Tugas Kimia Analitik
PENENTUAN KADAR BESI DALAM SUATU LARUTAN AIR SUMUR
Disusun Oleh : Kelompok Syadza Firdausiah
Kaltri Fitriani Leliani
JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN 2010
BAB I PENDAHULUAN
Spektrofotometri merupakan salah satu cabang analisis instrumental yang mempelajari interaksi antara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik. Interaksi antara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik dapat berupa hamburan ( scattering ), ), absopsi (absorption), absorption), emisi (emission (emission)). Interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan atom atau molekul yang berupa absorpsi melahirkan spektrofotometri absorpsi antara lain spektrofotometri absorpsi antara lain spektrofotometri ultra violet (UV), (UV), spektrofotometri sinar tampak (VIS), (VIS), spektrofotometriinfra spektrofotometriinfra merah (IR ). Spektrofotometri ultra violet yang dipakai untuk aplikasi kuantitatif menggunakan radiasi dengan panjang gelombang 200-380 nm, nm, sedangkan spektrofotometri sinar tampak menggunakan radiasi dengan panjang gelombang 380-780 nm. Molekul yang dapat memberikan absorpsi yang bermakna pada daerah panjang gelombang 200-780 nm adalah molekul-molekul yang mempunyai gugus kromofor dan gugus auksokrom. Spektrofotometer UV-Vis banyak dimanfaatkan seperti dalam analisa logam berbahaya dalam sampel pangan atau bahan yang sering digunakan dalam kehidupan. Air merupakan salah satu kebutuhan yang luas oleh masyarakat. Beragam sumber air yang digunakan dalam keseharian. Salah satu sumbernya ialah air sumur. Kandungan dalam air sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat yang menggunakannya. Dalam percobaan ini, ini, akan dianalisa kandungan besi dalam sampel air sumur dengan menggunakan pengkompleks dalam suasana asam, asam, yang kemudian dianalisis dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.
BAB II METODOLOGI PERCOBAAN
I. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Siapkan larutan bsi (II) (II) amonium sulfat dalam air yang mengandung kadar Fe2+ sekitar 5 mg/L dan 10 mg/L dengan cara: timbang masing-masing 125 mg dan 250 mg ammonium besi (II) (II) sulfat, sulfat, larutkan dalam air dan encerkan sampai volume 100, 100,0 ml pada labu ukur. Kocok , kemudian ambil 1, 1,0 ml dari larutan tersebut dan pindahkan ke dalam gelas piala 50 ml. Tambahkan 5 ml larutan hidroksilamonium klorida (10% dalam air ), ), atur pH pH hingga berada pada rentang 3-6 dengan larutan natrium asetat (2M dan 0, 0,2 M), tambahkan 4 ml larutan 1, 1, 10fenantrolin (0, (0,25% monohidrat dalam air ), ), masukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan encerkan dengan air suling sampai garis batas. Kocok dan ukur serapannya setelah 5-10 menit pada rentang panjang gelombang 500-530 nm. Blanko dibuat dengan cara: masukkan 5 ml larutan hidroksilamonium klorida (10% dalam air ) ke dalam gelas piala, piala, atur pH hingga berada pada rentang 3-6 dengan larutan natrium asetat (2 M dan 0, 0,2 M), lalu tambahkan 4 ml larutan 1, 1, 10fenantrolin (0, (0,25% monohidrat dalam air ), ), masukkan ke dalam labu ukur 250 ml, ml, encerkan sampai garis batas dengan air suling, suling, kemudian kocok. Dari hasil pengamatan tersebut tentukan panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum (Pmaks Pmaks). Panjang gelombang maksimum inilah yang selanjutnya dipergunakan dalam pengukuran serapan larutan baku dan larutan cuplikan.
II. Pembuatan Kurva Baku/Kurva Kalibrasi Buat larutan besi (II) (II) amonium sulfat dalam air yang mengandung konsentrasi Fe2+ sekitar 2 mg/L sampai 10 mg/L masing-masing 100 ml. Ambil 1, 1,0 ml dari larutan tersebut dan pindahkan ke dalam gelas piala 50 ml. Tambahkan 5 ml larutan hidroksilamoniumklorida hidroksilamoniumklorida (10% dalam air ), ), atur pH hingga berada pada rentang 3-6 dengan larutan natrium asetat (2 M dan 0, 0,2 M), tambahkan 4 ml larutan 1, 1,10-fenantrolin (0, (0,25% monohidrat dalam air ), ), masukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan encerkan dengan air suling sampai garis batas. Kocok dan ukur serapannya setelah 5-10 menit pada panjang gelombang maksimum (Pmaks Pmaks). Alurkan konsentrasi terhadap serapan pada panjang gelombang maksimum tersebut.
III. Penetapan Kadar Fe 2+ dalam Larutan Cuplikan Ambil 1, 1,0 ml larutan cuplikan yang belum diketahui kadarnya, kadarnya, pindahkan ke dalam gelas piala 50 ml, ml, tambahkan 5 ml larutan hidroksilamonium klorida (10% dalam air ), ), atur pH hingga berada pada rentang 3-6 dengan larutan natrium asetat ( 2 M dan 0, 0,2 M), M), tambahkan 4 ml larutan 1, 10-fenantrolin (0, (0,25% monohidrat dalam air ), ), masukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan encerkan dengan air suling sampai garis batas. Kocok dan ukur serapannya setelah 5-10 menit Pmaks). Kadar Fe2+ dalam larutan cuplikan dapat dibaca pada panjang gelombang maksimum (Pmaks
dari kurva baku/kurva kalibrasi atau dihitung dari persamaan garis regresi kurva tersebut.
BAB III HASIL PENGAMATAN
I. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Panjang gelombang maksimum hasil pengukuran adalah 512 nm.
II. Pembuatan Kurva Baku/Kurva kalibrasi
Dari hasil tersebut, tersebut, kita dapatkan persamaan garis regresi dari kurva baku adalah: A = 0, 0,1018 C - 0, 0,0084 dengan koefisien korelasi (R ) sebesar 0,99 0,9967 67 di mana A adalah serapan/absorbance dan C adalah konsentrasi (mg/L) (mg/L)
Gambar 3. KURVA BAKU/KURVA KALIBRASI III. Penentuan Kadar Fe 2+ dalam Larutan Cuplikan
Larutan cuplikan air sumur yang mengandung Fe2+ diukur serapannya dan didapatkan A = 0, 0,635. Nilai serapan ini dimasukkan ke da lam persamaan garis regresi dari kurva baku dan kita mendapatkan konsentrasi Fe2+ dalam larutan cuplikan adalah 6, 6,32 mg/L.
BAB IV KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, percobaan, penentuan kadar besi dalam sampel sa mpel air sumur , maka dapat disimpulkan bahwa kadar besi dalam sampel sampe l air sumur ialah 6, 6,32 mg/L.