang kepada orang-orang yang mereka kenal.
5) Kecepatan pembayaran pembayaran dan koleksi
Tidak ada orang yang menginginkan uang dapat menghalangi hubungan bisnis yang baik, tapi sering kali faktur tidak dibayar.Bagi pemilik usaha kecil, penagihan bisa menjadi tantangan. Namun, perusahaan p erusahaan Fintech baru menawarkan masa depan yang menjanjikan menj anjikan bagi lebih banyak bisnis untuk mendapatkan pembayaran lebih cepat. Perusahaan seperti Invoice Ninja
memberikan solusi untuk membantu usaha kecil mengumpulkan pembayaran mereka sehingga mereka dapat meningkatkan pendapatan berulang bulanan.
6) Melindungi aset dari penipuan
Orang yang berniat untuk melakukan kecurangan menjadi semakin cerdas secara teknologi, sehingga di tahun-tahun mendatang Fintech akan terus berupaya untuk menemukan cara dalam melawan kejahatan keuangan dengan teknologi perlindungan aset. Ini termasuk pengembangan berkelanjutan ke teknologi otentikasi yang lebih maju untuk pelanggan ecommerce, bank, dan pembayaran online dan penyedia pinjaman. Salah satu area yang terus memberikan tantangan bagi perusahaan perlindungan aset adalah transaksi Automated Clearing House (ACH), termasuk kecurangan kartu kredit yang merajalela yang bisa memakan waktu berbulan-bulan untuk diungkap.Karena masih banyak penipu yang menang di arena ini, tantangan ini sedang ditangani oleh perusahaan Fintech baru yang ingin mengalahkan penjahat ini dan membantu mengamankan aset konsumen.
7) Mendorong investasi
Banyak konsumen telah menghindar dari kendaraan investasi setelah reputasi perusahaan investasi mencapai titik terendah sepanjang masa karena kelebihan biaya, biaya tersembunyi, dan saran investasi yang buruk. Perusahaan FinTech, seperti Wealthfront, Robinhood, dan Addepar, akan terus muncul untuk membantu memberdayakan investor kecil sekalipun, sehingga mereka merasa nyaman untuk kembali berinvestasi. Sebuah perusahaan bernama Acorns juga menunjukkan investor rata-rata atau pemula yang menggunakan cadangan berubah adalah cara terbaik untuk memulai menciptakan portofolio investasi yang akan menawarkan keuntungan yang cukup besar di masa depan. Perusahaan Fintech seperti ini pada dasarnya dapat mengubah dunia investasi, membantu membangkitkan
kembali minat saham dan reksadana.
Sektor Keuangan bila dilihat lebih dalam adalah industri yang paling rentan terhadap gangguan perangkat lunak karena layanan keuangan, seperti penerbitan, dibuat dari informasi daripada barang beton.Secara khusus, hambatan teknologi.
8)
Berpotensi Berpotensi mengurangi biaya bertransaksi dalam sistem keuangan.
Sementara itu, sektor keuangan telah terlindungi oleh peraturan sampai sekarang, dan telah melewati ledakan dot-com tanpa pergolakan besar, gelombang baru para pemula semakin "memisahkan" bank global yang bersifat tradisional. Namun demikian, penegakan peraturan di A.S. seperti Bank Secrecy Act dan Money Transmission yang agresif merupakan ancaman yang terus berlanjut bagi perusahaan FinTech.Selain pesaing yang mapan, perusahaan Fintech sering menghadapi keraguan dari regulator keuangan. Keamanan data adalah masalah lain yang dikhawatirkan prihatin karena ancaman hacking dan juga kebutuhan untuk melindungi data konsumen dan keuangan konsumen yang sensitif. Perusahaan Fintech global terkemuka secara proaktif beralih ke cloud teknologi untuk memenuhi peraturan kepatuhan kepatuh an yang semakin ketat.
Di A.S. Federal Trade Commission telah menyediakan sumber daya gratis untuk perusahaan dari semua ukuran untuk memenuhi kewajiban hukum mereka dalam melindungi data sensitif.Beberapa inisiatif swasta menunjukkan bahwa beberapa lapisan pertahanan dapat membantu mengisolasi dan mengamankan data keuangan.Setiap pelanggaran data, tidak peduli seberapa kecilnya, dapat mengakibatkan pertanggungjawaban langsung kepada perusahaan (lihat Gramm-Leach-Bliley Act) dan menghancurkan reputasi perusahaan FinTech.
Sektor keuangan online juga merupakan target peningkatan penolakan terdistribusi terhadap serangan pemerasan layanan. Pemasaran adalah tantangan lain bagi kebanyakan perusahaan Fintech karena mereka sering kalah oleh pesaing yang lebih besar. Tantangan
keamanan ini juga dihadapi oleh perusahaan bank historis karena mereka menawarkan layanan pelanggan Internet yang terhubung.
Bagaimana situasinya di Indonesia? Berdasarkan laporan CNN, diungkapkan bahwa Perusahaan peranti lunak Gojek meraih pendanaan tahap baru yang yang fantastis nilainya, sebesar US$550 juta atau Rp7,2 triliun, dari sejumlah investor yang dipimpin oleh KKR & Co., dan Warburg Pincus,
demikian pernyataan bersama para investor yang berpartisipasi, Kamis
(4/8/2017). Tercatat Farallon Capital Management, Capital
Group Private Markets, dan
sejumlah investor internasional lain, ikut berpartisipasi dalam putaran investasi ini. Pada pekan ini, Grab juga mengumumkan pendanaan baru sebesar US$600 juta atau sekitar Rp7,8 Rp7,8 triliun dari SoftBank Group dan Didi Chuxing, penyedia layanan mobil panggilan yang berkuasa di China.
Traveloka perusahaan layanan tiket dan hotel online. Mendapatkan dana dari perusahaan Expedia Amerika. Perusahaan Expedia juga bekerja sama dengan mitra dari Indonesia Indonesia untuk pemesanan hotel global. Dalam 1
tahun terakhir Traveloka telah mendapatkan $500 juta,
termasuk investor East Ventures, Hillhouse Capital Group, Sequoia Capital, dan perusahaan eCommerce China. Expedia berharap dapat hadir di Asia Tenggara
dan belajar dengan
kebiasaan liburan dan perjalanan seperti di Indonesia. Traveloka memiliki 100 layanan domestik dan internasional untuk Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura Singapura dan Filipina.
Meski demikian investasi kedua perusahaan aplikasi sektor transportasi dan pariwisata ini baru sebatas payment gateway, gat eway, belum berbentuk aplikasi financial f inancial technologi techno logi menyeluruh. men yeluruh. Yang masih belum rampung saat ini adalah Sislognas, Sistem logistik nasional yang bercita-cita menyatukan angkutan laut nusantara door to door dari Sabang sampai Merauke dalam satu
aplikasi komputer berbasis cloud untuk menekan biaya angkutan laut di Indonesia dan meratakan distribusi barang di Indonesia.
fi nanc ncial ial techno hnology logy terhadap indikasi aliran dana 2.6 contoh kasus penyalahgunaan fina terorisme
Kepala PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) Kiagus Ahmad Badaruddin kembali menemukan modus penggunaan financial technology (fintech) oleh jejaring teroris untuk mengelabui penegak hukum di Indonesia. Menurut Kiagus, Bahrun Naim, terduga dalang beberapa kasus terorisme di Indonesia menggunakan layanan fintech untuk mengirim uang. "Bahrun Naim, salah seorang tokoh yang mendalangi berbagai aksi teror di Indonesia, menggunakan sistem pembayaran online PayPal atau dengan Bitcoin," ujar Kiagus di gedung PPATK, Senin (9/1), seperti dipetik dari detikcom. PayPal adalah sebuah sistem pembayaran secara online. PayPal membuat jasa transfer uang dengan surat elektronik. Sedangkan Bitcoin mata uang virtual. Dua layanan ini sebetulnya tak melanggar hukum dan biasa digunakan dalam transaksi yang legal. "Tapi kemudian ada pihak-pihak tertentu memanfaatkan sisi lain dari fintech itu," kata Kiagus. Karena sistem pencatatannya pencatatann ya tidak langsung terhubung perbankan Indonesia, dua d ua layanan l ayanan ini sedikit lebih sulit untuk ditelusuri dari pada transaksi perbankan umumnya. Butuh beberapa langkah untuk menelusurinya siapa penggunanya. "Sistem Bitcoin baru ketahuan begitu mau diuangkan ke pihak perbankan, baru bisa ketahuan," paparnya. Pendahulu Kiagus, Muhammad Yusuf September lalu menyatakan, dalam empat tahun terakhir, aliran dana ini didominasi berasal dari Australia. Dalam rapat dengan Panitia Khusus revisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme di DPR, Yusuf menyatakan, kirim duit dari Australia ada 97 kali. "Nilainya Rp88,8 miliar," ujar Yusuf seperti dikutip dari Kompas.com. Transfer sebanyak 97 kali transaksi tersebut dilakukan dengan berbagai cara, baik perseorangan
maupun kelompok. Negara yang mengirimkan dana untuk terorisme ke Indonesia terbanyak kedua adalah Malaysia sebanyak 44 kali dengan aliran dana sebesar Rp754,8 juta. Singapura tujuh kali dengan jumlah duit sebesar Rp26, 1 juta. Lalu disusul Filipina dengan satu kali pengiriman senilai Rp25 juta. Sumber dana diperoleh dari yayasan dan patungan anggota atau simpatisan. Modus yang kerap digunakan jaringan teroris untuk mengirimkan uang dengan menyewa orang atau bahkan menikahi orang Indonesia. Yusuf mencontohkan, kasus aliran dana dari Australia ke Indonesia, bule menikahi orang Indonesia. Lalu istri diminta membuka rekening. Suaminya lalu mentransfer duit itu dan memecahnya ke daerah-daerah yang rawan terorisme, "Seperti Bekasi," ungkapnya. Yusuf menuturkan, pihaknya menemukan istri salah seorang teroris mengirimkan dana kepada suaminya di Suriah dengan PayPal. "Kami lagi mencari tahu bagaimana mereka mengakses PayPal," tutur Yusuf saat itu. Indonesia, kini sudah memiliki Undang-undang nomor 9 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (TPPT). Bedanya dengan tindak pidana pencucian uang uan g (TPPU), TPPT tak memandang memandan g asal uang uan g apakah dari usaha yang sah atau tidak. Jika digunakan untuk mendanai terorisme, maka bisa ditindak. Saat ini PPATK akan ikut masuk guna menelusuri aliran dana atau transaksi keuangan berbasis digital ini. Menurut Wakil Kepala PPATK Dian Ediana Rae, PPATK segera membentuk desk fiskal, desk narkotika, desk Fintech dan cyber crime. PPATK akan bekerja sama dengan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Badan Narkotika Nasional, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, dan penegak hukum lainnya. Kerja sama ini agar transaksi keuangan berbasis digital ini tidak terganggu pertumbuhannya, pertumbuhann ya, tetapi juga tidak disalah gunakan gun akan untuk tindak kejahatan. k ejahatan.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Makalah ini menetapkan kerangka kerja untuk memikirkan jalur ekonomi yang dengannya teknologi mempengaruhi layanan keuangan.Ini menekankan kebutuhan pengguna yang berkembang dan peran khusus dari ketidaksempurnaan pasar, dan struktur biaya yang muncul di pasar keuangan.Perusahaan Fintech berpotensi mengubah lahan secara signifikan scape dengan menipiskan ketidaksempurnaan ini, dan mengubah struktur biaya yang ada. Mereka menyediakan produk dan layanan inovatif yang merespons kebutuhan pengguna akan kepercayaan, kecepatan, biaya rendah, keamanan, kegunaan, dan transparansi. Ketidakpastian utama adalah apakah perubahan di pasar keuangan akan bertahap dan evolusioner, atau berpotensi mengganggu. Sejauh teknologi baru menurunkan biaya melakukan bisnis, mereka dapat mendukung perubahan yang lebih bertahap, memang satu di mana para pemain lama dapat d apat memperoleh teknologi baru dari pendatang baru.Namun, pengenalan produk baru yang melewati perantara dan pasar yang ada, atau efek jaringan yang sangat cepat mengubah struktur pasar yang ada, dapat merangsang evolusi yang lebih mengganggu. Kemungkinan ini menghadapi regulator dan bank sentral dengan tantangan dan peluang. Fintech Fintech dapat secara substansial mengubah stabilitas versus efisiensi trade-off yang regulator berusaha untuk mengelola. Regulator akan semakin perlu melihat secara spesifik teknologi itu sendiri. Mengelola masalah yang berkaitan dengan kepercayaan dan privasi cenderung menjadi lebih menantang. Di sisi lain, manfaat teknologi untuk pilihan pengguna, biaya, dan akses cukup besar. Selain itu, fintech sendiri mungkin menawarkan solusi untuk beberapa tantangan tantan gan peraturan saat ini termasuk untuk u ntuk mengetahui pelanggan dan masalah AML /
CFT Anda.Bank sentral juga menilai bagaimana fintech dapat mempengaruhi peran dominan mereka saat ini dalam sistem pembayaran dan penyediaan media pertukaran. Pembayaran lintas negara memberikan contoh kasus untuk menerapkan pendekatan paper.Analisis permintaan, dan penawaran, layanan pembayaran lintas batas, dan studi tentang struktur pasar penyedia layanan menunjukkan berbagai kekurangan ekonomi jaringan yang merupakan karakteristik pembayaran lintas batas.Beberapa kemajuan teknis niscaya akan lebih mengganggu daripada yang lain, dan akan memerlukan pengembangan lingkungan peraturan yang mendukung. Fintech mengemukakan beberapa masalah yang perlu dipertimbangkan untuk kolaborasi
internasional.Perkembangan di fintech menimbulkan pertanyaan penting yang tidak hanya bersifat nasional tapi juga global. Untuk memastikan bahwa kerangka peraturan yang efektif dikembangkan untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh fintech, kerja sama internasional akan sangat penting, dan IMF berada pada posisi yang baik untuk berperan dalam proses ini.
DAFTAR PUSTAKA
Inggrid.2014. Sektor Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.Jurnal. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan , Vol 8, No 1, Maret 2014
http://business-law.binus.ac.id/2016/05/31/mengenal-lebih-dekat-financial-technology/ Jurnal Ekonomi dan Bisnis. ISSN 1979 - 6471. Volume 20 No. 1, April 2017
https://www.pwc.com/id/en/media-centre/pwc-in-new https://www.pwc.com /id/en/media-centre/pwc-in-news/2017/indonesian/fintech-dan-transform s/2017/indonesian/fintech-dan-transformasiasiindustri-keuangan.html
https://koinworks.com/blog/fintech-indonesia-dan-perkembangannya/
Working Paper, Layanan Keuangan digital: Hambatan dan Faktor-faktor Penentu Keberhasilan, Untoro dkk, Bank Indonesia, 2014
https://www.merdeka.com/uang/ini-persiapan-ojk-kawal-perk https://www.merdeka.com /uang/ini-persiapan-ojk-kawal-perkembangan-FinTech-diembangan-FinTech-di- tanah-air.html
http://FinTechnews.sg/3121/FinTech/7-indonesian-FinTech-startups-watch/
https://beritagar.id/artikel/berita/bagaimana-jaringan-teroris-menggunakan-fintech
http://www.ibs.ac.id/img/doc/MDH%20-%20FinTe http://www.ibs.ac.id/img /doc/MDH%20-%20FinTech%20IBS%20June ch%20IBS%20June%202017.pdf %202017.pdf