LAPORAN MIKROBIOLOGI KEPEKAAN BAKTERI TERHADAP TERHADAP BERBAGAI FAKTOR FAKTOR
Oleh : Reny Dwi Irfiana
(150210103071) (150210103071)
KELAS B KELOMPOK 6
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2017
I.
JUDUL
Kepekaan Bakteri Terhadap Berbagai Faktor II.
TUJUAN
2.1 Mengetahui
pengaruh
faktor
lingkungan
( abiotic)) (abiotic
berupa
temperatur, pH, pengaruh tekanan osmosis, pengaruh pemanasan, dan pengaruh sinar ultraviolet terhadap pertumbuhan bakteri. III.
METODE PENELITIAN 3.1 ALAT BAHAN 3.1.1
Alat
Ose
Kulkas
Inkubator
Bunsen burner
Korek api
Tabung reaksi
Pipet
Kapas
Sil
Gelas beaker
Kompor listrik
Cawan petri
Lidi kapas
3.1.2
Bahan
Biakan bakteri umur 24 jam
Medium NA miring
Medium NB pH 3, 7, dan 12
Medium NA cawan
Suspensi biakan murni dalam NB
Medium Nutrient yang sudah diberi garam NaCl 0,3 %; 0,8 %; 1,5 %
Medium NA tegak
3.2 SKEMA KERJA
a) Pengaruh temperatur (suhu) Menyiapakan alat dan bahan yang dibutuhkan
Mengambil isolat bakteri murni dengan ose dilakukan secara aseptik
Memasukkan isolat bakteri yang diambil kedalam 3 tabung yang telah disiapkan pada medium NA miring
Menginkubasi tabung-tabung tersebut pada temperatur yang berbeda (4 oC, 37oC, dan 55oC) selama 24 jam
Mengamati pertumbuham pada masing-masing tabung
b) Pengaruh pH Menyiapakan alat dan bahan yang dibutuhkan
Menyiapakan indikator pH yang akan digunakan (3, 7, dan 12)
Menambahakan HCl ± 10 tetes pada medium NB untuk mendapatkan pH 3 dan menambahakan NaOH ± 40 - 45 tetes untuk mendapatkan pH 12. Dan untu untuk k H 7 tida tidak k dita ditamb mbah ahak akan an den den an larut larutan an a a un
Mengambil isolat bakteri murni dengan ose dan dilakukan secara aseptik
Memasukkan isolat bakteri yang diambil kedalam 3 tabung yang telah berisi pH yang berbeda (3, 7, dan 12) pada medium NB
Menginkubasi tabung-tabung tersebut pada suhu 30 oC selama 24 jam
Mengamati pertumbuham pada masing-masing tabung
c) Pengaruh Pemanasan Menyiapakan alat dan bahan yang dibutuhkan dan membagi lempeng a gar pada cawan petri ke dalam 2 bagian yang sama besar
Mengambil isolat bakteri dengan lidi kapas steril dengan mencelupkannya dan dilakuk dilakukan an secara secara ase tik
Mengoleskan lidi kapas steril di setengah bagian lempeng agar dengan menarik garis lurus dan dilakukannya secara aseptik
Memanaskan isolat bakteri selama 5-10 menit di atas penangas air
Mengambil isolat bakteri yang telah dipanaskan dengan lidi kapan steril dengan mencelupkannya dan dilakukan secara aseptik
Mengoleskan lidi kapas steril pada sisa bagian setengah lempeng agar yang belum diberi isolat tadi
Menginkubasikan dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37 oC
Mengamati pertumbuham pada cawan petri
d) Pengaruh Tekanan Osmose Menyiapka alat dan bahan yang dibutuhkan
Mengambil isolat bakteri dengan ose dan dilakukan secara aseptik
Memasukkan isolat bakteri ke dalam 3 tabung yang berisi konsentrasi NaCl yang berbeda pada setiap tabungnya ta bungnya (0,3 %, 0,8 %, dan dan 1,5 %)
Menginkubasi pada inkubator selama 24 jam pada suhu 37 oC
Mengamati pertumbuham pada masing-masing tabung
e) Pengaruh UV Menyiapka alat dan bahan yang dibutuhkan
Mengambil isolat bakteri dengan ose dan dilakukan secara aseptik
Memasukkan isolat bakteri pada 2 tabung yang berisi medium NB
Menginkubasi kedua tabung tersebut pada inkubator selama 24 jam pada suhu 37oC
Mengamati perubahan yag terjadi pada tabung 1 (12 jam) dan tabung 2 (24 jam)
IV.
HASIL PENGAMATAN
Nama
Kelompok
Uji Nama Bakteri
1
2
3
Escherichi
Bacillus
a coli
mycoides
5
6
7
Bacillus
Salmonell
mycoides
a typhi
-
-
-
+++
+++
+++
-
-
-
+++
+++
+++
Salmonell Escherichia a typhi
coli
Pengaruh temperature
Suhu 4°C
Suhu 37°C
Suhu 55°C
+++
+++
+++
-
-
-
Pengaruh pH
pH 3 (Asam)
pH 7 (Netral)
+++
+++
+++
pH 12 (Basa)
-
-
-
Pengaruh Pemanasan
Tanpa Pemanas an (B) Dengan Pemanas an (A) Pengaruh Tekanan Osmose
NaCl 0,3
-
-
-
+++
+++
+++
-
-
%
NaCl 0,8 %
NaCl 1,5 %
+++
+++
+++
-
-
-
Pengaruh Ultra Violet
12 jam
-
24 jam
-
-
-
V. PEMBAHASAN
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan mikroba secara optimum. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai (Pelczar & Chan, 2000). Kegiatan suatu mikrobia dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan atau unsur ekologi. Factor lingkungan tersebut meliputi: (factor abiotik dan biotik), factor abiotic merupakan factor yang dapat mempengaruhi kehidupan mikrobia, bersifat fisik dan kimia, yang meliputi: temperature, suhu, pH, tekanan osmose, kelembapan, sinar gelombang pendek, tegangan permukaan, daya oligodinamik, sedangkan factor biotik merupakan factor yang disebabkan oleh jasad (mikrobia) atau kegiatannya, dapat mempengaruhi kegiatan pertumbuhan jasad atau mikroba lainnya. Yang meliputi : simbiose, sinergisme, antibiose, sintropisme (Hafsah, 2009). Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kepekaan bakteri terhadap pengaruh berbagai faktor lingkungan abiotic yang meliputi pengaruh temperature (suhu), pH, tekanan osmosis, pemanasan, dan pengaruh sinar UV. Bakteri yang digunakan ada 3 jenis yaitu bakteri Escherichia coli, Bacillus mycoides, dan Salmonella thypii. thypii . Pengujian yang pertama yaitu pengaruh temperature (suhu) yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan ketiga bakteri tersebut. Suhu yang
digunakan adalah suhu 37 ºC (suhu kamar), suhu 4ºC (lemari es), dan suhu 55 ºC (suhu oven). Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa pada suhu 4ºC dan 55 ºC ketiga bakteri di atas tidak tumbuh, sedangkan pada suhu 37 ºC bakteri dapat tumbuh sangat baik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa suhu optimum pertumbuhan bakteri adalah 37 ºC. Bakteri Esherichia coli tumbuh pada suhu optimum 37 0C, pada kisaran suhu 100C-400C (Faridz, 2012). Sedangkan Bakteri Bacillus mycoides mycoides tumbuh pada suhu 30-400C dan dapat tumbuh pada suhu optimum 50-65 0C (Sumardi, 2012). Bakteri Salmonella thypi tumbuh baik pada suhu 15-41 0C dengan suhu optimumnya yaitu 35-37 0C (Darmawati, 2009). Berdasarkan teori ini maka hasil pengamatan yang diperoleh ada yang tidak sesuai dengan teori yaitu pada bakteri Bacillus mycoides yang suhu optimumnya 50-65 0C justru tidak tumbuh pada suhu 550C, sedangkan untuk bakteri Esherichia coli dan Salmonella thypi hasilnya sudah sesuai dengan teori. Tidak tumbuhnya bakteri pada suhu 4ºC dan 55 ºC dikarenakan
suhu
tersebut
terlalu
rendah
ataupun
terlalu
tinggi
untuk
pertumbuhan bakteri. Ketika tempertaur melebihi maksimum maka akan menyebabkan kematian mikrobia dikarenakan terdenaturasinya protein dan enzim yang mengakibatkan terhentinya proses metabolism mikroba. Pengujian kedua adalah pengaruh pH terhadap pertumbuhan bakteri. pH yang digunakan adalah pH 3, 7, dan 12. Berdasarkan hasil pengamatan ketiga bakteri dapat tumbuh dengan baik pada pH netral yaitu 7, sedangkan pada pH asam=3 dan pH basa=12 bakteri tidak dapat tumbuh. Mikroorganisme berdasarkan pH optimum untuk pertumbuhan dibedakan menjadi 3, yaitu : Asidofil yaitu mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kisaran pH optimal 1-5,5, Neutralofil yaitu mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kisaran ph optimal 5,58,5. dan Alkalifil yaitu mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kisaran pH optimal 9,0-11,00. Bakteri E. coli dapat tumbuh dikarenakan rerata derajat keasaman (pH) antara 3,46 – 3,46 – 5,58 5,58 (Zubaidah, 2015). Pada pH 12 yang merupakan indikator basa hanya bakteri B. bakteri B. mycoides saja yang tidak dapat tumbuh sedangakn bakteri E. bakteri E. coli dan S. thypii dapat tumbuh meskipun sedikit. Karena kedua bakteri
ini mampu hidup pada pH maksimum yaitu 9-13. Sedangakan B. mycoides memiliki pH maksimum yaitu 8,8 (Stainer, 2010). Pengujian selanjutnya yaitu pengaruh pemanasan terhadap pertumbuhan ketiga bakteri di atas. Pemanasan dilakukan selama 5 menit dan 10 menit. Berdasarkan hasil praktikum, sebelum dilakukan pemanasan terlihat pertumbuhan bakteri yang begitu pesat, baik pada bakteri Escherichia coli, Bacillus mycoides, maupun bakteri Salmonella thypii. Sedangkan setelah pemanasan 5 menit bakteri Escherichia coli mengalami kematian atau tidak tumbuh, sedangkan bakteri Bacillus mycoides dan Salmonella thypii tetap dapat tumbuh. Untuk pemanasan yang 10 menit, semua bakteri sudak tidak terlihat pertumbuhannya lagi. Pengujian berikutnya yaitu untuk mengetahui tekanan osmosisnya dengan penambahan 3 jenis larutan NaCl konsentrasi berbeda yakni 0,3%, 0,8%, dan 1,5%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada penambahan larutan NaCl konsentrasi 0,3% bakteri Escherichia coli dan Bacillus mycoides dapat tumbuh luar biasa sedangkan bakteri Salmonella thypii tumbuh sedikit. Sedangkan pada penambahan konsentrasi NaCl 0,8% ketiga bakteri dapat tumbuh pesat. Untuk pertumbuhan bakteri dengan penambahan NaCl konsentrasi 1,5% bakteri Escherichia coli dapat tumbuh dengan pesat sedangkan bakteri Bacillus bakteri Bacillus mycoides, dan Salmonella thypii dapat tumbuh dengan baik. Semakin tinggi konsentrasi seharusnya pertumbuhan bakteri semakin rendah sebab sel yang dimasukkan ke dalam larutan yang hipertonis akan rusak. Menurut Pelczar dan Chan (2000), apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah. Pengujian terakhir yaitu pengaruh sinar UV selama 12 jam dan 24 jam. Berdasarkan hasil pengamatan, pertumbuhan bakteri yang telah disinari UV selama 12 jam justru tidak ada yang tumbuh, sedangkan yang telah disinari UV selama 24 jam justru tumbuh baik bahkan pada bakteri Escherichia coli pertumbuhannya cukup pesat. Menurut Srigede, (2014) Sinar ultraviolet biasanya
digunakakan untuk sterilisasi ruangan. Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh bakteri dengan panjang gelombang antara 220-290 nm dan radiasi yang paling efektif adalah 253,7 nm. Mekanisme kerja UV adalah absorpsi oleh asam nukleat tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaan sel. Energi yang di absorpsi ini akan menyebabkan terjadinya ikatan antara moleku-molekul timin yang bersebelahan dan menyebabkan terbentuknya dimer timin sehingga fungsi dari asam nukleat terganggu dan dapat mengakibatkan kematian bakteri. Adanya mekanisme inilah yang mungkin menyebabkan terjadinya modifikasi-modifikasi kimiawi dari nukleoprotein serta menimbulkan hubungan silang antara pasangan molekul timin. Hubungan tersebut menyebabkan salah baca dari kode genetic yang akan dihasilkan sehingga menghasilkan mutasi genetik (Ariyadi, 2013). Akibat adanya mutasi inilah maka bakteri yang disinari UV 24 jam yang harusnya tidak tumbuh justru tumbuh semakin banyak. Selain itu juga intensitas penyinaran yang berbeda-beda menyebabkan panjang gelombang yang tidak sama sehingga bakteri tersebut tidak mati dan dapat tumbuh dengan baik. VI.
PENUTUP
6.1 Kesimpulan -
Faktor abiotic berupa suhu, pH, tekanan osmosis, pemanasan dan sinar UV mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Setiap bakteri memiliki suhu, pH, dan tekanan osmosis tertentu agar dapat tumbuh dengan baik yang disebut sebagai suhu optimum (370C), pH optimum (7) dan tekanan osmosis optimum (0,8% NaCl). Pemanasan mempengaruhi pertumbuhan bakteri yaitu apabila dipanaskan kebanyakan bakteri tidak akan tumbuh (mati). Penyinaran UV juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri, panjang gelombang efektif untuk membunuh bakteri adalaha 253,7 nm.
6.2 Saran Ketelitian dan efisiensi waktu agar lebih ditingkatkan lagi baik untuk praktikan maupun asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyadi, T. 2013. Pengaruh sinar Ultra Violet Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus sp. sp. Sebagai Bakteri Kontaminan. Jurnal Kontaminan. Jurnal Kesehatan. Kesehatan. Vol 2 (2). Darmawati, S. 2009. Keanekaragaman Genetik Salmonella typhi. typhi. Jurnal Kesehatan Vol Kesehatan Vol 2 (1) : 1-8. Faridz, Raden; Hafiluddin; dan Mega Anshari. 2012. Analisis Jumlah Bakteri dan Keberadaan Escherichia coli pada Pengolahan Ikan Teri Nasi di PT. Kelola Mina Laut Unit Sumenep. Embryo Sumenep. Embryo Vol Vol 4 (2) : 94-106. Hafsah. 2009. Mikrobiologi 2009. Mikrobiologi umum. Makassar umum. Makassar : UIN Alauddin Makasar Press. Pelczar, M.J dan Chan E.S. 2000. Dasar-dasar 2000. Dasar-dasar Mikrobiologi. Mikrobiologi. Jakarta: UI Press. Srigede, Lalu dan Siti Zaetun. 2014. Paparan Sinar Ultra Violet dengan Pengamatan Waktu Sterilisasi Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus sp.. sp.. Jurnal Media Ilmiah. Vol 8 (6). Stainer. (2010). Wastewater Engineering Treatment and Reuse. New Reuse. New York - US: McGraw-Hill. Zubaidah. 2015. Uji Patogenitas Penyebab White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada Udang Windu dengan Lama Waktu Perendaman 30, 60 dan 90 Menit Pada Konsentrasi 100 μg/ml dan 200 μg/ml. Jurnal Analisis Kesehatan vol I (2) : 12-18.