PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN URINE ATAS INDIKASI BILIRUBIN
I.
TUJUAN
II.
Untuk menentukan adanya bilirubin dalam urin
TINJAUAN PUSTAKA
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Pengeluaran urin diperlukan untuk mem-buang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau Amonia. pH urin berkisar antara 4,8 – 7,5,urin 7,5,urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 – 1,035. 1,035. Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa s isa metabolisme lemak, ion-ion elektrolit (Na+, Cl-, K+, Amonium, sulfat, Ca2+ dan Mg2+), Hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb). Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang. a.
Keruh, Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.
b.
Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti Bluebery dan gulagula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan kelenjar prostat.
c.
Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indikator adanya kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau sirosis.
d.
Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks yang banyak ter-dapat dalam minuman berenergi.
Proses Terbentuknya Urine :
Penyaringan darah pada ginjal lalu terjadilah urine. Darah masuk ginjal melalui pembuluh nadi ginjal. Ketika berada di dalam membrane glomenulus, zat-zat yang terdapat dalam darah (air, gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh darah kemudian masuk kedalam simpai/kapsul bowman dan menjadi m enjadi urine primer. Proses ini disebut filtrasi. Urine primer dari kapsul bowman mengalir melalui saluran-saluran halus (tubulus kontortokus proksimal). Di saluran-saluran ini zat-zat yang masih berguna, misalnya gula, akan diserap kembali oleh darah melalui pembuluh darah yang mengelilingi saluran tersebut sehingga terbentuk urine sekunder. Proses ini disebut reabsorpsi. Urine sekunder yang terbentuk kemudian masuk tubulus kotortokus distal dan mengalami penambahan zat sisa metabolism maupun zat yang tidak mampu disimpan dan akhirnya terbentuklah urnine sesungguhnya yang dialirkan ke kandung kemih melalui ureter. Proses ini disebut augmentasi. Apabila kandung kemih telah penuh dengan urine, tekanan urine pada dinding kandung kamih akan menimbulkan rasa ingin buang air kecil atau kencing. Banyaknya urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang yang normal sekitar 5 liter setiap hari. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran urine dari dalam tubuh tergantung dari banyaknya ar yang diminum dan keadaan suhu apabila suhu udara dingin, pembentukan urine meningkat sedangkan jika suhu panas, pembentukan urine sedikit. Pada saat minum banyak air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal. Oleh karena itu jika banyak minum akan banyak mengeluarkan urine. Warna urine setiap orang berbeda-beda. Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan, jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit. Namun biasanya warna urine normal berkisar dari warna bening sampai warna kuning pucat. Bilirubin ( sebelumnya disebut sebagai hematoidin ) adalah produk rincian kuning normal hemekatabolisme. Heme ditemukan dalam hemoglobin, komponen
utama dari sel darah merah . Bilirubin diekskresikan dalam empedu dan urin , dan peningkatan kadar dapat mengindikasikan mengindikasikan penyakit tertentu.Hal ini bertanggung jawab untuk warna kuning memar , warna kuning air seni (melalui produk pemecahan direduksi, urobilin ), warna coklat dari kotoran (melalui konversi kepada stercobilin ), dan perubahan warna kuning pada penyakit kuning . Bilirubin Secara Kimia : Bilirubin terdiri dari sebuah rantai terbuka dari empat pirol
-seperti cincin ( tetrapyrrole ). Dalam heme , sebaliknya, keempat cincin yang terhubung ke sebuah cincin yang lebih besar, yang disebut porfirincincin. Bilirubin adalah sangat mirip dengan pigmen phycobilin digunakan oleh ganggang tertentu untuk menangkap energi cahaya, dan untuk pigmen fitokrom digunakan oleh tanaman untuk merasakan cahaya.Semua ini mengandung rantai terbuka empat cincin pyrrolic. Seperti ini pigmen lainnya, beberapa ganda obligasi di bilirubin isomerize ketika terkena cahaya. Ini digunakan dalam fototerapi dari bayi kuning:. E, Z-isomer bilirubin yang terbentuk setelah terpapar cahaya lebih larut daripada, Z unilluminated Z-isomer, sebagai kemungkinan ikatan hidrogen intramolekul akan dihapus Hal ini memungkinkan
ekskresi
bilirubin
tak
terkonjugasi
dalam
empedu.
Beberapa buku teks dan artikel penelitian menunjukkan isomer geometris salah bilirubin. Para isomer alami adalah Z, Z-isomer. Fungsi bilirubin :
Bilirubin dibuat oleh aktivitas reduktase biliverdin pada biliverdin , pigmen empedu hijau tetrapyrrolic yang juga merupakan produk katabolisme heme.Bilirubin, ketika teroksidasi, beralih menjadi biliverdin sekali lagi. Siklus ini, selain demonstrasi aktivitas antioksidan ampuh bilirubin, telah menyebabkan hipotesis bahwa peran utama fisiologis bilirubin adalah sebagai antioksidan seluler Pemeriksaan bilirubin :
Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau
saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit metabolit pyridium atau serenium. Metabolisme bilirubin
Eritrosit secara fisiologis dapat bertahan/ berumur sekitar 120 hari, eritrosit mengalami lisis 1-2×108 setiap jamnya pada seorang dewasa dengan berat badan 70 kg, dimana diperhitungkan hemoglobin yang turut lisis sekitar 6 gr per hari. Sel-sel eritrosit tua dikeluarkan dari sirkulasi dan dihancurkan oleh limpa. Apoprotein dari hemoglobin
dihidrolisis
menjadi
komponen
asam-asam
aminonya.
Katabolisme heme dari semua hemeprotein terjadi dalam fraksi mikrosom sel retikuloendotel oleh sistem enzym yang kompleks yaitu heme oksigenase yang merupakan enzym dari keluarga besar sitokrom P450. Langkah awal pemecahan gugus heme ialah pemutusan jembatan α metena membentuk biliverdin, biliv erdin, suatu tetrapirol linier. Besi mengalami beberapa kali reaksi reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini memerlukan oksigen dan NADPH. Pada akhir reaksi dibebaskan Fe3+ yang dapat digunakan kembali, karbon monoksida yang berasal dari atom karbon jembatan metena dan biliverdin. Biliverdin, suatu pigmen berwarna hijau akan direduksi oleh biliverdin reduktase yang menggunakan NADPH sehingga rantai metenil menjadi rantai metilen antara cincin pirol III – IV IV dan membentuk pigmen berwarna kuning yaitu bilirubin. Perubahan warna pada memar merupakan petunjuk reaksi degradasi ini. Dalam setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin. Pada orang dewasa dibentuk sekitar 250 – 350 350 mg bilirubin per hari, yang dapat berasal dari pemecahan hemoglobin, proses erytropoetik yang tidak efekif dan pemecahan hemprotein lainnya. Bilirubin dari jaringan retikuloendotel adalah bentuk yang sedikit larut dalam plasma dan air. Bilirubin ini akan diikat nonkovalen dan diangkut oleh albumin ke hepar. Dalam 100 ml plasma hanya lebih kurang 25 mg bilirubin yang dapat diikat kuat pada albumin. Bilirubin yang melebihi jumlah ini hanya terikat longgar hingga
mudah lepas dan berdiffusi ke jaringan. Bilirubin I (indirek) bersifat lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan biliverdin. Pada reptil, amfibi dan unggas hasil akhir metabolisme heme ialah biliverdin dan bukan bilirubin seperti pada mamalia. Keuntungannya adalah ternyata bilirubin merupakan suatu anti oksidan yang sangat efektif, sedangkan biliverdin tidak. Efektivitas bilirubin yang terikat pada albumin kira-kira 1/10 kali dibandingkan asam askorbat dalam perlindungan terhadap peroksida yang larut dalam air. Lebih bermakna lagi, bilirubin merupakan anti oksidan yang kuat dalam membran, bersaing dengan vitamin E. Di hati, bilirubin I (indirek) yang terikat pada albumin diambil pada permukaan sinusoid hepatosit oleh suatu protein pembawa yaitu ligandin. Sistem transport difasilitasi ini mempunyai kapasitas yang sangat besar tetapi penggambilan bilirubin akan tergantung pada kelancaran proses yang akan dilewati bilirubin berikutnya. Bilirubin nonpolar (I / indirek) akan a kan menetap dalam sel jika tidak diubah menjadi bentuk larut (II / direk). Hepatosit akan mengubah bilirubin menjadi bentuk larut (II / direk) yang dapat diekskresikan dengan mudah ke dalam kandung empedu. Proses perubahan tersebut melibatkan asam glukoronat yang dikonjugasikan dengan bilirubin, dikatalisis oleh enzym bilirubin glukoronosiltransferase. Hati mengandung sedikitnya dua isoform enzym glukoronosiltransferase yang terdapat terutama pada retikulum endoplasma. Reaksi konjugasi ini berlangsung dua tahap, memerlukan UDP asam glukoronat sebagai donor glukoronat. Tahap pertama akan membentuk bilirubin monoglukoronida sebagai senyawa antara yang kemudian dikonversi menjadi bilirubin diglukoronida yang larut pada tahap kedua. Eksresi bilirubin larut ke dalam saluran dan kandung empedu berlangsung dengan mekanisme transport aktif yang melawan gradien konsentrasi. Dalam keadaan fisiologis, seluruh bilirubin yang diekskresikan ke kandung empedu berada dalam bentuk terkonjugasi (bilirubin II).
III.
ALAT DAN BAHAN Alat :
Tabung
Corong
Kertas saring
Pinset
Pipet tetes
Pipet takar
Bahan :
IV.
Urin sewaktu
BaCl2
Reagen Fauchet
CARA KERJA a.
b.
Percobaan Hariison
5 ml urine di masukkan dalam tabung reaksi
Tambahkan 5 ml BaCl2 10%, campur,kemudian saring dengan kertas saring.
Presipitat pada kertas saring di biarkan sampai kering.
Tambahkan 1 tetes reagen fouchet pada presipitat
Amati hasilnya
Positif bila timbul warna hijau atau biru kehijauan
Percobaan Hawkinson
Pada potongan kertas saring yang mengandung BaCl2 di teteskan urine beberapa tetes.
Biarkan selama 3 detik sampai 2 menit.
Teteskan 2-3 tetes reagen fouchet.
Amati hasilnya
Positif bila terbentuk warna hijau
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL
Kelompok
Bilirubin Harrison
Hawkinson
Strip
1
(-)
(+)
(+)
2
(-)
(-)
(+)
3
(-)
(-)
normal
4
(-)
(-)
normal
5
(-)
(+)
(+)
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas mengenai adanya bilirubin dalam urin. Percobaan dilakukan dengan dua metoda yaitu Harrison dan hawkinson. Sampel urin yang digunakan menggunakan urin segar karena bilirubin akan teroksidasi sehingga menghasilkan falsa negative. Dalam keadaan patologik dapat dinyatakan adanya bilirubin dalam urin. Jika urin dibiarkan sebagian kecil dari pada bilirubin itu berubah menjadi biliverdin oleh oxidasi, perubahan itu mempercepat oleh sinar matahari. Pada percobaan awal dilakukan pemeriksaan urin dengan menggunakan metoda Harrison. Prinsipnya BaCl2 akan bereaksi dengan sulfat dalam urine membentuk endapan BaSO4 dan bilirubin menempel pada molekul ini. FeCl3 mengoksidasi bilirubin menjadi beberapa bentuk dengan dengan warna yang berbeda. Hasil yang terbentuk adalah negative pada semua kelompok karena pada saat dilakukan analisa tidak terbentuk adanya perubahan warna hijau yang menandakan adanya indikasi bilirubin. Namun ketika dilakukan menggunakan strip hasil yang didapat justru positif menunjukkan adanya bilirubin pada kelompok 1,2,dan 5 dan kelompok 3 dan 4 hasil normal yang menunjukkan tidak adanya bilirubin. Hal ini bisa saja terjadi karena perlakuan sampel pada saat praktikum atau pengerjaan yang tidak benar sehingga hasil yang terbentuk bisa berbeda dan juga dari d ari kesensitifan masing-masing metoda .
Pada kelompok 3 dan 4 semua hasil menunjukkan hal yang sama artinya negative pada semua percobaan baik pada Harrison maupun pada hawkinson. Pemeriksaan menggunakan metoda hawkinson pada kelompok 1 dan 5 positif setelah pada pemeriksaan Harrison dinyatakan negative sebelumnya. Pemeriksaan pada metoda hawkinson menggunakan kertas saring yang tebal yaitu kertas saring shlesinger atau schull nomor 470 yang telah direndam dalam BaCl2 jenuh, kemudian kertas saring di keringkan. Potong kertas saring berukuran 4 x ½ inci. Lalu pada potongan kertas saring yang mengandung BaCl2 ini di teteskan urine beberapa tetes. Biarkan selama 3 detik sampai 2 menit. Baru diteteskan 2-3 tetes reagen fouchet. Pemeriksaan yang positif pada salah satu metoda yang menujukkan adanya indikasi bilirubin pada urin praktikan yang dianalisa karena adanya pemecahan haemoglobin .
Gambaran pembentukkan bilirubin dalam urin dan feses
Tingginya kadar bilirubin yang ditemukan dalam urin dapat disebabkan oleh: • Neonatal hiperbilirubinemia,dimana hati bayi baru lahir tidak mampu untuk memproses bilirubin menyebabkan penyakit kuning • Obstruksi saluran empedu yang luar biasa besar, batu misalnya di saluran empedu, tumor menghalangi saluran empedu dll • Hati yang berat kegagalan dengan sirosis (misalnya sirosis bilier primer ) • Crigler-Najjar sindrom • Dubin-Johnson syndrome • Choledocholithiasis (kronis atau akut).
Namun hasil dari praktikan yang didapat adanya adan ya bilirubin bilir ubin tidak menunjukkan peningkatan yang berarti tapi masih berada dekat dengan nilai standar pada skala carik celup/strip.
VI.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapat kesimpulan sebagai berikut :
Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua. Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada cairan empedu.
Adanya peningkatan kadar bilirubin dalam urin menandakan adanya kerusakan dalam hati
Pada percobaan Harrison hasil menunjukan negative sementara pada hawkinson justru ditemukan adanya bilirubin dalam urin praktikan yang dianalisa.
Adanya peningkatan bilirubin terlalu tinggi dalam urin dapat mengindikasikan kerusakan pada hati. Namun pada praktikan bilirubin yang ada masih dalam kadar yang tidak terlalu tinggi.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Baron,D.N,1990, Patologi Baron,D.N,1990, Patologi Klinik , Ed IV, Terj. Andrianto P dan Gunakan J, Penerbit EGC, Jakarta. Djojodibroto, R.D. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check Up): Bagaimana Menyikapi Hasilnya Hasilnya.. Pustaka Populer Obor. Jakarta. Depkes, 1991, Petunjuk Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas Puskesmas,vJakarta,Depkes ,vJakarta,Depkes RI Guyton, A.C, 1983, Buku Buku Teks Fisiologi Kedokteran,edisi Kedokteran,edisi V, bagian 2, terjemahan Adji Dharma et al.,E.G.C., Jakarta. Poedjiadi,Supriyanti, 2007, Dasar-Dasar 2007, Dasar-Dasar Biokimia,Bandung,UI Biokimia,Bandung,UI Press Toha, 2001, Biokimia, Metabolisme Metabolisme Biomolekul ,Bandung,Alfabeta ,Bandung,Alfabeta