PENJELASAN TENTANG ASET TETAP TAK BERWUJUDFull description
Menjelaskan tentang bagaimana perlakuan akuntansi untuk aset tetap berwujud
Full description
Aset ttapFull description
revaluasi aset tetapFull description
Manajemen pajak Revaluasi Aset TetapDeskripsi lengkap
aplikasi akuntansiDeskripsi lengkap
Revaluasi Aset TetapDeskripsi lengkap
Menjelaskan tentang bagaimana perlakuan akuntansi untuk aset tetap berwujudDeskripsi lengkap
Aset Tetap Tidak BerwujudDeskripsi lengkap
Audit Aset TetapFull description
4/12/2016
Penyusutan Aset Tetap (Depresiasi) menurut Pajak – keuangan LSM
Media Referensi dan Diskusi Keuangan LSM
Penyusutan Aset Tetap (Depresiasi) menurut Pajak By Dony Hasibuan / Senin 4 Maret 2013 / 4 Comments
Menurut Undangundang Pajak Penghasilan, penyusutan atau deperesiasi merupakan konsep alokasi harga perolehan harta tetap berwujud. Untuk menghitung besarnya penyusutan harta tetap berwujud dibagi menjadi dua golongan.
Menurut Undangundang Pajak Penghasilan, penyusutan atau deperesiasi merupakan konsep alokasi harga perolehan harta tetap berwujud. Untuk menghitung besarnya penyusutan harta tetap berwujud dibagi menjadi dua golongan, yaitu: 1. Harta berwujud yang bukan berupa bangunan. 2. Harta berwujud yang berupa bangunan. Harta berwujud yang bukan bangunan terdiri dari empat kelompok, yaitu: (http://keuanganlsm.com/finance/wpcontent/uploads/Penyusutan 1.
Kelompok 1: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 4 tahun. AsetTetapDepresiasi.jpg) 2. Kelompok 2: kelompok harta terwujud bukan bangunan Penyusutan Aset Tetap (Depresiasi) menurut Pajak yang mempunyai masa manfaat 8 tahun. 3. Kelompok 3: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 16 tahun. 4. Kelompok 4: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 20 tahun. Harta terwujud yang berupa bangunan dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Permanen: masa manfaatnya 20 tahun. 2. Tidak permanen: bangunan yang bersifat sementara, terbuat dari bahan yang tidak tahan lama, atau bangunan yang dapat dipindahpindahkan. Masa manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun. Metode penyusutan yang dipergunakan adalah metode garis lurus (straight line method) dan metode saldo menurun (declining balance method). http://keuanganlsm.com/penyusutandepresiasimenurutperpajakan/
1/3
4/12/2016
Penyusutan Aset Tetap (Depresiasi) menurut Pajak – keuangan LSM
Wajib pajak diperkenankan untuk memilih salah satu metode untuk melakukan penyusutan. Metode garis lurus diperkenankan dipergunakan untuk semua kelompok harta tetap terwujud. Sedangkan metode saldo menurun hanya diperkenankan digunakan untuk kelompok harta berwujud bukan bangunan saja.
Tabel berikut menggambarkan kelompok harta berwujud, metode, serta tarif penyusutannya: KELOMPOK HARTA BERWUJUD
MASA MANFAAT
TARIF DEPRESIASI GARIS LURUS
SALDO MENURUN
I. Bukan Bangunan Kelompok 1
4 tahun
25%
50%
Kelompok 2
8 tahun
12,5%
25%
Kelompok 3
16 tahun
6,25%
12,5%
Kelompok 4
20 tahun
5%
10%
Permanen
20 tahun
5%
–
Tidak Permanen
10 tahun
10%
–
II. Bangunan
Saat penyusutan dapat dimulai pada: 1. Bulan dilakukan pengeluaran. 2. Untuk harta yang masih dalam pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan pengerjaan harta tersebut selesai. 3. Dengan ijin Direktur Jenderal pajak, penyusutan dapat dimulai pada bulan harta berwujud mulai digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta tersebut mulai menghasilkan. Contoh Penghitungan : PT Agri Jaya pada bulan Juli 2009 membeli sebuah alat pertanian yang mempunyai masa manfaat 4 tahun seharga sebesar Rp 1.000.000. Penghitungan penyusutan atas harta tersebut adalah sebagai berikut: Alternatif I: Metode Garis Lurus: Penyusutan tahun 2009: 6/12 x 25% Rp 1.000.000 = Rp 125.000 Penyusutan tahun 2010: 25% x Rp 1.000.000 = Rp 250.000 Penyusutan tahun 1011: 25% x Rp 1.000.000 = Rp 250.000 Penyusutan tahun 1012: 25% x Rp 1.000.000 = Rp 250.000 Penyusutan tahun 1013: Sisanya disusutkan sekaligus = Rp 125.000 Alternatif II: Metode Saldo Menurun: Penyusutan tahun 2009: 6/12 x 50% Rp 1.000.000 = Rp 250.000 Penyusutan tahun 2010: 50% x (Rp 1.000.000 – Rp 250.000) = 50% x Rp 750.000 = Rp 375.000 Penyusutan tahun 2011: 50% x (Rp 750.000 – Rp 375.000) = 50% x Rp 375.000 = Rp 187.500 Penyusutan tahun 2012: 50% x (Rp 375.000 – Rp 187.500) = 50% x Rp 187.500 = Rp 93.750 Penyusutan tahun 2013: Sisanya disusutkan sekaligus = Rp 93.750
Perbandingan Metode Penyusutan Aktiva Tetap (http://keuanganlsm.com/perbandinganmetodepenyusutanasettetap/) Akuntansi Aset (Bagian 2/2) (http://keuanganlsm.com/akuntansiasetbagian22/) Pengukuran Aset tidak Berwujud menurut IAS 38 (http://keuanganlsm.com/pengukuranasettidakberwujudmenurut ias38/)
Standar Akuntansi Aktiva Tetap (http://keuanganlsm.com/standarakuntansiaktivatetap/) Aset Tetap (http://keuanganlsm.com/asettetap/) Share