PEMBUATAN SISTEM PENGELOLAAN LAHAN DAS BERBASIS INTEGRASI KEMAMPUAN LAHAN DAN DAYA DUKUNG WILAYAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (Otomasi Sistem) (Studi kasus Sub DAS Opak) Naskah Publikasi Tesis Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan DAS
diajukan oleh : Johanes Hamidin 17946/PS/MPPDAS/05
Kepada SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2008
PEMBUATAN SISTEM PENGELOLAAN LAHAN DAS BERBASIS INTEGRASI KEMAMPUAN LAHAN DAN DAYA DUKUNG WILAYAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (Otomasi Sistem) (Studi kasus Sub DAS Opak) SYSTEM DEVELOPING OF WATERSHED LAND UTILIZATION BASE ON INTEGRATION BETWEEN LAND CAPABILITY DAN CARRYING CAPACITY IN WATERSHED (Automaticating System) (Case study in Opak Sub Watershed) Johanes Hamidin1, Suratman Worosuprojo2, Andri Kurniawan3 Program Studi Geografi Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai Universitas Gadjah Mada ABSTRACT The research was carried in Opak Sub Watershed which are a part of Opak-Oyo Watershed. The objectives of this research are to evaluate the land capability in study area, to evaluate the carrying capacity in study area, to develop a model of land utilization in watershed with combination between land capability and carrying capacity especially in landuse planning. The method that used for modelling are combination between land capability with unioning agricultural carrying capacity, settlement carrying capacity and conservation carrying capacity and then use it to make computerized model as automatic system. The result indicated that Opak Sub Watershed had 7 (seven) land capability classes, these are class I, class II, class III, class IV; class V, class VI; and class VIII. From 7 (seven) classes as result, class I dominate the result with 41,9 % of total area and the less one is class VIII with 0,9 % of total area. Beside that the carrying capacity in Opak Sub Watershed contain agricultural carrying capacity, settlement carrying capacity and conservation carrying capacity. The result of agricultural carrying capacity dominated by class III 44,0 %, settlement carrying capacity dominated by class I 44,1 % and conservation carrying capacity dominated by class I 41,8 %. The result of utilization land modelling from combination of both land capability and unioning of carrying capacity had 6 (six) landuse forecasting are free landuse, limited wetland and or dryland field, very limited wetland or dryland field, limited settlement and or wetland and or dryland field, very limited settlement and or wetland and or dryland field, must be forest. The dominant result is free landuse 28,7 % and the less one is very limited wetland or dryland field 0,2 %, there are match with existing landuse about 92,2%. The final result is to make an automatic system, it is an application software who called SISDAS version 1.0. Key words: land capability, carrying capacity, automatic system, watershed management 1)
Peneliti di Konsultan Geoteknika Indonesia
2)
Staf Pengajar Fakultas Geografi UGM
3)
Staf Pengajar Fakultas Geografi UGM 1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah aliran sungai dapat berfungsi sebagai suatu wilayah alami yang dapat merespon air hujan yang masuk dan menjaga keseimbangan air yang ada. Dalam kaitan ini, daerah aliran sungai beserta sistem sungainya dapat menyediakan sumber air bagi kehidupan. Sehingga posisi daerah aliran sungai menjadi sangat penting untuk dijaga keseimbangannya baik secara fisik maupun dalam pemanfaatan kawasannya agar distribusi maupun kualitas air, lahan dan udara di dalam daerah aliran sungai tetap mampu menopang sendi-sendi dasar kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Selain itu DAS sebagai suatu bentang lahan alami, di dalam DAS terdapat manusia yang merupakan subyek utama atau pengelola utama terhadap sumberdaya yang terdapat di dalam DAS tersebut selain mahluk hidup lain yang terdapat di dalamnya yang membentuk suatu ekosistem DAS. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ekosistem DAS merupakan sistem sosial dan sistem alami yang saling berinteraksi, interdependensi, interrelasi dan interaksi. Namun demikian seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan ekonomi, manusia seringkali memanfaatkan sumberdaya pada daerah aliran sungai secara tidak terkontrol dan berlebihan sehingga membahayakan keseimbangan alami yang pada dasarnya telah ribuan atau bahkan jutaan tahun telah mengatur ekosistem yang ada dengan baik. Pengaturan dan pengendalian pola penggunaan lahan merupakan bagian penting yang mempunyai pengaruh pada terjaganya kualitas lahan. Agar terjadi keseimbangan antara kebutuhan manusia dan keseimbangan alami DAS maka perlu ada upaya pengelolaan lahan dengan satu konsep perencanaan yang berbasis pendekatan ekologi dan ekonomi secara berimbang (ecology and economic balance), sehingga pembangunan DAS yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dapat dicapai (Chay Asdak, 2004). Penelitian ini dilakukan di Sub DAS Opak yang merupakan salah satu Sub DAS dari DAS Opak – Oyo dimana DAS Opak Oyo adalah 1 (satu) diantara 2
4 (empat) DAS lain di Provinsi D. I. Yogyakarta. Sub DAS Opak wilayahnya melewati kawasan pedesaaan dan wilayah perkotaan Yogyakarta dengan variasi kondisi fisik dan sosial yang kompleks sehingga bisa dijadikan contoh dalam pengelolaan lahan. Secara spasial dapat dilihat pada gambar 1. Agar
model
pengelolaan
lahan
DAS
dapat
dilakukan
secara
komprehensif maka perlu mengkaitkan kemampuan lahan dan daya dukung wilayah, serta agar dapat dengan mudah dipahami oleh khalayak luas maka perlu dibuat menjadi sebuah standard operational procedure (SOP) dengan menjadikannya sebuah sistem otomatis berbasis perangkat lunak. B. Perumusan Masalah Beberapa permasalahan penelitian: 1.) Bagaimana kondisi kemampuan lahan di Sub DAS Opak saat ini? 2.) Bagaimana kondisi daya dukung wilayah di Sub DAS Opak saat ini? 3.) Apakah pengelolaan penggunaan lahan di dalam Sub DAS Opak dapat dibuat dengan mengintegrasikan kemampuan lahan dan daya dukung wilayah untuk kemudian menjadi sebuah sistem computerized berupa sistem pengelolaan lahan DAS? 4.)
Apabila sistem tersebut bisa dibuat,
bagaimana evaluasinya terhadap penggunaan lahan Sub DAS Opak saat ini? C. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan penulis belum ada penelitian pengembangan sistem pengelolaan lahan DAS menggunakan kombinasi Kemampuan Lahan dan Daya dukung wilayah secara terpadu berbasis sistem informasi geografis yang kemudian dikembangkan menjadi satu software sebagai wujud otomasi sistemnya.
D. Manfaat Bagi Keilmuan: Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan metode pengelolaan lahan DAS dan menjadikannya prosedur rutin yang dapat dijalankan oleh siapa saja karena menjadi sebuah perangkat lunak.
3
430000 mT
440000 mT
450000 mT
U
Kab. Sleman Prov. D. I. Yogyakarta
PAKEM CANGKRINGAN
1
2 Km
Legenda: Batas Sub DAS Batas Provinsi Batas Kabupaten/Kota Batas Kecamatan Jalan Sungai
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
TURI
0
9160000 mU
9160000 mU
1
KEMALANG
9150000 mU
9150000 mU
Kabupaten Bantul Kabupaten Gunungkidul Kota Yogyakarta Kabupaten Klaten Kabupaten Sleman MANISRENGGO NGEMPLAK
Sumber: 1. Peta RBI Bakosurtanal 1:25.000 2. Hasil Deliniasi Batas DAS
NGAGLIK
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah KALASAN
DEPOK
9140000 mU
9140000 mU
MLATI
PRAMBANAN
TEGALREJO
PRAMBANAN
GONDOKUSUMAN GEDONGTENGEN DANUREJAN GONDOMANAN PAKUALAMAN
BERBAH
KRATON
UMBULHARJO MERGANGSAN KOTAGEDE MANTRIJERON
GEDANGSARI BANGUNTAPAN PATUK
PIYUNGAN
Kab. Gunungkidul Prov. D. I. Yogyakarta 9130000 mU
9130000 mU
SEWON
Kab. Magelang Prov. Jawa Tengah PLERET
Kab.Sleman
Kab. Purworejo Prov. Jawa Tengah BANTUL
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
Kota Yogyakarta JETIS
Kab. Kulonprogo
Kab. Bantul
DLINGO IMOGIRI
Kab. Bantul Prov. D. I. Yogyakarta
Sam
Kab. Gunungkidul
ude
ra H
india
Wilayah Penelitian/Sub DAS Opak
Dibuat Oleh: Johanes Hamidin 17946/PS/MPPDAS/05
PUNDONG
430000 mT
440000 mT
450000 mT
Gambar 1. Peta Administrasi Sub DAS OPAK
4
Bagi Pembangunan: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi model pengelolaan lahan DAS secara terpadu yang dapat diterapkan di daerah karena mengkaitkan kemampuan lahan dengan batasan fisik alam dan daya dukung wilayah dengan batasan administrasi. E. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui kemampuan lahan di Sub DAS Opak, (2) Mengetahui daya dukung wilayah di Sub DAS Opak, (3) Membuat sistem pengelolaan lahan DAS dengan mengintegrasikan kemampuan lahan dan daya dukung wilayah khususnya pengelolaan penggunaan lahannya, (4) Mengevaluasi kondisi penggunaan lahan di Sub DAS Opak dengan hasil arahan penggunaan lahan dari sistem pengelolaan DAS. TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen yang saling berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan. Daerah aliran sungai (DAS) dapat dianggap sebagai suatu ekosistem karena memiliki sifat-sifat yang sama dengan yang disyaratkan dalam sebuah ekosistem. DAS memiliki 3 sub ekosistem yaitu daerah hulu, tengah dan hilir (Asdak, 2004). Klasifikasi kemampuan lahan adalah penilaian lahan (komponenkomponen lahan) secara sistematik dan pengelompokannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat penggunaannya secara lestari (Arsyad,1989). Klasifikasi kemampuan lahan menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menggolongkan lahan ke dalam tiga kategori utama yaitu, Klas, Sub Klas, dan Satuan Kemampuan atau Pengelolaan. Tingkatan tertinggi yang bersifat luas dalam struktur klasifikasi adalah Klas. Penggolongan ke dalam klas didasarkan atas intensitas faktor pembatas permanen yang sulit diubah. Terdapat 8 klas yang berturut-turut dari klas I – VIII.
5
Daya dukung wilayah adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya (UU no. 4 Tahun 1982). Daya dukung wilayah diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara kemampuan wilayah dengan kebutuhan penduduk. Daya dukung wilayah didefinisikan sebagai kemampuan wilayah untuk mampu mendukung secara optimum produksi yang setara dengan kualitas hidup yang baik dengan tetap memelihara kualitas lingkungan dan kualitas ekologi. Daya dukung wilayah ada beberapa macam diantaranya daya dukung wilayah untuk pertanian, daya dukung untuk permukiman dan daya dukung untuk fungsi lindung (Kurniawan, 2007). Klasifikasi untuk daya dukung wilayah adalah tinggi, optimal dan rendah. Pengembangan sistem Pengelolaan Lahan DAS yang digunakan didasarkan pada metodologi pemodelan yang membangun dasar pemodelan dengan menginteraksikan setiap komponen dalam sistem dan membebaskan pengguna untuk membedakan setiap proses interaksi antar komponen yang satu dengan yang lain. Hasil dari pemodelan ini bisa menjadi laboratorium mini dimana pengguna dapat bereksperimen dengan mengubah kuantitas atau kualitas komponen dan akan segera menghasilkan keluaran, dengan kata lain menjadi suatu simulator dari sebuah kajian (otomasi sistem) (manual POWERSIM, 1996).
LANDASAN TEORI Seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup dan persaingan dalam peruntukan penggunaan lahan maka diperlukan suatu sistem pengambilan keputusan (decision support system) yang tepat dalam pengelolaan lahan untuk dijadikan penggunaan lahan yang mampu menjawab kebutuhan manusia dan tetap seimbang untuk kelestarian ekosistem/lingkungan DAS. Lahan bersifat terbatas namun penduduk bersifat selalu tumbuh dan berkembang, oleh karena itu ekspoitasi terhadap lahan menjadi sesuatu yang berlangsung responsif seiring pertambahan jumlah penduduk. Kemampuan lahan sebagai salah satu alternatif acuan untuk penentuan pengelolaan lahan, sebab kemampuan lahan merupakan hasil evaluasi lahan dari berbagai parameter fisik. Hasil klasifikasi kemampuan lahan dapat menjelaskan unsur faktor pembatas lahan dan juga faktor ancaman bila ada. Kemampuan lahan 6
di dalam penelitian ini menjadi sumber acuan secara fisik bagi penentuan pengelolaan lahan dalam hal ini untuk menentukan penggunaan lahan. Sebab kemampuan lahan dapat mewakili karakteristik fisik lahan secara lengkap mulai dari jenis tanah, lereng, bentuklahan sampai ke bahaya bencana alam eksternal seperti banjir. Untuk prioritas pengembangan lahan budidaya dimaksimalkan pada klas kemampuan lahan I – IV, sedangkan untuk klas kemampuan lahan V – VIII diprioritaskan untuk kawasan lindung. Selain kemampuan lahan, daya dukung wilayah juga dijadikan salah satu alternatif acuan untuk penentuan pengelolaan lahan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa daya dukung wilayah merupakan cerminan daya tampung (carrying capacity) dari lahan terhadap suatu jenis penggunaan lahan dan juga terhadap jumlah penduduk tertentu. Daya dukung wilayah yang digunakan dalam penelitian ini adalah daya dukung wilayah untuk pertanian, daya dukung wilayah untuk permukiman dan daya dukung wilayah untuk fungsi lindung. Berdasarkan klas daya dukung wilayah dari ketiga daya dukung wilayah yang digunakan, maka dibuat kombinasi penggabungan dari ketiganya, yang menghasilkan 5 (lima) klas meliputi daya dukung wilayah sangat tinggi, daya dukung wilayah tinggi, daya dukung wilayah optimum, daya dukung wilayah rendah dan daya dukung wilayah sangat rendah. Model pengelolaan lahan DAS dibuat berdasarkan kombinasi dari kemampuan lahan dan gabungan daya dukung wilayah. Untuk memudahkan dalam penyebarluasan model pengelolaan lahan tersebut maka akan dibuat menjadi sebuah sistem computerized agar bisa otomatis sehingga siapa saja dapat menjalankan sistem pengelolaan lahan DAS tersebut. METODE PENELITIAN Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Peta Rupa bumi Digital Indonesia, skala 1 : 25.000 yang diterbitkan oleh Bakosurtanal sebagai peta dasar, Citra Satelit Landsat ETM+ level 3 Kawasan Sub DAS Opak untuk interpretasi penggunaan lahan, Citra shuttle radar topography mission (SRTM), Peta Lereng Sub DAS Opak, Peta Tanah Sub DAS Opak, Peta Curah Hujan Sub DAS Opak, Peta Geologi Sub DAS Opak dan data potensi desa. 7
Citra Satelit STRM
Peta Lereng
Peta Tanah
Peta Curah Hujan
Data Penggunaan Lahan
Data Penduduk
Peta Administrasi
Data Produksi Padi
DEM dan DTM
Analisis GIS Analisis LCLP Peta Daya Dukung Pertanian
Peta Daya Dukung Permukiman
Peta Daya Dukung Fungsi Lindung
Survei Lapangan/GPS
Overlay
Interpretasi Citra
Citra Satelit ETM+
Peta RBI Skala 1:25.000
Peta Bentuklahan
Peta Klas Kemampuan Lahan
Peta Penggunaan Lahan Aktual
Peta Kombinasi daya dukung wlayah
Overlay
Sistem Pengelolaan Lahan DAS ber basis Kemampuan Lahan dan Daya dukung wilayah
Evaluasi
Pembuatan Program Otomasi Sistem
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Perangkat Lunak Sistem Analisis DAS
8
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Posisioning System (GPS) untuk menentukan posisi koordinat bumi, kamera digital untuk mengambil foto di lapangan, komputer analisis berbasis Geographic Information System (GIS) dan Image Processing dengan berbagai perangkat lunak: ArcView GIS 3.3, Envi 3.6, komputer untuk membuat pemodelan sistem Pengelolaan Lahan DAS yang bisa digunakan sembarang user menggunakan perangkat lunak Borland Delphi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, pengukuran lapangan, dan interpretasi dari data lain. Metode analisis data yang dilakukan adalah (1) Analisis citra satelit untuk memetakan penggunaan lahan aktual dan pemetaan bentuklahan, (2) Analisis sistem informasi geografis untuk mencari kemampuan lahan dan daya dukung wilayah dan evaluasi keserasian penggunaan lahan aktual dengan kemampuan lahan dan daya dukung wilayah, (3) Analisis pemodelan dan simulasi pengelolaan dan perencanaan penggunaan lahan DAS menggunakan perangkat lunak borland delphi. Secara ilustratif dapat dilihat pada gambar 2. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Citra Satelit Berdasarkan klasifikasi multispektral citra satelit landsat ETM+ terdapat 18 klas penutup lahan yaitu (1) Vegetasi Berdaun Jarum Kerapatan Tinggi (2) Vegetasi Berdaun Jarum Kerapatan Sedang, (3)
Vegetasi Berdaun Jarum
Kerapatan Rendah, (4) Vegetasi Berdaun Lebar Kerapatan Rendah, (5) Vegetasi Berdaun Lebar Kerapatan Sedang, (6) Herba Kerapatan Tinggi, (7) Herba Kerapatan Sedang (8) Herba Kerapatan Rendah, (9) Herba pada Tanah Basah, (10) Vegetasi Rapat pada Tanah Lembab, (11) Tubuh Air, (12) Tanah Basah, (13) Lahan Terbangun, (14) Tanah Terbuka Kering, (15) Lahan Terbangun dan Vegetasi, (16) Tanah Kering/Pasir, (17) Awan, (18) Tanah
Terbuka.
Masing-
masing hasil adalah berdasarkan perhitungan nilai piksel yang merupakan pantulan spektral obyek. Hasil Penutup Lahan sebagai hasil klasifikasi multispektral terakhir disajikan dalam gambar 3. Berdasarkan interpretasi citra satelit landsat ETM+, citra SRTM dan peta geologi, dan hasil pengecekan lapangan, satuan bentuklahan DAS Opak terdiri 9
Herba pada lahan basah Tanah Terbuka Kering Lahan Terbangun Tanah Basah Herba Kerapatan Rendah Herba Kerapatan Sedang Herba Kerapatan Tinggi Veg Berdaun Lebar Kerapatan Sedang Veg Berdaun Jarum Kerapatan Tinggi Tubuh Air Vegetasi rapat tanah lembab Lahan terbangun dan vegetasi Vegetasi Berdaun Lebar Kerapatan Rendah Veg Berdaun Jarum Kerapatan Rendah Veg Berdaun Jarum Kerapatan Sedang
Gambar 3. Citra Penutup Lahan Hasil Akhir Klasifikasi Kemiripan Maksimum Sub DAS Opak 10
430000 mT
440000 mT
450000 mT
U
TURI
PAKEM CANGKRINGAN
KEMALANG
2 Km
Kerucut Gunungapi Lereng Atas Gunungapi Lereng Tengah Gunungapi Lereng Bawah Gunungapi Kaki Gunungapi Dataran Kaki Gunungapi Dataran Fluvial Gunungapi Dataran Alluvial Perbukitan Struktural Bukit Gunungapi Bukit Terisolasi
MANISRENGGO NGEMPLAK
NGAGLIK
9150000 mU
9150000 mU
1
Legenda: Batas Sub DAS Batas Provinsi Batas Kabupaten/Kota Batas Kecamatan Jalan Sungai
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
Kab. Sleman Prov. D. I. Yogyakarta
0
9160000 mU
9160000 mU
1
Sumber: 1. Peta RBI Bakosurtanal 1:25.000 2. Hasil Interpretasi Citra SRTM KALASAN
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
MLATI
DEPOK
9140000 mU
9140000 mU
PRAMBANAN
TEGALREJO
PRAMBANAN
GONDOKUSUMAN GEDONGTENGEN DANUREJAN GONDOMANAN PAKUALAMAN
BERBAH
KRATON
UMBULHARJO MERGANGSAN KOTAGEDE MANTRIJERON
GEDANGSARI BANGUNTAPAN PATUK
PIYUNGAN
Kab. Gunungkidul Prov. D. I. Yogyakarta 9130000 mU
9130000 mU
SEWON
Kab. Magelang Prov. Jawa Tengah PLERET
Kab.Sleman
Kab. Purworejo Prov. Jawa Tengah
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
Kota Yogyakarta
BANTUL JETIS
Kab. Kulonprogo Kab. Bantul
DLINGO
IMOGIRI
Sam
Kab. Bantul Prov. D. I. Yogyakarta
Kab. Gunungkidul
ude
ra H
india
Wilayah Penelitian/Sub DAS Opak
Dibuat Oleh: Johanes Hamidin 17946/PS/MPPDAS/05
PUNDONG
430000 mT
440000 mT
Gambar 4. Peta Bentuklahan Sub DAS OPAK
450000 mT
11
430000 mT
440000 mT
450000 mT
U
Kab. Sleman Prov. D. I. Yogyakarta
PAKEM CANGKRINGAN
2 Km
Hutan Belukar Padang Rumput Kebun Campuran Permukiman Sawah Tegalan/Ladang Kolam/Sungai
MANISRENGGO
9150000 mU
9150000 mU
KEMALANG
NGEMPLAK
Sumber: 1. Peta RBI Bakosurtanal 1:25.000 2. Hasil Tumpangsusun Peta Klasifikasi Penutuplahan dengan Peta Bentuklahan
NGAGLIK
KALASAN
PRAMBANAN
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
MLATI
DEPOK
9140000 mU
9140000 mU
1
Legenda: Batas Sub DAS Batas Provinsi Batas Kabupaten/Kota Batas Kecamatan Jalan Sungai
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
TURI
0
9160000 mU
9160000 mU
1
TEGALREJO
PRAMBANAN
GONDOKUSUMAN GEDONGTENGEN DANUREJAN GONDOMANAN PAKUALAMAN
BERBAH
KRATON
UMBULHARJO MERGANGSAN KOTAGEDE MANTRIJERON
GEDANGSARI BANGUNTAPAN PATUK
PIYUNGAN
Kab. Gunungkidul Prov. D. I. Yogyakarta 9130000 mU
9130000 mU
SEWON
Kab. Magelang Prov. Jawa Tengah PLERET
Kab.Sleman
Kab. Purworejo Prov. Jawa Tengah
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
Kota Yogyakarta
BANTUL JETIS
Kab. Kulonprogo
Kab. Bantul
DLINGO IMOGIRI
Kab. Bantul Prov. D. I. Yogyakarta
Sa m ude r a
Kab. Gunungkidul
Hni d ia
Wilayah Penelitian/Sub DAS Opak
Dibuat Oleh: Johanes Hamidin 17946/PS/MPPDAS/05
PUNDONG
430000 mT
440000 mT
450000 mT
Gambar 5. Peta Penggunaan Lahan Sub DAS OPAK
12
dari: (1) kerucut gunungapi, (2) bukit vulkanik, (3) lereng atas gunungapi, (4) lereng tengah gunungapi, (5) lereng bawah gunungapi, (6) kaki gunungapi, (7) dataran kaki gunungapi, (8) dataran fluvial gunungapi, (9) dataran aluvial, (10) perbukitan struktural, dan (11) bukit terisolasi. Peta bentuklahan dapat dilihat pada gambar 4. Satuan bentuklahan ini digunakan sebagai satuan pemetaan untuk menentukan kemampuan lahan dan juga sebagai salah satu variabel penentu jenis penggunaan lahan. Peta Penggunaan Lahan sebagai hasil tumpang susun dari peta penutup lahan dan peta bentuklahan dengan pendekatan ekologi bentanglahan dapat dilihat pada gambar 5. Berdasarkan hasil penggabungan penutup lahan dan bentuklahan terdapat 8 klas penggunaan lahan meliputi (1) Hutan, (2) Kebun campuran, (3) Lahan Terbuka, (4) Permukiman, (5) Sawah, (6) Semak, (7) Tegalan/ladang, (8) Sungai/kolam. Dasar penggabungannya menggunakan asumsi bahwa hutan memiliki ciri vegetasinya berdaun lebar atau jarum dan berada di topografi terjal – curam, kebun campuran vegetasinya berdaun lebar dan berada di topografi dataragak terjal, lahan terbuka tidak bervegetasi hanya berisi tanah terbuka, permukiman merupakan lahan terbangun dan berada di topografi datar-landai, sawah bervegetasi herba atau tanah lembab di topografi datar-landai, semak bervegetasi berdaun lebar dengan kerapatan rendah di topografi terjal-curam, tegalan/ladang bervegetasi herba dengan sedikit tanah terbuka di topografi datarlandai, sungai/kolam adalah tubuh air di topografi apapun. B. Hasil Analisis Kemampuan Lahan Berdasarkan analisis kemampuan lahan terdapat 7 (tujuh) klas kemampuan lahan, antara lain klas I seluas 212,64 km2 (41,9 %); klas II 57,72 km2 (11,4 %); klas III 84,30 km2 (16,6 %); klas IV 42,76 km2 (8,4 %); klas V 1,42 km2 (0,3 %); klas VI 104,27 km2 (20,5 %); dan klas VIII 4,33 km2 (0,9 %). Hasilnya didominasi klas kemampuan lahan I. Hasil dari analisis kemampuan lahan adalah peta kemampuan lahan dan tersaji pada gambar 6.
13
430000 mT
440000 mT
450000 mT
U
Kab. Sleman Prov. D. I. Yogyakarta
PAKEM CANGKRINGAN
KEMALANG
2 Km
I II III IV V VI VIII
MANISRENGGO
9150000 mU
9150000 mU
1
Legenda: Batas Sub DAS Batas Provinsi Batas Kabupaten/Kota Batas Kecamatan Jalan Sungai
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
TURI
0
9160000 mU
9160000 mU
1
NGEMPLAK
Sumber: 1. Peta RBI Bakosurtanal 1:25.000 2. Hasil Analisis NGAGLIK
KALASAN
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
MLATI
DEPOK
9140000 mU
9140000 mU
PRAMBANAN
TEGALREJO
PRAMBANAN
GONDOKUSUMAN GEDONGTENGEN DANUREJAN GONDOMANAN PAKUALAMAN
BERBAH
KRATON
UMBULHARJO MERGANGSAN KOTAGEDE MANTRIJERON
GEDANGSARI BANGUNTAPAN PATUK
PIYUNGAN
Kab. Gunungkidul Prov. D. I. Yogyakarta 9130000 mU
9130000 mU
SEWON
Kab. Magelang Prov. Jawa Tengah PLERET
Kab.Sleman
Kab. Purworejo Prov. Jawa Tengah
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
Kota Yogyakarta
BANTUL JETIS
Kab. Kulonprogo
Kab. Bantul
DLINGO IMOGIRI
Kab. Bantul Prov. D. I. Yogyakarta
Sam
Kab. Gunungkidul
ude
ra H
india
Wilayah Penelitian/Sub DAS Opak
Dibuat Oleh: Johanes Hamidin 17946/PS/MPPDAS/05
PUNDONG
430000 mT
440000 mT
450000 mT
Gambar 6. Peta Kemampuan Lahan Sub DAS OPAK
14
C. Hasil Analisis Daya Dukung Wilayah Berdasarkan analisis daya dukung wilayah untuk pertanian klas I menempati luas 186,73 km2 (36,8 %);klas II 97,48 km2 (19,2 %) ;klas III 223,23 km2 (44,0 %). Daya dukung wilayah untuk pertanian didominasi klas III. Peta daya dukung wilayah untuk pertanian tersaji pada gambar 7. Untuk daya dukung lahan permukiman meliputi klas I 223,92 km2 (44,1 %); klas II 212,68 km2 (41,9 %);klas III 70,84 km2 (14,0 %). Daya dukung wilayah untuk permukiman didominasi klas I. Peta daya dukung wilayah untuk permukiman tersaji pada peta 8. Sementara untuk daya dukung wilayah untuk Fungsi Lindung meliputi klas I menempati luas 211,92 km2 (41,8 %), klas II 206,56 km2 (40,7 %), klas III 88,95 km2 (17,5 %) dan didominasi klas I. Peta daya dukung wilayah untuk Fungsi Lindung tersaji pada peta 9.
D. Model Pengembangan Perencanaan Penggunaan Lahan dalam DAS dengan gabungan model Kemampuan Lahan dan Daya Dukung Wilayah Hasil pemodelan pengelolaan lahan menggunakan kombinasi kemampuan lahan dan gabungan daya dukung wilayah dilakukan dengan mengkombinasikan 7 (tujuh) klas kemampuan lahan yang ada dengan 5 (lima) klas gabungan daya dukung wilayah dengan ekspresi logis seperti tertera pada tabel 1. Hasil kombinasi ini menghasilkan 6 (enam) klas arahan penggunaan lahan, yaitu (1) penggunaan lahan bebas seluas 145,65 km2 (28,7 %); (2) sawah dan atau tegalan dibatasi 79,04 km2 (15,6 %); (3) sawah dan atau tegalan sangat dibatasi 1,04 km2 (0,2 %); (4) permukiman dan atau sawah dan atau tegalan dibatasi 125,60 km2 (24,8 %); (5) permukiman dan atau sawah dan atau tegalan sangat dibatasi 99,73 km2 (19,7 %); (6) harus hutan 56,38 km2 (11,2 %) dengan keserasian dengan penggunaan lahan eksisting sebesar 92,2 % serasi. Peta hasil pemodelan dapat dilihat pada gambar 10 dan hasil evaluasi dapat dilihat pada gambar 11.
15
Tabel 1. Analisis dan logika berpikir untuk pemodelan rencana penggunaan lahan Kemampuan Lahan I
Daya Dukung Wilayah
bebas
Kemampuan Lahan Sangat Bagus, Daya Dukung Sangat Tinggi
2
bebas
Kemampuan Lahan Sangat Bagus, Daya Dukung Tinggi Kemampuan Lahan Sangat Bagus, Daya Dukung Optimum, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris namun daya dukungnya sudah optimum sehingga bila terjadi penambahan terlalu besar akan terjadi penurunan daya dukung wilayah maka perlu pembatasan penggunaan lahan pertanian, namun permukiman masih memungkinkan Kemampuan Lahan Sangat Bagus, Daya Dukung Rendah, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris, serta kebutuhan papan yang meningkat namun daya dukung wilayahnya rendah menyebabkan penambahan penggunaan lahan ini dbatasi Kemampuan Lahan Sangat Bagus, Daya Dukung Sangat Rendah, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris, serta kebutuhan papan yang meningkat namun daya dukung wilayahnya sangat rendah menyebabkan penambahan penggunaan lahan ini sangat dibatasi
5
sawah + tegalan dibatasi permukiman + sawah + tegalan dibatasi permukiman + sawah + tegalan sangat dibatasi
1
bebas
Kemampuan Lahan Bagus, Daya Dukung Sangat Tinggi
2
bebas
Kemampuan Lahan Bagus, Daya Dukung Tinggi Kemampuan Lahan Bagus, Daya Dukung Optimum, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris namun daya dukungnya sudah optimum sehingga bila terjadi penambahan terlalu besar akan terjadi penurunan daya dukung wilayah maka perlu pembatasan penggunaan lahan pertanian, namun permukiman masih memungkinkan Kemampuan Lahan Bagus, Daya Dukung Rendah, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris, serta kebutuhan papan yang meningkat namun daya dukung wilayahnya rendah menyebabkan penambahan penggunaan lahan ini dbatasi Kemampuan Lahan Bagus, Daya Dukung SangatRendah, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris, serta kebutuhan papan yang meningkat namun daya dukung wilayahnya sangat rendah menyebabkan penambahan penggunaan lahan ini sangat dibatasi
4
5
sawah + tegalan dibatasi permukiman + sawah + tegalan dibatasi permukiman + sawah + tegalan sangat dibatasi
1
bebas
Kemampuan Lahan Memadai, Daya Dukung Sangat Tinggi
2
bebas
Kemampuan Lahan Memadai, Daya Dukung Tinggi Kemampuan Lahan Memadai, Daya Dukung Optimum, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris namun daya dukungnya sudah optimum sehingga bila terjadi penambahan terlalu besar akan terjadi penurunan daya dukung wilayah maka perlu pembatasan penggunaan lahan pertanian, namun permukiman masih memungkinkan Kemampuan Lahan Memadai, Daya Dukung Rendah, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris, serta kebutuhan papan yang meningkat namun daya dukung wilayahnya rendah menyebabkan penambahan penggunaan lahan ini dibatasi Kemampuan Lahan Memadai, Daya Dukung Sangat Rendah, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris, serta kebutuhan papan yang meningkat namun daya dukung wilayahnya sangat rendah menyebabkan penambahan penggunaan lahan ini sangat dibatasi
3 4
III
5
sawah + tegalan dibatasi permukiman + sawah + tegalan dibatasi permukiman + sawah + tegalan sangat dibatasi
1
bebas
2
sawah + tegalan dibatasi
3
sawah + tegalan sangat dibatasi
3 4
IV
Analisis
1
3
II
Rencana Penggunaan Lahan
Kemampuan Lahan Cukup, Daya Dukung Sangat Tinggi Kemampuan Lahan Cukup, Daya Dukung Tinggi, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris namun kemampuan lahannya tidak dapat terlalu dipaksa untuk ekploitasi pertanian berlebih maka perlu pembatasan penggunaan lahan pertanian, namun permukiman masih memungkinkan Kemampuan Lahan Cukup, Daya Dukung Optimum, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris namun kemampuan lahannya tidak dapat terlalu dipaksa untuk ekploitasi pertanian berlebih serta daya dukung wilayahnya yang sudah optimum maka perlu pembatasan yang sangat untuk penggunaan lahan pertanian, namun permukiman masih memungkinkan
16
5
permukiman + sawah + tegalan sangat dibatasi permukiman + sawah + tegalan sangat dibatasi
1
sawah + tegalan dibatasi
4
V
3
permukiman + sawah + tegalan dibatasi permukiman + sawah + tegalan sangat dibatasi
4
harus hutan
5
3
harus hutan permukiman + sawah + tegalan dibatasi permukiman + sawah + tegalan sangat dibatasi permukiman + sawah + tegalan sangat dibatasi
4
harus hutan
5
2
harus hutan permukiman + sawah + tegalan sangat dibatasi permukiman + sawah + tegalan sangat dibatasi
3
harus hutan
4
harus hutan
5
harus hutan
2
VI
1 2
VII 1
Kemampuan Lahan Cukup, Daya Dukung Rendah, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris namun kemampuan lahannya tidak dapat terlalu dipaksa untuk ekploitasi pertanian berlebih serta daya dukung wilayahnya yang rendah maka perlu pembatasan yang sangat untuk penggunaan lahan pertanian dan juga permukiman Kemampuan Lahan Cukup, Daya Dukung Sangat Rendah, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris namun kemampuan lahannya tidak dapat terlalu dipaksa untuk ekploitasi pertanian berlebih serta daya dukung wilayahnya yang sudah sangat rendah maka perlu pembatasan yang sangat untuk penggunaan lahan pertanian dan juga permukiman Kemampuan Lahan Agak Kurang, Daya Dukung Sangat Tinggi, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris namun kemampuan lahannya tidak dapat terlalu dipaksa untuk ekploitasi pertanian berlebih maka perlu pembatasan penggunaan lahan pertanian, namun permukiman masih memungkinkan Kemampuan Lahan Agak Kurang, Daya Dukung Tinggi, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris serta papan namun kemampuan lahannya tidak dapat terlalu dipaksa untuk ekploitasi pertanian dan permukiman berlebih maka perlu pembatasan penggunaan lahan tersebut Kemampuan Lahan Agak Kurang, Daya Dukung Optimum, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris serta papan namun kemampuan lahannya tidak dapat terlalu dipaksa untuk eksploitasi pertanian dan permukiman berlebih, sedangkan daya dukung wilayahnya sudah optimum maka perlu pembatasan yang sangat untukpenggunaan lahan tersebut Kemampuan Lahan Agak Kurang, Daya Dukung Rendah, keadaan kemampuan lahan yang agak kurang dan juga daya dukung wilayah yang rendah maka disarankan lahan seperti ini dijadikan kawasan lindung (hutan) Kemampuan Lahan Agak Kurang, Daya Dukung Sangat Rendah, keadaan kemampuan lahan yang agak kurang dan juga daya dukung wilayah yang sangat rendah maka disarankan lahan seperti ini dijadikan kawasan lindung (hutan) Kemampuan Lahan Kurang, Daya Dukung Sangat Tinggi, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris, serta kebutuhan papan yang meningkat namun kemampuan lahannya kurang menyebabkan penambahan penggunaan lahan ini dibatasi Kemampuan Lahan Kurang, Daya Dukung Tinggi, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris, serta kebutuhan papan yang meningkat namun kemampuan lahannya kurang menyebabkan penambahan penggunaan lahan ini sangat dibatasi Kemampuan Lahan Kurang, Daya Dukung Optimum, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris, serta kebutuhan papan yang meningkat namun kemampuan lahannya kurang dan daya dukung wilayahnya yang optimum menyebabkan penambahan penggunaan lahan ini sangat dibatasi Kemampuan Lahan Kurang, Daya Dukung Rendah, keadaan kemampuan lahan yang kurang dan juga daya dukung wilayah yang rendah maka disarankan lahan seperti ini dijadikan kawasan lindung (hutan) Kemampuan Lahan Kurang, Daya Dukung Sangat Rendah, keadaan kemampuan lahan yang kurang dan juga daya dukung wilayah yang sangat rendah maka disarankan lahan seperti ini dijadikan kawasan lindung (hutan) Kemampuan Lahan Sangat Kurang, Daya Dukung Sangat Tinggi, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris, serta kebutuhan papan yang meningkat namun kemampuan lahannya Sangat kurang menyebabkan penambahan penggunaan lahan ini sangat dibatasi Kemampuan Lahan Sangat Kurang, Daya Dukung Tinggi, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris, serta kebutuhan papan yang meningkat namun kemampuan lahannya Sangat kurang menyebabkan penambahan penggunaan lahan ini sangat dibatasi Kemampuan Lahan Sangat Kurang, Daya Dukung Optimum, keadaan kemampuan lahan yang sangat kurang walaupun daya dukung wilayahnya optimum namun disarankan lahan seperti ini dijadikan kawasan lindung (hutan) Kemampuan Lahan Sangat Kurang, Daya Dukung Rendah, keadaan kemampuan lahan yang sangat kurang dan juga daya dukung wilayah yang rendah maka disarankan lahan seperti ini dijadikan kawasan lindung (hutan) Kemampuan Lahan Sangat Kurang, Daya Dukung Sangat Rendah, keadaan kemampuan lahan yang sangat kurang dan juga daya dukung wilayah yang sangat rendah maka disarankan lahan seperti ini dijadikan kawasan lindung (hutan)
17
2
permukiman + sawah + tegalan sangat dibatasi permukiman + sawah + tegalan sangat dibatasi
3
harus hutan
4
harus hutan
5
harus hutan
VIII 1
Kemampuan Lahan Sangat Kurang Sekali, Daya Dukung Sangat Tinggi, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris, serta kebutuhan papan yang meningkat namun kemampuan lahannya sangat kurang sekali menyebabkan penambahan penggunaan lahan ini sangat dibatasi Kemampuan Lahan Sangat Kurang Sekali, Daya Dukung Tinggi, desakan kebutuhan pangan dan kebutuhan peningkatan pendapatan agraris, serta kebutuhan papan yang meningkat namun kemampuan lahannya sangat kurang sekali menyebabkan penambahan penggunaan lahan ini sangat dibatasi Kemampuan Lahan Sangat Kurang Sekali, Daya Dukung Optimum, keadaan kemampuan lahan yang sangat kurang sekali walaupun daya dukung wilayahnya optimum namun disarankan lahan seperti ini dijadikan kawasan lindung (hutan) Kemampuan Lahan Sangat Kurang Sekali, Daya Dukung Rendah, keadaan kemampuan lahan yang sangat kurang sekali dan juga daya dukung wilayah yang rendah maka disarankan lahan seperti ini dijadikan kawasan lindung (hutan) Kemampuan Lahan Sangat Kurang Sekali, Daya Dukung Sangat Rendah, keadaan kemampuan lahan yang sangat kurang sekali dan juga daya dukung wilayah yang sangat rendah maka disarankan lahan seperti ini dijadikan kawasn lindung (hutan)
Sumber: Hasil Analisis
18
430000 mT
440000 mT
450000 mT
U
Kab. Sleman Prov. D. I. Yogyakarta
PAKEM CANGKRINGAN
1
2 Km
Legenda: Batas Sub DAS Batas Provinsi Batas Kabupaten/Kota Batas Kecamatan Jalan Sungai
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
TURI
0
9160000 mU
9160000 mU
1
KEMALANG
Sumber: 1. Peta RBI Bakosurtanal 1:25.000 2. Hasil Analisis
MANISRENGGO
9150000 mU
9150000 mU
Klas I Klas II Klas III
NGEMPLAK
NGAGLIK
KALASAN
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
MLATI
DEPOK
9140000 mU
9140000 mU
PRAMBANAN
TEGALREJO
PRAMBANAN
GONDOKUSUMAN GEDONGTENGEN DANUREJAN GONDOMANAN PAKUALAMAN
BERBAH
KRATON
UMBULHARJO MERGANGSAN KOTAGEDE MANTRIJERON
GEDANGSARI BANGUNTAPAN PATUK
PIYUNGAN
Kab. Gunungkidul Prov. D. I. Yogyakarta 9130000 mU
9130000 mU
SEWON
Kab. Magelang Prov. Jawa Tengah PLERET
Kab.Sleman
Kab. Purworejo Prov. Jawa Tengah BANTUL
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
Kota Yogyakarta JETIS
Kab. Kulonprogo
Kab. Bantul
DLINGO IMOGIRI
Kab. Bantul Prov. D. I. Yogyakarta
Sam
Kab. Gunungkidul
ude
ra H
india
Wilayah Penelitian/Sub DAS Opak
Dibuat Oleh: Johanes Hamidin 17946/PS/MPPDAS/05
PUNDONG
430000 mT
440000 mT
450000 mT
Gambar 7. Peta Daya Dukung Wilayah Untuk Lahan Pertanian Sub DAS OPAK
19
430000 mT
440000 mT
450000 mT
U
Kab. Sleman Prov. D. I. Yogyakarta
PAKEM CANGKRINGAN
1
2 Km
Legenda: Batas Sub DAS Batas Provinsi Batas Kabupaten/Kota Batas Kecamatan Jalan Sungai
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
TURI
0
9160000 mU
9160000 mU
1
KEMALANG
Sumber: 1. Peta RBI Bakosurtanal 1:25.000 2. Hasil Analisis
MANISRENGGO
9150000 mU
9150000 mU
Klas I Klas II Klas III
NGEMPLAK
NGAGLIK
KALASAN
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
MLATI
DEPOK
9140000 mU
9140000 mU
PRAMBANAN
TEGALREJO
PRAMBANAN
GONDOKUSUMAN GEDONGTENGEN DANUREJAN GONDOMANAN PAKUALAMAN
BERBAH
KRATON
UMBULHARJO MERGANGSAN KOTAGEDE MANTRIJERON
GEDANGSARI BANGUNTAPAN PATUK
PIYUNGAN
Kab. Gunungkidul Prov. D. I. Yogyakarta 9130000 mU
9130000 mU
SEWON
Kab. Magelang Prov. Jawa Tengah PLERET
Kab.Sleman
Kab. Purworejo Prov. Jawa Tengah BANTUL
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
Kota Yogyakarta JETIS
Kab. Kulonprogo
Kab. Bantul
DLINGO IMOGIRI
Kab. Bantul Prov. D. I. Yogyakarta
Sam
Kab. Gunungkidul
ude
ra H
india
Wilayah Penelitian/Sub DAS Opak
Dibuat Oleh: Johanes Hamidin 17946/PS/MPPDAS/05
PUNDONG
430000 mT
440000 mT
450000 mT
Gambar 8. Peta Daya Dukung Wilayah Untuk Permukiman Sub DAS OPAK
20
430000 mT
440000 mT
450000 mT
U
Kab. Sleman Prov. D. I. Yogyakarta
PAKEM CANGKRINGAN
1
2 Km
Legenda: Batas Sub DAS Batas Provinsi Batas Kabupaten/Kota Batas Kecamatan Jalan Sungai
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
TURI
0
9160000 mU
9160000 mU
1
KEMALANG
Sumber: 1. Peta RBI Bakosurtanal 1:25.000 2. Hasil Analisis
MANISRENGGO
9150000 mU
9150000 mU
Klas I Klas II Klas III
NGEMPLAK
NGAGLIK
KALASAN
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
MLATI
DEPOK
9140000 mU
9140000 mU
PRAMBANAN
TEGALREJO
PRAMBANAN
GONDOKUSUMAN GEDONGTENGEN DANUREJAN GONDOMANAN PAKUALAMAN
BERBAH
KRATON
UMBULHARJO MERGANGSAN KOTAGEDE MANTRIJERON
GEDANGSARI BANGUNTAPAN PATUK
PIYUNGAN
Kab. Gunungkidul Prov. D. I. Yogyakarta 9130000 mU
9130000 mU
SEWON
Kab. Magelang Prov. Jawa Tengah PLERET
Kab.Sleman
Kab. Purworejo Prov. Jawa Tengah BANTUL
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
Kota Yogyakarta JETIS
Kab. Kulonprogo Kab. Bantul
DLINGO
IMOGIRI
Kab. Bantul Prov. D. I. Yogyakarta
Sam
Kab. Gunungkidul
ude
ra H
india
Wilayah Penelitian/Sub DAS Opak
Dibuat Oleh: Johanes Hamidin 17946/PS/MPPDAS/05
PUNDONG
430000 mT
440000 mT
450000 mT
Gambar 9. Peta Daya Dukung Wilayah Untuk Fungsi Lindung Sub DAS OPAK
21
430000 mT
440000 mT
450000 mT
U
Kab. Sleman Prov. D. I. Yogyakarta
PAKEM CANGKRINGAN
KEMALANG
2 Km
Penggunaan Lahan Bebas harus hutan permukiman + sawah + tegalan dibatasi permukiman + sawah + tegalan sangat dibatasi sawah + tegalan dibatasi sawah + tegalan sangat dibatasi
MANISRENGGO
9150000 mU
9150000 mU
1
Legenda: Batas Sub DAS Batas Provinsi Batas Kabupaten/Kota Batas Kecamatan Jalan Sungai
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
TURI
0
9160000 mU
9160000 mU
1
NGEMPLAK
Sumber: 1. Peta RBI Bakosurtanal 1:25.000 2. Hasil Analisis NGAGLIK
KALASAN
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
MLATI
DEPOK
9140000 mU
9140000 mU
PRAMBANAN
TEGALREJO
PRAMBANAN
GONDOKUSUMAN GEDONGTENGEN DANUREJAN GONDOMANAN PAKUALAMAN
BERBAH
KRATON
UMBULHARJO MERGANGSAN KOTAGEDE MANTRIJERON
GEDANGSARI BANGUNTAPAN PATUK
PIYUNGAN
Kab. Gunungkidul Prov. D. I. Yogyakarta 9130000 mU
9130000 mU
SEWON
Kab. Magelang Prov. Jawa Tengah PLERET
Kab.Sleman
Kab. Purworejo Prov. Jawa Tengah
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
Kota Yogyakarta
BANTUL JETIS
Kab. Kulonprogo
Kab. Bantul
DLINGO IMOGIRI
Kab. Bantul Prov. D. I. Yogyakarta
Sam
Kab. Gunungkidul
ude
ra H
india
Wilayah Penelitian/Sub DAS Opak
Dibuat Oleh: Johanes Hamidin 17946/PS/MPPDAS/05
PUNDONG
430000 mT
440000 mT
450000 mT
Gambar 10. Peta Hasil Pemodelan Pengelolaan Lahan Sub DAS OPAK
22
430000 mT
440000 mT
450000 mT
U
Kab. Sleman Prov. D. I. Yogyakarta
PAKEM CANGKRINGAN
KEMALANG
2 Km
Hutan Hutan Hutan Hutan
MANISRENGGO
Kurang Serasi
Hutan
NGEMPLAK
Kebun Campuran Permukiman Sawah Tegalan Padang Rumput
9150000 mU
9150000 mU
1
Legenda: Batas Sub DAS Batas Provinsi Batas Kabupaten/Kota Batas Kecamatan Jalan Sungai ARAHAN: KENYATAAN: Tidak Serasi
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
TURI
0
9160000 mU
9160000 mU
1
Serasi NGAGLIK
Sumber: 1. Peta RBI Bakosurtanal 1:25.000 2. Hasil Analisis KALASAN
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
MLATI
DEPOK
9140000 mU
9140000 mU
PRAMBANAN
TEGALREJO
PRAMBANAN
GONDOKUSUMAN GEDONGTENGEN DANUREJAN GONDOMANAN PAKUALAMAN
BERBAH
KRATON
UMBULHARJO MERGANGSAN KOTAGEDE MANTRIJERON
GEDANGSARI BANGUNTAPAN PATUK
PIYUNGAN
Kab. Gunungkidul Prov. D. I. Yogyakarta 9130000 mU
9130000 mU
SEWON
Kab. Magelang Prov. Jawa Tengah PLERET
Kab.Sleman
Kab. Purworejo Prov. Jawa Tengah
Kab. Klaten Prov. Jawa Tengah
Kota Yogyakarta
BANTUL JETIS
Kab. Kulonprogo
Kab. Bantul
DLINGO IMOGIRI
Kab. Bantul Prov. D. I. Yogyakarta
Sam
Kab. Gunungkidul
ude
ra H
india
Wilayah Penelitian/Sub DAS Opak
Dibuat Oleh: Johanes Hamidin 17946/PS/MPPDAS/05
PUNDONG
430000 mT
440000 mT
450000 mT
Gambar 11. Peta Hasil Evaluasi Pemodelan Pengelolaan Lahan Sub DAS OPAK
23
Hasil akhir dari pemodelan ini adalah perangkat lunak yang oleh penulis diberi nama SISDAS versi 1.0. Sistem dalam SISDAS 1.0 ini bersifat terbuka yang dapat dikembangkan untuk analisis spasial apapun selama dalam lingkup DAS. SISDAS 1.0 dibuat menggunakan algoritma boolean dengan bahasa pemrograman delphi. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sub DAS Opak terdiri dari 7 (tujuh) klas kemampuan lahan, yaitu: klas I, II, III, IV, V, VI, VIII, dimana klas I mendominasi luasan sebesar 212,64 km2 atau 41,9 % dari luas total wilayah 507,44 km2. 2. Daya Dukung Wilayah yang dihasilkan masing-masing terdiri dari klas I, II dan III dimana daya dukung wilayah untuk Pertanian di Sub DAS Opak didominasi klas III dengan luasan 223,23 km2 (44,0 %), sementara Daya Dukung Wilayah untuk Permukiman didominasi klas I dengan luasan 223,92 km2 (44,1 %), dan Daya Dukung Wilayah untuk Fungsi Lindung didominasi klas I dengan luasan 211,92 km2 (41,8 %), semua persentase berdasarkan luas total wilayah. 3. Pengembangan sistem pengelolaan lahan Sub DAS Opak menggunakan penggabungan kemampuan lahan dan daya dukung wilayah pertanian, permukiman dan fungsi lindung menghasilkan 6 (enam) arahan penggunaan lahan hasil kombinasi meliputi penggunaan lahan bebas, sawah dan atau tegalan dibatasi, sawah dan atau tegalan sangat dibatasi, permukiman dan atau sawah dan atau tegalan dibatasi, permukiman dan atau sawah dan atau tegalan sangat dibatasi dan penggunaan lahan harus hutan, dimana didominasi klas penggunaan lahan bebas yaitu sebesar 24
145,65 km2 (28,7 %) dan yang paling sedikit adalah klas sawah dan atau tegalan sangat dibatasi yaitu sebesar 1,04 km2 (0,2 %) dari luas total kawasan. 4. Hasil akhir pemodelan memiliki keserasian dengan penggunaan lahan eksisting sebesar 92,2 %, dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa model pengelolaan lahan DAS ini berhasil dibuat.
B. Saran 1. Perlunya agar di setiap perencanaan penggunaan lahan di DAS mempertimbangkan
kombinasi klas kemampuan lahan dan klas daya
dukung wilayah.. 2. Software SISDAS 1.0 perlu dikembangkan agar dapat digunakan aplikasi lain dalam pemecahan masalah spasial di DAS. 3. Perlunya penelitian lanjutan dengan perhitungan statistik untuk menguji korelasi antara klas kemampuan lahan dan klas daya dukung wilayah terhadap pemilihan jenis penggunaan lahan oleh masyarakat secara alami.
25
DAFTAR PUSTAKA _________, 1982, UU no. 4 Tahun 1982, Pemerintah Republik Indonesia _________, 1996, Manual Powersim, Powersim Corporation, USA Arsyad, S., 1989, Konservasi Tanah dan Air, Institut Pertanian Bogor, Bogor Aronoff S, 1989, Geographic Information System, A management Perspective, WDL Publication, Ottawa, Canada. Asdak, Chay, 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Brush, B, Stephen, 1975, The Concept of Carrying Capacity for Systems of Shifting Cultivation, The American Anthropological Association, USA. Burrough, P.A, 1990, The Development of Intelligent Geographical Information System , EGIS, 90, Amsterdam, The Netherlands. Danoedoro, P, 1996, Pengolahan Citra Digital, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Gunawan, Totok, 1998, Ekologi dan Manajemen Daerah Aliran Sungai, Makalah pada pelatihan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu Segara Anakan Angakatan II, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL-IPB)-DIRJEN BANGDA DEPDAGRI. Huizing, H. 1990. Introductory to Agroecology with Emphasis on small-scale farming in the (sub-)tropics. International Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences. ITC. Jamulya, Suratman Worosuprojo, 1993, Pengantar Geografi Tanah, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Jensen, John R., 1996, Introductory Digital Image Processing-A Remote Sensing Perspective, Second Edition, Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey. Karmono, M., 1985, Pemanfaatan Penelitian Sumberdaya Lahan, PUSPICSFakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Kurniawan, A., 2007, Petunjuk Praktikum Studio II MPPDAS, Fak. Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Mofreda, C., 2003, Establishing National Natural Capital Account Based on Detailed Ecological Footprint and Biological Capacity Assessment, Elsevier co. ltd, Oakland, USA. Price, David, 1999, Carrying Capacity Reconsidered, A Journal of Interdisciplinary Studies Volume 21 no. 1, Human Science Press Inc., New York, USA. Short, Nicholas M, 2000, Remote Sensing Tutorial, NASA, Washington DC Sitorus, S. R. P., 1985, Evaluasi Sumberdaya Lahan, Penerbit Tarsito, Bandung Suharsono, Prapto, 1988, Identifikasi Bentuklahan dan Interpretasi Citra untuk Geomorfologi, Kumpulan Bahan Kuliah, PUSPICS UGM-Bakosurtanal, Yogyakarta Worosuprojo, Suratman, 2004, Pedoman Penggunaan LCLP, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 26
World Wide Fund, 2008, Living Planet Report 2008, WWF International, MontBlanc, Switzerland. Zuidam, Van R. A. and F. I. Van Zuidam Canceledo, 1979, Terrain Analysis and Classification Using Aerial Photography A Geomorphological Approach, Euschede, ITC.
27