PENENTUAN JUMLAH ERITROSIT DAN LEUKOSIT PADA HEWAN COBA Pelaksanaan
: Rabu, 05 April 2017
Dosen
: Dr. Raharjo, M.Si Dra. Nur Kuswanti, M.Sc Erlix R. Purnama, M.Si
Kelompok : 6
Kelas : PBA 2015 Oleh :
Lilik Kusniyah Novangga Dwiky Pramaditya Uswatun Hasanah Dini Lukluum Maknun
(15030204020) (15030204030) (15030204038) (15030204046)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI 2017 A. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mempelajari dan memahami prinsip kerja bilik hitun improved neubauer yang digunakan dalam perhitungan jumlah eritrosit dan leukosit? 2. B. TUJUAN 1. Mempelajari dan memahami prinsip kerja bilik hitun improved Neubauer yang digunakan dalam perhitungan jumlah eritrosit dan leukosit 2. C. RUANG LINGKUP Eritrosit dan leukosit hewan coba yaitu mencit atau tikus putih D. DASAR TEORI 1. Darah Darah merupakan partikel suspense yang mengandung eletrolit. Darah terdiri atas dua bagian yang penting, yaitu plasma darah dan sel darah.. Di dalam plasma darah terdapat air dengan elektrolit terlarut serta protein darah (albumin, globulin dan fibrinogen) sedangkan komponen sel darah yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Ketiga sel tersebut terbentuk dar stem cell yang sama yaitu sel induk pluripotent, pada mamalia dan ungags, pembentukan sel darah pertama kali terjadi dalam yolk sac. Sekitar pertengahan kehamilan, pembentukan sel darah terjadi didalam beberapa jaringan tubuh, mislanya sumsum tulangm hati, limfa, timus dan nodus limpatikus, menjelang masa kelahiran sampai dewasa, sumsum tulang pipih berperan uatama dalam hematopoeiesis tersebut (Raharjo dkk, 2017). Komponen darah terdiri dari dua komponen utama yaitu plasma darah yang merupakan bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein darah dan butir – butir darah (blood corpuscles), yang terdiri dari komponen – komponen sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit (Bakta, 2006). Sel darah merah atau eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam darah. Sel-sel ini mampu mengangkut oksigen secara efektif tanpa meninggalkan pembuluh darah serta cabang-cabangnya. Leukosit melaksanakan fungsinya di dalam jaringan, sedangkan keberadaannya dalam darah hanya melintas saja. Trombosit melakukan fungsinya pada dinding pembuluh darah, sedangkan trombosit yang ada dalam sirkulasi tidak mempunyai fungsi khusus (Atulmetha dan Hoffbrand, 2006). 2. Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah memiliki bentuk cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Dalam setiap mm 3 darah terdapat 5.000.000 sel darah. Bila dilihat satu per satu warnanya kuning pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma dan berisi masa hemoglobin. Sel darah merah terbentuk di dalam sumsum tulang (Pearce, 2002). Jangka hidup sel darah merah kira- kira 120 hari. Sel- sel darah merah yang telah tua akan ditelan oleh sel- sel fagostik yang terdapat dalam hati dan limpa. Sel-sel darah merah berbentuk cakram dengan diameter 75 nm, ketebalan di tepi 2 nm dan ketebalan di tengah 1 nm. Sel darah merah dibentuk di dalam sumsum tulang. Sel-sel pembentuk sel darah merah ini disebut eritroblast, tetapi pada embrio (bayi), sel-sel darah merah dibentuk di dalam hati dan limpa (Isnaeni,2006). Adanya warna merah pada sel darah merah disebabkan karena pigmen merah yang disebut dengan hemoglobin atau lebih dikenal dengan Hb. Hemoglobin merupakan suatu protein yang terdiri atas hemin dan globin. Hemin mengandung zat besi (Fe). Hb ini mempunyai daya ikat tinggi terhadap oksigen (O2). Di dalam peredarannya ke seluruh tubuh, darah diikat oleh Hb yang kemudian diberi nama oksihemoglobin. Selain mengikat O2, Hb juga dapat mengikat CO2 sisa metabolisme tubuh untuk dibuang melalui organ ekskresi. Hb yang mengangkut CO2 ini disebut karbominohemoglobin (Isnaeni,2006). Pembentukan eritrosit Eritropoeiesis diawali oleh adanya sel hemositoblast. Hemositoblast akan segera membentuk proetroblast yang mempunyai sitolasma berwarna biru tua, nucleus ditengah dan nucleoli sedikit mengelompok tetapi sel ini belum mengandung Hb. Sel proeritroblast kemudian berubah menjadi eritroblast yang mengandung kromatin dalam nucleus dan Hb. Selanjutnya sel berukuran kecil dengan sitoplasma kebiruan karena terdapat RNA dan kromatin mengalami kondensasi, pada saat ini sel disebut basofilik eritroblast. Sel berubah menjadi polikromatik eritroblast yang ditandai dengan mengandung Hb, nucleus mengecil dan RE dan selanjutnya beurbah lagi menjadi eritroblast. Pada tahap ini, nucleus mengalami fragmentasi dan autolysis, sitoplasma banyak mengandung Hb dan berwarna merah. Pada tahap akhir akan terbentuk sel retikulosit sebab eritrosit sudah
tanpa inti, menghasilkan Hb terus menerus dalam julah kecil selama 3 hari dan akhirnya membentuk eritosit matang setelah berada diluar sumsum tulang berbentuk pipih dan bikonkaf (Raharjo dkk, 2017). Eritropoeiesis sangat dipengaruhi oleh hormone eritropotin. Ginjal menskresikan REF (renal eritropoetin factor) yang segera akan dibawa menuju ke hati untuk mengubah eritropoitonogen menjadi eritopoetin. Eritropoetin menyebabkan terjadinya peningkatan kecepatan pembelahan sel hemositoblast. Eritrosit matang tidak mempunyai inti, mitokondria, ataupun RE akan tetapi mempunyai enzim sitoplasma yang mampu memetabolisme glukosa melalui proses glikolitik untuk membentuk ATP. ATP diperlukan untuk menjaga kurang aktif sehingga mengakibatkan kerapuhan membrane sel (Raharjo dkk, 2017). Proses pembentukan eritrosit dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning saat embrio pada minggu-minggu pertama. Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis. Setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa, dan kelenjar sumsum tulang. Produksi eritrosit ini dirangsang oleh hormon eritropoietin. Setelah dewasa eritrosit dibentuk di sumsum tulang membranosa. Semakin bertambah usia seseorang, maka produktivitas sumsum tulang semakin turun (Isnaeni,2006). Proses pembentukan eritrosit memerlukan; a. Sel induk : CFU-E, BFU-E, normoblast (eritroblast) b. Bahan pembentuk eritrosit: besi, vitamin B12, asam folat, protein, c. Mekanisme regulasi: faktor pertumbuhan hemopoetik dan hormone eritropoitin. (Bakta I Made, 2006) Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang mieloid yang
terdapat di sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis leukosit, eritrosit, megakariosit (pembentuk keping darah). Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih 120 hari. Sel-sel darah merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium terutama dalam limfa dan hati. Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk dibuang dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (warna kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau-hijauan dan dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar (Isnaeni,2006).
Fungsi sel darah merah Fungsi sel darah merah adalah mengikat oksigen dari paru–paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru–paru. Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut oksihemoglobin (Hb + oksigen 4 Hb-oksigen) jadi oksigen diangkut dari seluruh tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan akan dilepaskan: Hb-oksigen Hb + oksigen, dan seterusnya. Hb tadi akan bersenyawa dengan karbon dioksida dan disebut karbon dioksida hemoglobin (Hb + karbon dioksida Hb-karbon dioksida) yang mana karbon dioksida tersebut akan dikeluarkan di paru-paru. Perhitungan jumlah eritrosit Eritrosit dihitung dalam 5 bidang sedang yang terletak dibidang besar paling tengah. 5 bidang tersebut terdiri dari 4 bidang dipinggir dan 1 bidang ditengah (bertanda R) tiaptiap bidang ini dibagi lagi menjadi 16 petak-petak kecil yang masing-masing luasnya adalah 1/400 mm . Dengan demikian eritrosit dihitung dalam 80 petak-petak kecil, luas 2
keseluruhan ialah 80 x 1/400 mm = 1/5 mm . 2
2
Gambar 1: Kamar perhitungan pada Bilik Hitung Improved Neubaur Keterangan W : kotak untuk hitung jumlah leukosit R : kotak untuk hitung jumlah eritrosit
Cara perhitungan sel eritrosit (diamati pada pembesaran mikroskop 10 x 40) Jumlah bujur sangkar yang dihitung
: 80 kali
Volume bujur sangkar
: 1/4000 mm3
Darah yang diencerkan
: 100 kali
Jumlah leukosit yang terhitung
:E
Maka Jumlah eukosit per mm3
: E/80 x 4000 x 100
3.
Leukosit Leukosit merupakan sel darah putih yang memiliki ukuran lebih besar daripada
eritrosit atau sel darah merah akan tetapi jumlahnya lenih sedikit.. Pada umumnya leukosit berwarna bening, atau tidak berwarna. Leukosit tidak mengandung haemoglobin, memiliki nucleus dan pada dasarnya dijumpai dalam keadaan tidak berwarna (Kimball, 1996). Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Luekosit ini sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit dan monosit serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah putih ialah bahwa kebanyakan ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius, jadi, menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius yang mungkin ada (Guyton, 1995). Dalam kondisi normal tiap mm3 mamlaia terdapat 4000-11000 sel darah putih. Leukosit memiliki peran yang sangat penting bagi perlindingan tubuh terhadap mikroorganisme. Yang paling berperan dalam fungsi ini adalah sel granulusit dan monosit. Dengan kemampuannya sebagai fagosit dengan kekuatan amoeboidnya, dia dapat bergerak bebas di dlaam dan dapat keluar dari pembuluh darah dan berjalan menitari seluruh bagian tubuh. Apabila kekurangan/kelebihan dari keadaa normal, dapat terjadi keadaan antara lain : -
Leukositosis
-
Leukopenia
: penamabahan jumlah keseluruuan sel darah putih dalam darah yaitu jika penambahan melampaui 11.000 sel.mm3 : berkurangnya jumlah sel darah putih sampai 4000 atau kurang
-
Limfositosis Agranulositosis
: Penambahan jumlah limfosit : Penurunana jumlah granulosit atau sel polimorfnuklear
Perhitungan leukosit Cara perhitungan sel leukosit (diamati pada pembesaran mikroskop 10 x 10) Jumlah bujur sangkar yang dihitung
: 64 kali
Volume bujur sangkar
: 1/160 mm3
Darah yang diencerkan
: 10 kali
Jumlah leukosit yang terhitung
:L
Maka Jumlah leukosit per mm3
: L/64 x 160 x 10
E. ALAT DAN BAHAN Mencit jantan dan betina
Mikroskop cahaya
Dissecting set dan plate
Larutan Hayem (mengandung
HgCl 0,25 gr ;NaCl 0,5 gr ; Na2SO4 2,5 gr ; aquades 100 ml) Botol vial
Larutan Turk mengandung (asam asetat glacial 3 ml ;gential violet 1% 1ml ;akuades 100 ml) larutan Turk dapat digantikan dengan asam asetat 3%
Botol larutan Hayem dan Turk
Alcohol 70% dan kapas
EDTA
Hand Counter
Kertas tisu
Spuit 5 ml, disposable
Ether Absolute
Jarum 27G x ½
Bilik hitung Improved Neubauer Pipet pencampur 1-101 untuk eritrosit Pipet pencampur 1-11 untuk leukosit
F. CARA KERJA 1. Perhitungan jumlah leukosit
Darah mencit Jantan dan betina Dihisap sampai menujuk angka 1,0 pada mikropipet. Dihisap menggunakan pipet karet larutan Turk sampai menunjukan angka 11 pada mikopipet. Dilepas pipet karet dikocok selama 2 menit dengan kedua ujung pipet ditutup menggunakan jari. Dubuang 2-3 tetes pada ujung mikropipet. Ditata bilik hitung improved Neubauer dibawah mikroskop sampi menemukan bujur sangkar hitung Ditiupkan darah pada bilik hitung, dibiarkan darah merata dengan sendirinya. Dihitung jumlah bujur sangkar untuk leukosit pada bagian pojok bujur sangkar sebanyak 4 kali 64 kotak dengan volume 1/160 mm3 Hasil perhitungan leukosit
2. Perhitungan jumlah eritrosit Darah mencit
Jantan dan betina Dihisap sampai menujuk angka 1,0 pada mikropipet. Dihisap menggunakan pipet karet larutan Hayem sampai menunjukan angka 101 pada mikopipet. Dilepas pipet karet ddikocok selama 2 menit dengan ujung pipet ditiutup menggunakan jari. Dubuang 2-3 tetes pada ujung mikropipet. Ditata bilik hitung improved Neubauer dibawah mikroskop sampai menemukan bujur sangkar hitung Ditiupkan darah pada bilik hitung, dibiarkan darah merata dengan sendirinya. Dihitung jumlah bujur sangkar untuk eritrosit pada sell yang terdapat dalam bilik hitung sebanyak 5x16 jadi 80 kotak Hasil perhitungan eritrosit dengan volume 1/4000 mm3
G. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tabel 1. Hasil penghitungan leukosit Hewan Coba
Pengamatan ke - (sel/mm3 ) 1
2
3
Volume darah ml
Rata-Rata (sel/mm3 )
Volume darah ml
Rata-Rata (sel/mm3 )
Jantan Betina
Tabel 2. hasil pengamtan eritrosit Hewan Coba
Pengamatan ke - (sel/mm3 ) 1
2
3
Jantan Betina
Pembahasan H. SIMPULAN I. DISKUSI 1. Berapa rata-rata leukosit hewan coba jantan dan betina? Berapa kisaran normalnya? 2. Berapa rata-rata eritorsit hewan coba jantan dan betina? Berapa kisaran normalnya? 3. Apakah fungsi dari larutan Hayem dan Turk? Jawab : Fungsi larutan Hayem adalah sebagai pengencer darah dalam penghitungan sel darah merah untuk mengencerkan eritrosit dalam pipet eritrosit, apabila sempel darah dicampur dengan larutan Hayem maka sela darah putih akan hancur sehingga yang tinggal hanya sel darah merah saja. Sedangkan fungsi larutan Turk adalah sebagai larutan pengencer untuk digunakan dalam menghitung jumlah 4.
leukosit. Mengapa eritrosit diencerkan sebanyak 100 kali dan leukosit diencerkan sebanyak
5.
10 kali ? Bagaimana jumlah eritrosit dan leukosit pada hewan coba jantan dan betina?
6. 7.
Jelaskan berdasarkan konsep fisiologi ! Buatlah skema dan jelaskan proses pembetnukan eritrosit dan leukosit ! Bagaimana proses destruksi pada eritrosit dan leukosit ?
DAFTAR PUSTAKA Atulmetha dan Hoffbrand, 2006). Hematologi. Edisi kedua. Jakarta : EGC Guyton. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Buku Kedokteran EGC : Jakarta Isnaeni, wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisus Pearce, C. Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Raharjo,dkk. 2017. Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Fisiologi Hewan. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya Kimball, John W,1996. Biologi Edisi Kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga. Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.1-2,9.11