Pengaruh Posisi Pengelasan 3G Vertical Up dan Vertical Down Pada Material SA36 Terhadap Te rhadap Kekuatan Tarik Tarik Arif Dwi C., Eko Hariyadi, Hari yadi, Herry Supriyanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Mua!!adiya Malan" Jl. #aya Tlo"o!as $o.%&' Tlp. ()*&+&'&*-+% ( )*&+&'&*-+% Fa/. ()*&+&')0% Malan" '1+&& ABSTAK Pelat Pelat baja baja merupa merupakan kan kompon komponen en yang yang sangat sangat serin sering g diguna digunaka kan n dalam dalam indust industri ri terutama dalam industri perkapalan. Pada bagian lambung kapal, pelat baja merupakan kompon komponen en yang yang memili memiliki ki peran peran penting penting dalam dalam pembua pembuatan tan ranca rancang ng bangun bangun denga dengan n mengguna menggunakan kan metode las vertikal vertikal dan horizontal. horizontal. Salah Salah satu posisi posisi pengelasa pengelasan n yang seri sering ng digu diguna naka kan n dala dalam m peny penyam ambu bung ngan an plat plat baja baja yang yang seri sering ng digu diguna naka kan n adal adalah ah pengelasan pada pada posisi 3G yaitu yaitu dengan arah vertikal. Pengelasan 3G merupakan salah satu posisi pada pengelasan yang dilakukan juru las dengan penyambungan material dengan las dari atas ke bawah (vertical down) atau dari bawah ke atas (vertical up). Dimana pengelasan menggunakan pengelasan SMAW yaitu pengelasan dengan menggunkakkan menggunkakkan elektroda terbungkus. Material yang digunakkan pada penelitian ini baja karbon rendah SA-36 dengan ketebalan 12 mm dengan pengelasan 3G up up arus 100A, 3G up arus arus 120A, 3G down arus arus 100 dan 3G down arus arus 120 dengan dengan elektroda elektroda E7016 dan E7018. E7018. Penelitian Penelitian ini dilakukan dilakukan pengujian pengujian tarik untuk untuk mengetauhi kekuatan sambungan pada pengelasan vertikal. Setelah dilakukan pengujian tarik didapat didapat hasil hasil kekuatan kekuatan tarik terbesar terbesar pada posisi 3G 3G 2 up dengan arus 100A dengan rata-rata 121,6516 kN/mm lebih tinggi dari pada posisi 3G up 120A, 3G down 100A dan 3G down 120A dari kekuatan material sebelum dilas sebesar 110,762 110,762 kN/mm2 . Berdas Berdasark arkan an prose prosess penge pengelas lasan an yang yang dilaku dilakuka kan n didapa didapatt bahwa bahwa sambu sambunga ngan n pada pada weld weld metal metal bisa bisa dikata dikataka kan n sempu sempurna rna dimana dimana dapat dapat mening meningkat katkan kan sambungan pada pengelasan baja SA-36, sehingga posisi patahan bergeser ke daerah HAZ. Hal ini menunjukan bahwa dengan tebal plat 12 mm, posisi 3G up dengan arus 100A lebih tinggi dibanding dengan posisi 3G up 120A, 3G down 100A dan 3G down 120A. Kata Kunci :
Plat, Pengelasan SMAW, baja SA-36, Posisi 3G up dan down, Kekuatan
tarik.
teka tekana nan n terh terhad adap ap kond kondis isii ranc rancan ang g bangun bangun yang yang sedang sedang dijala dijalanka nkan n atau atau dipergunakan.
!" P#$DA%U&UA$ '"' &atar Belakang Pelat Pelat baja baja merupa merupakan kan kompon komponen en yang yang sanga sangatt serin sering g diguna digunakan kan dalam dalam indu indust stri ri teru teruta tama ma dala alam ind industr ustrii otom otomot otif if,, indu indust stri ri perk perkap apal alan an,, alat alat tran transp spor orta tasi si,, kepe keperl rlua uan n alat alat ruma rumah h tangga tangga bahkan bahkan keperl keperluan uan bangun bangunan. an. Pelat Pelat baja memiliki ketahana ketahanan n unggul unggul terhadap korosi dimana dapat meng mengur uran angi gi kont kontam amin inas asii mini minimu mum. m. Pelat Pelat baja difungsika difungsikan n sebagai sebagai luasan luasan bidan bidang g yang yang akan akan terke terkena na beban beban atau atau
Dalam industri perkapalan, pelat baja merupa merupakan kan kompon komponen en yang yang memilik memilikii peran penting dalam pembuatan rancang bangun terutama pada bagian lambung kapa kapal. l. Pem Pembuat buataan pela elat baja haru haruss memenuhi proses tahapan agar mendapatkan kualitas yang baik. Proses Open hearth hearth proses proses ters terseb ebut ut meli melipu puti ti Open merupakan proses peleburan bijih besi dalam dalam tungku tungku besar besar yang yang mana mana untuk untuk 1
memproduksi baja dalam jumlah besar. Setelah open hearth proses dilanjutkan dengan tahapan electic funance yang mana difungsikan sebagai penyulingan bahan untuk memberikan komposisi yang dibutuhkan. Kemudian Oxygen proses yang dilakukan dengan cara sebuah jet oksigen dengan kemurnian tinggi diarahkan ke permukaan logam cair untuk memperbaiki stuktur baja tersebut. Proses terakhir adalah chemical additional to steel yang mana proses ini adalah penambahan bahan kimia yang berfungsi untuk menjadikan kualitas baja ini menjadi lebih baik dengan komposisi yang sesuai. Walaupun tahapan yang digunakan sudah sesuai standart yang diberikan industri, namun pelat baja yang digunakan pada lambung kapal akan tetap memiliki kekurangan. Hal tersebut dikarenakan pelayaran kapal dilakukan di laut maka sifat korosif dari air laut merupakan permasalahan yang cukup kompleks. Tekanan dari air laut juga mempengaruhi ketahanan dari pelat baja pada lambung kapal. Selain itu penyambungan pelat dengan cara pengelasan juga akan mempengaruhi seberapa kuat pelat yang dipergunakan untuk pembuatan lambung kapal tersebut pada saat menerima beban dan tekanan. Dengan tekanan yang diterima suatu pelat maka pada proses pengelasan harus dilakukan sebaik mungkin untuk mendapatkan hasil yang terbaik, mulai dari posisi pengelasan, elektroda, dan arus yang digunakan yang akan menjadi acuan untuk proses produksi pada industri perkapalan.
perkapalan mengalami perpatahan atau retak yang terjadi pada bagian pengelasan tersebut. Kasus yang terjadi yaitu pada lambung kapal mengalami kebocoran. Meterial yang umum digunakan untuk lambung kapal lain adalah pelat baja jenis ASME SA-36. Umumnya lambung kapal tidak mengalami cacat material yang dapat menjadi pemicu retak yang dapat mengakibatkan kebocoran karena kelelahan (Fatigue). Lambung kapal dapat mengalami retak yang menimbulkan kebocoran karena disebabkan oleh beban kejut yang sangat besar, dalam hal ini adalah tekanan dari laut. Pengelasan dalam industri manufactur memiliki peranan penting pada proses penyambungan logam. Pada dasarnya proses pengelasan adalah penyambungan dua material atau lebih biasanya material metal yang menyebabkan peleburan diantara material yang disambungkan. Bermacam cara dan pengembangan telah dilakukan untuk mendapatkan metode alternatif yang dapat menyambungkan logam yang dilas. Terdapat beberapa metode pengelasan yang dibedakan dari cara pengelasan itu sendiri seperti : pengelasan cair, pengelasan tekan, dan pematrian. Dari metode tersebut masih dibedakan dari sumber panas las yang digunakan, elektroda yang dicairkan hingga posisi pengelasan pada bidang material yang akan di las. Pengelasan 3G merupakan salah satu posisi pada pengelasan yang dilakukan juru las dengan penyambungan material dengan las dari atas ke bawah (vertical up) atau dari bawah ke atas (vertical down). Parameter pengelasan 3G ini yang terpenting adalah posisi pengelasan dan besar arus yang
Pada daerah sekitar pengelasan merupakan daerah yang paling rawan mengalami patah (Crack) yaitu : sabungan las itu sendiri, daerah HAZ (Heat Afeccted Zona), dan daerah sekitar pengelasan (logam induk). Banyak kasus dalam industri 2
digunakan dengan metode las busur listrik.
'"+ Batasan Masalah Mengingat sangat kompleknya penelitian dalam pengelasan, maka ada batasan permasalahan agar pembahasannya dapat lebih terfokus dan tujuan yang diinginkan. Adapun batasan-batasan masalahnya adalah sebagai berikut:
Untuk mendapatkan kualitas dan kekuatan sambungan yang baik tidak mudah untuk dilakukan. Karena parameter-parameter proses pengelasan harus disesuaikan dengan jenis sambungan yang sesuai dengan WPS (Welding Procedure Specification) yang meliputi material yang disambung, desain manufaktur, dan material tool. Pada bagian yang akan diteliti adalah bagian hasil lasan yaitu kekuatan ditempat diberikannya pengelasan dengan beberapa variasi arus, sehingga dapat diketahui bagaimana perubahan yang terjadi pada bagian pengelasan tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan baja karbon ASME SA36.
1. Material logam yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelat baja SA-36. 2. Proses pengelasan yang digunakan adalah las listrik . 3. Posisi pengelasan menggunakan 3G (arah vertical) 4. Variasi parameter (variasi arus listrik yang digunakan). 5. Ketebalan pelat 12 mm. 6. Spesimen menggunakan standart ASME II. 7. Membahas tentang pengaruh hasil pengelasan terhadap kekuatan tarik.
Dari beberapa penelitian yang ada masih diketahui tentang kekuatan hasil pengelasan 3G dengan menggunakan beberapa variasi arus pada busur listrik terhadap ASME SA-36.
!!" T!$,AUA$ PUSTAKA ("' De-inisi &as Definisi pengelasan menurut DIN ( Deutsche Industrie Norman), adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair.
Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang Pengaruh Posisi Pengelasan 3G Vertical up Dan Vertical Down Dengan Variasi Arus Pada Material SA-36 Terhadap Kekuatan Tarik.
Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las merupakan sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. (Wiryosumarto, 2008 : 1).
'"( u)usan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahannya, bagaimana pengaruh posisi pengelasan 3G vertical up dan vertical down dengan variasi arus pada material SA-36 terhadap kekuatan tarik?
("( Klasi-ikasi .ara/cara Pengelasan
2erdasarkan 3lasifikasi pen"elasan dapat di4a"i dala! ti"a kelas uta!a yaitu5 pen"elasan 6air, pen"elasan tekan dan pe!atrian.
'"3 Tu*uan Penelitian
+. 7en"elasan 6air adala 6ara pen"elasan di!ana sa!4un"an dipanaskan sa!pai !en6air den"an
Tujuan penelitian dilakukan yaitu untuk mendapatkan pengaruh hasil kekuatan tarik pada pengelasan 3G Vertical Up dan Vertical Down pada material SA-36. 3
su!4er panas dari 4usur listrik atau se!4uran api "as yan" ter4akar. %. 7en"elasan tekan adala 6ara pen"elasan di!ana sa!4un"an dipanaskan dan ke!udian ditekan in""a !en8adi satu. *. 7e!atrian adala 6ara pen"elasan di!ana sa!4un"an diikat dan disatukan den"an !en""unakan paduan lo"a! yan" !e!punyai titik 6air renda. Dala! 6ara ini lo"a! induk tidak turut 6air. (9iryosu!arto, %)+&5 0
2.4 Macam –Macam Elektroda
Secara umum elektroda dibedakan menjadi 2, yaitu elektroda polos dan elektroda berselaput atau terbungkus. 1. Elektroda polos elektroda polos merupakan elekroda yang terdiri hanya dari kawat tanpa memiliki lapisan fluks. 2. Elektroda berselaput elektroda berselaput merupakan elektroda berlapis bahan fluks yang memegang peranan penting sebagai
("3 &as Busur &istrik
1. Pemantap busur dan penyebab kelancaran pemindahan butir-butir cairan logam. 2. Sumber terak atau gas yang dapat melindungi logam cair terhadap udara di sekitarnya. 3. Pengatur penggunaan 4. Sumber unsur-unsur paduan.
Las busur yang merupakan pengelasan dengan menggunakan panas untuk mencairkan material dasar atau logam induk dan elektroda (bahan pengisi). Panas tersebut dihasilkan oleh lompatan ion listrik yang terjadi antara katoda dan anoda (ujung elektroda dan permukaan pelat yang akan dilas). Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa arus busur listrik yang terjadi. Bila digunakan arus listrik besar maka butiran logam cair yang terbawa menjadi halus dan sebaliknya bila arus kecil maka butirannya menjadi besar.
Fluks biasanya terdiri dari bahanbahan tertentu dengan perbandingan tertentu pula. Bahan-bahan yang digunakan dpat digolongkan dalam bahan pemantapan busur, pembuat terak, penghasil gas, deoksidator, unsur paduan unsur paduan dan bahan pengikat. Bahan tersebut antara lain oksida-oksida logam , karbonat, silikat, fluorida, zat organik, baja paduan dan serbuk besi. (Wiryosumarto, 2008 : 9).
Pola pemindahan logam cair sangat mempengaruhi sifat mampu las dari logam. Logam mempunyai sifat mampu las yang tinggi bila pemindahan terjadi dengan butiran yang halus. Pola pemindahan cairan dipengaruhi oleh besar kecilnya arus dan komposisi dari bahan fluks yang digunakan. Bahan fluks yang digunakan untuk membungkus elektroda selama pengelasan mencair dan membentuk terak yang menutupi logam cair yang terkumpul di tempat sambungan dan bekerja sebagai penghalang oksidasi.
American Welding Society (AWS) telah membuat suatu sistem klasifikasi untuk mengidentifikasi berbagai elektroda las. Seluruh elektroda baja karbon dan baja paduan proses las SMAW, cara penulisannya diawali huruf E yang menandakan elektroda dan diikuti dengan 4 digit angka (AWS EXXXX).
Dua digit pertama merupakan kekuatan tarik dari logam las (all weld 4
metal) dama satuan ksi. Digit ketiga menandakan posisi pengelasan dan digit keempat merupakan jenis fluks yang menyelimuti kawat las elektroda. Misalkan jika disebutkan elektroda dengan tipe AWS EX 1X2X3X4 / E7018 maka berarti : E = elektroda diameter 3,2 mm).
diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar 10º – 20º terhada garis vertikal dan 70º – 85º terhadap benda kerja.
(E7018 UP
X1X2 / 70 = kekuatan tarik logam las (dalam ksi) (kekuatan tarik E7018 = 70 ksi). X3 /1
DOWN
2.6 Kampuh V
Sambungan kampuh (groove) V dipergunakan untuk menyambung logam atau plat dengan ketebalan 6-15 mm. Sudut kampuh antara 60-700, jarak akar 2 mm, tinggi akar 1-2 mm
= posisi pengelasan.
1 : semua posisi pengelasan. 2: posisi pengelasan mendatar dan horisontal. 3: posisi pengelasan mendatar. X4 / 8 = jenis fluks (E7018 memliki jenis fluks serbuk besi).
(Hery Sonawan, 2004: II-24). ("0 Klasi-ikasi Ba*a Kar1on
Berdasarkan jenis elektroda dan diameter kawat elektroda arus mesin las dapat ditentukan seperti pada tabel dibawah ini:
2a8a kar4on adala paduan antara 4esi dan kar4on den"an sedikit Si, Mn, 7, S, dan Cu (9iryosu!arto, +:15 :. Sifat dari 4a8a kar4on san"at ter"antun" pada kadar kar4on. 2erdasarkan kadar kar4onnya, 4a8a di4edakan !en8adi ti"a 5
Tabel 2.1 : Spesifikasi Arus Menurut Tipe Elektroda dan Diameter dari Elektroda (Soetardjo, 1997). Diameter M m
a. 2a8a kar4on renda, den"an kandun"an kar4on kuran" dari ),*;
Tipe elektroda dan amper yang digunakan E 6010
Inch
2,5
3/32
-
3,2
1/8
4
3/32
5
3/16
5,5
7/32
-
6,3
1/4
-
8
5/16
-
80120 120160 150200
E 6014 80125 110160 150210 200-
E 7018 70100 115165 150220 200-
E 7024 70145 140190 180250 230-
E 7027
E 7028
-
-
125185 160240 210-
140190 180250 230-
275 260340 330415 90500
275 360430 315400 375470
305 275375 335430
300 250350 300420
250 275365 335430
-
-
-
4. 2a8a kar4on sedan", den"an kandun"an kar4on ),*; - ),&1; 6. 2a8a kar4on tin""i, den"an kandun"an kar4on ),&1; - +,0); (9iryosu!arto, %)))
("2 Pengu*ian Tarik
7roses pen"u8ian tarik 4ertu8uan untuk !en"etaui kekuatan tarik 4enda u8i. 7en"u8ian tarik untuk kekuatan tarik daera las di!aksudkan untuk !en"etaui apakan kekuatan las !e!punyai nilai yan" sa!a, le4i renda atau le4i tin""i dari kelo!pok
2.5 Pengelasan Posisi Vertikal 3G
Pengelasan ini termasuk pengelasan yang cukup sulit karena bahan cair yang mengalir dapat menumpuk diarah bawah tetapi dapat 5
raw materials.
7en"u8ian tarik untuk kualitas kekuatan tarik di!aksudkan untuk !en"etaui 4erapa nilai kekuatannya dan di!anaka letak putusnya suatu sa!4un"an las. 7e!4e4anan tarik adala pe!4e4anan yan" di4erikan pada 4enda den"an !e!4erikan "aya tarik 4erlawanan ara pada sala satu u8un" 4enda. 7enarikan "aya teradap 4e4an akan !en"aki4atkan ter8adinya peru4aan 4entuk (defor!asi 4aan terse4ut. 7roses ter8adinya defor!asi pada 4aan u8i adala proses per"eseran 4utiran kristal lo"a! yan" !en"aki4atkan !ele!anya "aya elektro!a"netik setiap ato! lo"a! in""a terlepas ikatan terse4ut ole penarikan "aya !aksi!u!. 7ada pen"u8ian tarik 4e4an di4erikan se6ara kontinu dan pelan
Tabel 3.1 Model Penelitian No.
!!!" M#TD&G! P#$#&!T!A$ 3"' Diagra) Aliran Penelitian
Posisi Pengelasan
Arus (ampere)
1
Vertikal ke atas
100
120
2
Vertikal ke bawah
100
120
Dala! penelitian ini yan" di teliti yaitu pen"elasan *> up +))A , *> up +%)A, *> down +))A dan *> down +%)A. Masin" !asin" dari pen"elasan terse4ut di4utukan * spesi!en untuk !en"etaui rata-rata dari * spesi!en terse4ut.
3"( Bahan
Men""unakan 4a8a paduan SA-*' 4er4entuk plat yan" !erupakan 4a8a kar4on renda. Di produksi ole J=A$>SU SHA>A$> >#?U7 HUAIGANG SPECIAL STEEL .CO.LTD, CHAIWAN, HONG KONG. Spesifikasi baja SA-36 adalah sebagai berikut: Carbon (C) : 0,25 % Silicon (Si) : 0,40 % Mangan (Mn) : 0,45% Posfor (P) : 0,04 % Sulfur (S) : 0,05 % Tembaga (Cu) : 0,01%
3"+Alat U*i tarik Spesifikasi alat pen"u8ian tarik adala se4a"ai 4erikut5
Merek 5 Si!ad@u Corporation Model 5 UH-*)) k$ C+ *) B $o!or !esin 5 +%&)*1*H))0& 3apasitas 5 %)) k$ Taun pe!4uatan 5 %)+1 2uatan 5 Jepan"
3"3 Model Penelitian 6
a. 3G up 100 A
1
1" 3G up '( A
Ga)1ar 3"'4 Alat u*i tarik Shi)ad5u IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
c" 3G down ' A
4.1 Bahan Eksperimen Sebelum Diuji
Bahan Eksperimen : Baja SA-36 Bentuk bahan eksperimen : Plat Panjang, p = 260 mm , l = 110 mm Lebar, l = 110 mm Kekuatan tarik sebelum disambung : 110,762 kN/mm2 Tegangan Tarik sebelum disambung : 0,402 kN/mm2
4"( %asil Pengu*ian Tarik Pengujian tarik dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang untuk mendapatkan nilai kekuatan sambungan dari masingmasing spesimen hasil pengelasan SMAW menggunakan posisi 3G up 100A, 3G up 120A, 3G down 100A dan 3G down 120A. Adapun data yang diperoleh dari hasil pengujian tarik adalah sebagai berikut:
Ta1el +"'4 Bentuk Patahan %asil Pengu*ian Tarik 3eteran"an5 7ata ulet ditandai den"an penyerapan ener"i disertai adanya defor!asi plastis yan" 6ukup 4esar di sekitar pataan, sein""a per!ukaan pataan na!pak kasar, 4ersera4ut . 4.3 Hasil Pengujian Tarik Pada Tiaptiap Spesimen
7
4.4 Analisa Hasil Pengujian Tarik d" 3G down '( A
Tabel. 4.6 Data Hasil Pengujian tarik
Gambar 4.1: Grafik Uji Tarik Rata-rata Batas Luluh, Kekuatan tarik dan Beban Patah. Gambar 4.2 : Grafik Data Hasil Perhitungan Rata-rata Tegangan Tarik, Regangan dan Modulus Elastisitas. Gambar 4.1, menunjukkan diagram hubungan antara kekuatan tarik dengan pengelasan SMAW posisi 3G pada arus 100 Ampere sifat mekaniknya lebih dominan dibandingkan dengan model pengelasan yang lainnya, seperti kekuatan tarik maksimum pada posisi 3G dengan arus 100A yaitu rata-rata sebesar 121.65167 kN, pada kenyataannya hasil penelitian pengelasan 3G atau vertikal hasilnya tidak terlalu jauh, namun untuk pengelasan 3G down cinderung memiliki kekuatan tarik yang lebih rendah. Pada hasil pengelasan SMAW posisi 3G yang telah diuji tarik didapat bahwa sambungan pada weld metal bisa dikatakan sempurna, dimana dapat meningkatkan sambungan pengelasan SMAW posisi 3G pada baja SA-36, sehingga posisi patahan bukan lagi di daerah las melainkan bergeser ke daerah HAZ bahkan terdapat patah pada logam induk. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan hasil pengelasan SMAW posisi 3G lebih tinggi dibanding dengan kekuatan pengelasan pada posisi 3G up arus 120A, 3G down arus 100A dan 3G down arus 120A.
Dari hasil proses pengelasan SMAW posisi 3G up dan down pada spesimen no. 1 sampai 12 didapat bahwa sambungan pada weld metal sempurna yang dapat meningkatkan sambungan, posisi patahan bergeser ke daerah HAZ. Dari kekuatan material sebelum dilas sebesar 110,762 kN/mm2 meningkat menjadi lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan tarik logam lasan lebih tinggi dari kekuatan logam induk. Pada titik tersebut material sudah menunjukkan gejala-gejala patah berupa retakan-retakan. Retakan-retakan yang sudah mulai timbul pada titik ultimate stress akan semakin bertambah besar dan akhirnya material akan patah pada titik Fracture stress yaitu pada beban patah. 8
Hamidi, 2007, Metode Penelitian dan V" K#S!MPU&A$ Dari pengelasan SMAW posisi 3G pada material SA-36 yang telah dilakukan dengan menggunakkan arus 100 dan 120 pada masing-masing posisi up dan down kemudian diuji tarik untuk mengetahui kekuatan tariknya. Yang mana rata-rata kekuatan tarik terbesar terdapat pada posisi 3G up dengan arus 100A yaitu sebesar 121.65167 kN/mm2 dari kekuatan tarik baja sebelum dilas yaitu 110.762 kN/mm2 .
Teori Komunikasi, UMM Press,
Malang. Hery
Soenawan,
2003,
Teknik
Las
Listrik. Http://www.hima-tl.ppns.ac.id, Diakses pada tanggal 10 Februari 2017. Http://www.pengelasan.com,
Diakses
pada tanggal 15 Februari 2017. Http://www.jetzukaj.blogspot.co.id/2014/ 02/posisi-pengelasan.html, Diakses pada tanggal 20 Februari
Berdasarkan proses pengelasan yang telah diuji tarik didapat bahwa sambungan pada weld metal bisa dikatakan sempurna, dimana dapat meningkatkan sambungan pada pengelasan baja SA-36, sehingga posisi patahan bergeser ke daerah HAZ. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pengelasan pada plat tebal 12 mm pada pengelasan SMAW posisi 3G up dengan arus 100A didapat kekuatan hasil pengelasan lebih tinggi dibanding dengan kekuatan pengelasan pada posisi 3G up arus 120A, 3G down arus 100A dan 3G down arus 120A.
2017. Saiful Huda, dkk., Analisa Pengaruh Variasi Arus dan Bentuk Kampuh Pada Pengelasan SMAW Distorsi Sudut
dan
Kekuatan
Tarik
Sambungan Butt-Join Baja AISI 4140, 2013.
Soetardjo, 1977. Teknik Pengelasan. Wiryosumarto,
H.,
1979,
Teknik
pengelasan Logam, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta. Wiryosumarto,
H.,
pengelasan
2000,
Logam,
Teknik
Erlangga,
Jakarta. Yanuardi Pribadi, dkk., Pengaruh Posisi Pengelassan dan Jenis Elektroda Temper Head Welding Terhadap Ketangguhan Hasil Las SMAW
Da-tar Pustaka Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian,
Pada Baja SS 41, Teknik Mesin,
Universitas Brawijaya Malang,
Rineka Cipta, Jakarta.
2011.
ASME Boiler and Pressure Veseel Code Section IX.
9