BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia, Agama dan Islam merupakan masalah yang sangat penting, karena ketiganya mempunyai pengaruh besar dalam pembinaan generasi yang akan datang, yang tetap beriman kepada Allah dan tetap berpegang pada nilanilai spiritual yang sesuai dengan agama-agama samawi (agama yang datang dari langit ataua gama wahyu). Agama merupakan sarana yang menjamin kelapangan dada dalam individu dan menumbuhkan ketenangan hati pemeluknya. Agama akan memelihara manusia dari penyimpangan, kesalahan dan menjauhkannya dari tingkah laku yang negatif. Bahkan agama akan membuat hati manusia menjadi jernih halus dan suci. Disamping itu, agama juga merupakan benteng pertahanan bagi generasi muda muslim dalam menghadapi berbagai aliran sesat. Agama juga mempunyai peranan penting dalam pembinaan akidah dan akhlak dan juga merupakan jalan untuk membina pribadi dan masyarakat yang individu-individunya terikat oleh rasa persaudaraan, cinta kasih dan tolong menolong. Islam dengan berbagai ketentuannya dapat menjamin bagi orang yang melaksanakan hukum-hukumnya akan mencapai tujuan yang tinggi. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang di maksud dengan manusia? 2. Apa yang di maksud dengan agama? 3. Apa yang di maksud dengan Islam? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan manusia 2. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan agama 3. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Islam BAB II PEMBAHASAAN A. Manusia
1
Manusia
atau
orang
dapat
diartikan
berbeda-beda
menurut
biologis,rohani dan istilah kebudayaan, atau secara campuran .Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homosapiens (BahasaLatin untuk manusia) sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi dimana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup. Menurut agama Islam itu sendiri ,manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara makhluk ciptaan-Nyayang lain,yang dipercaya untuk menjadi khalifah dimukabumi. DalamAl-qur’an,ada tiga kata yang digunakan untuk menunjukan kepada manusia. Kata yang digunakan adalah basyar, insane atau nasdanbani Adam. Kata basyar diambil dari kata yang berarti` penampakan sesuatu dengan baik dan indah’ .Dari kata basyarah yang artinya` kulit’ .Jadi, manusia disebut dengan basyar karena kulit nyata memperjelaskan dan berbeda dengan kulit binatang. Manusia secara bahasa disebut juga insane yang dalam bahasa arabnya, yang berasal dari kata nasi yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar al-uns yang berarti jinak . Kata insane dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jika artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya. 1. Latar belakang Fitra manusia Kenyataan manusia memiliki fitrah keagamaan pertama kali ditegaskan dalam ajaran Islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia. Sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru di masa akhir-akhir ini, muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya. Fitrah keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia pada agama. Oleh karenanya, ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya itu. Dalam ajaran Islam dijelaskan bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia. Dalam Surat al-Rum, 30: 30 هفهأيِتقيم هويجهههك يِتللدِنييِتن هحيِتنيفف ا يِتفيطهرهة انليِت النيِتت ي هفهطهر النن اهس هعلهيهه ا 2
“ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu” Adanya potensi fitrah beragama yang terdapat pada manusia tersebut dapat pula dianalisis dari istilah insan yang digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan manusia. Menurut Musa Asy’ari, bahwa manusia insane adalah manusia yang menerima pelajaran dari tentang apa yang tidak diketahuinya Adanya perjanjian manusia dengan Allah yang telah diikat oleh fitrah mereka. Kenyataan manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut diatas, buat pertama kalinya ditegaskan dalam ajaran Islam Yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitrah manusia. Informasi mengenai potensi beragama dimiliki manusia itu dapat dijumpai pada ayat al-Qur'an (surat al-A'raf ayat 172) Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", Berdasarkan informasi tersebut terlihat dengan jelas bahwa manusia secara fitri merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk beragama. Hal demikian sejalan dengan petunjuk nabi dalam salah satu hadisnya yang mengatakan bawha setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah (potensi beragama), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi. Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi beragama ini dapat dilihat melalui bukti historis dan antropologis. Melalui bukti-bukti historis dan antropologis kita mengetahui bahwa pada manusia primitif yang kepadanya tidak pernah datang informasi mengenai Tuhan,
3
ternyata mereka mempercayai adanya Tuhan, sungguhpun Tuhan yang mereka percayai itu terbatas pada daya khayalnya. Misalnya saja, mereka mempertuhankan benda-benda alam yang menimbulkan kesan misterius dan mengagumkan serta memiliki kekuatan yang selanjutnya mereka jadikan Tuhan, kemudian kepercayaan ini disebut dengan dinamisme. Selanjutnya, kekuatan misterius tersebut mereka ganti istilahnya dengan ruh atau jiwa yang memiliki karakter dan kecenderungan baik dan buruk yang selanjutnya mereka beri nama agama animisme. Roh dan jiwa itu selanjutnya mereka personifikasikan dalam bentuk dewa yang jumlahnya banyak dan selanjutnya disebut agama politeisme. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi bertuhan. Namun karena potensi tersebut tidak diarahkan, maka mengambil bentuk bermacammacam yang keadaanya serba relatif. Dalam keadaan demikian itulah para nabi diutus kepada mereka untuk menginformasikan bahwa Tuhan yang mereka cari itu adalah Allah yang memiliki sifat-sifat sebagaimana juga dinyatakan dalam agama yang disampaikan para nabi. Dengan demikian, sebutan Allah bagi Tuhan bukanlah hasil khayalan manusia dan bukan pula hasil seminar, penelitian, dan sebagainya. Sebutan atau nama Allah bagi Tuhan adalah disampaikan oleh Tuhan sendiri. Ketika kita mengkaji paham hulul dari Al-Hallaj (858-922 M). Misalnya kita jumpai pendapatnya bahwa pada diri manusia terdapat sifat dasar ke-Tuhanan yang disebut lahut, dan sifat dasar kemanusiaan yang disebut nasut. Demikian pula pada diri Tuhan pun terdapat sifat lahut dan nasut. Sifat lahut Tuhan mengacu pada dzat-Nya, sedangkan sifat nasut Tuhan mengacu pada sifat-Nya. Sementara itu sifat nasut manusia mengacu kepada unsur lahiriah dan fisik manusia, sedangkan sifat lahut manusia mengacu kepada unsur batiniah dan Ilahiah. Jika manusia mampu meredam sifat nasutnya maka yang tampak adalah sifat lahutnya. Dalam keadaan demikian terjadilah pertemuan anatara nasut Tuhan dengan lahut manusia, dan inilah yang dinamakan hulul. 2. kelemahan dan kekuarangan manusia
4
Faktor lain yang melatarbelakangi manusia memerlukan agama adala karena di samping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan. Hal ini antara lain diungkapkan oleh kata an-nafs. Menurut Quraish Shihab, bahwa dalam pandangan al-qur’an, nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh al-qur’an dianjurkan untuk diberi perhatian lebih besar. Seperti yang tertera dalam al-qur’an surat Al-Syams ayat 7-8: ”dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (AsySyams, 91:7-8) Menurut Quraish Shihab bahwa kata mengilhamkan berarti potensi agar manusia melalui nafs menangkap makna baik dan buruk, serta dapat mendorongnya untuk melakukan kebaikan dan keburukan. Tetapi kata nafs dalam pandangan kaum sufi merupakan sesuatu yang melahirkan sifat tercela dan periaku buruk. Pengertian kaum sufi tentang nafs ini sama dengan yag terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indoneisa yang antara lain menjelaskan bahwa nafs adalah dorongan hati yang kuat untuk berbuat yang kurang baik. Selanjutnya, Quraish Shihab mengatakan, walaupun al-qur’an menegaskan bahwa nafs berpotensi positif dan negatif, namun doperoleh pula isyarat bahwa pada hakikatnya potensi positif manusia lebih kuat daripada daya tarik negatifnya, hanya aja daya tarik keburukan lebih kuat daripada daya tarik kebaikan. Untuk menjaga kesucian nafs ini manusia harus selalu mendekatkan diri pada Tuhan dengan bimbingan agama, dan di sinilah letaknya kebutuhan manusia terhadap agama. B. Agama Agama menurut bahasa sansekerta, agama berarti tidak kacau (a=tidak gama=kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan. Didunia baratter dapat suatu istilah
5
umum untuk pengertian agama ini, yaitu: religi, religie, religion, yang berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau mati-matian ,perbuatan ini berupa usaha atau sejenis per ibadatan yang dilakukan secara berulang ulang. Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan nya. Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang berarti: hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan dan pembalasan. Kesemuanya itu memberikan gambaran bahwa “addiin” merupakan pengabdian dan penyerahan, mutlak dari seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku tertentu, sebagai manifestasi ketaat anter sebut (Moh.Syafaat,1965). Dan secara umum, Agama adalah suatu system ajaran tentang Tuhan, dimana penganut-penganut nya melakukan tindakan-tindakan ritual, moral atau social atas dasar aturan-aturan-Nya.Oleh karena itu suatu agama mencakup aspek-aspek sebagai berikut 1. Aspek kredial, yaitu ajaran tentang doktrin-doktrin ketuhanan yang harus diyakini. 2. Aspekritual, yaitu tentang tata cara berhubungan dengan Tuhan, untuk minta perlindungan dan pertolongan-Nya atau untuk menunjuk kan kesetiaan dan penghambaan 3. Aspek moral ,yaitu ajaran tentang aturan berperilaku dan bertindak yang benar dan baik bagi individu dalam kehidupan. 4. .Aspeksosial, yaitu ajaran tentang aturan hidup bermasyarakat. Asal-usul terbentuk dan berkembangnya suatu agama dapat dikategorikan kedalam tiga jenis , yaitu: 1. Agama yang muncul dan berkembang dari perkembangan budaya suatu masyarakat disebut dengan Agama Budaya atau Agama Bumi (dalam bahasa Arab disebut Ardli) , seperti Hindu, Shinto, atau agama-agama primitive dan tradisional.
6
2. Agama yang disampaikan oleh orang-orang yang mengaku mendapat wahyu dari Tuhan disebut agama wahyu atau agama langit( dalam bahasa Arab langit disebut samawi) ,seperti Yahudi, Nasrani danI slam. 3. Agama yang berkembang dari pemikiran seorang filosof besar. Dia memiliki pemikiran-pemikiran yang mengagumkan tentang konsepkonsep kehidupan sehingga banyak orang yang mengikuti pandangan hidup nya dan kemudian Melembaga sehingga menjadi kepercayaan dan ideology bersama suatu masyarakat. Agama semacam ini dinamakan sebagai agama filsafat, seperti Konfusianisme (Konghucu), Taoisme, Zoroaster atau Budha. C. Islam Islam secara etimologis (lughawy) berasal dari tiga akar kata salam yang artinya damai atau kedamaian, salamah yang artinya keselamatan, aslama yang artinya berserah diri atau tunduk patuh. Sementara agama Islam dapat di definisikan sebagai suatu system ajaran ketuhanan yang berasal dari Allah swt, yang diturunkan kepada ummat manusia dengan wahyu melalui perantaraan Nabi Muhammad saw. Sebagai pedoman hidup manusia di dunia yang berisi peraturan perintah dan larangan agar manusia memperoleh kebahagaian di dunia dan di akhirat kelak. Manusia sebagai Kebutuhan Fitri Manusia terdiri dari dimensi fisik dan non fisik. Dimensi non fisik, yaitu jiwa (psyche), fikiran (ratio), dan rasa (sense). Rasa yang dimaksud adalah kesadaran manusia akan kepatuhan (senseofethic),
keindahan
(senseofaesthetic),
dan
kebertuhanan
(senseoftheistic). Rasa kebertuhanan (senseoftheistic) adalah perasaan pada diri seseorang yang menimbulkan keyakinan akan adanya sesuatu yang maha kuasa di luar dirinya (transcendence) yang menentukan segala nasib yang ada. Keyakinan akan adanya Tuhan di capai oleh manusia melalui tiga pendekatan, yaitu: 1. Material experien ceofhumanity. Membuktikan adanya Tuhan melalui kajian terhadap fenomena alam semesta. 2. Inner experien ceofhumanity. Membuktikan adanya Tuhan melalui kesadaran bathiniyyah dirinya. 7
3. Spiritual experien ceofhumanity. Membuktikan Tuhan di dasarkan pada wahyu yang di turunkan oleh Tuhan melalui Rasul-Nya. Sebab-sebab manusia perlu memeluk agama Manusia perlu memelukan agama sebab di samping manusia memiliki berbagai kesempurnaan, manusia juga memiliki kekurangan. Hal ini antara lain di gunakan oleh kata Al-Nafs menurut Quraish Shihab. Bahwa dalam pandangan Al-Qur’an Nafs di ciptakan Allah dalam keadaan sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh Al-Qur’an dianjurkan untuk di beri perhatian lebih besar. Sebagai mana firman Allah swt. Yang Artinya: “Demina serta demi penyempurna ciptaan, Allah mengilhamkan kepadanya kefasikan dan ketaqwaan”. (QS.Al-Syams:78) Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupanya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan. Sedangkan yang datang dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang di lakukan manusia yang secara sengaja berupa ingin memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluar kabiaya, tenaga dan fikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang di dalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari Tuhan. Allah berfirman dalam Al-Qr’ an SuratAl-Anfal: 36 Yang artinya: “sesungguh ya orang-orang yang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah”. (QS.Al-Anfal:36) Orang-orang kafir itu sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka gunakan agar orangorang mengikuti keinginannya. Barbagai bentuk budaya, hiburan, obat-obat terlarang dan lain sebaginya di buat dengan sengaja. Untuk itu, upaya membatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka agar taat menjalankan agama Godaan dan tantangan hidup demikian itu, saat ini meningkat, sehingga uapaya mengagamakan masyarakat menjadi penting
8
Islam sebagai agama yang sesuai dengan fitrah kemanusian Islam adalah suatu system ajaran ketuhanan yang berasal dari Allah SWT, di turunkan kepada ummat manusia dengan wahyu melalui perantaraan Nabi Muhammad saw. Sebagai agama yang datang dari Tuhan yang menciptakan manusia sudah tentua jaran Islam akan selaras dengan fitrah kejadian manusia. Fitrah dalam arti pembawaan asal manusia secara umum sejak kelahiran (bahkan sejak awal penciptaan) dengan segala karakteristiknya yang masih bersifat potensial atau masih berupa kekuatan tersembunyi yang masih perlu di kembangkan dan di arahkan oleh ikhtiar manusia baik fitrah yang berkaitan dengan dimensifisik atau non fisik, yaitu akal, nafsu, perasaan dan kesadaran (qalb) dan ruh. Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertamakali ditegaskan dalam ajaran Islam. Yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitrah manusia sebelumnya. Manusia belum mengenal kenyataaan ini. Baru masa ini, muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya dalam keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia memeluk agama. Sebagai mana firman Allah yang Artinya: “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dngan fitrah itu”. (QS.Ar-Rum:30). Adanya potensi fitrah agama yang terdapat pada manusia tersebut dapat pula di analisis melalui istilah Ihsan yang di gunakan Al-Qur’ an untuk menunjukan manusia. Mengacu kepada informasi yang di berikan Al-Qur’an, Musa Asy’ ari sampai pada suatu kesimpulan, bahwa manusia Ihsan adalah manusia yang menerima pelajaran dari tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya. Melalui uraian tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa dalam diri manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi beragama ini memerlukan pembinaan, pengarahan, dan seterusnya dengan mengenal agama kepadanya. Dengan arahan ajaran Islam, fitrah kemanusia anakan membawa manusia ke arah kebaikan dan ke selamatan baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Islam Sebagai Agama yang Lurus Islam merupakan agama yang lurus karena islam sebagai hidayah (petunjuk) dalam kehidupan umat manusia
9
sebagai mana firman Allah dalam surat Al-Baqarah : 38) “Nanti akan Aku berikan kepadamu petunjuk (dalam menempuh kehidupan). Barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku tersebut, niscaya mereka tidak akan di timpa rasa khawatir dan takut (dalam kehidupan) dan tidak akan bersedih hati ”. (Q.SAlBaqarah:38) Hidayah Allah untuk manusia Hidayah secara istilah Islam berarti ‘Petunjuk yang di berikan oleh Allah pada makhluk hidup agar mereka sanggup
menghadapi
tantangan
kehidupan
dan
menemukan
solusi
(pemecahan)‘ bagi persoalan hidup yang di hadapinya’. Oleh karena itu hidayah merupakan alat bantu yang di berikan oleh Allah kepada makhluk hidup untuk mempermudah menjalani kehidupannya Ada 4 tingkat hidayah yang di berikan oleh Allah swt. Kepada manusia, yaitu: 1. Hidayah ghariziyah (bersifat instinktif), yaitu petunjuk untuk kehidupan yang di berikan oleh Allah swt. Bersamaan dengan kelahiran berupa kemampuan untuk menghadapi kehidupan, sehingga sanggup untuk bertahapan hidup (fungsi survival). 2. Hidayah hissiyyah (bersifat indrawi), yaitu petunjuk berupa kemampuan indera dalam menangkap citra lingkungan hidup, sehingga ia dapat menentukan
lingkungan
mana
yang
sesuai
dengannya
sehingga
menemukan kenyamanan dalam menjalani kehidupan secara fisikal (fungsi adaptif). 3. Hidayah aqliyyah (bersifat intelektual) yaitu petunjuk yang di berikan oleh Allah swt. Berupa kemampuan berfikir dan menalar, yaitu mengolah segala informasi yang di tangkap melalui indera. Dengan kemampuan ini manusia memiliki kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga dapat memanipulasi dan mereka yang
salingkungan untuk
menciptakan kemudahan, kesejahteraan dan kenyamanan hidupnya (fungsi developmental atau pengembangan hidup). 4. Hidayah diniyyah (berupa ajaran agama) yaitu petunjuk yang di berikan Allah swt. Kepada manusia berupa ajaran-ajaran praktis untuk di terapkan dalam meniti kehidupan secara individual dan menata kehidupan secara komunal, bersama-sama orang lain, sehingga manusia mendapatkan
10
kebahagiaan dan kenikmatan hakiki dan ketenangan batin dalam menjalani kehidupannNYA. Hidayah ketiga dan ke empat ini hanya di berikan kepada umat manusia dengan kedua jenis hidayah inilah manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Dengan hidayah aqliyyah (kemampuan intelektual), manusia menjadi berbeda secara signifikan bila di bandingkan dengan binatang (demikian juga dengan jin dan malaikat). Dan dengan hidayah diniyyah (petunjuk agama), manusia dapat meningkatkan spirituallitasnya dan mencapai ketingkat yang lebih tinggi dari malaikat sekali pun Untuk membimbing manusia dalam meniti dan menata kehidupan, Allah menurunkan agamanya sebagai pedoman yang harus dijadikan referensi dalam menetapkan setiap keputusan, dengan jaminan ia akan terbebas dari segala kebingungan dan kesesatan. Firman Allah yang terjemahannya: “Nanti akan Aku berikan kepadamu petunjuk (dalam menempuh kehidupan). Barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku tersebut, niscaya mereka tidak akan di timpa rasa khawatir dan takut (dalam kehidupan) dan tidak akan bersedih hati”.(Q.SAlBaqarah:38). Dan Allah swt. Menegaskan bahwa satu-satunya hidayah yang benar yang Iaridhoi itu adalah agama islam.“Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah ISLAM”.“ Pada hari ini Aku lengkapkan bagimu agama mu dan Aku sempurnakann hikmat-Ku kepadamu. Dan Aku ridhoi Islam sebagai agamamu. Agama islam, dapat berperan dan berfungsi bagi manusia yang dapat dikembangkan oleh setiap individu, sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Pemberi makna bagi perbuatan manusia. Alat control bagi perasaan dan emosi. Pengendali bagi hawa nafsu yang terus berkembang. Pemberi reinfor cement (dorongan penguat) terhadap kecenderungan
berbuat baik pada manusia. 5. Penyeimbang bagi kondisi psikis yang berkembang
11
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dapat di simpulkan bahwa agama sangat di perlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (Sunn atu llah) yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayatqur’aniyah yang terdapat dalam Al-Qur’an, menyeimbangkan antara dunia dan akherat. Dengan ilmu
12
kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia. B. Saran Setelah memahami makalah ini, maka sebaiknya kita mempelajari sumbersumber hukum Islam, dalil-dalil yang shahih yang menunjukkan kepada kita hukum Allah swt, apa syarat-syarat ijtihad, dan bagaimana metode berijtihad yang benar sesuai batasan-batasan syariat. Kemidian mengapllikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
13
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Bengkulu,
2015
Penyusun
DAFTAR ISI i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... KATA PENGANTAR.......................................................................................i DAFATR ISI.....................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang......................................................................................1 B. Rumusan Masalah................................................................................1 C. Tujuan .................................................................................................1
14
BAB II PEMBAHASAN A. Manusia ................................................................................................2 B. Agama .................................................................................................6 C. Islam
.................................................................................................7
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan...........................................................................................13 B. Kritik dan Saran ...................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................iii
MAKALAH
ii AGAMA Manusia, Agama dan Islam
15
Disusun Oleh : Nur Apriansyah 15190041
Dosen Pembimbing : Sukirdi, M. Pd
JURUSAN PENJASKES DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS DEHASEN (UNIVED) BENGKULU 2015 DAFTAR PUSTAKA Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers. 2010
16
Tim Dosen Pendidikan Agama Islam UPI, 2009, Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup, Value Press, Bandung Amin, Syukur, Pengantar Studi Islam, Semarang: Pustaka Nuun, 2010 Ahmad, Supadie Didiek, dkk. Pengantar Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2011 J, Hasse, Pemetaan Teori Sosial dalam Penelitian Sosial Keagamaan, Makalah pada Pelatihan Metodologi Penelitian Islam Keagamaan, STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa, Tanggal. 26 September 2013 Miftah, Fathoni Ahmad, Pengantar Studi Islam, Semarang: Gunung Jati, 2001 Muhaiman Dimensi-Dimensi Studi Islam, Surabaya: Karya Abditama, 1994
iii
17