85
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di era Globalisasi ini, pendidikan menjadi hal yang penting bagi masyarakat Indonesia agar mampu mengimbangi kemajuan zaman yang sangat pesat. Undang – undang No. 20 th 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945, berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan dan meningkatkan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional".
Tujuan dari proses pembelajaran di perguruan tinggi pada umumnya terfokus pada prestasi akademik yang maksimal. Hal tersebut dikarenakan nilai akademik merupakan salah satu indikator yang mencerminkan kemampuan mahasiswa. Selain itu, kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi berperan pada pemberian informasi yang faktual dan pengembangan penalaran yaitu pemikiran yang logis dalam menentukan jawaban yang benar atau salah atas suatu permasalahan.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Lohr dalam sufnawa (2008) menyebutkan bahwa (IQ) hanya 25% berperan terhadap keberhasilan dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Goleman (2000 : 4) berpendapat bahwa Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan – kekuatan lain, salah satunya yaitu kecerdasan emosional (EQ).
Konsep dan teori tentang kecerdasan emosional memberikan harapan baru kepada dunia pendidikan yang selama ini lebih berorientasi pada IQ (Intelligence Quotient) sebagai sesuatu yang bersifat pembawaan. Dengan mengelola kecerdasan emosional dalam proses belajar-mengajar, tidak hanya siswa yang memilki IQ tinggi yang dapat berhasil dalam belajar namun siswa yang memiliki IQ rendah juga dapat mencapai hasil belajar yang tinggi pula.
Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan diperguruan tinggi, namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah (Goleman, 2002). Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami mahasiswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence mahasiswa.
Goleman menyatakan bahwa khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Proses belajar mengajar di perguruan tinggi dalam berbagai aspeknya sangat berkaitan dengan kecerdasan emosional mahasiswa. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan mahasiswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang relatif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan oranga lain.
Hal ini diperkuat dengan pendapat Solovey (Goleman, 2002 : 57-59) yang membagi EQ menjadi lima yaitu kemampuan mengenal diri (kesadaran diri), mengelola emosi, memotivasi diri, mengendalikan emosi orang lain, berhubungan dengan orang lain (empati). Kemampuan-kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.
Kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual masih belum cukup dalam menentukan kesuksesan seseorang, tetapi juga harus didukung oleh faktor–faktor lain, diantaranya adalah minat belajar. Seseorang yang memiliki minat belajar akan memiliki keinginan, perhatian dan cita-cita. Oleh karena itu minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu.
Hal itu sejalan dengan yang dikatakan oleh Nasution (2007:58) bahwa pelajaran akan berjalan lancar apabila ada minat. Seseorang yang malas, tidak belajar,dan gagal dalam meraih hasil dan prestasi disebabkan karena tidak ada minat. IQ selama ini diyakini sebagai satu-satunya hal yang menentukan keberhasilan masa depan anak. Namun hasil penelitian terbaru dalam bidang psikologi anak menunjukkan bahwa kecerdasan emosi juga sama pentingnya dengan IQ dalam menentukan keberhasilan masa depan anak. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa 60 % dari semua mahasiswa di Inggris bukan karena IQ-nya yang rendah, melainkan karena motif prestasinya yang lemah, yang dalam banyak keadaan lebih kuat pengaruhnya terhadap prestasi (Supriadi, 1997: 8).
Surya (1979) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa faktor-faktor non-intelektual mempunyai kontribusi yang besar terhadap timbulnya gejala berprestasi kurang. Faktor non-intelektual tersebut antara lain sikap dan kebiasaan belajar, motif berprestasi, minat belajar, kekurangmatangan, ketergantungan,pengalaman masa kecil, kualitas hidup keluarga, dan hubungan sosial
Slameto (2010 : 180) menyatakan bahwa minat dapat diukur dari memperhatikan dan mengenang apa yang dipelajari, ada rasa suka dan senang, ada rasa keterikatan, lebih menyukai dari pada yang tidak diminati, dan partisipasi pada kegiatan. Bila seseorang tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yang dipelajari maka sulit diharapkan seseorang tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Seperti yang diungkapkan oleh Efendi dan Praja (2004:122) belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat. Hal ini diperkuat dengan pendapat Muhibbin Syah (2003:136) minat besar sekali pengaruhnya terhadap aktivitas belajar, karna ada daya tarik baginya.
Berdasarakan pendapat dan teori - teori yang tersebut diatas, maka disimpulkan bahwa keberhasilan dan kesuksesan seseorang dalam meraih hasil belajar yang optimal tidak hanya dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual melainkan ada faktor lain yang memiliki pengaruh besar, salah satunya adalah kecerdasan emosional (EQ) dan minat belajar. Kedua faktor tersebut menurut Goleman (2000 : 4) dan Lohr dalam sufnawa (2008) mampu memperkuat seseorang dalam menggerakkan dan meningkatkan kemampuan – kemampuan intelegensi yang ada dalam diri seseorang dengan tujuan seseorang tersebut dapat meraih hasil belajar yang maksimal.
Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi sebagai aktivitas dari suatu proses interaksi tindak pengajar dan tindak belajar yang dapat diukur dengan teknik – teknik penilaian tertentu oleh pendidik. Sudjana (2004 : 22) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Berdasarkan teori taksonomi Bloom ( Dimayti dsn mujiono, 2006:201) hasil belajar dicspsi melalui tiga kategori yaitu, (1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan penilaian, (2) Ranah afektif, berhubungan dengan perhatian, sikap, penghargaan, nilai, perasaan dan emosi. (3) Ranah psikomotor, meliputi keterampilan motorik.
Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkatan pengetahuan yang dicapai seseorang terhadap materi yang diterima ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran.
Program studi pendidikan ekonomi akuntansi mengajarkan mahasiswa mata perkuliahan mengenai dasar – dasar akuntansi, tujuan akuntansi, hingga penyusunan laporan keuangan. Pengetahuan tentang dasar – dasar akuntansi keuangan merupakan langkah awal yang harus dipelajari dan dikuasai oleh mahasiswa untuk dapat memahami lebih lanjut materi penyusunan laporan keuangan. Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal, selain kemampuan intelektual mahasiswa akuntansi juga harus memliki minat belajar dan mampu mengendalikan emosional, karena materi pendidikan akuntansi tidak hanya memfokuskan pada hasil perhitungan semata, namun juga memerlukan kemampuan logika berpikir, ketekunan dan pengendalian emosi. Hal ini karena lulusan pendidikan akuntansi akan mampu menyampaikan ilmu yang dimikinya kepada calon peserta didik mereka dimasa depan secara maksimal.
Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Rachman (2011) didapatkan hasil bahwa kecerdasan emosional (EQ) siswa berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar. Kemudian Kristina (2006) yang mendapakan hasil dari penelitiannya yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan Intelektual (IQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) berpengaruh secara slimutan terhadap hasil belajar siswa. Lianita (2013) dalam skripsinya pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar mahasiswa menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar mahasiswa.
Kristina menggabungkan antara EQ, IQ dan SQ sebagai variable penelitiannya dan memfokuskan pada IQ, EQ, dan SQ yang berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar secara slimutan, namun dari hasil penelitian tersebut masih kurang sempurna karena sulit membedakan anatara EQ dan SQ sehingga tidak diketahui secara pasti apakah EQ atau SQ yang lebih berpengaruh terhadap hasil belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Racman menyimpulkan bahwa EQ berpengaruh terhadap motivasi belajar penelitian tersebut jelas berbeda karena penulis meneliti EQ dan minat belajar terhadap hasil belajar. Penelitian yang hampir mendekati yaitu penelitian yang dilakukan oleh lianita, akan tetapi penelitian tersebut hanya menjadikan kecerdasan emosional sebagai variabelnya sedangkan penelitian yang akan dilakukan saat ini menjadikan kecerdasan emosional dan minat belajar sebagai variabel, diharapkan keduanya dapat secara bersama – sama berpengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa.
Pada hakekatnya mahasiswa bukan tidak cerdas namun secara emosi maupun secara keyakinan mereka kurang bisa mengendalikan diri dengan baik apalagi dalam hal self confidence (kepercayaan pada diri sendiri). Mereka tidak percaya pada diri sendiri baik dalam proses pembelajaran ataupun ujian, mereka cenderung lebih lebih suka mengeluh dan banyak bertanya pada saat ujian maupun pada saat praktek. Hal ini menyebabkan nilai yang diperoleh oleh para mahasiswa yang telah mempelajari dasar – dasar akuntansi masih relative rendah. Dari hasil pengamatan sebelumnya hanya 20% mahasiswa yang mendapat nilai baik. Ini dikarenakan masih banyak mahasiswa yang tidak focus saat proses pembelajaran dasar – dasar akuntansi keuangan, mereka beralasan karena adanya perasaaan gelisah yang tidak beralasan, sehingga sering mengakibatkan mahasiswa tidak memperhatikan dosen saat belajar.
Disamping itu, kemampuan mahasiswa dalam menumbuhkan keinginan dan minat belajar untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi juga masih sangat kurang. Para mahasiswa juga memilki sifat acuh baik dengan dosen maupun kepada sesama mahasiswa dan cenderung mengabaikan pendapat sesama mahasiswa. Kurangnya rasa empati diantara sesama mahasiswa sehingga saat diadakan diskusi kelas banyak mahasiswa yang tidak menyimak dan cenderung bercerita, bermain, dan mengantuk. Adapula mahasiswa yang cenderung mengabaikan pelajaran dikarenakan kurang percaya diri dan tidak paham akan materi yang diajarkan sehingga mereka tidak mampu untuk menghadapi kesulitan belajarnya.
Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian yang terkait dengan kecerdaan emosional (EQ) dan minat belajar perlu dilakukan dengan diharapkan EQ dan Minat Belajar dapat bersinergi dan saling menunjang mahasiswa untuk mempertahankan dan meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Bersinerginya antara kemampuan intelektual, manajemen emosi dan kemauan serta minat belajar maka mahasiswa akan lebih dapat memaknai keberhasilan & kestabilan prestasi. Berdasarkan pada latar belakang yang dipaparkan diatas, maka dalam penelitian ini diambil judul "Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada matari Dasar – dasar Akuntansi Keuangan di FKIP-UIR Pekanbaru Tahun Pelajaran 2013/2014".
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ada banyak permasalah yang muncul dan dapat diungkapkan dari Kecerdasan Emosional (EQ) dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada mata kuliah Dasar – dasar Akuntansi Keuangan di FKIP-UIR Pekanbaru Tahun Pelajaran 2013/2014, yang terdiri dari :
Menduga rendahnya hasil belajar Mahasiswa Pendidikan Ekonomi dikarenakan kecerdasan emosional mereka yang masih rendah..
Terdapat mahasiswa yang kurang mampu mengatur suasana hati yang reaktif, serta kurang mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain.
Kurangnya hubungan sesama mahassiswa sehingga Kerjasama dalam kelompok belajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan masih belum maksimal.
Kurangnya perhatian mahasiswa dalam memperhatikan dan menyimak dosen saat memberikan materi pembelajaran.
Kemampuan mahasiswa dalam menumbuhkan keinginan dan minat belajar untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi masih sangat kurang.
Kurangnya kepercayaan pada diri sendiri dalam proses pembelajaran dikelas dan saat ujian.
Batasan Masalah
Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam belajar, maka perlu dilakukan pembatasan masalah untuk tercapainya tujuan penelitian. Adapun batasan masalah adalah sebagai berikut :
Kecerdasan Emosional (EQ) meliputi mengenali diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan dengan orang lain
Minat Belajar meliputi kecendrungan seseorang memperhatikan dan mengenang apa yang dipelajari, rasa suka dan senang, rasa ketertarikan dalam belajar, lebih menyukai dari hal yang tidak diminati, dan partisipasi pada kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar mahasiswa yang dipakai adalah Nilai Tes pada Materi Dasar – dasar Akuntansi yang diujikan pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi semester III Tahun Ajaran 2013/2014 FKIP UIR Pekanbaru.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada matteri Dasar – dasar Akuntansi Keuangan di FKIP-UIR Pekanbaru Th. 2013/2014 ?
Bagaimana Pengaruh Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada matteri Dasar – dasar Akuntansi Keuangan di FKIP-UIR Pekanbaru Th. 2013/2014 ?
Bagaimana Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada matteri Dasar – dasar Akuntansi Keuangan di FKIP-UIR Pekanbaru Th. 2013/2014 ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui "Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada materi Dasar – dasar Akuntansi Keuangan di FKIP-UIR Pekanbaru Th. 2013/2014
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan acuan untuk mengembangkan penelitian yang terkait dengan masalah Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar yang dapat mempengaruhi hasil belajar, sehingga dapat menambah dan memperluas ilmu yang dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Manfaat Praktis
Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi mahasiswa dan dapat memberikan motivasi yang kuat untuk bisa belajar secara mandiri.
Bagi Dosen
Diharapkan penelitian ini mampu menjadi salah satu referensi bagi dosen agar dapat menyampaikan bahan ajar yang bisa membangkitkan kecerdasan emosional mahasiswa dan juga menumbuhkan minat belajar mahasiswa .
Bagi Universitas
Menjadi kajian bagi Universitas sebagai salah satu sumber informasi ilmiah yang terkait pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar mahasiswa terhadap hasil belajar mahasiswa dalam menyerap ilmu pengetahuan di tingkat pendidikan tinggi serta dapat digunakan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Definisi Operasional
Definisi Operasional Untuk memperjelas, menyamakan persepsi atas istilah guna menghindari penafsiran yang berbeda pada variable penelitian, maka dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kecerdasan Emosional (EQ) adalah suatu kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dan orang lain dengan menggunakan perasaannya untuk dapat memandu pikiran dan tindakannya yang dapat diukur melalui kemampuan mengenal diri (kesadaran diri), kemampuan mengelola emosi (penguasaan diri), kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengendalikan emosi orang lain, kemampuan berhubungan dengan orang lain (empati).
Minat Belajar adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus yang berkaitan dengan perasaan senang terhadap apa yang telah diperoleh yang dapat diukur melalui perasaan senang, perhatian dalam belajar, bahan pelajaran dan sikap pengajar yang menarik, sertamanfaat dan fungsi mata pelajaran.
Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat dari suatu proses interaksi tindak pengajar dan tindak belajar yang dapat diukur dengan teknik – teknik penilaian tertentu oleh pendidik. Dalam hal ini hasil belajar didapat adalah Nilai Tes pada materi dasar – dasar Akuntansi yang diujikan kepada Mahasiswa semester III Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi Tahun Ajaran 2013/2014 FKIP UIR Pekanbaru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Dasar Belajar
Belajar menurut istilah adalah "usaha (berlatih) dan sebagai upaya mendapatkan kepandaian". Sedangkan menurut istilah yang dipaparkan oleh Slameto (2003) secara psikologis "belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri. Belajar merupakan hal terpenting yang harus dilakukan manusia untuk
menghadapi perubahan lingkungan yang senantiasa berubah setiap waktu, oleh
karena itu hendaknya seseorang mempersiapkan dirinya untuk menghadapi
kehidupan yang dinamis dan penuh persaingan dengan belajar, dimana
didalamnya termasuk belajar memahami diri sendiri, memahami perubahan, dan
perkembangan globalisasi.
Sehingga dengan belajar seseorang siap menghadapi
perkembangan zaman yang begitu pesat. Belajar merupakan suatu proses
perubahan sikap dan perilaku yang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
pendapat tersebut didukung oleh penjelasan Slameto (2010:2) bahwa :
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan maka bermunculan pula berbagai macam teori tentang belajar. Wasty (2006) mengelompokkan teori belajar menjadi tiga kelompok, yaitu:
Teori Belajar Behavioristik
Yaitu, tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan.
Teori Belajar Kognitif
Yaitu, tingkah laku seseorang didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Teori Belajar Humanistik
Teori ini lebih menekankan pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh pengalaman mereka sendiri.
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan mahasiswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan Hamalik (1995: 48) hasil belajar adalah "Perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang". Pendapat tersebut didukung oleh Sudjana (2005: 3) "hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki seseorang setelah menerima pengalaman
Bloom di dalam Sudjana (2007: 22-32) menyatakan bahwa tingkat kemampuan atau penugasan yang dapat dikuasai oleh mahasiswa mencakup tiga aspek yaitu:
Kemampuan kognitif (cognitive domain) adalah kawasan yang berkaitan
dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang biasa diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini terdiri dari:
Pengetahuan (Knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.
Pemahaman (Comprehension), mengacu pada kemampuan memahami makna materi.
Penerapan (Application), mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.
Analisis, mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke
dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.
Sintesis (synthesis), mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.
Evaluasi, mengacu pada kemampuan memberikan
pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.
Kemampuan afektif (The affective domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:
Kemampuan menerima (Receiving), mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan respon terhadap stimulasi yang tepat.
Sambutan (Responding), merupakan sikap mahasiswa dalam memberikan respon aktif terhadap stimulus yang datang dari luar, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan perpartisipasi dalam suatu kegiatan.
Penghargaan (Valueving), mengacu pada penilaian atau pentingnya kita mengaitkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak memperhitungkan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap yang apresiasi.
Pengorganisasian (Organizing), mengacu pada penyatuan nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
Karakteristik nilai (Characterization by value), mencakup kemampuanuntuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya.
Kemampuan psikomotor (The psychomotor domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi system syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri
dari:
Persepsi (Perseption), mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.
Kesiapan (Ready), mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan.
Gerakan terbimbing (Guidance response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi)
Gerakan yang terbiasa (Mechanical response), mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.
Gerakan kompleks (Complexs response), mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancer, tepat, dan efisien.
Penyesuaian pola gerak (Adjusment), mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
Kreatifitas (Creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan sendiri. Dari ketiga kemampuan ini dijadikan dasar sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh mahasiswa untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam menempuh pembelajaran selanjutnya. Kemampuan dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sudjana (2004 : 22) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik terpadu dalam satu kegiatan di antara keduannya itu terjadi interaksi dengan pendidik. Kemampuan yang dimiliki peserta didik dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.
Dengan demikian hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar. Horwart Kingsley (dalam Sudjana, 2004:22) membagi tiga macam hasil belajar mengajar:
keterampilan dan kebiasaan
pengetahuan dan pengarahan
sikap dan cita-cita.
Sutrisno (2008:25) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar. Menurut Skiner (Muhibbin, 2007:64 ) "Belajar adalah proses adaptasi ( penyesuaian tingkah laku ) yang berlangsung secra progresif ".
Menurut Hintzman ( Muhibbin, 2007:65 ) Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut ".
Menurut Wittig (Muhibbin 2007:65) "Belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam / keseluruhan tingkah laku organisme sebagai hasil pengalaman"
Menurut Slameto ( 2010:2) "Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya"
Menurut Chaplin ( Muhibbin, 2007:65) "Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman ".
Menurut H.Y W alluyun dalam nurben ( Damayanti, 2010: 17 ) " Hasil belajar merupakan penentuan akhir dalam menentukan serangkaian hasil belajar".
Soedijanto mandefinisikan, tentang hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh belajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah di tetapkan. Senada dengan definisi tersebut, munadir mendefinisikan. belajar sebagai penrubahan dalam disposisi atau kapabalitas manusia selama periode waktu tertentu yang disebabkan oleh proses perubahan, dan perubahan itu dapat diamati dalam bentuk perubahan tingkah laku yang dapat bertahan selama beberapa periode waktu.
Dari defenisi diatas maka dapat disimpulkan belajar merupakan proses usaha yang dilakukan oleh seseorang yang ingin memperoleh perubahan tingkah laku, mendapatkan pengetahuan baru dan mampu mencapai prestasi. Dalam hal penelitian ini, hasil belajar diukur melalui tes mengenai mater Dasar-dasar Akuntansi yang telah dipelajari sebelumnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu sebagai berikut :
Faktor yang berasal dari diri sendiri ( internal )
Faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari luar. Yang termasuk faktor ini adalah panca indra yang tidak berfungsi sebagaimana mesti nya, misalnya sakit, cacat tubuh atau perkembangan tidak berfungsi, berfungsinya kelenjer tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.
Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas :
Faktor intelektif yang meliputi fakta pontesial yaitu kecerdasan dan bakat
Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.
Faktor kematangan fisik maupun psikis
Faktor yang berasal dari luar diri( eksternal )
Faktor sosial terdiri atas : masyarakat, pergaulan, dan mass media
Faktor budaya seperti adat istiadat, pengetahuan, teknologi dan kesesuaian
Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar
Faktor lingkungan spiritual dan keagaman.
Dasar – Dasar Akuntansi
Defenisi akuntansi ditinjau dari sudut pemakai adalah suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi, informasi yang dihasilakn diperlukan untuk membuat perencanaan yang efektif, pengawasan dan pengambilan keputusan oleh pimpinan organisasi. Sedangkan defenisi akuntansi ditinjau dari proses kegiatan adalah sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisasian data keuangan suatu organisasi.
Faktor pendukung dalam proses akuntansi diantaranya meliputi jurnal/jurnal khusus sebagai tempat dicatatnya transaksi, buku besar sebagai tempat postingan dari jurnal, Neraca saldo sebagai tempat mencatat seluruh saldo di buku besar, Neraca lajur sebagai tempat pengikhtisaran seluruh rekening agar menghasilkan laporan keuangan yang akurat. Konsep akuntansi akan sangat dibutuhkan untuk mempelajari bagaimana pengolahan data keuangan dalam sebuah organisasi atau perusahaan.
Prinsip akuntansi juga diperlukan untuk menunjang pemahaman mengenai konsep dan dasar akuntansi. Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang kegiatannya terdiri atas pengumpulan dan pengolahan data keuangan suatu unit organisasi dan pengkomunikasian hasilnya kepada pihak yang berkepentingan untuk mengambil keputusan ekonomik. Ilmu akuntansi sebenarnya dipelajari untuk membentuk suatu laporan keuangan yang baik dan mudah dimengerti serta akurat. Dalam konsep yang lebih besar konsep akuntansi ini akan bermanfaat untuk perusahaan seperti manajer untuk mengambil keputusan, pemegang saham, atau pemilik perusahaan.
Dasar – dasar akuntansi adalah materi yang mempelajari mengenai tentang konsep dasar penyusunan laporan akuntansi yang mencangkup ruang lingkup akuntansi serta penjabarannya, fungsi akuntansi sampai dengan penyusunan pembuatan laporan keuangan. Hakekatnya materi ini merupakan langkah awal bagi mahasiswa untuk dapat mempelajari metode penyususnan laporan keuangan lebih lanjut.
Kecerdasan Emosional (EQ)
Definisi keberhasilan hidup tidak hanya dipengaruhi oleh IQ, pandangan baru yang berkembang mengatakan bahwa ada kecerdasan lain di luar kecerdasan intelektual (IQ) seperti bakat, ketajaman sosial, hubungan sosial, kematangan emosi dan lain-lain yang harus dikembangkan juga. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan emosional (EQ) (Melandy dan Aziza, 2006). Kecerdasan emosional petama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog bernama Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire Amerika untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.
Salovey dan Mayer (1990) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga dapat membantu perkembangan emosi dan intelektual. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa kecerdasan emosi menuntut seseorang untuk belajar mengakui, menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat dan menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.
Goleman (2000 : 4) berpendapat bahwa Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan – kekuatan lain, salah satunya yaitu kecerdasan emosional (EQ). Proses belajar mengajar di perguruan tinggi dalam berbagai aspeknya sangat berkaitan dengan kecerdasan emosional mahasiswa. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan mahasiswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang relatif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan oranga lain. Hal ini diperkuat dengan pendapat Solovey (Goleman, 2002 : 57-59) yang membagi EQ menjadi lima yaitu kemampuan mengenal diri (kesadaran diri), mengelola emosi, memotivasi diri, mengendalikan emosi orang lain, berhubungan dengan orang lain (empati).Kemampuan-kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.
Dari beberapa pendapat yang dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain, dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Komponen Kecerdasan Emosional
Solovey (Goleman, 2002 : 57-59) membagi kecerdasan emosional menjasdi lima bagian yaitu tiga komponen berupa kompetensi emosional (yaitu kemampuan mengenal diri (kesadaran diri), mengelola emosi, memotivasi diri) dan dua komponen berupa kompetensi sosial (mengendalikan emosi orang lain, berhubungan dengan orang lain (empati). Lima komponen kecerdasan emosional tersebut adalah sebagai berikut:
kemampuan mengenal diri / Pengenalan Diri (Self Awareness)
Pengenalan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya dan digunakan untuk membuat keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan memiliki kepercayaan diri yang kuat. Unsur-unsur kesadaran diri, yaitu:
Kesadaran emosi (emosional awareness), yaitu mengenali emosinya sendiri dan efeknya
Penilaian diri secara teliti (accurate self awareness), yaitu mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri.
Percaya diri (self confidence), yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri.
Mengelola emosi Pengendalian Diri / Self Regulation
Pengendalian diri adalah kemampuan menangani emosi diri sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu segera pulih dari tekanan emosi. Unsur-unsur pengendalian diri, yaitu:
Kendali diri (self-control), yaitu mengelola emosi dan desakan hati yang merusak.
Sifat dapat dipercaya (trustworthiness), yaitu memelihara norma kejujuran dan integritas.
Kehati-hatian (conscientiousness), yaitu bertanggung jawab atas kinerja pribadi.
Adaptabilitas (adaptability), yaitu keluwesan dalam menghadapi perubahan.
Motivasi diri (Motivation)
Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif. Unsur-unsur motivasi, yaitu:
Dorongan prestasi (achievement drive), yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.
Komitmen (commitmen), yaitu menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga.
Inisiatif (initiative), yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.
Optimisme (optimisme), yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.
Berhubungan dengan orang lain (empati)
Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. Unsur-unsur empati, yaitu:
Memahami orang lain (understanding others), yaitu mengindra perasaan dan perspektif orang lain dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka.
Mengembangkan orang lain (developing other), yaitu merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan orang lain.
Memanfaatkan keragaman (leveraging diversity), yaitu menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang.
Mengendalikan emosi orang lain / Ketrampilan Sosial (Social Skills)
Ketrampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelasaikan perselisihan, dan bekerjasama dalam tim. Unsur-unsur ketrampilan sosial, yaitu:
Pengaruh (influence), yaitu memiliki taktik untuk melakukan persuasi.
Komunikasi (communication), yaitu mengirim pesan yang jelas dan meyakinkan.
Manajemen konflik (conflict management), yaitu negoisasi dan pemecahan silang pendapat.
Kepemimpinan (leadership), yaitu membangitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain.
Minat Belajar Mahasiswa
Pengertian Minat
. Bila seseorang tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yang dipelajari maka sulit diharapkan seseorang tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Seperti yang diungkapkan oleh Efendi dan Praja (2004:122) belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat.
Sedangkan menurut Bimo Walgito (1981: 38) minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut, minat mempunyai hubungan yang erat dengan dorongan dalam diri individu yang kemudian menimbulkan keinginan untuk berpartisipasi atau terlibat pada suatu yang diminatinya. Seseorang yang berminat pada suatu obyek maka akan cenderung merasa senang bila berkecimpung di dalam obyek tersebut sehingga cenderung akan memperhatikan perhatian yang besar terhadap obyek. Perhatian yang diberikan tersebut dapat diwujudkan dengan rasa ingin tahu dan mempelajari obyek tersebut.
Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara berkelompok. Di dalam kelompok tersebut terjadi suatu interaksi antar siswa yang juga dapat menumbuhkan minat terhadap kegiatan tersebut.
Crow dan crow mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang lain, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (Djaali,2007 : 121).
Minat secara bahasa diartikan dengan kesukaan, kecenderungan hati terhadap suatu keinginan. Sedangkan arti minat menurut istilah diartikan oleh sebagian tokoh sebagai berikut :
Menurut Slameto (2010:180), Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.
Mahfud Shalahuddin, mengemukakan minat secara sederhana, minat adalah perhatian yang mengandung unsur – unsur perasaan.
Menurut Abu Ahmadi, minat adalah sikap seseorang termasuk tiga fungsi jiwa (kognisi, konasi, dan emosi) yang tertuju pada sesuatu dan dalam hubungan itu terdapat unsur perasaan yang sangat kuat.
Andi Mappiare berpendapat bahwa, minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka takut atau kecenderungan – kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Dari pemaparan menganai definisi – deinisi minat diatas dapat disimpulkan bahwa, minat adalah gejala psikis yang muncul dalam diri seseorang dan direalisasikan dengan perasaan senang dan menimbulkan perhatian yang khusus terhadap sasaran, sehingga seseorang cenderung berupaya untuk mencapai sasaran tersebut. Jadi untuk melihat reaksi dari gejala psikis tersebut dapat di pastikan dari sikap, prilaku, atau motivasi yang dimiliki oleh seseorang dalam beraktifitas.
Jenis - Jenis Minat
Menurut Djaali (2007 : 122) Minat dibagi dalam enam jenis yaitu :
Realistis
Orang realistis umumnya mapan, kasar, praktis, berfisik kuat, dan sering sangat atletis, memiliki koordinasi otot yang baik dan terampil. Akan tetapi ia kurang mampu menggunakan medium komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan berkomunikasi dengan orang lain.
Investigative
Orang investigative termasuk orang yang berorientasi keilmuan. Mereka umumnya berorientasi pada tugas, introspektif, dan asocial, lebih menyukai memikirkan sesuatu dari pada melaksanakannya, memiliki dorongan kuat untuk memahami alam, menyukai tugas tugas yang tidak pasti (ambiguous), suka bekerja sendirian, kurang pemahaman dalam kepemimpinan akademik dan intelektualnya, menyatakan diri sendiri sebagai analisis, selalu ingin tahu, bebas, dan bersyarat, dan kurang menyukai pekerjaan yang berulang.
Artistik
Orang artistik menyukai hal hal yang tidak terstruktur, bebas, memiliki kesempatan bereaksi, sangat membutuhkan suasana yang dapat mengekspresikan sesuatu secara individual, sangat kreatif dalam bidang seni dan musik.
Social
Tipe ini dapat bertanggung jawab, berkemanusiaan, dan sering alim, suka bekerja dalam kelompok, senang menjadi pusat perhatian kelompok, memiliki kemampuan verbal, terampil bergaul, menghindari pemecahan masalah secara intelektual, suka memecahkan masalah yang ada keitannya dengan perasaan; menyukai kegiatan menginformasikan, malatih dan mengajar.
Enterprising
Tipe ini cenderung menguasai atau memimpin orang lain, memiliki keterampilan verbal untuk berdagang, mamiliki kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi, agresif, percaya diri, dan umumnya sangat aktif.
Konvensional
Orang konvensional menyukai lingkungan yang sangat tertib, menyenangi komunikasi verbal, senang kegiatan yang berhubungan dengan angka, sangat efektif menyelesaikan tugas yang berstruktur tetapi patuh, praktis, senang, tertib, efisien; mereka mengidentifikasi dengan kekuasaan dan materi
Faktor- Faktor yang Menimbulkan Minat
Crow and Crow (Abdul Rahman,2004 : 264), berpendapat ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu :
Dorongan dari dalam diri individu
Contohnya yaitu dorongan untuk makan, ingin bermain. Dorongan untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau mencari penghasilan, minat terhadap produksi makanan dan lain lain. Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan minat untuk membaca, belajar, menuntut ilmu,melakukan penelitian dan lain lain.
Motif social
Motif social menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap pakaian timbul karena ingin mendapat persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang lain. Minat untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan cukup luas (orang pandai) mendapat kedudukan yang tinggi dan terpandang dalam masyarakat.
Faktor emosional,
Minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat pada seseorang akan suatu obyek atau hal tertentu tidak akan muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba dalam diri individu. Minat dapat timbul pada diri seseorang melalui proses yaitu adanya perhatian dan interaksi dengan lingkungan maka minat tersebut dapat berkembang.
Menurut Crow and Crow yang dikutip (Dimyati Mahmud, 2001:56) yang menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat seseorang yaitu: (1) faktor dorongan yang berasal dari dalam (2) faktor motif social (3) faktor emosional.
Slameto (2010 : 180) menyatakan minat dapat diukur dengan :
Memperhatikan dan mengenang apa yang dipelajari
Ada rasa suka dan senang
Ada rasa keterikatan
Lsebih menyukai dari pada yang tidak diminati
Dan partisipasi pada kegiatan
Keterkaitan antara Variabel
Keterkaitan antara Kecerdasan Emosional dan Hasil Belajar Mahasiswa
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Lohr dalam sufnawa (2008) menyebutkan bahwa (IQ) hanya 25% berperan terhadap keberhasilan dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Goleman (2000 : 4) berpendapat bahwa Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan – kekuatan lain, salah satunya yaitu kecerdasan emosional (EQ). Proses belajar mengajar di perguruan tinggi dalam berbagai aspeknya sangat berkaitan dengan kecerdasan emosional mahasiswa.
Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan mahasiswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang relatif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan oranga lain. Hal ini diperkuat dengan pendapat Solovey (Goleman, 2002 : 57-59) yang membagi EQ menjadi lima yaitu kemampuan mengenal diri (kesadaran diri), mengelola emosi, memotivasi diri, mengendalikan emosi orang lain, berhubungan dengan orang lain (empati). Kemampuan-kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai hasi belajar yang maksimal sehingga dapat mencapai tujuan dan cita – citanya.
Berdasarkan pendapat yang diuraikan diatas disimpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosi yang baik dapat mengekspresikan dan menggunakan keterampilan – keterampilan yang dimilikinya secara baik pula, sehingga mampu untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang maksimal. Begitu pula sebaliknya, seseorang yang memilki tingkat kecerdasan emosi yang rendah maka akan sulit untuk mengekspresikan dan menggunakan kemampuannya secara maksimal, hal tersebut yang membuat rendahnya hasil belajar seseorang.
Keterkaitan antara Minat Belajar Mahasiswa dan Hasil Belajar Mahasiswa
Slameto (2010 : 180) menyatakan bahwa minat dapat diukur dari memperhatikan dan mengenang apa yang dipelajari, ada rasa suka dan senang, ada rasa keterikatan, lebih menyukai dari pada yang tidak diminati, dan partisipasi pada kegiatan.
Bila seseorang tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yang dipelajari maka sulit diharapkan seseorang tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Seseorang yang berminat pada suatu obyek maka akan cenderung merasa senang bila berkecimpung di dalam obyek tersebut sehingga cenderung akan memperhatikan perhatian yang besar terhadap obyek.
Seperti yang diungkapkan oleh Efendi dan Praja (2004:122) belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat. Hal ini diperkuat dengan pendapat Muhibbin Syah (2003:136) minat besar sekali pengaruhnya terhadap aktivitas belajar, karna ada daya tarik baginya, dengan daya tarik tersebut maka aktivitas belajar akan berjalan dengan baik dan terarah sehingga memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Berdasarakan pendapat dan teori - teori yang tersebut diatas, maka disimpulkan bahwa salah satu faktor dalam keberhasilan dan kesuksesan seseorang dalam meraih hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh minat belajar. Minat belajar diduga mampu memperkuat seseorang dalam menggerakkan dan meningkatkan kemampuan – kemampuan intelegensi yang ada dalam diri seseorang dengan tujuan seseorang tersebut dapat meraih hasil belajar yang maksimal.
Hasil Penelitian yang Relevan
Rachman (2011) yang meneliti Pengaruh Kecerdasan emosional terhadap motivasi belajar siswa di SMA Nuruliman didapatkan hasil bahwa kecerdasan emosional siswa berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar.
Kristina (2006) dalam skripsinya "Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ), Kecerdasan Spiritual (SQ) dan Kecerdasan intelektual (IQ) Terhadap hasil Belajar Siswa SMPN 4 Malang, kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan intelektual (IQ) berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Lianita (2013) dalam skripsinya pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar mahasiswa menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar mahasiswa.
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan teori dan latar belakang permasalahan yang akan diteliti dimana dalam penelitian ini peneliti menggunakan Penelitian Eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
Sesuai dengan variable yang dibahas yaitu variabel X dan Y, dimana variabel X1 dan X2 merupakan variabel bebas, dan variabel Y merupakan variabel terikat.
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Kecerdasan Emosional / EQ (X1)
Kecerdasan Emosional / EQ (X1)
Hasil Belajar(Y)s
Hasil Belajar
(Y)
Minat Belajar(X2)
Minat Belajar
(X2)
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan latar belakang serta rumusan masalah yang telah diuraikan peneliti sebelumnya sebagai jawaban sementara dari penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini yaitu :
Terdapat Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada matteri Dasar – dasar Akuntansi Keuangan di FKIP-UIR Pekanbaru Th. 2013/2014
Terdapat Pengaruh Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada matteri Dasar – dasar Akuntansi Keuangan di FKIP-UIR Pekanbaru Th. 2013/2014
Terdapat Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada matteri Dasar – dasar Akuntansi Keuangan di FKIP-UIR Pekanbaru Th. 2013/2014
.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksplanatif, merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan menguji atau memberikan eksplanasi terhadap hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini merupakan representasi dari karakteristik dasar dari penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menguji teori.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional dan minat belajar mahasiswa terhadap hasil belajar pada materi dasar – dasar akuntansi dengan cara mengumpulkan data melalui angket yang menggunakan indikator – indikator kecerdasan emosional dan minat belajar.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa semeter III program studi pendidikan ekonomi akuntansi FKIP-UIR tahun ajaran 2013/2014 yang akan dilaksanakan pada bulan desember 2013.
Populasi dan Sampel
Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 130), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasipenelitian adalah seluruh mahasiswa semester III program studi pendidikan ekonomi akuntansi FKIP-UIR tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 120 orang yang terdiri dari 4 kelas.
Tabel 3.1 Gambaran Populasi
No
Kelas
Jumlah Populasi
1
III Akuntansi A
35
2
III Akuntansi B
26
3
III Akuntansi C
33
4
III Akuntansi D
30
Jumlah
124
Sampel
Sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari populasi, sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi.
Menurut Slovin (1960) formula untuk menentukan ukuran sampel suatu populasi adalah :
n = N/N(d)2 + 1
keterangan :
n = sampel
N = populasi
d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Jumlah populasi ada 124 dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
N = 124 / 124 (0,05)2 + 1 = 94,65 dibulatkan 95
Tabel 3.2 Penyebaran Sampel
Kelas
Proporsi Samper setiap Kelas
Jumlah Sampel
A
35124 95
27
B
26124 95
20
C
33124 95
25
D
30124 95
23
Total
95
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu angket yang terdiri dari variable kecerdasan emosional dan variable minat belajar mahasiswa. Untuk mengukur variable tersebut digunakan indikator – indikator sebagai berikut :
Kecerdasan emosional (EQ)
Goleman (2002 : 57) membagi EQ menjadi lima yaitu :
kemampuan mengenal diri (kesadaran diri)
Mengelola emosi diri
Memotivasi diri
Mengendalikan emosi orang lain
Berhubungan dengan orang lain (empati)
Minat Belajar
Slameto (2010 : 180) menyatakan bahwa minat dapat diukur dari :
Memperhatikan dan mengenang apa yang dipelajari
Ada rasa suka dan senang
Ada rasa keterikatan
Lebih menyukai dari pada yang tidak diminati
Dan partisipasi pada kegiatan.
Dari indikator - indikator yang tersebut diatas disusun pernyataan – pernyataan dengan menggunakan pola skala likert yang terdiri dari lima kategori yaitu Sangat Sesuai (SS), Setuju (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Menurut Sugiyono (2008:94) diberikan skor sebagai berikut :
Tabel 3.3 Bobot Item Pertanyaan
Kategori
Bobot
Sangat Sesuai (SS)
4
Sesuai (S)
3
Tidak Sesuai (TS)
2
Sangat Tidak Sesuai (STS)
1
Tabel 3.4
Kisi – kisi angket Kecerdasan Emosional (EQ) terhadap hasil belajar materi dasar – dasar akuntansi
No.
Aspek Kecerdasan Emosional
Pernyataan
Jumlah
Positif
Negatif
1.
Kemampuan untuk mengenali emosi diri
23, 41, 47, 52, 54, 60
6, 17, 37, 38, 42, 48
12
2.
Kemampuan untuk mengelola emosi diri
2, 22, 27, 50, 51, 56
3, 7, 10, 19, 36, 44
12
3.
Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri
11, 13, 18, 24, 53, 58
4, 5, 30, 32, 35, 43
12
4.
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain
9, 15, 20, 21, 49, 55
1, 8, 12, 31, 34, 39
12
5.
Kemampuan untuk membina hubungan
16, 28, 29, 33, 45, 59
14, 25, 26, 40, 46, 57
12
JUMLAH
30
30
60
Sumber : Goleman (2002 : 57)
Tabel 3.5
Kisi – kisi angket Minat Belajar mahasiswa terhadap hasil belajar materi dasar – dasar akuntansi
No.
Aspek Minat Belajar
Pernyataan
Jumlah
Positif
Negatif
1.
Kecendrungan memperhatikan dan mengenang apa yang dipelajari
1, 3 dan 4
2
4
2.
Rasa suka dan senang
6 dan 8
5 dan 7
4
3.
Rasa Ketertarikan
9 dan 10
11, 12 dan 13
5
4.
Lebih menyukai dari yang tidak diminati
14, 16 dan 17
15, 16 dan 19
5
5.
Partisipasi pada kegiatan
21 dan 22
18, 20,23 dan 24
5
JUMLAH
12
12
24
Slameto (2010 : 180)
Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2003:31), variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini variabelnya antara lain :
Dalam hal ini yang menjadi variabel independen adalah
(X1) : Kecerdasan Emosional (EQ)
Untuk mengukur Kecerdasan emosional (EQ) digunakan angket yang terdiri dari lima indikator terhadap mahasiswa semester III jurusan pendidikan ekonomi akuntansi FKIP-UIR
(X2) : Minat Belajar
Untuk mengukur minat belajar digunakan angket yang terdiri dari lima indikator terhadap mahasiswa semester III jurusan pendidikan ekonomi akuntansi FKIP-UIR
Dalam hal ini yang menjadi variabel dependen adalah
(Y1) : Hasil Belajar
Hasil belajar mahasiswa diperoleh dari pemberian test kepada mahasiswa semester III mengenai materi dasar – dasar akuntansi.
Teknik Pengumpulan Data
Penggunaan Kuesioner atau Angket
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan dalam pribadinya, atau hal hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto,2006 : 225).
Dalam penelitian ini jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup, dengan maksud subyek yang dikenai angket tinggal memilih jawaban yang tersedia, dimana angket tersebut berisi tentang pernyataan – pernyataan yang terdiri dari indikator – indikator atas variable kecerdasan emosional dan variable minat belajar mahasiswa.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan cara langsung menemui responden dengan memberikan seperangkat angket dan responden langsung mengisinya.
Penggunaan Tes
Menurut Riduwan ( 2006: 37) tes sebagai instrumen pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan / latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu / kelompok.
Penggunaan tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur penguasaan mahasiswa terhadap satu bidang studi yaitu materi dasar – dasar akuntansi yang telah dipelajari sebelumnya. Tes diberikan berupa 34 butir soal objektif dengan kisaran waktu 30 menit.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda, regresi berganda digunakan untuk mencari data ada tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Menurut sugiyono (2009:267) analisis rumus perhitungan regresi berganda yaitu :
Y= a+b1X1+b2X2
Ket : Y = Hasil Belajar
a = Konstanta
b1 & b2 = Koefisien Regresi
X1 = Kecerdasan Emosional
X2 = Minat Belajar
Hasil persamaan regresi berganda tersebut kemudian di analisis dengan menggunakan uji normalitas, uji multikolineritas, uji T, uji F dan analisis koefesien determinasi berganda.
Uji Prasyarat
Uji normalitas
Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah variable independen dan variable dependen dari suatu regresi memiliki distribusi data yang normal / mendekati normal.
Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut :
Ho = Data berdistribusi normal
Ha = Data tidak berdistribusi normal
Jika nilai probabilitas (sig) > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak dan jika nilai probabilitas (sig) < α. Maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dalam penelitian ini taraf signifikan (α) yang digunakan yaitu sebesar 0,05. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows 16.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas. Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak Terdapat Multikolinieritas
Ha : Terdapat Multikolinieritas
Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya gejala multikolinearitas menurut haryadi surjandi (2011) dapat dilihat dari nilai VIF :
Jika nilai VIF < 10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas diantara variable bebas
Jika nilai VIF >10 maka terjadi gejala multikolinearitas diantara variable bebas
Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows 16.
Uji Linieritas
Analisis linieritas berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.
Formula perhitunagnnya yaitu :
Y' = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn
Keterangan :
Y' = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X1 dan X2 = Variabel independen
a = Konstanta (nilai Y' apabila X1, X2…..Xn = 0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
Uji Regresi Berganda
Uji regresi berganda yaitu suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih dengan satu variabel terikat.
Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional dan minat belajar terhadap hasil belajar mahasiswa pada materi dasar – dasar akuntansi
Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional dan minat belajar terhadap hasil belajar mahasiswa pada materi dasar – dasar akuntansi
Adapun kaidah pengujian signifikansinya adalah sebagai berikut :
Jika nilai t hitung lebih besar dari nilai probabilitas Sig (0,05 > Sig), maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Jika nilai t hitung lebih kecil dari nilai probabilitas Sig (0,05 < Sig), maka Ha ditolak dan Ho diterima.
Uji analisis berganda dapat dihitung dengan computer menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) for windows 16.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran dan objek penelitian
Sejarah singkat FKIP UIR
Kelahiran Fakuktas dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Riau (UIR) dilatar belakangi oleh keinginan masyarakat (khususnya masyarakat di provinsi Riau) untuk berperan aktif membantu pemerintah dalam menyelenggarakan pembangunan, khususnya disektor pendidikan tinggi bidang ilmu kependidikan dan keguruan. Itikad yang mulia ini akhirnya terwujud dan waktu yang relatif singkat melalui tiga periodesasi upaya yang ditempuh oleh pihak UIR dan Yayasan dan Lembaga Pendidikan (YLPI) Daerah Riau.
Pertama, pembentukan tim perumus dan mengadakan kelayakan, kemudian dilanjutkan dengan menyusun proposal. Kegiatan ini diselenggarakan berdasarkan SK Rektor UIR Nomor 11/UIR/Kpts/82 tanggal 25 Maret 1982. Upaya periode pertama ini memerlukan waktu sekitar sebulan.
Kedua, pada akhir bulan april 1982 dikirim ke kopertis wilayah 1 di medan. Sekitar satu bulan setelah pengiriman proposal, kopertis wilayah 1medan menerbitkan SK izin Operasional Nomor 013/PD/Kop. 1/82, tanggal juni 1982. Pada periode kedua ini, dwean pimpinan YLPI Daerah Riau mengangkat Dr. Diah Zainudin, M.ed. sebagai pejabat Dekan dan Drs. Abu Bakar Rambah sebagai sekretari fakultas. Kemudian dilanjutkan dengan penerimaan mahasiswa pertama sebanyak 86 0rang.
Ketiga, setelah sekitar dua tahun menyelenggarakan perkuliaahan, Departemen P dan K RI Nomor 085/0/1984, tanggal 5 Maret 1984. Pada periode ketiga ini, Dewan Pimpinan YLPI daerah Riau mengangkat Drs. Sudirman A.M, Dra. Betty Sailun, Drs. Elzaber, dan Drs. Amir Amjad sebagai dosen tetap pertama di lingkungan FKIP.
Sampai tahun akademis 2012/2013 ini, FKIP UIR mengasuh (1) pendidikan bahasa dan seni, (2) pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam ( MIPA), (3) pendidikan olahraga dan kesehatan, (4) pendidikan ilmu pengetahuan sosial, dengan program studi :
Pendidikan Bahasa Indonesia (S1)
Pendidikan Bahasa Inggris (S1)
Pendidikan Seni Drama, Tari Dan Musik (Sendratasik)(S1)
Pendidikan Matematika (S1)
Pendidikan Biologi (S1)
Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (S1)
Pendidikan Ekonomi Akuntansi (S1)
Perkembangan status jurusan dan program study
Jurusan ke pendidikan program studi administrasi pendidikan (s1) berstatus terdaftar berdasarkan SK Mentri P Dan K RI Nomor 085/0/1984, tanggal 5 Maret 1984.
Jurusan pendidikan bahasa dan seni program studi pendidikan bahasa indonesia (D3) berstatus terdaftar berdasarkan SK Mentri P dan K RI Nomor 085/0/1984, tanggal 5 Maret 1984. Program studi Pendidikan Bahasa Indonesia (S1) berstatus terdaftar berdasarkan SK Mentri P dan K RI Nomor 0387/0/86, tanggal 22 Mei 1986. Pada tanggal 31 Mei 1990 status program studi pendidikan bahasa indonesia 1 (S1) dinaikan menjadi di akui berdasarkan SK Mentri P dan K RI No,or 0379/0/1990
Jurusan pendidikan bahasa dan seni program studi pendidikan sendratasik (S1 dan D3) berstatus terdaftar berdasarkan SK Mentri K RI Nomor 038/0/1986, Tanggal 22 Mei 1986
Jurusan pendidikan dan seni program studi pendidikan sendratasik (S1 dan D3) berstatus terdaftar berdasrkan SK Mentri K RI Nomor 0379/0/1990.
Jurusan pendidikan MIPA program studi pendidikan matematika (S1 dan D3) berstatus terdaftar berdasarkan SK Mentri P dan K RI Nomor 0378/0/1984, tanggal 5 maret 1984. Program studi pendidikan bahasa indonesia (S1) berstatus terdaftar berdasarkan SK Mentri P dan K RI Nomor 0378/0/1986, tanggal 22 Mei 1986. Pada tanggal 31 mei 1990 status program studi pendidikan matematika dinaikan menjadi diakui berdasarkan SK Mentri P dan K RI Nomor 0379/0/1990
Jurusan MIPA Progam studi pendidikan biologi (S1 dan D3) berstatus terdaftar berdasarkan SK Mentri P dan K RI Nomor 0387/0/1986, tanggal 22 mei 1986.
Jurusan pendidikan olahraga dan kesehatan program studi pendidikan Olahraga dan Kesehatan beroperasi dengan status terdaftar, sesuai dengan SK Mentri P dan K RI Nomor 0387/0/1986, tanggal 22 mai 1986.
Pada tahun akademis 1986/1987, FKIP UIR dipercayakan oleh pemerintah (LPTK Dirjen Dikti) membuka program Diploma kependidikan (Diploma 11) dengan program studi pendidikan bahasa indonesia, pendidikan bahasa inggris, dan pendidikan matematika. Sampai tahun akademis 1990/1991, program studi pendidikan matematika.
Jurusan IPS Prodi, pendidika Ekonomi Akuntansi FKIP UIR mempunyai satu program studi yaitu program studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi . jurusan atau program ini mulai melaksanakan kegiatan pendidikan dengan menerima mahasiswa baru tahun2005 berdasarkan surat SK Mentri P dan K RI Nomor 1357/D/T/2005 dengan status TERAKREDITAS C dan telah berjalan selama 7 tahun.
Perkembangan fisik dan fasilitas
Sejak berdiri sampai tahun 1985, FKIP UIR memanfaatkan 30 ruang kuliah dalam menyelenggarakan. Fasilitas 30 ruang kuliah dikampus pusat jalan Prof. Muhamad Yamin, S.H pekanbaru tersebut, dipergunakan secara dengan fakultas lain ilingkungan UIR.
Pada tahun 1986, FKIP UIR menyelenggarakan pendidikan pada kampus baru perhentian marpoyan. Pada kampus baru perhentian marpoyan. Pada kampus baru ini, FKIP UIR menepati gedung berlantai dua dengan lokal 14 ruang kuliah, 1 ruang staf tata usaha, dan 1 ruang pimpinan fakultas dan staf mengajar. Tiap ruang kuliah berukuran 8x8 meter, kecuali 2 ruang kuliah yang masing-masing berukuran 8x16 meter.
Disamping ruang kuliah, FKIP UIR juga memiliki fasilitas olahraga (seperti lapangan bola kaki, tenis, tenis meja, voli, takraw, dan bulu tangkis), sarana kesenian (alat musik tradisional dan modren), fasilitas perpustakaan fakultas dan universitas, dan 3 unit labor universitas.
Untuk melayani transportasi staf pengajar universitas menyediakan 1 unit mobil perfakultas dan 12 unit bus (kapasitas 25 orang) untuk melayani transportasi mahasiswa. Universitas juga menyediakan pasilitas peribadatan 2 unit mushola dan 1 unit mesjid, di samping beberapa fakultas itu, universitas juga menyediakan klinik kesehatan dan koperasi mahasiswa.
Sementara peda tahun 2012 ini berkembang fisik dan fasilitas FKIP UIR telah mengalami banyak perubahan, di mana gedung FKIP UIR bertambah menjadi 3 gedung, yaitu gedung A ,gedung B, dan gedung C. Sementara gedung D dalam proses pembangunan.
Sedangkan fasilitas yang tersedia di gedung FKIP UIR ini, yaitu ruang kuliah lantai 4, infokus, ruang seminar, pustaka fakultas dan jurusan, ruang mikro teaching, laboraturium internet, laboraturium jurusan, saran aolahraga, area parkir, kantin, free wifi, dan lain-lain.
Visi dan Misi
Visi dan Misi Program Studi Pendidikan Ekonomi AkuntansiFakultas Keguruan danb Ilmu pendidikan Uiversitas Islam Riau.
Visi
Mendidik calon pendidik ekonomi akuntansi yang islami, unggulm kompetitif, ditingkat Nasional Dan regional.
Misi
Menjadi calon pendidikekonomi akuntasi yang :
Memiliki keunggulan akademik , wawasan, etika dan budi pekerti yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman.
Mampu mengembangkan konsep dan teori pendidikan Ekonomi Akuntansi dalam berbagai kondisi pembelajaran dan menyusun program pembelajaran ekonomi akuntansi.
Mampu melakukan inovasi di bidang pendidikan atau pembelajaran ekonomi akuntansi di swkolah dan di lembaga pendidikan lainya.
Mampu menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dengan alumni perguruan lain, baik ditingkat Nasional maupun regional.
VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2006) Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Tujuan uji validitas ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya agar data yang diperoleh bisa relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut.
Uji validitas ini dilaksanakan dengan rumus korelasi bivariate person dengan alat bantu program SPSS versi 16. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji validitas adalah :
Jika rhitung > rtabel pada nilai signifikasi 5%, maka item angket dalam uji validitas dikatakan valid.
Jika rhitung < rtabel pada nilai signifikasi 5%, maka item angket dalam uji validitas dikatakan tidak valid
Hasil pehitungan uji validitas dari 30 responden, sebagaimana yang dimuat dilampiran, menunjukan bahwa :
Validitas Kecerdasan Emosional
Dari hasil perhitungan uji validitas melalui program SPSS versi 16.00 terhadap variable Kescerdasaan emosional (EQ) yang terdiri dari 59 item pernyataan positif dan negative, didapat 19 item pernyataan yang Tidak Valid dan 40 item pernyataan yang dinyatakan Valid. 40 item yang dinyatakan valid adalah item dengan hasil perhitungan rhitung > rtabel pada nilai signifikasi 5% (yaitu 0.361), dan dinyatakan dapat digunakan sebagai instrument penelitian
Validitas Instrumen Minat Belajar
Dari hasil perhitungan uji validitas melalui program SPSS versi 16.00 terhadap variable Minat Belajar yang terdiri dari 23 item pernyataan positif dan negative, didapat 6 item pernyataan yang Tidak Valid dan 17 item pernyataan yang dinyatakan Valid. 17 item yang dinyatakan valid adalah item dengan hasil perhitungan rhitung > rtabel pada nilai signifikasi 5% (yaitu 0.361) dan dinyatakan dapat digunakan sebagai instrument penelitian
Validitas Tes Hasil Belajar Materi Dasar – Dasar Akuntansi
Dari hasil perhitungan uji validitas melalui program Anates Pilihan Berganda, yang terdiri dari 34 item soal adjektif, didapat hasil 11 soal Tidak Valid (tidak signifikan) dan 23 soal dinyatakan Valid (signifikan) dengan hasil perhitungan rhitung > rtabel pada nilai signifikasi 5% (yaitu 0.361) dan dinyatakan dapat digunakan sebagai instrument penelitian.
Uji Reliabelitas
Menurut Husaini (2003) uji reliabilitas adalah proses pengukuran terhadap ketepatan (konsisten) dari suatu instrumen. Pengujian ini dimaksudkan untuk menjamin instrumen yang digunakan merupakan sebuah instrumen yang handal, konsistensi, stabil dan dependibalitas, sehingga bila digunakan berkali-kali dapat menghasilkan data yang sama. Tujuan dari uji reliabilitas yaitu untuk menunjukkan konsistensi skor-skor yang diberikan skorer satu dengan skorer lainnya .
Dalam hal ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus alpha. Uji signifikan dilakukan pada taraf a = 0,05. Instrumen dapat dikatakan reliabel jika nilai alpha lebih besar dari rtabel (0,361).
Tabel. 4.1. Uji reliabilitas
Variabel
rxy
rtabel 5% (30)
Keterangan
X1
0,915
0,361
Reliabel
X2
0,841
0,361
Reliabel
Y
0,856
0,361
Reliabel
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa hasil uji reliabilitas diperoleh dari nilai koefisien realibilitas angket X1 sebesar 0,915, angket X2 sebesar 0,841 dan angket Y sebesar 0,856. Berdasarkan nilai koefisien realibilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa semua angket dan soal dalam penelitian ini reliabel atau konsisten, sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.
Uji Prasyarat
Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel residu memiliki distribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah:
Ho = Data berdistribusi normal jika nilai sig (signifikansi) > 0,05.
Ha = Data tidak berdistribusi normal jika nilai sig (signifikansi) < 0,05.
Jika nilai probabilitas (sig) > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak dan jika nilai probabilitas (sig) < α. Maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dalam penelitian ini taraf signifikan (α) yang digunakan yaitu sebesar 0,05. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows 16. Adapun ringkasan hasil uji normalitas dengan SPSS adalah sebagai berikut.
Tabel. 4.2. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kecerdasan Emosional
Minat Belajar
Hasil Belajar
N
95
95
95
Normal Parametersa,b
Mean
114,07
51,06
14,06
Std. Deviation
12,006
6,913
3,655
Most Extreme Differences
Absolute
,109
,094
,086
Positive
,109
,094
,086
Negative
-,047
-,084
-,053
Kolmogorov-Smirnov Z
1,059
,916
,837
Asymp. Sig. (2-tailed)
,212
,371
,486
Sumber: Spss Data primer diolah, 2014
Dari data diatas disimpulkan bahwa :
Variable X1 dengan nilai probabilitas 0.212 > α (0.05), maka Ho diterima dan Ha ditolak
Variable X2 dengan nilai probabilitas 0.371 > α (0.05), maka Ho diterima dan Ha ditolak
Variable Y dengan nilai probabilitas 0.0486 > α (0.05), maka Ho diterima dan Ha ditolak
Uji Multikolinearitas
Tujuan uji multikolonialitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika diantara variabel bebas terdapat multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan yang tinggi. Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya gejala multikolinearitas menurut haryadi surjandi (2011) dapat dilihat dari nilai VIF :
Ho = Jika nilai VIF < 10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas diantara variable bebas
Ha = Jika nilai VIF >10 maka terjadi gejala multikolinearitas diantara variable bebas
Tabel. 4.3. Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Penelitian
Tolerance
VIF
Kriteria
X1
0,702
1,424
Tidak terjadi multikolinearitas
X2
0,702
1,424
Tidak terjadi multikolinearitas
Sumber: Data primer diolah, 2014
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai tolerance lebih besar 0,01 dan nilai VIF lebih kecil 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yaitu data tidak terjadi gejala multikolinearitas diantara variable bebas.
Uji Linearitas
Analisis linieritas berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.
Tujuan uji linearitas adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk hubungan antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Dikatakan linear jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Adapun ringkasan hasil uji Linearitas sebagaimana data dalam tabel berikut ini.
Tabel. 4.4 Hasil Uji Linearitas
Variabel Penelitian
Sig
Kesimpulan
X1 * Y
0,764
Linear
X2 * Y
0,449
Linear
Sumber: Data primer diolah, 2014
Hasil uji linearitas X1 terhadap Y diperoleh nilai signifikansi = 0,764 > 0,05, maka dapat disimpulkan X1 terhadap Y Linear. Hasil uji linearitas X2 terhadap Y diperoleh nilai signifikansi = 0,449 > 0,05, maka dapat disimpulkan X2 terhadap Y linear.
Analisi Regresi Berganda
Uji regresi berganda yaitu suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih dengan satu variabel terikat.
Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional dan minat belajar terhadap hasil belajar mahasiswa pada materi dasar – dasar akuntansi
Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional dan minat belajar terhadap hasil belajar mahasiswa pada materi dasar – dasar akuntansi
Adapun kaidah pengujian signifikansinya adalah sebagai berikut :
Jika nilai t hitung lebih besar dari nilai probabilitas Sig (0,05 > Sig), maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Jika nilai t hitung lebih kecil dari nilai probabilitas Sig (0,05 < Sig), maka Ha ditolak dan Ho diterima.
Analisis regresi bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terkat. Menurut Sumardjoko (2011:86), dasar pengambilan keputusan dalam uji regresi adalah jika nilai jika Fhitung > Ftabel, maka hipotesis diterima (Ha diterima dan Ho ditolak), artinya variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat . sebaliknya Jika Fhitung < Ftabel, maka hipotesis ditolak (Ha ditolak dan Ho diterima), artinya variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. Adapun hasil perhitungan dengan SPSS adalah sebagai berikut :
ANOVAa
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
237,335
2
118,667
10,721
,000b
Residual
1.018,286
92
11,068
Total
1.255,621
94
a. Dependent Variable: Hasil Belajar
b. Predictors: (Constant), Minat Belajar, Kecerdasan Emosional
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
-1,163
3,400
-,342
,733
Kecerdasan Emosional
,074
,034
,243
2,166
,033
Minat Belajar
,133
,059
,252
2,249
,027
a. Dependent Variable: Hasil Belajar
Tabel. 4.4 Analisis Regresi Linear Berganda
Variabel
Koefisien Regresi
t
Sig
Konstanta
-1,163
-,342
0,733
X1
0,074
2,166
0,033
X2
0,133
2,249
0,027
Fhitung = 10,721
R2 = 0,189
Berdasarkan tabel di atas diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Y= -1,163 + 0,074 X1 + 0,133 X2
Adapun interpretasi dari persamaan regresi linear berganda tersebut adalah:
a = -1,163 menyatakan bahwa jika X1 dan X2 tetap (tidak mengalami perubahan) maka nilai konsistensi Y sebesar -1,163.
b1 = 0,074 menyatakan bahwa jika X1 bertambah, maka Y akan mengalami peningkatan sebesar 0,074, dengan asumsi tidak ada penambahan (konstanta) nilai X2.
b2 = 0,133 menyatakan bahwa jika X2 bertambah, maka Y mengalami peningkatan sebesar 0,133, dengan asumsi tidak ada penambahan (konstan) nilai X1.
Pengujian Hipotesis Pertama (Uji T)
Bunyi hipotesis pertama yang diajukan adalah "X1 berpengaruh terhadap Y". Berdasarkan analisis regresi linear berganda diketahui bahwa koefisien regresi dari variabel X1 (b1) adalah sebesar 0,074 atau bernilai positif, sehingga dapat dikatakan bahwa X1 berpengaruh positif terhadap Y. Untuk mengetahui pengaruh tersebut signifikan atau tidak, selanjutnya nilai koefisien regresi linear ganda dari b1 ini diuji signifikasinya. Langkah-langkah uji signifikasi koefisien regresi atau disebut juga uji t pertama adalah sebagai berikut.
Hipotesis
Ho = b1 = 0 = (X1 tidak berpengaruh terhadap Y).
H1 = b1 # 0 = (X1 berpengaruh terhadap Y).
Tingkat kepercayaan 95%, a = 0,05.
Kriteria pengujian
H0 diterima jika – t (α/2 : n-k-1) t t (α/2 : n-k-1) atau signifikansi > 0,05
H0 ditolak jika – t (α/2 : n-k-1) t t (α/2 : n-k-1) atau signifikansi < 0,05
ttabel = t (α/2 : n-k-1) = t (0,025, 92) = 1,989
Perhitungan, berdasarkan analisis memakai alat bantu SPSS versi 16 diperoleh nilai thitung sebesar 2,166 dengan signifikansi 0,033.
Keputusan uji
Ho ditolak, karena thitung > ttabel yaitu 2,166 > 1,989 dan nilai signifikansi 0,033 < 0,05.
Kesimpulan: X1 berpengaruh signifikan terhadap Y.
Pengujian Hipotesis Kedua (Uji T)
Bunyi hipotesis kedua yang diajukan adalah "X2 berpengaruh terhadap Y". Berdasarkan analisis regresi linear berganda diketahui bahwa koefisien regresi dari variabel X2 (b2) adalah sebesar 0,133 atau bernilai positif, sehingga dapat dikatakan bahwa X2 berpengaruh positif terhadap Y. Untuk mengetahui pengaruh tersebut signifikan atau tidak, selanjutnya nilai koefisien regresi linear ganda dari b2 ini diuji signifikasinya. Langkah-langkah uji signifikasi koefisien regresi atau disebut juga uji t kedua adalah sebagai berikut.
Hipotesis
Ho = b2 = 0 = (X2 tidak berpengaruh terhadap Y).
H2 = b2 # 0 = (X2 berpengaruh terhadap Y).
Tingkat kepercayaan 95%, a = 0,05.
Kriteria pengujian
H0 diterima jika – t (α/2 : n-k-1) t t (α/2 : n-k-1) atau signifikansi > 0,05
H0 ditolak jika – t (α/2 : n-k-1) t t (α/2 : n-k-1) atau signifikansi < 0,05
ttabel = t (α/2 : n-k-1) = t (0,025, 92) = 1,989
Perhitungan, berdasarkan analisis memakai alat bantu SPSS versi 16 diperoleh nilai thitung sebesar 2,249 dengan signifikansi 0,027.
Keputusan uji
Ho ditolak, karena thitung > ttabel yaitu 2,249 > 0,027 dan nilai signifikansi 0,027 < 0,05.
Kesimpulan: X2 berpengaruh signifikan terhadap Y.
Pengujian Hipotesis Ketiga (Uji F)
Hipotesis ketiga yang diajukan adalah "X1dan X2 berpengaruh terhadap Y". Berdasarkan analisis regresi linear berganda diketahui bahwa koefisien regresi masing-masing variabel bebas bernilai positif, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel X1 dan X2 secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap Y. Untuk mengetahui pengaruh tersebut signifikan atau tidak, selanjutnya dilakukan uji keberartian regresi linear ganda (uji F) sebagai berikut.
Hipotesis
Ho = 0, (X1 dan X2 tidak berpengaruh terhadap Y).
H1 0 (X1 dan X2 berpengaruh terhadap Y).
Tingkat kepercayaan 95%, α = 0,05
Kriteria pengujian
H0 diterima jika – F (k : n-k) F F (k : n-k) atau signifikansi > 0,05
H0 ditolak jika – F (k : n-k) F F (k : n-k) atau signifikansi < 0,05
Ftabel = F (k : n-k) = F (2,93) = 3,09
Perhitungan
Berdasarkan analisis memakai alat bantu program SPSS versi 21 diperoleh nilai Fhitung sebesar 10,721 dengan signifikansi 0,000.
Keputusan uji
Ho ditolak, karena Fhitung > Ftabel yaitu 10,721 > 3,09 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05.
Kesimpulan: X1dan X2 berpengaruh signifikan terhadap Y.
Koefisien Diterminasi
Koefisien Diterminasi ( R2 ) adalah perbandingan antara variasi Y yang dijelaskan oleh x1 dan x2 secara bersama-sama dibanding dengan variasi total Y.
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
,435a
,189
,171
3,327
a. Predictors: (Constant), Minat Belajar, Kecerdasan Emosional
Berdasarkan analisis data menggunakan alat bantu program SPSS versi 16 diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,189. Arti dari koefisien ini adalah bahwa sumbangan relatif yang diberikan oleh kombinasi variabel X1 dan X2 terhadap Y adalah sebesar 18,9% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.
PEMBAHASAN
Berdasarkan dari hasil pembahasan penelitian yang telah diuraikan diatas didapat persamaan :
Y= -1,163 + 0,074 X1 + 0,133 X2
Adapun interpretasi dari persamaan regresi linear berganda tersebut adalah: a = -1,163 menyatakan bahwa jika X1 dan X2 tetap (tidak mengalami perubahan) maka nilai konsistensi Y sebesar -1,163. b1 = 0,074 menyatakan bahwa jika X1 bertambah, maka Y akan mengalami peningkatan sebesar 0,074, dengan asumsi tidak ada penambahan (konstanta) nilai X2. b2 = 0,133 menyatakan bahwa jika X2 bertambah, maka Y mengalami peningkatan sebesar 0,133, dengan asumsi tidak ada penambahan (konstan) nilai X1. Adapun uraian hasil penelitian ini adalah sebagai berikut;
Berdasarkan analisis dari X1 terhadap Y, diperoleh hitungan :
thitung sebesar 2,166 dengan signifikansi 0,033. Hasil Keputusan uji adalah Ho ditolak, karena thitung > ttabel yaitu 2,166 > 1,989 dan nilai signifikansi 0,033 < 0,05. Yang diartikan bahwa variable Kecerdasan emosional (X1) berpengaruh signifikan terhadap Hasil Belajar (Y).
Berdasarkan analisis dari X2 terhadap Y, diperoleh hitungan :
thitung sebesar 2,249 dengan signifikansi 0,027. Hasil Keputusan uji adalah Ho ditolak, karena thitung > ttabel yaitu 2,249 > 0.027 dan nilai signifikansi 0,027 < 0,05. Yang diartikan bahwa variable Minat Belajar (X2) berpengaruh signifikan terhadap Hasil Belajar (Y).
Berdasarkan analisis dari X1 dan X2 terhadap Y, diperoleh hitungan :
thitung sebesar 10,721 dengan signifikansi 0,000. Hasil Keputusan uji adalah Ho ditolak, karena thitung > ttabel yaitu 10,721 > 3,09 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Yang diartikan bahwa variable Kecerdasan Emosional (EQ) dan Minat Belajar (X2) secara bersama - sama berpengaruh signifikan terhadap Hasil Belajar (Y).
Berdasarkan analisis data menggunakan alat bantu program SPSS versi 16 diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,189.
Dari uraian diatas, maka disimpulkan bahwa Kecerdasan Emosional (EQ) dan Minat Belajar Berpengaruh signifikan Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada Materi Dasar-Dasar Akuntansi sebesar 18,9% dan sisanya dipengaruhi oleh variable lain.
Hasil penelitian ini membenarkan teori yang diungkapan Goleman (2000 : 4) yang berpendapat bahwa Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan – kekuatan lain, salah satunya yaitu kecerdasan emosional (EQ) .
Penelitian ini juga sekaligus membenarkan teori dari Slameto (2010:180), yang mengatakan bahwa Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat seseorang. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Sehingga minat dapat meningkatkan hasil belajar seseorang.
Melalui Kecerdasan Emosional (EQ) dan Minat Belajar yang terkelola dengan baik, maka hasil belajar yang akan tercapai juga akan lebih baik. Untuk itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu referensi bagi semua pihak yang berperan dalam Pendidikan, agar tidak hanya mengelola IQ peserta didik, melainkan bersinergi dengan kecerdasan emosional (EQ) dan minat belajar. Dengan harapan terlahirnya generasi peserta didik yang berhasil dan berprestasi dimasa yang akan datang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari analisis yang dilakukan Adakah Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada Materi Dasar-Dasar Akuntansi di FKIP-UIR TA. 2013/2014 :
Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi berganda antara kecerdasan emosional dan minat belajar terhadap hasil belajar mahasiswa diperoleh persamaan :
Y= -1,163 + 0,074 X1 + 0,133 X2
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan antara Kecerdasan Emosional (Eq) dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada Materi Dasar-Dasar Akuntansi di FKIP UIR Tahun Ajaran 2013/2014. Kecerdasan Emosional (Eq) dan Minat Belajar berpengaruh 18,9% terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada Materi Dasar-Dasar Akuntansi di FKIP UIR Tahun Ajaran 2013/2014.
Kesimpulan penelitian ini adalah Kecerdasan Emosional (Eq) dan Minat Belajar berpengaruh signifikan terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada Materi Dasar-Dasar Akuntansi di FKIP UIR Tahun Ajaran 2013/2014.
SARAN
Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menguji dan melihat keberlakuan teori bahwa kecerdasan emosional (EQ) dan minat belajar merupakan salah satu factor yang menentukan hasil belajar seseorang.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada ilmu pengetahuan dan pendididkan, dan juga dapat dijadikan acuan / referensi untuk mengembangkan penelitian yang terkait dengan masalah Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar pada peneliti selanjutnya dimasa yang akan datang
Praktis
Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi mahasiswa dan dapat memberikan motivasi yang kuat untuk bisa belajar secara mandiri.
Bagi Dosen
Diharapkan penelitian ini mampu menjadi salah satu referensi bagi dosen agar dapat menyampaikan bahan ajar yang bisa membangkitkan kecerdasan emosional mahasiswa dan juga menumbuhkan minat belajar mahasiswa .
Bagi Universitas
Menjadi kajian bagi Universitas sebagai salah satu sumber informasi ilmiah yang terkait pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar mahasiswa terhadap hasil belajar mahasiswa dalam menyerap ilmu pengetahuan di tingkat pendidikan tinggi serta dapat digunakan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI DASAR-DASAR AKUNTANSI DI FKIP UIR TAHUN AJARAN 2013/2014
Winda Dwi Septiana
09 681 362
Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UIr, 2014, 61 halaman
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kecerdasan Emosional (Eq) dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada Materi Dasar-Dasar Akuntansi di FKIP UIR Tahun Ajaran 2013/2014. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin dengan menggunakan proposional random sampling. Sample ini adalah sebanyak 95 mahasiswa semester III Program Studi Ekonomi Akuntansi yang terdiri dari 4 kelas. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil. Data penelitian dianalisis mengunakan program SPSS versi 16.00. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket dan tes soal adjektif. Validitas data yang digunakan yaitu validitas isi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh namun signifikan antara Kecerdasan Emosional (Eq) dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada Materi Dasar-Dasar Akuntansi di FKIP UIR Tahun Ajaran 2013/2014. Kecerdasan Emosional (Eq) dan Minat Belajar berpengaruh 18,9% terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada Materi Dasar-Dasar Akuntansi di FKIP UIR Tahun Ajaran 2013/2014. Kesimpulan penelitian ini adalah Kecerdasan Emosional (Eq) dan Minat Belajar berpengaruh signifikan terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada Materi Dasar-Dasar Akuntansi di FKIP UIR Tahun Ajaran 2013/2014.
Kata kunci: Kecerdasan Emosional (Eq), Minat Belajar, Hasil Belajar Mahasiswa pada Materi Dasar-Dasar Akuntansi