BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Secara fisiologik system imun pada ibu hamil menurun, kemungkinan sebagai
akibat dan toleransi system imun pada ibu terhadap bayi yang merupakan jaringan semi-ologenik, meskipun tidak memberikan pengaruh secara klinik. Bayi intrauterine baru membentuk system imun pada umur kehamilan sekitar 12 minggu, kemudian meningkat dan pada kehamilan 26 minggu hampir sama dengan system imun pada ibu hamil itu sendiri. Pada masa perinatal bai mendapat antibody yang dimiliki oleh ibu, tetapi setelah 2 bulan anti bodi akan menurun. Secara anatomik dan fisiologik ibu hamil juga mengalami perubahan, misalnya pada ginjal dan saluran kencing sehingga mempermuda mempermudah h terjadinya terjadinya infeksi. Beberapa Beberapa infeksi infeksi akut mempunyai mempunyai risiko infeksi silang kepada siapa pun yang berhubungan dengan ibu, termasuk keluarganya, staf, serta ibu lain dan bayi mereka. Secara Secara gender gender peremp perempuan uan memilik memilikii resiko resiko tinggi tinggi terhad terhadap ap penyak penyakit it yang yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan, juga terhadap penyakit kronik dan infeksi. Selama masa kehamilan, perempuan mengalami berbagai perubahan, yang secara secara aalmiah aalmiah sebenarny sebenarnyaa diperlu diperlukan kan untuk
kelang kelangsun sungan gan hidup hidup janin janin dalam dalam
kandun kandungan ganny nya. a. amun, amun, terny ternyata ata berbag berbagai ai peruba perubahan han tersebu tersebutt dapat dapat mengub mengubah ah kerentanan dan juga mempermudah terjadinya infeksi selama kehamilan. 1.2 Tujuan
1.1.
!ujuan "mum #dapun #dapun tujuan tujuan yang yang ingin ingin dicapa dicapaii dalam dalam penyu penyusun sunan an makala makalah h ini adalah adalah
mengetahui dan mengerti penyakit infeksi yang menyertai ibu dalam masa kehamilan dan nifas.
1.2. 1.2.2. 2. !uju !ujuan an $hus $husus us 1. #gar mahasis%a dapat mengerti dan memahami tentang penyakit penyakit &epatitis yang menyertai ibu dalam masa kehamilan 2. #gar mahasis%a dapat mengerti dan memahami tentang penyakit &'( ) #'*S yang menyertai ibu dalam masa kehamilan dan nifas. +. #gar #gar mahasis mahasis%a %a dapat dapat mengert mengertii dan memaha memahami mi tentan tentang g penya penyakit kit !yfus #bdominalis yang menyertai ibu dalam masa kehamilan dan nifas.
1.3 Metode Penulisan
eto etode de
peny enyusun usunan an
yang ang
dilak ilakuk ukan an
dala dalam m
penu penuli lisa san n
makal akalah ah
ini ini
menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan cara mengumpulkan, memilih, dan mempelajari sejumlah literatur dari berbagai sumber yang mengandung materi yang berhubungan dengan penyusunan makalah ini seperti buku-buku literatur. 1.4 iste!atika Penulisan
#dapun sistematika penulisan makalah ini adalah BAB " PENDAH PENDAHUL ULUAN UAN
1.1 atar Belakan Belakang g 1.2 !ujuan !ujuan 1.+ etode etode Penulisan Penulisan 1./ Sistematika Sistematika Penulisan Penulisan BAB "" T"N#AUAN TE$%"
2.1 Penyakit &epatitis 2.2 Penyakit &'( )#'*S 2.+ Penyakit !ypus #bdominalis BAB """ PENUTUP
+.1 $esimp $esimpula ulan n +.2 +.2 Saran Saran
BAB "" T"N#AUAN TE$%"
2.1 Pen&akit He'atitis 2.1.1 Pengertian He'atitis
&epatitis 0irus adalah istilah yang dipakai untuk infeksi 0irus, dengan hati merupakan organ sasaran dominan Shulman, 1/3. 4alaupun mortalitas penyakit hepatitis rendah, faktor morbiditas yang luas, dan ekonomi yang kurang memiliki kaitan dengan penyakit ini, hepatitis 0irus adalah penyakit infeksi yang penyebarannya penyebarannya luas Price, 2553. !elah ditemukan 6 atau 7 kategori 0irus yang menjadi agen penyebab 0irus hepatitis # ( (3, 0irus hepatitis B &B(3, 0irus hepatitis 8 &8(3, 0irus hepatitis * &*(3, hepatitis 9 &9(3, hepatitis : &:(3, dan hepetitis ; &;(3 Price, 2553. 4alaupun laupun 0irus0irus-0ir 0irus us ini dapat dapat dibeda dibedakan kan melalui melalui penand penandaa antige antigenik nikny nya, a, namun menimbulkan penyakit yang serupa secara klinis dan berkisar dari infeksi subklinis subklinis asimtomatik, asimtomatik, yang anikterik, anikterik, hingga hingga hepatitis hepatitis yang menimbulkan menimbulkan ikterus ikterus
Ta(a'an Ta(a'an He'atitis He'atiti s
&epatitis dibagi menjadi dua tahapan 13 &ep &epatit atitis is #k #kut &epatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan. &epatitis ini mempunyai gejala yang lebih nyata dan prognosis yang lebih baik daripada hepatitis kronis. Manifestasi klinis 1. Stadium Stadium praikter praikterik ik berlangsu berlangsung ng selama selama /-7 hari, hari, pasien pasien mengelu mengeluh h sakit sakit kepala, kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri di perut kanan atas. "rin menjadi lebih coklat. 2. Stadium ikterik ikterik yang yang berlangsung berlangsung selama selama +-6 minggu. minggu. 'kterus 'kterus mula-mul mula-mulaa terlihat terlihat pada sklera kemudiaan pada kulit bagian seluruh tubuh. $eluhan- keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah, anoreksia, dan muntah. !inja mungkin ber%arna kelabu atau kuning muda. muda. &ati membesar dan nyeri tekan. +. Stadi Stadium um pasc pascai aikt kter erik ik rek rekon on0a 0ala lasen sensi3 si3.. 'kte 'kteru russ mere mereda da,, %arn %arnaa uri uri dan dan tinj tinjaa menjadi normal lagi, penyembuhaan pada anak-anak lebih cepat dari pada orang de%asa, yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyabab yang biasanya berbeda. ;ambaran ;ambaran klinis hepatitis hepatitis 0irus ber0ariasi, ber0ariasi, mulai dari yang tidak merasakan merasakan atau hanya hanya mempuny mempunyai ai keluha keluhan n sediki sedikitt saja saja sampai sampai keadaa keadaan n yang yang berat, berat, bahkan bahkan koma koma dan kematian dalam beberapa hari saja. Pada golongan hepatitis anikterik, keluhan sangat ringan dan samar-samar, umumnya anor anorek eksia sia
dan dan
gang ganggu guan an
penc pencer erna naan an,,
pada pada
peme pemerik riksaa saan n
labor laborato atori rium um
dite ditemu muka kan n
hiperbilirubinemia ringan dan bilirubinaria. "rin secara makroskopik ber%arna seperti teh tua dan apabila dikocok akan memeperlihatkan busa ber%arna kuning kehijauan. Bentuk hepatitis akut yang ikterik paling sering ditemukan pada klinis, biasanya perjalanan jinak dan akan sembuh dalam %aktu kira-kira = miggu. &ir semua hepatitis fulminan mempunyai prognosis jelek. $ematian terjadi biasanya dalam 7-15 hari sejak mulai sakit. Pada %aktu yang singkat terdapat gangguan neurologi, fetor hepatik, dan muntahmuntah yang persisten. !erdapat deman dan ikterus yang menghebat dalam %aktu singkat. Pada pemeriksaan terdapat hati yang mengecil, pura-pura, dan perdarahan saluran cerna. 23 &epatitis $ronik &epatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan. ;ejala &epatitis ini muncul bertahap. *engan harapan kesembuhan yang tidak sebagus hepatitis akut. #da 2 bentuk hepatitis kronik, yaitu 1. &epatitis $ronik Persisten. 2. &epatitis $ronik #kut. Sangat penting untuk membedakan 2 bentuk tersebut, sebab untuk yang pertama mempunyai prognosis yang baik dan akan sembuh sempurna. *iagnosis hanya dapat di pastikan dengan pemeriksaan biopsy atau gambaran P#. hepatitis kronik aktif umumnya berakhir menjadi serosis hepatis. Penatalaksanaannya >bat yang di nilai bermanfaat untuk pengibatan hepatitis kronik adalah interferon ':3. >bat ini adalah salah satu protein seluler stabil dalam asam dan di produksi oleh sel tubuh kita akibat rangsangan 0irud atau akibat induksi beberapa mikroorganisme, asam nukleat, anti gen, dan polimer sintetik. 'nterferon mempunyai efek anti0irus, immunodulasi, dan antiproliferatif.
2.1.3 #enis)#enis He'atitis 2.1.3.1 He'atitis A
(irus hepatitis # &(#3 ditularkan melalui fekal-oral)makanan dan minuman yang terkontaminasi. Secara kasar, penyakit ini terjadi pada 11555 ibu hamil di seluruh dunia. emang sangat sedikit bila dibandingkan dengan 1555 orang ibu hamil, tetapi tetap saja perlu di%aspadai. $ematian terjadi kurang dari 1? dari pasien dengan hepatitis # akut. Biasanya perjalanan penyakit berlangsung 2-+ minggu. !idak terdapat bentuk kronis menderita sakit yang berkepanjangan3 dari hepatitis # dan penyembuhan tergantung pada imunitas untuk mencegah terjadinya reinfeksi. ;ejala
Setelah 2-6 minggu terpapar, timbul flu-like syndrome, yaitu cepat lelah, demam, anoreksia tidak nafsu makan3, artralgia nyeri pada sendi3 dan sakit kepala. Saat ini merupakan saat yang paling menular. $emudian diikuti ikterus kuning3 yang terlihat paling mudah pada sklera bagian putih mata3 dan kulit, air seni ber%arna gelap, B#B buang air besar3 cair dan nyeri pada perut kanan atas. Pada penyakit yang berat, didapatkan mulut yang berbau khas. Penyakit ini bersifat self-limited dapat sembuh sendiri3. !erapi)pengobatan &anya perlu diberi terapi simptomatis obat-obatan yang hanya untuk mengurangi keluhan3, seperti mencegah dehidrasi, istirahat yang cukup, dan pemberian nutrisi yang adekuat. Biasanya akan sembuh dalam 1-2 bulan. #tau pada %anita hamil yang telah terpapar infeksi dapat diberikan imunisasi, yaitu imunoglobulin dengan dosis 5,52 mg)kgBB3. !erapi ini hanya efektif jika diberikan dalam %aktu 2 minggu. (aksinasi hepatitis # dapat diberikan bersamaan dengan imunoglobulin. *engan 0aksinasi akan melindungi kadar antibodi dalam 15-1/ hari. !elah dilaporkan bah%a efekti0itas 0aksinasi lebih dari 5?. Bila antibodi 'g suatu protein tubuh yang muncul pada saat tubuh terpapar infeksi kuman, yang berguna untuk pertahanan tubuh3 ada pada ibu saat trimester ketiga, pengobatan pada bayi baru tidak perlu diberikan. Bagaimanapun, jika antigen suatu @at yang menstimulasi pembentukan antibodi3 hepatitis # terdapat pada kotoran pada saat kelahiran bayi atau ketika penyakit terjadi 2-+ minggu terakhir kehamilan)sebelum melahirkan, bayi yang baru lahir harus mendapatkan terapi immunoglobulin karena bisa tertular dari ibu dan 0aksinasi hepatitis # harus diberikan pada umur 1 tahun. $ehamilan dengan hepatitis # $ehamilan dengan hepatitis # tidak menyebabkan peningkatan angka kematian ibu karena tidak ada bukti yang menyatakan bah%a hepatitis # merupakan agen teratogenik)keganasan dan risiko dari transmisi 0ertikal dari ibu ke janin3 sangat rendah. Aika bayi baru lahir terpapar, infeksi biasanya ringan dan mereka akan mempunyai kekebalan seumur hidup. &al yang perlu diperhatikan adalah sangat
penting untuk mengisolasi %anita hamil yang terinfeksi untuk menghindari penularan ke orang lain. 2.1.3.2 He'atitis B
(irus hepatitis B &B(3 ditularkan melalui hubungan seksual, penggunaan obat jarum suntik yang terkontaminasi, akupuntur, tato dan transfusi darah. Penyakit ini dapat terjadi dalam bentuk akut, subklinis dan kronik. ;ejala hepatitis B amat ber0ariasi, dari tanpa gejala sampai gejala yang berat, seperti muntah darah dan koma. &epatitis B akut mempuyai gejala klinis yang hampir sama dengan hepatitis # akut. &B( ditemukan pada darah, cairan semen, air liur, air susu ibu, dan cairan ketuban. 'nfeksi hepatitis B yang didapatkan pada masa menjelang kelahiran dan balita biasanya asimptomatik tanpa gejala3 dan dapat menjadi kronik pada 5? kasus. Sekitar +5? infeksi hepatitis B pada orang de%asa adalah simptomatik jelas gejalanya3 dimana kurang dari 1? kasus dapat menjadi gagal hati akut dan mati dan ? kasus lainnya akan sembuh dengan antibodi ada untuk seumur hidup. Pengaruh hepatitis B terhadap janin
kongenital lahir cacat3, lahir mati, abortus, atau malnutrisi intrauterin. !etapi, hepatitis akut dapat menyebabkan peningkatan insidens prematuritas. Penanganan 1. #ntepartum)sebelum melahirkan •
endapat kombinasi antibodi pasif immunoglobulin3 dan imunisasi aktif 0aksin hepatitis B
•
!idak minum alkohol
•
enghindari obat-obatan yang hepatotoksik seperti asetaminofen yang dapat memperburuk kerusakan hati
•
!idak mendonor darah, bagian tubuh dan jaringan
•
!idak menggunakan alat pribadi yang dapat berdarah dengan orang lain misalnya sikat gigi dan pisau cukur
•
enginformasikan pada *okter #nak, $andungan $ebidanan dan pera%at bah%a mereka carrier hepatitis B
•
emastikan bah%a bayi mereka mendapat 0aksin hepatitis B %aktu lahir, umur 1 bulan, dan 6 bulan
•
$ontrol sedikitnya setahun sekali ke dokter pribadi
•
endiskusikan resiko penularan dengan pasangan mereka dan mendiskusikan pentingnya konseling dan pemeriksaan
2. Persalinan 4alaupun persalinan secara seksio sesarea)sesar sudah dianjurkan untuk menurunkan transmisi &B( dari ibu ke anak, akan tetapi jenis persalinan ini tidak berarti dapat menghentikan transmisi &B(. !etapi seksio sesarea sangat disarankan oleh 8enters for *isease 8ontrol 8*83 dan #merican 8ollege of >bstetricians and ;inyecologists #8>;3. +. Bayi baru lahir
Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi termasuk carrier3 harus di terapi dengan kombinasi dari antibodi pasif immunoglobulin3 dan aktif imunisasi dengan 0aksin hepatitis B. /. enyusui *engan
imunoprofilaksis
hepatitis
yang
sesuai,
menyusui
tidak
memperlihatkan resiko tambahan untuk penularan dari carrier 0irus hepatitis B. Aadi, para ibu yang menderita hepatitis B dapat menyusui tanpa takut menularkan ke sang buah hatinya. 2.1.3.3. He'atitis *
(irus hepatitis 8 &8(3 dulu dikenal dengan hepatitis non-# non-B yang ditularkan melalui darah obat suntik, tranfusi darah, pada saat persalinan3. Penularan seksual &8( kelihatannya tidak begitu besar seperti 0irus hepatitis B. Penularan antara pasangan seksual dengan infeksi kronik &8( tanpa faktor resiko lainnya kirakira hanya sebesar ?. Seseorang yang terinfeksi akut mempunyai gejala berupa kehilangan nafsu makan, mual, muntah, demam, nyeri perut dan ikterus. 65-75? pasien dengan infeksi &8( akut bersifat asimptomatik)tidak menunjukkan gejala. #ngka transmisi 0ertikal dari ibu ke janin3 dilaporkan berkisar 5 +6?, dengan rata-rata -6 ?.
lahir mati, abortus, atau malnutrisi intrauterin. Bagaimanapun, hepatitis akut meningkatkan insidens prematuritas. $ehamilan itu sendiri tidak dipengaruhi oleh efek buruk &8( kronis. Penanganan 1. Prakonsepsi)sebelum mengandung 'dealnya penanganan prenatal)sebelum melahirkan harus dimulai pada konsultasi prekonsepsi dengan dokter diskusi tentang ri%ayat medik sekarang diagnosa, perjalanan penyakit, adanya komplikasiC ri%ayat medis dahulu kondisi hatiC ri%ayat obstetrik)persalinan dahulu transfusi, perdarahanC ri%ayat obat resep obat yang hepatoksik racun bagi hati3, terapi interferon dan riba0irin riba0irin bersifat teratogenikC sehingga seorang ibu tidak boleh hamil selama dilakukan pengobatan3, obat bebas seperti asetaminofen, penyalahgunaan obat di mana pernah menggunakan suntikan obatC ri%ayat alkoholC tes fungsi hatiC pemberian imunisasi dan kekebalanC ri%ayat asal penyakit, implikasi pada kehamilan, konsekuensi pada janin, resiko penularan 0ertikal, pemeriksaan fisik dan terapinya3. !erapi kombinasi harus lengkap diberikan untuk sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum hamil. 2. Prenatal)sebelum melahirkan 4anita yang positif &8(nya harus berkonsultasi dengan dokternya segera selama masa kehamilan untuk penanganan prenatal yang luas. Pemeriksaan a%al yang meliputi kesehatan fisik umum dan fungsi hati akan menentukan pendekatan dari tim multidisiplin. #%al kehamilan juga merupakan %aktu terbaik untuk mengetahui perkembangan lanjut melalui •
Pemeriksaan umum dan pemeriksaan lanjut untuk mencari faktor risiko pada kunjungan a%al dan berkala. Aumlah kunjungan harus ditentukan berdasarkan kondisi umum dan obstetrik pasien. Pasien tidak boleh mengkonsumsi alkohol. ebih baik tidak menggunakan obat yang berpotensial hepatotoksik atau memerlukan metabolisme hati selama hamil.
•
Pemeriksaan fungsi hati yaitu pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar aminotransferase, albumin, bilirubin, #nti &Bs, #nti total atau 'g;, &8( <# kualitatif.
•
onitor kehamilan melalui fungsi hati termasuk transaminase diperiksa setiap trimester.
•
*iagnosis melalui "S; indikasi)keperluan pemeriksaan melalui "S; tidak berbeda dengan pemeriksaan pada %anita hamil umumnya.
•
Sebisa mungkin untuk tidak melakukan tindakan yang in0asif, seperti amniosentesis)pengambilan
air
ketuban,
biopsi
korionik
0ili
untuk
menghindari risiko penularan melalui darah. +. 'ntrapartum)ketika melahirkan •
8ara melahirkan berdasarkan penelitian retrospektif didapatkan bah%a angka penularan yang rendah dengan seksio sesarea, tapi %anita dengan &8( diperkenankan untu melahirkan spontan, kecuali terdapat masalah obstektrik dan tidak perlu mengisolasi ibu dan anak.
•
'nfeksi &8( bukan merupakan indikasi untuk induksi persalinan.
/. Postpartum)sesudah melahirkan •
enjaga kebersihan dari bahan yang berpotensi menginfeksi
•
&8( <# dan antibodi anti &8( memang terdapat pada kolostrum dan susu ibu. amun tidak terdapat kasus penularan melalui menyusui, jadi menyusui bukan kontraindikasi, sehingga menyusui bisa dilakukan
•
$ontrasepsi.
. Penanganan Bayi Baru ahir •
Bayi dapat dira%at sesuai penanganan
•
Semua bayi dari ibu dengan &8( pasti positif untuk anti &8( %aktu lahir. Bayi yang tidak terinfeksi biasanya hilang antibodinya se%aktu umur 12-1 bulan. akin tinggi kadar ibu, makin lama menghilang.
•
Sebagai tambahan imunisasi rutin, imunisasi hepatitis harus diberikan pada masa postnatal)setelah melahirkan.
2.1.3.4 He'atitis D
(irus hepatitis * &*(3 dapat diisolasi dari inti hepatitis B. 'nfeksi 0irus hepatitis * terjadi saat infeksi hepatitis B, oleh karena 0irus hepatitis * tidak mampu menciptakan kapsul permukaannya dan menggunakan kelebihan &Bs#g untuk membentuk kaspulnya. ;ejala biasanya timbul mendadak, dengan tanda dan gejala yang mirip dengan hepatitis B gejalanya dapat parah dan selalu dikaitkan bersamaan dengan infeksi 0irus hepatitis B3. &epatitis * mungkin dapat sembuh dengan sendirinya atau dapat berkembang menjadi hepatitis kronis. Penderita anak-anak mungkin menunjukkan gejala klinis yang berat dan selalu berlanjut menjadi hepatitis kronis aktif. *iperkirakan cara penularannya mempunyai kesamaan dengan &B(, yaitu oleh karena terpapar dengan darah yang terinfeksi dan cairan tubuh, jarum yang terkontaminasi, dan penularan melalui hubungan seksual. Pencegahan "paya pencegahannya sama dengan untuk hepatitis B. Bagi orang-orang dengan &B( kronis, maka upaya pencegahan yang paling efektif adalah hanya dengan menjauhkan diri dari sumber potensial &*(. (aksin hepatitis B tidak dapat melindungi seseorang dengan &B( kronis untuk terkena infeksi &*(. Penelitian di !ai%an menunjukkan bah%a upaya yang dilakukan dengan cara mengurangi pemajanan seksual dan penggunaan jarum suntik menurunkan insisden infeksi &*(.
2.3.1.+ He'atitis E
(irus hepatitis 9 &9(3 ditularkan melalui jalur oral-fekal makanan dan minuman yang terkontaminasi3 dengan air minum yang tercemar tinja merupakan media penularan yang paling sering terjadi. *ari berbagai penelitian yang dilakukan saat ini menunjukkan bah%a
hepatitis
9 kemungkinan merupakan
infeksi
@oonotic)berasal dari binatang yang secara kebetulan menyebar dengan manusia secara cepat. &9( endemik dibeberapa bagian negara berkembang yang sanitasinya kurang baik dan bersifat self-limited dapat sembuh sendiri3. ;ejala klinis penyakit ini mirip dengan hepatitis #, tidak ditemukan bentuk kronis. 'nfeksi akut umumnya lebih ringan
dari
infeksi
akut
&B(
dan
ditandai
dengan
peningkatan
kadar
aminotransferase. 4anita hamil yang terinfeksi akut khususnya pada trimester ketiga mempunyai resiko 1? gagal hati fulminan dan angka kematian ?. !erapi untuk pasien yang terinfeksi &9( hanya bersifat suportif. *iagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, gambaran epidemiologis, dan menyingkirkan faktor penyebab yang lain dari hepatitis. Pemeriksaan serologis sedang dikembangkan saat ini untuk mendeteksi antibodi &9(, tetapi belum tersedia secara komersial. eskipun demikian, beberapa jenis tes diagnostik tersedia di berbagai laboratorium riset antara lain en@yme immunoassay dan 4estern blot assay, tes P8<, dan immunofluorescent antibody blocking ass ay. Pencegahan Pembuangan tinja secara saniter)menurut tempatnya dan mencuci tangan dengan benar setelah buang air besar dan sebelum menjamah makanan Penanganan !idak ada produk 0aksin yang tersedia untuk mencegah hepatitis 9. Pada penelitian yang dilakukan dengan menggunakan prototipe 0aksin pada binatang, 0aksin tersebut dapat merangsang pembentukan antibodi yang melemahkan infeksi &9( tetapi tidak dapat mencegah ekskresi 0irus dalam tinja. 2.1.3.+ Pen&akit He'atitis ,
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis : merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
2.1.3.- He'atitis
(irus hepatitis ; &;(3 lebih sering ditemukan pada pasien yang terinfeksi hepatitis B atau 8 atau dengan ri%ayat penyalahgunaan obat intra0ena. !idak terdapat status carrier kronik. Penularannya dapat secara 0ertikal. 'nfeksi gabungan &;( terdapat pada ? dengan infeksi &B( kronik dan 15 ? dengan infeksi &8( kronik. Bagaimanapun juga, apakah &;( benar patogen pada manusia belum jelas. 2.1.4 Pengaru( He'atitis
&epatitis pada janin *ilaporkan,bah%a 'bu hamil yang mengalami hepatitis 0irus B, dengangejala yang jelas, /=? dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada 'bu-lbu hamil yang hanya sebagai carrier &epatitis (irus B antigen, hanya ? dari bayinya mengalami 0irusB
antigenemia.
eskipun
hepatitis
0irus,
belum
jelas
pengaruhnya
terhadapkelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bah%a kelahiranprematur terjadi pada 66? kehamilan yang disertai hepatitis0irus B. #danya icterus pada 'bu hamil tidak akan menimbulkan kern-icterus pada janin. $em icterus terjadi akibat adanya unconjugated bilirubin yang mele%ati placenta dari 'bu-'bu hamil yang mengalami hemolitik jaundice. +3.Bila penularan hepatitis 0irus pada janin terjadi pada %aktupersalinan maka gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan, bah%a hepatitis0irus pada 'bu hamil dapat menimbulkan kelainan kongenitalpada janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai hepatitis 0irus, tidak dijumpai perubahan perubahan yang menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan 0irus B in utero, maka keadaan ini tidakmemberikan kekebalan pada janin dengan kehamilan berikutnya.
Pengaruh dalam kehamilan
1. !erjadi abortus, partus prematurus, dan kematian janin dalam kandungan. 2. #pakah 0irus ibu masuk ke dalam tubuh janin belum dapat dipastikan. Pengaruh dalam persalinan dan nifas. 1. Penghentian kehamilan tidak mengubah jalannya penyakit baik dengan jalan abortus buatan, maupun dengan induksi peralinan. 2. Bila tidak ada indikasi penyelesaian persalinan, kelahiran per 0aginam dia%asi dengan baik. +. $ala '' boleh diperpendek dengan ekstrasi 0akum atau forseps bila janin hidup dan embriotomi bila mati. /. Bahaya yang paling mengancam ibu adalah pada saat persalinan, karena sering
terjadi
perdarahan
yang
hebat
dan
sulit
dikontrol
atau
hipofibrinogenemia. 2.1.+
Penatalaksanaan
1. 'stirahat, diberi nutrisi dan cairan yang cukup, bila perlu '( 2. 'solasi cairan lambung dalam atau cairan badan lainnya dan ingatkan tentang pentingnya janin dipisahkan dengan ibunya +. Periksa &bs#g /. $ontrol kadar bilirubun, serum glutamic oksaloasetik transaminase S;>!3, serum glutamic piru0ic transaminase S;P!3, factor pembekuan darah,
karena
kemungkinan
telah
ada
disseminated
intra0askular
coagulapathy *'83 . 8egah penggunaan obat-obat yang bersifat hepatotoksik 6. Pada ibu yang &bs#g positif perlu diperiksa &bs#g anak karena kemungkinanterjadi penularan melalui darah tali pusat 7. !indakan operasi seperti S8 akan memperburuk prognosis ibu =. Pada bayi yang baru dilahirkan dalam 2D2/ jam diberi suntikan anti hepatitis serum 2.2
H"/ 0 A"D
*i #merika serikat, &'( adalah penyakit yang telah secara tidak proporsional menyerang %anita yang miskin, yang tinggal di pedesaan, dan pada orang
kulit
ber%arna. 'ni semua merupakan penanda kondisi sosial yang beresiko lebih besar dalam masyarakat kita. !etapi mereka yang terinfeksi serius telah lebih jauh terstigma oleh persepsi a%al bah%a &'( adalah penyakit pria homo seksual dan penyalah guna obat.karena penularan &'( secara heteroseksual meningkatkan proporsi %anita yang terinfeksi, data di #merika Serikat hamper me%akili statistik untuk seluruh dunia. *alam mempertimbangkan konseling, penapisan, dan program penanganan untuk %anita, harus selalu di pertimbangkan penularan hetero seksual dan perinatal yang tidak terdeteksi secara kenegaraan dan budaya. 'ni bukan penyakit yang dapat di abaikan karena Epenyakit ini tidak terjadi di siniE. Sebenarnya penyakit tersebut dapat terjadi. 2.2.1 %ia&at ala!i 'en&akit H"/
Human immunodeficiency virus adalah retro0irus <# yang lebih suka menyerang limfosid T-helper sel 8*/3 juga tipe sel lainnya.
daripada pria pada semua tahap perkembangan penyakit. *iagnosis #'*S adalah berdasarkan temuan klinis spesifik. 2.2.2. *ara Penularann&a
&'( masuk tubuh manusia terutama melalui darah, semen dan secret 0agina, serta transmisi dari ibu ke anak. !iga cara penularan &'( adalah sbb 1. &ubungan seksual, baik secara 0aginal, oral, maupun anal dengan dengan seorang pengidap. 'ni adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi =5-5? total kasus sedunia. 2. $ontak langsung dengan darah, produk darah, atau jarum suntik. !ransfusi darah)produk darah yang tercemar mempunyai risiko sampaiF5?, ditemukan +-? total kasus sedunia. +. !ransmisi secara 0artikal dari ibu hamil pengidap &'( kepada bayinya melalui plasenta.
penurunan jumlah menjadi 5-155)mm+)tahun sehingga bila tanpa pengobatan ratarata masa infeksi &'( sampai menjadi #'*S adalah =-15 tahun, di mana jumlah 8*/ akan mencapai kurang dari 255)mm +. #ngka penularan antar-pasangan heteroseksual dipengaruhi oleh tingkat infeksi0itas pada pasangan yang terkena, penggunaan pelindung lateks seperti kondom, dan infeksi yang terjadi bersama penyakit hubungan seksual lain. Penularan dari pria ke pasangan %anita secara ber%arna lebih banyak daripada sebaliknya. Perkiraan penularan dengan satu kali hubungan seksual tanpa pelindung berkisar dari )15.555 sampai )1555. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan 0irus pada ser0iks, dan lalu meningkatkan resiko %anita positif &'( yang menularkan pasangannya, termasuk kehamilan, ektopik ser0ikal, kontrasepsi hormonal, infeksi 0agina, penyakit menular seksual, dan perkembangan penyakit seperti yang ditunjukan oleh muatan 0irus tinggi atau hitung 8*/ yang menurun. #da beberapa isu konseling yang meningkat ketika %anita atau pria yang terinfeksi aktif secara seksual dan menanyakan tentang penularan heteroseksual, termasuk konseling tentang penggunaan kontrasepsi ditambah pelindung efektif, kemungkinan keinginan pasangan memiliki anak, apakah pasangan yang tidak terinfeksi mengetahui status pasangannya, dan tingkat infeksi0itas pasangan yang terkena. Bidan memiliki ke%ajiban untuk memberi informasi yang tidak biasa kepada semua pasien, dan perlu mencari komunitas atau sumber daya lain yang dibutuhkan untuk memenuhi informasi dan kebutuhan pera%atan %anita. Bagian tanggung ja%ab itu adalah untuk mendidik %anita dalam pengungkapan status penyakit mereka pada pasangannya, atau untuk memberi sumber lain dalam melaksanakan tanggung ja%ab itu. Penularan melalui pajanan terhadap darah dan cairan tubuh penularan seksual eksklusif3 sangat dihubungkan dengan penyalahgunaan @at intra0ena. amun, menyadari bah%a setiap lesi kulit yang terbuka adalah jalan masuk bagi jenis penularan ini merupakan hal sangat penting. Petugas kesehatan, termasuk bidan, beresiko terpajan kapanpun ke%aspadaan uni0ersal tidak diikuti. Sebagian besar klinisi tidak mau menangani orang yang mereka tau terinfeksi &'(. !etapi banyak %anita dengan &'( tidak sadar bah%a mereka beresiko terinfeksi. $e%aspadaan
uni0ersal berarti tidak mencoba berdasarkan kepercayaan yang salah bah%a seseorang dapat EmengatakanE siapa yang beresiko. Setiap orang yang mengalami cedera jarum atau percikan sebaiknya memeriksakan diri kepada pekerja unit kesehatan mereka atau dokter pribadi mengenai penatalaksanaanya. !idak semua pajanan member tingkat resiko yang sama, dan %aktu terbaik untuk mengatasi pajanan tersebut adalah segera. Penularan perinatal dibahas dalam bagian tentang kehamilan dan &'(. 2.2.3 Pe!erikssaan 'enunjang
*iagnosi laboratorium dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu 1. 8ara langsung, yaitu isolasi 0irus dari sample. "mumnya dengan menggunakan microskop electron dan deteksi antigen 0irus. Salah satu cara deteksi antigen 0irus adalah dengan Polymerase 8hain
2.2.4 H"/ dala! ke(a!ilan
Semua %anit hamil sebaiknya secara ideal diuji untuk mengetahui &'( sea%al mungkin saat kehamilan Selama kehamilan, banyak perubahan E peraturan E dalam pengobatan penyakit &'(. *alam populasi yang tidak diobati resiko absolut standar penularan ibu
kepada anak mother-to-child transmission, !8!3 tanpa menyusui sebanyak 2?. Sekitar sampai 15? adalah anteparum, dan sampai 25? intrapartum. enyusui menambah resiko absolute penularan sampai 1?. Penatalaksanaan biasanya seperti tertulis disini untuk menunda a%itan terapi anti retro0irus pada orang de%asa sampai hitung 8*/ menurun sampai +5 sel)mm + atau kurang, tetapi untuk pencegahan !8! ditujukan untuk mempertahankan muatan 0irus yang tidak terdeteksi tanpa memperhatikan hitung 8*/.
2.2.+ Pengoatan untuk H"/ ela!a e(a!ilan
onoterapi @ido0udin, sebagai pengobatan semula untuk pencegahan penularan &'( selama kehamilan pada a%alnya sebagai percobaan Pediatric AI! "linical Trial #roup #8!;3 576 pada a%al 15. Pengaruh klinis pengobatan tiga bagian ini antepartum, intrapartum, dan neonatal3 adalah untuk mengurangi !8! sebanyak 2)+ , dari 2,6 sampai =,+?. 'ni tetap merupakan standar minimum pera%atan %anita hamil dengan &'(, tanpa memperhatikan muatan 0irus. ebih banyak regimen terapeutik, disebut regimen terapi antiretro0iral sangat aktif hi$hly active antiretroviral therapy, #
pertama, %anita yang didiagnosis baru, dan mereka yang sedang tidak diobati, sebaiknya menunggu sampai organogenesis lengkap sebelum memulai terapi. Pertimbangan dalam meresepkan obat selama kehamilan termasuk kebutuhan obat %anita itu sendiri dan kemampuan untuk mematuhi program yang kompleks, terapi sebelumnya, dan potensial untuk berkembangnya resistensi. enyeimbangkan pencegahan jangka pendek !8! dengan terapi seumur hidup ibu adalah diluar lingkup praktik kebidanan dasar. 4alaupun semua obat &'( yang saat ini dipasarkan oleh :*# diklasifikasikan sebagi kelas B atau 8, data efek pada janin dan neonatal secara luas berasal dari resep obat pragmatik bagi kebutuhan ibu itu sendiri dan pengurangan muatan 0irus. Hido0udin tetap satu-satunya obat yang digunakan untuk periode lama untuk menyatakan bah%a asil untuk anak-anak yang tidak terinfeksi mengindikasikan tidak ada masalah jangka panjang. Studi pada %anita yang mengkonsumsi antiretro0iral selama kehamilan, dibandingkan dengan %anita &'( positif yang tidak sedang dalam pengobatan, telah menunjukan tidak ada peningkatan dalam kehilangan janin, kelahiran prematur, atau berat badan lahir rendah. amun, kejadian berat bermakna telah terjadi yang dapat mempengaruhi hasil kehamilan indi0idu, seperti insufisiensi mitokondria dan asidosis laktat. *engan hanya mengetahui kategori :*# tidak cukup untuk menjamin penggunaan yang aman. 90afiren@ Susti0a3 diketahui menghasilkan pengaruh teratogenik pada primata dan karenanya tidak digunakan selama kehamilan %alaupun kategorinya 8. pendaftaran kehamilan antiretro0iral mempertahankan penyimpanan data hasil janin secara berkelanjutan. $elas-$elas >bat &'(
ucleoside)ucleotide
ama >bat ;enerik, Singkatan erk3
$ategori :*#
*osis
e0irapin, (P (iramune3
8
255 mg po 2D sehari
*ela0irdin, *( rescriptor3
8
/55 mg po 2D sehari
9fa0iren, 9:( Susti0a3
8I
655 mg po 2D setiap malam
Protease 'nhibitor P'3 ama $ategori *osis ama >bat >bat ;enerik, ;enerik, Singkatan $ategori :*# Singkatan erk3 :*# erk3
*osis
Hido0udin, 8 SaJuina0ir, #H! SK(, hgc 'n0erase3
B
+55 mg /55 po 2D sehari mg po 2D sehari dengan
B
1255 mg po +D sehari 15 mg po 2D sehari
*idanosin, ddl (ideD3
B
G65 kg 25 hari atau 655 mg mg po po setiap +D sehari 12 mg po 2D sehari tablet3 =55 mg po +D setiap = jam #tau 25 mg po setiap hari atau 75 mg po +D sehari #!#" 125 mg po 2D 167 mg po 2D sehari bubuk3 sehari F65 kg /55 mg po setiap hari atau 1255 mg po +D sehari kapsul3 #!#" 1/55 255 mg po 2D sehari tablet3 mg po larutan oral3
B
'ndana0ir, '*( 8riDi0an3
8
elfina0ir, :( (iracept3
B
#mprena0ir, #P( #genarase3
8
opina0ir)
8
#tau 55 mg po setiap hari atau /55mg P( L 155 mg
Halsitabin, dd8 &i0id3
8
5.7 mg po +D sehari
Sta0udin, d/! Herit3
8
G65 kg +5 mg po 2D sehari F65 kg /5 mg po 2D sehari
#baka0it, #P( Hiagen3
8
+55 mg po 2D sehari
#H! L +!8 8ombi0ir3
8
+55 mg #H! L 15 mg +!8 po 2D sehari
#H! L +!8 L #B8 !ri@i0it3
8
+55 mg #H! L 15 mg +!8 L +55 mg #B8 po 2D sehari
!enofo0ir *: (iread3
B
+55 mg po setiap hari
on-nucleoside
•
!idak digunakan pada %anita hamil karena studi menunjukan teratogenesitas.
2.4.- %ute Mela(irkan dan %esiko Penularan
Beberapa studi telah menunjukan penurunan resiko penularan ketika kelahiran dengan seksiocesaria, cukup bulan sebelum a%itan persalinan, dan bersentuhan dengan membran amnion. Penurunan ini dapat melibihi 5 persen, dan faktor lain seperti muatan 0irus atau terapi antiretro0iral. Bila %anita hanya mendapatkan program @ido0udin dan telah menjalani pelahiaran sesar secara profilaktik, angka penularan ditemukan serendah 2 persen, dibandingkan dengan angka yang dicapai dengan #leh karena itu, kelahiran 0aginal merupakan pilihan yang masuk akal bagi %anita ini. Auga diketahui semakin lama membran ruptur, semakin besar resiko penularan pada %aktu melahirkan. "ntuk alasan ini, %anita dengan muatan 0irus lebih dari 1555 sebaiknya selalu dilakukan sesar, dan %anita yang mengikuti konseling berkenaan dengan resiko dan keuntungan melahirkan per0agina dibandingkan sesar untuk ibu dan janin, permintaan pelahiran secara sesaria sebaiknya diakomodasi.
2.2. Pen5ega(an untuk Penolong Persalinann&a
*alam persalinan, S8 bukan merupakan indikasi untuk menurunkan risiko infeksi pada bayi yang dilahirkan. Penularan kepada penolong persalinan dapat terjadi dengan rate 5-1? pertahun eDposure. >leh karena itu dianjurkan untuk melaksanakan upaya pencegahan terhadap penularan infeksi bagi petugas kamar bersalin sebagai berikut 1. ;unakan pakaian, sarung tangan dan masker yang kedap air dalam menolong persalinan. 2. ;unakan sarung tangan saat menolong bayi +. 8ucilah tangan setelah selesai menolong penderita #'*S /. ;unakan pelindung mata kacamata3
. Peganglah plasenta dengan sarung tangan dan beri label sebagai barang infeksius 6. Aangan menggunakan penghisap lendir bayi melalui mulut 7. Bila dicurigai adanya kontaminasi, lakukan konseling dan periksa antibody terhadap &'( serta dapatkan #H! sebagai profilaksis
2.2.6 Peraatan 'ada Pas5a'ersalinan
Pera%atan pascapersalinan perlu diperhatikan yaitu kemungkinan penularan melalui pembalut %anita, lochea, luka episiotomi ataupun luka S8. "ntuk pera%atan bayi, sebaiknya dilakukan oleh dokter anak yang khusus untuk menangani kasus ini. Pera%atan ibu dan bayi tidak perlu dipisah, harus diusahakan agar pada bayi tidak dilakukan tindakan yang membuat perlukaan bila tidak perlu betul, misalnya jangan lakukan sirkumsisi. Pera%atan tali pusat harus dijalankan dengan cermat. 'munisasi yang menggunakan 0irus hidup sebaiknya ditunda sampai terbukti bah%a bayi tersebut tidak menderita 0irus &'(. #ntibodi yang didapatkan pasif dari ibu akan dapat bertahan sampai 1 bulan. Aadi diperlukan pemeriksaan ulang berkala untuk menentukan adanya perubahan ke arah negatif atau tidak. 'nfeksi pada bayi mungkin baru tampak pada usia 12-1= bulan. 2.3 T&'us Ado!inalis 2.3.1 Pengertian T&'us Ado!inalis
!ypus #bdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 1+ tahun
75?
-
=5? 3, pada usia +5 - /5 tahun 15? - 25? 3 dan diatas usia pada anak 12-1+ tahun sebanyak ?-15? 3. ansjoer, #rif 13. !ypus #bdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan
dan gangguan kesadaran :$"'. 13. !ypus #bdominalis adalah suatu penyakit infeksi pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
9tiologi demam tyfoid adalah Salmonella typhi. Sedangkan demam paratifoid disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies Salmonella enteritidis, yaitu S. 9nteritidis bioserotipe paratyphi #, S. 9nteritidis bioserotipe paratyphi B, S. 9nteritidis bioserotipe paratifi 8. $uman-kuman ini lebih dikenal dengan nama S. Paratyphi #, S. Schottmuelleri, dan S. &irschfeldii. 2.3.3 Pato7isiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan : yaitu :ood makanan3, :ingers jari tangan ) kuku3, :omitus muntah3, :ly lalat3, dan melalui :eses. :eses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. $uman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. #pabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. $emudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. *i dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. $uman Salmonella !hypoid masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaJue peyeri di
ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. *i tempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. $uman Salmonella !ypi kemudian menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang juga mengalami hipertrofi. Setelah mele%ati kelenjar-kelenjar limfe ini salmonella typi masuk ke aliran darah melalui duktus thoracicus. $uman salmonella typi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella typi bersarang di plaJue peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial. Semula disangka demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid disebabkan oleh endotoksemia. !api kemudian berdasarkan penelitian ekperimental disimpulkan bah%a endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid. 9ndotoksin salmonella typi berperan pada patogenesis demam tifoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella typi berkembang biak. *emam pada tifoid disebabkan karena salmonella typi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan @at pirogen oleh @at leukosit pada jaringan yang meradang. asa tunas demam tifoid berlangsung 15-1/ hari. ;ejala-gejala yang timbul amat ber0ariasi. Perbedaaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia, tetapi juga di daerah yang sama dari %aktu ke %aktu. Selain itu gambaran penyakit ber0ariasi dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian hal ini menyebabkan bah%a seorang ahli yang sudah sangat berpengalamanpun dapat mengalami kesulitan membuat diagnosis klinis demam tifoid. *alam minggu pertama penyakit keluhan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya , yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, a noreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisis hanya didapatkan suhu badan meningkat. dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardia relatif, lidah yang khas kotor di tengah, tepi daan ujung merah dan tremor3, hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis, roseolae jarang ditemukan pada orang 'ndonesia. 2.3.4 Tanda dan ejala T&'(oid
Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. $emudian mengikuti peredaran darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa sehingga berkembang biak disana yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba. ;ejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan dapat tanpa gejala asimtomatik3. Secara garis besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara lain 13 *emam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya demam tinggi. 23 idah kotor. Bagian tengah ber%arna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas. +3 ual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa, #kibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. *ikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi le%at mulut. /3 *iare atau encret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi sulit buang air besar3. 3 emas, pusing, dan sakit perut. *emam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing. !erjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut. 63 Pingsan, !ak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.
•
inggu ' infeksi akut demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, mual, diare3. inggu '' ;ejala lebih jelas demam, bradikardia relatif, lidah kotor, nafsu
•
makan menurun, hepatomegali, ggn kesadaran3. inggu ''' *alam minggu ''' suhu badan berangsur-angsur dan normal
•
kembali pada akhir minggu '''. inggu '( Suhu kembali normal proses penyakit bisa sembuh atau tidak
•
sembuh malah sampai terjadi perforasi. 2.3.+ Diagnosa Pen&akit De!a! Ti7oid
"ntuk ke akuratan dalam penegakan diagnosa penyakit, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan 4idal dan biakan empedu. Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah dilakukan di laboratorium sederhana untuk membuat diagnosa cepat. #kan ada gambaran jumlah darah putih yang berkurang lekopenia3, jumlah limfosis yang meningkat dan eosinofilia. Pemeriksaan 4idal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan @at anti terhadap kuman tifus. 4idal positif kalau titer > 1)255 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan progresif. *iagnosa demam !ifoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu dengan ditemukannya kuman Salmonella typhosa dalam darah %aktu minggu pertama dan kemudian sering ditemukan dalam urine dan faeces. Sampel darah yang positif dibuat untuk menegakkan diagnosa pasti. Sample urine dan feces dua kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bah%a penderita telah benar-benar sembuh dan bukan pemba%a kuman carrier3. Sedangkan untuk memastikan apakah penyakit yang diderita pasien adalah penyakit lain maka perlu ada diagnosa banding. Bila terdapat demam lebih dari lima hari, dokter akan memikirkan kemungkinan selain demam tifoid yaitu penyakit infeksi lain seperti Paratifoid #, B dan 8, demam berdarah *engue fe0er3, influen@a, malaria, !B8 !uberculosis3, dan infeksi paru Pneumonia3. "ji 4idal merupakan suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi aglutinin3. #glutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah di0aksinasikan. #ntigen yang digunakan pada uji %idal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. !ujuan dari uji %idal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. #kibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu 1. #glutinin >, yang dibuat karena rangsangan antigen > berasal dari tubuh kuman3.
2. #glutinin &, yang dibuat karena rangsangan antigen & berasal dari flagel kuman3. +. #glutinin (i, yang dibuat karena rangsangan antigen (i berasal dari simpai kuman3. *ari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin > dan & yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid. 2.3.- Peraatan dan Pengoatan Pen&akit De!a! Ti7oid
Pera%atan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam !ifoid atau types bertujuan menghentikan in0asi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan. Selain obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa pusing Paracetamol3, "ntuk anak dengan demam tifoid maka pilihan antibiotika yang utama adalah kloramfenikol selama 15 hari dan diharapkan terjadi pemberantasan)eradikasi kuman serta %aktu pera%atan dipersingkat. amun beberapa dokter ada yang memilih obat antibiotika lain seperti ampicillin, trimethoprim-sulfamethoDa@ole, kotrimoksa@ol, sefalosporin, dan ciprofloDacin sesuai kondisi pasien. *emam berlebihan menyebabkan penderita harus dira%at dan diberikan cairan 'nfus. 2.4.
Pengoatan de!a! ti7oid 'ada iu (a!il
!idak semua antibiotik dapat digunakan untuk pengobatan tifoid pada %anita hamil. $loramfenikol tidak boleh diberikan pada trimester ketiga kehamilan, karena dapat menyebabkan partus prematur, kematian fetus intrauteri, dan sindrom ;ray pada neonatus. *emikian pula dengan tiamfenikol yang mempunyai efek teratogenik terhadap fetus. amun kehamilan lebih lanjut, tiamfenikol dapat diberikan. Selain itu, kotrimoksa@ole dan flourokuinolon juga tidak boleh diberikan.
#ntibiotik yang aman bagi kehamilan adalah golongan penisilin amfisilin, amoksisilin3, dan sefalosporin generasi ketiga kecuali pasien yang hipersensitif terhadap obat tersebut. 2.4.6 Pen5ega(an Pen&akit De!a! Ti7oid
Pencegahan penyakit demam !ifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan serta penyuluhan kesehatan. 'munisasi dengan menggunakan 0aksin oral dan 0aksin suntikan antigen (i Polysaccharida capular3 telah banyak digunakan. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan 0aksinasi bernama chotipa cholera-tifoid-paratifoid3 atau tipa tifoid-paratifoid3. "ntuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga di0aksinasi.
BAB """ PENUTUP 3.1 esi!'ulan
&epatitis infeksiosa disebabkan oleh 0irus dan merupakan penyakit hati yang paling sering dijumpai dalam kehamilan. Pada trimester ' dapat terjadi keguguran, akan tetapi jarang dijumpai kelainan congenital anomaly pada janin3. Sedangkan pada trimester '' dan ''' sering terjadi premature. !idak dianjurka untuk melakukan terminasi kehamilan dengan induksi atau S8, karena akan mempertinggi risiko pada ibu. Pada hepatitis B janin kemungkinan dapat tertular melalui plasenta, %aktu lahir, atau masa neonatusC %alaupun masih masih kontro0ersi penularan melalui air susu. Human immunodeficiency virus adalah retro0irus <# yang lebih suka menyerang limfosid T-helper sel 8*/3 juga tipe sel lainnya.