PT. BUANA GRAFINDO CEMERLANG website: www.buanarepro.com e-mail ;
[email protected] telp: 421 1566,428 03159
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMAN PEDOMAN PELAYANAN PELAYANAN GIZIGIZI BAGI BAGI
ODHA ODHA
KEMENTERIAN KEMENTERIAN KESEHATAN KESEHATAN RI RI 20142014
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Cetakan I
Cetakan II
Cetakan III
: Tahun 2010
: Tahun 2014 : Tahun 2014
Katalog Dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RI 612.3 Ind P
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI Pedoman Pelayanan Gizi Bagi ODHA.—Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2010
1. Judul 1. NUTRITION REQUIREMENTS 2. AIDS – DIET THERAPY ii
= ii =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
KATA PENGANTAR Status gizi Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) dipengaruhi oleh infeksi HIV itu sendiri dan asupan zat gizinya. Selain itu juga dipengaruhi oleh ketersediaan pangan dan makanan, yang mana juga bisa akibat dari kerawanan pangan dan ketimpangan antar wilayah di Indonesia. Pada ODHA sering terjadi defisiensi makronutrien dan mikronutrien oleh karena keadaan-keadaan tersebut di atas. Kurang gizi dan kerawanan pangan meningkatan angka kesakitan dan kematian akibat HIV yang mana dapat mengurangi kepatuhan konsumsi ART sehingga meningkatkan transmisi HIV.
Peran gizi bagi kesehatan telah diketahui secara luas dan hal ini mendasari hubungan antara status gizi dan infeksi HIV. Dalam layanan komprehensif bagi ODHA, gizi adalah elemen penting dalam semua tahap pelayanan, mulai dari pencegahan sampai perawatan jangka panjang. Gizi memiliki dampak nyata terhadap perjalanan penyakit pada ODHA. Kurang gizi berat dan sedang memiliki korelasi terhadap peningkatan resiko kematian sebanyak dua sampai enam kali lipat. Masalah gizi seperti turunnya berat badan menunjukkan kondisi ODHA yang tidak mampu melawan perjalanan penyakit akibat HIV. Defisiensi zat gizi mikro mempengaruhi perjalanan penyakit, memperbesar resiko penularan dari ibu ke anak serta meningkatkan kematian. Makin banyak bukti tentang manfaat intervensi gizi dan pangan spesifik untuk memperbaiki keadaan klinis dan status gizi ODHA. Dukungan gizi sangat penting untuk menjaga ODHA sehat lebih lama dan untuk memperbaiki efektivitas pengobatan. Integrasi dan hubungan layanan HIV dalam sistem dan layanan kesehatan lain dapat memaksimalkan manfaat peningkatan tatalaksana dan dukungan HIV untuk menurunkan angka kesakitan iii
= iii =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
dan kematian akibat HIV serta mencegah penularan. Hal ini penting dalam menetapkan model layanan sesuai prinsip Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB).
Jakarta, 24 November 2014 Direktur Bina Gizi
RIAN KESE TE
TAN HA
KEM EN
Kementerian Kesehatan memiliki tanggung jawab dalam memastikan integrasi layanan gizi dalam protokol standar layanan kesehatan, serta menyusun kebijakan dan prosedur terkait. Sektor kesehatan bertanggung jawab dalam memberikan layanan tatalaksana HIV melalui rumah sakit di tingkat provinsi atau kabupaten. Dengan dukungan World Food Programme (WFP), Buku Pedoman Pelayanan Gizi bagi ODHA edisi ketiga ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang diperlukan tenaga kesehatan dalam memberikan layanan gizi bagi ODHA dan keluarganya.
P
SI
UB
Ir. . Doddy Izwardy, MA
LIK IN D O N
iv
= iv =
E
RE
A
Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
BAB III
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR SINGKATAN DEFINISI OPERASIONAL PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Sasaran D. Ruang lingkup
Ii iv vii viii ix x xii `1 3 3 3
HIV/AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA A. Stadium klinis HIV B. Diagnosis C. Metabolisme gizi pada ODHA D. Hubungan antara gizi dan HIV E. Gizi dengan obat antiretroviral (ARV) GAMBARAN UMUM TATALAKSANA GIZI BAGI ODHA A. Tujuan B. Alur pelayanan gizi bagi ODHA C. Asuhan dan terapi gizi D. Monitoring dan Evaluasi v
=v=
4 9 10 13 14
18 18 20 31
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BAB IV
BAB V
BAB VI
TATALAKSANA GIZI PADA IBU MENYUSUI, BAYI DAN ANAK-ANAK A. Ibu hamil dengan HIV B. Ibu menyusui dengan HIV C. Bayi dan anak dengan HIV
HAMIL,
TATALAKSANA GIZI BAGI ODHA DENGAN TUBERKULOSIS DAN MANIFESTASI KLINIS LAIN A. Tuberkulosis pada ODHA B. Manifestasi klinis penyakit dan gangguan lain
38 40 42
45 48
PENUTUP
52
LAMPIRAN
55
DAFTAR PUSTAKA
53
TIM PENYUSUN DAN EDITOR
92
vi
= vi =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Jenis Layanan Komprehensif HIV Stadium klinis HIV/AIDS pada dewasa Stadium klinis HIV/AIDS pada bayi dan anak Paduan Lini- Pertama yang direkomendasikan pada orang dewasa yang belum pernah mendapat terapi ARV ART pada bayi dan anak Efek samping beberapa ARV Penilaian berat IMT menggunakan batas ambang Penilaian status gizi ibu hamil berdasarkan ukuran LiLA Kebutuhan gizi pada ODHA berdasar stadium Pelayanan Gizi ODHA dengan kondisi khusus Kebutuhan Penambahan Energi dari Total Energi yang dianjurkan selama kehamilan dan menyusui Rekomendasi Kenaikan BB selama kehamilan pada ODHA Kebutuhan energi Ibu menyusui dengan HIV/AIDS Kebutuhan Energi Bayi Efek samping OAT yang ringan Efek samping OAT yang berat Manifestasi klinis pada ODHA Efek samping ARV dan rekomendasi makanan Faktor aktivitas fisik Faktor aktivitas dan faktor trauma dalam menetapkan kebutuhan energi Kategori ambang batas gizi anak 0-60 bulan Klasifikasi status gizi pada naka berdasarkan LiLA Penilaian IMT menggunakan batas ambang Perkiraan jumlah susu formula untuk bayi Angka kecukupan gizi bagi orang Indonesia Angka kecukupan Vitamin yang dianjurkan untuk orang Indonesia vii
= vii =
2 5 7 15 16 17 21 21 24 34 38
39 40 42 46 47 48 50 56 57 60 60 61 70 71 73
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
DAFTAR BAGAN 1 Hubungan antara infeksi HIV dan kurang gizi 2 Hubungan patogenesis kurang gizi pada anak dengan kondisi-kondisi yang berhubungan dengan HIV 3 Gizi dan imunitas pada HIV 4 Efek HIV pada gizi 5 Alur Pelayanan Gizi bagi ODHA di
Puskesmas
6 Alur Pelayanan Gizi bagi ODHA di Rumah
Sakit
viii
= viii =
11 12 13 14 18
19
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perhitungan Kebutuhan Energi Standar Penilaian Status Gizi Formulir Asuhan Gizi dan Evaluasi Asuhan Gizi Form Monitoring Berat Badan Alternatif Pemberian/Pengganti ASI Angka Kecukupan Gizi bagi Orang Indonesia Daftar Bahan Makanan Penukar Contoh Makanan Formula Cair Oral (Untuk ODHA Dewasa) Form Monitoring asupan makan Contoh Menu
ix
= ix =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
DAFTAR SINGKATAN ABC AFASS AIDS ARV ASI AZT BB BTA CD4 d4T ddl EFV FTC HBV HCV HDL HIB HIV IMS IMT INH IO ISPA KB KEK KIE KTIP KTS LDL LKB LPV/r MCT MDR
Abacavir Affordable, Feasible, Acceptable, Sustainable, Safe Acquired Immune Deficiency Syndrome Anti Retroviral Air Susu Ibu Azidothymidine Berat badan Basil/Bakteri Tahan Asam Cluster of differentiation 4 Stavudin (nama paten) Didanosine Efavirenz Emtricitabine (nama paten) Hepatitis B Viral Hepatitis C Viral High density lipoprotein Haemophylus influenza B Human Immunodeficiency Virus Infeksi menular seksual Indeks Massa Tubuh Isonicotinic acid hydrazid Infeksi oportunistik Infeksi Saluran Pernapasan Atas Keluarga Berencana Kurang Energi Protein Komunikasi Informasi Edukasi Konseling dan Tes Inisiatif Petugas Konseling dan Tes Sukarela Low density lipoprotein Layanan Komprehensif Berkesinambungan Lopinavir/ritonavir Medium chain triglyceride Multi drug resistent x
=x=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
MUFA NNRTI NRTI NVP OAT ODHA OHL PAGT PB PCP PDP PI PITC PML PMTCT PPIA PTRM PUFA REE SGOT SGPT TB TB 3TC TDF VCT WHO WFP
Mono-unsaturated fatty acid Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors Nucleoside reverse transcriptase inhibitors Nevirapine Obat anti tuberkulosis Orang dengan HIV/AIDS Oral hairy leukoplakia Proses Asuhan Gizi Terstandar Panjang badan Pneumosistis Carinii Pneumonia Perawatan, Dukungan, Pengobatan Protease Inhibitors Provider Initiated Testing & Counseling (KTIP) Progressive Multifocal Leucoencephalopathy Prevention from mother-to-child transmission Pencegahan penularan dari Ibu ke Anak Program terapi rumatan metadon Poly-unsaturated fatty acid Resting energy expenditure Serum glutamic oxaloacetic transaminase Serum glutamic pyruvic transaminase Tuberkulosis Tinggi Badan Lamivudin Tenovofir Voluntary Counseling & Testing (KTS) World Health Organization World Food Programme
= xi = xi
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
DEFINISI OPERASIONAL Asuhan Gizi : adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/ terstruktur yang memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Konseling Gizi : adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh Tenaga Gizi untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya. Monitoring dan Evaluasi Gizi : adalah kegiatan untuk mengetahui respon pasien/ klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
Pelayanan Gizi: adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
Preskripsi Diet: adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan rute pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi, komponen diagnosis gizi, rujukan, rekomendasi, kebijakan dan prosedur serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pasien/ klien. xii
= xii =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT): adalah pendekatan sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas yang dilakukan oleh tenaga gizi, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi. Terapi Gizi: pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian makanan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit pasien.
xiii
= xiii =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
= xiv =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BAB I PENDAHULUAN A.
LATAR BELAKANG
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang berbagai infeksi dan penyakit lainnya. Dari Laporan Situasi Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia sampai dengan September 2014 tercatat jumlah ODHA yang mendapatkan terapi ARV sebanyak 45.631 orang yang berasal dari 33 provinsi dan lebih dari 300 kab/kota, dengan rasio laki-laki dan perempuan 1:1 (pada kasus HIV) dan 2:1 (pada kasus AIDS), dan persentase tertinggi pada kelompok usia 20-49 tahun. Hampir semua propinsi di Indonesia melaporkan peningkatan kasus HIV/ AIDS, dengan 10 propinsi terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Kepulauan Riau. Jumlah dan prevalensi kasus HIV/AIDS yang dilaporkan masih relatif rendah, akan tetapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hasil penelitian De Cock dkk pada tahun 2012, menunjukkan bahwa dari 43.624 ibu hamil yang melakukan konseling dan tes HIV, terdapat 1.329 (3,05%) ibu yang terinfeksi HIV. Lebih dari 90% bayi terinfeksi HIV tertular dari ibu HIV positif. Penularan tersebut dapat terjadi pada masa kehamilan (5-10%), persalinan (10-20%), dan selama menyusui (5-20% dengan angka rata-rata 15%). Risiko penularan HIV dari ibu ke anak tanpa upaya pencegahan atau intervensi berkisar antara 20 sampai 50%, sedangkan apabila dengan pencegahan risiko penularan HIV dari ibu ke anak dapat diturunkan menjadi kurang dari 2%. Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB) meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang mencakup semua bentuk layanan HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti kegiatan KIE pengetahuan komprehensif, pengendalian faktor risiko, layanan Konseling dan Tes HIV (VCT/KTS) dan PITC/KTIP), Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP/CST), Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak (PPIA), serta kegiatan lainnya termasuk kegiatan 1
=1=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
monitoring monitoring dan dan evaluasi evaluasi sertaserta surveilan surveilan epidemiologi epidemiologi di fasilitas di fasilitas kesehatan kesehatan Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota (Tabel (Tabel 1). 1). Tabel Tabel 1. Jenis 1. Jenis Layanan Layanan Komprehensif Komprehensif HIV HIV Promosi Promosi dan Pencegahan dan Pencegahan Tatalaksana Tatalaksana KlinisKlinis Dukungan Dukungan HIV HIV Psikososial, Psikososial, Ekonomi Ekonomi dan Legal dan Legal • Promosi • Promosi Kesehatan Kesehatan (KIE)(KIE) • Tatalaksana • Tatalaksana medismedis • Dukungan • Dukungan psikososial psikososial • Ketersediaan • Ketersediaan dan dan aksesakses alat alatdasardasar pencegahan pencegahan (kondom, (kondom, alat alat • Terapi • Terapi ARV ARV • Dukungan • Dukungan sebaya sebaya suntiksuntik steril)steril) • Diagnosis • Diagnosis IO dan IO dan • Dukungan • Dukungan komorbid komorbid terkait terkait ekonomi: ekonomi: latihan latihan • PTRM, • PTRM, PTRB,PTRB, PARBPARB HIV serta HIV serta kerja,kerja, kreditkredit • Penapisan • Penapisan darahdarah donordonor pengobatannya pengobatannya mikro, mikro, kegiatan kegiatan • Life• skill Lifeeducation skill education termasuk TB TB peningkatan, peningkatan, dsb dsb • Dukungan • Dukungan kepatuhan kepatuhan berobat berobattermasuk • Profilaksis • Profilaksis IO IO • Dukungan • Dukungan legal legal / / (adherence) (adherence) hukum hukum • Tatalaksana • Tatalaksana • PPIA • PPIA hepatitis B danBCdan C • Layanan • Layanan IMS, IMS, KIA, KIA, KB, KB, dan danhepatitis • Perawatan paliatif, paliatif, kesehatan kesehatan reproduksi reproduksi remaja remaja• Perawatan termasuk termasuk • Tatalaksana • Tatalaksana IMS IMS tatalaksana nyerinyeri • Vaksinasi • Vaksinasi Hep-BHep-B bagi bayi bagi bayi dan dantatalaksana para para penasun penasun (bila (bila tersedia) tersedia) • DUKUNGAN GIZI GIZI • Pencegahan • Pencegahan pascapasca pajanan pajanan • DUKUNGAN Sumber: Sumber: Kementerian Kementerian Kesehatan Kesehatan RI. 2013. RI. 2013.
Dukungan Dukungan gizi pada gizi pada kehidupan kehidupan sehari-hari sehari-hari ODHAODHA merupakan merupakan strategi strategi penting penting untukuntuk mempertahankan mempertahankan stadium stadium klinisklinis agar agar tidaktidak memburuk memburuk dan dan meningkatkan meningkatkan kualitas kualitas hiduphidup ODHA. ODHA. Dalam Dalam LKB, LKB, tenaga tenaga kesehatan kesehatan dapatdapat memberikan memberikan edukasi edukasi dan dan konseling konseling gizi gizi baik baik padapada individu individu maupun maupunkelompok, kelompok, sertaserta dukungan dukungan dalamdalam dukungan dukungan gizi gizi pemberian pemberian makanan makanan tambahan. tambahan. Layanan Layanan Komprehensif Komprehensif HIV, HIV, berupa berupa dapatdapat diberikan diberikan padapada tahaptahap promosi promosi dan pencegahan dan pencegahan sebagai sebagai upayaupaya untukuntuk menjaga menjaga kesehatan kesehatan sertaserta tahaptahap tatalaksana tatalaksana klinisklinis HIV sebagai HIV sebagai dukungan dukungan bagi ODHA bagi ODHA yangyang mulaimulai mendapatkan mendapatkan masalah masalah kesehatan. kesehatan. ODHAODHA dan dan keluarganya keluarganya juga juga perluperlu dukungan dukungan Psikososial, Psikososial, Ekonomi Ekonomi dan dan LegalLegal dalamdalam pemenuhan pemenuhan kehidupan kehidupan sehari-hari sehari-hari seperti seperti peningkatan peningkatan pendapatan pendapatan untukuntuk memenuhi memenuhi kebutuhan kebutuhan dasardasar (sandang, (sandang, pangan, pangan, papan, papan, dan transportasi). dan transportasi). 2
2
=2=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
B.
TUJUAN BUKU PEDOMAN GIZI
C.
Umum: Meningkatkan kualitas pelayanan gizi bagi ODHA Khusus: 1. Meningkatnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan gizi 2 . Terlaksananya skrining/penapisan gizi 3 . Terlaksananya kajian gizi 4 . Terlaksananya penentuan Diagnosis Gizi 5 . Terlaksananya intervensi gizi baik berupa pemberian makanan, edukasi dan konseling gizi 6. Terlaksananya monitoring asuhan dan terapi gizi
SASARAN
Sasaran pengguna buku adalah tenaga kesehatan di Puskesmas dan Rumah
Sakit, yang terdiri dari:
1. 2. 3. 4.
Dokter Tenaga Gizi (nutrisionis dan dietisien) Perawat Bidan
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup yang akan dibahas dalam buku ini adalah: 1. Latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup dan landasan hukum 2. HIV/AIDS, Gizi dan faktor yang mempengaruhinya (stadium klinis HIV, diagnosis, metabolisme gizi, Hubungan antara Gizi dan HIV, serta Gizi dan ARV) 3. Gambaran umum Tatalaksana Gizi bagi ODHA 4. Tatalaksana Gizi bagi ODHA Ibu Hamil, Menyusui, Bayi dan Anak 5. Tatalaksana Gizi bagi ODHA dengan Tuberculosis dan manifestasi klinis lainnya 3
=3=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BAB II HIV/AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, Air Susu Ibu (ASI). Virus ini menyerang sistem kekebalan t u b u h dan mengakibatkan turunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi dan penyakit lainnya. Seseorang bisa hidup dengan HIV dalam tubuhnya bertahuntahun lamanya tanpa merasa sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang serius. Walaupun tampak sehat, ODHA dapat menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks yang tidak aman, tranfusi darah, pemakaian jarum suntik secara bergantian dan Penularan Ibu ke Anak HIV di dalam tubuh merusak sistem kekebalan, mengganggu proses metabolisme zat gizi serta menyerang hampir semua sistem organ dalam tiga hari pertama HIV masuk ke dalam tubuh. Peranan gizi sangat penting dalam menunjang sistem kekebalan serta metabolism sel sehingga dapat mempertahankan stadium klinis tertentu dan memperbaiki kualitas hidup ODHA. A.
STADIUM KLINIS HIV
HIV hidup di semua cairan tubuh, tetapi hanya bisa ditularkan melalui cairan tubuh tertentu, yaitu darah, cairan sperma, cairan vagina dan ASI.
4
=4=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel 2. Stadium klinis HIV/AIDS pada dewasa Stadium Klinis I • Tidak ada gejala (Asimtomatis) • Limfadenopati Meluas Persisten Skala Aktivitas 1: asimtomatis, aktivitas normal
Stadium Klinis II
• Penurunan berat badan bersifat sedang yang tidak diketahui penyebabnya • (<10% dari perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya) • Infeksi saluran pernafasan yang berulang (sinusitis, tonsilitis, otitis media, faringitis) • Herpes zoster • Angular cheilitis • Ulkus mulut yang berulang • Ruam kulit berupa papel yang gatal (Papular pruritic eruption) • Dermatitis seboroik • infeksi jamur kuku Skala Aktivitas 2: simtomatis, aktivitas normal
Stadium Klinis III
• Penurunan berat badan bersifat berat yang tidak diketahui penyebabnya (lebih dari 10% dari perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya) • Diare kronis yang tidak diketahui penyebabnya berlangsung > 1 bulan • Demam intermiten atau menetap > 1 bulan yang tidak diketahui penyebabnya • Kandidiasis Oral (thrush) • Oral Hairy leukoplakia • Tuberkulosis paru • Infeksi bakteri berat (contoh: pnemonia, empyema, meningitis, piomiositis, infeksi tulang atau sendi, bakteriemia, penyakit inflamasi panggul yang berat) • Stomatitis nekrotikans ulserative akut, gingivitis atau periodontitis • Anemia (<8 g/dl), neutropenia (500/dl) dan / atau trombositopenia kronis (50.000/dl) yang tidak diketahui penyebabnya Skala Aktivitas 3: selama 1 bulan terakir tinggal di tempat tidur <50%
5
=5=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Stadium Klinis IV Stadium Klinis IV • • • •• • • •
• • • •• •• • • •• •• •
Sindrom wasting HIV Sindrom wasting HIV Pneumonia Pneumocystis jiroveci Pneumoniabakterial Pneumocystis Pneumonia berat jiroveci yang Pneumonia bakterial berat yang berulang berulang Infeksi herpes simpleks kronis Infeksi herpes simpleks kronis (orolabial, genital, atau anorektal (orolabial, genital, atau anorektal selama lebih dari 1 bulan atau viseral selama dari 1 bulan atau viseral di bagianlebih manapun) di bagian manapun) Kandidiasis esofageal (atau Kandidiasistrakea, esofageal (atauatau kandidiasis bronkus kandidiasis trakea, bronkus atau paru) paru) Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis ekstra paru Sarkoma kaposi Penyakit (CMV) : SarkomaSitomegalovirus kaposi retinitis infeksi organ lain, tidak Penyakitatau Sitomegalovirus (CMV) : termasuk hati,infeksi limpa dan kelenjar retinitis atau organ lain, tidak getah bening termasuk hati, limpa dan kelenjar Toksoplasmosis getah bening di sistem saraf pusat Ensefalopati HIV di sistem saraf pusat Toksoplasmosis Pneumonia Kriptokokus Ensefalopati HIV ekstrapulmoner, termasuk meningitis Pneumonia Kriptokokus ekstrapulmoner, termasuk meningitis
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2011
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2011
• Infeksi mikobakteria non • tuberkulosis Infeksi mikobakteria non yang menyebar tuberkulosis yang menyebar • Leukoencephalopati multifokal • progresif Leukoencephalopati multifokal progresif • Cryptosporidioais kronis • Cryptosporidioais • Isosporiasis kronis kronis Isosporiasis kronis • • Mikosis diseminata • (histoplasmosis, Mikosis diseminata (histoplasmosis, coccidiomycosis) coccidiomycosis) • Septikemi yang berulang • (termasuk Septikemi yang berulang Salmonella nontifoid) (termasuk Salmonella nontifoid) (serebral atau Sel B • Limfoma • non-Hodgkin) Limfoma (serebral atau Sel B • Karsinoma serviks invasif non-Hodgkin) • • Leishmaniasis diseminata Karsinoma serviks invasif • atipikal Leishmaniasis diseminata • Nefropati atipikal atau kardiomiopati terkait HIV yang • Nefropati atausimstomatis kardiomiopati terkait HIV yang simstomatis Skala Aktivitas 4: Tinggal di tempat tidur >50% selama4:satu bulan Skala Aktivitas Tinggal di tempat terakhir tidur >50% selama satu bulan
terakhir
* HIV wasting syndrome : berat badan berkurang > 10% dari BB semula, disertai salah satu dari diare * HIV wasting syndrome : kronik tanpa penyebab yang jelas (> 1 bulan) atau kelemahan kronik dan berat badan berkurangtanpa > 10% dari BB demam berkepanjangan penyebab yangsemula, jelas . disertai salah satu dari diare kronik tanpa penyebab yang jelas (> 1 bulan) atau kelemahan kronik dan **Ensefalopati HIV : demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelasmengganggu . adanya gangguan dan atau disfungsi motorik yang aktivitas hidup HIV : **Ensefalopati sehari-hari, berlangsung selama berminggu-minggu atau bulan tanpa ada penyakit adanya gangguan atauHIV disfungsi motorik yang mengganggu aktivitas hidup penyerta lain selaindan infeksi yang dapat menjelaskan mengapa demikian sehari-hari, berlangsung selama berminggu-minggu atau bulan tanpa ada penyakit penyerta lain selain infeksi HIV yang dapat menjelaskan mengapa demikian
6
=6= 6
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel 3. Stadium klinis WHO untuk Bayi dan Anak yang Terinfeksi HIV Stadium Klinis 1 • Asimtomatik (tanpa gejala) • Limfadenopati generalisata persisten
Stadium Klinis 2 • • • • • • • • • •
Hepatosplenomegali persisten yang tidak dapat dijelaskana Erupsi Pruritik popular Infeksi virus wart luas Angular cheilitis Moluskum kontagiosum luas Ulserasi oral berulang Pembersaran kelenjar parotis persisten yang tidak dapat dijelaskan Eritema gingival lineal Herpes zoster Infeksi saluran napas atas kronik atau berulang (otitis media, otorrhea, sinusitis, tonsillitis) • Infeksi kuku oleh fungus / jamur
Stadium Klinis 3
• Malnutrisi sedang yang tidak dapat dijelaskan, tidak berespons secara adekuat terhadap terapi standar • Diare persisten yang tidak dapat dijelaskan (14 hari atau lebih)a • Demam persisten yang tidak dapat dijelaskan (lebih dari 37,50 C intermiten atau konstan, > 1 bulan)a • Kandidosis orang persisten (di luar saat 6-8 minggu pertama kehidupan) • Oral hairy leukoplakia • Periodontitis/gingivitis ulseratif nekrotikans akut • Tuberkulosis kelenjar • Tuberkulosis paru • Pneumonia bakterial yang berat dan berulang • Pneumosistis interstitial lomfoid simtomatik • Penyakit paru-berhubungan dengan HIV yang kronik termasuk bronkiektasis • Anemia yang tidak dapat dijelaskan (<8g/dl), neutropenia (<500/mm3) atau trombositopenia (<50.000/mm3)
7
=7=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Stadium klinis 4b
• Malanutrisi, wasting dan stunting berat yang tidak dapar dijelaskan dan tidak berespons terhadap terapi standar • Pneumonia pneumosistis • Infeksi bacterial berat yang berulang (misal empyema, piomiositis, infeksi tulang dan sendi, meningitis, kecuali pneumonia) • Infeksi herpes simplex kronik (orolabial atau kutaneus > 1 bulan atau viseralis di lokasi manapun) • TB ekstrapulmonar • Sarkoma Kaposi • Kandidiasis esophagus (atau trakea, bronkus, atau paru) • Toksoplasmosis sususnan saraf pusat (di luar masa neonatus)
• Ensefalopati HIV • Infeksi sitomegalovirus (CMV), retinitis atau infeksi CMV pada organ lain, dengan onset umur > 1 bulan • Kriptokokus ekstrapulmonar termasuk meningitis • Mikosis endemic diseminata (histoplasmosis, coccidiomycosis) • Kriptosporidiosis kronik (dengan diare) • Isosporiasis kronik • Infeksi mikobakteraia nontuberkulosis diseminata • Kardiomiopati atau nefropati yang dihubungkan dengan HIV yang simtomatik • Limfoma sel B non-Hodgkin atau limfoma serebral • Progressive multifocal leukoencephalopathy
Catatan: a Tidak dapat dijelaskan berarti kondisi tersebut tidak dapat dibuktikan oleh sebab yang lain b Beberapa kondisi khas regional seperti Penisiliosis dapat disertakan pada kategori ini Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2014
= 88 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
B. DIAGNOSIS 1.
Diagnosis HIV Pada Dewasa
Diagnosis HIV/AIDS dapat ditegakkan dengan melihat manifestasi klinis dan pemeriksaan laboratorium. a. Manifestasi klinis Sesuai dengan stadium klinis HIV/AIDS diatas (4 stadium). b. Pemeriksaan laboratorium 1) Dilakukan untuk menegakkan diagnosis HIV/ AIDS. a) Pemeriksaan serologi (antibody) terhadap HIV o Rapid Test o ELISA (enzyme-linked imunosorbent assay) bila tersedia b) Pemeriksaan jumlah virus (Viral Load - VL) 2) Dilakukan untuk menentukan tingkat imunitas tubuh Limfosit total atau CD4 (jika tersedia)
3) Dilakukan untuk menegakkan diagnosa infeksi oportunistik dan komorbiditas: a) Pemeriksaan darah lengkap b) Pemeriksaan urin rutin dan mikroskopik c) Pemeriksaan feses lengkap d) Kimia darah: kreatinin serum, ureum darah, glukosa darah, SGOT/SGPT, bilirubin serum, lipid serum & amilase serum e) Serologi virus hepatitis (HCV) dan virus hepatitis B (HBV) f) Pemeriksaaan sputum BTA untuk diagnosis TB g) Pemeriksaan foto thoraks h) Pemeriksaan kehamilan
2. Diagnosis HIV pada bayi
Mulai kehamilan trimester ketiga antibodi dari ibu termasuk antibodi terhadap HIV ditransfer secara pasif kepada janin dan dapat dideteksi sampai anak berumur 18 bulan. Oleh karena itu pemeriksaan serologis HIV anak kurang dari 18 bulan dapat menunjukan hasil reaktif (+) walaupun anak 9
=9=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
tersebut tidak terinfeksi HIV. Diagnosis HIV pada bayi < 18 bulan dapat menggunakan uji virologi (Viral Load); sementara bayi >18 bulan dapat dengan tes serologi.
3. Diagnosis HIV pada anak <18 bulan
a. Bila ada satu kriteria berikut : 1) PCP (Pneumoni Pneumosistis Jiroveci), Meningitis kriptococcus, candidiasis esophagus, 2) Toksoplasmosis, malanutrisi berat yang tidak membaik dengan pengobatan standar b.Minimal ada 2 gejala berikut: 1) Oral trush, pneumonia berat, sepsis berat, kematian ibu yang berkaitan dengan HIV atau penyakit HIV lanjut pada ibu 2) CD4 < 20%
4. Diagnosis HIV pada anak ≥ 18 bulan
a. Sama dengan diagnosis pada dewasa b. Perhatian khusus pada anak yang diberikan ASI, tes dilakukan setelah ASI dihentikan lebih dari 2 minggu
C. METABOLISME GIZI PADA ODHA
Pada ODHA sering terjadi anoreksia, mual, muntah, sesak napas, depresi, rasa lelah, diare serta infeksi lain. Hal ini menyebabkan asupan gizi tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, apalagi disertai infeksi akut.
Kurang gizi dapat menurunkan kapasitas fungsional, memberikan kontribusi tidak berfungsinya kekebalan dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Salah satu faktor yang berperan dalam penurunan sistim imun, adalah defisiensi zat gizi baik mikro maupun makro. Memburuknya status gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan oleh kurangnya asupan makanan, gangguan absorbsi dan metabolisme zat gizi, infeksi oportunistik, serta kurangnya aktivitas fisik. 10
= 10 =
-
o
o
Perilaku beresiko
Pertahanan jaringan epitel menurun
Prevalensi HIB meningkat
Resiko tinggi berbagai infeksi (malaria, TB, parasitoses)
Resiko terinfeksi HIV meningkat:
-
o
Kurang gizi yang berlanjut, kerawanan pangan, kualitas asupan gizi yang rendah
Pada kondisi terbatas:
-
Sumber: dePee S, Semba R. 2010.
= 11 =
CATATAN :
Kurang gizi: IMT rendah Kehilangan berat badan Defisiensi mikronutrien
-
-
Perubahan metabolisme:
Infeksi HIV dan infeksi oportunistik
III. Malabsorbsi (lemak, karbohidrat, mikronutrien) Fungsi usus Diare
11
Insufisiensi kelenjar adrenal dan hipogonadisme
Meningkatnya kebutuhan zat gizi akibat infeksi REE meningkat 10% saat asimtomatik hingga meningkat 30% saat simtomatik Meningkatnya kehilangan mikronutrien akibat infeksi Utilisasi zat gizi yang tidak efisien (menurunnya utilisasi zat gizi dalam tubuh) Perubahan produksi hormone (glucagon, insulin, kortisol, epinefrin,) yang mempengaruhi metabolism karbohidrat, protein dan lemak
II. Kehilangan nafsu makan gangguan menelan Pencegahan diare
Asupan gizi kurang (mikronutrien, energi)
I. Kemiskinan, kerawanan pangan
Bagan 1. Hubungan antara infeksi HIV dan kurang gizi
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
= 12 = 12
Kurang gizi
Kebutuhan meningkat
Nafsu makan menurun Penyerapan berkurang
Demam
TB paru Gangguan paru akibat HIV Pneumonia bakterial Pneumokistik pneumonia Ensefalopati HIV Infeksi diseminata lain
Sumber: Semba R, dePee S, Bloem M. 2012
Asupan berkurang
Gangguan menelan dan makan
Sariawan berulang Kandidiasis mulut Herpes simpleks orolabial Ulseratif nekrotik akut Gingivitis/periodontitis
Pembuangan meningkat
Diare
Diare berkepanjangan Kriptosporidiosis Isosporiasis
Bagan 2. Hubungan patogenesis kurang gizi pada anak dengan kondisi-kondisi yang berhubungan dengan HIV
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
D.
HUBUNGAN ANTARA GIZI DAN HIV
Sejak seseorang terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistem kekebalan tubuh sampai ke tingkat yang lebih parah hingga terjadi pula penurunan status gizi. Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupan makanan karena berbagai hal, misalnya adanya penyakit infeksi, sehingga menyebabkan Selain itu perlu diperhatikan faktor kebutuhan zat gizi meningkat. psikososial serta keamanan makanan dan minuman. Bagan 3. Gizi dan imunitas pada HIV Gizi memburuk (BB turun, atrofi otot, zat gizi mikro berkurang) Kebutuhan zat Gizi meningkat (malabsorpsi, asupan gizi berkurang)
HIV
Merusak sistem Imunitas (daya tahan terhadap HIV dan Infeksi lain berkurang
Risiko terhadap infeksi meningkat (Infeksi Saluran Cerna, TB, Flu lebih cepat masuk dalam stadium AIDS)
Sumber: WHO,2004.
Pada ODHA terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi yang disebabkan antara lain karena stres metabolisme, demam, muntah, diare, malabsorbsi, infeksi oportunistik. Selain itu terjadi perubahan komposisi tubuh, yaitu berkurangnya massa bebas lemak terutama otot.
Asuhan dan terapi gizi yang adekuat pada ODHA dapat mencegah kurang gizi, meningkatkan daya tahan terhadap infeksi oportunistik, 13
= 13 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
menghambat berkembangnya HIV, memperbaiki efektivitas pengobatan dan memperbaiki kualitas hidup. Bagan 4. Efek HIV pada gizi
Sumber: WHO. 2004
E.
GIZI DENGAN ANTI RETRO VIRAL (ARV)
Asuhan dan terapi gizi bagi ODHA adalah sangat penting, termasuk ketika mereka juga mengkonsumsi obat-obat ARV. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan obat infeksi oportunistik. Sebaliknya penggunaan ARV dan obat infeksi oportunistik dapat menyebabkan gangguan gizi . Terdapat interaksi antara gizi dan ARV yaitu : 1. Makanan dapat mempengaruhi efektivitas ARV 2. ARV dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi 3. Efek samping ARV dapat mempengaruhi konsumsi makanan 4. Kombinasi ARV dan makanan tertentu dapat menimbulkan efek samping
ARV bekerja dengan menghambat proses replikasi HIV dalam sel yang mempunyai reseptor CD4, dengan demikian mengurangi jumlah virus yang tersedia untuk menginfeksi sel CD4 baru. Akibatnya sistem kekebalan tubuh dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih kembali, yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah sel CD4. 14
= 14 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Manfaat ARV dalam pengobatan HIV/AIDS adalah menghambat perjalanan penyakit HIV, meningkatkan jumlah sel CD4, mengurangi jumlah virus dalam darah dan membuat ODHA merasa lebih baik yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA. Tidak semua ODHA membutuhkan ARV. Bila ODHA membutuhkan ARV, sebaiknya mulai diberikan ARV sebelum masuk ke fase AIDS. Selain obat-obat ARV ada beberapa obat lain yang diberikan pada ODHA sesuai dengan kondisi klinisnya. 2 NRTI + 1 NNRTI
Tabel 4. Paduan Lini- Pertama yang direkomendasikan pada orang dewasa yang belum pernah mendapat terapi ARV (treatment-naïve) Populasi target Dewasa dan anak
Paduan ARV AZT atau TDF + 3TC (atau FTC) +EFV (atau NVP) Perempuan hamil AZT+3TC+EFV atau NVP AZT atau TDF + 3TC (FTC)+ EFV Ko-infeksi HIV/TB Ko-infeksi HIV/Hepatitis B TDF + 3TC (FTC) +EFV atau NVP Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2011.
Paduan tersebut di atas masih digunakan secara nasional sampai sekarang. Akan terapi, Kementerian Kesehatan juga mengeluarkan informasi untuk penggunaan paduan yang lebih praktis penggunaannya dan dapat digunakan untuk semua kelompok pasien. Paduan tersebut adalah tetapi dengan 2 NRTI + 1 NNRTI, tetapi menggunakan obat-obat: Tenovofir + Lamivudine (atau Emtricitabine) + Efavirenz
Paduan tersebut digunakan 1 kali sehari sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan. Selain itu, semua obat dalam paduan tersebut aman dan baik untuk semua kelompok pasien (koinfeksi dengan Tuberkulosis, koinfkesi dengan Hepatitis dan kelompok ibu hamil). Penggunaan paduan tersebut untuk anak-anak perlu kehati-hatian karena pemberian tenofovir dapat mempengaruhi pertumbuhan tulang pada anak.
15
= 15 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel 5. ART pada bayi dan anak. Bayi dan anak terpajan HIV
Bayi dan anak terinfeksi HIV < 1 tahun
1 – 5 tahun
≥ 5 tahun
Mulai 6 minggu setelah lahir dan dipertahankan sampai tidak risiko transmisi HIV dan infeksi HIV telah disingkirkan
Mulai tanpa melihat nilai CD4 dan gejala klinis
Stadium WHO 2-4 tanpa melihat presentase CD 4
Stadium WHO berapapun dan CD4 < 350
Atau stadium WHO berapapun dengan CD4 < 25%
Atau
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2014
Stadium WHO atau 4 tanpa melihat kadar CD4
Efek samping ARV harus diperhatikan, karena dapat mengganggu kepatuhan minum obat, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengobatan. Beberapa efek samping bahkan tidak dapat ditolerir sehingga membutuhkan penghentian obat. Karena banyaknya efek samping penggunaan ARV, maka penentuan diet harus disesuaikan dengan kondisi klinis, efek samping, penyakit penyerta dan status gizi pada ODHA.
16
= 16 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel 6. Efek samping beberapa ARV NRTI AZT
D4T Ddl ABC
NNRTI
Kulit
Digestive
Hati
Pigmentasi Mual Steatosis kuku Pankreatitis Steatosis Rash
Pankreatitis Steatosis, fibrosis hati
EFV
Rash
Hepatitis
NVP
Rash
Hepatitis
PI
LPV/r
Saraf
Neuropati perifer Neuropati perifer
Gangguan pola tidur, depresi, anxietas
Diare
Lemak
Metabolik
Lipodistrifi Dislipidemia Anemia hiperlaktaemia Lipodistrofi Dislipidemia Hiperlaktemia Lipodistrofi Hiperlaktemia
Reaksi hipersensitif sistemik
Dislipidemia Teratogenik Ginekomastia
Lipodistrofi Dislipidemia, gangguan metabolism glukosa
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2011.
17
= 17 =
Lain-lain
Reaksi hipersensitif sistemik
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BAB III GAMBARAN UMUM TATALAKSANA GIZI BAGI ODHA A.
TUJUAN Umum: Melakukan tatalaksana gizi secara tepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi ODHA pada semua stadium HIV. Khusus: 1. Tercapainya berat badan dan hasil laboratorium normal 2. Teratasinya mual, muntah, diare dan lain-lain, 3. Terlaksananya edukasi dan konseling kepada pasien untuk memilih makanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi 4. Terhambatnya progresivitas HIV menjadi AIDS 5. Tercapainya kualitas hidup yang optimal pada ODHA untuk tetap produktif, aktif bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat
B. ALUR PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Penemuan ODHA Di Puskesmas /Pustu/Polindes
Skrining Gizi
Status gizi normal
Penyuluhan gizi oleh tenaga kesehatan
Status gizi kurang dan buruk serta kondisi khusus Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT):
Pengkajian gizi Diagnosis gizi Intervensi gizi (edukasi dan konseling)
Bagan 5. Alur Pelayanan bagigiziODHA di Puskesmas Kunjungan ulangGizi untuk asuhan Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2013. Bagan 5. Alur Pelayanan Gizi bagi ODHA di Puskesmas Sumber: Kementerian Kesehatan 18 RI. 2013.
= 18 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Kunjungan ulang untuk asuhan gizi 1. ODHA sehat 2. ODHA sakit 3. ODHA sakit dengan malanutrisi
: 6 bulan sekali : 3 bulan sekali : 1 bulan sekali
AlurPelayananGizi di RumahSakit
Kunjungan untuk asuhan gizi Bagan 6.ulang Alur Pelayanan Gizi bagi ODHA di Rumah Sakit 1.Sumber: ODHA sehat : 6 bulan sekali Kementerian Kesehatan RI. 2013 2. ODHA sakit : 3 bulan sekali 3. ODHA sakit dengan malanutrisi : 1 bulan sekali Perlu Tindak Lanjut
Pasien Masuk
Rawat Inap
Monev Control Ulang
Rawat Jalan
Skrining Gizi / Rujukan Gizi
Asesmendan Diagnosis Gizi
Skrining Ulang Periodik
Pengkajian Ulang dan RTL
Penentuan Diagnosis
- Pemberian Diet - Edukasi dan Konseling
19
Intervensi Gizi: Konseling Gizi
Tidak berisiko
Skrining Gizi
Berisiko
Bagan 6. Alur Pelayanan Gizi bagi ODHA di Rumah Sakit Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2013 IntervensiGizi Tujuan Tidak Tercapai
Berisiko
Asesmen Gizi
Monitoring danEvaluasi
Bagan 6. Alur Pelayanan Gizi bagi ODHA di Rumah Sakit Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2013
19
=1919 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
C. ASUHAN dan TERAPI GIZI 1. ASESMEN GIZI
Pengkajian gizi meliputi data antropometri, data biokimia, data klinis dan fisik, data kebiasaan makan dan data riwayat makan/dietary history. Informasi yang diperoleh melalui pengkajian gizi selanjutnya dibandingkan dengan standar baku/nilai normal, sehingga dapat dievaluasi dan diidentifikasi seberapa besar masalahnya. 1.1. Pengumpulan dan pengkajian data antropometri Pengumpulan dan pengkajian data antropometri merupakan hasil pengukuran fisik pada individu. Pengukuran yang umum dilakukan adalah tinggi badan, berat badan, lingkaran lengan atas (LILA), tebal lemak, lingkar pinggang, lingkar panggul, tinggi lutut dan sebagainya. Kecepatan pertumbuhan dan kecepatan perubahan berat badan juga termasuk data yang dinilai dalam aspek ini. Dengan mengaitkan dua ukuran antropometri akan didapat indeks yang dapat memberi informasi mengenai kondisi status gizi seperti IMT (Indeks Massa Tubuh) untuk dewasa dan standar deviasi Z-score BB/PB atau BB/TB untuk anak.
Hasil pengukuran ini dapat menginterpretasikan status gizi seseorang yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan standar yang ada atau memasukkan beberapa hasil pengukuran ini ke dalam rumus penilaian status gizi tertentu. IMT (Indeks Massa Tubuh)
Digunakan untuk menentukan status gizi orang dewasa.
Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan. Rumusnya adalah :
20
= 20 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
IMT (kg/m²) =
Berat Badan (kg) Tinggi badan (m) X Tinggi Badan (m)
Tabel 7. Penilaian Indeks Masa Tubuh (IMT) Menggunakan Batas Tabel 23. Penilaian berat IMT menggunakan batas ambang Ambang IMT (kg/m²) = Berat Badan (kg) IMTIMT
< 17,0
Tinggi Kategori badan (m) X Tinggi Badan (m) Kategori
Kurus (Kekurangan berat badan tingkat berat)
< 18,5 Kurus 17,0 < 18,5 Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan) Tabel 23. Penilaian berat IMT menggunakan batas ambang 18,5 – 25,0 Normal (Kekurangan berat badan tingkat berat) Kategori 25, – 27,0IMT Gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan) 18,5-24,9 Normal > 27,0< 17,0 Obes (k elebihan berat badan tingkat berat) Kurus (Kekurangan berat badan tingkat berat)
Sumber: No 41 Tahun 2014 tentang 17,0 < 18,5Permenkes Kurus (kekurangan berat badan tingkatPGS ringan) 25,0-29,9 Kelebihan BB
18,5 – 25,0 Normal Pada ibu hamil, LiLA < 23,5 cm dapat digunakan sebagai 27,0 Gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan) ≥ 3025, –KEK, Obesitas alat penapisan Sedangkan kenaikan berat badan ibu hamil > 27,0 Obes (kelebihan berat badan tingkat berat) merupakan cermin dari pertumbuhan dan perkembangan janin. Pada Sumber : Institute Of Medicine (IOM), 2009 Permenkes No 41 Tahun 2014 tentang PGS ibu hamil, statusSumber: gizi ditegakkan berdasarkan pengukuran Lingkar lengan atas (LiLA), Pada ibu dengan hamil, parameter LiLA < sbb: 23,5 cm dapat digunakan sebagai
alat penapisan KEK, Sedangkan kenaikan berat badan ibu hamil merupakan cermin dari pertumbuhan dan perkembangan janin. Pada Tabel 8. status ibu hamilberdasarkan berdasarkan ukuran Lingkar ibuPenilaian hamil, status gizigizi ditegakkan pengukuran lengan atas (LiLA), dengan parameter sbb: lingkar lengan atas
LiLA
Klasifikasi
Tabel 8. Penilaian status gizi ibu hamil berdasarkan ukuran < 19 cm Malnutrisi berat lingkar lengan atas ≤ 19 cm sd > 22 cm Malnutrisi sedang LiLA Klasifikasi ≥ 22 cm sd < 23 cm Malnutrisi ringan < 19 cm Malnutrisi berat ≥ 23 cm Status Gizi Normal ≤ 19 cm sd > 22 cm Malnutrisi sedang ≥ 22 cm sd < 23 cm ≥ 23 cm
Malnutrisi ringan
Status Gizi Normal 21
= 21 61 = 21
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
1.2 Laboratorium
Misalnya CD4, Viral load, C-creative Protein, Fibronectin, Albumin, Prealbumin, Hemoglobin, Hematokrit, Kolesterol Total, HDL, LDL, trigliserida, Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT, Gula darah. 1.3. Klinis / fisik Misalnya tanda dan gejala kurang gizi (sesuai stadium HIV/AIDS), kehilangan massa lemak, massa otot, kekurangan cairan dan zat gizi mikro.
1.4. Riwayat gizi Meliputi pola makan, kebiasaan makan, adanya pantangan makanan (berkenaan dengan agama dan etnis), alergi makanan, intoleransi makanan, keamanan makanan dan minuman, efek samping obat ARV, masalah yang mempengaruhi nafsu makan (masalah mengunyah, mual, muntah, konstipasi, diare, rasa panas di dada), penggunaan suplemen vitamin, mineral, herbal, konsumsi alkohol dan kafein.
1.5. Riwayat personal Meliputi riwayat penyakit, riwayat keluarga, sosial ekonomi dan kebiasaan merokok dan minum alkohol..
2. DIAGNOSIS GIZI
Diagnosis gizi berbeda dengan diagnosis medis. Diagnosis medis ditentukan sesuai dengan status kesehatan yaitu berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya. Sedangkan diagnosis gizi merupakan masalah yang berkaitan dengan risiko masalah gizi yang dapat dikelompokkan menjadi tiga domain, yaitu:
2.1 Domain Asupan Masalah gizi yang umum pada ODHA dilihat dari domain asupan adalah : 1) Asupan gizi tidak adekuat 2) Peningkatan kebutuhan zat gizi 2.2 Domain Klinis Masalah gizi yang umum pada ODHA dilihat dari domain klinis adalah:
22
= 22 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
1) Kesulitan menelan, bisa terjadi akibat adanya masalah oral misalnya kandidiasis oral. 2) Kehilangan BB yang tidak diharapkan, bisa terjadi karena asupan tidak adekuat akibat peningkatan kebutuhan karena adanya infeksi dan gangguan makan.
2.3 Domain perilaku Masalah gizi yang umum pada ODHA dilihat dari domain perilaku adalah: 1) Kebiasaan makan dan minum yang tidak tepat 2) Akses terhadap makanan 3) Kurangnya pengetahuan 4) Ketidaksiapan untuk melakukan perubahan perilaku terkait gizi
3. INTERVENSI KEBUTUHAN GIZI
3.1 Kebutuhan energi
Perhitungan kebutuhan energi sesuai dengan kondisi ODHA. Resting Energi Expenditure (REE) meningkat dan peningkatan ini dapat menjadi penyebab penurunan berat badan. Faktor yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan adalah faktor penyakit, infeksi oportunistik, komorbiditas, inflamasi dan efek samping obat. Perubahan fungsi endokrin dan kurangnya asupan energi berhubungan dengan kejadian wasting. Respon dari terapi ARV berpengaruh terhadap kebutuhan energi, apabila respon terapi ARV baik maka akan menurunkan REE sehingga dapat meningkatkan berat badan sedangkan apabila respon terapi tidak baik akan menyebabkan wasting.
Ada beberapa kondisi dimana harus disesuaikan perhitungan energinya, antara lain pada ODHA dengan terapi ARV dengan peningkatan BB, Lipodistropi, intoleransi glukosa, dan obesitas. Sedangkan penetapan cara pemberian nutrisi ditentukan sesuai dengan kondisi ODHA baik secara oral, enteral maupun parenteral.
23
= 23 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel Tabel9.9.Kebutuhan Kebutuhangizi gizipada padaODHA ODHAberdasar berdasarstadium stadium Stadium Stadium11 Stadium Stadium22
Stadium Stadium33dan dan44
Kebutuhan Kebutuhanenergi energimengikuti mengikutikebutuhan kebutuhannormal normaldengan dengan memperhatikan memperhatikangizi giziseimbang seimbang Kebutuhan Kebutuhanenergi energimeningkat meningkat10% 10%dari darikebutuhan kebutuhannormal normal Kebutuhan Kebutuhan energi energi meningkat meningkat 20%-30% 20%-30% dari dari kebutuhan kebutuhannormal normal
3.2 3.2Kebutuhan Kebutuhanzat zatgizi gizimakro makro
Berdasarkan Berdasarkan diagnosis diagnosis gizi gizi kemudian kemudian dilakukan dilakukan perhitungan perhitungan kebutuhan kebutuhan
zat gizi gizi klien. klien. Hal Hal ini ini dilakukan dilakukan dalam dalam rangka rangka menetapkan menetapkan energi energi dan dan zat diet, pedoman pedoman makan, makan, makanan makanan yang yang dianjurkan dianjurkan dan dan tidak tidak preskripsi preskripsi diet, danmerencanakan merencanakanmenu menusesuai sesuaikebutuhan kebutuhanklien. klien.Pada Padapenderita penderita dianjurkan dianjurkandan gizinyadisesuaikan disesuaikandengan denganstadium stadiumpenyakitnya. penyakitnya. dengan denganHIV, HIV,kebutuhan kebutuhangizinya a.a.Protein Protein
Kebutuhan Kebutuhan protein protein berdasarkan berdasarkan proporsi proporsi energi energi adalah adalah 12-15% 12-15% dan dantingkat tingkatkecukupan kecukupanyang yangdianjurkan dianjurkanberdasarkan berdasarkanBB BBideal idealper perhari hari adalah adalah 0,8 0,8 – – 1,0 1,0 g/kg g/kg BB. BB. Kebutuhan Kebutuhan energi energi minimal minimal untuk untuk mempertahankan mempertahankan keseimbangan keseimbangan nitrogen nitrogen adalah adalah 1,4-1,5 1,4-1,5 g/kg g/kg BB. BB. Demam, Demam, sepsis, sepsis, operasi, operasi, trauma, trauma, dan dan luka luka dapat dapat meningkatkan meningkatkan katabolisme katabolisme protein, protein, sehingga sehingga meningkatkan meningkatkan kebutuhan kebutuhan protein protein sampai sampai1,5-2,0 1,5-2,0g/kg g/kgBB. BB.Perlu Perluada adaprotein proteinyang yangberasal berasaldari darisumber sumber protein protein hewani hewani dan dan nabati nabati karena karena memiliki memiliki keunggulan keunggulan dan dan kekurangan kekurangan masing-masing. masing-masing. Protein Proteinhewani hewanimempunyai mempunyaiasam asamamino amino yang yang lebih lebih lengkap lengkap dan dan mempunyai mempunyai mutu mutu zat zat gizi gizi yaitu yaitu protein, protein, vitamin vitamindan danmineral minerallebih lebihbaik, baik,karena karenakandungan kandunganzat-zat zat-zatgizi gizimudah mudah diserap diserap tubuh, tubuh, tetapi tetapi protein proteinhewani hewani mengandung mengandung tinggi tinggi kolesterol kolesterol dan dan lemak lemak kecuali kecuali ikan. ikan. Kolesterol Kolesterol dan dan lemak lemak jenuh jenuh diperlukan diperlukan tubuh tubuh terutama terutama anak-anak anak-anak tetapi tetapi bagi bagi orang orang dewasa dewasa perlu perludibatasi. dibatasi.Sedangkan Sedangkanprotein proteinnabati nabatikeunggulannya keunggulannyamengandung mengandung lemak lemak tidak tidak jenuh jenuh yang yang lebih lebih banyak, banyak, juga juga mengandung mengandung isoflavon isoflavon yaitu yaitu kandungan kandungan fitokimia fitokimia yang yang berfungsi berfungsi mirip mirip hormon hormon estrogen estrogendan dananti antioksidan oksidanserta sertaanti antikolesterol. kolesterol.
= 24 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
b. Lemak Lemak dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K serta menambah lezatnya hidangan. Konsumsi lemak dan minyak tidak lebih dari 25% kebutuhan energi dari hidangan sehari-hari. Menurut kandungannya, asam lemak dibagi menjadi lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Makanan yang mengandung lemak jenuh umumnya berasal dari pangan hewani, sedangkan lemak tak jenuh berasal dari pangan nabati.
Kebutuhan lemak berdasarkan proporsi energi dari lemak yaitu berkisar 20-25% dari total energi. Di samping itu, pada penyakit tertentu, misalnya dislipidemia, membutuhkan modifikasi jenis lemak.
Kebutuhan Lemak sedang adalah 15-20% dari kebutuhan energi total, sedangkan kebutuhan lemak rendah adalah < 10 % dari kebutuhan energi total dalam keadaan tertentu seperti : Kadar trigliserida > 400 mg/dL, pemberian lemak sangat minimal. Pada kondisi hiperlipidemia komposisi lemak sebaiknya: • Lemak jenuh maksimal 7% dari total lemak/hari • Kolesterol < 200 mg c.
Karbohidrat
Makanan pokok adalah pangan yang mengandung karbohidrat, dan biasanya juga mengandung vitamin B1 (Thiamin) dan vitamin B2 (riboflavin) dan beberapa mineral yang sangat bermanfaat untuk kesehatan. Beberapa pangan sumber karbohidrat seperti beras, jagung, singkong, ubi, talas, garut, sorgum, jewawut, sagu, dan produk olahannya. Kebutuhan karbohidrat berdasarkan proporsi energi dari karbohidrat adalah 60-75% dari total energi, atau sisa total energi setelah dikurangi energi yang berasal dari protein dan lemak. Selain jumlah, kebutuhan karbohidrat dalam keadaan sakit sering dinyatakan dalam bentuk karbohidrat yang dianjurkan. Misalnya penyakit diabetes mellitus, dislipidemia, dan konstipasi.
= 25 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
3.3 Perhitungan Kebutuhan Vitamin dan Mineral
Kebutuhan vitamin dan mineral dapat diambil dari AKG yang dianjurkan. Disamping itu dipertimbangkan sifat penyakit, simpanan dalam tubuh, kehilangan melalui urin, kulit, dan saluran cerna, dan interaksi dengan obatobatan. Untuk menjamin kebutuhan dalam keadaan tertentu vitamin dan mineral perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.
3.4 Perhitungan Kebutuhan Cairan a. seorang dewasa biasanya membutuhkan cairan antara 1,5-2 liter / hari b. berdasarkan kepada BB yaitu: dewasa muda 35-40 ml/kgBB yang diinginkan/hari dan manula 25-30 ml/kkBB yang diinginkan/hari c. pada kondisi penyakit tertentu yang membutuhkan pembatasan cairan berdasarkan penghitungan balans cairan yaitu : balans cairan = asupan (intake)- keluaran (output) asupan cairan = jumlah urin + insensible water loss (500 ml)
3.5 Preskripsi Diet
1) Preskripsi Diet atau disebut dengan batasan pengaturan makanan mencakup kebutuhan energi dan zat gizi serta zat-zat makanan lainnya merupakan aspek utama dalam asuhan gizi klien. Preskripsi Diet disusun berdasarkan diagnosis penyakit dan gizi dan dapat diresepkan oleh dokter atau ahli gizi. Preskripsi diet memberikan arah khusus kepada klien untuk merubah perilaku makannya sehingga mendapatkann kesehatan yang optimal. 2 ) Pedoman makan mencakup cara pemberian makan, bentuk dan porsi makan serta cara mengolah makanan 3) Penyusunan menu satu hari meliputi 3 kali makanan utama yaitu pagi, siang dan malam serta 2 kali snack yaitu diantara waktu makan pagi dan siang serta diantara waktu makan siang dan malam. Menu yang dipilih disesuaikan dengan preskripsi diet dan pedoman makan. 4) Bentuk Makanan
26
= 26 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Bahan Makanan Yang Dianjurkan : a) Tempe dan produknya, selain mengandung protein dan vitamin B12 juga mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah diare. b) Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai sumber energi karena mengandung MCT yang mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. MCT merupakan energi yang dapat digunakan untuk pembentukan sel. c) Wortel mengandung beta-karoten yang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh juga sebagai bahan pembentuk CD4. Vitamin E bersama dengan vitamin C dan beta-karoten berfungsi sebagai antiradikal bebas (atau disebut sebagai anti oksidan). Akibat perusakan oleh HIV pada sel-sel maka tubuh menghasilkan radikal bebas d) Brokoli, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan mencegah defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan CD4 e) Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin-vitamin neurotropik B1, B6, B12 dan zat gizi mikro yang berguna untuk pembentukan CD4 dan pencegahan anemia f) Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat dikonsumsi sebagai makanan tambahan. Lemak tersebut dalam bentuk mono unsaturated fatty acid (MUFA), berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menurunkan LDL. Di samping itu juga mengandung glutathion tinggi untuk menghambat replikasi HIV. g) Konsumsi kacang-kacangan sesering mungkin h) Konsumsi daging dan produk susu setiap hari i) Konsumsi sayuran dan buah-buahan setiap hari, lebih baik dalam bentuk jus, yang sebelumnya sudah disiram dengan air panas. j) Konsumsi gula, minyak dan garam gunakan seperlunya k) Bahan makanan sebaiknya dalam bentuk matang. Bahan Makanan yang tidak dianjurkan : a) Semua bahan makanan yang menimbulkan gas seperti: ubi jalar, kol, sawi, nangka dan durian b) Semua makanan tinggi lemak: santan kental, lemak daging dan kulit ayam 27
= 27 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
c) d) e) f)
Bumbu yang merangsang: cabe, merica, cuka Bahan makanan yang mentah seperti lalapan Buah-buahan yang masih mentah Makanan yang tidak atau kurang masak seperti sate, telur setengah matang. g) Makanan yang diawetkan dan penyedap rasa h) Minuman bersoda dan mengandung alkohol
5) Syarat diet pasien HIV Syarat diet untuk stadium 1 dan 2 a) Mengkonsumsi protein dari sumber hewani dan nabati seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang – kacang dan produk olahannya. b) Banyak makan sayur dan buah – buahan secara teratur terutama sayuran dan buah-buahan berwarna yang kaya vitamin A dan zat besi. c) Bila ODHA sudah terbiasa minum susu, teruskan, karena susu sangat baik untuk kesehatan . d) Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem) e) Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual). f) Menghindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik maupun kimia g) Menghindari rokok, kafein dan alkohol h) Makanan bebas dari pestisida dan zat – zat kimia i) Bila ODHA mendapat obat anti retroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan jadwal minum obat saat lambung kosong, saat lambung terisi, atau diberikan bersama-sama dengan makanan.
Syarat diet untuk stadium 3 dan 4 a) Mengkonsumsi protein dari sumber hewani dan nabati seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang – kacang dan produk olahannya b) Makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering c) Sayur dan buah – buahan diberikan sesuai kebutuhan
d) Rendah serat, makanan lunak/cair, jika ada gangguan saluran pencernaan 28
= 28 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
e) Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare f) Dianjurkan minum susu yang rendah lemak dan sudah dipasteurisasi; jika tidak dapat menerima susu sapi, dapat diganti dengan susu kedelai g) Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi pasien untuk memenuhi kebutuhan gizinya h) Sesuaikan syarat diet dengan infeksi oportunistik dan penyakit lain yang menyertai (TB, diare, sarkoma, kandidiasis oral) i) Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem) aroma makanan yang merangsang (untuk j) Menghindari mencegah mual) dan makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik maupun kimia k) Menghindari rokok, kafein dan alkohol l) Makanan bebas dari pestisida dan zat – zat kimia m) Dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi pemberian dosis besar (megadosis) harus dihindari karena dapat menekan kekebalan tubuh n) Bila ODHA mendapat obat anti retroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan jadwal minum obat saat lambung kosong, saat lambung terisi, atau diberikan bersama-sama dengan makanan.
Saran untuk Meningkatkan Energi a) Gunakan lemak MCT (minyak kelapa), mentega dan kacangkacangan b) Sediakan makanan kecil tinggi protein kacang-kacangan, es krim, yogurt c) Makanan utama dalam bentuk padat dan tinggi kalori : krim sup, sereal panas, ikan goreng tepung d) Makanan dan minuman seperti : salad, buah, teh manis/ minuman manis, agar – agar disajikan sebagai makanan penutup Makan secara perlahan dan nikmati secara santai.
29
= 29 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
6) Keamanan Makanan a) Bahan makanan dikemas sesuai jenisnya secara terpisah saat disimpan, terutama daging, ayam dan ikan agar tidak mengkontaminasi bahan makanan lain. b) Selalu cuci tangan sebelum dan setelah makan c) Selalu minum air yang sudah dididihkan, termasuk air kemasan/mineral d) Cuci bahan makanan dengan air bersih dan mengalir e) Sebaiknya buah dikupas dan langsung dikonsumsi f) Perhatikan nilai gizi dan tanggal kadaluarsa pada label kemasan makanan g) Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan salat dapur h) Lebih baik konsumsi makanan yang disiapkan sendiri karena lebih terjamin keamanannya. i) Hindari produk susu segar yang tidak dipasteurisasi j) Hindari konsumsi bahan makanan mentah (misalnya lalapan, salad, telur dan daging panggang setengah matang. k) Hindari makanan yang sudah berjamur atau basi l) Hindari penggunaan air panas dari dispenser karena tidak mencapai titik didih (100ºC)
3.6 Edukasi dan Konseling Gizi Ahli gizi sebagai konselor menginformasikan status gizi, data biokimia, data klinis yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan gizi pasien, kebiasaan makan, asupan energi dan zat gizi klien serta hasil diagnosis gizi. Informasi tersebut kemudian didiskusikan, menuju perubahan pola makan mengikuti perencanaan menu yang sudah disiapkan meliputi porsi makan 1 hari, distribusi porsi makan setiap waktu makan, hambatan dan alternatif perubahan pola makan yang dapat dilakukan oleh klien berkaitan dengan pola aktivitas dan gaya hidup, penggunaan daftar bahan makanan penukar, contoh menu, makanan yang boleh dan yang tidak boleh dengan menggunakan alat bantu food model, leaflet, brosur dan alat peraga lainnya.
30
= 30 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
D. MONITORING DAN EVALUASI Kementerian Kesehatan telah menetapkan lebih dari 300 RS Rujukan Bagi ODHA, sehingga akses layanan terhadap ODHA semakin mudah dan dekat. Hal ini sesuai dengan pencanangan “ access for all” oleh WHO, semua ODHA mendapat akses untuk perawatan, dukungan dan pengobatan secara komprehensif. Dengan meningkatnya akses layanan terhadap ODHA, maka dibutuhkan suatu monitoring yang mencakup klinis dan laboratorium. Pada buku ini, monitoring hanya dibatasi pada hal-hal yang terkait dengan gizi ODHA. Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon pasien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Kegiatan ini merupakan langkah dari Proses Asuhan Gizi Terstandar/Proses Terapi Gizi dan bukan sekedar kegiatan mengamati apa yang terjadi saja. Indikator hasil yang diamati dan dievaluasi harus mengacu pada kebutuhan pasien, diagnosis gizi, tujuan intervensi dan kondisi penyakit. Sedangkan waktu pengamatan dari masing-masing indikator sesuai dengan rujukan yang digunakan. Monitoring dan evaluasi pasien HIV meliputi : 1. Monitoring Klinis 2. Monitoring laboratorium 3. Monitoring asupan makan 4. Monitoring masalah lain yang ada pada saat pengkajian gizi
1. MONITORING KLINIS
Adalah suatu kegiatan, dimana ODHA diperiksa secara teratur dan diminta untuk memberitahukan setiap gejala klinis (anemia, gangguan pencernaan, kenaikan dan lain-lain) dan tanda yang ada hubungannya dengan penyakitnya atau pengobatannya, termasuk monitoring berat badan. Dalam monitoring klinis diperlukan formulir medis yang baku dan register, termasuk sistem rujukan pasien.
Penimbangan berat badan untuk anak dilakukan setiap hari, sementara untuk orang dewasa dilakukan seminggu sekali atau disesuaikan dengan kondisi klinis ODHA. Hal ini berguna untuk memonitor respons pengobatan dan intervensi gizi yang diberikan. Tidak adanya perubahan kenaikan berat 31
= 31 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
badan mungkin merupakan pertanda adanya kegagalan pengobatan dan intervensi gizinya.
Penentuan status gizi berdasarkan kelompok umur: a. bayi dan balita ditentukan menggunakan baku standar WHO 2005.
b. anak sampai usia 15 tahun menggunakan BB/TB dengan Z score, c. remaja 15-18 tahun dengan menggunakan IMT (Index Massa Tubuh) dibandingkan dengan umur dan dewasa menggunakan IMT.
Indikator keberhasilan : : kenaikan BB 5gr/ kg BB/ hari atau 50 gr/ kgBB/minggu. Anak Dewasa : mempertahankan BB pada saat didiagnosa tidak turun > 5% 2. MONITORING LABORATORIUM
Adalah serangkaian pemeriksaan yang umumnya berhubungan dengan pemeriksaan darah yang meliputi kadar hemoglobin, hematokrit, kadar gula darah, SGOT, SGPT, kadar albumin, ureum, kreatinin, elektrolit (Na, K, Cl), kadar kolesterol, trigliserida, sistem imun, virologi, efek samping obat ARV dan resistensi obat. Pemeriksaan laborotarium yang berkaitan dengan gizi adalah sebagai berikut : a. Hemoglobin Pemeriksaan ini penting sekali untuk memeriksa anemia. Anemia paling sering terjadi pada penggunaan zidovudine (ZDV), yang biasanya terjadi pada minggu pertama, akan tetapi dapat terjadi secara perlahanlahan beberapa bulan kemudian. Jika Hb < 7 g/ dl, pertimbangkan untuk mengganti obat dan intervensi dan konseling gizi untuk meningkatkan kadar hemoglobin.
b. Hematokrit Apabila hasil pemeriksaan hematokritnya tinggi meningkat ≥ 20%, berarti ada indikasi dehidrasi.
c. Hiperglikemia dan resistensi insulin Kadar gula darah yang tinggi akibat resistensi insulin dapat menyebabkan diabetes, yang biasanya terjadi pada penggunaan PI, dengan prevalensi 3-17%. Rata-rata 5% kasus terjadi setelah pengobatan 5 tahun, walaupun pernah dilaporkan terjadi setelah 2 bulan pengobatan.
= 32 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
d. Gangguan fungsi liver Peningkatan SGPT, SGOT dan keluhan hepatitis (ikterus, anoreksia, kencing berwarna teh tua) dapat terjadi pada penggunaan semua ARV dan paling sering terjadi jika terdapat koinfeksi hepatitis B atau hepatitis C. Pemeriksaan tes fungsi hati ini untuk melihat tanda dini kerusakan hati, yaitu melalui adanya enzim dalam darah yang dilepaskan oleh hati. Dikatakan hepatotoksisitas jika terdapat: peningkatan SGOT atau SGPT 3 X dari nilai normal tertinggi dan ada gejala atau peningkatan SGOT dan SGPT 5 X dari nilai normal tertinggi.
e. Status gizi dapat diketahui melalui pemeriksaan albumin darah.
f. Gangguan fungsi ginjal Obat jenis Tenovofir dapat menyebabkan gangguan ginjal yang dalam beberapa keadaan dapat dicegah dengan minum air yang banyak sepanjang hari. Pemeriksaan fungsi ginjal yang dilakukan adalah ureum dan kreatinin. g. Dislipidemia Protease inhibitor paling sering menyebabkan dislipidemia, yaitu peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah. Kelainan tersebut biasanya timbul setelah lebih dari 6 bulan penggunaan obat ARV.
3. MONITORING ASUPAN MAKANAN
Monitoring asupan makan mencakup: jumlah, jadwal dan jenis makanan menggunakan anamnesa diet dan analisis diet. Anamnesa diet terdiri dari recall 24 jam dan catatan pola makan untuk mengetahui jumlah dan komposisi makanan, pola makan sehingga dapat dilakukan analisis untuk peningkatan kualitas dan kuantitas diet ODHA. Asupan makanan, minimal 80% dari kebutuhan /orang/ hari. Asupan dikatakan baik bila dapat menghabiskan > 80 %, kurang 51-80% dan buruk bila < 51%. (Gibson, 2005). Pada ODHA dengan masalah asupan makanan monitoring dilakukan setiap hari, yang meliputi jumlah makanan yang dikonsumsi dan daya terima terhadap makanan yang diberikan. 33
= 33 =
Hipertensi
KONDISI Kehilangan Berat Badan
Mencapai tekanan darah normal dan mencegah atau memperlambat terjadinya komplikasi melalui intervensi gizi.
TUJUAN - Meningkatkan berat badan mencapai berat badan ideal. - Mencapai asupan makanan yang cukup, baik gizi makro maupun mikro. - Secara keseluruhan meningkatkan kualitas hidup.
= 34 = 34
INTERVENSI Penekanan dengan menjaga asupan gizi yang cukup untuk mencegah kehilangan berat badan lebih lanjut dan mengatasi malnutrisi, dengan cara : - Pada ODHA dengan malnutrisi sedang (IMT 16 – 18,5 kg/m2), diberikan suplemen makanan dalam bentuk makanan selingan yang padat kalori. - Pada ODHA dengan malnutrisi berat (IMT < 16 kg/m2), diberikan makanan Theurapeutic dapat berupa Formula 100 atau formula lain yang nilai gizinya sebanding. Strategi pemberian makan : Makan secara teratur, berikan makanan selingan diantara waktu makan. Secara keseluruhan meningkatkan asupan gizi makro dan mikro dengan menambah besar porsi makan dan snack. Hindari konsumsi berlebihan makanan yang berenergi rendah seperti minuman ringan, kopi, teh. Konsumsi makan yang berfortifikasi. Memberikan energi sesuai dengan kebutuhan, apabila ada kelebihan berat badan sesuaikan energi dengan rencana penurunan berat badan. Meningkatkan asupan buah dan sayuran, susu rendah lemak dan menurunkan asupan lemak jenuh. Membatasi asupan natrium, tidak lebih dari 2,4 gr natrium atau 5-6 gr garam dapur.
Tabel 10. Pelayanan Gizi ODHA dengan kondisi khusus
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Kelebihan berat badan/obesitas
KONDISI Diabetes melitus
TUJUAN - Mencapai dan menjaga kadar gula darah, kadar lemak tubuh dan tekanan darah dalam batas normal. - Mencegah dan memperlambat laju perkembangan komplikasi kronik melalui modifikasi asupan gizi dan gaya hidup. - Mencapai dan menjaga berat badan normal - Menjaga asupan makan yang cukup - Mengurangi faktor resiko penyakit jantung dan diabetes - Secara keseluruhan meningkatkan kualitas hidup
= 35 = 35
- Penekanan pada hubungan antara overweigt/obesitas dan faktor resiko lain seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes, dan komplikasi metabolik lainnya. - Kurangi berat badan secara bertahap sesuai dengan toleransi. - Mendorong untuk melakukan aktifitas fisik - Jaga keseimbangan dan variasi diet serta anjuran makan sehat. - Minum air putih yang banyak, minimal 2 liter. - Melakukan aktifitas fisik yang rutin setidaknya 3 kali setiap minggu. - Modifikasi gaya hidup
INTERVENSI - Untuk pemberian diet mengikuti syarat diet diabetes mellitus. - Edukasi dan konseling gizi sangat dibutuhkan dan pada pelaksaanaannya klien diikutsertakan dalam menentukan kebutuhan gizi, anjuran prinsip 3 J (jumlah, jenis dan jadwal), aktifitas fisik, target berat badan yang dianjurkan. - Anjuran diet harus memperhatikan kondisi sosial dan ekonomi klien.
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lipodistropi
KONDISI Dislipidemia
TUJUAN - Menjaga asupan makanan yang seimbang. - Mengoptimalkan profil Lipid puasa. - Mengurangi fator resiko penyakit kardiovaskuler dan diabetes. - Menjaga berat badan ideal. - Meningkatkan status gizi. - Secara keseluruhan meningkatkan kualitas hidup. - Menjaga asupan gizi seimbang - Mencegah perubahan bentuk tubuh - Mengurangi lemak viseral - Mengatur agar kadar gula darah tetap normal - Mencapai berat badan normal
36
INTERVENSI - Keseimbangan asupan makanan dan aktifitas fisik untuk menjaga berat badan ideal dan olah raga secara teratur - Konsumsi makanan yang kaya sayur, buah, diet tinggi serat. - Konsumsi ikan dan produk olahannya sebagai sumber protein hewaninya. - Batasi konsumsi lemak jenuh <7% dari energi, minyak trans <1% dari Energi, dan kolesterol <300 mg/hari dengan : • Memilih daging tanpa lemak • Pilih produk susu bebas lemak atau rendah lemak (skim). • Kurangi penambahan gula pada minuman dan makanan, pilih dan persiapkan makanan dengan sedikit/tanpa garam - Hindari minuman beralkohol & tidak merokok - Konsumsi energi yang seuai dengan kebutuhan dengan pola gizi seimbang - Sumber karbohidrat dari beras, jagung, biji-bijian, susu, buah dan sayuran. - Sumber protein untuk membentuk dan meningkatkan masa otot dengan mengkonsumsi produk susu, daging, ikan telur dan kacang – kacangan. - Sumber lemak yang terdiri dari MUFA dan PUFA yaitu dari bahan makanan minyak zaitun, minyak jagung, minyak kacang, selai kacang, kacang mete, alpukat, almond, kedelai, minyak kedelai, ikan tuna. - Anjuran untuk olah raga sesuai dengan kemampuan fisik.
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
= 36 =
= 37 =
-
-
-
-
TUJUAN menjaga asupan zat gizi yang cukup Mengurangi resiko kehilangan berat badan Mencapai berat badan yang ideal Mencapai dan menjaga status gizi baik,secara keseluruhan Meningkatkan kualitas hidup.
Sumber: Nelms M, Sucher K, Long S. 2007.
KONDISI Anoreksia
-
-
-
-
-
-
-
37
INTERVENSI Menjaga asupan zat gizi yang adequate untuk mecegah kehilangan berat badan dan malnutrisi Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering (PKTS) setiap 2-3 jam untuk menjaga asupan energi Berikan makanan dan cairan yang mengandung tinggi kalori dan protein Mencegah energi rendah atau diet dengan nilai gizi yang rendah Makan selama nafsu makan masih baik Batasi bahan makanan yang mengurangi nafsu makan seperti tembakau, kafein, obat-obat terlarang, Gunakan perasa makan dan aroma untuk meningkatkan nafsu makan Anjurkan pemberian multivitamin Berikan edukasi gizi terutama pada pasien rawat jalan yang akan menjalankan dietnya di rumah
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BAB BAB IV. IV. TATALAKSANA GIZI BAGI HAMIL, MENYUSUI, MENYUSUI, TATALAKSANA GIZI BAGI IBU IBU HAMIL, BAYI BAYI DAN DAN ANAK-ANAK ANAK-ANAK Untuk yang optimal optimal pada pada ODHA ODHA Untuk mencapai mencapai status status kesehatan kesehatan yang diperlukan pelayanan medis dan pelayanan gizi secara sinergis sehingga diperlukan pelayanan medis dan pelayanan gizi secara sinergis sehingga kesehatan secara optimal optimal. . kesehatanODHA ODHAdapat dapatdiperbaiki diperbaiki dan dan dipertahankan dipertahankan secara A.A. IBU IBUHAMIL HAMILDENGAN DENGAN HIV HIV
Kebutuhan HIV/AIDS pada pada dasarnya dasarnya Kebutuhan energi energi pada pada Ibu Ibu hamil hamil dengan dengan HIV/AIDS sama dengan orang dewasa, hanya ada penambahan kalori tertentu sesuai status sama dengan orang dewasa, hanya ada penambahan kalori tertentu sesuai status gizinya. Disarankan untuk menambahkan multi mikronutrien dalam makanan gizinya. Disarankan untuk menambahkan mikronutrien dalam makanan seperti mengandung Fe, Fe, Ca, Ca, dan dan asam asam sepertisumber sumberbahan bahan makanan makanan yang yang banyak mengandung folat. suplementasi vitamin vitamin folat. Perlu Perlu diperhatikan diperhatikan ibu ibu hamil hamil tidak boleh menerima suplementasi AAlebih lebihdari dari10.000 10.000IU IU.. Tabel Energi yang yang dianjurkan dianjurkan Tabel11. 11. Kebutuhan KebutuhanPenambahan Penambahan Energi dari Total Energi selamakehamilan kehamilandan danmenyusui menyusui selama StatusGizi GiziIbu IbuHamil Hamil Status
Penambahan Kalori Kalori
Ibuhamil hamilODHA ODHAStatus Statusgizi gizi Ibu
180 Kkal Kkal pada ibu hamil ODHA 180 ODHA Trimester Trimester11
Ibuhamil hamilODHA ODHAdengan dengan Ibu
Kebutuhan ODHA ODHA dewasa Kebutuhan dewasa ++ koreksi koreksi IO IO(20-30%) (20-30%)
baik baik
infeksioportunistik oportunistik infeksi
Ibuhamil hamilODHA ODHAKEK KEK Ibu
300 Kkal Kkal pada ibu hamil ODHA 300 ODHA Trimester TrimesterIIIIdan danIII III
Kebutuhan ODHA ODHA dewasa Kebutuhan dewasa ++ 500 500 Kkal Kkal ++koreksi koreksiIO IO (20-30%) (20-30%)
= 38 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Kondisi Kondisiibu ibuhamil hamil
Penambahan Penambahan
Asymtomatik Asymtomatik
+ 10% ++ 180 180 Kkal Kkal(trimester (trimester1)1)
Symptomatic Symptomatic
+ 20 – 30% 30% ++ 500 500Kkal Kkal(0-6 (0-6bulan) bulan)
+10% + 300 300 Kkal Kkal(trimester (trimester22dan dan3)3) + 20-30% 20-30% ++ 550 550Kkal Kkal(7-12 (7-12bulan) bulan)
Tabel Tabel12. 12.Rekomendasi RekomendasiKenaikan Kenaikan BB selama kehamilan kehamilanpada padaODHA ODHA Kategori Kategori IMT IMT Sebelum Sebelum IMT IMT<< 18,5 18,5
Total Total kenaikan (Kg)
IMT IMT ≥≥3030
5,0-9,8
IMT IMT18,5-24,9 18,5-24,9 IMT IMT25-29,9 25-29,9
12,7-19,5
11,3-17,1
6,8-12,2
Sumber Sumber: :Institute Institute of of Medicine, Medicine, 2009.
Peningkatan Peningkatan BB/minggu BB/minggupada pada TMS TMSkedua keduadan dantiga tiga(kg) (kg) 0,45 0,45 0,45 0,45
0,0,2727 0,23 0,23
Hal-hal Hal-halpenting pentingyang yangharus harus diperhatikan diperhatikan ibu hamil hamil dengan denganHIV/AIDS HIV/AIDS 1.1. Ibu Ibuhamil hamil dengan dengan HIV/AIDS HIV/AIDS perlu mengetahui mengetahui bahwa bahwa berat beratbadan badan yang yangrendah rendah serta serta kekurangan kekurangan zat gizi selama selama kehamilan kehamilanterutama terutama protein, protein, vitamin vitamin dan dan mineral selama kehamilan kehamilan meningkatkan meningkatkan risiko risiko ibu ibu untuk untuk mengalami mengalami penyakit penyakit infeksi infeksi yang yang dapat dapat meningkatkan meningkatkan kadar kadar HIV dalam darah darah ibu ibu sehingga sehingga menambahkan menambahkan risiko risiko penularan penularan pada bayi. bayi. 2.2. Pemantauan Pemantauan kenaikan kenaikan berat badan dilakukan dilakukan bersamaan bersamaan dengan dengan pemeriksaan pemeriksaantumbuh tumbuh kembang kembang janin. 3.3. Ibu Ibu hamil hamil dengan dengan HIV/AIDS HIV/AIDS perlu mengetahui mengetahui IMS, IMS, atau atau sifilis, sifilis, infeksi infeksiorgan organ reproduksi, reproduksi, malaria dan tuberkulosis tuberkulosis karena karenaberisiko berisiko meningkatkan meningkatkankadar kadar HIV HIV dalam darah ibu ibu sehingga sehinggarisiko risikopenularan penularan terhadap terhadapbayi bayilebih lebih besar. besar. 39
= 39 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
4. Masalah payudara misalnya puting lecet, mastitis dan abses pada payudara akan meningkatkan risiko penularan HIV melalui pemberian ASI 5. Ibu hamil dengan HIV/AIDS perlu mendapatkan konseling untuk membantu mereka membuat keputusan apakah ingin memberikan memberikan ASI ekslusif atau susu formula kepada bayinya. 6. Sesuai anjuran dari WHO, Ibu harus memilih antara ASI ekslusif atau susu formula saja bukan mixed feeding. Mixed feeding memiiki risiko tertinggi untuk terjadinya penularan HIV kepada bayi. Hal ini karena susu formula adalah benda asing yang dapat menimbulkan perubahan mukosa dinding usus dan mempermudah masuknya HIV yang ada dalam ASI ibu ke aliran darah bayi. B. IBU MENYUSUI DENGAN HIV
Kebutuhan energi pada Ibu menyusui dengan HIV/AIDS pada dasarnya sama dengan orang dewasa, hanya ada penambahan kalori tertentu berdasarkan waktu menyusui dan infeksi oportunistik yang menyertainya. Tabel 12. Kebutuhan energi Ibu menyusui dengan HIV/AIDS Waktu menyusui dan kondisi ibu Kebutuhan Energi Asimptomatis +10% + 500 Kkal (0-6 bulan) + 10% +550 Kkal (7-12 bulan) Simtomatis + 20-30% + 500 Kkal (0-6 bulan) +20-30% +550 Kkal (7-12 bulan)
Sebelum memutuskan untuk memberikan ASI kepada bayinya, ibu harus mendapatkan konseling mengenai risiko penularan HIV sejak sebelum persalinan. Pengambilan keputusan dapat dilakukan oleh ibu/keluarga setelah mendapat informasi dan koseling secara lengkap. Pilihan yang diambil haruslah antara ASI saja atau susu formula saja (bukan mixed feeding). Pilihan apapun dari ibu harus diberikan dukungan. 40
= 40 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Hal-hal penting yang harus diperhatikan ibu ODHA yang menyusui 1. Ibu dan keluarga harus diberikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi mengenai cara mengolah dan menyajikan susu dan makanan. 2. ASI yang tidak eksklusif (ASI bersama dengan susu atau makanan lain) meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada bayi. 3. Masalah payudara misalnya puting lecet, mastitis dan abses pada payudara akan meningkatkan risiko penularan HIV melalui pemberian ASI. 4. Menggunakan ASI donor dari wanita yang HIV negatif dapat menjadi alteratif jika ibu ingin bayinya tetap mendapatkan ASI 5. Jika menggunakan ASI pengganti donor dari wanita yang HIV negatif maka dianjurkan untuk memanaskan ASI (minimal 660C) nya untuk mematikan virus HIV 6. Membersihkan tangan dengan air dan sabun sebelum menyiapkan makanan 7. Membersihkan peralatan makan dengan cara merebus sampai mendidih sebelum menggunakannya 8. Hindari menyimpan susu atau makanan yang telah dimasak. 9. Apabila ibu memutuskan untuk sama sekali tidak memberikan ASI Pemberian susu formula bagi bayi yang negatif atau tidak diketahui status HIV nya harus memenuhi persyaratan AFASS (AFFORDABLE = terjangkau, FEASIBLE = mampu laksana, ACCEPTABLE = dapat diterima, SUSTAINABLE = berkesinambungan, SAFE = aman). Pemenuhan AFASS ditandai dengan : a. Rumah tangga dan masyarakat yang memiliki jaminan atas akses air bersih dan sanitas yang baik b. Ibu atau keluarga sepenuhnya mampu menyediakan susu formula dalam jumlah cukup untuk mendukung tumbuh kembang anak c. Ibu atau keluarga mampu menyiapkan susu formula dengan bersih dan frekuensi yang cukup sehingga bayi aman dan terhindar dari diare dan malanutrisi d. Ibu atau keluarga dapat memenuhi kebutuhan susu formula secara terus menerus sampai bayi berusia 6 bulan e. Keluarga mampu memberikan dukugan dalam proses pemberian susu formula yang baik 41
= 41 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
f.
Ibu dan keluarganya dapat mengakses pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi bayinya Apabila syarat tersebut terpenuhi maka susu formula dapat diberikan dengan cara penyiapan yang baik . 10. Setelah memilih pemberian susu formula maka bayi sepenuhnya diberikan susu formula sehingga secara berangsur produksi ASI akan terhenti secara berangsur. Sementara menunggu terhentinya produksi ASI untuk menghindari mastitis pada payudara ibu, ASI diperah dengan frekuensi yang dikurangi secara bertahap sampai produksi ASI terhenti. ASI perah tersebut tidak diberikan pada bayi. 11. Apabila bayi telah berusia 6 bulan dan ibu akan menggantikan dengan susu formula, maka persyaratan AFASS harus terpenuhi. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi, maka ibu tetap memberikan ASI. C. BAYI DAN ANAK DENGAN HIV
Bayi yang terbukti positif HIV, umumnya mempunyai berat lahir rendah. Bayi yang terbukti HIV positif biasanya akan mengalami kenaikan berat badan dan panjang badan yang tidak adekuat. Hal ini mencerminkan adanya suatu proses kronik yang dapat berakibat terjadinya gagal tumbuh. Keadaan ini disebabkan karena interaksi infeksi HIV dan adanya penyakit penyerta (misalnya TB) serta asupan makro dan mikronutrien yang tidak adekuat. Kebutuhan energi pada bayi dan anak menyesuaikan dengan usia dan ditingkatkan sesuai dengan gejala, yaitu: Tabel 14. Kebutuhan Energi Bayi Kondisi Asimtomatis Simtomatis Simtomati + penurunan BB
Kebutuhan Energi + 10% + 20 – 30% +50 – 100%
1. BAYI 0-6 BULAN Makanan terbaik untuk anak usia 0-6 bulan adalah ASI, maka dari itu ibu dengan bayi positif HIV harus diberikan pendampingan dan 42
= 42 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
konseling mengenai pemilihan cara pemberian makanan untuk bayinya dan dijelaskan mengenai risiko dan manfaat masing-masing pilihan tersebut. Masalah payudara misalnya puting lecet, mastitis, abses dan lain-lain akan meningkatkan risiko penularan HIV melalui pemberian ASI. Apabila ibu memutuskan untuk tetap menyusui bayinya, maka harus diberikan secara eksklusif 0-6 bulan. Artinya hanya diberikan ASI saja, bukan mixed feeding (ASI dan susu formula bergantian). Pemberian mixed feeding ini terbukti memberikan resiko lebih tinggi terhadap kejadian infeksi daripada pemberian ASI ekslusif. 2. ANAK 6-24 BULAN Ibu juga harus diberikan petunjuk khusus dan konseling menganai pemberian makanan pada anak (PMBA) hingga anak berusia 2 tahun agar dapat tercapai asupan nutrisi yang adekuat sehingga tercapai tumbuh kembang yang optimal. PP No 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif menyebutkan bahwa bayi dari ibu diberikan ASI ekslusif sampai usia 6 bulan. P a d a panduan WHO menyebutkan bahwa bayi dari ibu HIV p o s i t f t e t a p d i b e r i k a n A S I e k s k l u s i f s a m p a i u s i a 6 b u l a n. Jika ibu memilih tidak memberikan ASI, maka sir susu tersebut dapat diberikan susu formula yang memenuhi persyaratan AFASS (lihat bahasan di makanan bayi 0-6 bulan). Sejak bayi berusia 6 bulan, pemberian ASI di gantikan menjadi susu dan untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, maka makanan padat harus segera diberikan. Susu sebagai komponen dari makanan bayi masih diperlukan, tetapi semakin lama semakin berkurang porsinya. Pada usia 6-12 bulan, susu paling banyak memenuhi setengah kebutuhan bayi, sedangkan pada usia 12-24 bulan hanya memenuhi sepertiga kebutuhan per harinya. Pada usia usia diatas 24 bulan, makanan yang diberikan sama dengan makanan keluarga, usahakan untuk menghindari makanan jajanan dan memperhatikan kebersihan. 43
= 43 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Pada anak yang sudah mengalami kurang gizi, intervensi harus segera dilakukan dan dapat lebih agresif. Pada dasarnya tata laksana gizi tersebut harus meliputi: Konseling dan edukasi gizi, untuk mencapai kecukupan gizi agar tumbuh kembang optimal dapat tercapai .
3.PADA ANAK ( > 2 TAHUN) Sekitar 90% dari anak dengan HIV positif mengalami kurang gizi. Hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya gagal tumbuh pada anak. Oleh karena itu, diperlukan tatalaksana gizi yang adekuat agar dapat mencegah terjadinya malnutrisi serta dapat memacu tumbuh kembang anak secara optimal. Pemberian makan pada anak dengan HIV positif pada dasarnya tidak berbeda dengan anak seusianya. Pemilihan bentuk dan cara makan dilakukan berdasarkan kemampuan oral dan adanya faktor lain yang mungkin menghambat, seperti misalnya atau ulserasi pada mulut atau adanya perdarahan saluran cerna. Diusahakan untuk senantiasa memberi makanan melalui oral, bila tidak dapat dipenuhi melalui oral dapat digunakan pipa oro/ nasogastrik (nutrisi enteral). Apabila terdapat infeksi kronis saluran cerna serta sindrom malabsorpsi yang berat dapat dipertimbangkan pemberian nutrisi parenteral. Pada anak gizi buruk, dilakukan tata laksana sesuai dengan tata laksana gizi buruk. Berikut beberapa saran dalam pemberian makanan pada anak:
a) b) c) d) e)
Anjuran diet berdasarkan bahan lokal yang memenuhi persyaratan Selalu mencoba nutrisi oral terlebih dahulu. Buah dicuci dengan air hangat, kupas kulitnya jika memungkinkan. Sayuran dicuci dengan air hangat dan masak hingga matang. Meningkatkan densitas kalori, dapat dengan menambahkan jenis bahan makanan yang disukai oleh anak, misalnya minyak, margarine atau mentega f) Obati penyakit penyerta. g) Melakukan pemantauan rutin tiap 2-4 minggu
44
= 44 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BAB V TATALAKSANA GIZI BAGI ODHA DENGAN TUBERKULOSIS DAN MANIFESTASI KLINIS LAIN Infeksi HIV pada stadium 2, 3 atau 4 sering disertai dengan beberapa gejala klinis dan infeksi oportunistik seperti ISPA, diare, TBC, hepatitis, dll. Berikut contoh manifestasi klinis dan gangguan gizi yang sering terjadi pada ODHA dan rekomendasinya. A. TUBERKULOSIS PADA ODHA
Pada dasarnya pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien tuberkulosis prosesnya sama dengan pasien lainnya yaitu melalui Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Dalam pengobatan pasien koinfeksi TB-HIV perlu diketahui beberapa hal diantaranya: saat pemberian OAT dan ARV, paduan obat yang tepat, efek samping OAT dan ARV, kemungkinan timbulnya reaksi sindrom pulih imun, monitoring yang baik dan teliti, serta meyakinkan kepatuhan pasien dan mampu menatalaksana pasien yang kepatuhannya buruk. Prinsip pengobatan TB-HIV adalah OAT disegerakan dan ARV diberikan dalam waktu 2-8 minggu setelah toleransi OAT baik tanpa melihat nilai CD4. Pemberian OAT pada pasien Tuberkulosis dengan HIV sama dengan pasien Tuberkulosis umumnya. INTERAKSI OAT DENGAN ASUPAN MAKANAN 1. INH Absorpsi INH akan berkurang apabila pemberiannya diberikan bersamaan dengan makanan oleh sebab itu sebaiknya INH dikonsumsi sebelum atau 2 jam setelah makan. Pemberian INH sebaiknya disertai dengan suplementasi vitamin B6 sehubungan adanya gangguan metabolisme energi pada defisiensi vitamin B6 dan untuk mencegah neuritis. Pemakaian INH akan mengganggu metabolisme vitamin D, serta dapat menurunkan absorpsi kalsium dan fosfor. INH dapat menyebabkan gangguan gastroinstestinal, drug induced hepatitis atau hepatitis imbas obat dengan keluhan mual muntah dan kuning (jaundice). Kejadian diatas akan meningkat pada kelompok risiko usia lebih dari 65 tahun, pengguna alkohol, kehamilan, dan lain-lain.
45
= 45 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
2. 3. 4 5.
a. b.
Rifampisin Rifampisin dapat menyebabkan anoreksia, gangguan gastro intestinal, bersifat hepatotoksik dan dapat menyebabkan drug induced hepatitis. Pirazinamid Pirazinamid dapat menyebabkan anoreksia, mual, muntah, bersifat hepatotoksik dan dapat menyebabkan drug induced hepatitis. Etambutol Etambutol dapat menyebabkan mual, namun dapat diberikan dengan atau bersama makanan, tetapi pemberiannya tidak bersamaan dengan obat antasida. Obat Anti Tuberkulosis Lini Kedua (OAT untuk TB-MDR), Paraaminosalisilic acid: Paraaminosalisilic acid bersama yogurt, juice tomat, jeruk dan apel akan meningkatkan bioavaibilitas dalam bentuk granul, memperlambat absorpsi dan mencegah efek toksik hepar. Sikloserin Sikloserin jangan diberikan bersama makanan karena dapat menurunkan absorpsi terutama makanan yang berlemak.
Tabel 15. Efek samping OAT yang ringan
Efek Samping Tidak ada nafsu makan, mual, gangguan lambung
Penyebab Rifampisin
Nyeri Sendi
Pirazinamid
Warna kemerahan pada air seni (urine)
Rifampisin
Kesemutan s/d rasa terbakar di kaki
Isoniasid
46
= 46 =
Penatalaksanaan Semua OAT diminum malam sebelum tidur Beri Aspirin
Beri vitamin B6 (piridoxin) 100 mg per hari. Tidak perlu diberi apa-apa, tapi perlu penjelasan kepada pasien.
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel 16. Efek samping OAT yang berat Efek Samping Gatal dan kemerahan kulit
Penyebab (kemungkinan) Semua jenis OAT
Gangguan pendengaran
Streptomisin
Ikterus tanpa penyebab lain
Hampir semua OAT
Gangguan keseimbangan
Streptomisin
Bingung dan muntahmuntah (permulaan ikterus karena obat)
Hampir semua obat
Purpura dan renjatan (syok)
Rifampisin
Gangguan penglihatan
Etambutol
47
= 47 =
Penatalaksanaan Merujuk ke Pedoman Nasional Pengendalian TB. Streptomisin dihentikan. Streptomisin dihentikan.
Hentikan semua OAT sampai ikterus menghilang. Hentikan semua OAT, segera lakukan uji fungsi hati. Hentikan Etambutol.
Hentikan Rifampisin.
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
B. MANIFESTASI KLINIS PENYAKIT DAN GANGGUAN LAIN Tabel 17. Manifestasi klinis pada ODHA MANIFESTASI KLINIS
GANGGUAN GIZI
REKOMENDASI GIZI
Anoreksia dan disfagia
Penurunan nafsu makan, kesulitan menelan karena infeksi jamur mulut (kandidiasis oral).
Diare
Kehilangan zat gizi dalam tubuh
Sesak Nafas
Asupan kalori tidak mencukupi, pasien lemah
48
= 48 =
Diet : makanan lunak, disajikan menarik, porsi kecil dan sering, minum menggunakan sedotan. Anjuran : kentalkan cairan, minuman ringan dihindari sampai selesai makan, anjuran beraktivitas, bila disfagia parah sediakan alat penghisap. Bila memakai makanan cair ijinkan pasien mencoba beberapa bahan makanan yang disenangi Diet : rendah laktosa, rendah serat, rendah lemak, dan banyak mengkonsumsi cairan, seperti oralit. Untuk gizi buruk gunakan Rehidration Solution for Malnutrition (ReSoMAL). Anjuran : buah-buahan rendah serat, tinggi kalium dan magnesium : jus pisang, jus alpukat
Anjuran : makanan tinggi lemak MCT dan rendah karbohidrat. Makanan diberikan dalam posisi setengah tidur
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
MANIFESTASI KLINIS GANGGUAN GIZI
REKOMENDASI GIZI
Demam
Anjuran : minum lebih dari 2 liter/ hari ,Lunak dan porsi kecil tapi sering
Penurunan Berat Badan Muntah
Malabsobsi Lemak
Peningkatan pemakaian kalori dan kehilangan cairan Gangguan makan secara oral
Gangguan penyerapan lemak
49
= 49 =
Tinggi kalori protein, padat kalori, rendah serat, porsi kecil dan sering porsi kecil tapi sering, menghindari aroma makanan yang merangsang
Anjuran : sumber lemak nabati, MCT, tambahkan vitamin larut lemak
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel 17. Efek samping ARV dan rekomendasi makanan ARV NNRTI Efavirenz (EFZ)
Nevirapine (NVP) NRTI Abacavir (ABC)
Didanosine (ddi)
Efek samping meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida darah, ruam, pusing, anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia, nyeri perut, perut kembung. Mual, muntah, ruam, demam sakit kepala, reaksi kulit, kelelahan, stomatitis, perut,nyeri, mengantuk, paresthesia, hepatotoksik.
Mual, muntah, demam, reaksi alergi, anoreksia, nyeri perut, diare, anemia, ruam, hipotensi, pankreatitis, dispnea, kelemahan, insomnia, batuk, sakit kepala. Anoreksia, diare, mual, muntah, nyeri, sakit kepala, lemah, insomnia, ruam, kering mulut, hilangnya rasa, sembelit, stomatitis, anemia, demam, pusing, pankreatitis.
Lamivudine Anoreksia, diare, mual, muntah, (3TC) nyeri, sakit kepala, lemah, insomnia, ruam, mulut kering, hilangnya rasa, sembelit, stomatitis, anemia, demam, pusing, pankreatitis. Stavudine Mual, muntah, sakit kepala, pusing, (d4T) diare, sakit perut, gejala hidung, batuk, kelelahan, pankreatitis, anemia, insomnia, nyeri otot, ruam.
50
= 50 =
Rekomendasi makanan Tidak dikonsumsi bersamaan dengan makanan yang tinggi lemak.
Tidak ada pembatasan makanan Tidak ada pembatasan makanan Diminum 30 menit sebelum atau dua jam setelah makan dan hanya dengan air putih saja. Apabila dikonsumsi bersamaan dengan makanan akan menurunkan absorbsi obat. Tidak ada pembatasan makanan Tidak ada pembatasan makanan
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
ARV Tenofovir (TDF) Zidovudine (ZDV/AZT)
PI Lopinavir (LPV/r)
Efek samping Nyeri perut, sakit kepala, kelelahan, pusing. Anoreksia, anemia, mual, muntah, menekan sumsum tulang, sakit kepala, kelelahan, sembelit, dispepsia, demam, pusing, dyspnea, insomnia, nyeri otot, ruam.
Diare, perut kembung, mual, Nyeri perut, ruam. Dapat meningkatkan risiko lipodistrofi.
51
= 51 =
Rekomendasi makanan Diminum bersamaan dengan makanan Lebih baik diminum tidak bersamaan dengan konsumsi makanan, tetapi jika menimbulkan masalah pencernaan (mual), dapat diminum dengan makanan tetapi hindari makanan yang tinggi lemak. Diminum bersamaan dengan makanan atau snack ringan.
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BAB VI PENUTUP Pelayanan gizi bagi ODHA merupakan salah satu komponen yang penting dalam mendukung keberhasilan perawatan dan pengobatan pada penderita HIV/AIDS. Pada umumnya ODHA akan mengalami masalah dalam asupan makanan, yang mengakibatkan penurunan berat badan, menurunnya imunitas sehingga lebih rentan terhadap penyakit infeksi. Asuhan gizi yang adekuat pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA.
Buku Pelayanan gizi Bagi ODHA ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA. Pelayanan Gizi Puskesmas dan Pelayanan Gizi Rumah Sakit diselenggarakan mengacu pada Pedoman Kementerian Kesehatan, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan lokal. Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam ikut meningkatkan kualitas hidup ODHA.
52
= 52 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
DAFTAR PUSTAKA Almatsier S. 2004. Penuntun Diet. Gramedia. American Dietetic Association. 2008. International Dietetics & Nutrition Terminology (INDT) Reference Manual. ASDI, DPD Jawa Tengah, 2007. Peran Gizi dalam Kelangsungan Hidup Manusia. Makalah Ilmiah Nasional (PIN) ke III Tahun 2007. Castleman T, Seumo-Fosso E, Cogill B. 2004. Food and Nutrition Implications of Antiretroviral Therapy in Resource Limited Settings. Food and Nutrition Technical Assistance. Technical Note. Depkes RI. 2003. Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan Bagi ODHA. Depkes RI. 2004. KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri. Depkes RI. 2005. Pedoman Monitoring pasien untuk perawatan HIV dan Terapi antiretroviral Depkes RI. 2005. Pedoman Umum Gizi Seimbang: Panduan Untuk Petugas. Depkes RI. 2006. Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi. Depkes RI. 2007. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Buku I. Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral (Edisi Revisi). Depkes RI. 2007. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Depkes RI. 2009. Pedoman Penyelenggaraan Tim Terapi Gizi Di Rumah Sakit dePee S, Semba R. 2010. Role of nutrition in HIV infection: Review of evidence for more effective programming in resource-limited settings. Food and Nutrition Bulletin, vol. 31, no. 4 (supplement) Gibson R. 2005. Principles of Nutrition Assesment, 2nd edition. Institute of Medicine. 1990. Nutritional Care and Support for Pregnant and Lactating Women and Adolescent Girl, HIV-Guidelines IDAI. 2011. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia: Asuhan Nutrisi Pediatrik. JEN. 2008. Materi Penatalaksanaan Gizi Medis dan Paramedis JEN. 2008. Pedoman Pelatihan Perawatan dan Dukungan Gizi bagi ODHA. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang dewasa. 53
= 53 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi pada Pasien Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Gizi Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Penerapan Layanan Komprehensif HIV-IMS Berkesinambungan. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Anak di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV dan sifilis dari Ibu ke Anak bagi tenaga kesehatan. Mahan LK, Arlin MT. 2000. Krause’s Food, Nutrition & Diet Therapy. Muhilal, Fasli Jalal, Hardinsyah. 1998. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan. Widya Karya Pangan dan Gizi VI. Nelms M, Sucher K, Long S. 2007. Nutrition Therapy and Pathophysiology. Nutritional Support Service, University Malaya, Kuala Lumpur. 2000. A Practical Guide to Nutritional Support in Adult and Children. RSPI Sulianti Saroso. 2006. Pedoman Pelatihan Pelayanan Gizi terpadu pada Penderita HIV/AIDS. Semba R, dePee S, Bloem M. 2012. Integration of nutritional support with paediatric HIV care in developing countries. CAB Reviews 7, No. 057. WHO. 2004. HIV/AIDS: A Guide for Nutritional Care and Support. WHO. 2009. HIV and Infant Feeding, Revised Principles and recommendations, Rapid Advice. WHO. 2009. Nutritional care and support for people living with HIV/AIDS: a training course.
54
= 54 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 1 PERHITUNGAN KEBUTUHAN ENERGI Perhitungan kebutuhan energi adalah suatu perhitungan jumlah energi yang dibutuhkan seseorang dalam berbagai aktifitas selama 24 jam untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Ada beberapa cara untuk menetapkan perkiraan kebutuhan energi seseorang dan cara yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan klien berdasarkan penyakit yang diderita. Hal penting yang perlu dilakukan adalah memonitor dan mengevaluasi apakah konsumsinya sudah seimbang.
Harris Benedict Merupakan cara yang sering digunakan untuk menetapkan kebutuhan energi s e s e o r a n g . Rumusnya dibedakan antara kebutuhan untuk laki-laki dan perempuan Laki-laki= 66 + ( 13,7 x BB ) + ( 5 x TB ) – ( 6,8 x U ) Perempuan = 65,5 + ( 9,6 x BB ) + ( 1,8 x TB ) – ( 4,7 x U )
Faktor koreksi BEE untuk berbagai tingkat stress adalah : Stress ringan = 1,3 x BEE = 1,5 x BEE Stress sedang Stress berat = 2,0 x BEE Kanker = 1,6 x BEE
Basal Metabolik Rate dan Aktifitas Untuk menghitung perkiraan BMR seseorang digunakan berat badan sebenarnya. Secara umum BMR wanita adalah 0,9 kkal/kg BB/jam dan untuk laki-laki adalah 1,0 kkal/kg BB/jam Laki-laki = 1 x BB sebenarnya x 24 jam
Perempuan = 0,9 x BB sebenarnya x 24 jam
Selain BMR, kebutuhan energi dipengaruhi oleh tingkat aktifitas dan SDA.
SDA atau Specific Dynamic Action dari intake makanan adalah pengeluaran
energi dari efek makanan yaitu 10% dari total energi makanan.
= 55 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Aktifitas tubuh umumnya dikelompokkan menjadi 4 yaitu : Aktifitas sangat ringan = 20% x BMR Aktifitas ringan = 30% x BMR Aktifitas sedang = 40% x BMR Aktifitas berat = 50% x BMR
Kebutuhan energi total = BMR +Tingkat aktifitas +SDA
Berdasarkan Berat Badan Perhitungan kebutuhan energi untuk mengetahui Angka Metabolisme Basal (AMB) berdasarkan per kg berat badan normal atau ideal dengan memperhitungkan energi untuk aktifitas dan faktor koreksi tingkat stress karena adanya penyakit AMB = 1 kkal x BB ideal x 24 jam
Kebutuhan energi didapat dengan mengalikan AMB dengan faktor akivitas dan faktor trauma/ stress. Rumus yang digunakan adalah: Kebutuhan energi = AMB X faktor aktivitas X faktor trauma/stress
Bila seseorang memiliki berat badan kurang, maka kebutuhan energinya ditambah 500 kkalori, sedangkan bila berat badannya lebih dikurangi 500 kkalori Tabel 19. Faktor aktivitas fisik Aktivitas Sangat ringan*) Ringan**) Sedang
Berat**)
Gender
Laki-laki
Perempuan
1,65
1,55
1,30 1,76 2,10
1,30 1,70 2,00
Sumber : *) Mahan, L.K dan M.T. Arlin, 2000 **) Muhilal, Fasli Jalal dan Hardinsyah, 1998
56
= 56 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel 20. Faktor aktivitas & faktor trauma/stress dalam menetapkan kebutuhan energi No
Aktivitas
1. Istirahat di tempat tidur
2. Tidak terikat di tempat tidur
Faktor No 1.2 1.3
Jenis trauma/stress
1. Tidak ada stress, pasien dalam keadaan gizi baik
2. Stress ringan: peradangan saluran cerna, kanker, bedah elektif, trauma kerangka moderat
Faktor 1.3 1.4
3. Stres sedang: sepsis, bedah tulang, luka bakar, trauma kerangka mayor
1.5
5. Stres sangat berat: luka kepala berat, sindroma penyakit pernapasan akut, luka bakar, dan sepsis
1.7
4. Stres berat: trauma multiple, sepsis, dan bedah Multisistem
6. Luka bakar sangat berat Sumber: Nutritional Support Service. 2000
1.6
2.1
Contoh Kasus 1 Seorang pasien perempuan berobat jalan, berumur 30 tahun, mempunyai tinggi badan 158 cm dan berat badan 45 kg dengan HIV stadium I. Kebutuhan AMB: 1x 45 x 24 Jam = 1080 k kal Faktor aktifitas = 1,3. Faktor stress = 1,3 Total kebutuhan Kalori = 1080 kkal x 1,3 x 1,3 = 1823,9 (dibulatkan1850 kkal) 57
= 57 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Contoh Kasus 2 Seorang laki-laki menderita HIV stadium III dirawat di RS, berat badan 45 kg tinggi badan 165 cm. Berat badan idealnya untuk IMT Normal (19,0) adalah 1,652 X 19,0 = 51,7 kg atau dibulatkan menjadi 52 kg. Orang ini mengalami kekurangan berat badan tingkat berat. IMT: 45 / 1,652 = 16,5. Bila IMT yang diinginkan adalah 19,0 maka perhitungan kebutuhan energinya adalah sebagai berikut : - Kebutuhan AMB = 1 kkal x 52 x 24 jam= 1248 kkal - AMB x aktivitas fisik x stress = 1248 kkal x 1,3 x 1,3 = 2.109 kkal - Tambahan energi untuk menaikkan berat badan = 500 kkal - Total kebutuhan energi = 2609 kkal (Pemberian energi ini diberikan secara bertahap dan lihat kondisi pasien sampai mencapai kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk menaikan berat badannya)
Contoh Kasus 3 Laki-laki berumur 40 tahun dengan tinggi badan 165 cm dan berat badan 50 kg dengan HIV stadium I (ringan). Perhitungan kebutuhan energinya adalah: Berat badan ideal adalah 53 kg. Faktor aktivitas 1.2 Faktor stress = 1.4 (stress ringan). Kebutuhan AMB = 1 kkal X 53 kg X 24 jam = 1272 kkal. Kebutuhan Total energi adalah 1.2 X 1.4 X 1272 = 2136 kkal. Perhitungan kebutuhan protein Kebutuhan protein berdasarkan proporsi energi adalah 12-15% dan tingkat kecukupan yang dianjurkan berdasrkan BB ideal per hari adalah 0,8 – 1,0 g/kg BB. Kebutuhan energi minimal untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen adalah 1,4-0,5 g/kg BB. Demam, sepsis, operasi, trauma, dan luka dapat meningkatkan katabolisme protein, sehingga meningkatkan kebutuhan protein sampai 1,5-2,0 g/kg BB. Sebagian besar pasien yang dirawat membutuhkan 1,0-1,5 g protein/kg BB. 58
= 58 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Perhitungan Kebutuhan Lemak Kebutuhan lemak b e r d a s a r k a n proporsi energi dari lemak yaitu berkisar 20-25% dari total energi dengan rasio lemak tidak jenuh:lemak jenuh (2 : 1). Kebutuhan lemak dalam keadaan sakit bergantung jenis penyakit, yaitu lemak sedang atau lemak rendah. Di samping itu, pada penyakit tertentu, misalnya dislipidemia, membutuhkan modifikasi jenis lemak. • Kebutuhan Lemak sedang 15-20% dari kebutuhan energi total • Kebutuhan lemak rendah < 10 % dari kebutuhan energi total • Dalam keadaan tertentu seperti kadar trigliserida > 400 mg/dL, pemberian lemak sangat minimal
Perhitungan Kebutuhan Karbohidrat Kebutuhan karbohidrat berdasarkan proporsi energi dari karbohidrat adalah 6075% daritotal energi, atau sisa total energi setelah dikurangi energi yang berasal dari protein dan lemak. Selain jumlah, kebutuhan karbohidrat dalam keadaan sakit sering dinyatakan dalam bentuk karbohidrat yang dianjurkan. Misalnyapenyakit diabetes mellitus, dislipidemia, dan konstipasi membutuhkan serat tinggi (30-50 g/hari), sedangkan diare membutuhkan serat rendah (<10 g/hari).
Perhitungan Kebutuhan Mineral dan Vitamin Kebutuhan mineral dan vitamin dapat diambil dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yag dianjurkan. Disamping itu, dipertimbangkan sifat penyakit, simpanan dalam tubuh, kehilangan melalui urin, kulit atau saluran cerna, dan interaksi dengan obat-obatan. Untuk menjamin kebutuhan, dalam keadaan tertentu, vitamin dan mineral perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.
Perhitungan Kebutuhan Cairan Seorang dewasa biasanya membutuhkan cairan antara 1,5 – 2 l/ hari Berdasarkan kepada berat badan yaitu : Dewasa muda 35 – 40 ml / kg BB yang diinginkan / hari dan manula 25 – 30 ml / kg BB yang diinginkan / hari Pada kondisi penyakit tertentu yang membutuhkan pembatasan cairan maka perhitungan cairan berdasarkan penghitungan balans cairan: Balans cairan = asupan (intake) – keluaran (output) Asupan cairan = jumlah urin + insensible water loss (500 ml)
59
= 59 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 2. STANDAR PENILAIAN STATUS GIZI Tabel 21. Kategori Ambang Batas Status Gizi Anak (0-60 Bulan) Berdasarkan Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
Indeks BB/U TB/U BB/TB atau BB/PB
Kategori Status Gizi Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Sangat Pendek Pendek Normal Tinggi Sangat kurus Kurus Normal Gemuk
Sumber : Kepmenkes Antropometri Anak
Ambang Batas Z-Score
< -3SD -3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD >2 SD < -3 SD -3 SD sampai dengan < -2SD -2 SD sampai dengan 2 SD >-2 SD < -3SD -3 SD sampai dengan < -2SD -2 SD sampai dengan 2 SD >2 SD
1995/MENKES/SK/XII/2010
tentang
Standar
Tabel 22. Klasifikasi Status Gizi Pada Anak Berdasarkan LiLA LiLA Klasifikasi > 12,5 cm Normal ≤ 11,5 cm sd 12,5 cm Gizi Kurang < 11,5 cm Gizi Buruk Sumber: Buku II, Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk, 2013.
60
= 60 =
IMT (kg/m²) =
Berat Badan (kg)
Tinggi badan (m) X Tinggi Badan (m)ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI
Tabel 23. Penilaian berat IMT menggunakan batas ambang IMT < 17,0 17,0 < 18,5 18,5 – 25,0 25, – 27,0 > 27,0
Kategori Sangat Kurus (kekurangan berat badan tingkat berat) Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan) Normal Gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan) Obes (kelebihan berat badan tingkat berat)
Sumber: Permenkes No 41 Tahun 2014 tentang PGS
Pada ibu hamil, LiLA < 23,5 cm dapat digunakan sebagai alat penapisan KEK, Sedangkan kenaikan berat badan ibu hamil merupakan cermin dari pertumbuhan dan perkembangan janin. Pada ibu hamil, status gizi ditegakkan berdasarkan pengukuran Lingkar lengan atas (LiLA), dengan parameter sbb:
Tabel 8. Penilaian status gizi ibu hamil berdasarkan ukuran lingkar lengan atas LiLA < 19 cm ≤ 19 cm sd > 22 cm ≥ 22 cm sd < 23 cm ≥ 23 cm
Klasifikasi Malnutrisi berat
Malnutrisi sedang Malnutrisi ringan
Status Gizi Normal
21
= 61 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 3. FORMULIR ASUHAN GIZI DAN EVALUASI ASUHAN GIZI FORMULIR ASUHAN GIZI (DEWASA) Nama Pasien :
Jenis Kelamin :
Diagnosis Medis :
Umur :
PENGKAJIAN GIZI
Antropometri BB :
Tinggi Lutut :
kg
Biokimia
cm
TB :
cm
IMT : LLA :
kg/m²
cm
Klinik/Fisik
Riwayat Gizi Pola Makan : Asupan gizi :
Riwayat Personal
DIAGNOSA GIZI/MASALAH INTERVENSI GIZI RENCANA MONITORING DAN EVALUASI 62 Perkembangan data antropometri, Perkembangan data laboratorium yag terkait gizi, Perkembangan fisik/klinis, Perkembangan asupan makan, Perkembangan perubahan perilaku dan sikap Perkembangan diagnosis gizi
= 62 =
No. Rekam Medik
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
FORMULIR MONITORING EVALUASI ASUHAN GIZI
Nama Pasien :
Jenis Kelamin :
Umur :
No. Rekam Medik :
Diagnosis medis : Hari/Tanggal
Evaluasi
Nama/paraf
1. Perkembangan Antropometri 2. Perkembangan fisik/klinis 3. Perkembangan Data laboratorium
4. Perkembangan asupan makan 5. Perkembangan diagnosis gizi 63 Formulir Recall 24 Jam Makan pagi Makan Siang
Makan Malam Kal
Rata-rata sehari RDA* Sikap pasien terhadap diet
gr
Banyak URT
Selingan Pagi
gr
Banyak URT
Selingan Sore
Banyak gr URT Prot gr
Lemak gr
Selingan Malam
KH gr
Ca gr
Anjuran untuk memperbaiki kebiasaan makanan/menjalankan diet Tanggal
Dietisien
66
= 63 =
Fe mg
Vit A SI
Tanda tangan
gr
Banyak URT
gr
Banyak URT
gr
Banyak URT
Vit B1 mg
Vit C mg
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
FORM MONITORING STATUS GIZI ANAK Nama Pasien Rekam medik A.
RIWAYAT
: :
No.
1. Perubahan berat badan 1. Perubahan berat badan dalam 6 bln : 2. Persen perubahan berat badan :
5%
3. Perubahan berat badan dalam 2 minggu
B. HASIL PEMERIKSAAN FISIK Kehilangan lemak subkutan Kehilangan massa otot
kg A Meningkat atau menurun <
B
Penurunan 5 – 10% Penurunan > 10%
Meningkat Tidak ada perubahan Menurun
Normal
Edema Asites
Kesimpulan Status Gizi Anak : - Gizi Baik / A - Gizi Kurang ( ringan – sedang ) / B - Gizi Kurang ( berat ) / C
64
= 64 =
Ringan
Sedang
Berat
C
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Formulir Food Frequency (FFQ) INSTALASI GIZI No. Rekam Medik
POLIKLINIK GIZI
Nama
Agama
TK
PENDIDIKAN SD SMP SMA PT
Dokter yang mengirim Diet Pemeriksaan Lab./Klinik penting
KLINIK RIWAYAT GIZI Jenis L/P Umur Th.
TB
Pekerjaan
Aktivitas
cm
Berat Badan Ideal Kg
Daerah asal
Kg
Diagnosis
Tak pernah
= 65 =
Kurang 1 x i 1-2 x seminggu
Teh Manis Kopi Manis Sirop Minuman botol ringan Minuman alkohol Dll (sesuai kebutuhan)
3-6 x seminggu
Sayuran/tomat/wortel Sayuran lain Pisang Pepaya Jeruk Buah segar lain Buah diawet Susu segar Susu kental manis Susu kental tak manis Susu tepung whole Susu tepung skim Keju Minyak/goreng-gorengan Kelapa/santan Margarin/mentega
1 x sehari
Lebih 1x sehari
Tak pernah
Kurang 1 x i 1-2 x seminggu
3-6 x seminggu
1 x sehari
Lebih 1x sehari
Pengobatan Penting KETERANGAN TENTANG MAKANAN Diet sebelumnya Alergi terhadap makanan/Pantangan/Suka/tidak suka Keterangan lain POLA MAKANAN (Beri tanda x pada jawaban yang benar)
Beras Jagung Mie Roti Biskuit/kue Kentang Singkong Ubi rambat Tempe Tahu Oncom Kacang kering Ayam Daging Daging diawet Hati/Limpa/Otak/Usus/Paru 2 Telor ayam/bebek Ikan basah Ikan kering Udang basah Sayuran hijau daun Sayuran kacang-kacangan
RS Tanggal
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
= 66 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
= 67 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 5 ALTERNATIF PEMBERIAN/PENGGANTI ASI a.
ASI Perah Dipanaskan Ibu dengan HIV positif dapat mempertimbangkan untuk memberikan ASI perah yag dipanaskan pada situasi berikut: a. Jika bayi : berat lahir rendah, sakit, atau tidak bisa menyusui b. Jika ibu sakit, sementara waktu tidak dapat menyusui, atau sedang mengalami masalah pada payudara (misalnya mastitis, puting lecet) c. Bayi dalam masa persiapan penyapihan d. ARV untuk sementara waktu tidak tersedia
Ada 2 metode sederhana yaitu 1. Pemanasan ASI dengan cara cepat Letakkan ASI perah pada wadah terbuka yang berbahan gelas di dalam panci yang sudah berisi air dan panaskan panci di atas api sampai air mendidih. Matikan api bila air sudah mendidih, angkat segera ASI perah dari panci. Tutup dan biarkan ASI berangsur dingin 2. Pasteurisasi dengan cara Pretoria Rebus air dalam wadah (panci) sampai mendidih dan angkat panci, matikan apinya. Letakkan ASI perah dalam tempat yang berbahan gelas, tutup, kemudian letakkan dalam air panas yang sudah mendidih selama 20 menit, lalu angkat dan biarkan dingin. Pada prinsipnya kedua metode itu adalah sama, akan tetapi pada metode kedua, ibu perlu mengetahui dan mematuhi secara tepat waktu yang diperlukan untuk meletakkan ASI perah dalam air panas yang sudah dididihkan yaitu selama waktu 20 menit, jadi diperlukan alat bantu berupa jam. Untuk ibu yang kesulitan mematuhi waktu karena tidak mempunyai jam tangan atau jam dinding maka disarankan memilih metode yang pertama. 68
= 68 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Faktor penting untuk memberikan ASI perah yang dipanaskan secara amana adalah: 1. Akses air bersih yang ada terus menerus 2. Bahan bakar yang cukup 3. Penghasilan yang tetap yang dapat dikontrol oleh ibu 4. Kulkas jika ARV untuk sementara tidak tersedia B. DISUSUI OLEH IBU LAIN YANG TIDAK TERINFEKSI HIV
Syarat disusui oleh ibu lain yang tidak terinfeksi HIV adalah: 1. Ada permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang bersangkutan 2. Identitas dan alamat pendonor ASI diketahui dengan jelas oleh ibu/keluarga bayi yang bersangkutan 3. Persetujuan dari pendonor ASI setelah mengetahui identitas bayi yang diberi ASI 4. Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak mempunyai indikasi medis yang menjadi kontraindikasi pemberian ASI 5. ASI tidak diperjualbelikan
C. SUSU FORMULA PABRIKAN Persiapan pemberian susu formula pabrikan untuk makanan pengganti adalah sebagai berikut 1. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Pastikan semua peralatan (gelas, sendok, gelas pengukur) sudah dicuci bersih dan kering 2. Air direbus hingga mendidih seluruh permukaannya selama setidaknya 1-2 detik 3. Gelas pengukur digunakan untuk mengukur jumlah air yang diperlukan untuk mengambil dan mengukur jumlah susu formula. Untuk satu sendok susu formula dibutuhkan 30 ml air 4. Jumlah susu formula yang perlu disiapkan lalu ditambahkan air mendidih 5. Susu disiapkan hanya untuk sekali minum kecuali bila tersedia kulkas 69
= 69 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
6. Susu formula diberikan kepada bayi dengan menggunakan cangkir. Susu yang tersisa tidak diminumkan kepada bayi 7. Setelah selesai semua peralatan dicuci dengan bersih dan disimpan di dalam wadah tertutup Tabel 24. PERKIRAAN JUMLAH SUSU FORMULA UNTUK BAYI USIA BAYI 0-1 bulan 1-2 bulan 2-4 bulan 4-6 bulan
Frekuensi minum per hari 8 9 6 6
70
= 70 =
Volume susu formula tiap kali minum 60 ml (bertahap dimulai 30 ml) 90 ml 120 ml 150 ml
Bayi/Anak 0 – 6 bulan 7 – 11 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun Laki-laki 10-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 19-29 tahun 30-49 tahun 50-64 tahun 65-80 tahun 80+ tahun
Kelompok umur
Lampiran 6
142 158 165 168 168 168 168 168
61 71 91 112 130
6 9 13 19 27
34 46 56 60 62 62 60 58
TB (cm)
BB (kg)
2100 2475 2675 2725 2625 2325 1900 1525
550 725 1125 1600 1850
Energi (kkal)
56 72 66 62 65 65 62 60
12 18 26 35 49
Protein (g)
= 71 = 71
70 83 89 91 73 65 53 42
34 36 44 62 72
Total
12,0 16,0 16,0 17,0 17,0 14,0 14,0 14,0
4,4 4,4 7,0 10,0 10,0
n-6
Lemak (g)
1,2 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
0,5 0,5 0,7 0,9 0,9
n-3
289 340 368 375 394 349 309 248
58 82 155 220 254
Karbohidrat (g)
Tabel 25. Angka Kecukupan Gizi bagi Orang Indonesia 2013
30 35 37 38 38 33 27 22
0 10 16 22 26
Serat (g)
1800 2000 2200 2500 2600 2600 1900 1600
800 1200 1500 1900
Air (mL)
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BB (kg)
Perempuan 10-12 tahun 36 13-15 tahun 46 16-18 tahun 50 19-29 tahun 54 30-49 tahun 55 50-64 tahun 55 65-80 tahun 54 80+ tahun 53 Hamil (+an) Timester 1 Trimester 2 Trimester 3 Menyusui (+an) 6 bln 6 bln kedua
Kelompok umur
+20 +20
+20 +20 +20
+330 +400
+180 +300 +300
60 69 59 56 57 57 56 55
2000 2125 2125 2250 2150 1900 1550 1425
145 155 158 159 159 159 159 159
Protein (g)
Energi (kkal)
TB (cm)
= 72 = 72
+11 +13
+6 +10 +10
67 71 71 75 60 53 43 40
Total
+2,0 +2,0
+2,0 +2,0 +2,0
10,0 11,0 11,0 12,0 12,0 11,0 11,0 11,0
n-6
Lemak (g)
+0,2 +0,2
+0,3 +0,3 +0,3
1,0 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
n-3
+45 +55
+25 +40 +40
275 292 292 309 323 285 252 232
Karbohidrat (g)
+5 +6
+3 +4 +4
28 30 30 32 30 28 22 20
Serat (g)
+800 +650
+300 +300 +300
1800 2000 2100 2300 2300 2300 1600 1500
Air (mL)
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Bayi/Anak 0–6 37 7 – 11 40 1-3 40 4-6 45 7-9 50 Laki-laki 10-12 60 13-15 60 16-18 60 19-29 60 30-49 60 50-64 60 65-80 60 80+ 60
a
15 15 15 15 15 15 20 20
5 5 15 15 15 11 12 15 15 15 15 15 15
4 5 6 7 7 35 55 55 65 65 65 65 65
5 10 15 20 25 1,1 1,2 1,3 1,4 1,3 1,2 1,0 0.8
0,3 0,4 0,6 0,8 0,9 1,3 1,5 1,6 1,6 1,6 1,4 1,1 0,9
0,3 0,4 0,7 1,0 1,1
= 73 = 73
12 14 15 15 14 13 10 8
2 4 6 9 10 4,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
1,7 1,8 2,0 2,0 3,0 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,7 1,7 1,7
0,1 0,3 0,5 0,6 1,0 400 400 400 400 400 400 400 400
65 80 160 200 300
1,8 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
0,4 0,5 0,9 1,2 1,2
20 25 30 30 30 30 30 30
5 6 8 12 12
37 55 55 55 55 55 55 55
12 15 20 25 37
50 75 90 90 90 90 90 90
40 50 40 45 45
Tabel 26. Angka Kecukupan Vitamin yang dianjurkan untuk orang Indonesia (Per Orang Per Hari) Kelomp Vit Vit Vit Vit K Vit Vit Vit Vit B5 Vit B6 Fola Vit Biot Ko Vit C ok umur A D E (mc B1 B2 B3 (Panto (mg) t B12 in lin (mg) (m (mc (mg g) (mg) (mg) (mg) tenat) (mc (mcg (mc (m cg) g) ) (mg) g) ) g) g)
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Perempuan 10-12 60 13-15 60 16-18 60 19-29 50 30-49 50 50-64 50 65-80 50 80+ 50 Hamil (+an) Timeste +3 Trimest +3 Trimest +3 Menyusui (+an) 6 bln +3 6 bln +3 +4 +4
+0 +0 +0
+0 +0
+0 +0 +0
11 15 15 15 15 15 15 15
15 15 15 15 15 15 20 20
= 74 = +0 +0
+0 +0 +0
35 55 55 55 55 55 55 55
+0,3 +0,3
+0,3 +0,3 +0,3
1,0 1,1 1,1 1,1 1,1 1.0 0,8 0,7
+0,4 +0,4
+0,3 +0,3 +0,3
1,2 1,3 1,3 1,4 1,3 1,1 0,9 0,9
74
+3 +3
+4 +4 +4
11 12 12 12 12 10 9 8
+2,0 +2,0
+1,0 +1,0 +1,0
4,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
+0,5 +0,5
+0,4 +0,4 +0,4
1,2 1,2 1,2 1,3 1,3 1,5 1,5 1,5
+10 +10
+20 +20 +20
400 400 400 400 400 400 400 400
+0,4 +0,4
+0,2 +0,2 +0,2
1,8 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
+5 +5
+0 +0 +0
20 25 30 30 30 30 30 30
+7 +7
+2 +2 +2
37 40 42 42 42 42 42 42
+25 +25
+10 +10 +10
50 65 75 75 75 75 75 75
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 7 DAFTAR BAHAN MAKANAN PENUKAR GOLONGAN I (Sumber Karbohidrat) Bahan makanan ini umumnya digunakan sebagai makanan pokok. Satusatuan penukar mengandung : 40 g Karbohidrat; 4 g Protein; 175 Kalori Bahan Makanan Bengkuang Bihun Biskuit Gadung Ganyong Gambii Havermuut Jagung Segar Kentang Kentang Hitam Maizena Makaroni Mi Basah Mi Kering Nasi Beras Giling Nasi Beras 1/2 Giling Nasi Ketan Hitam Nasi Ketan Putih Roti Putih Roti Warna Coklat Singkong Sukun Talas Tape Beras Ketan Tape Singkong Tepung Tapioka
URT 2 bj bsr 1/2 gls 4 bg bsr 1 ptg 1ptg 1 ptg 5 1/2 sdm 3 bj sdg 2 bh sdg 12 bj 10 sdm 1/2 gls 2 gls 1 gls 3/4 gls 3/4 gls 3/4 gls 3/4 gls 3 iris 3 iris 1 1/2 gls 3 ptg sdg 1/2 bj sdg 5 sdm 1 ptg sdg 8 sdm75
Gram 320 50 40 175 185 185 45 125 210 125 50 50 200 50 100 100 100 100 70 70 120 150 125 100 100 50
Tepung Beras Tepung Hunkwee Tepung Sagu Tepung Singkong
8= sdm 75 10 sdm 8 sdm 5 sdm
50 50 50 50
=
Ket S++
Na+ S++ S++ S++ S+ S++ K+ PPPNa+, PNa+
Na+
K+, P-, S+ S++ S+ S++, P-
P-
Tepung Tapioka
8 sdm
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tepung Beras Tepung Hunkwee Tepung Sagu Tepung Singkong Tepung Teribu Ubi Jalar Kuning Krupuk Udang/Ikan
Keterangan : Na+ = Natrium 200-400 mg = Serat > 6 g = Serat 3-6 g
50
8 sdm 10 sdm 8 sdm 5 sdm 5 sdm 1 bj sdg 3 bj sdg
50 50 50 50 50 135 30
PS++, P-
P- = Rendah Protein S++ K+= Tinggi Kalium S+
GOLONGAN II (Sumber Protein Hewani) Umumnya digunakan sebagai lemak. Menurut kandungan lemaknya, sumber protein hewani dibagi menjadi 3 kelompok : 1.
Rendah lemak Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein; 2 g Lemak; 50 Kalori
Bahan Makanan
URT
Gram
Ket
Babat Cumi-cumi Daging Asap Daging Ayam Tanpa Kulit Daging Kerbau Dendeng Daging Sapi Dideh Sapi Gabus Kering Ikan Asin Kering Ikan Kakap Ikan Kembung Ikan Lele Ikan Mas Ikan Mujair Ikan Peda Ikan Pindang
1 ptg bsr 1 ekor kcl 1 lembar 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 ptg kcl 1 ptg sdg 1/3 ekor besar 1/3 ekor sdg 1/2 ekor sdg 1/3 ekor sdg 1/3 ekor kcl 1 ekor kcl 1/2 ekor sdg
40 45 20 40 35 15 35 10 15 35 30 40 45 30 35 25
Ko+, Pr+
= 76 =
Na+
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Ikan Segar Kepiting Kerang Lemuru Putih Telur Ayam Rebon Kering Rebon segar Selar Kering Sepat Kering Teri Kering Teri Nasi Udang Segar
1 ptg sdg 1/3 gls 1/2 gls 1 ptg 2 1/2 btr 2 sdm 2 sdm 1 ekor kcl 1 ptg sdg 1 sdm 1/3 gls 5 ekor sdg
Na+ Ko+ Pr+
Natrium 200-400 mg Tinggi Kolesterol Tinggi Purin
Keterangan
2.
40 50 90 35 65 10 45 20 20 20 20 35
Na+, Pr+
Ko+
Lemak sedang Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein;5 g Lemak;75 Kalori Bahan Makanan URT Gram Ket Bakso 10 bj sdg 170 Daging Anak Sapi 1 ptg sdg 35 Daging Domba 1 ptg sdg 40 Daging Kambing 1 ptg sdg 40 Daging Sapi 1 ptg sdg 35 Ko+ Ginjal Sapi 1 ptg bsr 45 Ko+, Pr+ Hati Ayam 1 bh sdg 30 Pr+ Hati Babi 1 ptg sdg 35 Ko+, Pr+ Hati Sapi 1 ptg sdg 35 Ko+, Pr+ Otak 1 ptg bsr 65 Ko+, Pr+ Telur Ayam 1 btr 55 Ko+ Telur Bebek Asin 1 btr 50 Telur Penyu 2 btr 60 77 Telur Puyuh 5 btr 55 Usus Sapi 1 ptg bsr 50 Ko, Pr
Tinggi lemak = 77 = Satu satuan penukar mengandung: 9 g Protein;13 g Lemak;150 Kalori Bahan Makanan
URT
Gram
Ket
Telur Puyuh Usus Sapi
5 btr 1 ptg bsr
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
55 50
Ko, Pr
Tinggi lemak Satu satuan penukar mengandung: 9 g Protein;13 g Lemak;150 Kalori Bahan Makanan
URT
Gram
Ket
Bebek Belut Corned beef Daging Ayam Dengan Kulit Daging Babi Ham Sardencis Sosis Kuning Telur Ayam Telur Bebek Telur Ikan
1 ptg sdg 3 ekor kcl 3 sdm 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 1/2 ptg kcl 1/2 ptg sdg 1/2 ptg sdg 4 btr 1 btr 1 ptg sdg
45 45 45 40 50 40 35 50 45 55 40
Pr+
Keterangan : Na+ Natrium 200-400 mg Ko+ Tinggi Kolesterol
Na+ Ko+ Ko+ Na++,Ko+, Pr+ Pr+ Na+ Ko+ Ko+
Na++ Natrium > 400 mg Pr+ Tinggi Purin
GOLONGAN III (Sumber Protein Nabati) Umumnya digunakan sebagai lauk juga. Satu satuan penukar mengandung 7 g Karbohidrat ; 5 g Protein; 3 g Lemak; 75 Kalori Bahan Makanan
URT
Gram
Ket
Kacang Hijau Kacang Kedelei Kacang Merah Kacang Mente Kacang Tanah Kacang Tanah Kupas Kacang Tolo Keju Kacang Tanah Kembang Tahu Oncom Pete Segar
2 sdm 2 1/2 sdm 2 sdm 1 1/2 sdm 2 sdm 78 2 sdm 2 sdm 1 sdm 1 lembar 2 ptg kcl 1/2 gls
20 25 20 15 15 15 20 15 20 40 55
S++ S+ S+ Tj+ S+Tj+
= 78 =
Tj+
S++
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tahu Tempe Sari Dele Bubuk
1 bj bsr 2 ptg sdg 2 1/2 gls
Keterangan : S+ Serat 3-6 g S++ Serat > 6 g Tj+ Sumber Lemak Tidak Jenuh Tunggal
110 50 185
S+
GOLONGAN IV (Sayuran)
Merupakan sumber vitamin dan mineral, terutama karoten, vitamin C, zat kapur, zat besi dan fosfor. Hendaknya digunakan sebagai campuran dari daun-daunan seperti : bayam, kangkung, daun singkong, dengan kacang panjang, buncis, wortel, labu kuning, dan sebagainya. Satu penukar adalah 100 g sayuran campur lebih kurang 1 gelas (setelah dimasak dan ditiriskan). Golongan sayuran dibagi menjadi 3 macam berdasarkan kandungan zat gizinya. 1.
2.
Sayuran A Digunakan sekehendak karena sangat sedikit sekali kandungan Kalorinya Baligo Gambas (oyong) Jamur Kuping Segar Ketimun Labu Air Lettuce Lobak Slada Slada Air Tomat
S+ S++ S+K+
S+ S++ S+K+ S+
Sayuran B Satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung 5 g Karbohidrat; 79
= 79 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
1 g Protein; 25 Kalori
Cabe Hijau Besar Caisim Daun Koro Pe-Cay Tomat Jagung Muda Kol Bawang Bombai Bayam Bit Brokoli Buncis Cabe Merah Besar Daun Bawang Daun Bluntas Daun Kacang Panjang Daun Kecipir Daun Kemangi Daun Lobak Daun Lompo Tales Daun Pakis Daun Pohpohan Sawi Seledri Taoge Kacang Hijau Terong Genjer Kangkung Jantung Pisang Kacang Buncis Kacang Panjang Kapri Muda Kecipir (buah muda)
S++ S++ S+ S+K+ S++K+ S+ S+K+ K+ K+ S+ S++ S++ S+K+ S++
S+ S++ S+ S++ S+K+ S++
S+ S+ S++K+ S+
S+
80
= 80 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
3.
Kembang Kol Kucai Labu Siam Labu Waluh Leunce Pare S++ Pepaya Muda Rebung Tebu Terubuk Wortel
S++K+ S+
K+
S+ S+K+ S+
Sayuran C Satu satuan penukar (100 g) mengandung : 10 g Karbohidrat; 3g Protein; 50 Kalori Bayam Merah S+K+ Daun Katuk S Daun Labu Siam Daun Mangkokan Daun Malinjo S++ Daun Pepaya K++ Daun Singkong S+K+ Daun Tales S+ Kacang Kapri S+ Kluwih K+ Malinjo Nangka Muda S+ Taoge Kacang Kedele
GOLONGAN V (Buah-buahan dan Gula)
Merupakan sumber vitamin terutama karoten, Vit. B1, B6 dan Vit C. Juga merupakan sumber mineral. Berat buah-buahan dalam daftara ditimbang tanpa kulit dan biji (berat bersih).Satu satuan penukar mengandung : 12 g Karbohidrat; 50 Kalori 81
= 81 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Bahan Makanan Anggur Apel Merah Apel Malang Arbei Belimbing Rambutan Sawo Salak Semangka Sirsak Srikaya Strabery Gula Madu
GOLONGAN VI (Susu)
URT 20 bh sdm 1 bh kcl 1 bh sdg 6 bh sdg 1 bh bsr
Gram 165 85 75 135 140
8 bh 1 bh sdg 1 bh sdg 2 bh sdg 1/2 gls 2 bh bsr 4 bh bsr 1 sdm 1 sdm
75 55 65 180 60 50 215 13 15
Ket S++K+ S+ K+ S++K+ S+
S+ S+ S++
Merupakan sumber protein. Lemak, karbohidrat dan vitamin (terutama Vitamin A dan Niacin), serta mineral (zat kapur dan fosfor). Menurut kandungan lemaknya, susu dibagi menjadi 3 kelompok 1. Susu tanpa lemak Satu satuan penukar mengandung 10 g Karbohidrat 7 g Protein 75 kalori Bahan Makanan
2.
Susu Skim Cair Tepung Susu Skim Yoghurt Non Fat
URT
Gram
Ket.
1 gls 4 sdm 2/3 gls
200 20 120
K+ K+ K+
Susu rendah lemak Satu satuan penukar mengandung 6 g Lemak 10 g Karbohidrat 7 g Protein 82
= 82 =
125 Kalori
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Bahan Makanan
URT
Keju 1 ptg kcl ¾ gls Susu Kambing Susu Kental tidak Manis ½ gls Susu Sapi 1 gls Tepung Susu Asam 7 sdm Yogurt Susu Penuh 1 gls 3.
Gram
Ket.
35 165 100 200 35 200
Na+Ko+ K+ K+ K+ K+ K+
Susu tinggi lemak Satu satuan penukar mengandung : 10 g Karbohidrat 7 g Protein 10 g Lemak Bahan Makanan
Susu Kerbau Tepung Susu Skim
URT Gram Ket. ½ gls 100 6 sdm 30
150 Kalori
K+ K+Ko+
GOLONGAN VII (Minyak/Lemak) Bahan makanan ini hampir seluruhnya terdiri dari lemak. Menurut kandungan asam lemaknya, minyak dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu lemak tidak jenuh dan lemak jenuh. Satu satuan penukar mengandung 5 g Lemak; 50 Kalori 1. LEMAK TIDAK JENUH Bahan Makanan
Alpukat Biji Labu Merah Kacang Almond Margarin Jagung Mayonnaise Minyak Biji Kapas Minyak Bunga Matahari
URT
Gram
Ket
1/2 bh bsr 2 bj 7 bj 1/4 sdt 2 sdm 1 sdt 1 sdt
60 10 25 5 20 5 5
S+Tj+K+
83
= 83 =
S+
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Minyak Jagung Minyak Kacang Kedelei Minyak Kacang Tanah Minyak Safflower Minyak Zaitun 2.
1 sdt 1 sdt 1 sdt 1 sdt 1 sdt
5 5 5 5 5
URT
Gram
Tj+ Tj+
Tj+
LEMAK JENUH Bahan Makanan Lemak babi 5 Mentega Santan (peras dengan air) Kelapa Keju Krim Minyak Kelapa Minyak Ini Kelapa Sawit
1 ptg kcl
1 sdm 1/3 gls 1 ptg kcl 1 ptg kcl 1 sdt 1 sdt
Keterangan : S+ Serat 3-6 g S++ Serat > 6 g Tj+ Sumber Lemak Tidak Jenuh Tunggal K+ Tinggi Kalium GOLONGAN VIII (Makanan Tanpa Kalori)
15 40 15 15 5 5
Ket
K+ K+ K K K
Mengandung kurang dari 5 g Karbohidrat dan kurang dari 20 Kalori tiap penukarnya Bahan makanan yang ada ukuran rumah tangganya dibatasi maksimal 3 penukar sehari, tetapi jangan dikonsumsi sekaligus karena dapat menyebabkan kenaikan kadar gula darah Bahan makanan yang tidak ada ukuran rumah tangganya dapat dikonsumsi lebih bebas 84
= 84 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Bahan Makanan Ket Agar-agar Air Kaldu Air Mineral Cuka Gelatin Gula Alternatif Aspartam sakarin Kecap Kopi Minuman Ringan Tanpa Gula Minuman Tonik Tanpa Gula Tauco Teh Jam Sele, rendah Gula Krim, non dairy, cair Bubuk Margarin non fat Mayonaise Permen tanpa gula sirup, tanpa gula Wijen Keterangan : Na++ K+ Pr+
Na++Pr+
Na++ Na++ K+ 2 sdt 1 sdm 1 sdm 1 sdt 1 sdm 2 sdm 2 sdm 2 sdm
Natrium > 400 mg Tinggi Kalium Tinggi Purin
85
= 85 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 8 CONTOH MAKANAN FORMULA CAIR ORAL (UNTUK ODHA DEWASA) • FORMULA 1 Nilai Gizi : Energi (kkal) : Protein (g) : Lemak (g) : Karbohidrat (g) Bahan Makanan
Susu Kedelai bubuk Havermout Margarin/Minyak Gula Pasir Mineral Mix Air FORMULA 2 Nilai Gizi : Energi (kkal) : Protein (g) : Lemak (g): Karbohidrat (g) Bahan Makanan Alpukat Wortel Tomat Apel Susu kedelai Gula Pasir Mineral Mix Air
1562.5 46.9 (12%) 45.3 (26%) 238.9 (62%) Berat (g)
URT (Ukuran Rumah Tangga)
80 100 25 100 8 1500
8 sdm 8 sdm 2½ sdm 12 sdm 1 sachet
1343.5 33.0 69.6 144.5
Berat (g)
URT (Ukuran Rumah Tangga)
225 150 300 250 150 100 8
2 bh besar 2 bh sedang 3 bh sdg 2 bh sdg 2½ sdm 10 sdm 86
= 86 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 9 FORM MONITORING ASUPAN MAKAN NAMA : Tanggal 11/11/01 Jam
a. Jumlah yang diberikan (ml)
Total
Nomor Register : Jenis Makanan : F-75 Frekuensi Pemberian : 12
kali
Jumlah Pemberian : 75 ml/pemberian
b. Jumlah c. Jumlah d. Perkiraan Jumlah pemberian lewat pemberian lewat yang dimuntahkan mulut (ml) NS, (ml) (a – jumlah sisa di jika diperlukan (ml) tempat pemberian)
Total Volume selama 24 jam =
e. Berak Cair (jika ada, ya)
jumlah pemberian lewat mulut (b) + jumlah pemberian lewat NS (c) – total jumlah yang dimuntahkan (d) = ………..ml
87
= 87 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 10 CONTOH MENU Makanan biasa untuk HIV stadium I Menu I Kalori Protein Lemak Karbohidrat PAGI 10.00 Siang
16.00
Malam
20.00
: 2305 : 66.85 : 58.77 : 337.58 Nasi Goreng ayam 120 gr ( ¾ gelas) Juice wortel + jeruk 100 gr (1 gelas) Kolak pisang 1 mangkok
Nasi 100 gr ( ¾ gelas) Daging BB Sate 50 gr (1 pot.sedang) Sop sayuran 100 gr ( 1 mangkok) Jeruk 100 gr (1 biji sedang) Slada buah ( 1 gelas) (200 cc) Cucur pisang keju 50 gr (1 porsi)
Nasi 100 gr (3/4 gelas) Perkedel Kentang 50 gr (1 potong sedang) Ikan grg BB. Tauco 50 gr (1 potong sedang) Tauge + tahu grg bumbu Nenas 100 gr ( 1 mangkok) Pisang raja 100 gr (1 bj ) Susu coklat 20 gr ( 1 gelas) Roti goreng isi daging giling 50 gr (1 porsi)
88
= 88 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Menu II Kalori : 2580,5 Protein : 66.85 Lemak : 58.77 Ha : 346.58 PAGI
10.00 Siang
16.00
Malam
20.00
Nasi Kuning 100 gr ( ¾ gelas) Ayam Goreng Bb. Lengkuas 50 gr (1 pot. Sdg ) Pisang susu 2 bj (50 gr ) Bubur jagung + Kac. Ijo 1 mangkok Fruits Punch 1 gelas
Nasi 100 gr ( ¾ gelas) Daging BB Sate 50 gr (1 pot.sedang) Tempe kripik Sop sayuran 100 gr ( 1 mangkok) Jeruk 100 gr (1 biji sedang)
Slada buah ( 1 gelas) (200 cc) Cucur pisang + keju parut 50 gr (1 porsi) Nasi 120 gr (3/4 gelas) Tempe bacem 50 gr (1 pot. sedang) Ikan balado 50 gr (1 potong sedang) Sayur Asem 100 gr ( 1 mangkok) Pisang raja 100 gr (1 bj )
Susu coklat 20 gr ( 1 gelas) Roti goreng isi daging giling 50 gr (1 porsi)
89
= 89 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Contoh Menu Makanan Lumat CATATAN: • Makanan formula dapat dibuat satu kali untuk kebutuhan sehari dengan 1 kali menghangatkan. • Simpan dalam wadah bersih dan tertutup • Jika pasien masih mau makan, dapat dibuat lagi • Formula dapat dibuat dengan tekstur yang lebih padat atau lebih cair sesuai dengan kebutuhan 1.
FORMULA TEMPE Bahan : • Tempe : 100 gr (4 potong sedang) • Terigu/ tepung beras : 40 gr (4 sendok makan penuh) • Gula : 25 gr ( 3 sendok makan rata) • Minyak goreng : 5 gr (1/2 sendok makan) • Garam beryodium dan air secukupnya Cara pembuatan : • Siapkan masing-masing bahan sesuai dengan jumlahnya • Tempe dipotong-potong, kemudian direbus 10 menit lalu dihaluskan • Semua bahan dicampur, tambahkan satu gelas belimbing air, aduk jadi satu • Kemudian dimasak di atas api kecil sambil diaduk-aduk selam kira- kira 5-10 menit. 2. FORMULA IKAN Bahan : • Tepung beras : 45 gr (7 sendok makan) atau beras 6 sdm • Daging ikan : 60 gr (130 gr ikan segar) • Gula : 20 gr ( 2 sendok makan) • Minyak goreng : 20 gr (2 sendok makan) • Pisang ambon : 100 gr (1 buah sedang) • Garam beryodium dan air secukupnya Cara pembuatan : • Siapkan masing-masing bahan sesuai dengan jumlahnya 90
= 90 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
•
•
•
Ikan dibersihkan dan dilumuri jeruk nipis + kunyit atau menggunakan daun kunyit, untuk menghilangkan bau amis. Kemudian ikan direbus dengan satu gelas belimbing air hingga matang, lalu ambil bagian daging putihnya dan hancurkan (pisahkan dari duri/ tulang ikan) Pisang direbus/dikukus/dibakar agar getahnya hilang, lalu ambil bagian putihnya (bagian tengahnya dibuang). Campurkan tepung beras dan pisang. Kemudian aduk sambil ditekan pakai punggung sendok makan sampai membentuk adonan. Campurkan ikan dan kaldunya ke dalam adonan, lalu tambah gula, minyak dan garam. Lanjutkan pemasakan sambil diaduk-aduk diatas api kecil hingga masak (5 menit)
3. FORMULA KACANG HIJAU Bahan : : 25 gr (4 sendok makan rata)/ • Tepung beras beras 3 sendok makan : 60 gr (6 sendok makan rata) • Kacang hijau • Gula : 15 gr (1,5 sendok makan rata) : 10 gr (1 sendok makan) • Minyak goreng • Garam beryodium dan air secukupnya Cara pembuatan : • Siapkan masing-masing bahan sesuai dengan jumlahnya • Kacang hijau direbus dengan empat gelas air hingga matang (30 menit) • Hancurkan dengan saringan kawat • Campurkan tepung beras, gula, minyak, garam dan air dingin sebanyak 50 cc (1/4 gelas belimbing) • Masukkan ke dalam rebusan kacang hijau yang sudah dihancurkan • Kemudian aduk menjadi satu dan lakukan pengadukan berulang-ulang di atas api kecil hingga masak (5 menit).
91
= 91 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Pengarah Ir. Doddy Izwardy, MA dr. Marina Damajanti, MKM Tim Penyusun : dr. Sulastini, MKes Dr. dr. Anie Kurniawan,MSc dr. Grace Ginting, MARS Cornelia, SKM, MSc Ir. Rr. Itje Aisah Ranida, MKes Suroto, SMK, MKM Titi Resmisari Rose Wahyu Wardani, DCN
Prof. Dr. Syamsu, SpPD dr. Paul F Matulessy, SpGK Dr. Erwin Christianto, SpGK dr. Titis Prawitasari, SpA Ineu Sariningrum Siti Fatimah dr. Inti Mujiati Prof. dr. Nurpudji Taslim, PhD, SpGK
dr. Yetty MP Silitonga Ir. Andry Harmany, MKes dr. Julina Della Rosa, SKM Retnaningsih Witrianti Lucia Pardede, MSc Hera Nurlita, SsiT, MKes
Editor dr. Marina Damajanti, MKM Ir. Mursalim, MPH Dewi Astuti, S. Gz dr. Paul F. Matulessy, SpGK dr. Yanri Wijayanti Subronto, SpPD, PhD Ineu Sariningrum Fitri Hudayani, SGz, M.Kes dr. Dian Nurcahyati Basuki, MSc, IBCLC
1
= 92 =
PT. BUANA GRAFINDO CEMERLANG website: www.buanarepro.com e-mail ;
[email protected] telp: 421 1566,428 03159