LABORATORIUM MIKROTEKNIK JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA 2013
……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………..
ABSTRAK
Praktikum yang berjudul “Pembuatan dan Pengamatan Preparat Hewan dengan Metode Preparasi Skeleton dan Metode Parafin” ini dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 06 Desember 2012, pukul 14.00 WIB sampai dengan tanggal 11 Januari 2013 pukul 14.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Mikroteknik Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya. Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode paraffin dari organ Mencit (Mus musculus) dan mengetahui cara pembuatan preparat skeleton dengan menggunakan pewarna Alizaridn Red. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah baki karton, blok parafin berisi organ, gelas pewarnaan, kaca objek, mikrotom, pemanas preparat, penutup kaca objek, pinset, pipet tetes, toples kaca. Sedangkan bahan yang dibutuhkan antara lain alkohol bertingkat mulai dari 30% hingga alcohol absolute, aseton, alizarin red S, aquadest, Betta splendens (ikan cupang), Carassius auratus (ikan mas komet), gliserin murni, larutan campuran gliserin dengan KOH 1% (20% : 80%, 50% : 50%, dan 80% : 20%), larutan KOH 1%, Mabouya multifasciata (kadal), Mus musculus (tikus putih), putih telur, xylol. Adapun hasil hasil yang didapatk didapatkan an berupa berupa preparat preparat skeleton skeleton Carassius auratus (ikan mas
LABORATORIUM MIKROTEKNIK JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA 2013
……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………..
ABSTRAK
Praktikum yang berjudul “Pembuatan dan Pengamatan Preparat Hewan dengan Metode Preparasi Skeleton dan Metode Parafin” ini dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 06 Desember 2012, pukul 14.00 WIB sampai dengan tanggal 11 Januari 2013 pukul 14.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Mikroteknik Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya. Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode paraffin dari organ Mencit (Mus musculus) dan mengetahui cara pembuatan preparat skeleton dengan menggunakan pewarna Alizaridn Red. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah baki karton, blok parafin berisi organ, gelas pewarnaan, kaca objek, mikrotom, pemanas preparat, penutup kaca objek, pinset, pipet tetes, toples kaca. Sedangkan bahan yang dibutuhkan antara lain alkohol bertingkat mulai dari 30% hingga alcohol absolute, aseton, alizarin red S, aquadest, Betta splendens (ikan cupang), Carassius auratus (ikan mas komet), gliserin murni, larutan campuran gliserin dengan KOH 1% (20% : 80%, 50% : 50%, dan 80% : 20%), larutan KOH 1%, Mabouya multifasciata (kadal), Mus musculus (tikus putih), putih telur, xylol. Adapun hasil hasil yang didapatk didapatkan an berupa berupa preparat preparat skeleton skeleton Carassius auratus (ikan mas
komet), Mabouya multifasciata (kadal), Mus musculus(tikus putih) dan juga preparat penampang organ mencit. Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa Pembuatan preparat hewan lebih mudah dan tidak memakan waktu yang panjang, Larutan KOH 1% digunakan untuk membuat bahan terlihat transparan, dan hasil pengamatan yang didapatkan dari preparat jaringan hewan dengan metode parafin sulit untuk dibedakan, sehingga sulit di amati jaringan apa yang digunakan sebagai preparat karena warna dan bentuknya sama. ……………………………………………………………………………………………………… …………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroteknik merupakan ilmu atau seni mempersiapkan organ, jaringan atau bagian jaringan untuk dapat dapat diamati diamati dan ditelaah. ditelaah. Penelaahan Penelaahan umumnya dilakuka dilakukan n dengan bantuan mikroskop, karena struktur jaringan secara terperinci pada galibnya terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Ruang lingkup yang mencakup materi mikroteknik dapat diperoleh dari sejumlah definisi dan peristilahan yang bisa dipakai, hanya saja sebaiknya kita mencamkan dalam pikiran kita bahwa suatu spesimen mikroteknik dapat merupakan sebagian atau seluruhan dari struktur yang ditetapkan. Selain dilekapkan dengan kaca preparat, spesimen tadi umumnya dilindungi dengan
kaca penutup, yaitu sepotong kaca yang sangat tipis ataupun plastik yang tembus pandang yang direkatkan diatas spesimen tersebut.
Metode paraffin merupakan cara pembuatan preparat permanen dengan menggunakan paraffin sebagai media embedding dengan tebal irisan kurang lebih mencapai 6 µm-8 µm. Metode in imemiliki irisan yang lebih tipis dibandingkan dengan menggunakan metode beku atau metode seloidin yang tebal irisannya kurang lebih mencapai 10 µm. Prosesnya juga jauh lebih cepat dibandingkan metode seloidin. Selain itu metode parafin juga memiliki kejelekan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah, jaringan-jaringan yang besar menjadi tidak dapat dikerjakan (Gunarso 1986).
Metode paraffin termasuk metode sayatan yang banyak digunakan, karena hampir semua jaringan dapat dipotong dengan metode ini. Pengamatan secara mikroskopis dari suatu jaringan dalam berbagai kondisi dan berbagai elemen jaringan dapat diamati atau diteliti melalui preparat permanen yang dibuat dengan metode paraffin. Pembuatan preparat dengan metode paraffin adalah metode yang paling umum digunakan untuk pembuatan preparat permanen, baik pada tumbuhan ataupun pada hewan (Dasumiati 2008).
Organ adalah susunan dari bagian organisme, yang tujuannya melakukan fungsi tertentu ataupun kesatuan yang erat kaitannya. Dengan demikian pembuluh darah adalah organ yang fungsinya membawa atau mengalirkan darah. Hati adalah organ yang mempunyai banyak fungsi, akan tetapi sebagai kesatuan fungsi maka hati ini erat kaitannya dengan pencernaan dan asimilasi makanan. Jaringan adalah kumpulan sel yang mempunyai fungsi tertentu yang khas bagi perkembangannya. Sebagai contoh jaringan epitelia dapat terdiri dari satu atau beberap lapisan sel yang telah berkembang dan membantuk lapisan penutup, jenis jaringan lainnya, jaringan otot terdiri dari sel-sel yang reka membentuk otot (Gunarso, 1989).
Hewan yang digunakan dalam praktikum mikroteknik hewan kali ini, yaitu Mencit ( Mus musculus), Kadal (Mabouya multifaciata), dan Ikan mas komet (Carassius auratus),
untuk pembuatan preparat rangka semua hewan tersebut digunakan, namun pada metode paraffin hanya digunakan organ Mencit
(Mus musculus).
Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang masuk dalam familia dari kelompok mamalia (hewan menyusui). Para ahli zoology (Ilmu hewan), setelah melakukan penelitian dan pengamatan yang memakan waktu yang lama dan pemikiran yang berat sepakat untuk menggolongkan hewan ini ke dalam ordo rodensia (hewanpengerat), sub ordo Mymorpha, famili Muridae, dan sub famili Murinae.
Kadal atau disebut juga Bengkarung ( Mabuya multifasciata), reptil berkaki empat dari suku scincidae banyak ditemukan di pekarangan, kebun-kebun, tegalan, rerumputan atau persawahan, sampai ke hutan belukar. Gesit dan agak gemuk, kepala seolah-olah menyatu dengan leher yang gemuk kokoh dan mempunya kulit yang bersisik bersih, mengkilap dan licin. Makanannya terdiri dari aneka serangga, cacing, kodok kecil, dan juga reptil yang lain seperti cecak dan jenis kadal lain yang bertubuh lebih kecil. Bengkarung atau disebut juga kadal kebun akan melepaskan ekornya untuk menyelamatkan diri apabila ia dikejar oleh kucing liar atau pemangsa lainnya.
1.2
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode paraffin dari organ Mencit (Mus musculus) dan mengetahui cara pembuatan preparat skeleton dengan menggunakan pewarna Alizaridn Red.
……………………………………………………………………………………………………… ……………………………….
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tubuh hewan secara morfologi terdiri atas unit sel, dan masing-masing sel dengan mengadakan kesatuan dengan adanya substansi antar sel. Di dalam tubuh hewan selsel ini terdapat dalam kelompok yang secara struktural dan fungsional berbeda dengan kelompok sel yang lain. Kelompok-kelompok sel-sel tersebut dikenal dengan jaringan. Preparat awetan jaringan hewan adalah salah satu media pembelajaran Biologi yang sangat efektif. Dengan latar belakang seperti di atas, maka diharapkan kita dapat mengamati dan melihat preparat dengan menggunakan metode paraffin dengan pewarnaan tunggal (Sumardi, 2002).
Struktur suatu organisme terdiri dari bagian yang lunak dan keras. Perbedaan struktur inilah yang akan menentukan metode yang digunakan untuk membuat preparat. Struktur yang lunak umumnya mengunakan metode parafin (metode irisan). Metode parafin adalah suatu metode pembuatan preparat dengan melakukan penanaman jaringan di dalam blok parafin untuk menghasilkan preparat jaringan hewan ataupun tumbuhan yang tipis. Bahan berupa organ atau jaringan yang lunak dibuat keras terlebih dahulu sebelum diamati dengan melewati beberapa tahapan. Sedangkan bahan yang strukturnya keras dilakukan dengan metode yang berbeda dapat langsung diiris yang sebelumya difiksasi dan dibekukan.
Banyak cara dalam pembuatan preparat hewan, diantaranya adalah dengan metode parafin. Metoda ini sekarang banyak digunakan, karena hampir semua macam jaringan dapat dipotong dengan baik bila menggunakan metoda ini. Kebaikan-kebaikan metoda ini adalah irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda beku
atau metoda seloidin. Dengan metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mikron, tapi dengan metode paraffin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini. Prosedurnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode seloidin. Namun metode paraffin juga memiliki kelemahan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan.
Percobaan pembuatan preparat permanen dengan metode parafin dilakukan dengan beberapa tahapan, diantaranya pembiusan (narcose), pengumpulan (colleting/diseksi), fiksasi (fixation), aerasi, dehidrasi, penjernihan (clearing), infiltrasi (infiltration), penanaman (embedding), penyayatan (sectioning), afiksasi (affixing), pewarnaan (staining) dan penutupan (mounting)..
Pembiusan (narcose) ialah proses yang khusus untuk preparat hewan bertujuan untuk memudahkan pengambilan jaringan atau bagian jaringan pada hewan. Pembiusan berguna untuk mengambil organ hewan dalam keadaan hidup sehingga organ yang diambil tidak jauh dari keadaan ketika hidup. Hindari pembiusan yang berlebihan sehingga hewan tersebut mati. Pembiusan tidak perlu dilakukan jika yang akan diambil atau diamati adalah jaringan yang menyangkut kelenjar-kelenjar (endokrinologi), karena mungkin akan berpengaruh terhadap hormon-hormon yang terkandung di dalamnya.
Pengumpulan (colleting/diseksi) merupakan proses pengambilan jaringan atau bagian jaringan dari sumber alami baik berupa tumbuhan ataupun hewan yang akan digunakan sebagai bahan dasar dalam mikroteknik. Ketebalan jaringan yang diambil harus disesuaikan dengan larutan infiltrasi agar seluruh jaringan keras sehingga hasil yang didapatkan bagus. Pada jaringan hewan setelah dilakukan pengambilan diperlukan proses pencucian (washing). Pencucian agar organ yang dipilih bersih (bebas dari darah atau kotoran seperti pada organ pencernaan) dengan menggunakan larutan fisiologis agar tidak terjadi perubahan struktur sel dan jaringan dari organ tersebut.
Pencucian (washing) adalah suatu tahap yang membedakan metode paraffin hewan dengan tumbuhan. Jaringan hewan lebih cepat mengalami dehidrasi yang merusak jaringan, sehingga perlu secepat mungkin dimasukan ke dalam larutan fisiologis sebagai fiksasi sementara. Pencucian pada pembuatan preparat hewan menggunakan larutan garam fisiologis. Sedangkan tumbuhan cukup menggunakan aquadest. Pencucian yang tidak baik akan mengakibatkan organ tida transparan ketika proses clearing.
Mikroteknik terdapat beberapa jenis teknik dalam pembuatan praparat, yaitu: Whole mount, yaitu penyiapan sediaan yang terdiri atas keseluruhan organ tubuh organisme secara utuh; Smear yaitu penyiapan sediaan preparat dengan cara dioleskan; Squash; Section; Marserasi. Jenis teknik tersebut digunakan tergantung kepada kebutuhannya masing-masing, Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pembuatan preparat awetan adalah fiksasi, dehidrasi, clearing (penjernihan), embedding, pencetakan, dan pewarnaan (Gunawan 2009:1).
Fiksasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mempertahankan kondisi jaringan. Tujuan dari fiksasi adalah untuk mempertahankan morfologi sel seperti semula, untuk mencegah terjadinya otolisis, dan untuk mencegah pertumbuhan bakteri atau jamus. Beberapa jenis bahan yang biasa digunakan sebagai bahan penfiksasi suatu jaringan., yaitu formalin, alkohol, larutan carnoi, larutan zenker, larutan helly, larutan bouin, larutan susa, omium, dan glutaraldehyde (Sudiana 2005: 1).
Pencucian agar organ yang dipilih bersih (bebas dari darah atau kotoran seperti pada organ pencernaan) dengan menggunakan larutan fisiologis agar tidak terjadi perubahan struktur sel dan jaringan dari organ tersebut. Larutan garam fisologis yang bisa dipakai ialah NaCl 0.8-0.9%, Larutan Ringer ( NaCl, CaCl, KCl, K2CO3, air untuk hewan berdarah panas dan NaCl, CaCl, KCl, Na2CO3, air untuk hewan berdarah dingin). NaCl merupakan larutan fisologis yang umumnya digunakan, biasanya dalam waktu 15
menit. Perlu diperhatikan, jangan sekali-kali dicuci dengan air, karena akan menyebabkan pembengkakan sel (hewan).
Dehidrasi pada pembuatan preparat awetan bertujuan umenarik air dari dalam jaringan secara perlahan-lahan gara jaringan tidak mengalami pengkeruta. Bahan yang digunakan adalah etaol dengan konsentrasi yang dinaikan bertahap Setelah pendehidrasian, selanjutnya dilakukan proses clearing. Bahan yang biasa digunakan, antara lain xylol,toluol, kloroform, dan benzen. Bahan-bahan tersebut berguna sebagai mediator antara larutan dehidrasi yang digunakan dengan larutan embeding yang akan digunakan. Proses penghilangan larutan dehidran dalam jaringan yang disertai dengan proses infiltarasi larutan embedding ke dalam jaringan disebut sebagai impregnasi. (Sudiana 2005: 6).
Pewarnaan pada preparat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pewarnaan umum dan pewarnaan khusus. Pewarnaan umum yaitu pewarnaan yang hanya untuk membedakan antara bagian inti dan sitoplasmanya. Jenis bahan yang iasa digunakan dalam pewarnaan umum adalah hematoksilin-eousin (HE). Pewarnaan khusus adalah pewarnaan yang digunakan untuk melihat satu macam jenis organel atau untuk membedakan jaringan tertentu. Beberapa metode yang digunakan dalam pewarnaa khusus adalah gomori, PAS (periodic acid schiff), imunohistokimia, dan apotag. Prinsip dari pewarnaan jaringan adalah brdasarkan pada afinitas antara zat warna dengan bahan yang diwarnai (Sudiana 2005: 17).
Pewarnaan bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas berbagai elemen jaringan, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop. Motoda pewarnaan yang sering dilakukan dalam pembuata preparat metode parafin adalah metoda pewarnaan Hematoxilin-eosin. Seperti merupakan peraturan, hamatoxillin digunakan terlebih dahulu dan setelah melalui proses diferensiasi, maka barulah eosin digunakan. Pertukaran tempat keduanya tampaknya akan menimbulkan
kesukaran, karena pewarna hematoxilin akan mewarnai lebih cepat dari pada pewarna paduannya yang umumnya berperan sebagai counterstain yang intensitas pewarnaanya dapat diatur tanpa mempengaruhi pewarnaan hematoxilin (Pahwadi, 2011).
Jaringan hewan dapat diambil dari berbagai jenis hewan selagi masih dalam keadaan hidup, setelah mengalami pembiusan maupun yang baru saja mati dan segera mungkin dimasukkan larutan fiksatif. Organ-organ yang halus sifatnya seperti hati, jantung, buah pinggang maupun testis tikus atau kelinci dapat secara utuh langsung dimasukkan kedalam larutan fiksatif sebelum dipotong atau disayat dalam ukuran yang sesuai. Untuk usus, bila dikehendaki pemotongan dengan ukuran lebih dari satu sentimeter panjangnya,maka sebaiknya dilakukan penginjeksian larutan fiksatif kedalam lumen usus tersebut agar lapisan mukosa di dalamnya dapat terfiksasi (Gunarso, 1989).
Dalam bidang penelitian embrio, para ilmuwan perlu memvisualisasikan perkembangan struktur skeletal. Bagaimana mungkin untuk melihat perkembangan tulang atau pembentukan tulang rawan tanpa penggunaan X-Rays? Bagaimana para ilmuwan dapat melacak resesi atau pertumbuhan kalsium dan tulang rawan deposito? Apakah mungkin untuk melihat ke dalam suatu organisme tanpa mengambil pisau untuk itu? Jawabannya terletak pada proses kimia yang memungkinkan peneliti untuk melihat organisme dalam cahaya baru. Memanfaatkan Alcian blue dan Alizarin red, jaringan keras mamalia, reptil. Selama periode waktu, tergantung pada kepadatan warna spesimen, warna dan pigmentasi alami secara perlahan leeched dari spesimen. Rangka terbungkus daging dalam hal ini jelas penahanan struktur berpigmen dalam spesimen tersebut. Warna berkisar dari biru-violet untuk merah cerah. Pigmen ini tergantung pada apa yang telah terwarnai dan densitasnya. Sepotong tipis tulang rawan akan menjadi jelas biru, sementara potongan yang lebih tebal akan muncul seperti warna biru gelap. karakteristik luar juga dapat diamati dengan teknik ini (liz marchiondo, 2012).
Gambar 1. Kadal ( Mabouya multifasciata)
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Famili
: Scincidae
Genus
: Mabuya
Spesies
: Mabouya multifasciata
Kadal yang banyak ditemukan di pekarangan, kebun-kebun, tegalan, rerumputan atau persawahan, sampai ke hutanbelukar . Gesit dan agak gemuk, kepala seolah-olah menyatu dengan leher yang gemuk kokoh; penampang tubuh nampak bersegi empat tumpul. Total panjangnya hingga sekitar 22 cm, kurang-lebih 60% daripadanya adalah ekor. Sisi atas tubuh berwarna coklat tembaga keemasan, kerap dengan bercak-bercak kehitaman di tepi sisik yang membentuk pola garis memanjang yang kabur terputus putus. Sisi lateral tubuh dengan warna gelap kehitaman atau kecoklatan berbintik-bintik
putih (pada yang betina atau hewan muda), atau keputihan dengan saputan warna kuning terang hingga jingga kemerahan (pada kadal jantan). Sisi bawah tubuh abu-abu keputihan atau kekuningan. Sisik-sisik di tengah tubuh tersusun dalam 30-34 deret. Sisik-sisik dorsal (punggung), dan jarang-jarang juga sisik lateral (di sisi tubuh), sisik kepala di sebelah posterior (belakang) halus alias tak berlunas; sisik-sisik prefrontal (di atas moncong) saling bersentuhan (Wikipedia, 2012).
Gambar 2. Ikan mas komet (Carassius auratus)
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Chpriniformes
Famili
: Chyprinidae
Genus
: Carassius
Spesies
: Carassius auratus
Bentuk tubuh ikan komet agak memanjang dan memipih tegak ( compresed ) dimana mulutnya terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian ujung mulut memiliki dua pasang sungut. Diujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan yang tersusun atas tiga baris dan gigi geraham secara umum. Hampir seluruh tubuh ikan komet ditutupi oleh sisik kecuali beberapa varietas yang memiliki beberapa sisik. Sisik ikan
komet termasuk sisik sikloid dan kecil. Sirip punggung memanjang dan pada bagian belakangnya berjari keras. Letak sirip punggung bersebrangan dengan sirip perut. Garis rusuk atau line literalis pada ikan mas komet tergolong lengkap berada di pertengahan tubuh dan melentang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor.
Gambar 3. Mencit (Mus musculus)
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Rodentia
Famili
: Muridae
Genus
: Mus
Spesies
: Mus. Musculus
Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigiti mebel dan barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari. Hewan ini diduga sebagai mamalia terbanyak kedua di dunia, setelah manusia. Mencit sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat manusia, bahkan jumlahnya yang hidup liar di hutan barangkali lebih sedikit daripada yang tinggal di perkotaan. Mencit percobaan (laboratorium) dikembangkan dari mencit, melalui proses seleksi. Sekarang mencit juga dikembangkan sebagai hewan peliharaan. Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia. Mencit
peliharaan memiliki periode kegiatan selama siang dan malam. Tikus memakan makanan manusia dan barang-barang rumah tangga (Wikipedia, 2012). ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2012 pukul 16.00 WIB sampai dengan tanggal 11 Januari 2013 pukul 14.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Mikroteknik Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan preparat hewan ini adalah baki karton, blok parafin berisi organ, gelas pewarnaan, kaca objek, mikrotom, pemanas preparat, penutup kaca objek, pinset, pipet tetes, toples kaca. Sedangkan bahan yang dibutuhkan antara lain alkohol bertingkat mulai dari 30% hingga alcohol absolute, aseton, alizarin red S, aquadest, Betta splendens (ikan cupang), Carassius auratus (ikan mas komet), gliserin murni, larutan campuran gliserin dengan KOH
1% (20% : 80%, 50% : 50%, dan 80% : 20%), larutan KOH 1%, Mabouya multifasciata (kadal), Mus musculus (tikus putih), putih telur, xylol.
3.3 Cara Kerja
3.3.1. Pembuatan Preparat Skeleton
Siapkan alat yang akan digunakan dan bahan yang akan dibutuhkan. Langkah pertama, dilakukan fiksasi bahan utuh yang telah mati/pingsan ke dalam alkohol 96% selama ± 4 hari. Lalu pada bahan utuh dilakukan pengelupasan kulit dan bagian organ dalamnya dikeluarkan. Selanjutnya dilakukan perendaman dalam aseton selama ± 2 hari. Kemudian bahan dimasukkan ke dalam larutan pewarna alizarin red S dengan konsentrasi 1% (komposisi larutan pewarnaan terdiri dari alizarin red S konsentrasi 1% dalam alkohol 95% (1 volume), asam asetat 10% (1 volume) serta alkohol 70% (15 volume). Perendaman dalam larutan pewarna alizarin red dilakukan selama ± 2-3 hari.
Selanjutnya bahan dicuci dengan air mengalir selama 30 menit, dimana pada praktikum ini kami menggunakan selang sebagai sumber air mengalirnya, lalu direndam didalam larutan KOH 1% hingga bahan menjadi transparan. Bahan direndam ke dalam larutan campuran gliserin dan KOH dengan perbandingan 20% : 80%, 50% : 50%, 80% : 20%. Waktu perendaman untuk masing-masing preparat dalam larutan campuran gliserin dan larutan KOH 1% paling lama 24 jam. Langkah terakhir yang dilakukan yaitu memindahkan bahan ke dalam gliserin murni.
Gambar 4. Proses pembuatan preparat skeleton
3.3.2. Pembuatan Preparat dengan metode Pewarnaan Hematoksilin-eosin
Siapkan alat yang digunakan dan bahan yang dibutuhkan, dimana bahan pada praktikum ini sudah selesai sampai proses embedding, jadi hanya melakukan proses selanjutnya. Sebelum melakukan proses penyayatan hasil embedding ditempel terlebih dahulu pada balok kayu, Kemudian langsung dilakukan proses penyayatan menggunakan mikrotom. Kemudian dari proses penyayatan dihasilkan pita paraffin (Ribbon), pita paraffin tersebut dengan menggunakan kuas kecil dipindahkan diatas baki karton. Selanjutnya proses penempelan pita paraffin pada kaca objek.
Siapkan kaca objek yang telah ditetesi putih telur dan dioleskan secara merata hingga putih telur kering. Pita parafin diletakkan diatas kaca objek, lalu ditetesi dengan air agar mengembang, selanjutnya kaca objek diletakkan diatas penangas.
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan hematoksilin-eosin yang dimulai dengan deparafinisasi dengan xylol selama 1 jam, kemudian hidrasi dengan alkohol bertingkat mulai dari alkohol absolute, sampai alkohol 30%, lalu kaca objek yang berisi preparat dimasukkan ke dalam aquadest dan kemudian dilanjutkan pada larutan-larutan berikutnya yaitu dimasukkan ke dalam larutan hematoksilin selama ± 3-7 detik, kemudian dicuci dengan air mengalir.
Selanjutnya tahap dehidrasi yaitu memasukkan kaca objek kedalam aquadest, lalu alkohol bertingkat mulai dari 30% sampai dengan 70%. Setelah itu, masukkan dalam eosin 1-2 % dalam alkohol 70% ± 1-2 menit. Selanjutnya dimasukkan ke dalam alkohol bertingkat mulai dari alkohol 70% hingga alkohol absolute. Kemudian dimasukkan ke dalam xylol dan dilakukan penutupan dengan canada balsam.
……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………….
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
a. Preparat Skeleton Mus musculus (mencit)
Gambar a. Mus musculus
1. Femur
2. Tarsus
Gambar b. Mus musculus
Keterangan:
1. Vertebra
caudalis
2. Ischium
3. Pubis
4. Ilium
5. Telinga
6. Cranium
7. Radius
8. Ulna
9. Costae
10. Metacarpal
11. Carpal
Deskripsi :
Pembuatan preparat skeleton mencit (Mus musculus) sedikit rumit dibandingkan dengan bahan lainnya, hal ini dikarenakan sulitnya mendapatkan mencit yang masih bayi atau bahkan sebaiknya digunakan fetus mencit, sehingga bahan yang digunakan berupa mencit (Mus musculus) yang sudah hampir dewasa, oleh karena itu terjadi kesulitan pada saat proses pengelupasan kulit, karena mencit yang digunakan sudah memiliki bulu yang menyebabkan banyaknya daging yang ikut terkulupas. Pengambilan organ dalam tergolong sulit karena sebisa mungkin daging masih tetap dalam keadaan utuh.
Gambar mencit (Mus musculus) a dan gambar mencit (Mus musculus) b terlihat perbedaan pada kualitas hasil, hal ini hanya dikarenakan pada gambar a preparat skeleton direndam dengan volume gliserin yang lebih banyak dibandingkan pada gambar b, sehingga pada gambar b terlihat gelembung pada bagian tubuh, kualitas warnanya pun kurang tampak jelas gambar b lebih gelap dibandingkan gambar a.
a. Preparat Skeleton Carassius auratus (Ikan Mas Komet)
Gambar c. Carassius auratus
Keterangan:
1. Premaxilla
2. Lepidotrichia
3. Pterygiophore
4. Neuralspine
5. Ventral rib
6. Dorsal rib
7. Dentary
Gambar d. Carassius auratus
Keterangan:
1. Rongga mata
2. Tengkorak
3. Rongga insang
4. Sirip perut
5. Sirip belakang
6. Sirip Ekor
Deskripsi:
Jenis ikan yang digunakan pada pembuatan preparat skeleton ini sebenarnya beragam, namun hanya jenis ikan mas komet (Carassius auratus) yang hasilnya tampak sangat bagus, dimana kulit ikan mas komet ini tampak sempurna bening, sehingga rangka ikan mas komet tampak jelas diamati. Hal ini dikarenakan proses perendaman pada KOH 1% dengan lama waktu yang sesuai dengan ketebalan kulit ikan mas komet,
`sebenarnya pada saat perendaman hari pertama sudah dihasilkan preparat skeleton ikan cupang (Betta spelendens), namun oleh karena untuk menyesuaikan dengan bahan lain proses perendaman dilanjutkan 1 hari lagi, namun yang terjadi jenis ikan yang berukuran relatif kecil hancur karena terlalu lama direndam didalam larutan KOH 1%.
Volume gliserin pada saat pengamatan sangat mempengaruhi dengan kualitas preparat, seperti pada preparat lain, preparat skeleton ikan mas komet yang direndam dengan volume lebih banyak (gambar. c) akan menghasilkan preparat yang dapat diamati dengan sempurna, berbeda dengan preparat skeleton yang diamati dengan volume gliserin yang kurang akan menyebabkan warna tampak gelap dan tampak gelembung yang menggangu pada saat proses pengamatan.
c. Preparat Skeleton Mabouya multifasciata (Kadal)
Gambar e. Mabouya multifasciata
Keterangan:
1. Tengkorak
2. Tulang belikat
3. Tulang belakang
4. Tulang rusuk
5. Tulang
6. Tulang telapak kaki
7. Antrebrancium
8. Brancium
Gambar f. Mabouya multifasciata
Keterangan:
1. Tulang panggul
2. Tulang betis
3. Tulang telapak kaki
4. Tulang jari
Deskripsi:
Indonesia merupakan negara tropis yang terkenal akan kekayaan keanekaragaman jenis kadal. Kadal memiliki ciri-ciri antara lain tubuh yang ditutupi oleh sisik; memiliki empat buah tungkai, masing-masing tungkai memiliki 5 digiti (jari); memiliki lubang telinga; bentuk tubuh bervariasi; dan dilengkapi dengan cauda yang memiliki fungsi berbeda-beda pada masing-masing spesies. Cauda pada kadal dapat berfungsi sebagai alat pertahanan diri, sebagai alat keseimbangan tubuh saat bergerak dengan cepat, untuk berpegangan pada ranting pohon dan sebagai alat bantu kemudi. Metode preparasi yang digunakan untuk membuat preparat skeleton adalah metode Alizarin Red S Inouye.
Gambar diatas menunjukan preparat skeleton kadal (Mabouya multifasciata) , dimana pada gambar e preparat direndam dengan volume gliserin lebih banyak dibandingkan dengan gambar f, hal tersebut tampak jelas terdapat perbedaan hasil yang didapatkan. Preparat yang direndam dengan volume gliserin yang lebih banyak akan menghasilkan preparat yang lebih jelas untuk diamati dan gelembung pada gliserin tidak begitu tampak.
Hasil yang didapatkan pada preparat skeleton kadal (Mabouya multifasciata) kurang begitu baik, hal ini dikarenakan pada proses perendaman didalam larutan
KOH 1%
kurang begitu lama, padahal kadal memiliki daging yang lebih tebal dibandingkan bahan yang lainnya, kurang baiknya preparat skeleton kadal
(Mabouya
multifasciata) juga dikarenakan hilangnya bagian ekor, hal ini terjadi karena kurang
baiknya pada saat proses pengelupasan kulit sehingga menyebabkan ekor pada kadal lepas.
d. Preparat organ hewan dengan metode parafin dengan menggunakan pewarnaan Hematoksilin-eosin
Deskripsi:
Preparat dengan metode parafin sangat sulit diidentifikasi, hal ini dikarenakan hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan yang diinginkan atau dengan kata lain proses metode paraffin ini terjadi kesalahan, penyebab kesalahan ini belum dapat diketahui dengan pasti, kemungkinan karena preparat yang sudah lama disimpan, dan mungkin dikarenakan proses pewarnaan yang dilakukan kurang sempurna, atau bahkan dikarenakan tidak mampunya saya membedakan bagian organ tersebut sehingga menyebabkan kebingungan saat proses identifikasi. Kesalahan ini juga tampak pada saat proses penyayatan, karena pada proses ini bahan dan paraffin tidak menyatu dengan baik sehingga bahan pada saat disayat keluar dari paraffin seperti benang-benang kering.
Pembuatan preparat dengan metode parafin ini menggunakan pewarnaan Hematoksilin-eosin. Hematoksilin bersifat basa dan memberi warna ungu sedangkan eosin bersifat asam dan memberi warna merah muda, namun hasil yang didapatkan tidak kontras sehingga hanya dihasilkan 1 jenis warna saja yaitu warna merah muda yang membentuk garis-garis memanjang.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan tentang proses pembuatan preparat skeleton didapatkan hasil yang sangat bagus berupa preparat skeleton Carassius auratus, Mabouya multifasciata, dan Mus musculus yang sangat tampak jelas rangka
dari masing-masing bahan tersebut, proses pembuatan preparat ini sebenarnya menggunakan dua jenis pewarnaan yaitu alizarin red s dan alcian blue, namun dikarenakan salah satu bahan tidak dimiliki yaitu alcian blue, sehingga pewarnaan hanya menggunakan alizarin red s. Menurut pendapat Astarini (2012), bahwa Metode preparasi yang digunakan untuk membuat preparat skeleton adalah metode Alizarin Red’s Alcian Blue (ARAB) In ouye.
Kualitas preparat skeleton dipengaruhi oleh tahap-tahap yang dilakukan diantaranya yaitu tahap pencucian, pada proses inilah yang membedakan pembuatan preparat pada tumbuhan dan hewan, jika pada tumbuhan dapat hanya menggunakan aquadest namun pada hewan harus digunakan larutan khusus, hal ini dikarenakan jaringan hewan lebih cepat mengalami dehidrasi yang merusak jaringan, sehingga perlu secepat mungkin dimasukan ke dalam larutan fisiologis sebagai fiksasi sementara. Menurut pendapat Rozikuliyeva (2012), bahwa pencucian yang tidak baik akan mengakibatkan organ tida transparan ketika proses clearing. Larutan garam fisologis yang bisa dipakai ialah NaCl 0.8-0.9%, Larutan Ringer ( NaCl, CaCl, KCl, K2CO3, air untuk hewan berdarah panas dan NaCl, CaCl, KCl, Na2CO3, air untuk hewan berdarah dingin). NaCl merupakan larutan fisologis yang umumnya digunakan, biasanya dalam waktu 15 menit. Perlu diperhatikan, jangan sekali-kali dicuci dengan air, karena akan menyebabkan pembengkakan sel (hewan).
Proses pembuatan preparat hewan terdapat suatu tahap yang harus dilakukan yaitu proses pembiusan, hal ini berfungsi agar preparat yang dihasilkan lebih sempurna karena tidak akan bergerak pada saat proses sedang berjalan, selain itu juga
pembiusan dilakukan karena menunjukan etika terhadap penggunaan hewan sebagai bahan uji penelitian. Menurut pendapat Anandari (2012), bahwa pembiusan (narcose) ialah proses yang khusus untuk preparat hewan bertujuan untuk memudahkan pengambilan jaringan atau bagian jaringan pada hewan. Pembiusan berguna untuk mengambil organ hewan dalam keadaan hidup sehingga organ yang diambil tidak jauh dari keadaan ketika hidup.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan tentang pembuatan preparat dengan metode parafin didapatkan hasil berupa penampang organ-organ mencit, namun terjadi kesulitan dalam pengamatan, sehingga tidak bisa menentukan bagian organ apasaja yang digunakan, hal ini dikarenakan warna dan bentuknya relatif sama. Menurut pendapat Kurniawan (2010), bahwa terdapat sebagian organ yang gagal menjadi suatu preparat, hal ini mungkin disebabkan kurangnya ketelitian dan keterampilan pada saat mengiris block parafin saat menggunakan mikrotom, sehingga lembaran pita jaringan yang didapatkan terlalu tebal dan sulit diamati di bawah mikroskop. Selain itu, sebagian preparat tidak dapat dikenali dengan jelas bagian mana yang digunakan dari bahan percobaan karena pada saat proses pewarnaan, pencucian dan pencelupan sediaan ke larutan alcohol terjadi kesalahan.
Pembuatan preparat mikroskopis biasanya menggunakan metode parafin karena organ ataupun jaringan dapat diamati dengan lebih jelas. Menurut pendapat Gunarso (1986), bahwa Metode paraffin digunakan untuk membuat preparat sayatan organ dalam bentuk mikroskopis. Paraffin sendiri membantu dalam membrikan bentuk dari sayatan organ yang digunakan agar mudah mengamati bagian-bagian yang ingin diamati dari preparat sayatan organ yang dibuat. Metode ini meliputi sejumlah proses yang harus dilakukan, mulai dari proses fiksasi, dehidrasi, infiltrasi, penanaman dalam paraffin, penyiapan pecimen padat, penyayatan, pewarnaan dan penutupan pecimen dengan cover glass.
Fiksasi merupakan suatu proses yang sangat penting, hal ini dikarenakan proses ini berfungsi untuk mempertahankan jaringan atau struktur yang lainya agar tidak mengalami perubahan. Menurut pendapat Kurniawan (2010), bahwa f iksasi berfungsi untuk mempertahankan bentuk jaringan sedemikian rupa sehingga perubahan perubahan bentuk atau struktur sel atau jaringan yang mungkin terjadi hanya sekecil mungkin. Selain itu fiksasi berguna untuk meningkatkan indeks bias jaringan sehingga jaringan dapat terwarnai dengan baik. Hal ini karena proses fiksasi dengan membunuh sel tanpa mengubah posisi organel yang ada di dalamnya, dan juga untuk menghilangkan air yang ada dalam sel dan memperoleh hasil yang sempurna pada proses infiltrasi dan juga agar alkohol tersebut dapat menyerap air sedikit demi sedikit supayadapat menjaga agar tidak terjadi perubahan yang tiba-tiba terhadap jaringan. ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………..
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Lama waktu perendaman didalam larutan KOH 1% disesuaikan dengan jenis
hewan yang akan dibuat preparat skeleton. 2.
Pembuatan preparat hewan lebih mudah dan tidak memakan waktu yang
panjang. 3.
Pengamatan preparat skeleton dengan cara preparat tetap terendam pada larutan
gliserin murni dengan volume yang
disesuaikan pada jenis bahan sehingga lebih tampak jelas. 4.
Hasil pengamatan yang didapatkan dari preparat jaringan hewan dengan metode
parafin sulit untuk dibedakan, sehingga sulit di amati jaringan apa yang digunakan sebagai preparat karena warna dan bentuknya sama. 5.
Kelebihan-kelebihan dari metode parafin, yaitu irisan dapat jauh lebih tipis,tebal
irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. 6.
Kelemahan dari metode parafin, yaitu jaringan menjadi keras, mengerut dan
mudah patah. 7.
Pembiusan merupakan metode yang harus dilakukan pada pembuatan preparat
hewan agar didapatkan hasil yang baik, dan juga menjaga etika terhadap penggunaan hewan sebagai bahan penelitian. ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………….
D A F T A R P U S TA K A
Anandari, Lyria. 2012. Laporan Praktikum Teknik Laboratorium Membuat Preparat Permanen Jaringan Hewan Mencit . Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Astarini, Fajar Dwi. 2012. Perbandingan Struktur Anatomi cauda Bronchocela cristatella Dumeril & Bibron, 1837; Draco volans Linnaeus, 1758; dan Eutropis multifasciata Kuhl, 1820 . http://gonocephaluschamaeleontinus . blogspot.com/2012/08/intisari-dan-
abstrak-skripsiku.html. Diakses Tanggal 12 Januari 2013. Dasumiati, 2008. Diktat Kuliah Mikroteknik . Prodi Biologi Fak.Sains dan Teknologi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Gunarso, Wisnu. 1989. Bahan Pengajaran Mikroteknik . Bogor : DEPDIKBUD Institiut Pertanian Bogor.
Gunawan, Y. 2009. Histologi . http://www.eching.mikroteknik.html . Diakses Tanggal 12 Januari 2013. Kurniawan, Wahyu. 2010. Pembuatan Sediaan Irisan Jaringan Hewan Dengan Metode Parafin. Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat.
Machiondo, Liz. 2012. Alcian Blue, Alizarin Red chameleon Embryo. lismachiondo. smugmug.com. Diakses tanggal 12 Januari 2012. Pahwadi. 2012. Laporan Mikroteknik. http://achumanbiotan08.blogspot.com/2011/06/ mikroteknik.html . Diakses Tanggal 12 Januari 2012. Rozikuliyeva, Lyale. Laporan Praktikum Teknik Laboratorium Membuat Preparat Permanen Jaringan Hewan Mencit . Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Sudiana, K. I. 2005. Teknologi Ilmu Jaringan dan Imunohistokimia. Jakarta: CV.Sagung Seto.
Wikipedia.2012. Kadal . http://id.wikipedia.org/wiki/Kadal . Diakses Tanggal 12 Januari 2012. Wikipedia.2012. Mencit . http://id.wikipedia.org/wiki/Mencit . Diakses Tanggal 12 Januari 2012.
LAMPIRAN
Gambar Preparat Hewan Dengan Preparasi Skeleton
Gambar Preparat organ hewan dengan metode parafin