PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN TRAUMA TRA UMA THORAX Prinsip
Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara umum (primary survey - secondary survey) Tida Tidak k
dibe dibena nark rkan an
mela melaku kuka kan n
lang langka kahh-la lang ngka kah: h:
anam anamne nesi sis, s,
peme pemerik riksa saan an
fisik fisik,,
pemeriksaan diagnostik, penegakan diagnosis dan terapi secara konsekutif (berturutan) Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien stabil), adalah : portable x-ray, portable blood examination, portable bronchoscope Tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari ruang emergency Penang Penangana anan n pasien pasien tidak tidak untuk untuk menega menegakka kkan n diagno diagnosis sis akan akan tetapi tetapi terutam terutamaa untuk untuk menemukan masalah yang mengancam nya!a dan melakukan tindakan penyelamatan nya!a Pengam Pengambil bilan an anamne anamnesis sis (ri!aya (ri!ayat) t) dan pemeri pemeriksaa ksaan n fisik fisik dilaku dilakukan kan bersam bersamaan aan atau setelah melakukan prosedur penanganan trauma Penanganan pasien trauma toraks sebaiknya dilakukan oleh Tim yang telah memiliki sertifikasi pelatihan "T "T#S ("dvance Trauma #ife Support) $leh karena langkah-langkah a!al dalam primary survey (air!ay, breathing, circulation) merupakan bidang keahlian spesialistik %lmu &edah Toraks 'ardiovaskular, sebaiknya seti setiap ap S yang ang memi memili liki ki trau trauma ma unit unitc cen ente terr memil emilik ikii kons konsul ulta tan n beda bedah h tora toraks ks kardiovaskular
2.1 Definisi
Pneumotoraks adalah penumpukan udara yang bebas dalam dada diluar paru yang menyebabkan paru kolaps Pneumotoraks merupakan suatu kondisi dimana terdapat udara pada kavum pleura Pada Pada kondisi kondisi normal normal,, rongga rongga pleura pleura tidak tidak terisi terisi udara udara sehing sehingga ga paru-p paru-paru aru dapat dapat leluasa leluasa mengembang terhadap rongga dada *dara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh : + obekn obeknya ya pleura pleura viseral viseralis is sehing sehingga ga saat inspir inspirasi asi udara udara yang yang berasal berasal dari dari alveolus akan memasuki kavum pleura Pneumotoraks enis ini disebut sebagai
closed pneumotoraks pneumotoraks "pabila kebocoran kebocoran pleura viseralis berfungsi berfungsi sebagai sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi "kibatnya, udara semakin lama semakin banyak sehing sehingga ga mendor mendorong ong medias mediastin tinum um kearah kearah kontral kontralate ateral ral dan menye menyebab babkan kan teradinya tension pneumotoraks obeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan antara kavum pleura dengan dunia luar luar "pabila "pabila lubang lubang yang teradi lebih besar dari . diameter trakea, maka udara cenderung lebih mele!ati lubang tersebut dibanding traktus respiratorius yang seharusnya Pada saat inspirasi, tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura le!at lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru ipsilateral Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara dari kavum pleura keluar melalu melaluii lubang lubang terseb tersebut ut 'ondi 'ondisi si ini disebut disebut sebaga sebagaii open open pneumo pneumotor toraks aks (&erck, /+/) 2.2 Epidemiologi
Pneumotoraks dapat diklasifikasikan menadi pneumotoraks spontan dan traumatik traumatik Pneumotorak Pneumotorakss spontan spontan merupakan merupakan pneumotorak pneumotorakss yang teradi tiba-tiba tiba-tiba tanpa atau dengan adanya penyakit paru yang mendasari Pneumotoraks enis ini dibagi dibagi lagi menadi pneumotoraks pneumotoraks primer (tanpa adanya ri!ayat penyakit penyakit paru yang mendasari) maupun sekunder (terdapat ri!ayat penyakit paru sebelumnya) %nsidensinya sama antara pneumotoraks primer dan sekunder, namun pria lebih banyak terkena dibanding !anita dengan perbandingan 0:+ Pada pria, resiko pneumotoraks spontan akan meningkat pada perokok berat dibanding non perokok Pneumotorak Pneumotorakss spontan spontan sering teradi pada usia muda, dengan dengan insidensi insidensi puncak puncak pada dekade ketiga kehidupan (/-1/ tahun) Sement Sementara ara itu, itu, pneumo pneumotor toraks aks trauma traumatik tik dapat dapat diseba disebabka bkan n oleh oleh trauma trauma langsung maupun tidak langsung pada dinding dada, dan diklasifikasikan menadi iatro iatroge geni nik k maup maupun un nonnon-iat iatro roge geni nik k Pneu Pneumo moto tora raks ks iatro iatroge geni nik k merup merupak akan an tipe tipe pneumotoraks yang sangat sering teradi (&erck, /+/) • • •
*mur : &iasanya teradi pada pada orang yang ber usia /-1/ tahun Seks : #ebih sering pada pria Pneumotoraks spontan primer &iasanya teradi pada anak laki-laki yang tinggi, tinggi, kurus dan usia usia +/-./ tahun
•
%ncidens pada usia tertentu: 2,1-+3 kasus per +///// orang per tahun pada
laki-laki +,-0 kasus per +///// orang per tahun pada perempuan Pneumotoraks spontan sekunder *mur : Puncak keadian di usia 0/-04 tahun insidensi 0,. kasus per +///// orang per tahun pada laki-laki ,/ kasus per +///// orang per tahun pada perempuan 0 per +///// pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik per
•
tahun (5c6ool 78, //3) 'eadian pneumotoraks spontan primer adalah +3 per +///// orang per tahun dan 0
•
per +///// perempuan per tahunnya 9al ini teradi paling sering di usia /-an, dan pneumotoraks spontan primer arang
• •
teradi di atas usia 1/ Pneumotoraks spontan sekunder biasanya teradi antara usia 0/ dan 04 "ntara Tahun ++ dan +4 tingkat 5S di *' 9ospitalbaik untuk pneumotoraks spontan primer dan sekunder adalah +0,2 per +///// orang per tahun dan 4,3 per
•
+///// perempuan per tahun ekurensiakan teradi pada sekitar ./; dari 14; primer dan sekunder pneumotoraks 9al ini sering teradi dalam 0 bulan, dan biasanya dalam !aktu . tahun ('orom S, /++)
2. Kl!sifi"!si Pne#mo$or!"s %erd!s!r"!n Me"!nisme Ke&!di!n 1 1
Pne#mo$or!"s spon$!n Pne#mo$or!"s Spon$!n Primer
Pneumotoraks ini merupakan pneumotoraks yang teradi pada paru-paru yang sehat dan tidak ada pengaruh dari penyakit yang mendasari "ngka keadian pneumotoraks spontan primer (PSP) sekitar +3-3 per +///// pria pertahun dan +,-0 per +///// !anita pertahun (5ackenamun banyak pasien yang dinyatakan mengalai PSP mempunyai penyakit paru paru subklinis i!ayat keluarga dengan keadian serupa dan kebiasaan merokok meningkatkan resiko teradinya pneumotoraks ini (9effner and 9uggins, //1) 7aktor yang saat ini diduga berperan dalam patomekanisme PSP adalah terdapat sebagian parenkim paru-paru yang meningkat porositasnya
Peningkatan porositas
menyebabkan kebocoran udara viseral dengan atau tanpa perubahan emfisematous paru-paru
9ubungan tinggi badan dengan peningkatan resiko teradinya PSP adalah karena gradien tekanan pleura meningkat dari dasar ke apeks paru "kibatnya, alveoli pada apeks paru-paru orang bertubuh tinggi rentan terhadap meningkatnya tekanan yang dapat mendahului proses pembentukan kista subpleura (5acken
Clinically stable small pneumotoraks 'edua panduan menyatakan terapi untuk pasien stabil dengan pneumotoraks kecil (@ cm, &TSA @. cm, "66P) dan geala minimal adalah dengan melakukan
observasi
dan
di-'S-kan
Panduan
"66P
menyarankan
dilakukannya observasi sekitar .-0 am, foto rontgen paru-paru, di'Skan dengan instruksi lengkap, dan pasien diminta untuk kontrol dalam dua hari berikutnya b
Large pneumotoraks and symptomatic small pneumotoraks Pasien yang tergolong dalam PSP ini membutuhkan intervensi &TS merekomendasikan aspirasi sederhana sebagai terapi lini pertama pada PSP luas dengan kondisi stabil dan pneumotoraks kecil simtomatis 6B dilakukan setelah aspirasi untuk menentukan apakah terdapat perbaikan "pabila tidak ada perbaikan atau pasien masih simtomatis dan umlah aspirasi a!al kurang dari ,4 liter aspirasi ulangan dapat dilakukan "pabila aspirasi pertama sudah lebih dari ,4 liter atau aspirasi ulangan tidak berhasil maka pemasangan drain interkostal harus dilakukan
c
Clinically unstable patients with a large pneumotoraks
Pada pasien yang termasuk dalam kategori ini sebaiknya dilakukan pemasangan drain interkostal dan di-5S-kan Paru-paru harus dapat mengembang sepenuhnya 1 am sebelum drain dilepas 6B dilakukan setiap 1 am d
Surgical intervention Terapi pembedahan harus mulai dipikirkan apabila terdapat kebocoran udara persisten atau paru-paru gagal melakukan re-ekspansi setelah .-4 hari%ndikasi dilakukannya operasi meliputi teradinya pneumotoraks ipsilateral yang kedua, pneumotoraks kontralateral yang pertama, dan adanya reiko pekeraan seperti penyelam atau pilot Pasien dengan profesi tersebut sebaiknya menalani tindakan operasi bilateral Pilihan terapi pembedahan yang dapat dilakukan seperti ATS! pleural abrasion! surgical talc pleurodesis! pleurectomy, dan
open thoracostomy "#acken$ie and %ray! &''() Pada pemasangan drain interkostal, ukuran kateter pleura tidak mempengaruhi efektivitas drain pada terapi PSP Selain itu, tidak ada korelasi antara ukuran drain dan tingkat komplikasi, rekurensi, dan lamanya pasien dira!at >amun kateter dengan diameter kecil tidak dapat digunakan apabila terdapat cairan pleura (karena dapat menyumbat) dan adanya kebocoran udara (menyebabkan reekspansi yang tidak adekuat) Suction hanya dapat dipertimbangkan 13 am setelah pemasangan drain untuk mengurangi resiko teradinya edema re-ekspansi paru-paru dan harus dikonsulkan kepada dokter ahli paru-paru &TS merekomendasikan sistem suction dengan volume besar dan tekanan rendah (-+/ to -/ cm 9$) 8rain sebaiknya tidak diklem kecuali diminta oleh ahli paru atau spesialis bedah T'? Pengekleman drain dapat berbahaya dan tidak ada bukti yang menunukkan peningkatan angka keberhasilan atau penurunan resiko rekurensi %ndikasi klem drain adalah apabila terdapat kebocoran udara terus menerus karena berpotensi menyebabkan
tension
pneumotoraks 2
Pne#mo$or!"s Spon$!n Se"#nder
PSS merupakan pneumotoraks yang teradi pada pasien dengan penyakit paru yang mendasari *mumnya PSS teradi sebagai komplikasi 6$P8, fibrosis kistik, tuberkulosis, pneumocystits pneumonia, dan menstruasi PSS uga dapat teradi ada penyakit intersisiel paru seperti sarcoidosis, lymphangioleiomyomatosis, langerhans cell histiocytosis and tuberous sclerosis* Secara umum udara pada PSS memasuki rongga pleura melalui alveoli
yang melebar atau rusak Perburukan klinis dan seCuelae biasanya teradi akibat adanya kondisi komorbid 6ausa terbanyak PSS adalah 6$P8, khususnya 6$P8 sedang-berat "pabila pneumotoraks teradi pasien 6$P8 geala sesak napas yang progresif muncul dan biasanya bersamaan dengan nyeri pleuritik PSS merupakan penanda signifikan untuk mortalitas pasien 6$P8 Setiap keadian pneumotoraks meningkatkan resiko kematian sampai dengan empat kali lipat Sekitar 1/-4/; pasien akan mengalami PSS yang kedua apabila pleurodesis tidak dilakukan (9effner and 9uggins, //1) *ntuk penangan PSS, "66P merekomendasikan pemasangan chest tube untuk setiap pasien PSS, dan pleurodesis pada episode pertama PSS guna mencega rekurensi Sedangkan rekomendasi &TS merekomendasikan aspirasi dengan syringe dan kateter untuk pasien pneumotoraks kecil dengan penyakit paru yang mendasari ringan Sebagian besar pasien membutuhkan drainase melalui chest tube Pelepasan chest tube dilakukan setelah teradi re-ekspansi paru dan resolusi kebocoran udara Pleurodesis merupakan terapi pilihan terakhir dan dilakukan pada pasien dengan kebocoran udara yang tidak teratasi dan mengalami pneumotoraks rekuren (5acken
Pne#mo$or!"s Tr!#m!$i" Pne#mo$or!"s Tr!#m!$i" '!$rogeni"
Pneumotoraks iatrogenikmerupakan pneumotoraks yang teradi akibat pembukaan rongga paru secara paksa saat tidakan dianosis atau terapi invasif dilakukan Tindakan seperti thoracocentesis, biopsi pleura, pemasangan kateter vena sentral, biopsi paru perkutan, bronkoskopi dengan biopsi transbronkial, aspiasi transtoracic, dan ventilasi tekanan positif dapat menadi etiologinya "kibatnya, pasien perlu lebih lama dira!at di rumah sakit (Dilma<, et al, //) Penyebab utama teradinya pneumotoraks iatrogeni adalah aspirasi arm halus transthoracic 8ua faktor yang memegang perang penting adalah ukuran dan kedalaman lesi "pa bila lesi kecil dan dalam maka resiko pneumotoraks meningkat Penyebab kedua terbanyak adalah pemasangan kateter vena sentral Penyebab lainnya antara lain akupunkktur transthoracic, resusitasi antung-paru, dan penyalahgunaan obat melalui vena leher (Sharma, //)
2
Pne#mo$or!"s Tr!#m!$i" Non '!$rogeni"
Pneumotoraks enis ini teradi akibat trauma tumpul atau taam yang merusak pleura viseralis atau parietalis Pada trauma taam, luka menyebabkan udara dapat masuk ke
rongga pleura langsung ke dinding toraks atau memenuu pleura viseralis melalui cabangcabang trakeobronkial #uka tusuk atau luka tembak secara langsung melukai paru-paru perifer menyebabkan teradinya hemothoraks dan pneumotoraks di lebih dari 3/; lesi di dada akibat benda aam (Sharma, //) Pada trauma tumpul pneumotoraks teradi apabila pleura viseralis terobek oleh fraktur atau dislokasi costa 'ompresi dada tiba-tiba menyebabkan peningkatan tekanan alveolar secara taam dan kemudian teradi ruptur alveoli Saat alveoli ruptur udara masuk ke rongga intersisiel dan teradi diseksi menuu pleura viseralis atau mediastinum Pneumotoraks teradi saat teradi ruptur pada pleura viseralis atau mediastinum dan udara masuk ke rongga pleura 5anifestasi klinisnya dapat berupa +allen lung sign,peptic lung sign di mana hilus paru terletak lebih rendah dari normal atau terdapat pneumotoraks persisten dengan chest tube terpasang dan berfungsi dengan baik (Sharma, //) Pneumotoraks traumatik noniatrogenik uga dapat teradi akibat barotrauma Pada suhu konstan, volume massa udara berbanding terbalik dengan tekanannya, sehingga apabila ditempatkan pada ketinggian ./4/ m, volume udara yang tersaturasi pada tubuh meningkat +,4 kali lipat daripada saat di ketinggian permukaan laut Pada peningkatan tekanan tersebut, udara yang terebak dalam bleb dapat mengalami ruptur dan menyebabkan pneumotoraks 9al ini biasanya teradi pada kru pesa!at terbang Sedangkan pada penyelam, udara yang terkompresi dialirkan ke paru-paru harus melalui regulator dan se!aktu naik ke permukaan barotrauma dapat teradi seiring dengan penurunan tekanan secara cepat sehingga udara yang terdapat di paru-paru dapat menyebabkan pneumotoraks (Sharma, //) ( 1
Kl!sifi"!si Pne#mo$or!"s %erd!s!r"!n )enis *is$#l!n+! Pne#mo$or!"s Ter$#$#p , Simple Pneumothorax -
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada eas terbuka pada dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar Tekanan di dalam rongga pleura a!alnya mungkin positif, namun lambat laun berubah menadi negatif karena diserap oleh aringan paru disekitarnya Pada kondisi tersebut paru belum mengalami reekspansi, sehingga masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di dalamnya sudah kembali negatifPada !aktu teradi gerakan pernapasan, tekanan udara di rongga pleura tetap negatif 5isal terdapat robekan pada pleura viseralis dan paru atau alan nafas atau esofagus, sehingga masuk vakum pleura karena tekanan vakum pleura negatif ("lsagaff, //) 2
Pne#mo$or!"s Ter#"! ,Open Pneumothorax -
Pneumotoraks terbuka yaitu pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga pleura dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar karena terdapat luka terbuka pada dada 8alam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan tekanan udara luar Pada pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura sekitar nol Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan tekanan yang disebabkan oleh gerakan pernapasanPada saat inspirasi tekanan menadi negatif dan pada !aktu ekspirasi tekanan menadi positifSelain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam keadaan normal, tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada yang terluka ( sucking wound ) ("lsagaff, //)
Pne#mo$or!"s /en$il ,Tension Pneumothorax -
Pneumotoraks ventil adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil Pada !aktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan selanutnya terus menuu pleura melalui fistel yang terbuka Eaktu ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak dapat keluar "kibatnya tekanan di dalam rongga pleura makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer*dara yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal napas ("lsagaff, //) 0
P!$ofisiologi Pne#mo$or!"s
Pneumotoraks diklasifikasikan atas pneumotoraks spontan, traumatik, iatrogenik Pneumotoraks spontan dibagi lagi menadi pneumotoraks spontan primer dan sekunder Pneumotoraks traumatik disebabkan oleh trauma pada organ paru dan pneumotoraks iatrogenik merupakan komplikasi dari intervensi diagnostic ataupun terapeutik Pneumotoraks spontan primer teradi tanpa kelainan atau penyakit paru yang mendasarinya, namun pada sebuah penelitian dilaporkan bah!a bula subpleural ditemukan pada 20-+//; pasien pneumotoraks spontan primer dengan tindakan video-assisted thoracoscopic surgery dan torakotomi 'asus pneumotoraks spontan primer sering dihubungkan dengan faktor resiko merokok yang mendasari pembentukan bula subpleural, namun pada sebuah penelitian dengan komputasi tomografi (6T-scan) menunukkan bah!a 3; kasus dengan bula subpleural adalah perokok berbanding dengan 3+; kasus adalah bukan perokok 5ekanisme pembentukkan bula masih merupakan spekulasi namun sebuah teori menelaskan bah!a teradi degradasi serat elastin paru yang diinduksi oleh rokok yang
kemudian diikuti oleh serbukan neutrofil dan makrofag Proses ini menyebabkan ketidakseimbangan protease-antiprotease dan sistem oksidan-antioksidan serta menginduksi teradinya obstruksi saluran nafas akibat proses inflamasi 9al ini akan meningkatkan tekanan alveolar sehingga teradi kebocoran udara ke aringan interstitial paru menuu hilus dan menyebabkan pneumomediastinum tekanan di mediastinum akan meningkat dan pleura parietalis pars mediastinum ruptur sehingga teradi pneumotoraks ongga pleura memiliki tekanan negatif, sehingga bila rongga ini terisi oleh udara akibat rupturnya bula subpleural, paru-paru akan kolaps sampai tercapainya keseimbangan tekanan tercapai atau bagian yang ruptur tersebut ditutup Paru-paru akan bertambah kecil dengan bertambah luasnya pneumotoraks 'onsekuensi dari proses ini adalah timbulnya sesak akibat berkurangnya kapasitas vital paru dan turunnya P$ Sebuah penelitian lain menunukkan bah!a faktor genetik berperan dalam patogenesis teradinya pneumotoraks spontan primer &eberapa kasus pneumotoraks spontan primer ditemukan pada kelainan genetik tertentu, seperti: sindrom marfan, homosisteinuria, serta sindrom &irt-9ogg-8ube Pneumotorakas spontan sekunder teradi akibat kelainanpenyakit paru yang sudah ada sebelumnya 5ekanisme teradinya adalah akibat peningkatan tekanan alveolar yang melebihi tekanan interstitial paru *dara dari alveolus akan berpindah ke interstitial menuu hilus dan menyebabkan pneumomediastinum Selanutnya udara akan berpindah melalui pleura parietalis pars mediastinal ke rongga pleura dan menimbulkan pneumotoraks &eberapa penyebab teradinya pneumotoraks spontan sekunder adalah: Penyakit saluran napas • PP$' o 'istik fibrosis o "sma bronchial o Penyakit infeksi paru • o Pneumocystic carinii pneumonia o >ecroti
•
•
staphylokokus) Penyakit paru interstitial Sarkoidosis o 7ibrosis paru idiopatik o o =ranulomatosis sel langerhans o #imfangioleimiomatous o Sklerosis tuberus Penyakit aringan penyambung "rtritis rheumatoid o o Spondilitis ankilosing
Polimiositis dan dermatomiosis Sleroderma o Sindrom 5arfan o Sindrom Fthers-8anlos o 'anker o Sarkoma o 'anker paru Fndometriosis toraksis o
•
•
Pneumotoraks traumatik dapat disebabkan oleh trauma penetrasi maupun non penetrasiTrauma tumpul atau kontusio pada dinding dada uga dapat menimbulkan pneumotoraks &ila teradi pneumotoraks, paru akan mengempes karena tidak ada lagi tarikan ke luar dnding dada Pengembangan dinding dada pada saat inspirasi tidak diikuti dengan pengembangan paru yang baik atau bahkan paru tidak mengembang sama sekali Tekanan pleura yang normalnya negatif akan meningkat hingga menyebabkan gangguan ventilasi pada bagian yang mengalami pneumotoraks Pneumotoraks iatrogenik merupakan komplikasi dari prosedur medis atau bedahSalah satu yang paling sering adalah akibat aspirasi transtorakik (transthoracic needle aspiration), torakosentesis, biopsy transbronkial, ventilasi mekanik tekanan positif (positive pressure mechanical ventilation)"ngka keadian kasus pneumotoraks meningkat apabila dilakukan oleh klinisi yang tidak berpengalaman Pneumotoraks ventil (tension pneumotoraks) teradi akibat cedera pada parenkim paru atau bronkus yang berperan sebagai katup searah'atup ini mengakibatkan udara bergerak searah ke rongga pleura dan menghalangi adanya aliran balik dari udara tersebutPneumotoraks ventil biasa teradi pada pera!atan intensif yang dapat menyebabkan terperangkapnya udara ventilator (ventilasi mekanik tekanan positif) di rongga pleura tanpa adanya aliran udara balik *dara yang terperangkap akan meningkatkan tekanan positif di rongga pleura sehingga menekan mediastinum dan mendorong antung serta paru ke arah kontralateral 9al ini menyebabkan turunnya curah antung dan timbulnya hipoksia 6urah antung turun karena venous return ke antung berkurang, sedangkan hipoksia teradi akibat gangguan pertukaran udara pada paru yang kolaps dan paru yang tertekan di sisi kontralateral 9ipoksia dan turunnya curah antung akan menggangu kestabilan hemodinamik yang akan berakibat fatal ika tidak ditangani secara tepat
1
Di!gnosis Pne#mo$or!"s Kel#!n
a)
>yeri dada hebat
yang tiba-tiba
pada sisi paru terkena khususnya
padasaat bernafas dalam atau batuk b)
Sesak, dapat samapai berat, kadang bisa hilang dalam 1 am, apabila sebagian paru yang kolaps sudah mengembang kembali
c)
5udah lelah pada saat beraktifitas maupun beristirahat
d) Earna kulit yang kebiruan disebabkan karena kurangnya oksigen (cyanosis) 2
Pemeri"s!!n *isi" a %nspeksi: dapat teradi pencembungan dan pada !aktu pergerakan nafas, tertinggal
pada sisi yang sakit b Palpasi: Pada sisi yang sakit ruang sela iga dapat normal atau melebar, iktus antung terdorong kesisi thoraks yang sehat 7remitus suara melemah atau c
menghilang Perkusi: Suara ketok hipersonor samapi tympani dan tidak bergetar, batas antung
d
terdorong ke thoraks yang sehat, apabila tekanannya tinggi "uskultasi: suara nafas melemah sampai menghilang, nafas dapat amforik apabila
ada fistel yang cukup besar Pemeri"s!!n Pen#n&!ng a adiologis: + Tampak bayangan hiperlusen baik bersifat lokal maupun general Pada gambaran hiperlusen ini tidak tampak aringan paru, adi avaskuler . &ila pneumotoraks hebat sekali dapat menyebabkan teradinya kolaps dari
paru- paru sekitarnya, sehingga massa aringan paru yang terdesak ini lebih padat dengan densitas seperti bayangan tumor 1 &iasanya arah kolaps ke medial 4 &ila hebat sekali dapat menyebabkan teradinya perdorongan pada antung misalnya pada pneumotoraks ventil atau apa yang kita kenal sebagai tension
b
pneumothora 0 Guga mediastinum dan trakea dapat terdorong kesisi yang berla!anan &=": untuk memeriksa kadar oksigen dalam darah pasien
2.3. Pen!$!l!"s!n!!n Pne#mo$or!"s 2.3.1 Pen!$!l!"s!n!!n A4!l p!d! Pne#mo$or!"s Penatalaksanaan a!al pada semua pasien trauma adalah dilakukan stabiisasi leher
hingga dipastikan pasien tidak mengalami cedera cervical dengan cara memasang cervical collar atau dengan kantong berisi pasir Fvaluasi tingkat kesadaran dengan menyapa pasien dan dilaknutkan dengan pemeriksaan "&6 (airway! breathing! circulation) (&oon, //3) Pada pemeriksaan alan nafas yaitu membuka alan nafas dengan .aw thrust (bila dicurigai terdapat cedera cervicalpada pasien tidak sadar) atau head tilt chin lift dilanutkan dengan
membersihkan
rongga
mulut
dengan
s!ab
mengunakan
ari
telunuk,
mempertahankan alan nafas agar tetap terbuka Pada pasien tidak sadar dilakukan
pemasangan orofaringeal tube untuk mencegah lidah atuh dan menutup alan nafas (&oon, //3) Pemeriksaan pernafasan yaitu melihat, mendengar, dan merasakan dilakukan secara bersamaan Pada pasien dengan pneumotoraks perkembangan dinding dada asimetris, deviasi trakea ke paru yang sehat, G?P meningkat, suara nafas menurun bahkan menghilang dan pada perkusi didapatkan hipersonor &ila didapatkan tanda-tanda tersebut, langsung dilakukan tindakan needle thoracostomy (&oon, //3) Pemeriksaan nadi carotis dan radialis didapatkan takhikardi, akral dan memeriksa capillary refill test 8ilakukan pemasangan intravenous line, bila teradi perdarahan masif dilakukan pemasangan double line dengan cairan kristaloid (&oon, //3) 2.3.2 Pen!$!l!"s!n!!n Pne#mo$or!"s Ter$#$#p , Simple Pneumothorax) 'ebanyakan simple pneumothoraces akan membutuhkan pemasangan intecostal
chest drain sebagai terapi definitif Pneumothoraces kecil, khususnya yang hanya terlihan dengan 6T dapat diobservasi 'eputusan untuk data diobservasi berdasarkan status klinis pasien prosedur yang direncanakan berikutnya Pemasangan chest tube cocok pada kasus yang terdapat multiple in.ury, pasien yang menalani anestesia yang berkepanangan, atau pasien yang akan ditransfer dengan arak yang auh dimana deteksi peningkatan atau tension pneumothora mungkin sulit atau tertunda (&rohi, //1) 2.3. Pen!$!l!"s!n!!n Pne#mo$or!"s Ter#"! ,Open Pneumothorax $ksigen +//; harus diberikan melalui facemask %ntubasi harus dipertimbangkan
bila oksigenasi atau ventilasi tidak adekuat %ntubasi tidak boleh menunda pemasangan chest tube dan penutupan luka 5anaemen definitif pada open pneumotoraks adalah menutup luka dan segera memasang intercostal chest drain (&rohi, //1) &ila chest drain tidak tersedia dan pasien auh dari fasilitas yang bisa melakukan terapi definitif perban dapat diletakkan di atas luka dan diplester pada tiga sisinya Secara teori, hal tersebut bertindak sebagai katup-flap untuk memungkinkan udara keluar dari pneumotoraks selama ekspirasi, namun tidak masuk selama inspirasi 9al ini mungkin sulit bila dilakukan pada luka yang luas dan efeknya sangat bervariasi Sesegera mungkin chest drain harus dipasang dan luka ditutup (&rohi, //1) 2.3.( Pen!$!l!"s!n!!n Tension Pneumothorax 2.3.(.1 Needle Thoracostomy 5anaemen klasik tension pneumothora adalah dekompresi dada emergensi
dengan needle toracostomy Garum ukuran +1-+0 = ditusukkan pada /ntercostal Space (%6S) %% #id Clavicular Line (56#) Garum dipertahankan hingga udara dapat dikeluarkan melalui spuit yang terhubung dengan arum Garum ditarik dan kanul dibiarkan terbuka di udara
*dara yang keluar dengan cepat dari dada menunukkan adanya tension pneumothora 5anuver ini mengubah tension pnemothora menadi simple pneumothora (&rohi, //1) 2.3.(.2 Pem!s!ng!n Chest Tube Pemasangan chest tube merupakan terapi definitif pada tension pnemothora Chest tube harus tersedia dengan cepat di ruang resusitasi dan pemasangannnya biasanya cepat Pemasangan terkontrol chest tube lebih baik untuk blind needle thoracostomy 9al ini menyebabkan status respiratori dan hemodinamik pasien akan menoleransi beberapa menit tambahan untuk melakukan surgical thoracostomy* Setelah pleura dimasuki (diseksi tumpul), tekanan akan didekompresi dan pemasangan chest tube dapat dilakukan tanpa terburu-buru 9al ini terutama berlaku bagi pasien yang terventilasi manual dengan tekanan positif (&rohi, //1) 5
Kompli"!si Pne#mo$or!"s
'omplikasi
yang
dapat
teradi
pada
pneumotoraks
antara
lain
adalah
pneumomediastinum dan emfisema subkutis Pneumomediastinum dapat teradi melalui tiga tahap yang umum disebut dengan efek 5acklin *rutan keadiannya adalah teradinya ruptur alveolar kemudian teradi diseksi sepanang seubung bronkovaskuler menuu daerah hilus dan akhirnya
udara
mencapai
mediastinum
Pneumomediastinum
arang
menyebabkan
komplikasi klinis yang signifikan Tetapi pada beberapa kasus, tension pneumomediastinum dapat menyebabkan peningkatan tekanan mediastinum sehingga teradi penekanan langsung terhadap antung atau menurunkan aliran darah balik sehingga teradi penurunan curah antung Pneumomediastinum dapat berkembang menadi emfiesema subkutis "pabila udara pada subkutan dan mediastinum sangat banyak dapat teradi kompresi alan napas dan antung (6arolan, /+/)
6!m!r 2.1 Pne#momedi!s$in#m =ambaran pneumomediastinum pada foto thoraks
tampak sebagai daerah radiolusens di sekitar batas antung kiri 5ediastinum berhubungan dengan daerah submandibula, retrofaringeal, dan selubung pembuluh darah leher, dan toraks lateral (6arolan, /+/) Fmfisema subkutis teradi
akibat udara memasuki daerah-daerah tersebut dan bermanifestasi sebagai pembengkakan tidak nyeri Pada palpasi akan terasa seperti kertas =ambaran radiologis untuk emfisema subkutis adalah radiolusen di tepian struktur anatomi terkait'omplikasi ini dapat memperparah keadaan pasien dengan pneumotoraks akibat kompresi alan napas Pertolongan pertama yang dapat dilakukan apabila teradi distres adalah insisi kulit dengan pisau pada daerah kulit yang mengalami pembengkakan (Paramasivam, //3)
Kl!sifi"!si Pne#mo$or!7
5enurut penyebabnya, pneumotoraks dapat dikelompokkan menadi dua, yaitu
(), (.)
: +
Pneumotoraks spontan Daitu setiap pneumotoraks yang teradi secara tiba-tiba Pneumotoraks tipe ini dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua enis, yaitu : a
Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang teradi secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya
b
Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang teradi dengan didasari oleh ri!ayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya, misalnya fibrosis kistik, penyakit paru obstruktik kronis (PP$'), kanker paru-paru, asma, dan infeksi paru
Pneumotoraks traumatik, Daitu pneumotoraks yang teradi akibat adanya suatu trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru Pneumotoraks tipe ini uga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua enis, yaitu : a
Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang teradi karena eas kecelakaan, misalnya eas pada dinding dada, barotrauma
b
Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang teradi akibat komplikasi dari tindakan medis Pneumotoraks enis inipun masih dibedakan menadi dua, yaitu : +
Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental
"dalah suatu pneumotoraks yang teradi akibat tindakan medis karena kesalahan atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya pada parasentesis dada, biopsi pleura
Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate) "dalah suatu pneumotoraks yang sengaa dilakukan dengan cara mengisikan udara ke dalam rongga pleura &iasanya tindakan ini dilakukan
untuk
tuuan
pengobatan,
misalnya
pada
pengobatan
tuberkulosis sebelum era antibiotik, maupun untuk menilai permukaan paru
8an berdasarkan enis fistulanya, maka pneumotoraks dapat diklasifikasikan ke dalam tiga enis, yaitu (1) : + Pneumotoraks Tertutup "Simple Pneumothora) Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada eas terbuka pada dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar Tekanan di dalam rongga pleura a!alnya mungkin positif, namun lambat laun berubah menadi negatif karena diserap oleh aringan paru disekitarnya Pada kondisi tersebut paru belum mengalami re-ekspansi, sehingga masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di dalamnya sudah kembali negatif Pada !aktu teradi gerakan pernapasan, tekanan udara di rongga pleura tetap negatif Pneumotoraks Terbuka "0pen Pneumothora)! Daitu pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga pleura dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka terbuka pada dada) 8alam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan tekanan udara luar Pada pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura sekitar nol Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan tekanan yang disebabkan oleh gerakan pernapasan
(1)
Pada saat inspirasi tekanan menadi negatif dan pada !aktu ekspirasi tekanan menadi positif (1) Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam keadaan normal, tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada yang terluka "sucking wound)
()
1 Pneumotoraks ?entil "Tension Pneumothora) "dalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil Pada !aktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan
selanutnya terus menuu pleura melalui fistel yang terbuka Eaktu ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak dapat keluar
(1)
"kibatnya tekanan di dalam rongga pleura
makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer *dara yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal napas () Sedangkan menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka pneumotoraks dapat diklasifikasikan menadi dua, yaitu +
(1)
:
Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan pada sebagian kecil paru (@ 4/; volume paru)
Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks yang mengenai sebagian besar paru (H 4/; volume paru)
Pemeri"s!!n Pen#n&!ng Pne#mo$or!7
+
7oto Intgen =ambaran radiologis yang tampak pada foto rIntgen kasus pneumotoraks antara lain (0):
a
&agian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru 'adang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru
b
Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaCue yang berada di daerah hilus 'eadaan ini menunukkan kolaps paru yang luas sekali &esar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan
c
Gantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke ba!ah "pabila ada pendorongan antung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah teradi pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi
d
Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan teradi keadaan sebagai berikut (.): +
Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi antung, mulai dari basis sampai ke apeks 9al ini teradi apabila pecahnya fistel mengarah mendekati hilus, sehingga udara yang dihasilkan akan terebak di mediastinum
Fmfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam diba!ah kulit 9al ini biasanya merupakan kelanutan dari pneumomediastinum *dara yang tadinya terebak di mediastinum lambat laun akan bergerak menuu daerah yang lebih tinggi, yaitu daerah leher 8i sekitar leher terdapat banyak aringan ikat yang mudah ditembus oleh udara, sehingga bila umlah udara yang terebak cukup banyak maka dapat mendesak aringan ikat tersebut, bahkan sampai ke daerah dada depan dan belakang
.
&ila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura, maka akan tampak permukaan cairan sebagai garis datar di atas diafragma
7oto I pneumotoraks (P"), bagian yang ditunukkan dengan anak panah merupakan bagian paru yang kolaps
"nalisa =as 8arah "nalisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan Pada pasien dengan gagal napas yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar +/;
1
CT-scan thora 6T-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer dan sekunder
=ambaran 'linis =ambaran klinis pada fraktur klavikula biasanya penderita datang dengan keluhan atuh atau trauma Pasien merasakan sakit bahu dan diperparah dengan setiap gerakan lengan 7raktur
klavikula sangat mudah didiagnosa dengan pemeriksaan fisik karena aringan subkutis yang sangat tipis Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan 8apat uga terlihat kulit yang menonol akibat desakan dari fragmen fraktur Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan !arna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur Trauma pada pleksus brakhial yang berhubungan dengan fraktur klavikula dapat teradi 'erusakan vaskular !alaupun arang tetapi dapat teradi terutama pada arteri subklavia 'lasifikasi + •
7raktur mid klavikula ( 7raktur +. tengah klavikula) paling banyak ditemui
•
teradi medial ligament korako-klavikula ( antara medial dan +. lateral)
•
mekanisme trauma berupa trauma langsung atau tak langsung ( dari lateral bahu)
7raktur +. lateral klavikula fraktur klavikula lateral dan ligament korako-kiavikula, yang dapat dibagi: •
type +: undisplaced ika ligament intak
•
type displaced ika ligamen korako-kiavikula rupture
•
type . : fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis 5ekanisme trauma pada type . biasanya karena kompresi dari bahu
. 7raktur +. medial klavikula %nsiden arang, hanya 4; dan seluruh fraktur klavikula 5ekanisme trauma dapat berupa trauma langsung dan trauma tak langsung pada bagian lateral bahu yang dapat menekan klavikula ke sternum Gatuh dengan tangan terkadang dalam posisi abduksi
Pemeri"s!!n R!diologi *r!"$#r 8l!9i:#l! ! •
Pl!in Po$o Mid :l!9i:#l!
Fvaluasi pada fraktur clavicula yang standar berupa proyeksi anteroposterior ("P) yang dipusatkan pada bagian tengah clavicula Pencitraan yang dilakukan harus cukup luas untuk bisa menilai uga kedua "6 oint dan S6 oint &isa uga digunakan posisi obliCue dengan arah dan penempatan yang baik Proyeksi "P /-0/J dengan cephalic terbukti cukup baik karena bisa meminimalisir struktur toraks yang bisa mengganggu pembacaan 'arena bentuk dari clavicula yang berbentuk S, maka fraktur menunukkan deformitas multiplanar, yang menyebabkan susahnya menilai dengan menggunakan radiograph biasa 6T scan, khususnya dengan . dimensi meningkatkan akurasi pembacaan •
Medi!l :l!9i:#l! d!n S8 &oin$
Proyeksi standar untuk menilai S6 oint adalah posteroanterior (P"), lateral dan obliCue 7raktur medial clavicula dan cedera pada S6 oint biasanya sulit dinilai dengan pencitraan yang biasa karena adanya overlap clavicula dengan sternum dan costa pertama Sebagai catatan penting, ossifikasi sekunder pada bagian proksimal clavicula tidak akan nampak pada usia sebelum + tahun dan mungkin sampai umur 4 tahun Sehingga pada gambaran radiograph biasa akan sulit membedakan antara suatu fraktur dengan dislokasi pads S6 oint •
L!$er!l :l!9i:#l! d!n A8 &oin$
Pemeriksaan radiologi pada sisi yang mengalami cedera kadang-kadang cukup sulit, namun beberapa pemeriksaan membandingkan penampakan pada daerah cedera tersebut Proyeksi "P pada "6 oint digunakan +4J inclinasi cephalic, sepanang tulang scapula >ormal alignment pada sendi dengan proyeksi "P apabila ukuran
celah sendi kurang dari 4 mm dan facies bagian ba!ah akromion dan distal clavicula tidak terputus-putus •
8T S:!n Medi!l :l!9i:#l! d!n S8 &oin$
6T scan memegang peranan yang penting dalam mendiagnosa fraktur clavikula bagian medial dan cedera pada S6 oint 6T scan seharusnya digunakan dengan mencakup S6 oint dan secara otomatis setengah dari kedua clavicula untuk membandingkan satu sisi dengan sisi yang lain Gika didapatkan ada kelainan pada vascular, bisa kita nilai dengan menggunakan intravenous contras •
L!$er!l :l!9i:#l! d!n A8 &oin$
6T scan merupakan salah satu alat pencitraan di bidang radiologi yang cukup sensitif dalam menegakkan diagnosa 6T scan kadang-kadang digunakan untuk mendiagnosa fraktur intra-artikular atau stress fraktur pada "6 oint 5eskipun demikian 6T scan terbatas untuk menilai sekitar aringan lunak termasuk kapsula, ligament dan sendi sinovial
DA*TAR PUSTAKA
Sudoyo, "ru, E Setiyohadi, &ambang "l!i, %drus ', 5arcellus, Simadibrata Setiati, Siti Buku A.ar /lmu Penyakit 2alam* Gilid %% Fdisi %? Gakarta : Pusat Penerbitan 8epartemen %lmu Penyakit 8alam 7akultas 'edokteran *niversitas %ndonesiaA //0 p +/0.
%o4m!n; )effre+; 6lenn. Pneumothora! Tension and Traumatic* *pdated: /+/ 5ay 2A
cited /++ Ganuary +/ "vailable from http:emedicinemedscapecomarticle3244+
Als!g!ff; Hood. M#"$+; H. Ad#l. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. S#r!!+! < Airl!ngg! Uni9ersi$+ Press= 2>>?. p. 12@13?
M!l#e"!; R#sd+; 6!!li. Radioloi Dianostik . Bog+!"!r$! < P#s$!"! 8ende"i! Press= 2>>3. p. 0
+
Pemeriksaan radiologi untuk fraktur costae dapat dilakukan foto thorak "P lateral dan yang paling baik dilakukan 6T Scan akan tetapi lama dalam menunggu hasil pemeriksaannya 8apat uga dilakukan analisa gas darah Pada frakur clavicula 6T
Scan diutamakan karena spesifitas dan sensitifitas yang +//; Genis pneumothorak : a Pneumothorak terbuka atau sucking chest wound karena luka besar dinding dad ayang terbuka maka tekanan intrapleura akan sama dengan tekanan lingkungan sehingga tidak ada pertukaran udara sehingga ventilasi terganggu yang dapat b
teradi hipoksia dan hiperkabnia Tension Pneumonia atau one way valve atau fenomena ventil, teradi seperti pentil yang saat ada luka, maka udara cenderung masuk dan terebak tidak bisa keluar, sehingga ada penumpukan udara di dalam dada 9al ini dapat menekan paru dan mediastinum sehingga dapat teradi kolaps paru dan menghambat aliran darah vena ke cor =eala yang sering teradi ika nyeri dada, sesak nafas, takikardi, hipoventilasi, hipotensi, deviasi trakea, hilang suara nafas satu sisi, perkusi
.
hipersonor, hilang suara nafas vesikuler %ndikasi operasi pada fraktur clavicula salah satunya yaitu malunion (bentuknya tidak menyatu dengan semestinya sehingga lebih pendek maupun mengalami angulasi) dan nonunion (ika selama 1-0 minggu secara radiologi tulang tidak menyambung karena
1
imobilisasi tidak adekuat) Trauma tumpul thorak dapat ditatalaksana a!al dengan prinsip mengistirahatkan, imobilisasi, dapat diberi aspirin untuk menghilangkan rasa sakit pada dada, ika tidak sadar dan susah bernafas dapat diberi ventilasi dan sirkulasi Sedangkan ika teradi trauma tembs angan digerakin dan diberi infus untuk menyeimbangkan perdarahan
4
yang teradi 6rossmatch adalah pemeriksaan serologi untuk menetapkan sesuai atau tidak darah donor dan resipien sebelum dan selama donor "da cara pemeriksaan yaitu : a 6rossmatch mayor ika mencampur eritrositaglutinogen donor dengan b
serumaglutinin resipien 6rossmatch minor ika
mencampur
serumaglutinin
donor
dengan
eritrositaglutinogen donor Gika teradi aglutinasi maka darah tidak cocok Gika crossmatch minor mengalami aglutinasi dapat
Pemeriksaan penunang untuk pneumotoraks adalah pemeriksaan radiologi postero anterior yang menunukkan area hiperlusen avaskuler pada hemitoraks yang sakit, gambaran pleural line, paru yang kolaps, dan terdorongnya mediastinum ke arah yang berla!anan http:lemanorid//2-martin-!sd-medika-nov/2pdf
" TRI!"# Triage adalah suatu proses untuk menentukan pasien mana yang harus ditangani terlebih dahulu berdasarkan seberapa parah atau serius trauma yang teradi &erdasarkan K686 =uideline for 7ield Triage of %nured PatientsL pada tahun /++, triaging dibagi menadi 1 tahap: +
Step +: kriteria fisiologi Tahap ini bertuuan untuk mengidentifikasi secara cepat pasien trauma yang kritis dengan menilai level kesadaran (%lasgow Coma Scale M=6%N) dan mengukur tanda vital ( systolic blood pressure MS&PN dan respiratory rate MN)
Step : kriteria anatomi Pada tahap ini, dilakukan penilaian mengenai cedera anatomi yang mungkin memerlukan pera!atan yang intensif pada beberapa pasien yang pada presentasi a!al memiliki fisiologi normal Transport ke fasilitas yang menyediakan level tinggi pera!atan trauma harus dilakukan apabila ditemukan cedera anatomi (gambar +)
.
Step .: mekanisme trauma Pasien yang tidak memenuhi kriteria pada step + dan harus dievaluasi tentang mekanisme teradinya trauma untuk menentukan apabila trauma mungkin parah akan tetapi tidak terlihat
1
Step 1: special consideration 5enentukan apakah pasien yang tidak masuk kriteria fisiologis, anatomic, atau mekanisme trauma memiliki kondisi yang mendasari atau faktor-faktor komorbid yang menyebabkan pasien dalam risiko tinggi mengalami cedera atau yang membantu mengidentifikasi pasien yang cedera parah
#abel !arna pada triage
+
5erah: merupakan prioritas utama, perlu pengobatan yang segera karena dalam kondisi yang sangat kritis yaitu tersumbatnya alan nafas, dyspnea, pendarahan, syok,
hilang kesadaran 'uning: bisa menunggu pengobatanpengobatan dapat ditunda untuk beberapa am dan
.
tidak akan berpengaruh terhadap nya!anya, dan tanda-tanda vital stabil 9iau: dapat dilakukan ra!at alan
9itam: korban sudah meninggal dunia atau tanda vital menghilang
Prinsip Pemeri"s!!n R!diologis p!d! *r!"$#r
Pemeriksaan penunang pada fraktur yang harus dilakukan adalah pemeriksaan radiologis Pemeriksaan radiologis ini menganut aturan yang disebut 3ules of Two 3ules of Two merupakan seperangkat guideline sederhana &eberapa hal dari 3ules of Two harus dipatuhi, dan beberapa di antaranya hanya berlaku pada kasus tertentu saa Prinsip-prinsip umum ini tentunya berguna untuk membantu menghindari kesalahan dalam interpretasi hasil radiografi dan manaemen pasien 3ules of Two mencakup +/ hal yaitu: a
Two views (dua tampilan): sebaiknya dilakukan secara anteroposterior ("P) dan lateral,
b
kecuali pada radiologis thorax, abdomen, dan pelvis Two .oints (dua sendi): menampilkan gambaran sendi di atas dan di ba!ah tulang
panang, terutama pada fraktur bagian antebrachii dan cruris c Two sides (dua sisi): membandingkan kedua sisi terutama pada anak-anak d Two abnormalities (dua kelainan): cobalah mencari kelainan lain yang menadi faktor predisposisi fraktur, misalnya pada fraktur patologis, ditemukannya Kbone islandL e Two occasions: periksalah dengan film atau pemeriksaan radiologis terdahulu, hal ini dapat membantu pada foto thorax ataupun pada kasus misalnya osteomyelitis, septic arthritis, dll f Two visits (dua kunungan): diperlukan pemeriksaan radiologis ulang terutama setelah operasi, tindakan immobilisasi tulang, mengurangi dislokasi, atau pengambilan benda asing, untuk melihat apakah kelainan telah membaik, tidak berubah, atau bahkan g
memburuk Two opinions (dua pendapat): dapat digunakan untuk meyakinkan kelainan yang teradi, dapat menggunakan 3ed 2ot System (memberikan titik merah pada kelainan yang
h
teradi, biasanya sistem ini digunakan pada instalansi ga!at darurat Two records (dua catatan): menyalin hasil temuan pemeriksaan radiografi pada rekam medis
i
Two specialists (dua spesialis): semua film harus dilihat dan dilaporkan secara resmi
oleh seorang ahli radiologi Two eaminations (dua pemeriksaan): terkadang diperlukan pemeriksaan penunang lain untuk menegakkan diagnosis, seperti: 4ltrasonography, Computed Tomography, #agnetic 3esonance /maging , dan /sotope Bone Scanning
DA*TAR PUSTAKA
"merican 6ancer Society (/+1) /nformed consent !!! cancer org, "merican 6ollege of Surgeons +2 Advanced Trauma Life Support *nited States of "merica: 7irst %mpression "yush
=oel,
5artin
=orrochategui, et
al
Pneumothora
http:radiopaediaorgarticlespneumothorax 8orland, E " >e!man // 'amus 'edokteran F=6 : Gakarta Frsoy >, Senses $5, "ydin F (/+/) %nformed consent in emergency medicine 4lusTravmaAcilCerrahi2erg +0(+): +-3 https:mlscribdcomdoc443/23%nformed-6onsent-pada-'ega!atdaruratan
diakses
pada tanggal 0 "pril /+4 7'*% +4 'umpulan 'uliah %lmu bedah &inarupa "ksara : Gakarta $tto
6han,
obin
TouCuet,
%eneral
Principles5 6ow
to /nterpret 3adiographs
https:!!!black!ellpublishingcomcontent&P#O%mages6ontentOstoreSampleOch apter23/22+43.23/22+43.O1O//+pdf Price, Sylvia, + Patofisiologi, 'onsep 'linis Proses-Proses
Penyakit
5osby
Philadelphia S9S, Tim PP=8, // Penanganan Penderita =a!at 8arurat (PP=8 &asic ) S9S &andung Sudoyo "E, Setiyohadi &, "l!i %, Simadibrata 5, Setiadi S (eds) Buku a.ar ilmu penyakit dalam* Gilid %% edisi ? Gakarta : Pusat Penerbitan 8epartemen %lmu Penyakit 8alam 7akultas 'edokteran *niversitas %ndonesia
Syamsu 9 dan Gong, Eim 8e (+4) &uku "ar &edah Gakarta: Penerbit &uku 'edokteran, F=6 Tim Skills #ab 7' *>S (/+4) Pedoman 7eterampilan 7linis Semester / Surakarta: 7' *>S Eim de Gong //4 &uku "ar %lmu &edah F=6 Gakarta