Diversifikasi Pangan dalam Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan Teknologi Pengolahan Pangan Lokal
Disusun oleh : Kelompok : 4
Desy Amita Putri
(121710101097)
Akhmad Tri Rifqi
(121710101099)
Abdul Mukit
(121710101121)
Yasinta Suci
(121710101122)
Faris Malik Ibrahim
(121710101125)
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember 2014
Abstrak
Di era globalisai globalisai masyarakat masyarakat dituntut untuk bergerak cepat, efektif, dan praktis,yang mengakibatkan perubahan budaya , dan akibat era globalisasi juga telah mengubah budaya pangan masyarakat masyarakat Indonesia. Indonesia. Dampaknya Dampaknya saat ini adalah pola konsumsi makanan yang tidak beragam. Di Indonesia sesuai dengan Undangundang No. 7 Tahun 1996 ketahanan pangan yaitu kondisi terpenuhinya terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari: (1) tersedianya pangan secara secara cukup, cukup, baik dalam jumlah jumlah maupun mutunya; (2) aman; (3) merata; dan (4) terjangkau. Diversifikasi pangan adalah suatu proses perkembangan perkembangan dalam pemanfaatan dan penyediaan pangan ke arah yang semakin beragam. Diversifikasi sangatlah penting untuk dilakukan karena merupakan salah satu upaya untuk mencapai ketahanan pangan. di Indonesia pola konsumsi konsumsi masyarakat masyarakat masih belum sesuai dengan pola pangan ideal yang tertuang dalam pola pangan harapan. Pangan lokal adalah pangan tradisional tradisional yang dihasilkan dari suatu daerah di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam makanan olahan baik makanan pokok, maupun makanan tambahan diperlukan adanya pengembangan pengembangan terhadap pangan local untuk meningkatkan kualitas, gizi, sehingga mampu bersaing dengan pangan modern yang saat ini sudah banyak banyak dijumpai dijumpai dikalangan dikalangan masyaraka masyarakat. t.
Kunci: Diversifikasi Diversifikasi pangan, ketahanan ketahanan pangan, pangan lokal, pola konsumsi konsumsi pangan pangan AKG. AKG.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisai masyarakat dituntut untuk bergerak cepat, efektif, dan praktis. Baik itu dalama bekerja maupun dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga cara berfikir masyarakatpun cenderung
mengarah
kepada
kepraktisan.
Masyarakat juga mulai meniru kebudayaan barat yang pada dasarnya berbeda bahkan beberapa bertolak belakang dengan budaya Indonesia. Indonesia. Kemajuan bangsa barat pun menambah keinginan bangsa Indonesia Indonesia untuk meniru bangsa barat. Mulai dari cara berbicara, berpakaian, bahkan juga makanan. makanan. Masyarakat Indonesia juga mulai menganggap kebudayaan tersebut sebagai sesuatu
yang wah dan keren, sehingga patut untuk diterapkan. Ekspansi pasar dari produk luar negeri sangat
gencar
di
Indonesia.
Toko
penjual
makanan cepat saji yang merupakan makanan hasil kebudayaan luar banyak di temui di Indonesia. Pengiklanan dari produk mereka uga sangat gencar di Indonesia. Sehingga masyarakat mulai beralih pada makanan tersebut dari pada makanan tradisional. Sifat konsumtif masyarakat jugalah yang menebabkan perubahan kebudayaan ini. (Hafsah,J. 2012.) Selain perubahan budaya masyarakat, akibat dari revolusi hijau pada era pemerintahan soeharto juga telah mengubah budaya pangan masyarakat Indonesia. Pada era itu masyarakat dipaksa mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok. pokok. Sedangkan Sedangkan selama ini mereka tidak hanya mengkonsumsi
beras.
Sebagian
besar
mengkonsumsi pangan lokal yang merupakan
hasil kearifan lokal daerahnya, seperti sagu dan jagung. Masyarakat Dampaknya Dampaknya saat ini adalah pola konsumsi konsumsi makanan makanan yang tidak beragam. beragam. Sedangkan jumlah bahan pangan beras yang selalu minus an harus dipenuhi dengan jalan impor.Impor bahan pangan Indonesia bukan semakin kecil setiap tahun bahkan semakin besar. 1.2 Tujuan
Memahami konsep dasar pangan lokal kaitannya dengan ketahanan pangan, diversivikasi pangan, pola pola konsumsi konsumsi pangan, pangan, dan AKG. AKG.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ketahanan Pangan
1. Definisi dan paradigma ketahanan pangan terus mengalami perkembangan sejak
adanya
Conference
Agriculture Agriculture
of
tahun
Food 1943
and yang
mencanangkan konsep “ secure adequate adequate and suitable supply of food for everyone”. everyone ”. Definisi
ketahanan
pangan
sangat
bervariasi, bervariasi, namun
umumnya umumnya mengacu mengacu
definisi
dan
Maxwell
Frankenberger
(1992) yakni “akses semua orang setiap saat
pada pangan yang cukup untuk
hidup sehat” sehat”. Berikut disajikan beberapa definisi ketahanan
yang sering diacu
:Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996:
kondisi terpenuhinya kebutuhan
pangan bagi bagi rumah tangga yang yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. terjangkau. 2. USAID (1992): kondisi
ketika
semua
orang pada setiap saat mempunyai akses secara
fisik dan
ekonomi untuk
memperoleh
kebutuhan
konsumsinya
untuk hidup sehat dan produktif. 3. FAO (1997) : situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun
ekonomi
untuk
memperoleh
pangan bagi bagi seluruh anggota anggota keluarganya keluarganya,, dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami
kehilangan
kedua
akses
tersebut. 4. FIVIMS (2005): kondisi ketika semua orang pada segala waktu secara fisik, social dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan
sesuai
dengan
seleranya
( food
preferences preferences)) demi kehidupan yang aktif dan sehat. 5. Mercy Corps (2007) : keadaan ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses terhadap
fisik,
sosial,
terhadap
dan ekonomi
kecukupan pangan,
aman dan bergizi untuk kebutuhan gizi sesuai dengan seleranya
untuk
hidup
produktif dan sehat. sehat. Di Indonesia
sesuai
dengan Undang-
undang No. 7 Tahun 1996, pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari: (1) tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya;
(2)
aman;
(3)
merata;
terjangkau.
Dengan
pengertian
mewujudkan
ketahanan
pangan
dan
(4)
tersebut,
dapat
lebih
dipahami sebagai berikut: a.
Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan ketersediaan
pangan
dalam
arti
luas,
mencakup pangan yang berasal dari tanaman,
ternak,
dan
ikan
untuk
memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta
turunannya,
yang
bermanfaat
bagi
pertumbuhan pertumbuhan kesehatan kesehatan manusia. manusia. b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu,
merugikan,
dan
membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama. c.
Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air.
d. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau,
diartikan
pangan
mudah
diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau. Ketahanan
pangan
lebih
banyak
ditentukan oleh kondisi sosial ekonomi pada agroklimat, dan pada akses terhadap pangan ketimbang produksi atau ketersediaan pangan.
Bagi Indonesia upaya uang harus ditempuh untuk memantapkan ketahanan pangan. 2.2 Diversifikasi
Konsep diversifikasi pangan bukan suatu hal
baru
dalam
peristilahan
kebijakan
pembangunan pembangunan pertanian di Indonesia, oleh karena itu konsep tersebut telah banyak dirumuskan dan diinterprestasikan oleh para pakar sesuai dengan kontek
tujuannya.
Memandang
diversifikasi
pangan sebagai sebagai upaya yang sangat sangat erat kaitannya dengan
peningkatan
kualitas
manusia,
pembangunan
pangan
dan
sumber
pertanian
perbaikan perbaikan
gizi
di
daya bidang
masyarakat. masyarakat.
Diversifikasi Diversifikas i pangan ini tercakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran, dan distribusi. Dari aspek produksi, produksi, diversifikasi diversifikasi berarti perluasan spektrum komoditas pangan, baik dalam hal perluasan pemanfaatan pemanfaatan komoditas
sumber maupun
komoditas pangan.
daya,
pengusahaan pengusahaan
pengembangan
produksi
Oleh produksi, produksi,
karena
itu,
diversifikasi diversifikasi
dilihat
dari
mencakup mencakup
aspek
pengertian
diversifikasi diversifi kasi horisontal maupun maupun vertikal. Dari sisi konsumsi, diversifiksi pangan mencakup aspek perilaku yang didasari baik oleh pertimbangan pertimbangan ekonomis
seperti
komoditas,
pendapatan
maupun
non
dan
harga
ekonomis
seperti
kebiasaan, selera dan pengetahuan.
Pertemuan
antara sektor produksi dan konsumsi tidak terlepas dari peranan pemasaran dan distribusi komoditas Suhardjo
pangan (1998)
tersebut.
Demikian
menyebutkan
bahwa
pula pada
dasarnya diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang saling berkaitan, yaitu (1)
diversifikasi
diversifikasi
konsumsi
ketersediaan
pangan,
pangan,
dan
(2) (3)
diversifikasi diversifi kasi produksi pangan. Menurut Soetrisno (1998), diversifikasi pangan (dalam konteks konsumsi konsumsi pangan) yaitu sebagai upaya menganekaragamkan jenis pangan yang dikonsumsi, mencakup pangan sumber
energi
dan
zat
gizi,
sehingga
memenuhi
kebutuhan akan pangan dan gizi sesuai dengan kecukupan baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya. Diversifikasi pangan dimaksudkan untuk memperoleh keragaman zat gizi sekaligus melepas ketergantungan masyarakat atas satu jenis
pangan
pokok
Ketergantungan ketidakstabilan
yang jika
tertentu tinggi
pasokan
yaitu dapat
beras. memicu
terganggu
dan
sebaliknya jika masyarakat menyukai pangan alternative maka ketidakstabilan akan dapat dijaga. 2.3 Pola Konsumsi
Menurut
Ariani
(2006),
pola
konsumsi
pangan merupakan merupakan suatu susunan makanan makanan yang mencakup mencakup jenis dan jumlah jumlah bahan makanan makanan rataratarata per orang tiap hari yang umum dikonsumsi atau dimakan oleh penduduk dalam jangka waktu tertentu.
Dari hasil diskusi, di Indonesia pola konsumsi masyarakat masih belum sesuai dengan pola pangan ideal yang tertuang dalam pola pangan harapan. Hal tersebut dibuktikan dibuktikan dari masih
dominannya
konsumsi
masyarakat
terhadap hasil pertanian kelompok padi-padian seperti beras, jagung, terigu. Perlu diwaspadai oleh masyarakat bahwa jenis konsumsi pangan yang bersumber lemak, minyak dan gula yang berlebihan. Pemerintah Pemerintah seharusnya seharusnya menkontrol menkontrol pola konsumsi konsumsi rakyat yang berlebihan karena hal tersebut dapat menyebabkan dampak yang buruk terhadap kesehatan juga makin berkurangnya ketersediaan
pangan
karena
konsumsi
yang
berlebih dan tidak diimbangi diimbangi dengan produksi produksi yang mencukupi. Apabila ketersediaan pangan tidak
menukupi,
melakukan menyebabkan
maka
impor tingkat
pemerintah
bahan impor
terpaksa
pangan
dan
Negara.
Pola
konsumsi dapat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu psikologis, budaya, fisiologis, dan social..
Beberapa cara atau strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan pola konsumsi masyarakat menuju pala pangan yang sesuai dengan harapan yaitu dengan melalui sosialisasi yang dilakukan di kalangan kelompok-kelompok masyarakat seperti ibu rumah tangga, organisasi masyarakat dan lain-lain untuk menyampaikan dan menerapkan tata cara penyediaan pangan untuk
konsumsi
pangan,
memberdayakan
masyarakat untuk melaksanakan diversifikasi konsumsi diversifikasi
pangan, konsumsi
melakukan pangan
promosi melalui
penyuluhan dan diadakannya diadakannya konsultasi konsultasi kegiatan di posyandu tentang konsumsi pangan. Hal tersebut juga harus ditunjang dengan keterlibatan masyarakat untuk melakukan diversfikasi pangan. 2.4 Pangan Lokal
Pangan lokal adalah pangan tradisional yang dihasilkan dari suatu daerah di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam makanan olahan
baik
makanan
pokok, pokok,
maupun
makanan
tambahan. Pangan lokal dapat dijadikan sebagai suatu ciri khas dari suatu daerah. Saat ini di Indonesia mulai banyak makanan yang berasal dari luar negeri dan menggeser pola konsumsi masyarakat terhadap pangan lokal. Oleh karena itu diperlukan adanya pengembangan terhadap pangan lokal untuk meningkatkan meningkatkan kualitas, gizi, sehingga mampu bersaing dengan pangan modern yang saat ini sudah banyak dijumpai dikalangan masyarakat. Kesadaran masyarakat sangat diperlukan untuk melestarikan pangan lokal, sehingga tidak hanya pemerintah yang wajib mempertahankan adanya
pangan
local
untuk
menunjuang
kebutuhan masyarakat. Dengan adanya pangan lokal, maka difersivikasi pangan sedikit demi sedikit dapat terpenuhi karena pangan local berasal dari bahan pertanian asli Indonesia Indonesia yang dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan.
Peningkatan ketersersedian juga dapat dilakukan dengan memperluas penggunaan suatu bahan, bahan,
contohnya
singkong
menjadi
“beras
cerdas”. Diversifikasi pangan ditujukan pada penganekaragaman penganekaragaman pangan yang berasal dari pangan pokok dan semua pangan lain yang di konsumsi rumah tangga termasuk lauk-pauk, sayuran, buah-buahan. Hal ini di maksudkan bahwa semakin semakin beragam dan seimbang seimbang komposisi komposisi pangan yang di konsumsi konsumsi akan semakin semakin baik kualitas gizi. Dengan adanya peningkatan pemanfaatan pangan lokal dan diversifikasi diversifikasi pangan diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan Indonesia. Ketahanan pangan diartikan sebagai (UU RI No 8 Tahun 2012) kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara
sampai
dengan
perseorangan,
yang
tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau terjangkau serta tidak
bertentangan bertentangan dengan agama, keyakinan, keyakinan, dan budaya masyarakat, masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif,
dan
produktif
secara
berkelanjutan.
Ketahanan pangan juga dapat diartikan sebagai Ketahanan
pangan
merupakan
kondisi
terpenuhinya pangan masyarakat yang cukup baik jumlah
maupun
mutunya, mutunya,
aman,
terjangkau,mudah diakses dan didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman
sumberdaya
lokal.
Namun
yang
penting adalah dalam pemenuhan pangan untuk mencapai ketahanan pangan ini apakah Indonesia masih
mengandalkan
Negara
lain
untuk
melaksanakannya. Oleh sebab itu perlu adanya gerakan
kembali
ke
pangan
lokal
yang
merupakan potensi lokal setiap daerah yang secara
otomatis
akan
mempermudah
akses
terhadap bahan pangan tersebut dan proses diversifikasi pangan. Dengan melihat potensi lokal Indonesia, Indonesia seharusnya mampu
untuk
mewujutkan
ketahan
pangan
tanpa
mengimpor bahan pangan tersebut. 2.5 AKG (Angka Kecukupan Gizi)
AKG adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh, untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa AKG harus dimiliki dari setiap
makanan
yang
akan
dikonsumsi
masyarakat, sehingga diversifikasi pangan dan pola konsumsi konsumsi pangan harus disesuaikan disesuaikan dengan AKG. Adanya makanan yang sesuai dengan AKG akan
dapat
mempermudah
meningkatkan
ketahanan pangan di Indonesia, sehingga masalah lemahnya ketahanan pangan dapat terselesaikan (Muhilal dkk,2000). Nilai
kebutuhan kebutuhan
berbeda, antara lain
gizi
tiap
individu
tergantung dari faktor
genetik.
Sedangkan
kecukupan
gizi
yang
dianjurkan atau lebih dikenal dengan angka kecukupan gizi (AKG), merupakan terjemahan bebas dari Recommended Recommended Dietary Allowance (RDA), diartikan sebagai suatu kecukupan ratarata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan golongan umur, jenis kelamin, kelamin, ukuran tubuh, dan aktifitas untuk mencapai derajat kesehatan
yang
optimal.
Karena
AKG
dimaksudkan hanya untuk golongan orang yang sehat,
maka
penyimpangan-penyimpangan
khusus kebutuhan gizi sebagai akibat kelainan metabolisme (termasuk malnutrisi), perawatan khusus dan lainnya tidak diperhitungkan dalam Angka Kecukupan Gizi. BAB 3. PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Berdasarkan disimpulkan disimpulkan :
hasil
diskusi
dapat
Diversifikasi
pangan
adalah
upaya
meningkatkan ketahan pangan melalui penganekaragaman penganekaragaman konsumsi
dan
pangan,
pola
produksi
tanpa
mengabaikan nilai gizi pangan.
Pangan lokal merupakan pangan yang diproduksi dari suatu daerah di Indonesia yang
terdiri
dari
berbagai
macam
makanan olahan baik makanan pokok, maupun
makanan
dikembangkan
tambahan
dan
potensi
dan
sesuai
sumberdaya.
Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan masyarakat yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman,
terjangkau,mudah
didasarkan pemanfaatan pemanfaatan
diakses
pada dan
dan
optimalisasi berbasis
keragaman sumberdaya lokal.
pada
Pola konsumsi pangan merupakan suatu susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang tiap hari yang umum dikonsumsi atau dimakan oleh penduduk dalam jangka waktu waktu tertentu.
Cara atau strategi yang dapat dilakukan untuk
pengembangan
pola
konsumsi
masyarakat menuju pola pangan yang sesuai yaitu dengan melalui sosialisasi yang dilakukan di kalangan kelompokkelompok masyarakat
AKG merupakan angka kecukupan gizi yang harus dipenuhi oleh tiap- tiap masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, M dan Ashari. 2006. Arah, Kendala, dan Pentingnya
Diversifikasi Diversifikasi
Pangan
Indonesia Indonesia..
di
Konsumsi Konsumsi
Forum
Agro
Ekonomi. Vol. 21, No. 2. Desember. Bogor. Soetrisno, N. 1998. Ketaha 1998. Ketahanan nan Pangan. Pangan. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI.
Serpong
17-20
Pebruari.
LIPI.
Jakarta. Frankenberger, Timothy. 1992. “ Indicators Indicators and Data Collection Methods for Assessing Assessing Household Household Food Security.” Security.” Pp. 73-129 73-129 in Household
Food
Security:
Concepts,
Indicators,
Measurements, edited by S.
Maxwell and T. Frankenberger. New York and Rome: Rome: UNICEF and IFAD. IFAD. FAO. 1997. Fiberboard and Particle Board. FAO. Geneva.
FIVIMS Assessment Report,2005. Strengthening Food
Insecurity
and
Vulnerability
Information Management in Lesotho. Mr. René Verduijn Mercy
corps
Indonesia.2009.
healthy
starts
project developing a model to improve improve breastfeeding breastfeeding
in
Indonesia Indonesia
rd
3 annual
report.jakarta :mercy corps. PDF file. Diunduh 20 january 2014 Hafsah,J. 2012. Bisakah Indonesia mencapai kedaulatan
pangan?
September
2012.
Jakarta. Maxwell, S., dan T. Frankenberger. (1992). Household
food
security
concepts,
indicators,and measurements. Maxwell S. dan T. Frankenberger. Diakses tanggal 20 Februari 2014. Muhilal, Jalal, F. Hardiyansyah, 2000 Angka Kecukupan
Gizi
yang
di
anjurkan,
Prosiding Widya Karya Pangan dan Gizi.
Suhardjo.1998. Universitas Indonesia, UI PRESS pangan dan dan pertanian. pertanian. Jakarta. Jakarta. USAID. 1992. Brosur proyek pengelolaan sumber daya alam. USAID: Jakarta
UU Pangan No.7 Tahun 1996