MAKALAH KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ANALISIS KADAR AIR
Oleh : ALFIAN SURYO NUGROHO
16.005
ARDELIA CHAYANINGTYAS
16.013
DESY RAHAYUNINGTYAS D.A 16.022 FITROTUL CHASANAH
16.030
MUHAMMAD FAUZIL ADHIM
16.038
SINDHY CAHYANING RIZKI
16.047
PEMERINTAHAN PEMERINTAHAN PROVINSI JAWA TIMUR DINAS KESEHATAN PROVINSI AKADEMI GIZI SURABAYA 2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Analisis Kadar Air. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Analisis Kadar Air memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
ini dapat
Surabaya, 28 Januari 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4 1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 4 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4 1.3 Tujuan Masalah ...................................................................................................... 4 BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 5 2.1 Pengertian Metode Metode Gravimetri (Oven) ..................................................... 5 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Gravimetri (oven) ......................................... 5 2.3 Alat Metode Pengeringan ....................................................................................... 6 2.4 Pertimbangan Teknis .............................................................................................. 6 2.4.1 Penurunan Kadar Air ............................................................................... 6 2.4.2 Kerusakan Bahan ..................................................................................... 7 2.4.3 Variasi suhu ............................................................................................. 7 2.5 Pengertian Metode Destilasi ................................................................................... 7 2.6 Kelebihan dan Kekurangan Metode Destilasi ........................................................ 8 2.7 Potensi Kesalahan (Error) pada Metode Distilasi .................................................. 8 2.8 Metode Kimiawi (Karl Fischer) ............................................................................. 9 2.8.1 Metode Kimiawi (Karl Fischer) Terdiri dari 2 Metode analisis ............ 10 2.9 Metode Fisika ....................................................................................................... 11 2.9.1 Dielectric Method ................................................................................. 11 2.9.2 Hydrometer ........................................................................................... 11 2.9.3 Refractometer ....................................................................................... 11 BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Penentuan kadar air dalam makanan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi, metode kimia, metode khusus (Anonim,2003). Kriteria ikatan air dalam aspek daya awet bahan pangan dapat ditinjau dari kadar air, konsentrasi larutan, tekanan osmotik, kelembaban relatif berimbang dan aktivitas air. Kandungan air dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya, dan hal ini sangat erat hubungannya dengan daya awet bahan pangan tersebut. Hal ini merupakan pertimbangan utama dalam pengolahan dan pengelolaan pasca olah bahan pangan (Purnomo,1995).Selain air, bahan pangan juga mengandung zat-zat lain yang bermanfaat bagi kesehatan atau biasa disebut dengan zat-zat gizi. Zat gizi tersebut telah dibuktikan bermanfaat dalam menjaga atau mengobati satu atau lebih penyakit atau meningkatkan performa fisiologisnya (Winarno 1990) Kandungan air dari suatu bahan pangan perlu diketahui terutama untuk menentukan persentase zat-zat gizi secara keseluruhan. Jumlah kadar air yang terdapat di dalam suatu bahan pagan sangat berpengaruh atas seluruh susunan persentase zat-zat gizi secara keseluruhan. Dengan diketahuinya kandungan air dari suatu bahan pangan, maka dapat diketahui berat kering dari bahan tersebut yang biasanya konstan . Penentuan kadar air suatu bahan pangan bergantung pada sifat bahan pangan itu sendiri. Penentuan ini terkadang tidak mudah dilakukan karena terdapat bahan yang mudah menguap pada beberapa jenis bahan pangan, dan adanya air yang terurai pada bahan pangan, serta oksidasi lemak pada bahan pangan tersebut. Faktor lain yang mempengaruhi penentuan kadar air yang tepat yaitu air yang ada dalam bahan pangan terikat secara fisik dan ada yang secara kimia. 1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana prinsip penetapan kadar air dengan menggunakan berbagai metode? b. Bagaimana cara mengetahui kelebihan dan kekurangan analisis kadar air? c. Bagaimana cara mengetahui alat metode analisis kadar air ? 1.3 Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui prinsip penetapan kadar air dengan berbagai metode. b. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan analisis kadar air. c. Untuk mengetahui alat metode analisis kadar air.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Metode Metode Gravimetri (Oven)
Sifat dari metode analisis kadar air dengan menggunakan metode gravimetri (oven) yaitu berdasarkan pada selisih berat sebelum pemanasan dan setelah pemanasan.Oleh karena itu sebelum dilakukan analisa, terlebih dahulu dilakukan penimbangan cawan yang akan dipergunakan untuk mengeringkan sampel. Pada penentuan kadar air dengan metoda oven ini, sampel dimasukkan ke dalam cawan yang sudah dipanaskan terlebih dahulu selama 30 menit pada suhu 105 derajat celcius yang bertujuan menguapkan air yang berada di dalam maupun diluar dinding botol sehingga diperoleh berat botol yang terbebas dari air serta bertujuan untuk menyesuaikan suhu pada botol timbang dengan suhu pada oven karena hal ini sangat menetukan dalam perhitungan kadar air dalam sampel. Digunakannya suhu 105 derajat celcius ini karena pada suhu ini semua air telah menguap yaitu 5 derajat di atas titik didih air. Selain itu, pada suhu ini belum terjadi perubahan-perubahn sifat pada bahan seperti terjadinya karamelisasi pada gula, oksidasi pada lemak, oksidasi pada protein, dsb. Kemudian cawan didinginkan dalam desikator selama 15 menit karena cawan masih bersifat higroskopis atau mudah menyerap uap air, yang mana dalam desikator ini terdapat silica gel yang mampumenyerap air. Proses selanjutnya yaitu sampel dalam cawan dipanaskan dalam oven pada105 derajat celcius selama 3 jam dan dikeringkan dalam desikator selama 15 menit kemudian dilakukan penimbangan, dalam hal ini dilakukan setiap 3 jam sampai di dapat berat yang konstan, karena setelah pemanasan selama 3 jam, kandungan air sudah tidak ada. Sehingga perbedaan berat pada proses pemanasan tidak akan lebih dari 0,002 g. Setelah pemanasan selesai sampel dan cawan di dinginkan dalam desikator, hal ini bertujuan untuk mendinginkan sampel dan cawan yang baru saja di oven agar tidak menyerap airdari udara bebas. Kemudian ditimbang sampai didapat berat yang konstan. Apabila belum tercapai berat yang konstan maka sampel dan cawan dipanaskan kembali dan didinginkan lalu di timbang kembali sampai didapat berat yang konstan. Hal tersebut menandakan sudah didapat berat yang konstan yang menunjukkan bahwa air yang terdapat dalam sampel telah menguap dan yang tersisa hanya padatan dan air yang benar-benar terikat kuat dalam sampel. Kemudian dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen kadar air dalam bahan. Dari hasil pengamatan yang diperoleh, kadarair yang terbesar untuk sampel susu yaitu sampel G sebesar 5.99% dan untuk sampel bawang yaitu sampel H sebesar 88.54%.
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Gravimetri (oven)
Kelebihan:
Akurat, relatif mudah, murah, banyak metode yang digunakan, banyak sample dianalisis bersamaan.
Kekurangan:
Merusak, memerlukan waktu lama, dan tidak dapat dilakukan untuk beberapa jenis bahan pangan
2.3 Alat Metode Pengeringan
1. Convection Oven:
Sampel dipanaskan dalam oven pada suhu dan waktu tertentu hingga beratnya konstan.
Variasi suhu dalam oven hingga 10 derajat celcius 2. Force Draft Oven:
Ditambahkan kipas dalam oven.
Variasi suhu dalam oven 1 derajat celcius.
Tidak sesuai untuk sampel berkabohidrat dan bahan volatil tinggi. 3. Vacuum Oven:
Tekanan dalam oven 25-100 mmHg, suhu <100 derajat celcius (70 derajat celcius).
Suhu rendah, mencegah kerusakan. 4. Microwave Oven:
Mengeringkan, menimbang, dan menghitung KA secara automatik. Waktu analisis cepat (4 menit).
Terdiri: Mode 1 (diatur power dan waktu) dan Mode 2 (diatur power, waktunya ditentukan oleh alat). 5. Infrared Drying:
Menggunakan lampu halogen yang mengeluarkan sinar infrared. Mengeringkan dan menimbang secara automatis.
Waktu 10-25 menit. 6. Rapid Moisture Analyzer:
Menggunakan metode mikrowave atau infra merah.
Cepat.
2.4 Pertimbangan Teknis 2.4.1 Penurunan Kadar Air .
Didasarkan pada suhu penguapan air (100 derajat celcius, pada P at m), tetapi karena adanya bahan terlarut, suhu harus lebih tinggi. 1 mol bahan terlarut (solute) meningkatkan suhu uap air sebesar 0.512 derajat celcius. Bahan tertentu, diperlukan dua-tahap pengeringan: i. Produk cair (juice, susu): Steam bath (predried) dan Oven (drying).
ii.
Tepung dan biji- bijian: Air dried (penjemuran), giling, dan Oven dried.
Ukuran partikel, distribusi ukuran partikel, ukuran sampel, dan luas permukaan sampel mempengaruhi laju dan efisiensi penguapan air.
2.4.2 Kerusakan Bahan
Kerusakan bahan terjadi karena suhu terlalu tinggi dan/atau waktu terlalu lama. Contoh: a. Karbohidrat terdecomposisi pada pemanasan 100 Celcius , mengikuti rumus: C6H12O6 ———— > 6C + 6H2O b. Hidrolisis sukrosa, menyerap air. c. Kehilangan bahan volatil, seperti: asam asetat, propionat, butirat; alkohol; ester; dan aldehid
2.4.3 Variasi Suhu
Suhu dalam oven dapat bervariasi, bergantung pada jenis oven yang digunakan. Variasi suhu antara 1-10C. Pemilihan dan Penanganan Cawan a. Pemilihan cawan bergantung pada jenis bahan yang diuji. b. Disarankan yang disposable. c. Gunakan penutup cawan. d. Gunakan spatula untuk memindahkan cawan. Penggumpalan (Clumping) Pembentukan Kulit (Crust). a. Beberapa bahan dapat membentuk kulit (crust) dan gumpal. b. Hasil análisis salah dan tidak seragam. c. Dicegah dengan menambahkan pasir kering dari tanah diatom.
2.5 Metode Destilasi
Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah menguapkan air dengan “pembawa” cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi dari pada air dan tidak dapat bercampur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah dari pada air. Zat kimia yang dapat digunakan antara lain : toluen, xylen, benzen, tetrakhlorethilen dan xylol. Cara penentuannya adalah dengan memberikan zat kimia sebanyak 75-100 ml pada sampel yang diberikan mengandung air sebanyak 2-5 ml kemudian dipanaskan sampai mendidih. Uap air dan zat kimia tersebut diembunkan dan ditampung dalam tabung penampung. Karena berat jenis air lebih besar daripada zat kimia tersebut maka air akan berada dibagian bawah pada tabung penampung. Bila pada tabung penampung dilengkapi skala maka banyaknya dapat diketahui. Cara destilasi ini baik untuk menentukan kadar air dalam zat yang kandungan
airnya kecil yang sulit ditentukan dengan cara gravimetri. Penetuan kadar air ini hanya memerlukan waktu ± 1 jam (Sudarmadji,2003).
Didasarkan pada penentuan langsung jumlah air yang diuapkan dari sampel. Mencampurkan sampel dengan pelarut yang mempunyai titik didih tinggi (sedikit lebih tinggi dari air), berat jenis berbedandengan air, dan tidak larut dalam air. Air dan pelarut akan menguap, terkondensasi, mencair dan terpisah. Pelarut kembali bercampur dengan sampel. Pelarut yang digunakan: Toluene, Xylene, dan Benzene. Digunakan untuk analisis kadar air: a) Rempah-rempah (AOAC No. 986.21) b) Pakan ternak (AOAC No. 925.94) c) Cheese (AOAC No. 969.19)
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Metode Destilasi
Kelebihan :
Cocok untuk aplikasi untuk makanan dengan kadar air rendah; Cocok untuk aplikasi untuk makanan yang mengandung minyak atsiri, seperti jamu atau rempah-rempah, karena minyak tetap terlarut dalam pelarut organik, dan karena itu tidak mengganggu pengukuran air;
Peralatan relatif murah, mudah untuk setup dan beroperasi;
Metode Distilasi telah resmi disetujui untuk sejumlah aplikasi makanan;
Kekurangan:
Merusak;
Relatif memakan waktu;
Melibatkan penggunaan pelarut yang mudah terbakar;
Tidak berlaku untuk beberapa jenis makanan
2.7 Potensi Kesalahan (Error) pada Metode Distilasi
Terbentuk emulsi (air dan pelarut) yang tetap bertahan (tidak rusak). i. Ditunggu hingga dingin, sebelum dilakukan pembacaan volume air yang dihasilkan. Tetesan air menempel pada permukaan alat (gelas) ii. Mencuci alat-alat gelas hingga bersih. Dekomposisi sampel yang menghasilkan air. iii. Menggunakan metode lain dengan suhu lebih rendah.
2.8 Metode Kimiawi (Karl Fischer)
Cara ini adalah dengan menitrasi sampel dengan larutan iodine dalam metanol. Reagen lain yang digunakan dalam titrasi ini adalah sulfur dioksida dan piridin. Metanol dan piridin digunakan untuk melarutkan yodin dan dan sulfur dioksida agar reaksi dengan air menjadi lebih baik. Selain itu piridin dan methanol akan mengikat asam sulfat yang terbentuk sehingga akhir titrasi dapat lebih jelas dan tepat. Selama masih ada air dalam bahan, iodin akan bereaksi tetapi begitu air habis, maka iodin akan bebas. Titrasi dihentikan pada saat timbul warna iodine bebas. Untuk memperjelas pewarnaan maka dapat ditambahkan metilen biru dan akhir titrasi akan memberikan warna hijau. I2 dengan mtilen biru akan berubah warnanya menjadi hijau. Cara titrasi ini telah berhasil dipakai untuk penentuan kadar air dalam alkohol, ester-ester, senyawa lipida, lilin, pati, tepung gula, madu, dan bahan makanan yang dikeringkan. Cara ini banyak dipakai karena memberikan harga yang tepat dan dikerjakan cepat. Tingkat ketelitiannya lebih kurang 0,5 mg dan dapat ditingkatkan lagi dengan sistem elektroda yaitu dapat mencapai 0,2 mg (Sudarmadji,2003).
Didasarkan pada penentuan langsung jumlah air yang diuapkan dari sampel.
Dapat menentukan kadar air hingga 100 ppm.
Untuk bahan yang KA rendah pada bahan tinggi kadar gula, tinggi gula reduksi dan protein, atau tinggi kadar lemaknya. Digunakan untuk analisis kadar air: a. Sayuran dan buah kering (AOAC No. 967.19 E-G) b. Permen dan cokelat (AOAC No. 977.10) c. Kopi sangrai, serta lemak dan minyak (AOAC No. 984.20 Penetuan KA berdasarkan reaksi: Reduksi Iodine (I2) oleh SO2 dengan adanya molekul air (H2O): 2H2O+SO2 +I2 → C5H2SO4 +2HI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
Selanjutnya dimodifikasi dengan penambahan Pyridine (C5H5N) dan Methanol (CH3OH): C5H5N·I2 +C5H5N·SO2 +C5H5N+H2O → 2C5H5N·HI+C5H5N·SO3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2) C5H5N·SO3 + CH3OH → C5H5N(H)SO4· CH3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(3)
1 mol H2O memerlukan 1 mol I2, 1 mol SO2, 3 mol C5H5N, dan 1 mol CH3OH (Karl Fischer Reagent). 3.5 mg H2O = 1 ml Reagent.
2.8.1 Terdiri dari 2 Metode Analisis
Volumetric Titration. a. Digunakan untuk sample dengan KA ≥ 0.03%. b. Akhir titrasi di tandai dengan perubahan warna (visual). c. 2 dan SO2 ditambahkan (titrasi) ke sample, analisis selasai dengan ditandai perubahan warna (kuning - coklat). Coulometric Titration. a. Digunakan untuk sample dengan KA < 0.03%. b. Meenggunakan 2 eletroda platinum, dimasukan dalam ruang tirtasi. c. Arus (listrik) dialirkan melalui eletroda, menyebabkan Iodine menghasilkan elektron (2I ——— > I2 + 2e). d. Perubahan arus (elektron) pada akhir titrasi diukur dengan Galvanometer). Karl Fischer Reagent tidak stabil, perlu di tentukan distandardisasi dengan menghitung Karl Fischer Reagant Equivalent (KRFeq). KRFeq ditentukan dengan mentitrasi larutan air standar: a. Standar campuran air-metanol (=1 mg Air/ml larutan). b. Sodium Tartrate Dihydrate (Na2C4H4O6.2H2O) (=15.66% air). KRFeq ditentukan berdasarkan Sodium Tartrate Dihydrate: KFReq (mg H2O/ml)
Ket: St = berat Sodium Tartrate. A = ml KFR untuk titrasi.
Setelah KFReq ditentukan, Kadar Air (KA) sampel dapat dihitung denga rumus :
Ket: Ss = berat sampel. Ks = ml KFR untuk titrasi sampel
Penyebab Error (variasi) analisis Metode Karl Fischer: Ekstraksi (air) tidak sempurna. Ukuran partikel penting. Terkontaminasi oleh air bukan dari sampel. Air dari udara dan alat. Air hasil reaksi reagent dengan komponen dalam sampel. Asam askorbat dioksidasi oleh reagent. Komponen karbonil bereaksi dengan metanol.
As. lemak tak jenuh bereaksi dengan iodine.
2.9 Metode Fisika 2.9.1 Dielectric Method.
Metode análisis KA dengan memanfaatkan kemampuan serapan energi listrik molekul air dalam bahan. Analisis KA didasarkan pada perubahan arus listrik yang dilewatkan pada suatu sampel. Perubahan arus listrik tersebut dibandingkan dengan standar yang telah diprogram dalam instrumen, senaljutnya KA dapat diketahui. Digunakan untuk bahan (biji- bijian dan serealia) dengan kadar air maks. 35%. Movie
2.9.2 Hydrometer.
Menentukan KA berdasarkan berat jenis (specific gravity) sampel (bahan).
Digunakan untuk sampel cair (minuman, larutan gula, atau larutan garam).
Pengukuran berat jenis (KA) didasarkan pada Hukum Archimedes, yaitu benda yang dimasukan ke dalam cairan akan mendapat gaya ke atas sebesar zat cair yang dipindahkan. Berat/volume ccairan ditentukan dengan mentukan volume cairan yang dipindahkan oleh benda yang diketahui beratnya (berat standar) Standar tersebut adalah Hydrometer.
3.2.1 Jenis Hydrometer:
Lactometer
Baume Hydrometer
Brix Hydrometer
Alcoholometer
2.9.3 Refractometer.
Untuk menentukan Index Refrative yang dikalibrasi (dikonversi) menjadi kadar (persern) padatan atau kadar (persen) gula dalam cairan. Mekanisme: Ketika sinar dilewatkan melalui dua medium dengan kerapatan berbeda, sinar tersebut akan dibelokan atau dibiaskan. Besarnya pembiasan merupakan fungsi dari media dan sinus sudut pembiasan, dan bergantung pada suhu dan tekanan. Menggunakan prisma amici untuk menghasilkan cahaya pada panjang gelombang 589 nm. Dikalibrasi pada Brix (g sukrosa/100 g larutan)
BAB III PENUTUP
Kadar air dalam suatau bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan dayatahan dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dalam suatubahan pangan sangatlah penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusianmendapat penanganan yang tepat. Penentuan kadar air pada dasarnya dapat dilakukan dalam berbagai metode,tergantung dari bahan yang akan dianalisis. Pada percobaan kali ini penentuan kadar airyaitu menggunakan metode gravimetri atau metode oven biasa dan menggunakanmetode thermovolumetri atau metode destilasi. Yang mana metode gravimetri dandestilasi ini memiliki kelebihan serta kekurangan masing-masing. Kelemahan metodegravimetri adalah bahan lain yang terkandung dalam sampel akan ikut menguap ketikadiapanaskan dalam oven, terjadi penguraian karbohidrat, dan adanya air yang terikat kuatdalam sampel. Begitu juga dengan metode destilasi yang memiliki kelemahan yanghampir sama dengan metode gravimetri tetapi metode destilasi memiliki berbagaikeunggulan yaitu dapat menentukan kadar air secara langsung, lebih teliti dibandingmetode gravimetri, tidak terjadi oksidasi sampel serta metodanya sederhana dan singkat. Penentuan kadar air cara metode oven biasa ini memilliki prinsip menguapkan airdalam bahan dengan pemanasan, kemudian menimbang bahan sampai berat konstan,yang berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif mudah dan murah untuk dilakukan, metode oven ini digunakan berdasarkan sifat bahan yang diuji dan metodeoven ini biasa digunakan untuk sampel uji yang bahan tersebut tidak banyak mengandung komponen kimia lainnya yang bersifat mudah menguap (volatile). Metodeoven biasa tidak cocok digunakan untuk sampel uji yang banyak mengandung zat yangmudah menguap, karena hasil uji akan lebih besar dari yang sebenarnya. Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandungsenyawa-senyawa yang mudah menguap (volatile) seperti sayuran dan susu,menggunakan cara destilasi dengan pelarut tertentu. Misalnya toluene, xilol dan heptanayang berat jenisnya lebih rendah daripada air (Winarno,F.G, 1984). Penetapan kadar airyang didasarkan pada proses pemisahan air dari komponen lain dipengaruhi olehbeberapa faktor, yaitu ukuran partikel bahan, suhu pengeringan, kondisi fisika-kimia airdi dalam bahan, waktu pengeringan, dan penggunaan atau pencampuran dengan bahanatau zat stimulan tertentu (Madbardo. 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Estiasih, T. dan Ahmadi, K. (2009). Teknologi Pengolahan Pangan.Jakarta: PT. Bumi Aksara. Purnomo, H. 1995. Aktivitas Air dan Peranannya dalam Pengawetan Pangan. Universitas Indonesia. Jakarta.http://repository.ipb.ac.id. Diakses tanggal 16 November 2013 Sudarmadji, S. 2003. Mikrobiologi Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.http://risnafranisa.blogspot.com/.../air-dalam-bahan-pangan. Diakses tanggal 16 November 2013 Winarno Surachmad. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung; Tarsito Winarno, F.G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.http://www.goodreads.com/book/show/6044215-kimia-pangan-dan-gizi. Diakses tanggal 16 November 2013 Wulanriky. 2011. Penetapan Kadar Air dengan Metode Oven Pengering. http://wulanrikiy.wordpress.com/Penetapan-Kadar-Air-Metode-Oven-Pengering-aa/. Diakses tanggal 16 November 2013 https://www.scribd.com/doc/210069921/Makalah-Analisis-Kadar-Air http://staff.unila.ac.id/sugiharto/files/2014/10/Moisture-Analysis.pdf