PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN KADAR BILIRUBIN TOTAL PADA PENDERITA TUBE TUBE RCULOSI RCULOSI S (TB) DI
PUSKESMAS PEKANBARU
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
OLEH : JUSPITA SARI 14.115.052 AKADEMI ANALIS KESEHATAN YAYASAN FAJAR PEKANBARU 2016/2017
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, namun dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (tim penyusun, 2014). World Health Organization (WHO) menunjukkan hampir 9 juta kasus baru terjadi di tahun 2013 dan 1,5 juta kematian akibat TB. Indonesia merupakan bagian dari Asia Tenggara menempati urutan ke 3 bersamaan dengan Afrika Selatan, sebagai negara dengan insiden TB tertinggi setelah India dan Cina (Pontoh., dkk, 2016). Tuberkulosis (TB) tetap menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling serius. Saat ini TB merupakan masalah kesehatan di dunia. Indonesia sendiri, TB masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor 5 setelah penyakit kardiovaskular dan penyakit saluran nafas pada semua kelompok usia dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi (Putro., dkk, 2012). Penderita TB paru dengan hasil pemeriksaan BTA positif (+) merupakan penularan yang paling utama. Pada saat batuk atau bersin, penderita dapat menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak. Percikan dahak yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam (Pontoh., ddk, 2016). TB dapat menyebabkan kematian apabila tidak diobati, 50% dari pasien TB akan meninggal setelah 5 tahun (Depkes RI, 2009). Setiap
1
2
tahunnya sseorang yang terdiagnosa TB positif, dapat menularkan kepada 10-15 orang lain (Susilayanti., dkk, 2012). Oleh karena itu diperlukan pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT), seperti Isoniazid (H), Etambutol (E), Pirazinamid (Z), Rifampicin (R), dan Steptomisin (S) yang diberikan selama 6 bulan (Pontoh., ddk, 2016). Efek dari pemakaian OAT dapat menyebabkan gangguan fungsi hati, yang termasuk kedalam fungsi hati salah satunya adalah bilirubin (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Bilirubin merupakan hasil penguraian hemoglobin oleh sistem retikuloendotelial dan dibawa di dalam plasma menuju hati untuk melakukan proses konjugasi (secara langsung), bilirubin yang terkonjugasi (direk) dapat larut dalam air sedangkan bilirubin yang tidak terkonjugasi (indirek) tidak dapat larut dalam air. Nilai bilirubin total didapatkan dengan melepaskan ikatan albumin pada bilirubin indirek sehingga dapat larut dalam air dan dapat bereaksi (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Bilirubin di metabolisme oleh hati dan dieksresikan kedalam empedu (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Metabolisme bilirubin dimulai oleh penghancuran eritrosit setelah usia 120 hari oleh sistem retikuloendotel menjadi heme dan globin. Akumulasi bilirubin berlebihan di kulit, sklera dan membran mukosa dapat menyebabkan warna kuning yang disebut ikterus (Rosida A, 2016). Ikterus atau Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar bilirubin yang melebihi batas normal (Sugiarti., dkk, 2012). Obat-obat yang dapat meningkatkan kadar bilirubin yaitu obat yang bersifat hepatotoksik (primakuin, sulfa, streptomisin, rifampisin, teofilin, asam askorbat). Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi lebih sering terjadi akibat peningkatan
3
pemecahan eritrosit, sedangkan peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi lebih diakibatkan oleh gangguan fungsi hati (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pemeriksaan Kadar Bilirubin Total Pada P enderita
Tuberkulosis (TB) Paru ” dikarenakan penyakit Tuberkulosis (TB) Paru
merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat Indonesia serta efek dari pemakaian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hati.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk
mengetahui
berapakah
kadar
bilirubin
total
pada
penderita
Tuberkulosis (TB) Paru?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui pemeriksaan kadar bilirubin total pada penderita Tuberkulosis (TB) Paru. 1.3.2 Tujuan khusus
1.
Analisa kadar Bilirubin total pada penderita Tuberkulosis (TB) Paru sebelum mengkonsumsi obat dan sesudah mengkonsumsi obat
2.
Mengetahui persentase peningkatan kadar bilirubin total pada penderita Tuberkulosis (TB) Paru.
4
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi penulis
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang pemeriksaan kadar bilirubin total pada penderita Tuberkulosis (TB) Paru. 2. Meningkatkan keterampilan penulis dalam melakukan pemeriksaan kadar bilirubin total pada penderita Tuberkulosis (TB) Paru. 1.4.2 Bagi institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian lainnya yang ingin melakukan penelitian mengenai pemeriksaan kadar bilirubin total pada penderita Tuberkulosis (TB) Paru. 1.4.3 Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan masyarakat mengenai bilirubin total dan bahaya penyakit Tuberkulosis (TB) Paru, sehingga masyarakat menyadari pentingnya menjaga kesehatan agar tidak tertular penyakit TB.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tuberkulosis (TB) Paru
Tuberkulosis (TB) Paru merupakan infeksi jaringan paru-paru oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditularkan bersama dengan udara, kemudian merusak jaringan paru-paru sehingga paru-paru menjadi berongga dan terbentuk jaringan ikat di paru-paru (Irianto, 2004). TB juga dapat menyerang siapa saja, terutama pada usia produktif atau masih aktif bekerja serta dapat menyerang anak-anak. TB juga dapat menyebabkan kematian apabila tidak segera di obati (Depkes, 2009). 2.2 Klasifikasi Tuberkulosis (TB)
1. Klasifikasi berdasarkan anatomi dari penyakit a. Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru merupakan TB yang dapat menyerang jaringan parenkim paru dan tidak termasuk selaput paru (pleura) (Depkes, 2005). b. Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang terjadi pada organ selain paru seperti, pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang (Subuh dan Priohutomo, 2014).
6
2. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya menurut (Subuh dan Priohutomo, 2014). a. Pasien TB baru Pasien TB baru adalah pasien yang belum pernah mengkonsumsi obat atau sudah pernah mengkonsumsi obat tetapi kurang dari 1 bulan (< 28 dosis). b. Pasien TB yang pernah diobati Pasien yang sebelumnya pernah mengkonsumsi OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis). Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu : 1) Pasien kambuh Pasien kambuh adalah pasien TB yang sudah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriollogis atau klinis. 2) Pasien yang diobati kembali setelah gagal Yaitu pasien TB yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir. 3) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat Yaitu pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow-up. c. Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
7
3. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekatan obat Menurut (Subuh dan Priohutomo, 2014). Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji dari Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa : a. Mono resistan (TB MR) Yaitu resisten terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja. b. Poli resistan (TB PR) Yaitu resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan. c. Multi drug resistan (TB MDR) Yaitu resisten terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan. d. Extensive drug resistan (TB XDR) Yaitu TB MDR yang sekaligus juga resisten terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin, dan Amikasin). e. Resistan Rifampisin (TB RR) Yaitu resistan terhadap Rifampisin atau resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip (konvensional).
8
2.3 Diagnosis Tuberkulosis (TB) Paru
Menurut zainuddin, 2014 kriteria diagnosis TB paru berdasarkan International Standards For Tuberkulosis Care (ISTC 2014)
adalah sebagai
berikut : 1. Untuk memastikan diagnosis awal, petugas kesehatan harus berhati-hati terhadap individu dan grup dengan faktor risiko TB Paru dengan melakukan evaluasi klinis dan pemeriksaan diagnostik yang tepat pada mereka dengan gejala TB Paru. 2. Semua pasien dengan batuk produktif yang berlangsung selama ≥ 2 minggu yang tidak jelas penyebabnya. 3. Semua pasien yang menderita TB Paru dan mampu mengeluarkan dahak, harus diperiksa dengan mikroskopis specimen apusan sputum/dahak minimal 2 kali atau 1 spesimen sputum untuk diperiksa. 4. Semua pasien yang diduga TB ekstra paru, spesimen dari organ yang terlibat harus diperiksa secara mikrobiologis dan histologis. 5. Pasien yang diduga TB dengan apusan dahak negatif, sebaiknya dilakukan pemeriksaan kultur dahak, jika apusan dahak negatif pada pasien dengan gejala klinis yang mendukung TB, sebaiknya segera diberikan pengobatan anti tuberkulosis setelah pemeriksaan kultur.
2.4 Cara Penularan Tuberkulosis (TB) Paru
Cara penularan penyakit TB Paru yaitu dengan cara pada saat batuk atau bersin penderita menyebarkan kuman ke udara melalui percikan dahak, sekali batuk dapat menyebarkan 3000 kuman, penularan ini bisa bertahan dalam
9
beberapa jam. Semakin banyak kuman yang ditemukan dalam tubuh maka semakin besar pula tingkat penularannya tersebut. Tuberkulosis (TB) tidak menular melalui alat perlengkapan pribadi (Depkes RI, 2009).
Gambar 2.1 Cara Penularan Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru
Sumber https://www.google.com/search?q=skema+penularan+tb
2.4 Pengobatan Tuberkulosis (TB) Paru
Pengobatan yang digunakan pada penyakit TB adalah penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) obat yang paling umum atau sering digunakan adalah Isoniazid, Etambutol. Rifampisin, Pirazinamid, dan Steptomisin, semua jenis obat ini termasuk dalam golongan obat primer. Tidak hanya itu obat lain yang pernah digunakan adalah Natrium Para Amino Salisilat, Kepreomisin, Sikloserin,
10
Etionamid, Kanamisin, Rifapentin, dan Rifabutin.Natrium Para Amino Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, dan Etionamid pada dasarnya menyebabkan efek toksik dan dipakai jika obat primer sudah resisten (Depkes RI, 2005).
2.5 Efek samping OAT
Efek samping obat yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi OAT ada dua yaitu efek samping ringan dan efek samping berat. Yang termasuk kedalam efek samping ringan adalah menyebabkan warna kemerahan pada urin, mual, sakit perut, nyeri sendi dan rasa kesemutan sampai dengan rasa terbakar. Sedangkan yang termasuk kedalam efek samping berat adalah menyebabkan gatal disertai kemerahan dikulit, gangguan pendengaran dan penglihatan, kuning pada kulit atau mata, dan bintik-bintik kemerahan dikulit (Depkes RI, 2009).
2.6 Bilirubin
Bilirubin
merupakan
hasil
penguraian
hemoglobin
oleh
sistem
retikuloendotelial dan dibawa di dalam plasma menuju hati untuk melakukan konjugasi (Menkes RI, 2010). Bilirubin meningkat dikarenakan terjadinya pemecahan sel darah merah berlebihan atau karena hati tidak dapat mensekresikan bilirubin yang dihasilkan (Kementrian Kesehatan, 2011). Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada cairan empedu. Sebagaimana hati menjadi rusak, bilirubin total akan meningkat. sebagian dari bilirubin total akan termetabolisme yang disebut sebagai bilirubin langsung. Jika bilirubin langsung rendah sementara bilirubin total tinggi berarti menyebabkan kerusakan pada hati atau saluran cairan empedu. Bila kadarnya sangat tinggi dapat menyebabkan
11
kulita dan mata menjadi kuning, yang dapat mengakibatkan gejala ikterus (Yayasanspiritia, 2014).
12
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Klinik Akademi Analis Kesehatan Yayasan Fajar Pekanbaru Tahun 2017. 3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2017.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang menderita Tuberkulosis (TB) Paru yang melakukan pengobatan di Puskesmas Pekanbaru Tahun 2017. 3.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah serum pasien Tuberkulosis (TB) Paru. Dengan jumlah sampel sebanyak 30 sampel.
13
3.4
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer dikumpulkan secara langsung dari hasil pemeriksaan kadar bilirubin total pada penderita Tuberkulosis (TB) Paru di Laboratorium Puskesmas Pekanbaru. 3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari data medik pasien yang menderita Tuberkulosis (TB) Paru yang melakukan pemeriksaan kadar bilirubin total di Puskesmas Pekanbaru.
3.5 Alat dan Bahan 3.5.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mikropipet, Yellow tip dan Blue tip, kapas alkohol 70%, Cup sampel, Sentrifuge, Spuit, Torniquit, Tabung reaksi, Rak tabung , Spektrofotometer dan serum pasien TB. 3.5.2 Nilai Normal
Nilai normal kadar bilirubin total adalah 0.2- 1.10 mg/dl
3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Pengambilan Darah Vena
1. Antiseptis bagian tangan pasien yang akan diambil darahnya dengan kapas alkohol 70% 2. Pasang tourniquet di atas lipatan siku 3. Tusuk vena menggunakan spuit 3 mL
14
4. Lepaskan tourniquet secara perlahan kemudian tarik penghisap spuit sampai jumlah darah yang ditentukan 5. Kemudian letakkan kapas kering diatas jarum dan tarik jarum secara perlahan. 6. Tutup bekas tusukan dengan plester 3.6.2 Pemisahan Serum
1. Setelah darah diambil, pindahkan darah ke tabung, diamkan selama 10 menit 2. Tabung di sentrifuge selama 15 menit dengan kecepaan 3000 rpm 3. Pisahkan serum sebanyak 200 ul kedalam cup sampel 3.6.3 Prinsip
Dalam metode bilirubin total, dengan adanya pH asam bereaksi dengan garam diamore asam sulfanic dari absorbance bilirubin pada panjang gelombang 546 nm. Intensitas warna berbanding terhadap konsentrasi bilirubin total dalam sampel. 3.6.4 Prosedur Perlakuan Sampel dan Reagen
Blanko
Sampel/Serum
Reagen 1
300 ul
300 ul
Reagen 2
-
10 ul
Sampel Serum
20 ul
20 ul
Campur dan Inkubasi selama 5 menit pada suhu 15-20 0C lalu baca.
15
3.6.5
Prosedur Kerja Spektrofotometer
a. Hidupkan alat b. Pada layar akan muncul MAIN MENU c. Tekan ENTER d. Pilih pemeriksaan Bilirubin total ENTER e. Aspirat water tekan OK masukkan air melalui pipa selang f.
Tekan tombol pipa sampai berbunyi
g. Insert blanko tekan Yes dan masukkan blangko h. Insert sampel tekan ENTER baca hasil
3.6
i.
Keluar tekan Esc
j.
Untuk membersihkan tekan Wash
Analisa Data
Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan secara univariat untuk mengetahui gambaran kadar bilirubin total pada penderita tuberkulosis.