FINANCIAL TECHNOLOGY VERSUS INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Administrasi Teknik Bagi Hasil Syariah Pada Program Studi Perbankan Syariah
Oleh :
MENTARI PRATIWI (1501270023) V PBS A-PAGI
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kehendakNya-lah makalah yang berjudul “Financial Technology Versus Industri Perbankan di Indonesia” ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan kali ini perkenankanlah saya untuk menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini baik material maupun moril. Saya menyadari dalam penyusunan ini belum dapat disajikan secara sempurna. Oleh karena itu saya mengharapkan masukan dan kritik yang konstruktif dari pembaca guna koreksi bagi saya agar penulisan makalah selanjutnya bisa lebih baik. Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan minta maaf apabila makalah ini banyak kekurangannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 03 Desember 2017 Penulis
Mentari Pratiwi
i
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .....................................................................................
i
DAFTAR ISI ....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 .Latar Belakang ...................................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ..............................................................................
4
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................
4
1.4. Manfaat ..............................................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................
5
2.1. Pengertian Financial Technology (FinTech) .....................................
5
A. Sejarah singkat FinTech ................................................................ 6 B. Manfaat Fintech ............................................................................ C. Dampak positif inovasi pengembangan keuangan digital di Indonesia dengan cara penerapan FinTech .................................................... 8 D. Keberadaan FinTech di Indonesia................................................. 9 E. Peranan FinTech ........................................................................... 9 F. Ancaman FinTech ......................................................................... 10 2.2. Pengertian Industri Perbankan ........................................................... A. B. C. D.
10
Sejarah singkat Perbankan ............................................................ Tujuan Perbankan ......................................................................... Jenis-Jenis Bank ............................................................................ Sistem Perbankan di Indonesia .....................................................
11 13 13 16
2.3. Perbedaan antara FinTech dengan Industri Perbankan ......................
20
2.4. Perkembangan FinTech dengan Industri Perbankan di Indonesia .....
21
A. Perkembangan FinTech di Indonesia ............................................
21
B. Perkembangan Industri Perbankan di Indonesia ...........................
22
ii
BAB III PENUTUP ........................................................................................
24
3.1. Kesimpulan ................................................................................................
24
3.2. Saran.............................................................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agar memudahkan dan membantu kegiatan sehari-hari, maka manusia terus-menerus lakukan berinovasi dan jelajahi kreativitas mereka untuk menciptakan teknologi, tepat guna memiliki nilai tambah. Maka tak heran jika di dunia digital sekarang ada transaksi ekonomis yang dapat di implementasikan kapan saja, dimana saja, dapat diakses melalui smartphone manapun, cepat, dan mudah digunakan. Maka datanglah ekonomi digital atau biasa disebut Ecommerce
(toko
onine)
dan
produknya
dipresentasikan
sebagai
hasil
pengembangan teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi juga berubah secara tradisional system akuntansi ke dalam sistem akuntansi terkomputerisasi. Tapi tujuan dari Implementasi sistem komputerisasi atau manual sama saja, yaitu sebuah proses akuntansi yang membuat informasi berguna untuk membuat keputusan. Tradisional Sistem akuntansi menyimpan catatan transaksi, kemudian melakukan posting di jurnal yang mana kemudian dilanjutkan dengan membuat buku besar dan menyiapkan laporan keuangan di banyak lembar kertas. Kegiatan ini dalam sistem akuntansi tradisional tidak hanya memakan waktu lama, tapi juga banyak uang untuk dokumentasi, karyawan, dan sumber daya lainnya. Berbeda dengan sistem akuntansi modern atau yang lebih dikenal dengan online Sistem akuntansi yang lebih efektif dimana pengguna bisa mengakses tak terbatas oleh waktu dan tempat dengan biaya lebih efisien. Sistem akuntansi online adalah akuntansi Sistem yang digunakan pada berbasis web. Informasi akuntansi berbasis komputer Sistem menjadi alat bagi perusahaan dan pemangku kepentingannya. Selain itu, ada beberapa pembayaran digital yang muncul karena pengembangan teknologi di abad 21 yang disebut FinTech. FinTech atau Keuangan
Teknologi
adalah
sektor
baru
di
industri
keuangan
yang
menggabungkan keseluruhan teknologi yang digunakan di bidang keuangan untuk memfasilitasi perdagangan, bisnis perusahaan atau interaksi dan layanan yang
1
diberikan kepada konsumen ritel. Menurut National Digital Research Center (NDRC), Teknologi Finansial atau FinTech adalah sebuah terminologi yang biasa disebut inovasi di sektor keuangan. Teknologi Keuangan merupakan salah satu implementasi IT (Information Technology) di bidang keuangan. Konsep inti FinTech berasal dari aplikasi Peer to Peer Concept (P2P) yang digunakan oleh Napster pada tahun 1999 untuk sharing musik. Lalu FinTech pertama kali muncul pada tahun 2004 oleh Zopa, yang merupakan lembaga keuangan di Inggris Raya itu melakukan dalam meminjam uang. Pada tahun 2008, BitCoin yang diciptakan oleh Satoshi Nakamoto pertama kali muncul sebagai uang digital untuk transaksi online tapi ternyata tidak diperbolehkan lagi di indonesia Lalu datanglah Apple Pay, Samsung Pay, dan PayPall. Di Faktanya, itu adalah banyak jenis perusahaan sebagai pelaksana di FinTech seperti: diproduksi perusahaan (Apple Pay dan Samsung Pay), penyedia dan perusahaan telekomunikasi (T-Cash, Dompet Indosat, XL Tunai, dll), perusahaan sistem operasi (Android Pay), perbankan (Dompetku dll) dan lain-lain. Di Indonesia, FinTech tumbuh dengan cepat karena peningkatan pengguna internet dan smartphone, terutama bagi kaum muda Indonesia. Di Indonesia, Teknologi Keuangan telah diatur oleh Bank Indonesia di Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 18/40 / PBI / 2016 tentang Pelaksana Proses Transaksi Pembayaran. Undang-undang tersebut diatur menurut UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, UU No. 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik, dan UU No. 3 tahun 2011 tentang Transfer Dana. Lisensi ini dari Bank Indonesia menerbitkan pelaksana layanan sistem pembayaran baru itu tidak diatur dalam undang-undang sebelumnya, yaitu untuk: mengalihkan eksekutor, gateway pembayaran pelaksana, dan eksekutor dompet elektronik. Untuk meningkatkan kehandalan dan industri daya saing dalam sistem pembayaran nasional, jadi undang-undang ini juga mengatur struktur kepemilikan eksekutor sebagai principal, switching eksekutor, kliring pelaksana, dan pelaksana penyelesaian. Dua pihak yang tertata dengan baik di PBI PJP ( Peraturan Bank
2
Indonesia Penyelenggara Jasa Pembayaran ) adalah Pelaksana Penyedia Jasa Jasa Pembayaran atau PJSP) dan Mendukung Pelaksana di Sistem Pembayaran. Perkembangan Teknologi Keuangan mampu mempengaruhi gaya hidup masyarakat dunia, apalagi FinTech sekarang hadir sebagai kebutuhan baru di dunia. Alasan kenapa FinTech sebagai bagian penting dalam situasi gaya hidup dan keuangan di dunia adalah karena ini membantu pengembangan startup baru pembayaran mobile, mampu meningkatkan masyarakat standar hidup (di Asia Selatan, FinTech bisa diatasi dengan kemiskinan lebih dari 600 juta orang dan masih memberikan bukti nyata tentang kenaikan startup untuk meningkatkan kepercayaan investor). Industri perbankan di Indonesia masih merupakan pasar yang menarik bagi investor untuk terjun ke dalam persaingan tersebut, terlebih lagi dengan Indonesia sebagai Negara kepulauan dengan luas wilayah sebesar 1,9 juta km persegi dengan jumlah penduduk yang mencapai ±241 juta jiwa sekaligus merupakan Negara keempat didunia yang memiliki jumlah penduduk terbesar setelah China, India dan Amerika. Dan dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dari berbagai sektor membuat Indonesia merupakan peluang pasar industri perbankan yang cukup besar. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan industri perbankan di Indonesia memasuki tahun 2011, maka persaingan antar perusahaan perbankan pun semakin kompetitif. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya perusahaan perbankan yang beroperasi secara lokal maupun yang beroperasi dengan skala internasional yang memaksa setiap bank untuk lebih kreatif dan inovatif agar dapat bertahan dan mengembangkan dirinya. Industri perbankan merupakan sektor yang berperan cukup besar dalam pembangunan suatu Negara. Berdasarkan latar belakang yang demikian membuat penulis tertarik untuk membuat makalah dengan judul : “Financial Technology Versus Industri Perbankan di Indonesia”
3
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas adalah: 1. Apakah pengertian Fintech ? 2. Apakah pengertian Industri Perbankan ? 3. Apakah perbedaan antara Fintech dengan Industri Perbankan ? 4. Bagaimana perkembangan Fintech dengan Industri Perbankan di Indonesia?
1.3. Tujuan Penulisan Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengertian dari Fintech. 2. Untuk mengetahui pengertian dari Industri Perbankan. 3. Untuk mengetahui perbedaan antara Fintech dengan Industri Perbankan. 4. Untuk mengetahui perkembangan Fintech dengan Industri Perbankan di Indonesia.
1.4. Manfaat Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk memperluas wawasan penulis tentang Financial Technology Versus Industri Perbankan di Indonesia. 2. Bagi masyarakat umum khususnya masyarakat muslim, makalah ini berguna untuk memperkenalkan Teknologi Keuangan serta Industri Perbankan yang ada di Indonesia. 3. Bagi praktisis perbankan syariah, hasil makalah ini diharapkan dapat menjadi sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi pengguna Teknologi Keuangan serta Industri Perbankan yang ada di Indonesia.
4
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Financial Technology (FinTech) Fintech berasal dari istilah financial technology atau teknologi finansial. Menurut The National Digital Research Centre (NDRC), fintech merupakan suatu inovasi pada sektor finansial. Tentunya, inovasi finansial ini mendapat sentuhan teknologi modern. Keberadaan fintech diharapkan dapat mendatangkan proses transaksi keuangan yang lebih praktis dan aman. Proses transaksi keuangan ini meliputi proses pembayaran, proses peminjaman uang, transfer, ataupun jual beli saham. Dari konsep ini, kemudian muncullah startup yang bergerak di bidang fintech. Di berbagai negara, startup fintech tengah menjadi tren terkini. Di Indonesia sendiri, startup fintech juga sudah mulai banyak bermunculan dan diperkirakan akan menjadi tren di tahun 2018 ini. Startup-startup fintech di Indonesia tersebut, misalnya CekAja, UangTeman, Pinjam, CekPremi, Bareksa, Kejora, Doku, Veritrans, Kartuku, adalah beberapa di antaranya. Bahkan, seiring dengan perkembangan startup-startup fintech di Indonesia, September 2015 lalu telah diluncurkan pendirian asosiasi perusahaan teknologi finansial bernama FinTech Indonesia. Layanan yang diberikan oleh startup fintech pastinya berkaitan dengan finansial.Namun, setiap startup fintech memiliki fokus yang berbeda-beda.Ada startup yang fokus terhadap bisnis mikro, dengan menyediakan penjualan pulsa, pembayaran tagihan, dan layanan keuangan.Kemudian ada juga startup yang fokus menyediakan payment gateway untuk memudahkan berbagai macam urusan pembayaran. Ada juga startup fintech yang fokus menyediakan produk finansial, seperti kartu kredit, asuransi, dan investasi (ummi: 2016). Fintech telah membawa warna baru dalam dunia finansial.
5
A. Sejarah Singkat Fintech Financial Technology (FinTech) adalah salah satu bentuk penerapan teknologi informasi di bidang keuangan. Alhasil, munculah berbagai model keuangan baru yang dimulai pertama kali pada tahun 2004 oleh Zopa, yaitu institusi keuangan di Inggris yang menjalankan jasa peminjaman uang. Kemudian model keuangan baru melalui perangkat lunak Bitcoin yang digagas oleh Satoshi Nakamoto pada tahun 2008. Dalam perspektif sejarah, konsep inti dari pengembangan FinTech sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari aplikasi konsep peer-to-peer (P2P) yang digunakan oleh Napster pada tahun 1999 untuk music sharing. Inovasi yang berkembang di sini adalah pengadaptasian prinsip jaringan komputer yang diterapkan pada bidang keuangan. Meski pada mulanya konsep finansial P2P ini diperuntukkan bagi para startup (wirausaha baru) dalam mencari investor untuk membiayai bisnisnya. Tetapi dalam perkembangannya finansial P2P ini memiliki partisipan yang lebih luas tidak hanya para pemodal untuk menginvestasikan uangnya kepada start-up baru. Dengan banyaknya partisipan yang berkontribusi memasukkan uang maka kemudian menjadi crowdfunding, sehingga pemanfaatan finansial P2P tidak terbatas bagi para start-up saja seperti yang dilakukan oleh perusahaan Zopa di Inggris.
B. Manfaat FinTech (1) Kemudahan pelayanan finansial Berkat kehadiran Fintech, proses transaksi keuangan menjadi lebih mudah. Nasabah juga mendapatkan pelayanan finansial meliputi proses pembayaran, pinjaman uang, transfer, ataupun jual beli saham dengan cara mudah dan aman. Nasabah bisa mengakses pelayanan finansial melalui teknologi seperti ponsel pintar maupun laptop. Sehingga tidak perlu datang langsung ke bank untuk mendapatkan pinjaman demi memenuhi berbagai kebutuhan.Kehadiran teknologi dalam urusan finasial seperti ini jelas membantu Masyarakat
masyarakat yang
dalam
memerlukan
6
memaksimalkan produk
layanan
finansial
finansial.
tertentu,
cukup
mengajukan melalui online. Kemudahan pelayanan finansial ini tercermin dari proses kerja yang tergolong cepat serta minimnya kebutuhan dokumen untuk mendapatkan produk finansial terkait. (2) Melengkapi rantai transaksi keuangan Efek Fintech bagi perekonomian Indonesia salah satunya adalah melengkapi rantai transaksi keuangan.Faktor kelahiran Fintech ini pun karena ada tuntunan zaman dan pasar ekonomi. Melalui Fintech segala transaksi keuangan seperti proses pembayaran, pembiayaan, jual beli dan transfer semakin praktis dan aman. Pun, semuanya bisa diakses hanya melalui smartphone atau tablet.Peranan Fintech bukan sebagai pengganti bagi bank konvensional, melainkan sebagai pelengkap rantai transaksi keuangan.Hadirnya Fintech memperkuat ekosistem keuangan di Indonesia karena bisa meningkatkan daya beli masyarakat terhadap produk-produk finansial.Hal ini menjadi kesempatan emas dalam menjangkau masyarakat yang selama ini belum terjangkau oleh berbagai layanan keuangan. (3) Meningkatkan taraf hidup Selama ini hanya kalangan masyarakat menegah ke atas saja yang mumpuni
menikmati
layanan
finansial.
Bagi
MBR
(Masyarakat
Berpenghasilan Rendah), mengajukan kartu kredit atau KTA bunga rendah saja sepertinya sulit. Hal ini dipengaruhi oleh peraturan Bank Indonesia yang mewajibkan masyarakat harus memiliki kartu kredit terlebih dahulu untuk mendapatkan kartu kredit atau pinjaman. Pernyataan tersebut perlahan sirna karena Fintech memudahkan MBR untuk mendapatkan pinjaman dana tunai hingga pembayaran dengan cara mudah. Sehingga dengan adanya Fintech dapat mempercepat terwujudnya inklusi keuangan seluruh masyarakat Indonesia, bahkan MBR sekalipun.Dan hal ini sekaligus meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan MBR.Mereka bisa memperoleh pinjaman dengan bunga rendah untuk memenuhi berbagai
7
kebutuhannya.Pada akhirnya, Fintech turut mendorong perekonomian Indonesia dengan mengentaskan kemiskinan. (4) Melawan lintah darat Keberadaan lintah darat atau rentenir tentu meresahkan nasabah yang ingin mengajukan produk finansial. Pasalnya, bagi masyarakat dengan penghasilan pas-pasan yang kurang memenuhi syarat untuk mengajukan pinjaman di bank, mereka kerap meminjam pada lintah darat atau rentenir dengan bunga tinggi. Ketika muncul Fintech, hal-hal seperti itu dapat terhindari (ummi: 2016). C. Dampak positif inovasi pengembangan keuangan digital di Indonesia dengan cara penerapan FinTech Dilihat dari pengertian dan beberapa manfaat dari Fintech, tidak dipungkiri bahwa teknologi keuangan ini juga akan mampu membantu Indonesia dalam mengembangkan teknologi di bidang keuangan. Di dukung oleh sifat masyarakat Indonesia yang konsumsif, termasuk mengenai teknologi, maka inovasi perkembangan keuangan digital di Indonesia akan cepat berkembang. Manfaat positif dari penggunaan Fintech turut menarik perhatian masyarakat untuk berbondong-bondong menggunakan teknologi tersebut. Beberapa dampak positif pengembangan keuangan digital di Indonesia dengan cara penerapan Fintech antara lain: kemudahan pelayanan finansial, melengkapi rantai transaksi keuangan, meningkatkan taraf hidup, melawan lintah darat. Fintech juga mumpuni menerbitkan sistem pinjaman uang dengan cara transparan. Masyarakat bisa mengetahui berapa persen bunga yang harus dibayarkan, berapa cicilan per bulannya dan berapa lama tenor pinjaman yang tersedia. Bahkan di AturDuit, Anda juga menghitung simulasi cicilan per bulan sesuai jumlah pinjaman yang diajukan. Jadi, Fintech dapat meringankan persoalan finansial Anda.Secara khusus, keberadaan Fintech membantu masyarakat dalam membuat keputusan keuangan.Saat inipun, Fintech jadi salah satu sarana
8
meningkatkan pemasaran produk di tengah industri keuangan, karena produk online saat ini makin digemari publik.
D. Keberadaan FinTech di Indonesia Menurut Brata Rafly ( 2016 ) seorang CEO Dimo Pay Indonesia sebuah perusahaan startup yang bergerak dalam bidang mobile payment mengatakan bahwa tantangan dan juga peluang terbesar industri FinTech di Indonesia saat ini adalah bagaimana memperkenalkan sebuah teknologi layanan keuangan yang bersifat terhitung. FinTech bersama pelaku usaha ecommerce dan start-up company (UMKM) merupakan pemain utama dalam perekonomian digital. Di Indonesia saat ini model bisnis e-commerce telah berkembang, tidak hanya di sector ritel atau pasar untuk produk, tetapi juga berkembang pada layanan transportasi, seperti GoJek, Uber, Grab, layanan keuangan seperti modalku, dan Uang Teman. Layanan keuangan ini merupakan bagian FinTech. Keberadaan dan perkembangan FinTech didukung oleh inovasi teknologi di bidang, cloud computing, learning machines, digital & mobile payment, block chain distributed ledgers, dan big data. Di Indonesia layanan keuangan FinTech yang saat ini sedang berkembang di bedakan ke dalam beberapa kelompok, yaitu payment system, digital banking, online/digital insurance, Peer-to-Peer (P2P) Lending, dan crowdfunding. Berdasarkan data Bank Indonesia, saat ini terdapat 96 perusahaan FinTech yang beroperasi di Indonesia.
E. Peranan FinTech (1) Memberi solusi struktural bagi pertumbuhan industri berbasis elektronik (e-commerce). (2) Mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah serta lahirnya wirausahawan (entrepreneur) baru. (3) Mendorong usaha kreatif (seperti artis, musisi, pengembang aplikasi, dsb.) untuk meraih distribusi pasar yang luas (critical mass).
9
(4) Memungkinkan pengembangan pasar, terutama yang masih belum terlayani jasa keuangan dan perbankan konvensional (unbanked population).
F. Ancaman FinTech (1) Regulasi belum matang, aturan tumpang-tindih, berpotensi menimbulkan penyelewengan (contoh: shadow banking, MLM, money game, dll). (2) FinTech membawa inovasi yang bersifat “merusak” (disruptive), berpotensi membuat air menjadi keruh. (3) Percepatan problem klasik teknologi: polarisasi pekerjaan akibat disintermediasi (job polarisation), melebarkan digital divide, dan “pengkultusan” sebagai jalan potong (shortcut) pertumbuhan ekonomi.
2.2. Pengertian Industri Perbankan Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa
yang menarik
seperti, bunga dan
hadiah
sebagai
rangsangan
bagi
masyarakat. Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut. bank didirikan oleh Prof. Dr. Ali Afifuddin, SE. Inilah beberapa manfaat perbankan dalam kehidupan : 1. Sebagai model investasi, yang berarti, transaksi derivatif dapat dijadikan sebagai salah satu model berinvestasi. Walaupun pada umumnya merupakan jenis investasi jangka pendek (yield enhancement).
10
2. Sebagai cara lindung nilai, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai salah satu cara untuk menghilangkan risiko dengan jalan lindung nilai (hedging), atau disebut juga sebagai risk management. 3. Informasi harga, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai sarana mencari atau memberikan informasi tentang harga barang komoditi tertentu dikemudian hari (price discovery). 4. Fungsi spekulatif, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan kesempatan spekulasi (untung-untungan) terhadap perubahan nilai pasar dari transaksi derivatif itu sendiri. 5. Fungsi manajemen produksi berjalan dengan baik dan efisien, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan gambaran kepada manajemen produksi sebuah produsen dalam menilai suatu permintaan dan kebutuhan pasar pada masa mendatang. Terlepas dari funsi-fungsi perbankan (bank) yang utama atau turunannya, maka yang perlu diperhatikan untuk dunia perbankan, ialah tujuan secara filosofis dari eksistensi bank di Indonesia. Hal ini sangat jelas tercermin dalam Pasal empat(4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjelaskan, ”Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”. Meninjau lebih dalam terhadap kegiatan usaha bank, maka bank (perbankan) Indonesia dalam melakukan usahanya harus didasarkan atas asas demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip kehati-hatian.4 Hal ini, jelas tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap proses pembangunan bangsa.
A. Sejarah singkat Perbankan Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia, Afrika dan Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan
11
ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika. Bila ditelusuri, sejarah dikenalnya perbankan dimulai dari jasa penukaran uang. Sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat penukaran uang. Dalam perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu mungkin penukaran uangnya dilakukan antar kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain. Kegiatan penukaran ini sekarang dikenal dengan nama Pedagang Valuta Asing (Money Changer). Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman uang. Uangyang disimpan oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali kepada masyarakatyang membutuhkannya. Jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain : (1) Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang sekarang dikenal dengan BNI '46. (2) Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal dar De Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko. (3) Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di Solo. (4) Bank Indonesia di Palembang tahun 1946. (5) Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan. (6) Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian menjadi Bank Amerta. (7) NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946. (8) Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950 kemudian merger dengan Bank Pasifik. (9) Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari. Kemudian merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949.
12
B.
Tujuan Perbankan Jasa bank sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Jasa
perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan. Pertama, sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah. Untuk ini, bank menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit. Ini adalah peran bank yang paling penting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat pembayaran yang efesien ini, maka barang hanya dapat diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu. Kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana untuk karena mereka tidak memiliki dana pinjaman.
C.
Jenis-Jenis Bank 1. BANK SENTRAL Bank sentral di suatu negara, pada umumnya adalah sebuah instansi yang
bertanggung jawab atas kebijakan moneter di wilayah negara tersebut. Bank Sentral berusaha untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor perbankan, dan sistem finansial secara keseluruhan. Di Indonesia, fungsi bank sentral diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Bank sentral adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas harga atau nilai suatu mata uang yang berlaku dinegara tersebut, yang dalam hal ini dikenal dengan istilah inflasi atau naiknya harga-harga yang dalam arti lain turunnya suatu nilai uang. Bank Sentral menjaga agar tingkat inflasi terkendali dan selalu berada pada nilai yang serendah mungkin atau pada posisi yang optimal bagi perekonomian (low/zero inflation), dengan mengontrol keseimbangan jumlah uang dan barang. Apabila jumlah uang yang beredar terlalu banyak maka bank sentral dengan menggunakan instrumen dan otoritas yang dimilikinya. Peran bank sentral :
13
a. Memelihara rekening pemerintah b. Memberikan pinjaman sementara c. Memberikan pinjaman khusus d. Melaksanakan transaksi yang menyangkut jual beli valuta asing (valas) e. Menerima pembayaran pajak f. Membantu pembayaran pemerintah dari pusat ke daerah g. Mengumpulkan dan menganalisis data ekonomi 2. BANK UMUM Pengertian
Bank
Umum
menurut
Peraturan
Bank
Indonesia
No.9/7/PBI/2007 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang diberikan oleh bank umum bersifat umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum sering disebut bank komersial (commercial bank). Peran Bank Umum. a. Penciptaan uang Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran lewat mekanisme pemindahbukuan (kliring). b. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal adalah kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas pembayaran dengan tunai atau kredit. c. Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana simpanan. Di Indonesia dana simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Kemampuan bank umum menghimpun
14
dana jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya. d. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal. e. Penyimpanan Barang-Barang Berharga Penyimpanan barang-barang berharga adalah satu satu jasa yang paling awal yang ditawarkan oleh bank umum. Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan oleh bank untuk disewa (safety box atau safe deposit box). f. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin banyak dan luas. Saat ini kita sudah dapat membayar listrik, telepon membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang melalui atm, membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa-jasa bank. Jasa-jasa ini amat memudahkan dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada pihak yang menggunakannya.
3. BPR (Bank Perkreditan Rakyat) BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum. Kegiatan BPR pada umumnya sama dengan kegiatan Bank Umum, hanya yang menjadi perbedaan adalah jumlah jasa bank yang dilakukan BPR jauh lebih sempit. BPR dibatasi oleh berbagai persyaratan, sehingga tidak dapat berbuat seleluasa bank umum. Keterbatasan kegiatan BPR juga dikaitkan dengan misi pendirian BPR itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan BPR adalah sebagai berikut : a. Menghimpun dana hanya dalam bentuk:
15
(1) Simpanan Tabungan (2) Simpanan Deposito b. Menyalurkan dana dalam bentuk : (1) Kredit Investasi (2) Kredit Modal Kerja (3) Kredit Perdagangan Karena keterbatasan yang dimiliki oleh BPR, maka ada beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan BPR, adalah sebagai berikut : (1) Menerima Simpanan Giro (2) Melakukan Kegiatan Valuta Asing (Valas) (3) Melakukan Kegiatan Perasuransian
D.
Sistem Perbankan di Indonesia Bank-bank yang beroperasi di Indonesia saat ini pada dasarnya
dikelompokkan ke dalam Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sedangkan Bank Indonesia berfungsi sebagai bank sentral. Namun demikian, sejalan dengan terjadinya perubahan dalam sistem keuangan terutama yang terkait dengan kelembagaan perbankan sebagai dampak dikeluarkannya undang-undang di bidang keuangan dan perbankan. Sekjen Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), Achmad K Permana mengatakan, tantangan yang dialami industri perbankan syariah ini terjadi baik di internal maupun secara eksternal. "Setidaknya ada 3 masalah yang membuat perbankan syariah belum bisa berkembang secara optimal," ujar Permana pada acara Bincang-bincang Ramadhan dengan tema 'Menguak Krisis Sumber Daya Insani di Perbankan Syariah' di D'consulate Cafe, Jakarta, Senin (13/8/2012). Tantangan pertama, menurut Permana adalah dari sisi produk. Dirinya menuturkan, dari segi kuantitas produk syariah masih kurang banyak jika dibandingkan dengan konvensional. "Akhirnya, market share perbankan syariah masih terbilang kecil bila dibandingkan dengan konvensional. Bila konvensional
16
bisa menambah porsi market share dengan menambah pembiayaan, sedangkan market share perbankan syariah terbatas dengan skim angsuran," jelasnya. Sudah bukan rahasia lagi, struktur perbankan Indonesia saat ini tengah dikuasai oleh 14 bank besar atau yang biasa disebut dengan systematically important bank. Pada pertengahan September 2009, 14 bank tersebut memenuhi himbauan BI untuk menurunkan suku bunga dana pihak ketiga yang mendekati BI rate. Namun sepanjang 2010-2011, diyakini tidak ada perubahan signifikan dalam komposisi struktur perbankan Indonesia, terutama pada 14 bank besar tersebut. Contohnya ketika BI Rate stabil di kisaran 6.5 – 6.75% dan suku bunga dana pihak ketiga sudah stabil di kisaran suku bunga penjaminan LPS, maka seharusnya suku bunga kredit idealnya di bawah 10%. Namun terjadi anomali dimana suku bunga kredit secara umum masih berada di atas 10%. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap kisaran NIM perbankan Indonesia, yang masih berada di kisaran 6% atau terburuk peringkatnya di kawasan ASEAN 5. Hal ini ditengarai KPPU sebagai indikasi adanya praktek persaingan tidak sehat dalam industri perbankan Indonesia. Menurut Ketua KPPU, Muhammad Nawir Messi, dalam Forum Jurnalis pada 9 Maret 2011 yang diselenggarakan di Gedung KPPU Pusat, terdapat beberapa indikator dalam mengukur inefisiensi perbankan tersebut. “Yang pertama adalah Net Interest Margin (Margin bunga bersih/NIM), dimana NIM perbankan yang saat ini berada pada level 5,7% – 6% dikategorikan sangat tinggi. Dibandingkan negara tetangga, NIM perbankan Indonesia dua kali lipat lebih tinggi ketimbang negara ASEAN lain kecuali Filipina. Kemudian indikator kedua adalah tingkat BOPO (biaya operasional per pendapatan operasional) yang saat ini berada pada level 80%. Ini juga ketinggian, padahal hampir semua pendapatan operasional digunakan untuk biaya operasional dan di negara lain tingkat BOPO hanya 50%”, ujarnya. Melihat fakta di atas, KPPU akan segera membentuk tim khusus yang memonitor pergerakan suku bunga kredit sambil terus mengumpulkan informasi terkait yang dibutuhkan, khususnya yang terkait dengan penegakan hukum dan advokasi kebijakan.
17
Disamping itu, KPPU juga mendukung berbagai upaya BI untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam industri perbankan, khususnya yang terkait dengan penetapan suku bunga kredit. BI juga diharapkan dapat menjaga BI rate dalam ambang yang wajar, mengacu pada besaran inflasi inti (core inflation). Dalam rangka memaksimalkan kerjasama antara KPPU dan BI ini, pembicaraan terkait Memorandum Of Understanding dengan BI akan digalakkan, sehingga KPPU dapat memperoleh informasi yang lebih spesifik mengenai produk perbankan serta profil tingkat persaingan sektor perbankan. Definisi Bank (menurut UU No.10 Tahun1998). Badan usaha yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pengelompokan Bank Umum a. Aspek Fungsi (1) Bank Sentral, adalah bank yang merupakan badan hukum milik Negara yang tugas pokoknya membantu pemerintah, contoh : Bank Indonesia. (2) Bank Umum, adalah bank yang sumber utama dananya berasal dari simpanan pihak ketiga, serta pemberian kredit jangka pendek dalam penyaluran dana, contoh : BNI, BRI, dll (3) Bank Pembangunan, adalah bank yang dalam pengumpulan dananya berasal dari penerimaan simpanan deposito serta commercial paper, contoh : Bank Jatim, Bank DKI, dll. (4) Bank Desa, adalah kantor bank di suatu desa yang tugas utamanya adalah melaksanakan fungsi perkreditan dan penghimpunan dana dalam rangka program pemerintah memajukan pembangunan desa. (5) BPR, adalah kantor bank di kota kecamatan yang merupakan unsur penghimpun dana masyarakat maupun menyalurkan dana nya di sektor pertanian dan pedesaan.
18
b. Status Kepemilikan (1) Bank Milik Negara, adalah bank yang seluruh modalnya berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan dan pendiriannya di bawah UU tersendiri, contoh : BNI, BRI, BTN (2) Bank Milik Swasta Nasional, adalah bank milik swasta yang didirikan dalam bentuk perseroan terbatas, di mana seluruh sahamnya dimiliki oleh WNI dan/ atau badan-badan hukum di Indonesia, contoh : BCA, Bank Mega, Bank Danamon. (3) Bank Swasta Asing, adalah bank yang didirikan dalam bentuk cabang bank yang sudah ada di luar negeri atau dalam bentuk campuran antara bank asing dengan bank nasional yang sudah ada di Indonesia. Bank asing ini hanya diperkenankan menjalankan operasinya di lima kota besar di Indonesia, contoh : Citibank, HSBC. (4) Bank Pembangunan Daerah, adalah bank yang pendiriannya berdasarkan peraturan daerah propinsi dan sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah kota dan pemerintah kabupaten, di wilayah yang bersangkutan, dan modalnya merupakan harta kekayaan pemerintah daerah yang dipisahkan, contoh : Bank Jatim. (5) Bank Campuran, adalah bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional, contoh : Bank UOB Buana, ANZ Panin Bank. c. Kegiatan Operasional (1) Bank Devisa, adalah bank yang mempunyai hak dan wewenang yang diberikan oleh Bank Indonesia untuk melakukan transaksi valuta asing dan lalu lintas devisa serta hubungan koresponden dengan bank asing di luar negeri, contoh : BCA, Bank Mega, Bank Bukopin. (2) Bank Nondevisa, adalah bank yang operasionalnya hanya melaksanakan transaksi di dalam negeri, tidak melakukan transaksi
19
valuta asing, dan tidak melakukan hubungan dengan bank asing di luar negeri. d. Penciptaan Uang Giral (1) Bank Primer, adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya tidak sekedar menghimpun dan menyalurkan dana nya, tetapi juga melaksanakan semua transaksi yang berhubungan langsung dengan kas. (2) Bank Sekunder, adalah bank yang kegiatan operasionalnya hanya sekedar melaksanakan transaksi kas secara langsung. e. Sistem Organisasi (1) Unit Banking System, adalah bank yang kegiatan operasionalnya hanya mempunyai satu kantor saja dan melayani masyarakat di sekitar wilayah itu. Contoh : BPR baik konvensional maupun syariah. (2) Branch
Banking
Syistem,
adalah
bank
yang
kegiatan
operasionalnya di beberapa wilayah dan memiliki beberapa kantor cabang, di mana sistem organisasi, keuangan, dan sumber daya manusia terkait dengan kantor pusat. Contoh : Bank Danamon, Bank Mega, Bank BCA.
2.3. Perbedaan antara Fintech dengan Industri Perbankan Perbedaan antara Fintech dengan Industri Perbankan, yaitu : 1. Financial Technology : Kegiatan usaha Fintech sangat efisien, tidak perlu banyak karyawan, tidak perlu gedung mewah, tapi cukup dengan kondisi small office saja. Lebih efisien karena mampu menekan biaya operasional sehingga dapat menyalurkan pinjaman dengan bunga kredit lebih rendah. Dan perusahaan fintech yang sekarang tumbuh subur dikawasan Asia, yang jumlahnya diperkirakan telah mencapai 2.500 perusahaan itu tampaknya sangat berpotensi menggerus pasar Perbankan. Patut jadi perhatian pemilik
20
bank di Indonesia. Dengan biaya yang murah dan daya ekspansi yang cepat, FinTech dapat menggeser kedudukan pasar perbankan. Munculnya perusahaan-perusahaan keuangan berbasis teknologi atau Financial Technology (FinTech) memaksa industri perbankan untuk berbenah diri. FinTech tidak saja melayani pembayaran, pinjaman atau jasa keuangan lain sebagaimana bisnis tradisional perbankan. Dengan kecanggihan teknologi dan inovasi tiada henti, mereka dapat menjangkau nasabah yang selama ini tidak punya akses ke sistem perbankan. FinTech pun melayani secara lebih personal dan menjangkau ke masyarakat yang selama ini sama sekali tidak dapat mengakses layanan perbankan. Termasuk ke wilayah-wilayah pelosok, yang sulit dijangkau perbankan.
2. Industri Perbankan : Usaha perbankan kurang efisien, sehingga membuat beban operasional cukup besar harus ditanggung dibandingkan hasil dari pendapatan operasionalnya.
2.4. Perkembangan Fintech dengan Industri Perbankan di Indonesia A. Perkembangan FinTech di Indonesia Menurut statista.com para ahli keuangan di Eropa melihat banyak potensial yang dimiliki FinTech banyak berpengaruh dibidang “Pembayaran” 95% responden melihat perkembangan tersebut sangat mungkin terjadi. Nilai transaksi FinTech di pasar dunia telah mencapai US$ 1,025,519 M ditahun 2017, dan segmen pasar terbesar berada pada segmen pembayaran digital dengan nilai transaksi total US$ 738,340 M tahun 2017. Sistem pembayaran digital munjul sejak hadirnya kecanggihan transaksi ecommerce ( Sumanjeet, 2009). Pembayaran digital (e-Payment) menurut Shon dan Swatman (1998) merupakan pertukaran dana melalui saluran eletronik. E-payment membutuhkan koneksi internet untuk bekerja, sama dengan fungsi pada
21
penggunaan dilingkungan perbankan elektronik (e-banking) dan belanja elektronik (e-shopping). Di Indonesia telah banyak muncul perusahaan startup yang memakai jasa layanan FinTech dan berbasis teknologi digital seperti seperti Gojek, Grab, dan Uber. Di Indonesia FinTech dikenal lebih baik jika dibandingkan dengan bisnis konvensional yang memiliki citra yang biasa saja dan kaku. FinTech menggunakan teknologi, software, dan Big Data. Usaha FinTech juga menggunakan data dari sosial media, seperti aktivitas sosial media yang dapat dijadikan bagian dari analisis resiko. FinTech memiliki image “menghancurkan” terhadap bidang perbankan, akan tetapi usaha FinTech dibentuk untuk memberikan solusi bagi masyarakatbukan untuk merusak usaha lain. B. Perkembangan Industri Perbankan di Indonesia Industri Perbankan merupakan jaringan yang helainya menjangkau hampir setiap aspek masyarakat, kebudayaan, dan kepribadian. Industri juga merupakan sebuah faktor penting dalam membentuk masalah masalah sosial yang kompleks Kuwartojo dalam Setyawati (2002) mendefenisikan industri sebagai kegiatan untuk menghasilkan barang-barang secara massal, dengan mutu yang bagus untuk kemudian dijual dan diperdagangkan. Guna menjaga kemassalannya digunakan sejumlah tenaga kerja dengan peralatan, teknik dan cara serta pola kerja tertentu. Jadi perkembangan industrialisasi dalam bidang ekonomi sering kali tidak diimbangi dengan perkembangan produksi pangan Negara, sehingga hasil keuntungan dari kegiatan industri sering kali digunakan untuk membiayai impor bahan pangan Negara, karena hasil pertanian pangan menjadi rendah. Munculnya kawasan industri dalam suatu wilayah dianggap membawa faktor positif dan negatif bagi kehidupan masyarakat di wilayah itu. Dampak positifnya antara lain : 1. Kehadiran industri dapat membuka lapangan kerja bagi penduduk setempat; 2. Membuka lapangan kerja di bidang sektor informal. 3. Menambah pendapatan asli daerah bagi daerah tersebut.
22
Adapun dampak negatifnya ialah : 1. Menimbulkan kebisingan, polusi, dan limbah industri yang berbahaya bagi lingkungan. 2. Persentuhan budaya yang bisa menimbulkan berbagai masalah sosial. Bank Indonesia (BI) menyiapkan enam langkah perbaikan baik di industri perbankan maupun dari sisi regulator. Ini dilakukan berdasarkan tantangan dan permasalahan operasional yang timbul belakangan ini. Langkah itu juga termasuk menyempurnakan standard operational procedure (SOP) dan memastikan implementasinya di setiap aktivitas fungsional bank, termasuk pengawasan yang dilakukan Dewan Komisaris. Langkah kedua, penguatan kebijakan Sumber daya manusia (SDM) bank. Manajemen bank wajib menjaga integritas pegawai antara lain penegakan prinsip know your employee. Ketiga, penguatan pelaksanaan prinsip pengenalan nasabah atau know your customer. Bank Sentral meminta perbankan agar lebih aktif dalam melakukan pemantauan terhadap transaksi mencurigakan yang terjadi di bank dan melaporkannya pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). "Hal ini perlu dilakukan agar industri perbankan tidak dijadikan sarana oleh pelaku kejahatan untuk mencuci hasil kejahatan mereka," tambah Muliaman. Adapun
langkah
keempat
menyasar
sisi
regulator
yaitu
melakukan
penyempurnaan fokus pengawasan dan pemeriksaan. Muliaman menjelaskan, selain pengawasan berbasis risiko, BI akan meningkatkan fokus aspek kepatuhan pada aktivitas fungsional. Langkah kelima, BI akan melakukan penyempurnaan terhadap ketentuan mengenai alat pembayaran menggunakan kartu (APMK), mengeluarkan aturan baru yang mengatur aktivitas layanan nasabah premium termasuk wealth management, dan menerbtkan aturan mengenai pelaksanaan kegiatan alih daya (outsourcing) pada bank umum.
23
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Financial Technology itu adalah Kegiatan usaha yang sangat efisien, tidak perlu banyak karyawan, tidak perlu gedung mewah, tapi cukup dengan kondisi small office saja. Lebih efisien karena mampu menekan biaya operasional sehingga dapat menyalurkan pinjaman dengan bunga kredit lebih rendah. Dan perusahaan fintech yang sekarang tumbuh subur dikawasan Asia, yang jumlahnya diperkirakan telah mencapai 2.500 perusahaan itu tampaknya sangat berpotensi menggerus pasar Perbankan. Patut jadi perhatian pemilik bank di Indonesia. Industri Perbankan itu adalah Usaha perbankan yang kurang efisien dibandingkan
dengan
Financial
Technology,
sehingga
membuat
beban
operasional cukup besar harus ditanggung dibandingkan hasil dari pendapatan operasionalnya.
3.2
Saran Bank sebaiknya menanggapi persaingan bisnis berbasis produk fintech
sebagai tantangan yang serius karena mengingat pentingnya fintech dalam penyediaan layanan yang efektif dan efisien serta prima dalam dunia perbankan. Tentunya nasabah pun lebih menyukai bank yang memiliki banyak inovasi produk fintech karena akan memudahkannya dalam melakukan transaksi. Oleh karena itu bank yang tidak memiliki teknologi fintech cepat atau lambat akan tertinggal.
24
DAFTAR PUSTAKA
Latumaerissa Julius, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta, salemba empat Press, 2011) https://finance.detik.com/advertorial-news-block/3370446/digitalisasitantanganperbankan-di-tengah-serbuan-fintech
25