PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY TERHADAP PENINGKATAN SIKAP ILMIAH KELAS VII DI MTs PATRA MANDIRI PLAJU PALEMBANG
Indah Wigati 1, Erie Agusta 2, Suaibah 3*
1,2,3 Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Raden Fatah Palembang,
Jl. Prof. K. H. Zainal Abidin Fikri No. 1A KM 3.5, Palembang 30126, Indonesia
*Email:
[email protected]
Telp: +62896-5803-6950
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of Guided Inquiry learning model on improving students' scientific attitudes on science subjects. This research was conducted at MTs Patra Mandiri Plaju Palembang on August 21 until August 28, 2017. The research method used in this research is quantitative with Quasi Experimental Design research design in the form of Nonequivalent Control Group Design. Population in this study all students of class VII MTs Patra Mandiri Plaju Palembang consisting of 5 classes which amounted to 185 students. Sampling was used by using purvosive sampling technique. The sample of this study class VII E as experiments amounted to 39 and class VII D as a control class amounted to 36 students. In the learning process, the experimental class is taught by using Guided Inquiry model and control class is taught with Cooperative Learning Model Discussion type. The data collection instrument used in this research is non test in the form of questionnaire and observation of students' scientific attitude. Meanwhile, the instrument guides have been validated by 2 experts namely 1 lecturer and 1 teacher. The results of this study indicate that the average N-gain of the experimental class is 0.69 which belongs to the medium category and the average N-gain for the control class is 0.30 which belongs to the low category. Data analysis using t-test with significant level 0,05 obtained t count = 3,840 while t table = 1,669 seen that t hitung> t tabel. Therefore (Ha) is accepted and (Ho) is rejected so it can be concluded that there is a significant influence on Guided Inquiry learning model to increase students' scientific attitude on science subjects in MTs Patra Mandiri Plaju Palembang.
Keywords: Guided Inquiry learning model; Student's Scientific Attitude; MTs Patra Mandiri Plaju Palembang.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajan Guided Inquiry terhadap peningkatan sikap ilmiah siswa pada mata pelajaran IPA. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Patra Mandiri Plaju Palembang pada 21 Agustus sampai 28 Agustus 2017. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian Quasi Experimental Design dalam bentuk Nonequivalent Control Group Design. Populasi pada penelitian ini seluruh siswa kelas VII MTs Patra Mandiri Plaju Palembang yang terdiri dari 5 kelas yang berjumlah 185 siswa. Pengambilan sampel digunakan dengan menggunakan teknik purvosive sampling. Sampel penelitian ini kelas VII E sebagai eksperimen berjumlah 39 dan kelas VII D sebagai kelas kontrol berjumlah 36 siswa. Pada proses pembelajaran, kelas eksperimen diajarkan dengan menggunakan model Guided Inquiry dan kelas kontrol diajarkan dengan model Cooperative Learning tipe Diskusi. Instrumen pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah non tes berupa angket dan observasi sikap ilmiah siswa. Sedangkan, panduan instrumen tersebut telah divalidasi oleh 2 pakar yakni 1 dosen dan 1 guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa N-gain rata-rata kelas eksperimen adalah 0,69 yang termasuk kategori sedang dan N-gain rata-rata untuk kelas kontrol 0,30 yang termasuk kategori rendah. Analisis data menggunakan uji-t dengan taraf signifikan 0,05 diperoleh thitung = 3,840 sedangkan ttabel = 1,669 terlihat bahwa thitung > ttabel. Oleh karena itu (Ha) diterima dan (H0) ditolak dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran Guided Inquiry terhadap peningkatan sikap ilmiah siswa pada mata pelajaran IPA di MTs Patra Mandiri Plaju Palembang.
Kata Kunci: Model pembelajaran Guided Inquiry; Sikap Ilmiah SIswa; MTs Patra Mandiri Plaju Palembang.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha menarik sesuatu di dalam manusia sebagai upaya memberikan pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah dan luar sekolah yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi kemampuan-kemampuan individu agar dikemudian hari dapat memainkan peran hidup secara tepat (Triwiyanto, 2014). Sehubungan dengan itu Hasbullah (2013) juga berpendapat, pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 81A (2013), saat ini kita berada pada abad 21 yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang pesat, sehingga sains dan teknologi merupakan salah satu landasan penting dalam pembangunan bangsa. Begitu pula halnya dengan kurikulum sebagai jantungnya pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementa sikan secara kontekstual untuk merespon kebutu han daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan yang terjadi selama belajar di sekolah dan di luar dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler terjadi proses pembelajaran untuk mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan sikap.
Pengembangan sikap ilmiah peserta didik dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran sains juga berperan penting dalam mencapai hasil belajar maupun membentuk karakter keseharian peserta didik. Berdasarkan pendapat Wisudawati dan Sulistyowati (2014), salah satu hakikat IPA, yaitu sikap ilmiah yang mengandung makna yang bebeda dengan karakter peserta didik meskipun memiliki nama yang sama. Contoh sikap ilmiah IPA yaitu teliti, jujur, cermat, rasa ingin tahu, dan disiplin. Sikap ilmiah tersebut jika dapat diterapkan dalam memecahkan masalah yang ada di masyarakat dan diterapkan dalam bersikap pada kehidupan bermasyarakat maka dinamakan karakter seseorang.
Berdasarkan kenyataan di lapangan, dalam belajar peserta didik dihadapkan dengan sejumlah materi yang harus dihafalkan tanpa diberi kesempatan untuk memaknai materi yang dipelajari, sehingga peserta didik banyak belajar tetapi kurang mampu memberi makna belajar dan karakter ilmiah juga kurang terbentuk. Rendahnya sikap ilmiah peserta didik juga terjadi di MTs Patra Mandiri Plaju Palembang. Berdasarkan nilai hasil instrumen awal berupa observasi sikap ilmiah peserta didik yang dilakukan dalam pembelajaran IPA kelas VII materi pengukuran, didapatkan rata-rata skor peserta didik perwakilan satu kelompok dari 5 kelas terdapat 2 kelas yang termasuk dalam kategori rendah yakni Kelas VIID adalah 54%, Kelas VIIE adalah 53%. karena hal ini juga ditunjukkan dengan nilai hasil ulangan harian di kelas VII diperoleh nilai rata-rata dari kelima kelas tersebut dua kelas termasuk rendah yaitu kelas VIID dengan nilai rata-rata 78,6 dan VIIE dengan nilai rata-rata 77,4.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap siswa kelas VII MTs Patra Mandiri Plaju Palembang Palembang yang dilakukan terhadap siswa ditemukan bahwa rendahnya sikap ilmiah yang berpengaruh pada hasil belajar siswa tersebut terjadi karena siswa kurang paham dan menguasai konsep-konsep IPA yang dipelajari. Siswa beranggapan bahwa materi IPA adalah materi hafalan, sehingga mereka kesulitan untuk menguasai konsep materi pembelajaran. Metode ceramah, diskusi dan tanya jawab yang guru gunakan membuat siswa merasa bosan dan kurang menarik untuk diperhatikan, guru menjelaskan dengan cepat dan tidak memberi kesempatan pada siswa untuk mencatat, membuat siswa beranggapan IPA itu mata pelajaran yang membosankan, sulit untuk diingat (hafal) dan abstrak karena ketidakmampuan siswa menemukan sendiri inti dari pembelajaran, siswa tidak aktif dan tidak terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran sehingga semangat siswa untuk belajar kurang.
Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan sikap ilmiah siswa dan menggali kemampuan siswa dalam kegiatan belajar tingkat SMP/MTs yaitu model pembelajaran Guided Inquiry merupakan suatu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk mengidentifikasikan masalah dan mampu menemukan sendiri kesimpulan yang didapat dari pengumpulan data yang diperoleh (Wisudawati dan Sulistyowati, 2014).
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII semester ganjil pada 21 Agustus sampai dengan 28 Agustus 2017 yang dilaksanakan di MTs Patra Mandiri Plaju Palembang, beralamat di Jalan D.I. Panjaitan Samping Kantor Pos Plaju Palembang. Jenis penelitian yang digunakan penelitian kuantitatif. Desain penelitian ini menggunakan Quasi eksperimental dengan bentuk Nonequivalent Control Group Design. Variabel Independent dalam penelitian ini Model Pembelajaran Guided Inquiry
dan Variabel dependent penelitian ini yakni Sikap
Ilmiah. Pada penelitian ini populasi yang diambil adalah siswa kelas VII MTs Patra Mandiri Plaju Palembang tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 185 orang siswa yang tersebar dalam 5 kelas.
Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Dalam penelitian ini peneliti menggunakan purposive sampling, dengan pertimbangan kehomogenan tersebut dipilih 2 kelas yaitu dari kelas VIID sebagai kelas kontrol yang akan menggunakan model diskusi yang berjumlah 39 siswa dan VIIE sebagai kelas Eksperimen yang akan menggunakan model Guided Inquiry yang berjumlah 36 siswa.
Teknik pengumpulan data berupa Observasi skap ilmiah, Angket sikap ilmiah dan dokumentasi. Instrumen penelitian divalidasi terlebih dahulu sebelum diujicobakan ke siswa. Kriterianya validitas instrumen menggunakan rumus korelasi r tabel product moment yaitu butir pernyataan dikatakan valid jika r xy r tabel pada taraf signifikansi 0,05. Butir pernyataan angket yang diuji berjumlah 30 soal, dimana 24 yang valid dan reliabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Angket Awal Sikap Ilmiah
Hasil data rata-rata Angket Awal sikap ilmiah yang didapatkan pada kelas eksperimen yakni 65% maupun kelas kontrol yakni 67%. Selisih yang terlihat dari kedua kelas tersebut yakni 2%. Dapat dilihat pada gambar 1 dalam bentuk diagram batang.
Angket Akhir Sikap Ilmiah
Berdasarkan data Angket Akhir diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 85% dengan kategori sangat tinggi dan kelas kontrol sebesar 81% dengan kategori tinggi. Dapat dilihat pada gambar 1 dalam bentuk diagram batang.
Gambar 1. Diagram Batang Persentase Angket Awal dan Akhir Sikap Ilmiah
Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
N-Gain
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat rata-rata N-Gain kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata N-Gain kelas kontrol. Rata-rata N-Gain untuk kelas eksperimen adalah 0,69 dengan kategori sedang sedangkan rata-rata N-Gain kelas kontrol adalah 0,30 dengan kategori rendah. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat N-Gain siswa pada kelas eksperimen, berikut gambar 2 berupa diagram batang n-gain.
Gambar 2. Diagram Batang N-Gain Sikap Ilmiah
Uji Normalitas
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Angket Awal dan akhir dengan Teknik Shapiro-Wilk
No Kelas Signifikan Keterangan
Eksperimen (Awal) 0,429 > 0,05 Data berdistribusi normal
Kontrol (Awal) 0,012 > 0,05 Data berdistribusi normal
Eksperimen (Akhir) 0,158 > 0,05 Data berdistribusi normal
Kontrol (Akhir) 0,158 > 0,05 Data berdistribusi normal
(Sumber: Dok. Pribadi, 2017)
Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah didapatkan, dapat diketahui bahwa nilai uji normalitas untuk kelas ekperimen dan kelas kontrol yaitu sebesar 0,429, 0,158 dan 0,012 > 0,05, maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas Shapiro-Wilk, kedua data dinyatakan berdistribusi normal.
Uji homogenitas
Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas Angket Awal dan Akhir dengan Teknik Levene Statistic
Sikap_Ilmiah
Angket Levene Statistic df 1 df 2 Sig
Awal 0,623 1 73 0,474
Akhir 2,681 1 73 0,617
(Sumber: Dok. Pribadi, 2017)
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang telah didapatkan diketahui bahwa nilai signifikan uji homogenitas untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu sebesar 0,474 dan 0,617 > 0,05, maka dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji homogenitas Levene Statistic, dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok memiliki varian yang sama atau homogen.
Uji hipotesis
Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis (Uji-t)
Thitung/ Ttabel
Nilai t
Hasil uji-t
Keterangan
Thitung
3,840
Nilai Thitung > Ttabel
Ha Diterima
Ttabel
1,993
(Sumber: Dok. Pribadi, 2017)
Berdasarkan tabel di atas nilai ttabel untuk df = 73 adalah sebesar 1,993, dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Dengan nilai thitung > ttabel, maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji-t Independent sample, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima artinya terdapat pengaruh model pembelajaran Guided Inquiry terhadap penguasaan konsep siswa di SMP Negeri 19 Palembang. Keputusan yang diperoleh adalah terima Ha, yang artinya siswa pada kelas ekperimen dan kelas kontrol berbeda signifikan atau mempunyai Sikap Ilmiah yang berbeda.
Pembahasan
Berdasarkan analisis data nilai lembar angket akhir sikap ilmiah menggunakan uji-t (Independen sample T-tes), diperoleh thitung lebih kecil dari ttabel yaitu 0,000 (<0,05) dengan demikian dinyatakan bahwa terdapat perbedaan sikap ilmiah peserta didik dengan menggunkan model pembelajaran Guided Inquiry dan Cooperative (Diskusi Kelompok). Hal ini terlihat dari skor rata-rata sikap ilmiah peserta didikdisetiap aspek menujukkan bahwa berbeda antara kelompok ekperimen menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry dengan kelas kontrol yang menggunakan Cooperative (Diskusi Kelompok). Hal ini disebabkan oleh karena model pembelajaran Guided Inquiry yaitu proses pembelajaran yang berlangsung berpusat pada peserta didik (student centered) dan peserta didik dituntut untuk merancang sendiri prosedur percobaan untuk memecahakan suatu permasalahan yang diberikan guru. Hal ini juga dibuktikan dari hasil rata-rata presentase aspek sikap ilmiah dilihat dari lembar angket.
Berdasarkan hasil data rata-rata persentase aspek sikap ilmiah berdasarkan lembar angket dan observasi sikap ilmiah pada kelas ekperimen dan kelas kontrol selama 3 kali pertemuan sudah terlihat baik. Pada aspek rasa ingin tahu, peresentase sikap ilmiah peserta didik kelas ekperimen lebih besar (95%) dibandingkan kelas kontrol (89,3 %). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar peserta didik memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam pempelajari biologi khususnya klasifikasi makhluk hidup. Hal ini disebabkan karena strategi pada model yang digunakan memiliki kelebihan dalam penyajian masalah yang terdapat dalam wancana Lembar Kerja Peserta Didik (LKS).
Pada aspek terhadap data dan fakta, perbedaan siikap peserta didik kelas ekperimen dan kelas kontrol (89,3% dan 86,9%) sebesar 2,4%. aspek respek terhadap data dan fakta kelas ekperimen dan kelas kontrol berada pada katagori tinggi dan rendah. Hal ini menunjukan bahwa kelas ekperimen sebagian besar peserta didik sudah cukup baik dalam aspek respek terhadap data dan fakta karena dengan model Guided Inquiry peserta didik dibiasakan memecahakan masalah dan merancang pengamatan/praktikum dengan pemikirannya sendiri sehingga sikap objektif dan kejujuran dalam mengungkapkan hasil pengamatan/praktikum akan tinggi. Selain itu model Guided Inquiry merupakan pemahaman pembelajaran melalui proses yang dialami peserta didik, bukan hasil. Sehingga peserta didik melaporkan hasil yang mereka peroleh apa adanya tanpa memanipulasi data.
Pada aspek sikap kritis, pesentase sikap ilmiah peserta didik kelas ekperimen (88,7 %) lebih besar dari kelas kontrol (87,3%). Peserta didik pada kelas kontrol dengan model Cooperative Learning (Diskusi kelompok) masih belum terbiasa mengkritisi proses pembelajaran yang dialaminya sehingga peserta didik lebih memilih percaya saja walaupun ada bukti kuat yang didapatinya. Pada aspek berpikir terbuka pada kelas ekperimen sebesar 89 % lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol sebesar 87,3 %. Pada kedua kelas, baik kelas ekperimen dan kelas kontrol dilakukan kegiatan diskusi kelompok. Kegiatan diskusi kelompok akan membiasakan sikap saling kerjasama pada diri peserta didik. Karena diskusi kelompok yang dilakukan pada setiap proses pembelajaran untuk bersama-sama memecahakan masalah dan menemukan konsep. Hal ini juga menunjukan bahwa peserta didik mampu bertoleransi terhadap teman kelompoknya dengan baik. Peserta didik memiliki cara pandang yang berbeda melihat suatu permasalahan. Cara pandang yang berbeda membuat peserta didik memiliki pendapat yang berbeda pula. Dalam banyaknya perbedaan peserta didik mampu menunjukan sikap menghargai pendapat maupun jawaban yang berbeda.
Pada aspek sikap tekun, perbedaan pesentase rata-rata pada kelas ekperimen dan kelas kontrol (88,9% dan 85,7 %) adalah sebesar 3,2%. Hal ini menunjukan bahwa sikap tekun kelas ekperimen dan kelas kontrol nilainya tidak jauh beda saat pembelajaran berlangsung. Pada penelitian ini, peserta didik menujukkan bahwa peserta didik mudah bosan dalam melakukan percobaan/ pengamatan. Sebagian besar peserta didik mudah terpengaruh dengan teman kelompok lain yang selesai lebih awal. Hal ini terjadi beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa perlakuan yang berbeda menyebabkan terjadinya hasil akhir yang berbeda antara kelompok eksperimen yang diajarkan menggunakan model Guided Inquiry dengan kelompok kontrol yang ajar dengan Cooperative Learning (Diskusi kelompok).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada uji hipotesis data Angket Akhir sikap ilmiah menunjukkan bahwa nilai Sig = 0,000 < 0,05 Nilai thitung = 3,840 > ttabel = 1,993 dapat disimpulkan bahwa penerapan model Guided Inquiry berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan sikap ilmiah peserta didik.Kelas VII MTs Patra Mandiri Plaju Palembang.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anwar, H. (2009). Penilaian Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu. 5(2): 103-114.
[2] Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
[3] Gunawan, I. (2016). Pengantar Statistik Inferensial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
[4] Hasbullah. (2013). Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
[5] Kemendikbud. (2013). Implementasi Kurikulum. Permendikbud Nomor 81 A. Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.
[6] Ristanto, R. H. (2010). Pembelajaran Berbasis Guided Inquiry Dengan Multimedia dan Lingkungan Riil Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Kemampuan Awal. (Tesis). Surakarta : Universitas Sebelas Maret Surakarta
[7] Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta
[8] Trianto. (2013). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara.
[9] Triwiyanto, T. (2014). Pengantar Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.
[10] Widoyoko, E. P. (2014). Penilaian Hasil Belajar di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[11] Wisudawati, A. W., Sulistyowati, E. (2014). Metodologi Pembelajaran IPA.Jakarta: Bumi Aksara.
[12] Yasar, S., Anagun, S. S. (2009). Reliability and Validity Studies of The Science and Technology Course Scientific Attitude Scale. Journal Of Turkish Science Education. 6(2): 43-54.
[13] Yenice, N., Saydam, G. (2010). 8th Grade Students' Science Attitudes And Views About Nature Of Scientific Knowledge. Journal Of Qafqaz University. 29(1): 39.