PENGARUH DINGIN TERHADAP RASA SAKIT DAN KEPEKAAN SENTUHAN PADA MAMALIA
Pelaksanaan : Jum’at, 16 September 2016 Dose Dosen n
: Erl Erlix Rakhm akhmad ad Purn Purnam ama, a, M.Si .Si.
Kelompok: 03
Rakmawati
(14030204055)
Talania Saraswaty
(14030204079)
Aida Khusnia
(14030204084)
Berl Berliiana ana Oka Kira Kirana na Putr Putrii
(140 (14030 3020 2040 4098 98))
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI 2016
1.
JUDUL : Pengaruh dingin terhadap rasa sakit dan kepekaan sentuhan pada
‘’mamalia
2.
TUJUAN
Adapun tujuan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: 1. Praktikan mengetahui adanya pengaruh dingin terhadap rasa sakit / nyeri. 2. Praktikan mengetahui letak kepekaan terhadap sentuhan dari bagian kulit. 3. Praktikan melatih letak kepekaan terhadap sentuhan.
3.
DASAR TEORI
Indera merupakan suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk mendapatkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan sekitarnya. Kulit merupakan salah satu alat indera yang berfungsi sebagai indera peraba karena memiliki reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit dan tekanan. Indera peraba ini termasuk dalam kelompok mekanoreseptor. Untuk merasakan rabaan, tekanan, panas, dingin dan nyeri, indra yang digunakan adalah kulit. Saraf yang menuju kulit adalah saraf kutaneus. Saraf ini mencapai daerah bagian epidermis dari kulit.Saraf sensoris yang berada pada kulit merupakan saraf telanjang, artinya saraf yang tidak bermielin. Reseptor pada kulit bentuknya bermacam-macam sesuai dengan fungsinya. Saraf sensoris banyak terdapat pada kulit sehingga kulit tersebut juga sebagai reseptor (penerima rangsang). Dalam kulit terdapat ujung-ujung saraf untuk menerima rangsangan. Ujung-ujung saraf tersebut memiliki fungsi masing-masing.Sebagai penerima rangsang sentuhan (tangoreseptor), permukaan kulit kita terdiri atas berbagai penerima
rangsang. Rangsang yang dapat ditanggapi oleh kulit,
Sudarmono, dkk., (2006:92) adalah rangsang yang berupa panas, dingin, tekanan, sentuhan dan sakit/nyeri. Bila kita memegang benda, maka akan menimbulkan rangsang. Seperti alat indera lainnya, berbagai rangsang yang diterima akan disampaikan ke otak. Untuk indera peraba atau kulit,
1
rangsang diterima oleh ujung-ujung saraf peraba, untuk diteruskan ke otak, Soetarno, (2001:187). Setelah otak memprosesnya, kita dapat merasakan permukaan suatu benda. Selain itu kita dapat merasakan panas, dingin atau nyeri. Pada kulit terdapat berbagai jenis reseptor yang merupakan percabangan
dendrit
dari
neuron
sensorik.
Kepekaan
kulit
pun
berbeda-beda pada setiap bagian. Seperti yang bisa kita rasakan bahwa bagian kulit yang paling peka terhadap rangsangan yaitu pada bibir dan ujung jari. Seperti dikatakan oleh Musarofah, dkk., (2005:126) reseptor yang paling sensitif (peka) untuk merasakan berbagai rangsang adalah pada bibir dan jari-jari. Secara umum nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut syaraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis maupun emosional. Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang telah atau akan terjadi yang digambarkan dengan kata-kata kerusakan jaringan (Torrance dalam Istichomah, 2007). Jika seseorang menderita nyeri maka akan mempengaruhi fisiologis dan psikologis dari orang tersebut. Seseorang dapat menjadi mudah marah, denyut nadi cepat, cemas, dan gangguan pola tidur bahkan aktivitas sehari-hari dapat terganggu (Tamsuri, 2006). Stimulasi kutaneus atau terapi berbasis suhu berupa kompres panas dan kompres dingin. Kompres pada tubuh bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan. Efek panas dapat meredakan nyeri dengan meningkatkan relaksasi otot sedangkan efek dingin dapat meredakan nyeri dengan memperlambat kecepatan konduksi saraf dan menghambat impuls saraf (Kozier & Erb, 2009). Metode sederhana yang dapat di gunakan untuk mengurangi nyeri yang secara alamiah yaitu dengan memberikan kompres dingin pada luka, ini merupakan alternative pilihan yang alamiah dan sederhana yang dengan cepat mengurangi rasa nyeri selain dengan memakai obat-obatan. Terapi
2
dingin menimbulkan efek analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit (Eva, 2011). Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian dikemukakan bahwa terapi berbasis suhu bisa membantu mengurangi intensitas nyeri. Menurut hasil penelitian Kartika (2003) bahwa ada pengaruh pemberian kompres dingin terhadap penurunan intensitas nyeri pada bendungan payudara pada ibu post partum. Kompres dingin adalah memberi rasa dingin pada daerah setempat dengan menggunakan kain yang dicelupkan pada air biasa atau air es sehingga memberi efek rasa dingin pada daerah tersebut. Tujuan diberikan kompres dingin adalah menghilangkan rasa nyeri akibat odema atau truma, mencegah
kongesti
kepala,
memperlambat
denyutan
jantung,
mempersempit pembuluh darah dan mengurangi arus darah local. Pemberian kompres hangat dan dingin diberikan untuk mendukung tubuh terhadap proses yang melibatkan perbaikan dan penyembuhan jaringan (Istichomah, 2007). Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi.
4.
BAHAN DAN ALAT 1. Bahan
1. Subyek percobaan ( praktikan )
2 orang
2. Es batu
1 kantong kecil
3
2. Alat
5.
1. Stopwatch
1 buah
2. Penggaris
1 buah
3. Tissue
1 pack
4. Jangka
1 buah
CARA KERJA a) Pengaruh Dingin terhadap Rasa Sakit
i.
Memposisikan praktikan duduk dengan telapak tangan mendatar di atas meja.
ii.
Mencubit telapak tangan dengan intensitas sedang hingga praktikan merasa sakit / nyeri.
iii. Mengulangi cubitan pada tempat yang sama setelah beberapa saat. iv. Mengusapkan es batu pada tempat yang telah di cubit. v.
Mengeringkan dengan menggunakan tissue.
vi. Mencatat waktu sampai praktikan tidak merasakan rasa sakit. vii. Melakukan pada telapak tangan yang lain. b) Kepekaan Sentuhan
i.
Menutup mata praktikan dan meletakkan salah satu lengannya diatas meja.
ii.
Meletakkan kaki jangka pada jarak 3 cm.
iii. Menyentuhkan kaki jangka dengan tekanan ringan pada bagian ventral lengan bawah praktikan. Jika merasakan 2 titik, maka jarak kedua kaki jangka diperkecil begitu sebaliknya. iv. Mengulangi kegiatan yang sama untuk bagian kulit telapak tangan bagian dorsal, telapak tangan bagian ventral, ujung jari tangan kiri, ujung jari tangan kanan, dahi, pipi, tengkuk dan leher. v.
Mencatat hasil kepekaan kulit terhadap sentuhan.
4
6.
HASIL DAN PEMBAHASAN a)
HASIL
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan, dihasilkan beberapa data pengaruh dingin terhadap rasa sakit (Tabel 9.1) dan kepekaan kulit terhadap sentuhan (Tabel 9.2). Tabel 9.1 Pengaruh dingin terhadap rasa sakit atau nyeri Praktikan Ulangan Durasi penempelan es batu Tangan kanan ( detik ) Tangan kiri ( detik ) I 60 65 A II 41 44 III 34 41 Rata-rata 45 50 I 37 34 B II 37 35 III 35 34 Rata-rata 36,3 34,3 Tabel 9.2 Kepekaan kulit terhadap sentuhan No. Bagian Tubuh Jarak kepekaan sentuhan ( cm ) 1. Lengan bawah bagian dorsal 3,5 2. Telapak tangan bagian dorsal 1,5 3. Telapak tangan bagian ventral 3,5 4. Ujung jari tangan kiri 2 5. Ujung jari tangan kanan 1,3 6. Dahi 1,5 7. Pipi 1 8. Tengkuk 0,5 9. Bibir 0,3
b) PEMBAHASAN
Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik. Kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi. Berdasarkan Tabel 9.1 dapat diketahui bahwa durasi hilangnya rasa sakit setelah diberi perlakuan dingin es batu pada telapak tangan kanan dan kiri
5
praktikan berbeda. Perbedaan tersebut disebab oleh beberapa faktor, salah satunya ialah perkembangan jaringan saraf setiap orang yang berbeda. Pemberian kompres dingin diberikan untuk mendukung tubuh terhadap proses yang melibatkan perbaikan dan penyembuhan jaringan (Istichomah, 2007). Durasi hilangnya pada setiap pengulangan penempelan es batu pada setiap ulangan perlakuan semakin menurun. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh Kozier dan Erb, 2009 bahwa dingin bekontribusi untuk menghilangkan rasa sakit. Karena sensasi tersebut dapat diakibatkan stimulasi jaring-jaring serabut saraf kulit yang tidak melekat pada detector stimulus khusus, dengan demikian tidak bereaksi terhadap stimulus itu kecuali sangat kuat. Kompres pada tubuh bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan. Efek dingin dapat meredakan nyeri dengan memperlambat kecepatan konduksi saraf dan menghambat impuls saraf (Kozier & Erb, 2009). Berdasarkan tabel 9.2 mengenai kepekaan sentuhan, didapatkan hasil bahwa pada kulit terdapat berbagai jenis reseptor yang merupakan percabangan dendrit dari neuron sensorik. Kepekaan kulit pun berbeda-beda pada setiap bagian. Berdasarkan tabel, bagian bibir merupakan bagian yang paling peka terhadap sentuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikatakan oleh Musarofah, dkk., (2005:126) reseptor yang paling sensitif (peka) untuk merasakan berbagai rangsang adalah pada bibir jari-jari. Sedangkan pada lengan bawah bagian dorsal dan telapak tangan bagian ventral merupakan bagian yang paling tidak peka. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena percabangan dendrit dari neuron sensorik pada lengan bagian dorsal dan telapak tangan bagian ventral tidak sebanyak pada bibir. Karena semakin banyak percabangan dendrit dari neuron (saraf), maka kepekaan terhadap sentuhan akan semakin meningkat.
DISKUSI
a. Bagaimana pengaruh dingin terhadap rasa sakit? Jawab: semakin dingin, maka waktu hilangnya rasa sakit atau nyeri akan semakin lama.
6
b. Bagaimana pengaruh jarak jangka pada kepekaan sentuhan? Jawab: semakin kecil jarak jangka, maka kepekaan terhadap sentuhan akan semakin tinggi.
7. KESIMPULAN a)
Suhu dingin dapat berpengaruh dalam menghambat rasa sakit/nyeri yang di alami oleh saat diberikan stimulus berupa rasa sakit (cubitan). Rasa sakit itu merupakan akibat perubahan frekuensi dan pola isyarat yang menuju ke system saraf pusat melalui reseptor kulit pada ujung saraf.
b) Semakin kecil jarak jangka, maka kepekaan terhadap sentuhan akan semakin tinggi.
8.
DAFTAR PUSTAKA
Berman, Snyder, Kozier, Erb, (2009). Buku Ajar Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Edisi 5. Jakarta: EGC. Fauzi, Imam.2013. Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Tingkat Nyeri Pada Prosedur Invasif Pemasangan Infus Anak Usia Sekolah Di Rsud Bendan Kota Pekalongan. Diakses pada tanggal 21 september 2016 dari www.e-skripsi.stikesmuh-pkj.ac.id/e-skripsi/index.php?p=fstream &fid=510 Istchomah. 2007. “Pengaruh Teknik Pemberian Kompres Terhadap Perubahan Skala Nyeri pada Klien Kontusio di RSUD Sleman”, SNT 2007, hal E1-E-9 Kartika, Annisa Wuri. 2003. “ Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Bendungan Payudara Pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo”. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya Malang. Khusniyah, Z. & Rizqi, H. D. (2011). Efektifitas Stimulasi Kulit Dengan Teknik Kompres Hangat Dan Dingin Terhadap Penurunan Persepsi Nyeri Kala I Fase Aktif Persalinan Fisiologis. Tidak diterbitkan. Musarofah . 2005. BIOLOGI 2 kelas VIII SMP . Bandung : Remaja Rosdakarya Setryowati, Ayu. 2012. Kulit Sebagai Indra Peraba Manusia. Diakses pada tanggal 21 september 2016 dari http://www.slideshare.net/moonsaincy/kulit-sebagai-indera-peraba -manusia
7
Soetarno, R. 2001. RPAL (RANGKUMAN PENGETAHUAN ALAM LENGKAP) untuk SEKOLAH DASAR kelas IV, V, VI . Semarang : Aneka Ilmu Sudarmono .2006. Panduan Belajar kelas 9 SMP Biologi – Fisika. Yogyakarta : Primagama Tamsuri, Anas. Konsep dan penatalaksanaan nyeri . EGC. Jakarta:2006.
8