MAKALAH MANAJEMEN OPERASIONAL “Penjadwalan” Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Manajemen Operasional
Disusun oleh: Sevina Yanti
201110170311307
Tri Kusmiati
201310170311293
Ririn Okatia
201310170311299
Ghaida Afra
201310170311306
Karina Ismurossa
201310170311312
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3
Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan
1 2 2
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Definisi Penjadwalan 2.1.1 Penjadwalan Maju dan Mundur
3 3
2.2. KRITERIA PENJADWALAN
4
2.3. PENJADWALAN PUSAT KERJA YANG TERFOKUS PADA PROSES
4
2.4. PEMBEBANAN PEKERJAAN
4
2.4.1 Pengendalian Input-Output
5
2.4.2. Diagram Gantt
5
2.4.3. Metode Penugasan
6
2.5. PENGURUTAN PEKERJAAN
6
2.5.1. Aturan Prioritas untuk Membagikan Tugas
6
2.5.2. Rasio Kritis
7
2.6. MENGURUTKAN SEJUMLAH N PEKERJAAN PADA DUA MESIN:
7
ATURAN JOHNSON 2.7. PENJADWALAN KAPASITAS TERBATAS
7
2.8. TEORI BATASAN
8
2.8.1. Bottleneck
8
2.8.2. Drum, Buffer, Rope
8
2.9. PENJADWALAN PRODUKSI BERULANG
8
2.10. PENJADWALAN PADA SEKTOR JASA 2.10.1. Penjadwalan Karyawan Bidang Jasa secara Berkala
9 9
BAB III PENUTUP 3.1.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
10 11
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan karunia akal budi serta hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul“PENJADWALAN – JANGKA PENDEK”dengan baik dan terselesaikan tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk pengajuan tugas mata kuliah Manajemen Operasi di jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak sekali bantuan yang di terima baik berupa bimbingan, maupun dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada : 1. Allah SWT. 2. Ibu DraTriningsih Sri Supriati MP. 3. Orang tua kami selakupemberimotivasi. 4. Teman-temanAkuntansi III-F selakupemberisemangat. Dalam pembuatan makalah ini kami banyak menemukan kendala. Salah satunya saat mencari literature yang sesuai. Selain itu, mengatur waktu saat mengerjakan makalah bersama. Kami menyadari bahwa makalah ini belum pada tingkat kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu di benahi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wacana baru bagi pembaca dan bermanfaat bagi tugas kami selanjutnya. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih atas dukungan dan arahan dari semua pihak.
Malang, 12 Desember 2014
Penyusun
BAB I PEMBUKAAN
1.1. Pendahuluan
Dalam pengelolaan proses bisnis, proses yang sudah baik, sumber daya yang tepat, input yang baik, tujuan yang jelas tidak serta merata menghasilkan apa yang diharapkan. Proses bisnis yang baik akan menentukan proses apa saja yang harus dilakukan oleh unit tertentu. Katakanlah sumber daya dalam unit tersebut pun sudah memenuhi kualifikasi yang sesuai. Mungkin saja terjadi bahwa suatu waktu tertentu pekerjaan yang dibebankan kepada unit-unt tidak merata atau unit tidak memiliki kemampuan mengatur prioritas pekerjaannya sehingga bisa jadi ada pekerjaan yang terlambat diselesaikan, atau ada keluhan soal waktu menunggu yang cukup banyak. Situasi seperti inilah yang menyebabkan kita perlu untuk mempelajari penjadwalan.
Penjadwalan pada prinsipnya terjadi baik untuk periode yang panjang (misalnya tahunan) ataupun periode yang lebih pendek (misalnya harian atau periode jam). Penjadwalan yang dimaksudkan disini adalah penjadwalan jangka pendek. Karena penjadwalan jangka panjang biasanya dibahasbdengan pendekatan lain seperti manajemen projek. Kalaupun penjadwalajangka panjang tadi bukan bersifat projek, yaitu seperti kegiatan rutin tahunan, maka pendekatan penjadwalan jangka pendek ini pun dapat kita terapkan pada kasus tersebut.
Penjadwalan jangka pendek menerjemahkan keputusan kapasitas, perencanaan agregat (jangka menegah) serta jadwal induk ke dalam urutan pekerjaan dan penugasan tertentu atas karyawan, material, dan permesinan. Isu penjadwalan barang dan jasa dalam jangka pendek yaitu memenuhi permintaan karyawan dan perlatan tertentu dalam basis harian atau jam.
1
Tujuan penjadwalan adalah mengalokasikan dan memprioritaskan permintaan yang dihasilkan oleh perkiraan atau pesanan pelanggan pada fasilitas yang ada. Duan factor penting dalam melakukan alokasi dan prioritas ini adalah jenis penjadwalan maju atau mundur dan kriterian prioritas.
2
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian penjadwalan ? 2. Bagaimana hubungan antara penjadwalan jangka pendek, perencanaan kapasitas, perencanaan menyeluruh, dan jadwal induk ? 3. Apa sajakah metode penugasan untuk pembebanan pekerjaan ? 4. Apa sajakah aturan-aturan pengurutan prioritas ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penjadwalan jangka pendek. 2. Untuk mengetahui hubungan antara penjadwalan jangka pendek, perencanaan kapasitas, perencanaan menyeluruh, dan jadwal induk. 3. Untuk menerapkan metode penugasan pembebanan pekerjaan. 4. Untuk mengetahui aturan-aturan pengurutan prioritas.
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Penjadwalan Penjadwalan berkaitan dengan pemilihan waktu operasi. Keputusan penjadwalan dimulai dengan perencanaan kapasitas yang mencakup ketersediaan keseluruhan sumber daya fasilitas dan peralatan. Perencanaan kapasitas biasanya dibuat setiap tahun atau setiap tiga bulan ketika peralatan dan fasilitas baru dibeli atau dibuang. Perencanaan agrerat membuat keputusan mengenai penggunaan fasilitas, persediaan, karyawan, dan kontraktor dari luar. Perencanaan agrerat biasanya dibuat setiap bulan, dan sumber daya dialokasikan atas dasar pengukuran agrerat, seperti unit, ton, atau jam belanja total. Bagaimanapun juga, jadwal induk memecahmecah rencana agreratnya, dan mengembangkan sebuah jadwal untuk produk atau lini produk tertentu setiap minggunya. Kemudian, jadwal jangka pendek menerjemahkan keputusan kapasitas, perencanaan agrerat (jangka menengah), serta jadwal induk ke dalam urutan pekerjaan dan penugasan tertentu atas karyawan, material dan permesinan. Isu penjadwalan barang dan jasa dalam jangka pendek (yaitu: memenuhi permintaan karyawan dan peralatan tertentu dalam basis harian atau jam). Tujuan penjadwalan adalah mengalokasikan dan memprioritaskan permintaan (yang dihasilkan oleh perkiraan atau pesanan pelanggan) pada fasilitas yang ada. Dua faktor penting dalam melakukan alokasi dan prioritas ini adalah (1) jenis penjadwalan, maju atau mundur, dan (2) kriteria prioritas. 2.1.1 Penjadwalan Maju dan Mundur Penjadwalan mencakup penugasan batas waktu pada pekerjaan tertentu, tetapi banyak pekerjaan bersaing secara bersamaan dengan menggunakan sumber daya yang sama. Untuk membantu mengatasi berbagai kesulitan dalam penjadwalan, teknik penjadwalan dapat digolongkan sebagai (1) penjadwalan maju dan (2) penjadwalan mundur.
4
Penjadwalan maju (forward scheduling) memulai jadwal setelah persyaratan suatu pekerjaan diketahui. Penjadwalan maju digunakan dalam berbagai organisasi, seperti rumah sakit, klinik, rumah makan mewah, dan produsen peralatan mesin. Dalam fasilitas seperti ini, pekerjaan dilakukan sesuai dengan pesanan pelanggan, dan biasanya minta dikirim sesegera mungkin. Penjadwalan maju umumnya dirancang untuk menghasilkan sebuah jadwal yang dapat dipenuhi. Dalam banyak kejadian, penjadwalan maju menyebabkan menumpuknya barang setengan jadi. Penjadwalan mundur (backward scheduling) dimulai dari batas waktu, dan menjadwalkan operasi yang terakhir terlebih dahulu. Kemudian, urutan pekerjaan dijadwalkan satu demi satu dalam susunan terbalik. Dengan mengurangi waktu tunggu (lead time) untuk setiap barang, diperoleh waktu mulai. Bagaimanapun juga, sumber daya yang diperlukan untuk memenuhi jadwal mungkin tidak ada. Penjadwalan mundur digunakan dalam banyak lingkungan manufaktur, seperti halnya dalam lingkungan jasa yang menyajikan sebah perjamuan atau penjadwalan operasi pembedahan. Dalam praktiknya, suatu kombinasi dari penjadwalan maju dan mundur sering digunakan untuk menemukan titik temu antara yang dapat dipenui dan batas waktu pelanggan. 2.2. KRITERIA PENJADWALAN Teknik penjadwalan yang benar bergantung pada volume pesanan, sifat alami operasi, dan kompleksitas pekerjaan secara keseluruhan, serta kepentingan dari keempat kriteria. Berikut keempat kriteria tersebut. 1. Meminimalkan waktu penyelesaian. Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan waktu penyelesaian rata-rata untuk setiap pekerjaan. 2. Memaksimalkan utilisasi. Kriteria ini dievaluasi dengan menghitung persentase waktu suatu fasilitas digunakan. 3. Meminimalkan persediaan barang setengah jadi (work in process-WIP). Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem. Hubungan antara banyaknya pekerjaan dalam sistem dan persediaan WIP akan tinggi. Oleh karena itu, jika terdapat lebih sedikit pekerjaan dalam sistem, maka persediaan yang ada lebih rendah.
5
4. Meminimalkan waktu tunggu pelanggan. Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan jumlah keterlambatan rata-rata. 2.3. PENJADWALAN PUSAT KERJA YANG TERFOKUS PADA PROSES Fasilitas yang terfokus pada proses (fasilitas intermittent atau bengkel kerja) merupakan system dengan variasi tinggi dan volume rendah yang biasanya dijumpai pada organisasi manufaktur dan jasa. Ini merupakan system produksi dimana produk dibuat dalam system seperti ini umumnya sangat berbeda dalam material yang digunakannya, pengolahan pesanannya, persyaratan pemrosesannya, waktu pengolahannya, dan kebutuhan penyetelannya. Karen aperbedaan ini, penjadwalan dapat menjadi kompleks. Untuk menjalankan sebuah fasilitas secara seimbang dan efisien, manajer memerlukan sebuah system perencanaan dan pengedndalian produksi. System ini seharusnya : 1. Menjadwalkan pesanan yang dating tanpa melampaui keterbatasan kapasitas pusat kerja masing-masing; 2. Memeriksa ketersediaan peralatan dan bahan sebelum mengeluarkan pesanan ke suatu departemen; 3. Menentukan batas waktu untuk setiap pekerjaan dan memeriksa kemajuan pekerjaan terhadap batas waktu dan waktu tunggu dari pemesanan; 4. Memeriksa bahan setengah jadi selagi pekerjaan dilakukan; 5. Memberikan umpan balik pada aktivitas pabrik dan produksi; 6. Memberikan statistik efisiensi pekerjaan dan mengawasi waktu operator untuk kepentingan analisis pengupahan dan distribusi tenaga kerja. 2.4. PEMBEBANAN PEKERJAAN Pembebanan (loading) berarti penugasan pekerjaan pada pusat kerja atau pusat pemrosesan. Para manajer operasi menugaskan pekerjaan pada pusat kerja sedemikian hingga biaya, waktu luang, atau waktu penyelesaian dijaga tetap minimal. Pertama, pembebanan akan diuji dari segi kapasitas melalui sebuah teknik yang dikenal sebagai pengendalian input-output. Kemudian akan disajikan dua pendekatan yang digunakan dalam pembebanan: diagram Gantt dan metode penugasan pemrograman linier.
6
2.4.1 Pengendalian Input-Output Penjadwalan yang efektif bergantung pada penyesuaian jadwal dengan kinerja. Ketiadaan pengetahuan akan kapasitas dan kinerja menyebabkan volume produksi yang berkurang. Pengendalian input-output (input-output control) adalah sebuah teknik yang membuat karyawan operasi dapat mengelola aliran fasilitas kerja. Jika pekerjaan tiba lebih cepat daripada yang sedang diproses, maka fasilitas tersebut dibebani secara berlebihan dan terjadi backlog. Jika pekerjaan tiba lebih lambat dibandingkan dengan pekerjaan yang sedang diproses, maka fasilitas kurang terbebani dan pusat kerja bisa kekurangan pekerjaan. Pengendalian input-output dapat dilakukan dengan sebuah system kartu ConWIP yang mengendalikan jumlah pekerjaan dalam suatu pusat kerja. Ketika pekerjaan selesai, kartu dikeluarkan dan dikembalikan ke stasiun kerja awal, mengotorisasi masuknya batch baru ke dalam pusat kerja. Secara efektif, kartu ConWIP membatasi jumlah kerja dalam pusat kerja, mengendalikan waktu tunggu, dan memantau backlog. Pilihan yang tersedia bagi karyawan bagian operasi untuk mengatur aliran fasilitas kerja mencakup: 1. Memperbaiki kinerja 2. Meningkatkan kapasitas 3. Meningkatkan atau mengurangi input pada pusat kerja dengan cara (a) mengalihkan pekerjaan ke atau dari pusat kerja lainnya, (b) meningkatkan atau mengurangi subkontrak, (c) memproduksi lebih sedkit (atau lebih banyak). 2.4.2. Diagram Gantt Diagram Gantt (Gantt chart) merupakan alat peraga visual yang bermanfaat dalam pembebanan dan penjadwalan. Diagram Gantt menunjukkan penggunaan sumber daya, seperti pusat kerja dan tenaga kerja. Ketika digunakan dalam pembebanan, diagram Gantt menunjukkan pembebanan dan waktu luang pada beberapa departemen, mesin, atau fasilitas. Digram Gantt menunjukkan beban kerja dalam system sedemikian rupa sehingga manajer mengetahui penyesuaian yang tepat.
7
Diagram pembebanan Gantt memiliki keterbatasan utama. Digram ini tidak memperhitungkan variabilitas produksi, seperti gangguan mesin yang tidak diharapkan atau kesalahan manusia yang memerlukan pengerjaan ulang. Sebagai konsekuensinya, diagram Gantt harus diperbarui secara berkala untuk memperhitungkan pekerjaan baru dan perkiraan waktu baru yang diperbaiki. Sebuah diagram penjadwalan Gantt digunakan untuk mengawasi pekerjaan yang sedang berlangsung. Diagram ini menandai pekerjaan yang sesuai jadwal atau yang terlalu cepat atau terlambat.
2.4.3. Metode Penugasan Metode penugasan (assignment method) merupakan proses pelimpahan tugas atau pekerjaan pada sumber daya. Contohnya adalah penugasan pekerjaan pada mesin, kontrak pada pemberi penawaran, karyawan pada proyek, dan karyawan pemasaran pada wilayah tertentu. Metode penugasan ini paling sering bertujuan meminimalkan biaya total atau waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang ada. Satu karakteristik permasalahan penugasan yang sering penting adalah hanya ada satu pekerjaan (atau pekerja) yang ditugaskan untuk satu mesin (atau proyek).
8
Metode penugasan mencakup penambahan dan pengurangan angka-angka yang sesuai pada tabel untuk menentukan biaya peluang yang paling rendah untuk setiap tugas. Berikut empat langkah yang ditempuh. 1. Kurangi semua angka pada setiap baris dengan angka terkecil yang tedapat pada baris tersebut. Kemudian dari matriks yang dihasilkan, kurangi semua angka dalam setiap kolom dengan angka terkecil pada kolom tersebut. 2. Gambarkan garis lurus secara vertical dan horizontal dengan jumlah seminimal mungkin untuk mencoret semua angka nol pada tabel. 3. Kurangi setiap angka yang tidak tercoret pada tabel dengan angka terkecil yang ditemukan yang tidak tercoret oleh garis. 4. Penugasan yang optimal akan selalu berada pada nilai nol pada tabel. 2.5. PENGURUTAN PEKERJAAN Penjadwalan memberikan dasar untuk membebankan pekerjaan pada pusat kerja. Pembebanan adalah sebuah teknik pengendalian kapasitas yang menyoroti masalah pemberian beban yang terlalu berat dan ringan. Pengurutan (sequencing-disebut pembagian tugas atau dispatching) menentukan urutan pekerjaan yang harus dilakukan pada setiap pusat kerja. Metode ini dikenal sebagai aturan prioritas untuk mengurutkan atau membagikan pekerjaan pada pusat kerja. 2.5.1. Aturan Prioritas untuk Membagikan Tugas Aturan prioritas (priority rule) memberikan panduan untuk mengurutkan pekerjaan yang harus dilakukan. Aturan prioritas mencoba untuk meminimalkan waktu penyelesaian, jumlah pekerjaan dalam system, dan keterlambatan pekerjaan seraya memaksimalkan penggunaan fasilitas Berikut aturan prioritas yang paling populer.
FCFS (first come, first served): yang pertama datang, yang pertama dilayani. Pekerjaan pertama yang datang disebuah pusat kerja diproses terlebih dahulu.
SPT (shortest processing time): waktu pemrosesan terpendek. Pekerjaan yang memiliki waktu pemrosesan terpendek ditangani dan diselesaikan terlebih dahulu.
9
EDD (earliest due date): batas waktu paling awal. Pekerjaan dengan batas waktu paling awal dikerjakan terlebih dahulu.
LPT (longest processing time): waktu pemrosesan terpanjang. Pekerjaan yang memiliki waktu pemrosesan lebih panjang, lebih besar biasanya sangat penting dan diutamakan terlebih dahulu. 2.5.2. Rasio Kritis Rasio Kritis (critical ratio-CR) merupakan sebuah angka indeks yang dihitung dengan
membagi waktu yang tersisa hingga batas waktu pekerjaan dengan waktu pekerjaan yang tersisa. Berlawanan dengan aturan prioritas, rasio kritis sangat dinamis dan mudah diperbarui. Rasio kritis memberikan prioritas pada pekerjaan yang harus dilakukan agar tetap menepati jadwal. 2.6. MENGURUTKAN SEJUMLAH N PEKERJAAN PADA DUA MESIN: ATURAN JOHNSON Aturan Johnson dapat digunakan untuk meminimalkan waktu pemrosesan untuk mengurutkan sekelompok pekerjaan melalui dua pusat kerja. Aturan ini juga meminimalkan waktu luang total pada mesin. Keterbatasan Sistem Pembagian Kerja Berbasis Aturan Teknik penjadwalan yang baru dibahas adalah teknik yang berdasarkan pada aturan tertentu, tetapi system yang berdasarkan aturan memiliki sejumlah keterbatasan berikut.
Penjadwalan bersifat dinamis; karena itu aturan perlu direvisi kembali menyesuaikan terhadap perubahan yang terjadi pada pesanan, proses, peralatan, bauran produk, dan lain-lain.
Aturan tidak melihat ke hulu atau ke hilir: adanya sumber daya yang luang dan bottleneck pada departemen lain mungkin tidak dikenali.
Aturan tidak melihat yang lain diluar batas waktu.
Terlepas dari keterbatasan ini, penjadwalan sering menggunakan aturan pengurutan, seperti SPT, EDD, atau CR. Mereka menetapkan metode ini pada setiap pusat kerja, kemudian
10
memodifikasi urutan untuk mengatasi variable dunia nyata yang sangat banyak. Mereka dapat melakukan hal ini secara manual atau dengan peranti lunak penjadwalan kapasitas terbatas. 2.7. PENJADWALAN KAPASITAS TERBATAS Penjadwalan jangka pendek juga disebut penjadwalan kapasitas terbatas. Penjadwalan kapasitas terbatas (finite capacity scheduling-FCS) mengatasi kelemahan dari system yang hanya berdasarkan aturan dengan menyajikan proses perhitungan yang interaktif secara grafis kepada penjadwal. Dalam lingkungan penjadwalan dinamis, seperti bengkel kerja (dengan keragaman sumber daya yang besar, volume yang kecil, dan saling berbagi), perubahan diharapkan. Namun, perubahan dapat mengganggu jadwal. Oleh karena itu, manajer operasi beralih ke sistem FCS yang memungkinkan perubahan cepat secara maya yang dilakukan oleh operator. Data awal system penjadwalan terbatas biasanya merupakan output dari system MRP. Penjawalan kapasitas terbatas membolehkan persyaratan pengiriman yang berdasarkan kondisi hari ini dan pesanan hari ini, bukan berdasarkan pada aturan tertentu. Penjadwalan menentukan apa yang menjaikan sebuah jadwal yang “baik”. 2.8. TEORI BATASAN Teori batasan (theory of constraints-TOC) adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan segala sesuatu yang membatasi kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya. Batasan dapat berupa batasan fisik (seperti ketersediaan proses atau karyawan, bahan baku, atau persediaan) atau nonfisik (seperti prosedur, moral, dan pelatihan). 2.8.1. Bottleneck Bottleneck menghambat laju volume. Bottleneck adalah sebuah kejadian umum karena system yang dirancang dengan baik sekalipun jarang seimbang dalam waktu lama. Perubahan produk, bauran produk, dan volume sering menciptakan sejumlah bottleneck dan menggeser bottleneck.sebagai konsekuensi, pusat kerja bottleneck terjadi pada hampir semua fasilitas yang berfokus pada proses, mulai dari rumah sakit dan rumah makan hingga ke pabrik. Para manajer operasi yang sukses menghadapi sejumlah bottleneck dengan memepertahankan bottleneck
11
dalam keadaan sibuk, meningkatkan kapasitas bottleneck, mengubah rute pekerjaan, mengubah ukuran lot, menubah urutan pekerjaan, atau membolehkan waktu luang pada stasiun kerja lain. 2.8.2. Drum, Buffer, Rope Drum, penyangga (buffer), tali (rope) adalah pemikiran lain dari teori batasan. Dalam konteks ini, drum adalah denyut dari suatu system. Drum memberikan jadwal-kecepatan dari proses produksi. Penyangga (buffer) adalah suatu sumber daya biasanya berupa persediaan yang dibutuhkan untuk mempertahankan batasan-batasan tetap beroperasi pada kapasitas tertentu. Tali (rope) memberikan keselarasan yang dibutuhkan untuk menarik unit-unit diseluruh system. Tali juga dapat disebut sinyal kanban. 2.9. PENJADWALAN PRODUKSI BERULANG Produsen berulang ingin memenuhi permintaan pelanggan, mengurangi investasi persediaan, mengurangi ukuran lot dengan peralatan dan proses yang ada. Sebuah teknik untuk mencapai tujuan ini adalah menggunakan sebuah jadwal penggunaan material bertingkat. Penggunaan material bertingkat (level material use) berarti penggunaan lot yang lebih sering, berkualitas tinggi dan berukuran kecil yang berperan untuk produksi just-in-time. Berikut kelebihan penggunaan material secara bertingkat. 1. Mengurangi tingkat persediaan yang memebebaskan modal untuk penggunaan yang lain 2. Mempercepat volume produksi (yaitu: waktu tunggu yang lebih pendek) 3. Memperbaiki kualitas komponen sehingga meningkatkan kualitas produk 4. Mengurangi kebutuhan luas lantai 5. Memperbaiki komunikasi pekerja sebab mereka menjadi semakin berdekatan (yang dapat menghasilkan perbaikan kerja sama kelompok dan esprit de corps) 6. Melancarkan proses produksi karena lot yang besar tiak “menyembunyikan” permasalahan. Salah satu cara membuat jadwal penggunaan material bertingkat, pertama, menentukan ukuran lot minimal yang akan mempertahankan proses produksi tetap berjalan.
12
2.10. PENJADWALAN PADA SEKTOR JASA Menjadwalkan system jasa berbeda dengan menjadwalkan system manufaktur dalam beberapa hal.
Penekanan penjadwalan pada system manufaktur adalah mesin dan material, sedangkan pada jasa adalah susunan kepegawaian.
Persediaan dapat memperlancar permintaan bagi manufaktur, tetapi kebanyakan system jasa tidak menyimpan persediaan.
System jasa adalah padat karya, dan permintaan tenaga kerja sangat bervariasi.
Pertimbangan hukum-seperti peraturan upah, jam kerja, dan kontrak serikat pekerja yang membatasi jam kerja per giliran kerja, minggu, atau bulan-membatasi keputusan penjawalan.
Karena perusahaan jasa biasanya menjadwalkan tenaga kerja daripada menjadwalkan material, masalah tingkah laku, social, kedudukan yang lebih tinggi, dan status menjadikan penjadwalannya rumit. 2.10.1. Penjadwalan Karyawan Bidang Jasa secara Berkala Penjadwalan berkala (cyclical scheduling) dengan kebutuhan pegawai yang tidak tetap
sering menjadi suatu kasus dalam perusahaan jasa, seperti restoran dan pekerjaan polisi. Disini, tujuannya terfokus pada penetapan penjadwalan dengan jumlah pekerja yang minimal. Pada kasus-kasus seperti ini, setiap pegawai ditugaskan pada sebuah giliran kerja dan mendapatkan waktu libur. Teknik penjadwalan berkala lain mungkin dikembangkan untuk membantu penjadwalan system jasa. Beberapa pendekatan menggunakan pemrograman linier. Dalam penjadwalan, ada suatu bias alamiah dalam penjadwalan yang cenderung menggunakan peralatan yang dapat dipahami dan menghasilkan solusi yang dapat diterima.
13
BAB III PENUTUP 3.1.
Kesimpulan Penjadwalan berkaitan dengan pemilihan waktu operasi untuk mencapai pergerakan unit
yang efisien melalui sebuah system. Makalah ini membahas masalah penjadwalan jangka pendek dalam fasilitas yang berfokus pada proses, produksi berulang dan sektor jasa. Dapat terlihat bahwa fasilitas yang berfokus pada proses merupakan system produksi dimana produk dibuat menurut pesanan dan tugas penjadwalannya yang sangat kompleks. Beberapa aspek dan pendekatan penjadwalan, pembebanan, dan pengurutan pekerjaan telah diperkenalkan. Pendekatan ini beragam, mulai dari penggunaan metode diagram Gantt dan metode penugasan penjadwalan hingga serangkaian aturan prioritas, aturan rasio kritis, aturan Johnson untuk pengurutan, dan penjadwalan kapasitas terbatas serta teori batasan dan konsep bottleneck. System jasa biasanya berbeda dari system manufaktur. Dengan demikian, system yang digunakan umumnya adalah system first come, first served (FCFS) serta system penunjukkan dan pemesanan, seperti halnya pendekatan heuristic dan pemograman linier untuk mencocokkan kapasitas dengan permintaan dalam lingkungan jasa.
14
DAFTAR PUSTAKA
Render, Barry and Jay Heizer.2011. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi Edisi 9 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
15