Epidemiologi
Penyakit Kulit Akibat Parasit oleh Evan Regar, 0906508024
3
Pada umumnya, anak-anak dan usia muda (usia 3 – 3 – 11 tahun) lebih cenderung terserang . Lebih sering terjadi di daerah padat penduduk (perkotaan) daripad daerah jarang
Pedikulosis Kapitis
penduduk (pedesaan). Tinggal bersama-sama dalam satu tempat tinggal meningkatkan insidens infeksi ini, seperti di asrama dan panti asuhan. Beberapa survei mengatakan
Etiologi
1
bahwa perempuan lebih sering terinfeksi daripada laki-laki. Tingkat kebersihan juga Penyakit ini diakibatkan oleh infeksi Pediculus humanus var. capitis, capitis, sebuah tuma dari
berpengaruh, seperti jarang membersihkan rambut atau rambut yang sulit dipelihara.
1
family Pediculidae. Pediculidae. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai head louse. louse. Bentuknya lonjong, pipih dorso-ventral dengan ukuran antara 1,2 sampai 3,2 mm. Ukuran betina lebih besar daripada jantan. Warnanya kelabu, dengan kepala berbentuk segitiga, segmen toraks bersatu dan abdomen bersegmen. Ujung setiap kaki memiliki kuku.
2
Tuma ini dapat
bergerak di sepanjang helaian rambut dengan kecepatan mencapai 23 cm setiap menit.
Gambar 2 – 2 – Gambaran rambut yang dapat ditemukan tuma kepala serta telur-telur berwarna putih Gambar 1 – 1 – kiri: gambaran Pediculus humanus var. capitis; capitis; kanan: telur tuma rambut
Cara Penyebaran
yang menempel pada helaian rambut Penyebaran terjadi melalui perantara, seperti sisir yang digunakan bersama, bantal, kasur, Siklus Hidup
topi, atau melalui kontak langsung antara kepala.
Siklus hidup tuma kepala ini sekitar 40 hari. Tuma kepala ini hidup dari satu helai rambut
Patogenesis dan Gejala Klinis
ke helai rambut lain dengan cara menjepit rambut dengan kuku-kukunya. Telur (nits) akan diletakkan sepanjang helaian rambut dan dilekatkan dengan perekat kitin. Setiap hari,
Dapat ditemukan lesi pada kulit kepala akibat tusukan tuma pada waktu menghisap darah.
tuma betina meletakkan sekitar 7 buat helur. Telur akan menetas kurang lebih dalam 8
Lesi ini terutama ditemukan di bagian oksipital dan retroaurikular. Awalnya terasa gatal,
hari. Dari telur menetas, telur akan mencapai stadium larva dan nifma, hingga mencapai
diduga akibat air liur dan sekret yang dihasilkan oleh tuma. Rasa gatal ini kemudian dapat
dewasa. Dibutuhkan waktu 18 hari dari telur menetas hingga menjadi dewasa, sedangkan
meluas ke seluruh kepala. Timbul lesi sekunder akibat garukan, seperti eorsi, ekskoriasi,
tuma dewasa dapat hidup selama 27 hari.
bahkan infeksi sekunder (dapat ditemukan pus, krusta). Apabila infestasi berat, rambut dapat melekat satu sama lain, dengan diteukan banyak tuma dewasa dan telur, serta
palonica). Pembesaran eksudat nanah dan ditumbuhi jamur (keadaan ini disebut plica palonica).
Pencegahan
4
kelenjar getah bening regional juga dapat terjadi.
Menjaga kebersihan rambut kepala, terutama bagi mereka yang tinggal dalam komunitas yang padat dalam satu tempat tinggal (rumah, kamar). Seprai dan bantal yang pernah
Diagnosis
digunakan sebaiknya dicuci dengan air panas, juga sisir penderita dan sikat dapat Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan Pediculus humanus var. capitis pada fase
diberikan pedikulisida. Mereka yang tinggal sekamar (atau serumah) dengan penderita
dewasa, larva, nimfa, atau telur dari rambut kepala penderita. Daerah oksipital dan
sebaiknya diperiksa, atau jika perlu diberikan pengobatan yang sama, walaupun yang
temporal merupakan daerah yang paling banyak dapat ditemukan tuma kepala ini.
2
Diagnosis Banding
3
terakhir ini masih menjadi perdebatan.
Pedikulosis Korporis
Skuama seboroik; tinea kapitis; pioderma (impetigo bulosa); sisa-sisa kotoran yang dapat ditemukan di rambut (penggunaan hair spray ), ), pseudonit (keratin akar rambut dalam
Etiologi
yang gagal melepaskan diri dari helai rambut – dapat dibedakan dengan pseudonit ini
corporis . Dalam bahasa Inggris disebut Infeksi ini disebabkan oleh Pediculus humanus var. corporis.
mudah sekali bergerak di sepanjang helai rambut); piedra putih (infeksi Trichosporon
louse. Dinamakan clothing louse sebab tuma badan ini sebagai body louse atau clothing louse.
2,3
cutaneum); cutaneum); serta piedra hitam (Piedraia hortae). (Piedraia hortae).
sering ditemukan di pakaian penderita. Ukurannya 1,2 – 1,2 – 4,2 mm, dengan lebar kira-kira setengah panjang.
Komplikasi
Infeksi bakteri sekunder dapat saja terjadi, terutama yang menjadi flora normal kulit. Infeksi mudah terjadi terutama akibat lesi eskoriasi yang timbul akibat garukan penderita
Siklus Hidup
capitis. Sama seperti Pediculus humanus var. capitis.
terhadap kulit kepala. Epidemiologi Prognosis
Habitat utamanya adalah pakaian, dan berpindah ke kulit untuk mencari makan. Tuma ini Apabila tidak diberikan pengobatan, infestasi tuma kepala dapat berlangsung hingga
tidak dapat hidup di lingkungan yang suhunya berubah-ubah, sehingga sering ditemukan
bertahun-tahun.
di tubuh seseorang yang jarang mengganti pakaian atau mencuci pakaiannya. Hampir
Apabila diberikan pengobatan dan higiene diperhatikan, prognosis
biasanya baik.
2
pasti penyakit ini ditemukan di lingkungan yang miskin tak memiliki sanitasi yang baik, seperti pada barak dan pengungsian. Tidak ada predileksi tertentu dalam hal ras, usia, dan
Tatalaksana
jenis kelamin.
Pengobatan terutama dilakukan untuk mengeliminasi semua kutu dan telur. Malathion 0,5% (ovide) dalam bentuk losio bermanfaat sebagai organifosfat inhibitor kolinesterase.
Cara Penyebaran
Dapat diulang seminggu kemudian apabila masih ditemukan kutu atau telur. Senyawa
Penyebaran melalui pakaian yang mengandung tuma badan dan dikenakan oleh orang
inhibitor GABA, seperti gamma-benzena heksaklorida 1% dapat digunakan pul, dan dapat
yang belum terinfeksi. Selain itu, tuma ini dapat menyebar melalui orang yang pada
diulang semiknggu kemudian. Invermektin adalah inhibitor GABA per oral. Apabila terjadi
bagian dadanya berambut dan terjadi kontak langsung melalui rambut tersebut.
infeksi sekunder, rambut sebaiknya dicukur dan diberikan antibiota sistemik (atau topikal). comb) dapat digunakan setiap 3-4 hari selama 2 Penggunaan sisir serit ( fine toothed comb) minggu dengan kondisi rambut yang basah.
1,2,3,4
2
Apabila tidak diberikan pengobatan dapat bertahan hingga bertahun-tahun. Tatalaksana
Bukanlah pasien, melainkan pakaian yang harus dibersihkan. Pembersihan menggunakan suhu tinggi terhadap pakaian pakaian adalah tatalaksana yang efektif.
Untuk pasien, dapat dapat
digunakan krim gameksan yang dioeskan ke seluruh tubuh. Malathion dan benzil benzoat 1,2,3,4
dapat digunakan. Infeksi sekunder ditangani dengan antibiotik sistemik atau topikal. Pencegahan
Pakaian pasien baik yang dikenakan maupun yang sedang tidak dikenakan sebaiknya dicuci dengan suhu tinggi dan diberikan permethrin. Demikian juga dengan alas tidur dan 3
Gambar 3 – 3 – Bahan pakaian yang terdapat Pediculus humanus var. corporis
bantal.
Patogenesis dan Gejala Klinis
Pedikulosis Pubis
Timbul rasa ingin menggaruk akibat antigen saliva tuma badan ini. Oleh karena itu,
Etiologi
mereka yang toleran terhadap antigen ini menjadi asimptomatik. Timbul ekskoriasi akibat garukan. Sering kali ditemukan maklua serulae (maklua berwarna biru), terutama di daerah yang kontak dengan pakaiannya intens, misalnya di bokong dan sekitar pinggang.
Disebabkan oleh infeksi Pthirus pubis, pubis, yang morfologinya serupa dengan Peidculus, Peidculus, pubis. Bentuknya pipih dorso-ventral, lebih kecil sehingga kerap disebut dengan Pediculus pubis. Pediculus, bentuknya lebih bulat dan menyerupai ketam dengan kuku pada daripada Pediculus, 4
ketiga pasang kakinya. Ukurannya 1,5 – 2 mm dan berwarna keabuan. Sering disebut
Diagnosis
louse. Dengan kukunya, ia mampu bergerak mencapai 10 cm per hari. dengan crab louse. Diagnosis ditegakkan apabila ditemukan kutu dan telur pada serat kapas pakaian yang dikenakan oleh penderita. Diagnosis Banding 2,3
Ekskoriasi neurotik, infeksi skabies. Komplikasi
Infeksi sekunder yang dapat terjadi akibat lesi ekskoriasi. Beberapa mikroorganisme yang pyogenes, dan bakteri lain. dapat menyebabkan infeksi sekunder antar alain S. aureus, S. pyogenes, Setelah infeksi sekunder, didapati pembesaran kelenjar getah bening regional. Tuma badan juga merupakan vektor bagi R. prowazekki dan Bartonella quintana yang
Gambar 4 – 4 – Gambaran Pthirus pubis
3
menyebabkan tifus dan dan trench fever ). ). Prognosis
Siklus Hidup
Rentang hidup tuma dewasa sekitar 2 minggu. Betina bertelur sepanjang rentang
Diagnosis Banding
hidupnya kira-kira sebanyak 25 telur. Pertumbuhan telur mencapai bentuk dewasa Dermatitis seboroik, dermatomikosis, ekskoriasi berlebihan, infestasi skabies, dan
4
berlangsung selama kurang lebih 3 – 3 – 4 minggu.
dermatitis kontak.
2,3
Epidemiologi Komplikasi
Infeksi ini cenderung ditularkan melalui penyakit akibat hubungan seksual. Hal ini jelas dikarenakan tuma ini banyak ditemukan di rambut pubis. Selain daripada rambut pubis,
Infeksi sekunder dapat terjadi karena ekskoriasi dan menyebabkan pembesaran kelenjar
infeksi dapat menyerang rambut abdomen, jenggot dan kumis, serta rambut aksilla, bulu
getah bening dan demam.
mata, dan alis.
Prognosis
Apabila tidak diberikan pengobatan, infeksi dapat bertahan hingga bertahun-tahun. Baik apabila pengobatan diberikan dan menjaga kebersihan tubuh. Tatalaksana
Pemberian terapi secara topikal, mirip dengan pemberian pada penyakit pedikulosis kapitis. Malathion, krim gameksan dan emulsi benzil benzoat diberikan dan dapat diulangi jika belum sembuh. Rambut pubis sebaiknya dicukur, pakaian dalam dicuci dengan suhu tinggi, serta mitra seksual sebaiknya diperiksa dan diobati jika perlu. Gambar 5 – 5 – kiri : Gambaran rambut abdomen yang dapat ditemukan Phtirus pubis; pubis; kanan: bulu mata yang mengandung telur Phtirus pubis
1,2
Infeksi pada bulu
mata (phthiriasis palpebrarum) dapat diatasi dengan forsep halus untuk menyingkirkan tuma dan telur secara mekanik, serta dapat digunakan pula penggunaan f luorescein.
Cara Penyebaran
Myiasis
Penyebaran tuma ini berlangsung melalui kontak langsung.
Etiologi
Patogenesis dan Gejala Klinis
Infestasi larva ordo Diptera (lalat) ke dalam jaringan atau alat tubuh manusia. Larva lalat
Pediculosis, gatal adalah tanda utama infeksi tuma ini, terutama Sama seperti pada infeksi Pediculosis, pada sore dan malam hari di daerah pubis dan sekitarnya. Gatal dapat meluas hingga ke daerah abdomen dan dada. Makula serulae sering ditemukan di bagian paha., abdomen, dan dada. Durasi infestasi dapat diduga dengan menggunakan jarak antara telur dengan permukaan kulit.
2,3
dapat hidup dari jaringan mati atau jaringan hidup, serta cairan badan dan makanan di dalam usus. Lalat dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni obligat dan fakultatif. Miasis obligat (miasis spesifik) dicirikan oleh larva yang hanya hidup pada jaringan tubuh manusia; sementara pada miasis fakultatif (miasis semispesifik) larva juga dapat berkembang dari daging busuk dan sayuran busuk, selain pada jaringan tubuh manusia.
1,2
Spesies lalat yang dapat menyebabkan myiasis pada manusia antara lain: Musca
Diagnosis
domestica (lalat rumah biasa); Fannia canicularis (lalat rumah yang lebih jarang);
Diagnosis ditegakkan apabila didapati telur, larfa, nimfa, atau bentuk dewasa dari tuma ini.
Cochilomyia (Callitroga); Callitroga); Chrysomya bezziana; bezziana; Cordylobia anthropophaga (lalat ‘tumbu’);
Selain itu, adanya black dot yakni bercak hitam di celana dalam penderita yang
Auchmeromyia senegalensis ; Phormia; Phormia; Lucilia; Lucilia; dan Calliphora; Calliphora; Piophila casei; Wohlfahrtia
merupakan krusta dari darah juga mendukung diagnosis.
1,3,4
magnifica; Hypoderma lineatum, lineatum, serta spesies lain.
ttspirakel posterior. Cara lain untuk identifikasi spesies adalah dengan membiakkan larva hingga menjadi lalat dewasa.
4
Komplikasi
Pengeluaran larva harus dikeluarkan secara tepat, sebab reaksi tubuh terhadap benda asing dapat terjadi. Infeksi sekunder akibat bakteri piogen juga dapat terjadi. Prognosis
Pada dasarnya, infestasi myiasis bersifat terbatas, dengan tingkat morbiditas dan Gambar 6 – 6 – kiri: Larva Dermatobia hominis; (boíl-like lesion) hominis; kanan: Lesi mirip furunkel (boíl-like lesion) dengan liang yang terlihat di tengahnya
mortalitas yang rendah. Pengobatan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri, faktor kosmetik, dan faktor psikologis. Ketika larva telah keluar atau dikeluarkan, lesi dapat pulih seperti semula. Namun demikian, larva C. hominivorax (yang meninfeksi luka) memiliki
Epidemiologi
kemungkinan untuk menginfeksi otak.
Cenderung terdapat di Negara tropis. Phaenicia sericata sering menginfeksi orang yang
Tatalaksana
tidak memiliki rumah, pengonsumsi alkohol. Tidak ada predileksi khusus bagi ras, jenis kelamin, dan usia.
Tergantung spesies lalat yang menginfeksi. Namun pada umumnya, larva dikeluarkan dari luka secara bedah. Beberapa larva seperti Dermatobia hominis memiliki perekatan di bagian anterior sehingga sulit dilakukan pengeluaran. Sebelum melakukan pembedahan,
Cara Penyebaran
1
diberikan injeksi lidokain. Ivermektin digunakan baik secara topikal maupun oral. Patogenesis dan Gejala Klinis
1
Pencegahan
Bergantung kepada jenis serta cara hidup lalat dan larva. Myiasis luka merupakan komplikasi terutama di daerah tropis. Dapat ditemukan telur dan larva dengan latar belakang jaringan yang mengalami supurasi. Ditemukan bentuk furunkular, seperti lepuh yang semakin membesar. Lesi ini terutama disebabkan oleh Dermatobia hominis, Cuterebra, Cordylobia anthropopgaha, Cordylobia rodhaini, Wohlfahrtia, dan Hypoderma. Hypoderma.
Menghindari kontak dengan lalat, memusnahkan tempat perindukkan lalat, seta menutup makanan yang akan dikonsumsi agar tidak terhindar dari hinggapan lalat. Orang yang sedang berpergian ke daerah endemik sebaiknya menggunakan pakaian lengan panjang dan topi. Dalam berkemah, penggunaan lotion antinyamuk juga dapat mencegah infestasi myiasis.
Selain bentuk furunkular, dapat ditemukan creeping eruption seperti pada cutaneous larva migrans. migrans. Bentuknya seperti benang merah dengan ujung berupa vesikel yang
Khususnya untuk wound myiasis, myiasis, langkah antiseptis perlu dilakukan. Luka sebaiknya
Gasterophilus. menandai pergerakan larva. Lesi ini terutama disebabkan oleh Gasterophilus.
dibersihkan secara teratur dan terlindung dengan baik.
Diagnosis
Alergi dan Reaksi Toksik
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan larva lalat yang dikeluarkan dari jaringan tubuh,
Kupu-Kupu
lubang, atau tinja. Setelah menemukan larva lalat, jenis spesies ditentukan dengan meliha
4
Kupu-kupu, serangga yang teramsuk lepidóptera, dapat menyebabkan reaksi kontak alergik. Larva yang biasa disebut ulat bulu memiliki bulu yang mengandung toksin. Toksin dermatitis), ini menimbulkan kelainan erusisme (dermatitis ulat, Caterpillar dermatitis ), dengan gejala klinis urtikaria, nyeri, gatal, dan eritema. Spesies kupu-kupu ini antara lain Megalopyge opercularis, opercularis, Anaphe infracta, infracta, Parasa hilarata. hilarata. Diagnosis ditegakkan bila terdapat gejala klinis disertai riwayat kontak dengna ulat bulu atau kupu -kupu. Gejala klinis dapat diredakan dengan merendam tubuh dalam air dingin serta pengobatan local berupa kortikosteroid dan antisihtamin.
Tungau Dermatophagoides pteronyssinus Tungau ini merupakan tungau debu rumah, dengan ukuran 0,2 – 1,2 mm. Metamorfosisnya tidak sempurna dan ditemukan terutama di sprei, kasur, bantal, karpet, lantai, serta di sarang burung dan permukaan kulit mamalia. Tungau ini memakan skuama kulit. Tungau ini banyak ditemukkan terutama di daerah dengan musim panas yang lebih panjang; memelihara bermacam-macam binatang; serta rumah yang kotor dan berdebu. Tungau ini menjadi alergen melalui hirupan dan menyebabkan timbulnya penyakit alergi seperti dermatitis atopik, asma bronkial, dan rinitis. Diagnosis ditegakkan dengan tes kulit yang menggunakan ekstrak tungau debu. Pajanan terhadap alergen ini dapat dihindari dengan menjaga kebersihan rumah, memindahkan penderita ke daerah yang lebih tinggi (karena pajanan alergen di daerah lebih tinggi lebih rendah), serta mengatur kelembaban dengan mengupayakan ventilasi yang baik dan sinar matahari yang cukup. Penggunaan vahan kimia juga bermanfaat, seperti benzil benzoat, pirimifos metil, permetrin, dan fenil salisilat.
Referensi 1.
Wolff K. Goldsmith LA. Katz SI. Gilchrest BA. Paller AS. (Editor). Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine: 7th edition. New York: McGraw Hill; 2008
2.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
3.
Rook’s textbook of dermatology.
4.
Susanto I. Ismid IS. Sjarifudin PK. Sungkar S. (editor). Buku ajar parasitologi kedokteran: edisi keempat.