TUGAS AGAMA ISLAM
NAMA NIM KELAS
1. PENGERTIAN AGAMA
: ANGGI FUJI SALSABILA : 1604015245 : 1E
Agama [Sanskerta, a = tidak; gama = kacau] artinya tidak kacau; atau adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu. Religio [dari religere, Latin] artinya mengembalikan ikatan, memperhatikan dengan saksama; jadi agama adalah tindakan manusia untuk mengembalikan ikatan atau memulihkan hubungannya dengan Ilahi. Dari sudut sosiologi, agama adalah tindakan-tindakan pada suatu sistem sosial dalam diri orang-orang yang percaya pada suatu kekuatan tertentu [yang supra natural] dan berfungsi agar dirinya dan masyarakat keselamatan. Agama merupakan suatu sistem sosial yang dipraktekkan masyarakat; sistem sosial yang dibuat manusia [pendiri atau pengajar utama agama] untuk berbhakti dan menyembah Ilahi. Sistem sosial tersebut dipercayai merupakan perintah, hukum, katakata yang langsung datang dari Ilahi agar manusia mentaatinya. Perintah dan kata-kata tersebut mempunyai kekuatan Ilahi sehingga dapat difungsikan untuk mencapai atau memperoleh keselamatan [dalam arti seluas-luasnya] secara pribadi dan masyarakat. Dari sudut kebudayaan, agama adalah salah satu hasil budaya. Artinya, manusia membentuk atau menciptakan agama karena kemajuan dan perkembangan budaya serta peradabannya. Dengan itu, semua bentuk-bentuk penyembahan kepada Ilahi [misalnya nyanyian, pujian, tarian, mantra, dan lain-lain] merupakan unsur-unsur kebudayaan. Dengan demikian, jika manusia mengalami kemajuan, perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan kebudayaan, maka agama pun mengalami hal yang sama. Sehingga hal-hal yang berhubungan dengan ritus, nyanyian, cara penyembahan [bahkan ajaran-ajaran] dalam agama-agama perlu diadaptasi sesuai dengan sikon dan perubahan sosio-kultural masyarakat. Sedangkan kaum agamawan berpendapat bahwa agama diturunkan TUHAN Allah kepada manusia. Artinya, agama berasal dari Allah; Ia menurunkan agama agar manusia menyembah-Nya dengan baik dan benar; ada juga yang berpendapat bahwa agama adalah tindakan manusia untuk menyembah TUHAN Allah yang telah mengasihinya. Dan masih banyak lagi pandangan tentang agama, misalnya,Agama ialah
[sikon manusia yang] percaya adanya TUHAN, dewa, Ilahi; dan manusia yang percaya tersebut, menyembah serta berbhakti kepada-Nya, serta melaksanakan berbagai macam atau bentuk kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut Agama adalah cara-cara penyembahan yang dilakukan manusia terhadap sesuatu Yang Dipercayai berkuasa terhadap hidup dan kehidupan serta alam semesta; cara-cara tersebut bervariasi sesuai dengan sikon hidup dan kehidupan masyarakat yang menganutnya atau penganutnya Agama ialah percaya adanya TUHAN Yang Maha Esa dan hukumhukum-Nya. Hukum-hukum TUHAN tersebut diwahyukan kepada manusia melalui utusan-utusan-Nya; utusan-utusan itu adalah orang-orang yang dipilih secara khusus oleh TUHAN sebagai pembawa agama. Agama dan semua peraturan serta hukum-hukum keagamaan diturunkan TUHAN [kepada manusia] untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat Jadi, secara umum, agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan menyembah Ilahi [yang dipercayai dapat memberi keselamatan serta kesejahteraan hidup dan kehidupan kepada manusia]; upaya tersebut dilakukan dengan berbagai ritus [secara pribadi dan bersama] yang ditujukan kepada Ilahi. Secara khusus, agama adalah tanggapan manusia terhadap penyataan TUHAN Allah. Dalam keterbatasannya, manusia tidak mampu mengenal TUHAN Allah, maka Ia menyatakan Diri-Nya dengan berbagai cara agar mereka mengenal dan menyembah-Nya. Agama datang dari manusia, bukan TUHAN Allah. 2. ASAL USUL AGAMA Agama adalah salah satu pranata primordial yang bisa membangun solidaritas demi survival (ketahanan hidup) manusia, dulu sekali, ketika baru muncul. Sejauh ada bukti arkeologisnya, agama tertua muncul 70.000 tahun yang lalu di Afrika Selatan./1/ Dus, dibandingkan umur Bumi 4,5 milyar tahun, dan umur spesies homo sapiens 300.000 tahun,/2/ agama adalah suatu fenomenon yang masih sangat muda belia. Hal ini berarti bahwa
selama 230.000 tahun homo sapiens hidup tanpa menganut agama apapun.Karena setiap masyarakat pasti memerlukan seperangkat aturan moral untuk mengelola kehidupannya, kita jadi bertanya, dari manakah nenek moyang kita selama 230.000 tahun memperoleh moralitas, sementara agama belum dilahirkan? Ihwal tentang apa yang sesungguhnya menjadi sumber moralitas, telah penulis beberkan dalam sebuah tulisan lain. Jika moralitas muncul dari suatu sumber, demikian jugalah agama. Dari mana agama pada awalnya dilahirkan? Salah satu faktor penyebab lahirnya agama pada awalnya adalah pertanyaan dari mana asal segala yang ada yang bisa dilihat manusia dengan mata telanjang. Untuk menjawab pertanyaan tentang asal-usul segala yang ada, termasuk asalusul dirinya, nenek moyang homo sapiens belum sanggup berpikir saintifik. Sebagai jawaban atas pertanyaan dari mana asal-usul semua yang ada, nenek moyang kita menyusun mitologi-mitologi, bukan membangun sains. Mitologi tertua yang disusun 70.000 tahun lalu menjawab: manusia berasal dari kandungan ular python, dan karena itu mereka menyembah ular ini dalam ritual keagamaan mereka Kemampuan bertanya dari mana asal-usul segala yang ada sudah disediakan oleh sistem saraf dalam otak homo sapiens, berupa kuriositas, yakni dorongan ingin tahu segalanya. Kemampuan mencari sebab (cause) dari segala yang ada (effect), atau kemampuan berpikir kausal, telah tertanam dalam otak kita. Kemampuan menganalisis hubungan sebabakibat (atau kausalitas) adalah fondasi sains yang terpenting di zaman yang jauh kemudian. Nenek moyang homo sapiens baru mampu mengonstruksi mitologi ketika mereka menganalisis hubungan sebabakibat. Pertanyaan-pertanyaan tentang kausalitas muncul dalam pikiran nenek moyang homo sapiens karena kebutuhan survival. Ketika fakta didapati anak sakit lalu mati tak tertolong, atau tetumbuhan didapati tak memberi hasil, fakta ini memacu timbulnya lebih kuat lagi dorongan survival.
Dorongan untuk survival ditanam oleh gene homo sapiens dalam sel-sel saraf organ otak. Dorongan untuk survive ini membuat nenek moyang kita secara naluriah mencari hubungan sebab-akibat dalam semua fenomena alam dan dalam kehidupan mereka. Sekali lagi, pada awal kehidupan homo sapiens, berpikir analitis kausal tidak melahirkan sains tapi mitologi. Nenek moyang kita bertanya, Mengapa turun hujan, Mengapa guntur menggelegar, Mengapa Matahari mendadak gelap, Mengapa anak sakit lalu mati, Mengapa tumbuh-tumbuhan tak mengeluarkan buah, Mengapa ada siang dan mengapa ada malam, Mengapa kalah dalam perang, dst. Semua pertanyaan ini dijawab lewat mitologi, dengan semua fenomena alam dan benda-benda hebat dalam kosmos dipersonifikasi dan dideifikasi. Maka jadilah guntur yang menggelegar, misalnya, dipersonifikasi dalam diri Thor, sang Dewa perkasa yang memegang sebuah martil besar yang dahsyat, yang bisa mengeluarkan halilintar. Kuriositas atau dorongan ingin tahu segalanya yang diungkap dalam pertanyaan Mengapa, membuat homo sapiens berpikir analitis kausal. Kuriositas adalah juga salah satu faktor penting yang di zaman yang jauh kemudian melahirkan cara berpikir saintifik. Namun dalam zaman nenek moyang homo sapiens, kuriositas hanya bisa menghasilkan mitologi, bukan sains. Agama tertua yang lahir di Afrika Selatan 70.000 tahun lalu adalah mitologi, demikian juga agama-agama lain yang tersusun seterusnya, sampai sains modern muncul menantang semua mitologi ini dan menggantikannya dengan penjelasan-penjelasan saintifik. Selain karena didorong oleh pertanyaan tentang dari mana asal segala yang ada, dan oleh kebutuhan survival, agama lahir juga karena pertanyaan lain. Pertanyaan berikutnya tak lagi etiologis (yakni pertanyaan tentang asal-usul), tapi teleologis: Ke mana segalanya akan berakhir? Apa tujuan semua yang ada? Sejalan dengan musim-musim yang bersiklus silih berganti, pertanyaan teleologis juga dijawab dalam kerangka siklus alam. Memandang waktu bergerak secara linier, ada titik awal dan ada titik akhir, bukan siklikal, baru muncul jauh belakangan.
Ketika nenek moyang kita mendapati semua anggota komunitas mereka yang mati akhirnya menyatu dengan tanah, mereka menemukan teleologi. Tubuh manusia yang mereka lihat menjadi tanah di akhirnya, membuat mereka juga menemukan asal-usul manusia, etiologi tentang manusia, diri mereka sendiri. Kalau di ujungnya setiap manusia dilihat menjadi tanah, maka, dalam cara berpikir siklikal, asal-usul manusia pastilah tanah juga. Kisah Taman Eden dalam kitab suci Yahudi-Kristen, kisah yang ditulis pada abad 10 SM, adalah etiologi yang ditulis berdasarkan teleologi. Salah satu perkembangan dan mutasi genetik sel-sel saraf otak manusia yang memunculkan spesies homo sapiens adalah terbangunnya kesadaran diri, atauconsciousness. Kesadaran diri hanya ada dalam hewan spesies homo sapiens, tak ada dalam jenis hewan mammalia lain. Dari consciousness ini, muncullah pertanyaan-pertanyaan: Siapa saya? Dari mana saya? Ke mana saya akan pergi? Apa tugas saya? Mengapa saya hidup? Mengapa saya ada di sini? Kesadaran diri yang muncul dalam diri homo sapiens adalah juga sebuah faktor lain yang mendorong lahirnya agama, dari yang primitif sampai yang sudah berkembang. Harus dicatat, consciousness yang muncul ini, pada zaman nenek moyang homo sapiens, tak membuat mereka memandang diri terpisah dari alam. Dalam agama-agama alam tertua, tak ada pandangan bahwa manusia adalah makhluk tertinggi, lebih superior dari makhluk lain atau dari alam. Nenek moyang homo sapiens memahami diri mereka sebagai bagian tak terpisah dari alam, bahkan tak terpisah dari dunia dewa-dewi. Nah, consciousness ini membuat nenek moyang homo sapiens mengonstruksi agama yang di dalamnya tempat manusia dalam jagat raya direnungi dan dibeberkan, lewat mitologI. Apakah anda tahu filosofi Jawa sangkan paraning dumadi? Kita tahu, pertanyaan-pertanyaan tentang identitas diri, yang muncul dari kesadaran diri, jika tak dijawab, sangat meresahkan siapapun dari antara kita. Nah, salah satu tujuan agama dibangun pada awalnya adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang identitas dan
status diri manusia sendiri serta tempatnya dalam jagat raya. Ketika pertanyaan-pertanyaan ini terjawab lewat mitologi, lewat agama, rasa resah pun sirna. Dalam setiap agama pasti ada antropologi dan psikologi kuno, yang menjadi bagian dari worldview agama ini. Bersamaan dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan jati diri manusia sendiri, muncul juga pertanyaan-pertanyaan serupa tentang setiap benda dan fenomena lain dalam alam ini. Benda dalam alam yang paling kuat menimbulkan pertanyaan dalam diri homo sapiens di zaman kuno adalah bintang Matahari kita. Benda apakah Matahari ini? Mengapa benda ini begitu dahsyat dan penuh kuasa? Mengapa benda ini menjadi raja dalam alam raya? Maka tidaklah heran, jika pemujaan Matahari menjadi salah satu unsur terkuat dalam agamaagama, sejak zaman kuno. Bahkan kekristenan yang muncul jauh kemudian, mengenakan gelar Sol Invictus, sang Matahari tak terkalahkan, kepada Yesus Kristus, junjungan mereka, gelar yang diambilalih dari paganisme Romawi. Semua benda di angkasa, bagi nenek moyang kita, bukan hanya benda, tetapi makhuk-makhluk hidup, dewa dan dewi, allahallah dan tuhan-tuhan, yang mereka sembah. Tapi, jangan sampai lupa, pada awalnya agama-agama muncul juga karena kebutuhan politik komunitas. Sang pemimpin komunitas, yang dipilih karena kharismanya, dan karena keunggulannya dalam leadership, dalam pertarungan dan dalam perang, perlu diberi legitimasi ilahi. Dalam zaman kuno, legitimasi ilahi kepada sang pemimpin diungkap dalam kisah-kisah suci tentang asal-usul dirinya, kehebatannya, jalan kehidupannya dan akhir kehidupannya. Dalam zaman kuno, legitimasi ilahi tidak saja diberikan kepada sang pemimpin, tapi juga kepada asal-usul komunitas dan tugas serta peran mereka dalam dunia. Mengasal-usulkan sang pemimpin dan komunitas dari dunia ilahi (sebagai anak Allah, titisan Dewa, bangsa pilihan, umat yang kudus, dlsb) sangat membantu timbulnya dorongan survival. Jika anda dipilih Presiden SBY sebagai satu-satunya wakil Indonesia untuk suatu tugas internasional, status anda ini menimbulkan dorongan kuat
dalam diri anda untuk tampil unggul. Pada zaman kuno sekularisme belum dikenal dan tidak dipraktekkan, sehingga surga, dewa-dewi, Allah, manusia, dunia, berinteraksi, lewat mitologi. Dalam dunia yang semacam ini, Allah atau Dewa menjadi manusia dan bahkan manusia menjadi Allah atau Dewa. Dalam sejarah perkembangan pemikiran keagamaan, dewa-dewi atau tuhan-tuhan yang semula, dalam kurun yang sangat panjang, banyak jumlahnya (politeisme), akhirnya dengan sadar disusutkan sehingga hanya tinggal satu Dewa atau satu Tuhan yang dipandang maha esa dan maha kuasa. Ada banyak faktor yang berperan dalam kelahiran monoteisme. Kebutuhan untuk mengunggulkan sang Dewa suatu suku bangsa di atas semua dewa lain dari suku-suku bangsa lain yang ada di sekitar membuat, mula-mula, dewa-dewa suku-suku bangsa lain disubordinasikan di bawah sang Dewa dari suku yang mengklaim (atau menganggap) diri paling unggul, lalu, kemudian, dewa-dewi lain ini bukan hanya disubordinasikan tetapi dihilangkan sama sekali. Jelas, dalam hal ini monoteisme lahir karena kebutuhan politik: sang Dewa dari suku bangsa yang terunggul (atau yang menganggap diri terunggul) haruslah satusatunya sang Dewa penguasa jagat raya. Jika di Bumi suatu bangsa unggul (atau menganggap diri unggul), maka di langit Dewa bangsa ini harus juga unggul!Selain itu, monoteisme juga lahir dari pertarungan politik domestik antar-para pemimpin suatu suku bangsa yang diakhiri dengan kemenangan sang pemimpin terkuat. Sang pemimpin terkuat yang tampil sebagai pemenang ini lalu menegakkan monoteisme untuk dua kebutuhan: pertama, untuk mempersatukan bangsanya, yang semula menyembah banyak dewa, di bawah payung hanya satu Dewa, yaitu sang Dewa yang disembah sang pemimpin pemenang, yang dipandang sebagai Dewa terunggul; kedua, memberi legitimasi ilahi pada sang pemimpin pemenang sebagai utusan atau wakil eksklusif satu-satunya dari satusatunya Dewa yang kini disembah seluruh bangsanya, tentu lewat tindakan represif militeristik. Monarkhi dan monoteisme semula berjalan beriringan. Lewat monoteisme, monarkhi dilanggengkan, dan lewat monarkhi, monoteisme juga dilanggengkan. Itulah sketsa yang jauh dari
lengkap mengapa manusia mengonstruksi agama, sejak zaman kuno hingga zaman yang lebih kemudian. Semula, tujuan agama disusun oleh nenek moyang kita adalah untuk survival komunitas. Tapi di zaman modern ini, agama tampil dalam wajah yang lain, yakni sebagai faktor pemecah belah umat manusia dan pemicu kekerasan dan perang. 3. MANUSIA DALAM KONSEP BARAT Manusia dalam pandangan kebendaan (materialis) hanyalah merupakan sekepal tanah di bumi. Manusia dalam pandangan kaum materialism, tidak lebih dari kumpulan daging, darah, urat, tulang, urat-urat darah dan alat pencernaan. Akal dan pikiran dianggapnya barang benda, yang dihasilkan oleh otak. Pandangan ini menimbulkan kesan seolah-olah manusia ini makhluk yang rendah dan hina, sama dengan hewan yang hidupnya hanya untuk memenuhi keperluan dan kepuasan semata. Pada awalnya di dunia ini hanya ada satu sel yang kemudian berkembang dan mengalami percabangan-percabangan. Percabangan ini mengakibatkan adanya variasi mahluk hidup di dunia ini. Menurut Charles Darwin dalam teori Evolusinya, manusia merupakan hasil evolusi dari kera yang mengalami perubahan secara bertahap dalam waktu yang sangat lama. Dalam perjalanan waktu yang sangat lama tersebut terjadi seleksi alam. Semua mahluk hidup yang ada saat ini merupakan organismeorganisme yang berhasil lolos dari seleksi alam dan berhasil mempertahankan dirinya. Dalam teorinya ia mengatakan : “Suatu benda (bahan) mengalami perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada kesempurnaan”. Kemudian ia memperluas teorinya ini hingga sampai kepada asal-usul manusia. Dapat disimpulkan bahwa manusia dalam pandangan Antropologi terbentuk dari satu sel sederhana yang mengalami perubahan secara bertahap dengan waktu yang sangat lama (evolusi). Berdasarkan teori ini, manusia dan semua mahluk hidup di dunia ini berasal dari satu moyang yang sama. Nenek moyang manusia adalah kera. Teori Evolusi yang dikenalkan oleh Charles Darwin ini akhirnya meluas dan terus dipakai dalam antropologi.
4. MANUSIA MENURUT AGAMA KRISTEN Potensi terbesar yang ada pada manusia adalah manusia itu sendiri. Nilai terbesar di dalam kebudayaan manusia adalah manusia itu sendiri, dan bahaya terbesar dalam masyarakat adalah manusia itu sendiri . Bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang paling mulia dan tertinggi.
A. Paham-paham yang Tergolong Dalam Non Alkitab Semua pendapat yang tergolong dalam paham non alkitab
dapat
dibagi menjadi beberapa jenis: a.
Manusia menurut agama dan suku
Menurut agama dan suku bahwa manusia itu adalah bagian dari dewa total.
Mereka
menyatakan
bahwa
manusia
bertanggung
jawab
terhadap dewa karena manusia ada dan bersumber dari dewa. Dewa lah yang menguasai dan mengendalikan kehidupannya , maka semua manusia hanya boleh patuh dan taat terhadap dewa . b. Manusia menurut Aliran Evolusi Biologis Hakikat dan keberadaan manusia menurut aliran ini adalah manusia dianggap sebagai binatang menyusui yang sangat cerdas, yang pertumbuhannya
berlangsung
dalam
proses
evolusi. Charles
Darwin dan Herbet Spencer adalah merupakan tokoh yang menjadi pemandu paham ini. c.
Manusia menurut Paham Komunisme
Tokoh dari aliran ini adalah Karl Marx dan Lenin. Menurut paham ini manusia adalah makhluk ekonomis, dimana harga dirinya ditentukan oleh produksi hasil kerja. Manusia akan dihormati atau dihargai kalau manusia itu mampu bekerja dan menghasilkan materi. Di luar itu maka manusia lebih baik mati atau dimatikan, karena hidup tanpa kreatifitas atau kerja akan merepotkan dan mengganggu kehidupan orang lain.
d. Manusia menurut ‘Cynical-Pesimistis’ Paham ini berpendapat bahwa manusia bukan tidak perlu pintar dalam hal otak, akal, ilmu pengetahuan. Tetapi, mereka menekankan tidak perlu mengetahui banyak hal mengenai diri orang lain. e.
Manusia menurut Fascisme
Paham ini sangat menekankan sifat kesukuan dan tanah air. Manusia ada hanya untuk dan demi Negara, bukan Negara untuk manusia. Manusia hanya merupakan makhluk rendah yang tidak pernah sanggup untuk mengambil keputusan. Manusia hidup dan bekerja hanyalah untuk kepentingan Negara. Berdasarkan beberapa uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa paham-paham yang tergolong dalam non Alkitab berpendapat : 1.
Tuhan Allah bukan sebagai pencipta manusia, manusia ada terjadi
di luar keberadaan Tuhan Allah. 2.
Harkat dan martabat manusia tidak lebih dari sebagai materi, dan
tujuan hidup pun hanyalah untuk tujuan materi. 3.
Manusia itu hanyalah seperangkat alat yang dipergunakan untuk
tujan Negara, karena Negaralah penguasa tertinggi yang ada di muka bumi ini. B. 1.
Hakikat Manusia Menurut Alkitab Manusia adalah Gambar Allah
Inti gambar Allah itu ialah relasi tanggung jawab terhadap Allah yang menciptakan, dan tanggung jawab manusia terhadap ciptaan lainnya. Kepada gambar Allah itu diberi kuasa oleh sang pencipta untuk menguasai dan memelihara seluruh ciptaan. 2.
Arti dan Makna ‘Gambar’ dan ‘Rupa’ Allah Dalam Diri
Manusia Keserupaan dan kesegambaran manusia dengan rupa Allah, memiliki tiga arti yaitu : a.
Manusia Adalah Milik Allah, Bukan Miliki Dunia.
Sebagian milik Allah, maka manusia telah diberi tanda atau simbol yang menunjukkan kepemilikan tersebut. Demikianlah Tuhan Allah telah membuat tanda itu pada diri manusia sebagai pertanda bahwa manusia itu adalah milikNya. b. Manusia Mempunyai Hubungan Timbal balik. Allah mengasihi manusia dan manusia mempertanggung jawabkan kasih Allah tersebut dengan cara mengasihi sesama manusia dan melaksanakan
segala
kewajibannya
untuk
kesejahteraan
hidup
manusia. c.
Manusia Memiliki Kebebasan Dan Kemerdekaan.
Allah memberikan hukum-hukumNya kepada manusia, dan manusia boleh bebas dan merdeka untuk memilih apakah patuh dan tunduk terhadap
hukum-hukum
tersebut.
Namun
setiap
manusia
yang
menyadari hakekatnya dan tanggung jawabnya di dunia harus bertanggung jawab terhadap ketidak patuhannya tersebut dengan menerima resiko kalau ternyata hal itu disalah gunakan. C.
Martabat Manusia
Keberadaan manusia sebagai makhluk yang paling mulia dan berharga di hadapan Tuhan. 1.
Manusia Merupakan Ciptaan Tuhan (Kej 1 :26-27)
Sehingga walaupun ia telah diciptakan dalam keadaan “menurut gambar dan rupa Allah” (Kej 1:26) dan “hampir sama seperti Allah” (Maz 8:6-7). 2.
Manusia Harus Taat Atas Kehendak Tuhan
Sebagai makhluk hidup yang diberikan kedudukan dan kekuasaan yang begitu tinggi, namun mandat yang diterima tersebut haruslah dalam rangka memenuhi, menguasai dan mengolah segala yang telah diciptakan Tuhan.
3.
Manusia Punya Watak dan Psikomotorik Tinggi
Manusia merupakan makhluk yang bersifat dan beraspek psikomotorik, berciri dan berwatak rohaniah dan jasmaniah. Sifat atau aspek jasmaniah manusia menunjuk kepada kefanaan dan keterbatasannya, sedang sifat dan aspek kerohaniannya menunjuk kepada potensi transsendental
atau
kemampuan
untuk
menerobos
kenyataan-
kenyataan fisik material. 4.
Manusia Punya Relasi Dengan Tuhan Dan Sesama Serta
Alam Sekitar Manusia bukanlah makhluk individualistik, yang otonom dan bebas dalam arti dapat menentukan segala sesuatu dengan hanya berdasar kepada kehendak sendiri. Otonom dan kebebasan manusia harus selalu ditempatkan dalam rangka mengasihi Allah dan sesama manusia. 5.
Manusia Adalah Orang Berdosa, Dikasihi Dan Diselamatkan
Manusia merupakan makhluk yang berdosa tetapi juga makhluk yang dikasihi dan yang diselamatkan oleh Tuhan di dalam dan melalui Yesus Kristus. Berarti kita harus selalu bersikap kritis terhadap apa yang sudah dan belum dicapai oleh manusia didalam kehidupannya. D.
Tanggung Jawab Manusia
Bentuk tanggung jawab itu telah terwujud dalam “Salib” yang terdiri dari garis “Vertikal dan Horizontal”. Tanggung jawab manusia adalah segala
macam
karya
yang
diperuntukan
untuk
memuji
dan
memuliakan nama Tuhan (vertikal), dan segala macam karya atau usaha yang dilakukan agar keharmonisan dan kesejahteraan di antara sesama manusia. Penerapan tanggung jawab yang vertikal adalah dilakukan
dengan
berbagai
macam
usaha
atau
kegiatan
yang
bernuansa ibadah. Penerapan tanggung jawab yang horizontal adalah segala
usaha
yang
dilakukan
manusia
yang
menciptakan keharmonisan di antara sesama manusia. 1.
Tanggung Jawab yang Seimbang
berguna
untuk
a.
Cermin Kehidupan Ilahi
Cermin kehidupan ilahi akan terwujud ketika manusi mentaati segala perintah Allah. Manusia harus kudus, menjauhkan diri dari segala dosa seperti Allah adalah kudus. b. Cermin Kehidupan Sosial Manusia yang di dalam hidupnya mencerminkan kehidupan sosial, harus rela sebagaimana Yesus merelakan dirinya untuk keselamatan manusia. Menjadikan diri sendiri berguna bagi orang lain. 2.
Tanggung Jawab yang Tidak Seimbang
Hubungan
vertikal
dengan
Allah
selalu
menyangkut
hubungan
horizontal dengan orang lain. Akan tetapi pengertian sejumlah orang Kristen tentang imannya sangat individualis. Mereka sungguh-sungguh menekankan ketenangan dengan Tuhan, ketenagan hati tiap orang, doa, pelajaran Alkitab dan kesalehan. Mereka tidak perduli dengan rencana Allah di dunia dan tanggung jawab Kristen dalam masyarakat.
5. MANUSIA MENURUT AGAMA KATOLIK 6. Kita dapat saja dihinggapi oleh perasaan rendah diri atau rasa minder yang dapat 7. menjadi kendala bagi perkembangan diri kita. Refleksi alkitabiah tentang manusia 8. sebagai gambaran dan citra Allah kiranya dapat membangkitkan rasa harga diri 9. pada diri kita. 10. Apa artinya manusia adalah gambaran dan citra Allah? Apa kekhasan atau 11. keunikan manusia sehingga dapat disebut sebagai citra Allah? Pada saat ini akan 12. diperdalam dua hal unik dari manusia, yang membedakan manusia dari ciptaan lain
13.
di bumi ini dan yang membuat manusia lebih mirip dengan
sang Penciptanya. 14. 1. Manusia memiliki akal budi dan kehendak bebas dan hati nurani. 15. Dengan akal budinya, manusia dapat mengerti dan menyadari dirinya dan dunia 16. sekitarnya, dapat mengembangkan hubungan yang khas antarmanusia dan dapat 17. membuat kemajuan. Hewan misalnya, tak dapat melakukan itu. 18.
Dengan kehendak bebasnya, manusia dapat bertindak,
yaitu melakukan sesuatu 19. dengan sengaja dan bertanggung jawab. Ia dapat melakukan tindakan-tindakan 20. moral. 21. Dengan hati nurani kita dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak 22. baik dalam kehidupan kita sehari-hari. 23. 2. Manusia dikaruniakan kemampuan untuk “berkuasa” oleh Allah. Ia diberi kuasa 24. untuk memanfaatkan, menata, dan melestarikan ciptaan lainnya. Ia menjadi rekan 25. sekerja dari Tuhan untuk mengembangkan alam ini. 26. Kitab Kej 1:26-27 mengisahkan: Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan 27. manusia menurut gambar dan rupa Kita supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di 28. laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas 29. segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu 30. menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia, laki-laki dan 31. perempuan diciptakan-Nya mereka”. Dalam kutipan ini jelas dinyatakan bahwa 32. manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Tentabng makhluk-makhluk 33. yang lain tidak dikatakan seperti itu 34. Kita dapat saja dihinggapi oleh perasaan rendah diri atau rasa minder yang dapat
35.
menjadi kendala bagi perkembangan diri kita. Refleksi
alkitabiah tentang manusia 36. sebagai gambaran dan citra Allah kiranya dapat membangkitkan rasa harga diri 37. pada diri kita. 38. Apa artinya manusia adalah gambaran dan citra Allah? Apa kekhasan atau 39. keunikan manusia sehingga dapat disebut sebagai citra Allah? Pada saat ini akan 40. diperdalam dua hal unik dari manusia, yang membedakan manusia dari ciptaan lain 41. di bumi ini dan yang membuat manusia lebih mirip dengan sang Penciptanya. 42. 1. Manusia memiliki akal budi dan kehendak bebas dan hati nurani. 43. Dengan akal budinya, manusia dapat mengerti dan menyadari dirinya dan dunia 44. sekitarnya, dapat mengembangkan hubungan yang khas antarmanusia dan dapat 45. membuat kemajuan. Hewan misalnya, tak dapat melakukan itu. 46.
Dengan kehendak bebasnya, manusia dapat bertindak,
yaitu melakukan sesuatu 47. dengan sengaja dan bertanggung jawab. Ia dapat melakukan tindakan-tindakan 48. moral. 49. Dengan hati nurani kita dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak 50. baik dalam kehidupan kita sehari-hari. 51. 2. Manusia dikaruniakan kemampuan untuk “berkuasa” oleh Allah. Ia diberi kuasa 52. untuk memanfaatkan, menata, dan melestarikan ciptaan lainnya. Ia menjadi rekan 53. sekerja dari Tuhan untuk mengembangkan alam ini. 54. Kitab Kej 1:26-27 mengisahkan: Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan 55. manusia menurut gambar dan rupa Kita supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di 56. laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas
57.
segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah
menciptakan manusia itu 58. menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia, laki-laki dan 59. perempuan diciptakan-Nya mereka”. Dalam kutipan ini jelas dinyatakan bahwa 60. manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Tentabng makhluk-makhluk 61. yang lain tidak dikatakan seperti itu 62. Kita dapat saja dihinggapi oleh perasaan rendah diri atau rasa minder yang dapat 63. menjadi kendala bagi perkembangan diri kita. Refleksi alkitabiah tentang manusia 64. sebagai gambaran dan citra Allah kiranya dapat membangkitkan rasa harga diri 65. pada diri kita. 66. Apa artinya manusia adalah gambaran dan citra Allah? Apa kekhasan atau 67. keunikan manusia sehingga dapat disebut sebagai citra Allah? Pada saat ini akan 68. diperdalam dua hal unik dari manusia, yang membedakan manusia dari ciptaan lain 69. di bumi ini dan yang membuat manusia lebih mirip dengan sang Penciptanya. 70. 1. Manusia memiliki akal budi dan kehendak bebas dan hati nurani. 71. Dengan akal budinya, manusia dapat mengerti dan menyadari dirinya dan dunia 72. sekitarnya, dapat mengembangkan hubungan yang khas antarmanusia dan dapat 73. membuat kemajuan. Hewan misalnya, tak dapat melakukan itu. 74.
Dengan kehendak bebasnya, manusia dapat bertindak,
yaitu melakukan sesuatu 75. dengan sengaja dan bertanggung jawab. Ia dapat melakukan tindakan-tindakan 76. moral. 77. Dengan hati nurani kita dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak 78. baik dalam kehidupan kita sehari-hari.
79.
2.
Manusia dikaruniakan kemampuan untuk “berkuasa”
oleh Allah. Ia diberi kuasa 80. untuk memanfaatkan, menata, dan melestarikan ciptaan lainnya. Ia menjadi rekan 81. sekerja dari Tuhan untuk mengembangkan alam ini. 82. Kitab Kej 1:26-27 mengisahkan: Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan 83. manusia menurut gambar dan rupa Kita supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di 84. laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas 85. segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu 86. menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia, laki-laki dan 87. perempuan diciptakan-Nya mereka”. Dalam kutipan ini jelas dinyatakan bahwa 88. manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Tentabng makhluk-makhluk 89. yang lain tidak dikatakan seperti itu 90. Kita dapat saja dihinggapi oleh perasaan rendah diri atau rasa minder yang dapat 91. menjadi kendala bagi perkembangan diri kita. Refleksi alkitabiah tentang manusia 92. sebagai gambaran dan citra Allah kiranya dapat membangkitkan rasa harga diri 93. pada diri kita. 94. Apa artinya manusia adalah gambaran dan citra Allah? Apa kekhasan atau 95. keunikan manusia sehingga dapat disebut sebagai citra Allah? Pada saat ini akan 96. diperdalam dua hal unik dari manusia, yang membedakan manusia dari ciptaan lain 97. di bumi ini dan yang membuat manusia lebih mirip dengan sang Penciptanya. 98. 1. Manusia memiliki akal budi dan kehendak bebas dan hati nurani. 99. Dengan akal budinya, manusia dapat mengerti dan menyadari dirinya dan dunia
100.
sekitarnya, dapat mengembangkan hubungan yang khas
antarmanusia dan dapat 101. membuat kemajuan. Hewan misalnya, tak dapat melakukan itu. 102.
Dengan kehendak bebasnya, manusia dapat bertindak,
yaitu melakukan sesuatu 103. dengan sengaja dan bertanggung jawab. Ia dapat melakukan tindakan-tindakan 104. moral. 105. Dengan hati nurani kita dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak 106. baik dalam kehidupan kita sehari-hari. 107. 2. Manusia dikaruniakan kemampuan untuk “berkuasa” oleh Allah. Ia diberi kuasa 108. untuk memanfaatkan, menata, dan melestarikan ciptaan lainnya. Ia menjadi rekan 109. sekerja dari Tuhan untuk mengembangkan alam ini. 110. Kitab Kej 1:26-27 mengisahkan: Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan 111. manusia menurut gambar dan rupa Kita supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di 112. laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas 113. segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu 114. menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia, laki-laki dan 115. perempuan diciptakan-Nya mereka”. Dalam kutipan ini jelas dinyatakan bahwa 116. manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Tentabng makhluk-makhluk 117. yang lain tidak dikatakan seperti itu 118. Kita dapat saja dihinggapi oleh perasaan rendah diri atau rasa minder yang dapat 119. menjadi kendala bagi perkembangan diri kita. Refleksi alkitabiah tentang manusia 120. sebagai gambaran dan citra Allah kiranya dapat membangkitkan rasa harga diri 121. pada diri kita.
122.
Apa artinya manusia adalah gambaran dan citra
Allah? Apa kekhasan atau 123. keunikan manusia sehingga dapat disebut sebagai citra Allah? Pada saat ini akan 124. diperdalam dua hal unik dari manusia, yang membedakan manusia dari ciptaan lain 125. di bumi ini dan yang membuat manusia lebih mirip dengan sang Penciptanya. 126. 1. Manusia memiliki akal budi dan kehendak bebas dan hati nurani. 127. Dengan akal budinya, manusia dapat mengerti dan menyadari dirinya dan dunia 128. sekitarnya, dapat mengembangkan hubungan yang khas antarmanusia dan dapat 129. membuat kemajuan. Hewan misalnya, tak dapat melakukan itu. 130.
Dengan kehendak bebasnya, manusia dapat bertindak,
yaitu melakukan sesuatu 131. dengan sengaja dan bertanggung jawab. Ia dapat melakukan tindakan-tindakan 132. moral. 133. Dengan hati nurani kita dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak 134. baik dalam kehidupan kita sehari-hari. 135. 2. Manusia dikaruniakan kemampuan untuk “berkuasa” oleh Allah. Ia diberi kuasa 136. untuk memanfaatkan, menata, dan melestarikan ciptaan lainnya. Ia menjadi rekan 137. sekerja dari Tuhan untuk mengembangkan alam ini. 138. Kitab Kej 1:26-27 mengisahkan: Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan 139. manusia menurut gambar dan rupa Kita supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di 140. laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas 141. segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu 142. menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia, laki-laki dan
143.
perempuan diciptakan-Nya mereka”. Dalam kutipan ini
jelas dinyatakan bahwa 144. manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Tentabng makhluk-makhluk 145. yang lain tidak dikatakan seperti itu Kita dapat saja dihinggapi oleh perasaan rendah diri atau rasa minder yang dapat menjadi kendala bagi perkembangan diri kita. Refleksi alkitabiah tentang manusia sebagai gambaran dan citra Allah kiranya dapat membangkitkan rasa harga diri pada diri kita. Apa artinya manusia adalah gambaran dan citra Allah? Apa kekhasan atau keunikan manusia sehingga dapat disebut sebagai citra Allah? Pada saat ini akan diperdalam dua hal unik dari manusia, yang membedakan manusia dari ciptaan lain di bumi ini dan yang membuat manusia lebih mirip dengan sang Penciptanya. 1.
Manusia memiliki akal budi dan kehendak bebas dan hati
nurani. Dengan akal budinya, manusia dapat mengerti dan menyadari dirinya dan dunia sekitarnya, dapat mengembangkan hubungan yang khas antarmanusia dan dapat membuat kemajuan. Hewan misalnya, tak dapat melakukan itu. Dengan
kehendak
bebasnya,
manusia
dapat
bertindak,
yaitu
melakukan sesuatu dengan sengaja dan bertanggung jawab. Ia dapat melakukan tindakan-tindakan moral. Dengan hati nurani kita dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik dalam kehidupan kita sehari-hari. 2. Ia
Manusia dikaruniakan kemampuan untuk “berkuasa” oleh Allah. diberi kuasa untuk
ciptaan
lainnya.
Ia
memanfaatkan, menjadi
rekan
menata, sekerja
dan dari
melestarikan Tuhan
untuk
mengembangkan alam ini. Kitab Kej 1:26-27 mengisahkan: Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia, laki-laki dan perempuan
diciptakan-Nya
mereka”.
Dalam
kutipan
ini
jelas
dinyatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Tentabng makhluk-makhluk yang lain tidak dikatakan seperti itu. Manusia diberi empat kemampuan yang membedakannya dengan ciptaan lain. Empat kemampuan itu antara lain sebagai berikut.
1.
Kemampuan Akal Budi
Dengan akal budi antara lain kita dapat: a.
Mengerti dan menyadari diri sendiri.
Manusia mengerti dan sadar bahwa dia ada, bahwa ia sedang berbuat sesuatu. Ia sadar bahwa ia sadar. Ia dapat merefleksikan kembali apa yang sedang dia buat. Hanya manusia dapat berbuat demikian, binatang tidak! b.
Mengerti dan menyadari apa saja di luar dirinya.
Manusia dapat menyadari bahwa ada awan dan ada hujan, dan mencari tahu hubungan antara awan dan hujan. Manusia dapat mencari hubungan antara faktor-faktor dan membuat kesimpulan. Hewan tidak. Manusia dapat membuat rencana untuk masa depan, binatang tidak. Kalau mendapat 2 buah apel, manusia dapat makan satu buah dan yang lainnya disimpan. Kalau babi dia akan memakan kedua-duanya. c.
Manusia
dapat
mengembangkan
dirinya,
dapat
membuat
riwayat dan sejarah hidupnya. Manusia dapat bertanya dan mencari jawaban. Dengan demikian, manusia dapat membuat kemajuan, dapat menetukan arah dan sejarah hidupnya.
d.
Manusia
dapat
membangun
hubungan
yang
khas
dengan
sesama. Manusia
dapat
bertemu
dan
mengalami
kebersamaan
dan
persahabatan dengan orang lain. Karena itu, manusia menciptakan bahasa, adat istiadat, dan sebagainya. 2.
Kemampuan Berkehendak Bebas
Kehendak bebas berarti kemampuan untuk bertindak dengan tidak ada paksaan. Kebebasan merupakan ciri khas manusia. a.
Dengan kehendak bebas, kita dapat bertindak dan melakukan
sesuatu dengan sengaja. Hanya manusia dapat melakukan sesuatu dengan sengaja.Melakukan dengan tahu dan mau. Hewan tidak. Hewan berbuat sesuatu karena naluri. b.
Dengan kehendak bebas manusia dapat melakukan suatu
tindakan dan perbuatan moral. Tindakan moral hanya dapat dibuat oleh manusia, sebab hanya manusia dapat bertindak dengan tahu dan mau. Hewan tidak. Oleh karena itu, manusia mempunyai kewajiban-kewajiban moral. Kewajiban moral ini dibisikkan oleh hati nurani kita masing-masing. Tuhan berbicara kepada kita lewat hati nurani kita! c.
Dengan
kehendak
bebas,
kita
dapat
bertindak
secara
bertanggung jawab. Hanya manusia dapat bertindak dengan bertanggung jawab. Hewan tidak, 3.
Kemampuan Hati Nurani
a.
Hati nurani berfungsi sebagai pegangan, pedoman, atau norma
untuk menilai suatu tindakan, apakah tindakan itu baik atau buruk. b.
Hati
nurani
berfungsi
sebagai
pegangan
peraturan konkret di dalam kehidupan sehari-hari.
atau
peraturan-
c.
Hati nurani berfungsi menyadarkan manusia akan nilai dan
harga dirinya. 4.
Kemampuan “Menguasai”
Tuhan
menyerahkan
alam
untuk menguasainya. Bukan
lingkungan
ini
menguasainya
kepada secara
manusia sewenang-
wenang., tetapi menguasainya secara bertanggung jawab. Tuhan menghendaki supaya alam ini, selain digunakan oleh manusia, supaya ditata dan dilestarikan. Kita menjadi rekan sekerja Tuhan untuk mengembangkan alam lingkungan kita. Untuk itu, kita dikurniai akal budi dan kehendak bebas. Dengan melihat kemampuan-kemampuan tersebut, kiranya menjadi jelas bahwa manusia adalah makhluk yang istimewa dan unik. Manusia adalah
makhluk
yang berpribadi
dan
bermartabat.
Manusia
sungguh gambaran dan citra Allah. Oleh sebab itu, sesudah manusia diciptakan sebagai puncak ciptaan, Dalam Kitab Kejadian (Kej 1:31) tertulis: “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya sungguh amat baik!”
6. MANUSIA MENURUT AGAMA BUDDHA Pengertian Manusia Seutuhnya Manusia seutuhnya menurut Buddha Dharma adalah seseorang yang telah melenyapkan kekotoran Batin atau sekurang-kurangnya telah mencapai Sottapanna. Kekotoran Batin dalam Buddha Dharma dibagi menjadi 3 yakni : 1.
Lobha yaitu keserakahan
2.
Dosa yaitu kebencian
3.
Moha yaitu kebodohan
Sottapanna
merupakan
tingkatan
kesucian
pertama
dimana
seseorang telah berhasil melenyapkan tiga belenggu (samyojana) dari
sepuluh belenggu batin. Manusia merupakan perpaduan antara 5 gugus kehidupan (Pancakkhanda) yang terdiri dari: 1.
Kelompok Jasmani (rupa)
2.
Kelompok Perasaan (vedana)
3.
Kelompok Pencerapan (sanna)
4.
Kelompok Bentukan Kehendak (sankhara)
5.
Kelompok Kesadaran (vinnana)
Jadi manusia seutuhnya dalam hal ini adalah umat Buddha yang sejahtera secara material dan memiliki moral yang tinggi. Manusia seutuhnya bukan dilihat dari kesempurnaan fisik. Seseorang yang terlahir rupawan, sehat, tidak cacat, pintar secara intelektual, kaya materi, belum tentu dapat disebut sebagai manusia seutuhnya. Manusia seutuhnya adalah manusia yang hidup dengan menjunjung tinggi dan menjalani nilainilai kemanusiaan, seperti kedermawanan, kebajikan, kemoralan, dan kebijaksanaan. Seorang manusia harus merenungi mengapa kita lahir ke dunia dan apa tujuan kita menjalani kehidupan kita. Apakah kehidupan yang kita jalankan bermakna atau tidak. Kalau kita mencermati bagaimana cara seseorang menjalani hidup, kita akan menemukan banyak jawaban untuk sebuah pertanyaan: apa tujuan hidupmu? Ada yang bertujuan hidup untuk memenuhi cita-cita karier dengan tujuan menghasilkan uang atau ketenaran. Ada sebagian yang bertujuan untuk mengumpulkan pahala demi kebahagiaan di surga kelak. Namun, banyak juga yang tidak punya tujuan yang jelas.
Manusia hidup di dunia memiliki tujuan antara lain: 1.
Hidup harmonis antar sesama dengan mewujudkan cinta kasih
2.
Membina Batin untuk mencapai tingkat kesucian
3.
Memanfaatkan
berkah-berkah
pencapaian kesucian.
alam
untuk
membantu
Sampai saat ini masih sedikit sekali orang yang melihat tujuan kelahiran
sebagai
manusia
dari
kacamata
Buddhis,
yaitu
untuk
memutuskan lingkaran samsara siklus lahir-mati yang berulang-ulang, dan merealisasikan Nibbana (Nirvana). Kualitas atau standar kemanusiaan kita dapat diukur dengan praktekpraktek pengembangan moralitas. Ada 5 hal yang menjadi pantangan bagi umat Buddha sebagai latihan kemoralan (Pancasila Buddhis) yaitu: 1.
Menghindari menyiksa dan membunuh makhluk hidup
2.
Menghindari mengambil barang yang tidak diberikan
3.
Menghindari perbuatan asusila
4.
Menghindari berucap kata yang tidak benar
5.
Menghindari meminum minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan atau yang menyebabkan ketagihan.
Sejalan dengan lima pantangan tersebut, umat Buddha juga secara aktif mengembangkan 5 kebajikan (Panca Dharma) yaitu: 1.
Mengembangkan cinta kasih dan kasih sayang kepada semua makhluk (metta-karuna)
2.
Melaksanakan penghidupan yang benar (samma ajiva)
3.
Mampu berpuas diri dan menjaga harmoni (santutthi)
4.
Jujur dan hanya mengatakan hal yang bermanfaat (sacca)
5.
Menjaga kewaspadaan (sati sampadana)
Buddha Dharma dengan problematik Siswa Masa remaja merupakan masa-masa yang sangat penting dalam perkembangan seseorang. Bahkan masa ini sering disebut dengan “Masa Kritis” yaitu masa atau saat dimana banyak masalah. Sesungguhnya bukan hanya masa remaja saja kita mengalami masalah, bahkan sepanjang hidup kitapun sebenarnya memiliki rentetan masalah yang saling bergantungan satu sama lain yang harus dihadapi. Pada masa remaja masa ingin tahu mencoba hal-hal baru sangatlah kuat maka sering muncul persoalan-persoalan seperti penyalahgunaan narkoba, aborsi, pemerkosaan, tawuran pelajar dan sebagainya. a.
Penyalahgunaan Narkotika
Narkotika mencakup bahan-bahan lain yang dapat dipakai sebagai bahan pengganti morphine atau kokaina. Selain itu masih banyak lagi berbagai macam obat berbahaya sejenisnya yang dapat mempengaruhi kesadaran, fungsi mental dan fisik manusia. Pemakaian obat-obatan tersebut, diluar pengawasan dokter dapat menimbulkan keadaan yang tidak terkuasai oleh si pemakai, atau menimbulkan keadaan yang berbahaya bagi orang lain. Ada 5 faktor yang harus diwaspadai oleh para remaja terhadap maraknya penyalahgunaan narkoba: 1.
Faktor Kemudahan, dengan mudah bisa mendapatkan narkoba
2.
Faktor Fisik, ingin lebih percaya diri dan menghilangkan rasa sakit
3.
Faktor Emosional, pelarian untuk mengurangi ketegangan dan mengubah suasana hati
4.
Faktor Intelektual, bosan dengan rutinitas dan ingin coba-coba
5.
Faktor Interpersonal, ingin diakui, menghilangkan rasa canggung, solidaritas dan ikut pergaulan.
Ketidaktahuan atau kebodohan merupakan salah satu akar dari kejahatan
(akusala
mula).
“Bergantung
pada
ketidaktahuan
maka
terjadilah bentuk-bentuk karma” Demikian dijelaskan oleh Sang Buddha (Samyutta Nikaya XII, 3:22). “Orang yang gila perempuan, gemar bermabuk-mabukan, keranjingan judi, menghambur-hamburkan apa saja yang dimilikinya, inilah sebabsebab kemerosotan”. (Parabhava sutta). Khususnya mengenai ketagihan bahan yang memabukkan, Buddha mengingatkan: Ada 6 akibat buruk bagi orang yang ketagihan minuman yang memabukkan yakni: 1.
Kehilangan harta dengan cepat
2.
Bertambahnya pertengkaran
3.
Mudah terkena penyakit
4.
Kehilangan watak yang baik
5.
Penampilan yang buruk
6.
Melemahkan kecerdasan
(Digha Nikaya 31, Sigalovada Sutta)
b.
Aborsi Banyak
alasan
atau
sebab-sebab
yang
melatarbelakangi
dilakukannya aborsi, misalnya pola hidup dimana nilai-nilai berkenaan dengan kehidupan seksual semakin longgar. Misalnya berkumpul secara bebas, seks bebas asal suka-sama suka. Ini merupakan akibat dari perkembangan dan perubahan perikehidupan modern dengan konotasinya yang dangkal dan dasar keimanan yang tipis. Dalam agama Buddha, yang dimaksud makhluk adalah gumpalan sel yang mempunyai jasad-jasad energi hidup (kekuatan karma) atau dalam kehidupan sehari-hari disebut jasad yang mempunyai jiwa. Jasad-jasad energi hidup tadi dimulai pada waktu bertemunya sel ovum dan sel sperma (sel pria dan wanita) melalui kekuatan karma, yaitu getarangetaran karma dari kedua orang tuanya. Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa sejak terjadinya pertemuan antara sel ovum dan sel sperma yang dibarengi adanya getaran-getaran karma, maka sejak itu pula telah munculnya makhluk. Setelah kita mengetahui apa yang dimaksud dengan makhluk, maka dengan tegas
dapat dikatakan bahwa aborsi termasuk perbuatan
membunuh dan itu jelas melanggar sila. Dalam Agama Buddha suatu perbuatan dikatakan membunuh apabila memenuhi syarat yakni: 1.
Adanya suatu makhluk hidup
2.
Sadar bahwa itu adalah makhluk hidup
3.
Ada niat untuk membunuhnya
4.
Melakukan tindakan pembunuhan
5.
Makhluk itu mati akibat pembunuhan “Seseorang wanita atau pria yang membunuh makhluk hidup
(manusia maupun hewan), kejam dan gemar memukul serta membunuh tanpa belas kasihan kepada makhluk hidup, akibat perbuatan yang telah dilakukan itu ia akan dilahirkan penuh kesedihan dan penderitaan. Apabila ia dilahirkan kembali sebagai manusia dimana saja ia akan bertumimbal lahir, umurnya tidaklah akan panjang”. (Majjhima Nikaya 135) Usaha pencegahan aborsi dapat dilakukan melalui pendidikan seks yang benar, mendidik remaja pria dan wanita bagaimana menjadi insane
yang bertanggung jawab terhadap dirinya, keluarga, agama, lingkungan dan masyarakat.
Memandang Kehidupan seutuhnya Alam manusia adalah alam yang paling menguntungkan karena di dalamnya terdapat perpaduan antara suka dan duka yang memberikan banyak kesempatan bagi kita untuk menyadari sifat sejati kehidupan. Di alam manusia ini juga kita memiliki banyak kesempatan untuk berkarya suci dalam mengembangkan kebajikan, melatih diri dalam pembinaan batin untuk bisa mencapai kesucian Nibbana (Nirvana). Untuk hidup lebih baik dan menjadi manusia seutuhnya, kita dapat memegang 3 prinsip: 1.
Jadilah baik (be good)
Jagalah
perbuatanmu,
jangan
lakukan
perbuatan
buruk
apapun.
Banyaklah melakukan kebajikan. Jadikan dirimu bermanfaat bagi banyak orang dan hiduplah sesuai Dharma. 2.
Jadilah bahagia (be happy)
Berbahagialah tanpa syarat. Kita sering kali membuat syarat bagi kebahagiaan kita: saya belum bahagia, saya baru akan bahagia jika saya sudah lulus SMA, jika saya sudah kuliah, jika saya sudah bekerja, jika saya sudah
menikah….Dengan
terus
membuat
syarat
bagi
datangnya
kebahagiaan, kita tidak akan pernah benar-benar bahagia. Oleh sebab itu, berbahagialah di sini dan saat ini juga. Konsep lama Time is money membuat manusia hidup penuh dengan tekanan batin dan tidak bahagia. Konsep dunia satu keluarga Time is happiness mendatangkan kehidupan yang harmonis dan bahagia. Inilah yang mendasari DMG mempromosikan Jam Bahagia. 3.
Jadilah berkesadaran (be mindful)
Kita seringkali tidak mengerti apa yang kita pikirkan, ucapkan dan lakukan karena kita tidak pernah benar-benar memberikan perhatian penuh
terhadap diri kita: pikiran, perkataan, dan perbuatan kita. Oleh sebab itu, seringkali kita melukai diri kita sendiri dan orang lain. Orang selalu penuh perhatian ke dalam diri, pasti akan mengucapkan dan melakukan hal-hal yang baik yang akan membuat dirinya selalu bahagia. Salah satu cara melatih perhatian kita adalah dengan melakukan Introspeksi diri atau Samadhi.
7. MANUSIA MENURUT AGAMA HINDU Manusia atau orang dapat
diartikan
berbeda-beda
dari
segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesiesprimata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana dalamagama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologikebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan
kemampuannya
untuk
membentuk
kelompok
dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk beragama. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama untuk keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertikal manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan manusia. Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum di sekolah mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi.
Dalam konsep Hindu, manusia pertama adalah Svambhu, yang artinya makhluk berpikir pertama yang menjadikan dirinya sendiri. Secara etimologi kata manusia berasal dari kata manu yang artinya pikiran atau berpikir, dalam bentuk genetif menjadi kata “manusya”, artinya ia yang berpikir atau menggunakan pikirannya. Menurut konsep Hindu, manusia adalah kesatuan antara badan jasmani dan jiwa (atman) menjadikan ia secara psikopisik terus berkembang. Secara kosmologis, manusia ( yang berupa
kesatuan
mikrokosmos
(
jiwa
badan
bhuana
alit
jasmaninya )
yang
)
yang
merupakan
sering
disebut
perwujudan
dari
makrokosmos ( bhuana agung ). Manusia juga dikatakan sebagai makhluk Tri Pramana karena memiliki tiga kemampuan utama yaitu berpikir, berkata dan berbuat, yang menyebabkan ia berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan kemampuan berpikir, berkata dan berbuat, manusia melakukan perbuatan baik dan perbuatan buruk yang disebut subha asubha karma. Dengan mengutamakan perbuatan baik yang disebut subha
karma
inilah
manusia
mampu
menolong
dirinya
sendiri,
mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah keistimewaan lahir menjadi manusia. Dimana tidak dimiliki oleh makhluk lain selain manusia. Secara umum manusia senang pada keindahan, baik itu keindahan alam maupun seni, dan yang merupakan musuh besar manusia menurut agama Hindu yang disebut Sad Ripu. Sad Ripu ini berada di dalam diri setiap manusia dimana sifat – sifat tersebut akan mempengaruhi watak dan perilaku manusia. Itulah sebabnya watak dan perilaku manusia berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sad Ripu tidak bisa kita hilangkan karena begitu melekat dalam diri manusia. Satu – satunya cara adalah dengan mengendalikannya. Untuk itu, kita harus bisa mengendalikan sifat tersebut agar nantinya kita mendapat ketenangan di dalam diri. Jika hati kita tenang, maka pikiran pun akan tenang untuk menghasilkan pemikiran – pemikiran yang jernih. Dari pemikiran yang jernih kita senantiasa akan berkata dan berbuat yang baik. Manusia pertama adalah Svambhu, yang artinya makhluk berpikir pertama yang menjadikan dirinya sendiri. Secara etimologi kata manusia berasal dari kata manu yang artinya pikiran atau berpikir, dalam bentuk
genetif
menjadi
menggunakan
kata
“manusya”,
pikirannya.
Menurut
artinya
ia
yang
konsep
Hindu,
berpikir
manusia
atau
adalah
kesatuan antara badan jasmani dan jiwa (atman) menjadikan ia secara psikopisik terus berkembang. Secara kosmologis, manusia ( yang berupa kesatuan jiwa badan jasmaninya ) yang sering disebut mikrokosmos ( bhuana alit ) yang merupakan perwujudan dari makrokosmos ( bhuana agung ). Manusia juga dikatakan sebagai makhluk Tri Pramana karena memiliki tiga kemampuan utama yaitu berpikir, berkata dan berbuat, yang
menyebabkan
ia
berbeda
dengan makhluk
lainnya.
Dengan
kemampuan berpikir, berkata dan berbuat, manusia melakukan perbuatan baik dan perbuatan buruk yang disebut subha asubha karma. Dengan mengutamakan perbuatan baik yang disebut subha karma inilah manusia mampu menolong dirinya sendiri, mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah keistimewaan lahir menjadi manusia. Dimana tidak dimiliki oleh makhluk lain selain manusia. Secara umum manusia senang pada keindahan, baik itu keindahan alam maupun seni, dan yang merupakan musuh besar manusia menurut agama Hindu yang disebut Sad Ripu. Sad Ripu ini berada di dalam diri setiap manusia dimana sifat – sifat tersebut akan mempengaruhi watak dan perilaku manusia. Itulah sebabnya
watak dan perilaku manusia
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sad Ripu tidak bisa kita hilangkan karena begitu melekat dalam diri manusia. Satu – satunya cara adalah
dengan
mengendalikannya.
Untuk
itu,
kita
harus
bisa
mengendalikan sifat tersebut agar nantinya kita mendapat ketenangan di dalam diri. Jika hati kita tenang, maka pikiran pun akan tenang untuk menghasilkan pemikiran – pemikiran yang jernih. Dari pemikiran yang jernih kita senantiasa akan berkata dan berbuat yang baik. 2.2 Manusia Konsep Hindu Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu jasmani dan rohani. Jasmaninya adalah badan, tubuh manusia sedangkan rohani merupakan hakekat Tuhan yang abadi, kekal, yang disebut dengan Atman. Manusia memiliki 3 lapisan badan yang disebut Tri Sarira yang terdiri dari Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira. Stula
Sarira atau raga manusia dalam konsep Hindu terdiri dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, Akasa. Tubuh manusia merupakan Bhuana Alit atau Bhuana Sarira. Proses terbentuknya pun sama seperti proses terjadinya Bhuana Agung atau alam semesta. Sedangkan Suksma Sarira yaitu badan halus yang terdiri 3 unsur yang disebut Tri Antahkarana terdiri dari manas atau alam pikiran, Buddhi atau kesadaran termasuk didalamnya intuisi dan Ahamkara atau keakuan atau ego. Dalam Suksma Sarira terdapat unsur halus dari Panca Maha Bhuta yang disebut Panca Tan Matra yaitu ; Sabda, Sparsa, Rupa, Rasa, Gandha membentuk berbagai indra ( Panca Buddhindriya dan Panca Karmendriya). Sedangkan Anta Karana Sarira merupakan unsur rohani yaitu jiwatman sendiri
yang
sifatnya
sama
seperti
paramaatman,
kekal
abadi.
Manusia secara harpiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang berpikir. Jadi manusia merupakan mahluk yang telah dibekali salah satu kelebihan dibandingkan mahluk lainnya. Dalam Hindu terdapat konsep Tri Pramana, yang terdiri dari Bayu, Sabda , Idep. Tumbuhan hanya memiliki bayu atau tenaga untuk tumbuh, sedangkan binatang memiliki bayu dan sabda dimana binatang memiliki tenaga untuk bertumbuh, berkembang dan mengeluarkan suara, sedangkan manusia memiliki ketiganya. Pikiran hanya dimiliki oleh manusia yang telah dibekali sejak dilahirkan.
Dengan
memiliki
pikiran
maka
diharapkan
manusia
mempunyai wiweka mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Pikiran dipakai berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan. Manusia juga dengan pikirannya diharapkan mengetahui asal, tujuan dan tugas serta kewajibannya. Dengan mengetahui hal ini maka pola hidup serta cara pandangnya terhadap kehidupan akan mampu mengilhami setiap tindakannya sehingga tetap berada pada jalur yang benar, sesuai etika dan ajaran-ajaran dharma yang telah diungkapkan dalam ajaran agama. Namun manusia juga termasuk makhluk yang lemah, karena tidak seperti binatang yang lahir begitu saja langsung bisa berdiri, terbang, berjalan tanpa memerlukan bantuan dari yang lain. Maka hendaknya ini dipahami terlebih dahulu untuk mengetahui dan dapat memisahkan esensi dari raga ini yang terpisah dengan atman yang sejati.
2.3 Tujuan Hidup Manusia Menurut Agama Hindu Setiap kelahiran jika dipahami, sesungguhnya manusia membawa perannya masing-masing. Manusia yang telah melakukan perenungan secara mendalam dengan pikiran yang jernih akan bertanya, apa sesungguhnya yang menjadi tujuan hidupnya. Ada 2 macam tujuan hidup manusia yaitu tujuan duniawi dan spiritual.Tujuan duniawi berupa keinginan untuk mengejar harta, kekayaan dan keinginan. Sedangkan tujuan spiritual yaitu keinginan untuk bersatu kepada yang hakekat dan asal yang sesungguhnya. Dalam Hindu, tujuan hidup manusia terdapat dalam Catur Purusartha. Yang terdiri dari 4 bagian yaitu : Dharma, Artha, Kama Moksa. Dharma merupakan ajaran kebenaran, sebagai pandangan hidup, tuntunan hidup manusia. Artha yaitu kekayaan yang berupa materi. Kama merupakan keinginan dan Moksa yaitu bersatunya sang diri atau jiwatman dengan yang lebih tinggi atau Paramaatman. Jadi jelas dalam hidup manusia selalu mengejar artha, kama dan moksa. Namun dalam mengejar artha dan kama harus berdasarkan dharma, kebajikan dan kebenaran, bukan dengan cara-cara yang tidak baik. Penyatuan kepada yang hakekat merupakan tujuan yang harus dicapai manusia dengan berdasarkan etika keagamaan dan dharma yang telah ditentukan. Pembangkitan kesadaran bahwa kita merupakan salah satu bagian dari pada esensi dunia ini merupakan hal yang harus dicapai agar pikiran dapat terbuka, menyadari hakekat sang diri. Harapan tersebut dapat terwujud dengan mengimplementasikan ajaran dharma. Dalam pustaka suci
Hindu
telah
disebutkan
bahwa
menjelma
menjadi
manusia
merupakan suatu keberuntungan dan hal yang utama. Dengan manas atau pikiran yang dimiliki, maka manusia dapat menolong dirinya sendiri dari keadaan samsara dengan jalan berkarma yang baik. Kesadaran akan mampu meluruskan pikiran yang selalu hanya mementingkan kehidupan duniawi. Dalam Sàrsamuccaya 8 disebutkan ; Mànusyam durlabham pràpya vidyullasita cañcalam, bhavakûayem atiá kàyà bhavopakaraóesu ca.
artinya ; Menjelma menjadi manusia itu, sebentar sifatnya, tidak berbeda dengan kerdipan petir, sungguh sulit (didapat), karenanya pergunakanlah penjelmaan itu untuk melaksanakan dharma yang menyebabkan musnahnya penderitaan. Sorgalah pahalanya. Tentang tujuan hidup manusia, setiap orang tentunya mempunyai pandangan masing-masing, dan berdasarkan pandangannya itu mereka mengusahakan untuk mencarinya. Dalam mewujudkan tujuan hidupnya itu, tidak sedikit orang yang hanya mementingkan diri, egois merasa benar sendiri dan harus selalu menang dan mampu mengalahkan yang lain. Pendidikan yang keliru, misalnya sejak anak-anak telah ditanamkan bahwa orang tuanya berasal dari golongan yang kaya, derajatnya tinggi, bangsawan dan memandang rendah mereka para rakyat jelata, para pekerja, buruh, pembantu rumah tangga dan sebagainya, padahal belum tentu orang yang dipandang rendah martabatnya, karena lahir dari keluarga yang dianggap rendah tidak memiliki budhi pekerti yang luhur. Dalam kehidupan masyarakat, tidak sedikit kita memperhatikan di lingkungan kita anak-anak yang sejak dini menganggap orang yang karena kelahiran dari keluarga petani, peternak, buruh, nelayan dan pekerja pada umumnya derajat dianggap rendah, mengembangkan sifat yang arogan, egostis, tidak peduli dengan lingkungan dan minta selalu dihormati. Dalam kehidupan modern dewasa ini, seseorang menghargai orang lain dari penampilannya, sikapnya yang sopan, lemah lembut, tutur katanya manis dan ramah dan memancarkan budhi pekerti yang luhur. Orang-orang yang demikian keadaannya, apalagi sangat giat belajar, giat bekerja, rendah hati dan ramah, serta memiliki keimanan yang tinggi senantiasa akan mendapatkan perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, karena pada dirinya memancarkan kasih sayang yang sejati. Ketika seseorang merenung dengan dalam tentang arti dan tujuan hidupnya, maka bagi mereka yang mendalami ajaran Agama Hindu, tujuan hidup yang pertama adalah mewujudkan Dharma yakni kebajikan, kebaikan, kebenaran, kasih sayang, taat kepada hukum dan taat kepada ajaran agama. Dan tujuan
akhir adalah untuk mencapai moksa yaitu bersatunya atma dengan paramatma. 2.4 Tugas dan Kewajiban sebagai Manusia Hindu Kecendrungan manusia yang lupa terhadap tujuannya karena pengaruh kenikmatan duniawi telah merubah prilaku manusia untuk menyimpang
dari
ajaran
kebenaran.
Kenikmatan
duniawi
tiada
berkesudahan ini mempengaruhi prilaku manusia sehingga jalan apapun terkadang dihalalkan. Sesuai dengan tujuan yang mesti di capai manusia yaitu suatu penyatuan kepada yang tertinggi, maka ini dibarengi dengan tindakan yang searah dengan tujuan tersebut. Tujuan tersebut mustahil akan tercapai jka arah dan jalan yang ditempuh itu salah. Maka hal pertama yang menjadi tugas manusia adalah menjalankan Dharma. Menjalankan
etika
dan
ajaran-ajaran
yang
mulai
dilupakan
maka
keseimbangan dunia akan terganggu. Manusia memiliki tanggungjawab untuk menjaga keseimbangan ini. Dengan pikiran yang dimiliki, manusia mampu membuat kehidupan ini menjadi baik maupun hancur. Untuk itulah, tugas dan kewajiban utama manusia adalah mengamalkan dan melaksanakan ajaran Dharma ( kebajikan yang utama ), dengan melaksanakan berbagai yadnya demi terjaganya keseimbangan alam semesta. Dalam Bhagawad Gita telah banyak dijelaskan tentang 4 jalan yang disebut Catur Marga Yoga, empat jalan yang dapat ditempuh untuk mendapatkan kebahagiaan lahir bhatin yaitu : Bhakti Marga Yoga, Karma KarmaYoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga. Rahasia kebahagiaan dari ke 4 ajaran Yoga merupakan jalan dari hakekat kehidupan manusia agar dapat bersatu dengan Tuhan. Apapun kesulitan kita hendaknya tetap berpegang teguh pada ajaran dharma tanpa ada keraguan yang hanya akan membuat kita kembali jatuh ke dunia material yang penuh dengan
kesenangan
sementara.
Ikatan
keluarga
hanya
ada
pada
kehidupan ini, namun jika kita sudah mengetahui konsepsi sebagai manusia, maka hal itu tidak akan membuat kesadaran kita goyah.
Setiap manusia telah menentukan sendiri jalan hidupnya sehingga itu bukan alasan untuk berpaling dari jalan yang telah diyakininya. Seseorang tidak bisa ikut campur tangan atas karma orang lain sehingga kita hendaknya berusaha melepaskan keterikatan tersebut. Kesenangan duniawi hanya memberikan kebahagiaan sementara bagi indra-indra manusia. Itu bukanlah kebahagiaan yang sejati karena yang sejati itu tak dapat dilukiskan dengan kata-kata semata. 2.5 MARTABAT MANUSIA HINDU. Martabat manusia selalu dikaitkan dengan penguasaan mereka pada masalah keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Sang Hyang Widi Wasa, maupun masalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga tingkatan mastabat manusia Hindu, juga dilihat dari masalah tersebut seperti : tingkat pendidikan dikaitkan dengan penguasaan ilmu dan pengetahuan dan teknologi; Profesi, swadarma dalam implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakt; Peran dalam hidup bermasyarakat; dan penguasaan serta implementasi keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan bermasyarakat. Dan semua yang dilakukan oleh manusia Hindu pada umumnya untuk pencapaian tujuan hidup manusia itu sendiri yaitu Catur Purusa Artha, meliputi : Dharma, Artha, Kama, Mokhsa. Dharma menjadi dasar dan pedoman kita dalam menunaikan tugas hidup kita sebagai manusia, yang dilahirkan kembali diberikan kesempatan untuk memperbaiki taraf hidupnya. Dharma, adalah ajaran-ajaran agama yang menjadi pedoman dalam kita mengarungi samudera kehidupan ini, memilha dan memilih mana yang boleh dan mana yang patut dihindari dalam kehidupan ini, karena tuntunan moral maupun tuntunan agama. Artha merupakan kebutuhan pokok manusia, arta dalam hal ini adalah arta untuk memenuhi kebutuhan pokok, kebutuhan pangan, kebutuhan sandang, dan kebutuhan pisiologis lainnya. Dan semua aktivitas keagamaan pun tidak terlepas dari kebutuhan arta ini. Kama, merupakan kepuasan, kenikmatan, merupakan suatu kondisi yang
memotivasi
manusia
untuk
rajin,
giat
dalam
melaksanakan
tugasnya. Pencarian atau pencapaian kama ini lebih banyak memerlukan artha, sehingga untuk menuju kama ini manusia akan selalu termotivasi untuk mengumpulkan artha. Tapi tentu tidak dapat lepas dari tuntunan dharma atau agama di dalam mencari artha maupun kama ini, sehingga sebagai dasar dan pedoman dalam mengumpulkan artha dan mencari kepuasan ini adalah dharma itu sendiri. Sebagai tujuan akhir dari hidup manusia Hindu adalah Mokhsa, yaitu menyatunya atman dengan brahman saat orang itu meningggal dunia. Ada dua jalan dalam menuju ke arah tujuan tersebut, yaitu : (1) jalan prajapati, dan (2) jalan yoga. Jalan prajapati ternagi atas 3 jenis jalan, yaitu : Jnana marga, Karma marga, dan Bakti marga. Sedangkan jalan yoga ada hanya satu jalan yaitu : yoga marga. Keempat jalan ini sering juga kita kenal dengan catur marga, sehingga pembagiannya menjadi : (1) Jnana Marga, (2) Karma Marga, (3) Bakti Marga, dan (4) Yoga Marga.
8. MANUSIA MENURUT AGAMA KONGHUCHU Pembahasan mengenai asal-usul manusia dalam agama Khonghucu, tidak banyak dijelaskan. Pada kitab suci Su Si pun tidak ditemui adanya pembahasan mengenai asal-usul manusia. Pembahasan mengenai hal ini dibahas pada Kitab Li Ji atau Li Chi (kitab kesusilaan), yang merupakan bagian dari Kitab Ngo King atau Wu Ching. Manusia dalam agama Khonghucu berasal dari kedua orangtua, dianugerahi sifat-sifat mulia dan agung sejak lahir oleh Thian. Manusia juga diberikan perintah suci dalam menyampaikan ajaran agamanya kepada seluruh umat Khonghucu. Perintah suci tersebut akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Thian. Oleh karena itulah maka manusia ditempatkan dalam kedudukan tertinggi. 1 Pada kitab Li Ji, salah satu dari tiga kitab Li Jing (kitab kesusilaan) disuratkan: “Qi atau semangat itulah pernyataan adanya roh. Bo atau daya-daya hidup itulah pernyataan adanya nyawa. Tujuan pengajaran agama mengharmoniskan lahiriah dan rohaniah manusia.
Semua yang dilahirkan akan mengalami kematian, yang mati itu akan kembali ke tanah, inilah yang dinamai berhubungan dengan nyawa, tulang, daging, semua jasad yang berwatak yin (negatif) akan kembali ke tanah/bumi. Sedangkan semangat akan berkembang naik bergemilang (kembali kepada Tian) diiringi harum dupa yang semerbak. Itulah pernyataan adanya roh.”2 Dalam agama Khonghucu, ketika manusia meninggal dunia, maka jasadnya akan kembali ke bumi. Hal itu dikarenakan manusia mengkonsumsi makanan yang berasal dari bumi dan karena itulah maka jasadnya dapat hidup. Sedangkan rohnya yang berasal dari firman Thian, maka akan kembali seperti semula kepada Thian, untuk mempertanggungjawabkan apa yang sudah diperbuat setiap manusia di dunia. Agama Khonghucu menempatkan manusia dalam kedudukan yang tertinggi diatas makhluk-makhluk yang lain. Hal ini disebabkan karena manusia diberikan sifat-sifat terpuji sejak dia lahir ke bumi, atas dasar inilah manusia dapat merubah dirinya menjadi manusia yang ideal atau chun tzu (jun zi). Chun tzu adalah sebuah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap penganut agama Khonghucu. Jalan yang dicapai untuk tujuan tersebut adalah manusia harus senantiasa menerapkan ajaran agama Khonghucu dalam hidupnya, karena dengan menjadi chun tzu, maka akan berpengaruh pada kehidupan sosial yang baik dan tenteram. Chun tzu atau jun zi atau kuncu asal maknanya adalah anggota bangsawan penguasa dan zi adalah istilah penghormatan untuk laki-laki. Jadi, istilah tersebut memang pada dasarnya berawal dari istilah yang ditujukan kepada “orang besar.” Dengan kata lain, “orang besar” yang dimaksud adalah seorang laki-laki dari kalangan bangsawan yang memiliki kekuasaan penuh dalam mengatur pemerintahan.4 Runtuhnya masa pemerintahan dinasti Zhou barat, menghilangkan makna asli dari istilah tersebut, namun kegunaannya untuk penghormatan masih sama. Sehingga Khonghucu membuat istilah itu ditujukan kepada semua “orang besar” (manusia mulia) dari kalangan manapun. Jadi, istilah tersebut tidak dilihat lagi dari kebangsawanan seseorang tetapi, dilihat dari pribadi orang tersebut. 5 Lawan dari jun zi adalah “orang kecil”, dimana istilah itu
juga mengalami perubahan dalam makna aslinya namun fungsinya masih sama. Sebelum masa musim semi dan musim gugur, istilah “orang kecil” adalah lawan dari kebangsawanan seseorang yakni rakyat jelata, bisa juga diartikan sebagai sebuah sifat yang rendah hati, tetapi setelah masa musim semi dan musim gugur, istilah ini ditujukan kepada perbuatan yang amoral.6 Dengan demikian, chun tzu atau jun zi adalah sebuah nama atau istilah yang melekat pada manusia atau yang ditujukan pada manusia yang mengamalkan kebajikan dalam hidupnya, sedangkan lawan dari chun tzu adalah siao yun (xiao ren) yaitu orang yang rendah budinya atau tidak bermoral. Chun tzu bukanlah manusia dalam arti nabi, tetapi manusia yang dalam hidupnya selalu belajar dan berlatih untuk kemajuan dirinya sendiri dalam meningkatkan derajatnya dihadapan Tuhan dan tidak memalukan dihadapan manusia. Hal tersebut didasarkan pada kesadaran diri bahwa dia makhluk ciptaan Tuhan sehingga harus bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri.8 Dengan memiliki sifat dan budi pekerti mulia dan dengan mengaplikasikan sifat baik tersebut kedalam setiap perbuatan, maka seseorang dapat menjadi chun tzu. Menjadi seorang chun tzu tidak dilihat dari kebangsawanannya atau kedudukannya, tetapi dipandang dari sifat dan perbuatannya. Menurut Khonghucu, seorang buruh yang memiliki sifat dan budi pekerti yang agung dan mengaplikasikan sifat mulia itu kedalam perbuatannya sehari-hari, lebih terhormat kedudukannya dimata Tuhan dan masyarakat daripada seorang bangsawan atau keturunan bangsawan yang tidak bermoral sama sekali. Menurut Khonghucu orang-orang yang dapat diteladani perilakunya oleh setiap umat manusia adalah raja-raja suci purba yang telah mengajarkan ajaran mulia dan memimpin pemerintahan dengan sangat baik, diantaranya Raja Yao, Shun dan Yu. Dengan bercermin pada pribadi raja-raja suci purba tersebut, maka manusia yang memang sudah ditanamkan sifat-sifat baik pada dirinya, akan melakukan atau meniru hal yang sama seperti raja-raja suci purba tersebut lakukan.
Pendidikan moral juga ikut berperan dalam membentuk pribadi chun tzu ditambah dengan watak manusia yang baik, maka manusia dapat menjadi chun tzu. Pendidikian moral diperlukan untuk mengukuhkan hsing atau kodrat baik manusia agar tetap bertahan dalam diri manusia. Dalam pendidikan moral tersebut diharapkan agar manusia tetap melakukan perbuatan baik dengan menerapkan jen yakni sifat kemanusiaan dan bertingkahlaku yang baik pula dengan menerapkan i atau yi yakni keadilan. Selain itu, hsiao (kebijaksanaan) dan li juga harus diimplementasikan dalam kehidupan. Manusia ideal atau chun tzu jelas dapat hidup bermasyarakat dengan baik, karena semua orang menyukainya. Apa yang ditebarkan atau yang diberikannya adalah kebaikan, sehingga perbuatannya tersebut dapat menjadi panutan bagi orang-orang sekitarnya, akhirnya dalam kehidupan dapat tercapai kebahagiaan. Seorang chun tzu dapat dilihat diantaranya dari ketaatannya pada Thian, perbuatannya yang selalu didasari oleh kebenaran, sederhana, lembut dan halus tutur katanya, giat dan gesit dalam bekerja, tidak pernah berpikiran negatif terhadap orang lain, punya jiwa sosial yang tinggi yaitu suka menolong orang lain dan tidak suka melihat kesusahan orang lain serta selaras dalam kata dan perbuatannya. Sifat-sifat Mulia Dalam agama Khonghucu, dasar dari manusia itu baik, karena dianugerahi sifat-sifat yang mulia, yang disebut dengan sifatsifat langit. Agar sifat-sifat mulia itu tetap terjaga, maka agama ini mengajarkan ajaran-ajarannya yang begitu luas mengenai etika dan moral manusia Agama Khonghucu mengajarkan bahwa pendidikan dan lingkungan dapat mempengaruhi dan merubah sifat seseorang. Jadi, seseorang harus memperhatikan pendidikan apa yang ia dapat dan di lingkungan mana ia tinggal, karena dua hal itu merupakan dasar dari perubahan seseorang yang diharapkan menuju kebaikan. Chun tzu merupakan tujuan hidup manusia, karena didalam diri chun tzu dianugerahi sifat-sifat mulia seperti kebenaran, cinta kasih, kebijaksanaan dan kesusilaan. Dalam Kitab Su Si dikemukakan
pembahasan mengenai sifat-sifat mulia chun tzu. Ada tiga hal yang disenangi oleh chun tzu, yang terdapat dalam Kitab Bing cu VII A: 20 dan 21, yang pertama orangtua dalam keadaan sehat dan tidak bertengkar sesama saudara. Kedua, selalu berdoa pada Thian dan saling menghormati sesama manusia. Ketiga, menemukan orang yang mau untuk dididik atau dibina olehnya. Dalam Lun gi XII:5, menyatakan bahwa seorang chun tzu berusaha untuk menghindari kesalahan dengan bersikap baik pada orang lain tanpa membedakan ras, suku, status sosial maupun agama seseorang, (Lun Gi XV: 39), karena semuanya adalah bersaudara. Disamping itu, seorang chun tzu tidak bersifat egois. (Lun Gi II:14). Dalam kitab Lun gi IV:16, juga disebutkan bahwa seorang chun tzu cuma mengutamakan kebenaran, tetapi orang yang tidak bermoral selalu mengutamakan kepentingan dirinya sendiri. Seorang chun tzu lebih mementingkan kehidupan yang damai (Lun Gi XIII:23) dan selalu berlomba dalam hal kebaikan. (Lun Gi XV:23). Nabi Khonghucu bersabda, “seorang kuncu memuliakan tiga hal, memuliakan firman Tuhan Yang Mahaesa, memuliakan orang-orang besar dan memuliakan sabda para Nabi. (Lun Gi XVI.8). Nabi bersabda, “Seorang kuncu menuntut diri sendiri, seorang rendah budi menuntut orang lain.” (Lun Gi XV.21). Seorang chun tzu memiliki konsep lima kebajikan dan delapan kebajikan dalam hidupnya. Lima kebajikan tersebut antara lain, cinta kasih (jen), kebenaran (ie atau yi), susila, bijaksana dan dapat dipercaya. Adapun delapan kebajikan tersebut adalah, berbuat bakti, bijaksana, satya, dapat dipercaya, susila, kebenaran, suci hati dan tahu malu (hsin). Manusia diberikan oleh Thian berupa sifat-sifat mulia, tugas dari seorang manusia adalah menjaga, mengagungkan dan mengamalkan watak sejati dan ajaran agama, karena hal itu wajib dipertanggungjawabkan dihadapan Thian.
Diantara bentuk sifat mulia yang diajarkan oleh Khonghucu adalah sifat yang ramah dan penyayang kepada orang lain. Seperti yang tertuang dalam percakapan Khonghucu dengan muridnya dalam Analecta 12:22, 17:6, 12:2, 6:28. Jadi, jika seorang manusia melakukan kejahatan, hal tersebut dikarenakan pengaruh lingkungannya. Karena pada dasarnya manusia tidak memiliki atau membawa sifat-sifat tercela pada dirinya ketika dia lahir dan yang dia bawa adalah hanya sifat-sifat terpuji. Manusia yang memiliki jen adalah manusia yang menanamkan dua prinsip chung dan shu. Chung berarti sifat tulus dan jujur, sedangkan shu berarti tidak egois. Jen merupakan sifat yang mulia dan utama yang harus diimplementasikan dalam kehidupan, agar jen tetap terjaga maka dua prinsip tersebut harus tetap dijalankan Chung adalah sifat rela dan senang hati melakukan kebaikan untuk orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun, sedangkan shu adalah altruisme yakni lebih mementingkan orang lain daripada dirinya. Namun, altruisme dalam agama Khonghucu adalah bersifat jalan tengah, artinya lebih dahulu melihat suatu permasalahan itu dan diselesaikan atau diputuskan dengan keadilan. Jen yang berarti cinta kasih adalah inti dari semua kebaikan, Khonghucu bersabda seperti yang tertulis dalam Lun yu XII: 22.1, bahwa cinta kasih itu adalah mencintai manusia dan menginginkan serta memberikan kebaikan kepada orang lain, seperti yang tertuang dalam Lun yu XV: 24. Cinta kasih itu harus dimulai lebih dulu sebelum menginginkan orang melakukan kebaikan kepada dirinya. Misalnya seorang ayah harus mencintai anak-anaknya sebelum dia menginginkan anak-anaknya berbakti kepadanya. Jen atau yen adalah sifat yang harus senantiasa dimiliki oleh manusia, yang memiliki makna kebaikan dan kehalusan budi pekerti, cinta dan rasa kemanusiaan yang tinggi, selanjutnya menghasilkan hubungan harmonis antar sesama. Apabila seseorang telah memiliki jen dalam dirinya, maka orang tersebut akan selalu senantiasa menjaga hubungan baik dengan sesamanya. Manusia yang memiliki jen dapat dilihat dalam keseharian
hidupnya baik di tengah masyarakat maupun secara personalnya. Ditengah kehidupan masyarakat, orang yang memiliki jen selalu bekerja keras dan menggambarkan bahwa orang tersebut rajin. Dilihat pada dirinya sendiri, dia memiliki sifat yang ramah, tidak egois, peka terhadap penderitaan orang lain dan berusaha menjaga perasaan orang lain. Jen bermakna cinta kasih dan hal-hal yang berkaitan dengan segala sifatsifat kemanusiaan dinamakan jen. Jen sudah tertanam dalam hati manusia, itu sebabnya dasar manusia itu adalah baik. Jen adalah suatu perbuatan yang manusiawi yang dapat membuat seseorang dapat meraih kebahagiaan. Jen dapat diaplikasikan dalam kehidupan manusia saat ini, dimana cinta kasih mulai terkikis oleh keegoisan dan keserakahan. Jika manusia berusaha untuk merenung dan berfikir serta mencoba membuka hati, maka jen dapat terlihat, karena sesungguhnya jen ada dalam hati manusia itu. Tinggal manusia itu sendiri yang mau membuka hatinya untuk menghadirkan jen kedalam kehidupannya Jen paling ditekankan dalam setiap diri manusia, hal ini dapat dipahami bahwa cinta kasih adalah awal dari semua perilaku baik dan mulia. Cinta kasih diberikan kepada seluruh umat manusia, tanpa memandang ras, suku, budaya, maupun agama. Istilah yang khas dalam agama Khonghucu adalah “Di empat penjuru lautan, semuanya bersaudara,” yang berarti bahwa dalam agama Khonghucu semua manusia adalah bersaudara. Yi juga ikut berperan penuh dalam pembentukan chun tzu. Yi adalah sebuah kelayakan dan keharusan yang memang harus dilakukan. Seorang anak layak dan harus berbakti kepada kedua orangtuanya, begitu pula, orangtua selayaknya memang harus menjaga, melindungi, menafkahi dan memberikan kasih sayang penuh kepada anak-anaknya. Yi dan jen adalah dua konsep yang saling berkaitan satu sama lain, dengan yi sebuah perbuatan akan terasa manis bila diiringi oleh jen. Yi dilakukan dengan rasa ikhlas tanpa menginginkan pujian dan imbalan apapun dari orang lain dan hal ini berlangsung secara berkesinambungan. Dikarenakan yi dilakukan dengan ketulusan maka perbuatan tersebut tak pernah berhenti dan mengenal lelah, yi juga dilakukan atas dasar kewajiban yang sudah selayaknya dilakukan Ajaran moral dan etika
adalah suatu landasan untuk membangun kehidupan yang harmonis dalam masyarakat, bangsa dan negara. Selain jen dan yi, ajaran moral tersebut juga terdiri atas hsiao yang diterapkan dalam keluarga yakni berbakti kepada orangtua, li yang berarti sopan santun yang harus diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta aturan dalam pemerintahan juga harus didasarkan oleh li. Konteks bahwa manusia adalah makhluk sosial memang sangat dipahami oleh Khonghucu, oleh karenanya sopan santun atau li diajarkan dalam agama Khonghucu. Mengingat hal ini sangat diperlukan dalam sebuah hubungan sosial yang bertujuan agar tercipta dan terjalin hubungan yang damai. Asal mula istilah li adalah upacara kurban, yang selanjutnya dikembangkan menjadi tata krama atau sopan santun. Dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai makhluk sosial harus mempunyai tata krama dalam hidupnya, agar kehidupan berjalan dengan damai. Konsep li mengandung penjelasan yang luas, diantaranya tentang perbaikan namanama, jalan tengah, lima hubungan sosial, dan sikap terhadap keluarga dan usia.36 Dimaksud dengan perbaikan nama-nama (Cheng Ming), artinya seseorang harus berbuat sesuai dengan namanya. Jika perbuatannya sesuai dengan nama yang diembannya maka akan terjadi keselarasan dalam hidup, seorang yang menjadi chun tzu harus sesuai dan sejalan dengan perbuatan yang dilakukannya. Artinya perbaikan nama-nama dalam agama Khonghucu adalah seseorang mengetahui dengan apa yang menjadi tugasnya atau yang diembannya. Misal, seorang pemimpin harus bersikap seperti pemimpin. Jalan tengah dapat diartikan keseimbangan, jadi, seseorang tidak boleh berlebih-lebihan dalam hal apapun. Hal ini bertujuan untuk menjaga kehidupan yang selaras. Sedangkan yang dimaksud lima hubungan sosial (wu lun) adalah hubungan yang merupakan inti dari segala macam hubungan sosial, yang terdiri dari hubungan orangtua dan anak, hubungan suami dan istri, hubungan kakak dan adik, hubungan pemimpin dan rakyatnya dan hubungan antara sesama manusia. Dilihat dari lima hubungan inti tersebut maka tiga diantaranya adalah penghormatan
orang yang berusia lebih muda kepada orang yang lebih tua. Artinya seorang yang berusia muda senantiasa selalu mengagungkan dan memuliakan orang yang lebih tua darinya. Sifat-sifat mulia yang lain yaitu ch’i atau hsiao yang bermakna kebijaksanaan, bijaksana berarti orang yang melakukan perbuatan tidak hanya berdasarkan rasio, namun juga berdasar pada hukum atau aturan dan hati nurani juga ikut andil dalam melakukan sebuah tindakan yang benar. Seorang pemimpin seharusnya adalah orang yang memiliki sikap bijaksana, salah satu contoh orang yang bijaksana dalam memimpin sebuah pemerintahan adalah raja-raja suci purba, diantaranya Yao, Shun dan Yu. Apabila ayah memahami kedudukannya sebagai kepala keluarga, maka dia akan menjalankan peran dan tugasnya sebagai ayah, menyayangi anak dan istrinya serta memberikan nafkah kepada keluarganya, sehingga hal tersebut tidak akan menimbulkan kekacauan dalam keluarga. Begitu pula, dalam tatanan sosial, dimana seorang petinggi negara dituntut untuk melindungi dan membangun rakyat dan negaranya. Seorang petinggi negara harus mengerti dan memahami peran dan tugasnya dalam kedudukannya sebagai seorang pemimpin negara. Seorang pemimpin sebuah negara juga harus mempunyai sifatsifat mulia, seperti, adil dan bijaksana dalam memimpin negaranya. Oleh karenanya, Khonghucu berkata bahwa seorang pemimpin negara adalah seorang chun tzu. Pada intinya orang yang mengetahui dan menyadari akan peran dan tugas- tugasnya didalam kedudukannya, akan menimbulkan tatanan sosial yang aman.44 Selain itu, agama ini sangat menjunjung keharmonisan dalam sebuah hubungan sosial.45 Manusia dapat terpengaruh oleh lingkungan sosialnya, dia dapat menjadi tidak baik atau baik. Namun, sekalipun dia dapat menjadi tidak baik, dia pasti akan kembali kewatak sejatinya, karena dalam agama Khonghucu manusia pada dasarnya adalah baik. Melalui pertolongan Thian, orang tersebut akan sadar dan segera memperbaiki diri lewat ajaran-ajaran agama. Tetapi, orang yang terlepas dari lingkungan sosial yang tidak baik, akan tetap baik dan tetap memelihara serta mengembangkan watak sejatinya melalui perilaku-perilaku yang mulia.
Walaupun dasar atau watak sejati manusia itu baik, tetapi manusia juga perlu pendidikan moral yang diajarkan oleh guru yang berbudi pekerti mulia., sehingga dapat menjadi panutan dan teladan bagi muridmuridnya. Tuhan menciptakan manusia dengan membawa sejak lahir sifat-sifat yang baik, namun, pendidikan juga diperlukan karena lingkungan dapat merubah sifatsifat mulia tersebut. Oleh karena itu, manusia harus senantiasa selalu berusaha dan belajar demi kemajuan dirinya sendiri, yang sifatnya demi kepentingan dan keuntungan diri sendiri. Jika seseorang tersebut mau berusaha dan belajar dengan tujuan untuk kemajuan dirinya, maka secara tidak langsung orang tersebut mendapatkan keuntungan pada dirinya. Namun, sebaliknya jika seseorang tersebut tidak mau mengikuti watak sejatinya maka kerugian yang didapatkannya. Etika-etika Manusia Dalam studi agama-agama dapat dipastikan mempunyai doktrin yang bernuansa moralitas, pembuktian dari doktrin itu adalah dapat dilihat dari perilaku dalam kehidupan, yakni dalam tata hubungan, khususnya antara sesama manusia. Artinya bahwa perilaku dalam konsep moralitas tersebut harus bersifat menyenangkan lahir dan batin baik bagi diri sendiri maupun orang lain, yang tujuan dari moralitas tersebut adalah untuk mencapai kebahagiaan hakiki. Agama Khonghucu dikenal oleh sebagian non-Khonghucu sebagai agama yang hanya mengajarkan nilai-nilai moral dan etika. Hal ini dapat dipahami karena agama Khonghucu sangat menekankan etika terhadap penganutnya dalam kehidupan bersosial. Walaupun agama Khonghucu lebih menekankan ajaran tentang etika dan budi pekerti. Tetapi, hal tersebut sama sekali tidak mengaburkan atau menghilangkan ajaran tentang Tuhan Yang Mahaesa. Adanya perpecahan yang terjadi di Cina pada waktu itu, disebabkan adanya ketidakharmonisan antara hubungan sosial yang satu dengan yang lainnya dan ketidaksadaran akan kewajiban dan haknya masing-masing dalam suatu hubungan sosial tersebut. Maka hal yang terbaik adalah dengan kembali meningkatkan kesadaran pribadi
dalam kehidupan sosial sehingga memungkinkan tumbuhnya keharmonisan dalam lingkaran sosial itu. Manusia diciptakan oleh Thian dengan kesadaran bahwa dia hidup berdampingan dengan alam dan manusia. Oleh karena itu, manusia harus hidup harmonis dengan alam dan manusia. Memahami hal itu, maka untuk menjalin keharmonisan dengan sesama manusia, diajarkanlah ajaran mengenai etika dan moral tersebut. Dua kebajikan pokok yang senantiasa harus diimplementasikan dalam kehidupan adalah yi (keadilan) dan jen (cinta kasih) yang merupakan sifatsifat mulia. Agama Khonghucu mengenalkan dua dasar dari ajaran etika yang terdiri dari hsiao dan shu. Hsiao adalah suatu hal yang berkenaan dengan hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain, yakni hubungan antara suami dan istri, hubungan antara kakak dan adik, hubungan antara orangtua dan anak, hubungan antara pemerintah dan rakyat dan hubungan antara yang lebih tua dengan yang lebih muda. dipatuhi demi keharmonisan dalam kehidupan sosial. Shu berisi lima asas susila yaitu jen, yi, li, chih dan hsin. Untuk membangun kehidupan masyarakat yang dicita-citakan, maka keseimbangan dalam hubungan timbal balik diterapkan dan diisi dengan perbuatan-perbuatan yang mulia. Oleh karena itu, pemimpin harus menghormati rakyatnya, begitupula sebaliknya rakyat harus setia pada pemimpinnya dan rasa saling percaya antara yang satu dan lainnya juga harus dibangun dan dikembangkan. Pemerintahan itu haruslah diisi dengan moral yang baik dari pemimpinnya dan rakyat dalam hal ini tidak boleh hanya berpangku tangan dan menyerahkan semuanya pada pemimpin. Namun, rakyat juga harus ikut serta dalam membangun dan mewujudkan pemerintahan yang baik itu. Menurut Khonghucu pemerintahan itu haruslah diisi dengan aturanaturan bijak dan bermoral, karena apabila peraturan itu diisi dengan kekejaman maka orang hanya takut dihukum karena kekejaman. Tetapi apabila peraturan tersebut Shu adalah suatu hal yang berkaitan dengan hsiao yakni diisi dengan kebijaksanaan dan moral yang tinggi, maka orang
akan malu apabila melakukan kejahatan. Demikian pula dalam hubungan keluarga, anak harus berbakti kepada orangtua, begitupun sebaliknya sikap orangtua harus memperhatikan dan menjaga anaknya dan kepada teman diberikan sikap percaya dan ketulusan. Bekerja penuh kecermatan, giat dalam menuntut ilmu, suka menolong dan selalu menginginkan kebaikan untuk orang lain. Sebenarnya, jika dipahami bahwa lima hubungan timbal balik tersebut adalah suatu hal sangat sederhana dan mendasar dan mudah untuk diterapkan. Namun, kesinambungan atas penerapan itu yang kadang belum dapat sempurna dilakukan. Tiap-tiap generasi wajib membiasakan beretika dalam kehidupan sosial dan mengajarkannya pada generasigenerasi berikutnya, salah satunya adalah hubungan dalam keluarga, yaitu penghormatan terhadap orangtua. Dalam agama Khonghucu penghormatan terhadap orangtua bukan hanya ketika mereka masih hidup, tetapi ketika mereka sudah meninggal dunia pun mereka harus tetap dihormati. Oleh karena itu, agama ini mengajarkan tata cara penghormatan kepada orangtua ketika meninggal dunia Ketika mereka (orang tua) masih hidup, layanilah secara ritual:ketika mereka meninggal, kuburkanlah mereka secara ritual dan berilahkanlah persembahan kepada mereka secara ritual. Konfusius, ANALECTS (Kumpulan ajaran Konfusius)2.559 Ajaran etika ini harus dimulai secara dini dan terlebih dahulu ditanamkan didalam keluarga, karena apabila didalam keluarga sudah dilatih dan ditanamkan ajaran etika, maka dengan mudah seseorang itu dapat beretika dengan orang lain dalam ruang lingkup yang luas yakni masyarakat. Secara garis besar ajaran etika terdiri atas tiga pokok ajaran etika yang didalamnya terbagi menjadi beberapa bagian, yakni ngo siang yang bermakna lima kebajikan, pat tik bermakna delapan kebajikan dan ngo lun yang bermakna lima hubungan kemanusiaan. Ngo siang meliputi ajaran tentang hsiao yang memiliki pengertian berbakti kepada orangtua dengan kebijaksanaan, jen artinya kemanusiaan, tiong bermakna setia, i bermakna kelayakan dan li bermakna tata krama. Pat tik meliputi hau
yang berarti berbuat bakti, gi bermakna berbuat benar, thi bermakna tahu malu, sien yang berarti dapat dipercaya, lee yang berarti susila, tee artinya rendah hati, thiam berarti suci hati dan tiong bermakna setia Ngo lun meliputi lima hubungan timbal balik antara orangtua dengan anak, suami dengan istri, kakak dengan adik, pemerintah dengan rakyat, dan hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Terdapat sepuluh kewajiban agar ngo lun tetap bertahan, yakni orangtua menyayangi anak-anaknya, anak berbakti kepada kedua orangtuanya, kakak berbuat baik kepada adiknya, adiknya bersikap rendah hati kepada kakaknya, suami dan istri sama-sama melakukan perbuatan yang benar sesuai dengan tugasnya sebagai suami dan istri, orang yang lebih tua mampu bersikap murah hati dengan memberikan petuah atau nasehat kepada yang lebih muda, sebaliknya yang lebih muda mau mendengarkan dan mentaati nasehat tersebut, pemimpin memiliki cinta yang besar terhadap rakyatnya, begitupula rakyatnya harus memiliki sikap kesetiaan terhadap pemimpinnya. Mengenai status sosial yang ada pada setiap manusia, tidak akan menimbulkan masalah apabila setiap orang yang memiliki sikap saling memberi dan menerima, sehingga yang ditimbulkan dari sikap tersebut adalah kehidupan yang seimbang. Dalam hubungan sesama manusia, maka Khonghucu sangat menekankan pada keadilan, yakni sebuah sikap dimana seseorang harus memberikan apa yang menjadi hak manusia yang lain. Dengan kata lain, suatu sikap yang memberikan persamaan hak dan menghargai martabat manusia yang lain. Apabila etika ini hilang dalam setiap diri manusia, maka akibatnya terjadilah dekadensi moral. Dimana muncul kerusakan dan perpecahan, terjadi korupsi, kecurangan, penindasan, pembunuhan, dan tindakan-tindakan asusila lainnya, bukan hanya itu saja, menurut agama ini bencana-bencana alam dapat terjadi karena dekadensi moral tersebut. Seperti banjir, gempa dan lain-lain. Atas situasi tersebut manusia mempunyai peran yang sangat besar dalam mengatasi dan merubah situasi tersebut dengan menanamkan pendidikan moral. Dalam Lun Yu, 15:29 disebutkan bahwa walaupun sedemikian
hebatnya aturanaturan yang dibuat oleh pemerintah untuk negaranya, hal itu tidak akan mengubah apapun, jika para manusianya tidak menjalankannya dan tidak mematuhinya dengan sebaik-baiknya. Jika dilihat dewasa ini, bahwa dekadensi moral sudah menjangkiti sebagian masyarakat dunia. Terjadi hal-hal serupa akibat dekadensi moral tersebut, penyakit tersebut sudah menjadi wabah bagi sebagian masyarakat dunia, yang sedikit demi sedikit akan menggerogoti kehidupan manusia. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan moral dan etika yang senantiasa harus diajarkan dan ditanamkan pada setiap diri manusia.
10. MANUSIA MENURUT AGAMA ISLAM Dalam pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa Al-Qur’an menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4).
ت وميمم لت ت ۡقۡدم ت ي أۡحم ت ختلۡقمتن ا ملموإسن ست ن فو ي س ت ن تتۡقم و س و Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah (makhluk alternatif) tetap hidup dengan ajaran Allah (QS. Al-An’am : 165). ت ض ك جۡعتل ت ك ج ٖتم كمم ت خل يتسئ و ت وتهكوت مل ل و كمم تفومقت تبۡعمٖضم د تتر ست ض وتترفتعت تبۡعم ت ذ ي ت ف ملمأرم و مٓا تءتات تى س ك ل لتميۡبمل كوت ك ن ترب ل ت مم هم ل تغت ك رميعك ملمۡعو ت فورم لر و كممم إ و ل ك ت ۡحمي ك ب وتإ وسن ل ك كمم وفي ت ۡق ا و س و Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas
sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan (bisa dibedakan) dengan makhluk lainnya, dan Allah menciptakan manusia untuk berkhidmat kepada-Nya, sebagaimana firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat (51) : 56. خرم إ ولسني ل ت ك موۡبمينم ه سن ت و ذميرم م منم ك كم ل وتتل تتۡجمۡعتكلوتا ا ت معت ملل لهو إ ول ستهه ا تءتا ت ت Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain disamping Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. HAKIKAT MANUSIA Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara makhluk ciptaan-Nya. Oleh sebab itu manusia diharuskan mengenal siapa yang menciptakan dirinya sebelum mengenal lainnya. Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama
hidupnya. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang
mengandung kemungkinan baik dan jahat. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhankebutuhannya.
Dalam Agama Islam, segala sesuatunya telah diatur dengan baik dan digambarkan dalam kitab suci Al-Quran. Tidak luput olehNya, bagaimana proses pembentukkan manusia yang juga digambarkan sejelas-jelasnya. Dalam Al-Qur’an jika dipadukan dengan hasil penelitian ilmiah menemukan titik temu mengenai asal usul manusia ini. Terwujudnya alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam waktu enam masa. Keenam masa itu adalah Azoikum, Ercheozoikum, Protovozoikum, Palaeozoikum, Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari penelitian para ahli, setiap periode menunjukkan perubahan dan perkembangan yang bertahap menurut susunan organisme yang sesuai dengan ukuran dan kadarnya masing-masing (tidak berevolusi). Manusia dikaruniakan oleh Allah akal untuk berfikir. Dengan akal, manusia mampu membedakan antara yang haq (benar) dengan yang bathil (salah). Dengan akal pula, manusia mampu merenungkan dan mengamalkan sesuatu yang benar tersebut. Dengan karunia akal, manusia diharapkan dapat memilah dan memilih nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan. Disamping memiliki akal, manusia selalu terlahir dengan 3 naluri yang pasti ada dalam dirinya, yaitu : Naluri untuk mensucikan sesuatu : naluri untuk beragama dan menyebah sesuatu yang lebih dari pada dirinya. Naluri untuk mempertahankan eksistensi diri : manunia punya kecenderungan marah, sedih, senang dll.
Naluri untuk melestarikan dirinya : naluri kasih sayang.