PEDOMAN PELAYANAN PSIKOLOGI KLINIS PUSKESMAS DEPOK II
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Sehat adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial, dan tidak hanya sekedar terbebas dari keadaan cacat dan kematian. Definisi sehat ini berlaku bagi perorangan maupun masyarakat. Dalam pengertian ini pula, kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh, dengan kesehatan jiwa sebagai salah satu bagian integral di dalamnya. Kesehatan jiwa menurut UU Nomor 18 Tahun 2014 adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja
secara
produktif,
dan
dapat
memberikan
kontribusi
untuk
komunitasnya. Derajat kesehatan jiwa masyarakat dapat dilihat dari angka kejadian gangguan jiwa dan disabilitas. Gangguan jiwa termasuk salah satu burden disease. Menurut laporan WHO (2001), pada tahun 2030, depresi diperkirakan akan menjadi penyakit nomor 2dari seluruh penyakit, setelah HIV/AIDS, yang paling menimbulkan beban di dunia.Jika dibiarkan tidak ditangani, gangguan jiwa menimbulkan penderitaan, disabilitas, dan kerugian ekonomi. Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi masalah-masalah gangguan kesehatan mental umum ( common mental health problems) di Indonesia cukup tinggi. Gangguan kesehatan mental umum dialami oleh
12,36% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas, sedangkan untuk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), gangguan mental emosional dialami oleh 9,6% penduduk. Jumlah prevalensi tertinggi berada di Kabupaten Sleman yang prosentasenya sebesar 12% untuk gangguan mental emosional dan sebesar 0,5% untuk gangguan skizofrenia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Banyak orang beranggapan bahwa gangguan jiwa hanya mengenai sekelompok kecil populasi, tetapi realitanya hampir 24% pasien yang berkunjung ke puskesmas memiliki gangguan jiwa, dan 60% dari pasien tersebut biasanya datang dengan keluhan fisik. Laporan WHO (1998)mengenai masalah psikologis di puskesmas menunjukkan gangguan jiwa yang paling sering ditemui di puskesmas antara lain depresi, kecemasan, penyalahgunaan alkohol, insomnia, kelelahan kronis, dan somatisasi.
1
Prioritas Kementerian Kesehatan untuk kesehatan jiwa pada tahun 2015 – 2019 adalah mengembangkan Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwayang ujung tombaknya adalah Puskesmas untuk mencegah meningkatnya gangguan jiwa masyarakat. Psikolog Klinis sebagai salah satu tenaga profesional di bidang kesehatan jiwa memiliki peranan penting dalam memberikan cakupan pelayanan promosi, prevensi, kurasi, dan rehabilitasi. Oleh karena itu, diperlukanlah pedoman untuk menetapkan acuan pelayanan psikologiklinis di Puskesmas Kalasan
2. Tujuan Pedoman
Terwujudnya pelayanan konsultasi psikologi di Puskesmas Depok II Tersedianya acuan Standar Pelayanan Psikologi Klinis di Puskesmas Depok II.
3. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Pelayanan psikologidi dalam gedung 2. Pelayanan psikologi di luar gedung
4. Batasan Operasional
1. Praktik Psikologi
Adalah kegiatan yang dilakukan oleh psikolog dalam memberikan jasa dan praktik dalam pemecahan masalah psikologis yang bersifat individual maupun kelompok dengan menerapkan prinsip psikologi klinis. Termasuk dalam pengertian praktik psikologi tersebut adalah terapan prinsip psikologi yang berkaitan dengan melakukan kegiatan diagnosis, prognosis, konseling, dan psikoterapi. 2. Psikolog Klinis
Adalah psikolog yang mempunyai spesialisasi dan/atau pengalaman minimal lima tahun dalam melakukan asesmen dan intervensi pada individu atau kelompok yang mengalami permasalahan psikologis. Psikolog klinis melakukan psikoterapi pada orang yang mengalami krisis psikologis yang umum terjadi (misalnya kesedihan) sampai dengan yang menderita gangguan psikiatrik kronis. Psikolog klinis dapat bekerja sebagai generalis yaitu bekerja pada kelompok dengan variasi yang luas pada populasi, atau kelompok khusus seperti anak, usia lanjut, atau gangguan spesifik (misal ganguan tidur atau gangguan perilaku makan). 3. Cakupan Pelayanan Psikologi Klinis a. Promosi: Adalah pelayanan psikologi klinis yang meliputi upaya-upaya
mempertahankan
dan
meningkatkan
kesehatan
atau
kesejahteraan
psikologis seseorang atau kelompok masyarakat. Jenis pelayanan meliputi Psikoedukasi,Pelatihan Psikologis dan Penyuluhan Kesehatan Jiwa.
2
b. Prevensi: Adalah pelayanan psikologi klinis yang meliputi upaya-upaya untuk
mencegah atau meminimalkan kemungkinan timbulnya permasalahan atau gangguan
psikologis baik di tingkat individual maupun masyarakat. Jenis
pelayanan meliputi :Pemeriksaan Kesehatan Jiwa Calon Jamaah Haji Konseling Caten, Konseling Bumil, Konseling Tumbuh Kembang Anak dan Konseling Masalah Penyakit Degeneratif c. Kurasi: Adalah pelayanan psikologi klinis yang berupa intervensi psikologis
atau psikoterapi yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan atau gangguan psikologis yang sedang dialami oleh individu atau kelompok masyarakat. Jenis pelayanan meliputi : Konseling Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Psikoterapi Individual. d. Rehabilitasi: Adalah pelayanan psikologi klinis yang meliputi upaya-upaya
pemulihan kembali fungsi psikologis klien individu ataupun kelompok setelah pulih dari permasalahan/gangguan psikologis, dan menyiapkan
untuk
berfungsi kembali di masyarakat. Jenis pelayanan meliputi : Home Visit, 4. Prosedur Kerja
1. Asesmen Psikologis 2. Diagnosis Psikologis 3. Psikoedukasi / Konseling / Psikoterapi 4. Rujukan (bila diperlukan) 5. Evaluasi dan Tindak Lanjut 6. Pencatatan Rekam Psikologis 5. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah. 5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019. 6. Keputusan
Menteri
406/Menkes/SK/VI/2009
Kesehatan tentang
Republik
Pedoman
Indonesia
Pelayanan
Kesehatan
Nomor: Jiwa
Komunitas. 7. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 81 Tahun 2014 tentang Pedoman Penanggulangan Pemasungan. 8. Peraturan Bupati Sleman Nomor 59 Tahun 2012 tentang Tarif Pelayanan Kesehatan pada Pusat Kesehatan Masyarakat.
3
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A.
Kualifikasi Sumber Daya Manusia S1 Profesi Psikolog yang telah memiliki pengalaman minimal selama 5 tahundalam melakukan asesmen dan intervensi pada individu atau kelompok yang mengalami permasalahan psikologis atau S2 Magister Profesi Psikologi Klinis.
B.
Distribusi Ketenagaan Pelayanan psikologi klinis dalam dan luar gedung dilakukan oleh satu (1) orang Psikolog Klinis.
C.
Jadwal Kegiatan Pelayanan Jadwal layanan psikolog Senin – Sabtu (enam hari kerja) mengikuti jam kerja Puskesmas. Senin
s/d Kamis : 07.30 – 14.30;
Jumat
: 07.30 s/d 11.30;
Sabtu
07.30 s/d 13.00
BAB III STANDAR FASILITAS A. Denah Ruang
Keterangan : a. Pintu masuk ruang utama b. Pintu masuk ruang konseling c. Lemari kaca d. Lemari susun
4
e. Sofa f. Meja g. Vas bunga hias h. Lemari kaca i. j.
Alat steril Cool box untuk imunisasi
k. Connecting door ruang KIA l. Wastafel
B. Standar Fasilitas
1. Ruang Praktik Psikologi a. Letak Letak ruang praktik psikologi adalah di lantai 1 Puskesmas Depok II b. Luas Ruang Ruang praktik psikologi berukuran 2 x 3 m 2. c. Komponen Bangunan 1)
Langit-langit : kuat, dapat dibersihkan, berwarna terang, tidak bocor, dan tahan cuaca.
2)
Dinding : dapat dibersihkan, tidak berjamur, tahan cuaca, dan tidak menyilaukan mata.
3)
Pintu: tertutup secara visual dari ruangan lain sehingga privasi dan kerahasiaan pasien terkait pemeriksaan dan konsultasi dapat terjamin.
4)
Lantai : mudah dibersihkan, tidak licin, permukaan rata, warna terang, dan tidak menyilaukan mata.
d. Persyaratan Prasarana 1)
Ventilasi : tersedia ventilasi untuk menjaga sirkulasi udara.
2)
Terdapat AC sehingga ruangan menjadi lebih nyaman
3)
Pencahayaan : tersedia pencahayaan lamai atau buatan dan tidak menimbulkan efek silau.
e. Persyaratan Perlengkapan 1)
1 Meja
2)
1 satu set sofa
3)
1 Lemari cabinet
4)
1 Lemari Kaca
5)
Alat tulis kantor
6)
Buku Register
7)
Tisu
8)
Blangko HPP
5
9)
Media informasi (Aneka Leaflet Promosi Kesehatan)
10) Alat permainan edukatif(boneka, balok-balok kayu, dan lain-lain) 11) Modul dan blangko-blangko CBT (Terapi Kognitif Perilakuan) 12) Modul psikoterapi lain (lain-lain) 13) Psikodiagnostik (CPM,, SSCT, Bender Gestalt, WZT, dan lain-lain)
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
Pelayanan psikologi di Puskesmas Depok II dilakukan di dalam dan di luar gedung, dengan tata laksana sebagai berikut : A.
Pelayanan Psikologi di Dalam Gedung
a) Alur Pelayanan Psikologi di Dalam Gedung 1) Pasien datang sendiri (APS) atau mendapat rujukan internal dari poli lain di puskesmas (Poli Umum, Poli KIA, Poli Gizi, Poli gigi) atau rujukan eksternal (Pustu, Kader Kesehatan Jiwa, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Dokter keluarga, Klinik, Rumah Sakit, atau institusi lain). 2) Pasien yang datang atas permintaan sendiri (APS) mendaftar di loket pendaftaran, lalu petugas pendaftaran merujuk kepada psikolog. 3) Pasien mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai masalah kesehatannya di Poli Umum, Poli KIA, Poli Gizi, atau poli lain oleh petugas medis atau paramedis, dengan indikasi permasalahan psikologis dirujuk ke psikolog. 4) Psikolog menerima pasien dari petugas pendaftaran atau rujukan dari petugas poli lain dan mempelajari blangko rujukan dan rekam medis pasien. 5) Psikolog memeriksa apakah ini merupakan pasien lama atau pasien baru. Bila pasien lama, psikolog memeriksa riwayat gangguan jiwa pasien pada rekam medis pasien terlebih dulu. 6) Psikolog
mengisi
identitas
dalam
Rekam
Psikologis
pasien
yang
bersangkutan. 7) Psikolog melakukan asesmen, melalui wawancara dan observasi awal untuk menentukan target konseling atau psikoterapi 8) Bila diperlukan, psikolog melakukan asesmen dengan menggunakan tes psikodiagnostik seperti (Tes IQ, Tes Kepribadian, dll) 9) Psikolog menentukan diagnosis. 10) Psikolog melakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan pasien seperti misalnya psikoedukasi, konseling, atau psikoterapi.
6
11) Psikolog mengambil keputusan apakah pasien perlu dirujuk ke fasyankes yang lebih tinggi atau tidak. Jika butuh dirujuk (internal/eksternal),internal : langsung diantar ke poli tujuan, jika eksternal : diantar kembali ke poli BP Umum untuk mendapatkan surat rujukan, kemudian dirujuk ke Fasyankes lebih tinggi. 12) Psikolog melakukan terminasi konseling atau psikoterapi 13) Psikolog menyampaikan rencana evaluasi dan tindak lanjut 14) Psikolog melakukan administrasi layanan psikologi klinis (penulisan nota, atau penulisan tanda tangan klaim), kemudian pasien bisa pulang 15) Psikolog mendokumentasikan layanan psikogi klinis, ke dalam rekam medic, rekam psikologi, dan register pasien.
7
Gambar Bagan Alur Pelayanan Pasien datang atas permintaan sendiri (APS) atau rujukan eksternal (Pustu, Kader Kesehatan, Rumah Sakit, atau institusi lain.
Pendaftaran
Pemeriksaan medis
Rawat Inap
Rawat Jalan
Indikasi Gangguan Permasalahan Psikologis dan perlu penanganan
Psikolog
Asesmen Psikologis
Diagnosa Rujuk ke fasyankes yang lebih tinggi Psikolog melakukan intervensi sesuai kebutuhan pasien : Psikoedukasi, Konseling, atau Psikoterapi.
Psikolog mengambil keputusan untuk melakukan dirujukan atau tidak (internal/ eksternal)
Terminasi
Rencana Evaluasi dan tindak lanjut konseling atau terapi
Administrasi Nota
Pasien Pulang
Dokumentasi (HPP)
b) Kegiatan Pelayanan Psikologi di Dalam Gedung 1. Asesmen Psikologis Asesmen psikologis adalah semua usaha yang dilakukan psikolog klinis untuk mendapatkan data pasien, antara lain identitas pasien, data keluarga,
8
riwayat hidup (gangguan jiwa, tumbuh kembang, pola asuh orang tua, kondisi keluarga, riwayat kemampuan sosial-ekonomi dan akademik), kondisi medis umum, dan permasalahan (keluhan, gejala, onset, durasi)
melalui
observasi, wawancara, dan tes psikologi. a. Observasi, yaitupengamatan terhadap penampilan, ekspresi wajah, afek, tingkah laku, bicara dan bahasa, proses dan isi pikiran, kemampuan psikomotor, kognisi, memori, dan judgement dan insight . b. Wawancara, yaitu penggalian informasi terhadap pasien langsung (autoanamnesa) atau terhadap significant others (alloanamnesa). c. Tes psikologi, diberikan apabila diperlukan dengan mempertimbangkan ketersediaan alat tes baku dan ruangan standar untuk pengetesan, antara lain tes inteligensi (CPM, CFIT), tes kepribadian (Grafis, Warteg, SCCT), tes psikoneurologis (bender-Gestalt, VSMS), dan lain-lain. 2. Diagnosa Psikologis Berdasarkan hasil asesmen (rekam psikologis, wawancara, observasi, tes psikologi, dan/atau pemeriksaan medis), psikolog menegakkan diagnosa bagi pasien menurut PPDGJ dan/atau DSM IV-TR. 3. Intervensi Psikologis Intervensi psikologis merupakan kegiatan layanan psikologi yang bertujuan membantu
individu
untuk
mengoptimalkan
potensi
yang
dimiliki,
memecahkan, dan/atau meminimalkan beban masalah, serta meningkatkan kesejahteraan mental emosional individu yang bersangkutan. Intervensi psikologis dapat berupa psikoedukasi, konseling, relaksasi oto dan berbagai teknik psikoterapi. a. Psikoedukasi Psikoedukasi
bertujuan
untuk
meningkatkan
pemahaman
pasien
mengenai suatu penyakit atau gangguan, sebagai usaha pencegahan atau untuk mengurangi gangguan psikologis yang telah dimiliki pasien. Psikoedukasi dapat diberikan pada individu, kelompok, atau masyarakat tergantung kebutuhannya. b. Konseling Tujuan konseling adalah memfasilitasi perubahan perilaku pasien, memfasilitasi keterampilan koping pasien, memfasilitasi kemampuan pasien dalam pengambilan keputusan, dan memfasilitasi kualitas hubungan pasien dengan orang lain. Konseling dapat dilakukan dengan cara individual dan kelompok tergantung pada kebutuhannya, antara lain Konseling Bumil, Konseling Caten, Konseling Parenting dan Konseling pasien penyakit degeneratif.
9
c. Psikoterapi Psikoterapi adalah kegiatan intervensi dengan menggunakan prinsipprinsip psikologis untuk membantu mengatasi problem psikologis, membentuk pemahaman dan/atau perilaku pasien agar dapat berfungsi secara optimal. Beberapa yang biasa digunakan antara lain : Cognitive Behavioral Therapy (CBT), Behavior Therapy (BT), Behavioral Activation (BA), Neuro-Linguistic Programming (NLP) dan Relaksasi. 4. Rujukan (internal dan eksternal) Berdasarkan hasil asesmen dan diagnosis Psikolog mengambil keputusan apakah pasien perlu dirujuk internal atau eksternal.
Jika Pasien membutuhkan (internal/eksternal), rujukan internal : menulis di lembar rujukan internal dan langsung diantar oleh petugas ke poli tujuan (Poli Umum, Poli KIA, atau Poli Gizi)
Jika pasien membutuhkan rujukan eksternal : diantar petugas kembali ke poli BP Umum untuk mendapatkan surat rujukan, kemudian dirujuk ke Fasyankes lebih tinggi (RSJ Ghrasia, RSUD).
5. Rencana Evaluasi dan Tindak Lanjut Berdasarkan hasil asesmen, diagnosis dan intervensi,Disampaikan saran sesi selanjutnya untuk melakukan evaluasi dan tindak lanjut dapat dilakukan sesuai kebutuhan pasien.
B. Pelayanan
Psikologi di Luar Gedung
a) Kegiatan Psikologi Luar Gedung Kegiatan pelayanan psikologi di luar gedung ditekankan pada upayapencegahan dan upaya peningkatan kesehatan jiwa masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sleman, baik melalui perencanaan atau atas permintaan masyarakat, antara lain : 1. Penyuluhan Kesehatan Jiwa o
Tujuan : Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang Kesehatan Jiwa
Sasaran : Masyarakat, Pelajar Sekolah, di wilayah kerja Puskesmas
o
Depok II o
Lokasi :
Posyandu
Balita,
Posyandu
Lansia,
Sekolah,
instansi,
Karangtaruna, PKK, Rakor, dan lain-lain o
Contoh:Penyuluhan Penyuluhan
NAPZA,
Gangguan Penyuluhan
Kecemasan, Pencegahan
Depresi,
Psikotik,
Kekerasan
Seksual
terhadap Anak, Penyuluhan Kespro, Pencegahan gangguan mental, Pola Asuh pada Balita o
10
2. Pelatihan Psikologis o
Tujuan : Memberikan pengetahuan dan keterampilan psikologis untuk diterapkan dalam aktivitas sehari-hari demi peningkatan kesejahteraan mental.
o
Sasaran : Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Depok II
o
Lokasi : Puskesmas, Sekolah, Panti, dan lain-lain.
o
Contoh :Pelatihan Kader Kesehatan Jiwa dan Pelatihan Konselor Sebaya
3. Konseling Kelompok o
Tujuan : Klien dapat menemukan kesulitan sama yang dihadapi orang lain, menyadarkan klien bahwa dirinya bukan satu-satunya orang yang bermasalah, menyadarkan bahwa kesulitan orang lain kadang lebih berat, serta membahas dan memecahkan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok dengan saling bertukar pengalaman dan saran.
o
Sasaran
:
Kelompok-kelompok
masyarakat
di
wilayah
kerja
Puskesmas Depok II o
Lokasi
: Puskesmas, Sekolah, dan lain-lain.
o
Contoh
: Konseling Kelompok Keluarga Penderita Gangguan Jiwa,
Konseling kelompok bagi pasien penyakit degeneratif . 4. Home Visit Home visit merupakan salah satu bentuk Tindak Lanjut dari pelayanan psikologi di dalam gedung yang dilakukan sesuai kebutuhan atau permintaan masyarakat, yang dapat dilakukan bersama tim kesehatan jiwa dan tim lain. a. Tujuan: Mendapatkan informasi yang belum didapat melalui wawancara atau observasi di puskesmas, untuk mengetahui ada tidaknya pola hubungan keluarga yang bermasalah yang berpengaruh pada timbulnya gangguan perilaku pada pasien,menganalisa perilaku pasien dalam berbagai setting tempat untuk mengetahui pola-pola perilaku yang bermasalah, asesmen status mental pada pasien gangguan jiwa beratuntuk penentuan perlu tidaknya rujukan ke rumah sakit atau pengobatan lebih lanjut di puskesmas, dan psikoedukasi atau konseling keluarga. b. Sasaran: Penderita gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Depok II c. Lokasi : Rumah penderita d. Contoh : Home Visit pasien Skizofrenia pasca ranap di Ghrasia
11
5. Skrining Kesehatan Mental a. Tujuan : sebagai salah satu cara untuk mendeteksi gangguan jiwa lebih awal b. Sasaran : siswa sekolah tingkat lanjutan c. Lokasi : Sekolah d. Contoh kegiatan : Skrining kesehatan mental pada siswa SMP dan SMA, Skrining tumbuh kembang pada siswa TK, Playgrup, PAUD
6. Kerjasama Lintas Program a. Tujuan : Pelaksanaan program berjalan lebih optimal, memotivasi perubahan perilaku b. Sasaran : Masyarakat c. Lokasi : Masyarakat d. Contoh kegiatan : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
7. Kerjasama Lintas Sektor a. Tujuan : Pelaksanaan program lintas sector berjalan lebih optimal b. Sasaran : Masyarakat c. Lokasi : Masyarakat d. Contoh kegiatan : Penyuluhan di KUA dan Penyuluhan di PKK
2. Alur Pelayanan Psikologi Luar Gedung Pelaksanaan pelayanan psikologi di luar gedung bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait sesuai dengan kebutuhan.
BAB V LOGISTIK
Keperluan logistik di Poli Psikologi meliputi bahan perlengkapan praktik psikologi habis pakai untuk menunjang pelayanan psikologi, antara lain blangko HPP (Hasil Pemeriksaan Psikologi), blangko-blangko psikoterapi, alat tes psikologi, alat tulis kantor (kertas HVS, pensil, spidol, dan lain-lain), tisu, alat permainan edukatif, perlengkapan terapi bermain, brosur, dan poster.
1. Alur permintaan perlengkapan praktik psikologi
PJ Poli Psikologi mengajukan
Unit Pengadaan
permintaan perlengkapan
Barang Puskesmas
praktik psikologi
Depok II
12
Poli Psikologi
2. Perencanaan Pengadaan bahan perlengkapan praktik psikologi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Tingkat persediaan Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan habis pakai yang diperlukan untuk memenuhi kegiatan operasional layanan psikologi sampai pengadaan berikutnya. b. Perkiraan jumlah kebutuhan Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau pembelian bahan perlengkapan habis pakai dalam periode satu tahun yang lalu dan proyeksi jumlah kebutuhan untuk periode satu tahun yang akan datang. c. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan barang Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan diterima dari
pemasok
perlu
diperhitungkan,
terutama
untuk
bahan
yang
sulit
didapat.Perencanaan dimulai dari penanggung jawab barang yang mendata kebutuhan barang-barang non medis habis pakai pada poli psikologi, membuat bon permintaan barang yang kemudian diserahkan kepada Kepala Puskesmas untuk ditandatangani,lalu diberikan kepada bagian pengadaan barang sesuai dengan kebutuhan pemesanannya. d. Ketersediaan anggaran Puskesmas Pengadaan
macam
dan
penambahan
bahan
habis
pakai
perlu
mempertimbangkan ketersediaan anggaran puskesmas.
3. Permintaan Penanggung jawab poli psikologi mengajukan permintaan pada Unit Pengadaan Barang untuk bahan perlengkapan praktik psikologi yang telah menipis.
4. Penyimpanan Di ruang Poli Psikologi, dengan mempertimbangkan aspek kerahasiaan (untuk alat tes psikologi) dan kebersihan tempat penyimpanan barang.
5. Penggunaan Sesuai kebutuhan.
13
BAB VI PENGENDALIAN MUTU a. Pengertian
Mutu pelayanan kesehatan adalah kesesuaian pelayanan kesehatan dengan kebutuhan pelanggan atau melebihi harapan. Yoseph M. Juran mengemukakan konsep trilogi mutu dan mengidentifikasikannya dalam tiga kegiatan : 1. Perencanaan mutu : siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu produksi. 2. Pengendalian mutu : mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan antara kinerja aktual dan tujuan. 3. Peningkatan mutu : membentuk infrastruktur dan tim untuk melaksanakan peningkatan mutu. Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-langkah yang semuanya mengacu pada upaya peningkatan mutu. b. Manfaat program jaminan mutu pelayanan kesehatan
1. Dapat lebih meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan. Peningkatan efektivitas yang dimaksud di sini erat hubungannya dengan pemilihan masalah secara tepat dan cara penyelesaian masalah telah dilakukan secara benar. 2. Dapat lebih meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan. Peningkatan efisiensi di sini erat hubungannya dengan dapat dicegahnya penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan atau di bawah standar. Biaya tambahan karena pelayanan yang berlebihan atau karena harus mengatasi berbagai efek samping karena pelayanan yang di bawah standar akan dapat dicegah. 3. Dapat
lebih
meningkatkan
penerimaan
masyarakat
terhadap
pelayanan
kesehatan. Peningkatan
penerimaan
ini
erat
hubungannya
dengan
telah
sesuainya
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan. Apabila peningkatan penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan berperan besar dalam turut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan. c. Dimensi mutu pelayanan kesehatan poli psikologi antara lain : a. Dimensi kompetensi teknis Kompetensi teknik meliputi keterampilan, kemampuan, dan kinerja pemberi layanan. Dimensi ini menitikberatkan pada kepatuhan pemberi layanan dalam melaksanakan kinerja berdasarkan standar pelayanan psikologi klinis yang telah ditentukan profesi. Tidak terpenuhinya dimensi ini akan berakibat terhadapmutu pelayanan psikologi.
14
b. Dimensi keterjangkauan/akses Dimensi ini mempunyai arti bahwa pelayanan psikologi harus dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat tanpa terhambat faktor geografi, ekonomi, dan sosial. Puskesmas Depok II terletakdi wil;Yh perumnas yang ramai, yang mudah di jangkau dengan kendaraan. Letak Puskesmas tengah-tengah masyarakat diharapkan dapat semakin mempermudah akses masyarakat.Dari segi biaya, bagi pasien dari keluarga tidak mampu dapat menggunakan jaminan kesehatan, antara lain BPJS, Jamkesmas, atau Jamkesda. c. Dimensi efektivitas Pelayanan psikologi harus efektif, artinya pelayanan psikologi yang diberikan harus
mampu
menangani
permasalahan
psikologis
umum
dan
mampu
mendeteksi gejala psikiatris kronis atau akut dengan tepat. Efektivitas pelayanan psikologi ini tergantung pada penggunaan standar pelayanan psikologi klinis dengan tepat, konsisten, dan sesuai dengan situasi. d. Dimensi efisiensi Pelayanan psikologi yang efisien dapat melayani lebih banyak pasien. Pelayanan psikologi yang memenuhi standar pelayanan adalah biaya terjangkau, nyaman bagi pasien, waktu efektif, dan risiko dapat dikelola dengan baik. e. Dimensi kesinambungan Kesinambungan pelayanan psikologi artinya pasien dapat dilayani sesuai kebutuhannya, termasuk kebutuhan rujukan jika diperlukan. Pasien mempunyai akses ke pelayanan lanjutan jika diperlukan, termasuk riwayat pelayanan psikologi sebagai rujukan dari Poli Umum untuk pelayanan lanjutan. f. Dimensi keamanan Dimensi keamanan artinya pelayanan psikoogi harus aman, baik bagi psikolog maupun pasien atau masyarakat sekitarnya. Pelayanan psikologi yang bermutu harus aman dari risiko cedera, kesalahan diagnosa, ancaman yang terkait dengan hasil tes, atau bahaya lain. g. Dimensi kenyamanan Dimensi ini berhubungan dengan kepuasan pasien sehingga mendorong pasien datang kembali ke tempat pelayanan psikologi tersebut. Kenyamanan juga terkait dengan penampilan fisik pelayanan psikologi, peralatan non medis, ruang praktik yang tertutup, dan kebersihan ruangan. h. Dimensi informasi pelayanan Pelayanan psikologi yang bermutu harus dapat memberikan informasi yang jelas tentang apa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana pelayanan psikologi itu akan/telah dilaksanakan. i.
Dimensi ketepatan waktu
15
Pelayanan psikologi yang bermutu harus memperhatikan ketepatan waktu dalam pelayanan serta efektif dan efisien. j.
Dimensi hubungan antar manusia Hubungan antar manusia yang baik akan menimbulkan kepercayaan atau kredibilitas
dengan
cara
saling
menghargai,
menjaga
rahasia,
saling
menghormati, responsif, memberi perhatian, dan lain-lain. Hubungan antar manusia ini merupakan interaksi yang positif antara psikolog dengan pasien sehingga terjalin hubungan terapiutik yang bermanfaat. Dimensi pelayanan psikologi ini dapat digunakan dalam menganalisis masalah mutu pelayanan psikologi dan mencari solusi yang diperlukan untuk dapat mengatasinya, sekaligus sebagai bentuk pengendalian mutu pelayanan psikologi. Jika terdapat ketidakpuasan pasien, maka analisis dilakukan pada setiap dimensi pelayanan psikologi. d. Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan pasien
Berdasarkan dimensi-dimensi mutu pelayanan kesehatan poli psikologi tersebut, maka indikator
Peningkatan mutu
dan keselamatan pasien pelayanan psikologi
dapat dilihat dari : 1. Kepuasan pelanggan pada unit pelayanan psikologi tercapai 80%
Judul
Kepuasan
Pelanggan
pada
unit
pelayanan
psikologi
Dimensi mutu
Kenyamanan
Tujuan
Terselenggaranya pelayanan psikologi yang mampu memberikan kepuasan pelanggan
Definisi Operasional
Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan psikologi
Frekuensi
6 bulan
Pengumpulan Data Periode Analisa
12 bulan sekali
Numerator
Jumlah pelanggan
kumulatif pada
rerata unit
penilaian
pelayanan
kepuasan
psikologi
yang
disurvei Denominator
Jumlah seluruh pelanggan pada unit psikologi yang disurvei (n=5 )
Sumber data
Survei Kepuasan Pelanggan
Standar
80%
Penanggung jawab
Tim mutu
pengumpul data
16
2. Calon Pengantin mendapatkan Konseling Berhenti Merokok 85%
Judul
Kepuasan
Pelanggan
pada
unit
pelayanan
psikologi
Dimensi mutu
Efektifitas
Tujuan
Terselenggaranya
pelayanan
psikologi
dengan
komunikasi efektif dan bermanfaat bagi pasien Definisi Operasional
Edukasi bahaya merokok dan konseling pasien serta memotivasi pasein untuk berhenti merokok
Frekuensi
1 bulan
Pengumpulan Data Periode Analisa
3 bulan sekali
Numerator
Jumlah
kumulatif
pasien
calon
pengantin
yang
mendapatkan Konseling Berhenti merokok Denominator
Jumlah
seluruh
Calon
pengantin
laki-laki
yang
konsultasi Psikologi dan pasien adalah perokok Sumber data
Catatan data
Standar
80%
Penanggung jawab
Tim mutu
pengumpul data
BAB VII PENUTUP
Pedoman pelayanan psikologi yang telah dibuat ini hendaknya menjadi dasar pemberian pelayanan psikologi di Puskesmas Depok II demi tercapainya kinerja yang optimal. Dalam perjalanan waktu, sesuai perkembangan dan tuntutan, Pedoman Pelayanan Psikologi ini akan direvisi bila diperlukan.
17