PAPER DASAR-DASAR KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT MASYARAKAT VETERINER PASSIVE AND ACTIVE LISTENING, METACOMUNICATION AND LISTENING, SILENCE, THE CULTURARAL CONTEXT OF COMMUNICATION
KELOMPOK 4 OLEH
LABORATORIUM FISIOLOGI VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA 2013
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan. Karena berkat limpahan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Paper “” ini dengan ini dengan baik. Penyusunan Paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah DasarDasar Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Veteriner . Dalam Paper ini menjelaskan mengenai komunikasi verbal serta kemampuan berbahasa beserta fungsinya. Materi yang disajikan cukup terperinci agar mudah dipahami oleh pembaca. Paper ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Nyoman Sadra Dharmawan, MS. selaku dosen mata kuliah Dasar-Dasar Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Veteriner yang telah membimbing dalam penyusunan paper ini. Tak lupa juga kepada teman - teman yang telah memberi dorongan dan masukan demi terselesainya paper ini. Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan Paper ini untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Namun kami menyadari bahwa Paper ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan Paper selanjutnya. Semoga Paper ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Denpasar,
Mei 2013
Hormat Kami
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman depan…………………………….…………………………………………..i KATA PENGANTAR ........................ .......................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................ ................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... .................... 1 1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah .............................................. ............................................... 2 1.3. Tujuan ............................................... ................................................................. 2 1.4. Manfaat ............................................. ................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN ........................................................ ...................................... 3 2.1. Passive dan active listening .................................................. ............................. 3 2.2. Metacommunication and listening .................................................................... 6 2.3. Pedoman untuk meningkatkan mendengarkan ............................................... ... 7 2.3. Silence (diam) .................................................................................................... 9 2.4. Summary of listening .................................................. .................................... 11 2.5. Konteks Budaya Komunikasi ............................................... ........................... 11 2.6. Summary ......................................................................................................... 16 BAB III PENUTUP .................................................................................................... 17 3.1. Kesimpulan ................................................. ..................................................... 17 DAFTAR PUSTAKA .............................................................. ................................... 18
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ada banyak definisi mendengarkan, seperti 'pemilihan dan retensi data yang diterima '(Weaver, 2007), atau' proses dimana bahasa lisan diubah menjadi makna dalam pikiran '(Hargie, 2007). Beberapa ahli menganggap mendengarkan sebagai kegiatan pendengaran murni, sebuah proses yang terjadi 'ketika manusia menerima data secara aurally' (Hargie ,2007; O'Gara & Fairhurst, 2004). Dalam membuat perbedaan antara mendengar dan mendengarkan, pendengaran dianggap sebagai aktivitas fisik sedangkan mendengarkan adalah proses mental. Wolvin dan Coakley (1996) menjelaskan mendengarkan 'proses penerimaan, menghadiri untuk, dan menetapkan makna aural dan visual yang rangsangan '. Definisi ini menangkap kompleksitas mendengarkan dan termasuk tiga unsur inti mendengarkan - menerima, menghadiri dan menetapkan makna - seperti yang dijelaskan dalam kebanyakan teks komunikasi. Beberapa literatur menggambarkan konsep mendengarkan dengan penambahan satu dari tiga prefiks: aktif, reflektif dan terapi (Fredriksson, 1999). Selain itu, awalan ini digunakan secara bergantian, tetapi istilah 'terapi' umumnya dikaitkan dengan membantu hubungan seperti hubungan antara klien dan profesional perawatan kesehatan. Pada umumnya banyak literatur yang membagi proses mendengar dalam dua jenis, yaitu mendengar secara aktif dan mendengar secara pasif. Mendengarkan
merupakan
hal
yang
sangat
penting
dalam
komunikasi.
Kemampuan dalam mendengarkan dan juga konteks budaya suatu tempat sangat mempengaruhi komunikasi dapat berjalan secara efektif.
1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang muncul sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud mendengarkan secara pasif dan aktif? 2. Apa arti dan maksud sikap diam dalam komunikasi? 3. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan mendengarkan? 4. Bagaimana konteks budaya komunikasi? 5. Apa saja fungsi budaya dalam komunikasi? 1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian mendengarkan secara pasif dan aktif. 2. Untuk memahami arti dan maksud sikap diam dalam komunikasi. 3. Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan kemampuan mendengarkan. 4. Untuk mengetahui konteks budaya komunikasi. 5. Untuk mengetahui apa saja fungsi budaya dalam komunikasi. 1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut: 1. Melalui paper ini diharapkan kalangan mahasiswa Universitas Udayana, khususnya Kedokteran Hewan memiliki wawasan lebih mengetahui tentang komunikasi pasif dan aktif, serta kontek budaya komunikasi. 2. Hasil tugas ini dapat menjadi arsip yang dapat membantu untuk mengerjakan tugas yang berhubungan dengan komunikasi khususnya mengenai komunikasi komunikasi pasif dan aktif, dan konteks budaya komunikasi.
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Passive dan active listening
Ada banyak literatur komunikasi yang berkaitan dengan dunia kesehatan, dan pada umumnya literatur tersebut membagi proses mendengarkan dalam dua jenis yaitu mendengarkan secara aktif dan mendangarkan secara pasif. Banyak orang berbagi ide-ide mereka, keprihatinan dan perasaan mereka jika menerima suatu dorongan yang cukup. Semua ini memerlukan isyarat verbal atau non-verbal seperti 'mm', 'ah' atau 'benar', senyum, anggukan kepala, bersandar ke depan atau 'ceritakan lebih'. Hal – hal tersebut dikenal sebagai proses mendengarkan secara pasif atau mendengarkan secara minimal (Kagan & Evans 2001). Mendengarkan secara pasif terjadi ketika adanya pengakuan secara minimum untuk orang lain, tapi itu sudah cukup bagi orang tersebut untuk merasa nyaman jika tidak berbicara. Mendengarkan secara aktif hamper sama dengan mendengarkan terapi seperti yang dijelaskan oleh Kagan dan Evans (2001). Mendengarkan secara aktif terjadi ketika seorang individu menampilkan perilaku tertentu, yang mengindikasikan bahwa dia memperhatikan orang lain. Dalam penggunaannya keterampilan secara aktif akan terlibat. Hal ini kadang-kadang disebut reflektif mendengarkan sebagai salah satu cara
mencerminkan
kembali
'nada
pesan'
yang
diterima
dari
orang
lain.
Mendengarkan aktif juga membutuhkan suatu ketrampilan, tidak hanya mendengar tetapi juga mampu untuk menafsirkan makna dan memberikan umpan balik (Arnold & Underman 2007). Mendengar secar aktif, maka seorang pendengar bisa untuk mengajukan pertanyaan, memandu aliran komunikasi dan mencari klarifikasi (Redmond 2000). Pendengar yang aktif memiliki tanggungjawab dengan pembicara untuk mencapai suatu pemahaman yang telah dijelaskan. Akibatnya, mendengarkan secara
3
aktif dianggap dinamis, proses interaktif di mana pendengar seperti menilai orang lain (Arnold & Underman-Boggs 2007). Mendengarkan secara aktif melibatkan pemberian waktu, menghadiri dan mengamati perilaku, mengenali dan menanggapi isyarat verbal dan non-verbal dan menyadari kata-kata dan gerak tubuh pembicara. Selain itu, dalam beberapa kasus semua yang diperlukan dalam mendengar aktif adalah untuk menjadi nyaman dengan cara diam.
Langkah – langkah mendengarkan secara aktif yaitu:
Hearing Langkah pertama dari mendengarkan secara aktif adalah dengan cara mendengarkan dengan sungguh-sungguh pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator. Noice atau gangguan komunikasi yang sering muncul adalah suara bising dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu hindari membicarakan sesuatu yang penting atau dengan seseorang yang penting di tempat-tempat ramai yang dapat mengganggu konsentrasi anda dalam menerima informasi.
Understanding Disini kita perlu melakukan paraprashing atau melakukan pengulangan isi pesan dengan kata-kata sendiri guna menghindari kesalahan dalam menerima isi pesan. Disamping itu untuk meningkatkan daya konsentras, kita perlu bersikap emphaty selama mendengarkan dalam arti berusahalah mendengarkan dengan hati dan kepala kita, cobalah merasakan perasaan lawan bicara kita.
Remembering Jika perlu saat melakukan pembicaraan penting, siapkan kertas catatan guna mencatat poin-poin penting dari isi informasi yang diberikan oleh komunikator sehingga tidak ada alas an keluar dari mulut kita bahwa kita lupa dengan informasi tsb. Dalam dunia kerja pernyataan lupa terhadap sesuatu adalah pernyataan terbodoh seorang staf yang tidak pernah ingin didengar oleh seorang pemimpin.
4
Interpreting Langkah selanjutnya adalah berusaha mengintrepretasian maksud sang pembicara. Menurut pengamatan seorang pemimpin di organisasi pemerintahan biasanya berbicara serba sedikit saat memberikan petunjuk kerja pada bawahan, dengan maksud atau sekedar mencari sebuah respon yang bagus dari anda sekaligus menguji kapabilitas anda. Oleh karena itu, kemampuan anda dalam menginterpretasikan maksud “si bos”menjadi demikian penting. Disini anda juga perlu mengenali watak sang “bos” tersebut guna menemukan metode yang tepat untuk mengetahui secara persis maksud dari atasan anda.
Evaluating Hal yang terpenting dari sebuah proses mendengarkan secara aktif adalah mengevaluasi apakah persepsi kita sudah pas dengan yang diinginkan oleh atasan kita, sehingga sebuah pertanyaan kecil yang menanyakan kembali kebenaran pesan, perlu disampaikan. Biasanya proses ini sering dilupakan oleh staf, apalagi jika atasannya adalah orang yang galak.
Responding Tahap terakhir dari proses mendengarkan secara aktif adalah respon dari pendengar. Dalam mendengar aktif sering pula dihadapkan dengan hambatan-hambatan.
Hambatan itu bisa datang dari mental maupun fisik.
Hambatan pada mental dipengaruhi oleh ; 1. Kecepatan berpikir , kecepatan berpikir mempengaruhi proses memdengar. Jika seseorang memiliki kecepata berpikir yang baik maka ia akan mampu mendengar dengan cepat. Karena ketika mendengar otaknya pun langsung memproses hasil pendengarannya. 2. Wawasan yang terbatas, orang berwawasan tinggi akan mampu dengan baik untuk mendengarkan secara aktif dibandingkan dengan orang yang berwawasan
5
rendah. Hal ini terjadi karena orang tersebut mempunyai data yang banyak dalam memori otaknya sehingga dapat dengan mudah mencerna. 3. Menganggap tidak penting , orang yang menganggap suatu pembicaraan tidak penting maka otomatis orang tersebut tidak akan memperhatikan pembicaraan. Sehingga tidak mampu mendengarkan secara aktif. 4. Ketidaksabaran, ketidaksabaran akan membuat pembicaraan berjalan dengan keterpaksaan sehingga hal ini akan membuat sang pendengar tidak akan bisa mendengarkan secara aktif. 5. Kebiasaan
buruk ,
orang
yang
mempunyai
kebiasaan
buruk
dalam
berkomunikasi dengan orang lain akan sangat menghambat proses
ia
mendengarkan secara aktif.
Hambatan fisik, antara lain : 1. Tata ruang, tata ruang yang baik akan membuat pembicaraan berjalan dengan lancar. 2. Pencahayaan, dan 3. Temperatur
2.2. Metacommunication and listening
Semua pesan yang termasuk instruksi non-verbal dari pembicara. Hal ini digambarkan sebagai metacommunication atau 'tingkat ketiga' dalam komunikasi (Sundeen dkk. 1998). Hal ini lebih dari mendengar seseorang berbicara. Tetapi ini melibatkan keberadaan bersama orang lain sehingga kita memberi mereka waktu, hadir
dan
mendengarkan
apa
yang
mereka
katakan.
Ini
mencakup
atau
mengiisyaratkan kepada pembicara baik secara verbal dan non-verbal bahwa anda tertarik (Arnold & Underman-Boggs 2007). Para profesional menerima komunikasi non – verbal, tertarik dan menghormati pembicara melalui kontak mata, bahasa tubuh dan kepala mengangguk-angguk, dan bahkan dengan tersenyum. Mendengarkan adalah prinsip dasar untuk memastikan bahwa suatu komunikasi adalah sama dengan berusaha
keras
bahwa
tiga
jenis
komunikasi-
verbal,
non-verbal
dan
6
metacommunication memberikan pesan atau makna yang sama (Sundeen et al, 1998.). 2.3. Pedoman untuk meningkatkan mendengarkan
Dalam
rangka
mempertimbangkan
bagaimana
untuk
meningkatkan
keterampilan mendengarkan, hal ini berguna untuk merefleksikan aspek penting dari proses mendengarkan. Ada empat aspek utama yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan proses mendengarkan. Ini adalah karakteristik yang terkait dengan pendengar, pembicara,
pesan dan lingkungan. Komunikasi bergerak secara
melingkar, ada suatu interaksi yang bergantian antara pembicara dan pendengar.
Karakteristik yang terkait dengan pembicara dan pendengar
Aspek
non-verbal
telah
dibahas,
dan
semua
merujuk
pada
proses
mendengarkan. Sejumlah korelasi positif telah ditemukan antara karakteristik pendengar dan kemampuan untuk mendengarkan secara efektif. Ini mencakup:
Linguistic aptitude: Mereka dengan kosakata lebih luas adalah pendengar yang lebih baik.
Motivasi: Jika pendengar sangat termotivasi, ia akan mengingat lebih banyak informasi yang disampaikan.
Kemampuan Organisasi: Kemampuan untuk berorganisasi memasukan informasi yang didengar kedalam kategori – kategori. Pendengar yang baik dapat mengidentifikasi elemen – elemen penting dari pesan yang diterima.
Kondisi fisik : Kemampuan Mendengarkan memburuk dengan meningkatnya kelelahan, suatu pertimbangan yang penting bagi para profesional yang sibuk.
Disposisi: pendengar yang introvert biasanya lebih baik daripada pendengar yang ekstrovert, karena mereka umumnya memilih untuk duduk dan membiarkan orang lain menjadi pusat perhatian.
Kecemasan: Hal ini mengurangi kemampuan untuk mendengarkan. Jika khawatir
tentang
diri,
hewan
atau
orang
lain,
maka
kita
tidak bisa mendengarkan dengan baik (Hargie & Dickson 2004).
7
Komentar : Bila diberikan secara tepat, itu membantu dalam proses mendengarkan dan menangkap apa yang dimaksud oleh pembicara.
Karakteristik yang terkait dengan pesan
Hal ini mengacu pada kemampuan untuk menggunakan bahasa yang jelas, menghindari jargon yang tidak perlu dan terminologi medis. Setiap kalimat yang digunakan untuk menyampaikan pesan harus disusun secara terstruktur sehingga pendengar bisa mengerti apa yang ingin disampaikan oleh pembicara. Semua perilaku non-verbal dapat menjadi pesan yang ingin disampaikan oleh pembicara. Kemampuan mendengarkan dapat ditingkatkan dengan mengembangkan kebiasaan secara sadar yang membedakan antara pendengar yang efektif dan yang tidak. Strategi yang dapat dilakukan setiap individu dalam meningkatkan kemampuan mendengarkan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti terlihat dibawah ini,antara lain :
Mengetahui kelebihan pembicara dalam subjek yang merupakan sesuatu yang belum pernah diketahui oleh audiens.
Bersikap netral agar dapat mengurangi dampak emosional terdapat sesuatu yang disampaikan, dan dapat menahan sikap menolak sampai seluruh pesan di dengar.
Mengatasi gangguan dengan menutup pintu atau jendela dan lebih mendekati pembicara
Mendengar konsep dan pokok pikiran, serta mengetahui perbedaan antara ide, dancontoh, bukti dan argumen.
Meninjau ulang pokok pembicaraan.
Tetap
berpikir
terbuka
dengan
mengajukan
pertanyaan
yang
mengklarifikasikan pemahaman.
Tidak menyela pembicaraan.
Memberikan umpan balik (feed back ).
Mengevaluasi dan mengkritisi isi pembicaraan, bukan pembicaranya.
8
2.3. Silence (diam)
Diam digunakan secara sengaja dan merupakan respon mendengarkan yang kuat (Arnold & Underman-Boggs 2007). Kadang-kadang, semua yang diperlukan adalah untuk duduk diam dengan orang lain, menggunakan sentuhan jika diperlukan. Diam, ditambah dengan pendekatan yang santai, memberi waktu kepada klien atau pendengar untuk berpikir. Beberapa orang merasa tidak nyaman dengan sikap diam dan
terburu-buru
memiliki
perspektif
yang
buruk.
Namun,
terlalu
sering
menggunakan kata-kata memiliki efek menutupi perasaan dan dapat menghentikan ide-ide yang muncul. Kadang-kadang, untuk memperhatikan apa yang tidak dikatakan sama pentingnya dengan memperhatikan kata-kata yang diucapkan. Beberapa pendengar merasa tidak nyaman dengan sikap diam selama interaksi mereka dan berusaha untuk mengganggu kebisuan mereka dengan berbicara. Diam, seperti halnya dengan banyak aspek komunikasi, adalah budaya terikat dan dalam beberapa budaya itu dilihat secara negatif (Ellis et al. 2006). Pendengar dapat memanfaatkan sikap diam dalam rangka untuk mempromosikan komunikasi bukannya terintimidasi oleh oleh apa yang dibicarakan (Davidhizar & Newman Giger 1994). Diam
dalam
ilmu
komunikasi
sesungguhnya
orang
tersebut
juga
berkomunikasi, sehingga dalam ilmu komunikasi disebutkan bahwa manusia itu tidak bisa tidak berkomunikasi. Dalam proses komunikasi sehari-hari diam mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
Memberi kesempatan berpikir Seringkali diam berfungsi untuk memberikan waktu berpikir bagi seorang pembicara. Pembicara diam sesaat untuk berpikir apa yang sebaiknya dibicarakan berikutnya. Dalam rapat misalnya, semua peserta rapat diam. Diam disini dapat berfungsi sebagai memberi kesempatan berpikir kepada peserta rapat. Demikian pula ketika seseorang bertanya kepada seseorang akan diam sesaat sambil menunggu apa jawaban dari orang itu. Tentu saja disini yang bertanya diam untuk memberi kesempatan berpikir. 9
Menyakiti Diam juga bisa bertujuan untuk menyakiti seseorang. Banyak orang yang suka mendiamkan seseorang yang menjengkelkan. Misalnya dua orang yang bertengkar akan saling mendiamkan. Fungsi lain diam adalah menolak keberadaan dan peran seseorang di dalam suatu kelompok.
Mengisolasi diri Kadangkala diam juga berfungsi sebagai tanggapan seseorang terhadap rasa takut, malu, atau cemas. Misalnya, seseorang merasa cemas dan malu di dalam suatu kelompok orang-orang.
Mencegah komunikasi Dengan diam dapat dimaksudkan sebagai upaya untuk menolak membicarakan hal-hal tertentu. Contohnya, seseorang menolak membicarakan pribadi orang lain. Disamping itu diam juga berarti mencegah seseorang akan melakukan kesalahan atau berbicara salah.
Mengkomunikasikan perasaan Diam juga dapat dimaksudkan memberikan tanggapan-tanggapan emosional. Misalnya seseorang diam untuk menolak dominasi satu terhadap yang lain di dalam hubungan antar pribadi. Kadang kala diam juga dimaksudkan untuk menjaga perasaan orang lain.
Misalnya
seseorang
mengatakan
sesuatu
yang
kurang
tepat,
orang
yang
mendengarkan diam saja. Orang lain diam karena segan menyanggahnya, karena dapat menyakiti orang tersebut, atau dapat membuat hubungan selanjutnya menjadi kaku. Diam kadang juga mengekspresikan tidak percaya kepada pernyataan seseorang. Diam dapat juga mengekspresikan rasa diri tinggi. Misalnya, ia tidak perlu menanggapi pernyataan seseorang karena dinilai seseorang itu adalah seorang yang lebih rendah derajatnya. Diam dapat juga bisa berarti mengejek atau meremehkan.
10
2.4. Summary of listening
Mendengarkan adalah elemen penting dari komunikasi. Komponen penting yang termasuk dalam definisi mendengarkan termasuk menerima, memperhatikan dan menafsirkan makna pesan yang diterima dari pembicara. Fungsi mendengarkan sangat berhubungan dengan definisinya. Tujuan utama adalah untuk memahami semaksimal mungkin apa yang orang lain sedang bicarakan, dan komunikasi yang sukses tergantung pada mendengarkan secara efektif. Mendengarkan dianggap suatu keterampilan yang dapat dipelajari dan dipraktekkan dan merupakan bagian integral dari konsultasi hewan karena ini adalah waktu untuk mengumpulkan data sebagai dasar diagnosis dan pengobatan, serta untuk membangun hubungan dengan klien. Taksonomi yang berbeda digunakan untuk mengklasifikasikan mendengarkan, tujuan ini untuk memberikan panduan tentang pendekatan yang terbaik untuk digunakan dalam
menanggapi
keadaan
konsultasi.
Mendengar
aktif
atau
terapeutik
membutuhkan profesional atau ketrampilan tidak hanya mendengar tetapi juga untuk menafsirkan makna dan memberikan umpan balik. Metacommunication terkait dengan mendengarkan dan termasuk komunikasi verbal dan non-verbal selain untuk terang-terangan membuat pembicara menyadari pentingnya cerita mereka. Dalam rangka meningkatkan seni mendengarkan, perlu memperhitungkan karakteristik pendengar, pembicara, pesan dan lingkungan di mana interaksi berlangsung. Dalam beberapa kasus, adalah tepat untuk mendengarkan dalam keheningan atau bersikap diam dan untuk memberikan waktu yang tepat untuk aspek emosional dari pesan. Komunikasi interpersonal meliputi aspek verbal dan non-verbal. Seorang profesional perlu memiliki keterampilan kedua aspek ini, sebagai komponen nonverbal dapat menggantikan, melengkapi atau bahkan bertentangan dengan verbal. 2.5. Konteks Budaya Komunikasi
Ketika dunia semakin kecil dan bepergian menjadi lebih mudah, orang-orang dari berbagai budaya berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Praktisi
11
hewan dan klien / pemilik lebih cenderung memiliki interaksi profesional lintas budaya sebagai individu dari budaya lain yang menetap dan menjadi bagian dari populasi. Budaya telah didefinisikan sebagai "kumpulan interpretasi berbagi tentang keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma yang mempengaruhi kelompok orang yang relatif besar' (Redmond 2000). Hal ini penting, untuk mempertimbangkan dampak budaya pada komunikasi. Referensi budaya telah dibuat sehubungan dengan beberapa aspek komunikasi non-verbal. Penelitian yang lebih baru berfokus pada isyarat non-verbal dalam budaya yang berbeda (Arasarathnam & Doerfel 2005). Komunikasi non-verbal seperti nada suara, tatapan mata, gerakan tangan, pengungkapan diri dan penggunaan sentuhan disebut-sebut sebagai daerah yang mempengaruhi interaksi dengan budaya orang-orang yang terlibat didalamnya (Argyle 1988). Ini adalah wilayah yang kompleks, membutuhkan waktu dan pemahaman pada bagian dari praktisi professional dan klien (Ellis et al 2006.). Sebuah contoh dari ini mungkin gerakan yang digunakan dalam menyapa seperti memeluk dan berciuman, sementara dalam beberapa budaya, ini disediakan untuk keluarga dekat dan teman-teman khusus dalam konteks Irlandia atau Inggris (Ellis et al. 2006). Dalam beberapa budaya, menghormati orang lain dengan menghindari kontak mata, namun dalam budaya lain ini akan menunjukkan kurangnya rasa hormat. Ekspresi emosional bervariasi antara budaya, dan ini terutama dapat berdampak pada bagaimana praktisi hewan memprioritaskan klien. Bagaimana individu berhubungan satu sama lain dipengaruhi oleh warisan budaya dan nilai-nilai dan keyakinan (Sully & Dallas 2006). Semua budaya terdiri dari individu-individu dari kelompok sosial ekonomi yang berbeda, latar belakang pendidikan dan warisan etnis dan ras (Sundeen dkk. 1998). Sangat penting bahwa individu tidak meniru budaya mereka sebagai perbedaan dalam kebudayaan dan ini akan menjadi perbedaan antara budaya. Sejumlah definisi komunikasi antarbudaya disediakan dalam literatur, yaitu 'orang dari dua kelompok yang berbeda etnis atau budaya mencoba untuk berkomunikasi', atau komunikasi antar budaya terjadi ketika
12
'pesan dibentuk dalam satu budaya dan harus diproses dalam budaya lain' (Arasarathnam & Doerfel 2005). Oleh karena itu, perbedaan budaya lebih dari batas nasional dan mencakup nilai-nilai dan keyakinan. Rogers (2003) mengemukakan bahwa tiga prinsip - keaslian, kehangatan dan empati-bersama menunjukkan hal positif yang tidak bersyarat merupakan landasan dari hubungan interpersonal yang efektif. Pendekatan seperti ini akan memberikan panduan dalam menjaga hubungan engan orang lain, sebagaimana yang disarankan (Arasarathnam & Doerfel 2005; Rogers 2003). Ketika berkomunikasi dengan individu dari budaya lain, prinsip-prinsip ini menjadi petunjuk untuk dokter hewan profesional dalam memfasilitasi dialog dan hubungan antarbudaya. Jelas, diskusi tentang komunikasi antarbudaya tidak akan lengkap tanpa mengacu pada penggunaan bahasa yang berbeda. Kata-kata memiliki kekuatan karena kita mengacu pada kata – kata itu sendiri (Redmond 2000). Oleh karena itu, perlu untuk memilih kata-kata dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang yang memiliki bahsa berbeda. Awalnya, mengucapkan nama klien dengan benar akan mengatur langkah – langkah selanjutnya untuk berinteraksi. Beberapa arti kata berubah dengan kelompok budaya dan ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dari pesan yang ingin disampaikan (Sundeen dkk. 1998). Akibatnya, seorang profesional harus setiap kata yang digunakan interaksi apapun. Seorang profesional perlu untuk mengembangkan kesadaran tentang konteks budaya dan mengadopsi sikap yang fleksibel ketika terlibat dengan individu dari budaya yang berbeda (Redmond 2000). Hal ini penting untuk menerapkan normanorma budaya ketika berkomunikasi dengan klien yang tampaknya menjadi cemas atau stres. Komunikasi pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial budaya masyarakat penuturnya karena selain merupakan fenomena sosial, komunikasi juga merupakan fenomena budaya. Sebagai fenomena sosial, bahasa merupakan suatu bentuk perilaku sosial yang digunakan sebagai sarana komunikasi dengan melibatkan
13
sekurang-kurangnya dua orang peserta. Oleh karena itu, berbagai faktor sosial yang berlaku dalam komunikasi, seperti hubungan peran di antara peserta komunikasi, tempat komunikasi berlangsung, tujuan komunikasi, situasi komunikasi, status sosial, pendidikan, usia, dan jenis kelamin peserta komunikasi, juga berpengaruh dalam penggunaan bahasa. Sementara itu, sebagai fenomena budaya, komunikasi selain merupakan salah satu unsur budaya, juga merupakan sarana untuk mengekspresikan nilai-nilai budaya masyarakat penuturnya. Atas dasar itu, pemahaman terhadap unsur-unsur budaya suatu masyarakat – di samping terhadap berbagai unsur sosial yang telah disebutkan di atas – merupakan hal yang sangat penting dalam mempelajari suatu komunikasi. Hal yang sama berlaku pula bagi komunikasin di Indonesia. Oleh karena itu, mempelajari bahasa Indonesia – lebih-lebih lagi bagi para penutur asing – berarti pula mempelajari dan menghayati perilaku dan tata nilai sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat Indonesia.
Fungsi Faktor Budaya Dalam Berkomunikasi
Fungsi pribadi Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui komunikasi yang bersumber dari seorang individu, antara lain untuk : 1. Menyatakan identitas social Dalam
komunikasi,budaya
dapat
menunjukkan
beberapa
perilaku
komunikan yang digunakan untuk menyatakan identitas diri maupun identitas sosial. 2. Menyatakan integrasi sosial Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antar pribadi dan, antar kelompok namun tetap menghargai perbedaanperbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur . perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan.
14
3. Menambah pengetahuan Sering kali komunikasia antar bribadi maupun antar budaya dapat menambah
pengetahuan
bersama
,dan
adanya
saling
mempelajari
kubudayaan masing masing antara komunikator dan komunikan. 4. Melepaskan diri / jalan keluar Hal yang sering kita lakukan dalam berkomunikasi dengan orang lain adalah untuk melepaskan diri atau mencari jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi.
Fungsi sosial Fungsi sosial adalah fungsi-fungsi komunikasi yang bersumber dari faktor budaya yang ditunjukkan melalui prilaku komunikasi yang bersumber dari interaksi sosial,diantaranya berfunsi sebagai berikut : 1. Pengawasan Praktek komunikasi antar budaya di antara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses
komunikasi
antar
budaya
fungsi
ini
bermanfaat
untuk
menginformasikan “perkembangan“ tentang lingkungan 2. Menjembatani Dalam proses komunikasi antar pribadi, termasuk komunikasi antar budaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antar dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan diantara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan.,keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. 3. Sosialisasi nilai Fungsi
sosialisasi
merupakan
fungsi
untuk
mengajarkan
dan
memperkenalkan nilai nilai kebudayaan suatu masyarakat ke masyarakat lain . Dalam komunikasi antar budaya seringkali tampil perilaku non verbal yang kurang dipahami namun yang lebih penting daripadanya adalah 15
bagaimana kita menangkap nilai yang terkandung dalam gerakan tubuh, gerakan imaginer dari tarian tarian tersebut. 4. Menghibur Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antar budaya . American fun yang sering ditampilkan TVRI memberikan gambaran tentang bagaimana orang orang sibuk memanfaatkan waktu luang untuk mengunjungi teater dan menikmati suatu pertunjukan humor. 2.6. Summary
Pentingnya komunikasi dalam perawatan kesehatan yang mapan, meskipun ini masalah yang berhubungan dengan kurangnya komunikasi dan miskomunikasi masih sangat banyak dan masih ada banyak subyek ketidakpuasan pada klien. Bagian ini mencoba untuk menyajikan definisi yang mencakup segala keterampilan komunikasi. Ada kesepakatan bahwa komunikasi adalah proses yang sedang berlangsung. Definisi dari keterampilan sosial seperti yang disajikan oleh Hargie (2007) adalah sebuah metode berharga dan praktis yang mempertimbangkan keterampilan komunikasi yang dibutuhkan oleh para profesional seperti praktisi hewan. Penggunaan model komunikasi adalah cara mempertimbangkan elemen penting yang tertanam dalam proses komunikasi, pengirim, penerima, pesan dan saluran. Model melingkar mencoba untuk menggambarkan sifat siklus dari proses komunikasi dan cocok dengan model konsultasi hewan. Komunikasi interpersonal meliputi baik aspek verbal dan non-verbal. Profesional perlu menghadiri untuk kedua aspek sebagai komponen non-verbal dapat menggantikan, melengkapi atau bahkan bertentangan pesan verbal. Keterampilan bertanya dan pemilihan jenis pertanyaan adalah pusat untuk praktik yang baik dan penggunaan terbaik dari waktu yang berharga. Akhirnya, budaya dan kesadaran bagaimana dampak warisan budaya pada komunikasi adalah atribut yang sangat berharga untuk seorang dokter hewan profesional yang terampil.
16
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan Mendengarkan adalah elemen penting dari komunikasi .Mendengarkan sebagai kegiatan pendengaran murni, sebuah proses yang terjadi 'ketika manusia menerima data secara aurally atau pendengaran' (Hargie, 2007; O'Gara & Fairhurst, 2004). Mendengarkan ada dua jenis yaitu mendengarkan secara aktif dan mendangarkan secara pasif. Mendengarkan secara pasif terjadi ketika adanya pengakuan secara
minimum untuk orang lain, tapi itu sudah cukup bagi orang
tersebut untuk merasa nyaman jika tidak berbicara.Mendengarkan secara aktif terjadi ketika seorang individu menampilkan perilaku tertentu, yang mengindikasikan bahwa dia memperhatikan orang lain. Metacommunication terkait dengan mendengarkan dan termasuk komunikasi verbal dan non-verbal selain untuk terang-terangan membuat pembicara menyadari pentingnya cerita mereka. Dalam beberapa kasus, adalah tepat untuk mendengarkan dalam keheningan atau bersikap diam dan untuk memberikan waktu yang tepat untuk aspek emosional dari pesan. Budaya telah didefinisikan sebagai "kumpulan interpretasi
berbagi
tentang
keyakinan,
nilai-nilai
dan
norma-norma
yang
mempengaruhi kelompok orang yang relatif besar' (Redmond 2000). Budaya tiap daerah berbeda – beda dan memiliki keragaman tersendiri. Budaya dan kesadaran kita bagaimana dampak warisan budaya pada komunikasi adalah atribut yang sangat berharga untuk seorang dokter hewan profesional yang terampil. Seorang profesional perlu untuk mengembangkan kesadaran tentang konteks budaya dan mengadopsi sikap yang fleksibel ketika terlibat dengan individu dari budaya yang berbeda (Redmond 2000).
17
DAFTAR PUSTAKA Arnold E, Underman-Boggs K (2007) Interpersonal Relationships: Professional Communication Skills Arasarathnam LA, Doerfel ML (2005) Intercultural communication competence: identifying keycomponents from multicultural perspectives. International Journal of Intercultural Relations29:137 – 163. Argyle M (1988) Bodily communication, 2nd edn. Routledge, London. Davidhizar D, Newman Giger J (1994) When your patient is silent. Journal of Advanced Nursing 20:703 – 706. Ellis RB, Gates B, Kenworthy N (2006) Interpersonal Communication in Nursing, 2nd edn. Churchill Livingstone, Edinburgh. Fredriksson L. 1999. Modes of relating in a caring conversation: a research synthesis on presence, touch and listening. Journal of Advanced Nursing 30(5):1167 – 1176. Hargie O (2007) The Handbook of Communication Skills, 3rd edn. Routledge, London. Hargie O, Dickson D (2004) Skilled Interpersonal Communication: Research, th Theory, and Practice, 4 edn. Routledge, London. Kagan C, Evans J (2001) Professional Interpersonal Skills for Nurses. Nelson Thornes, Cheltenham, O’Gara PE, FairhurstW. 2004. Therapeutic communication part 2: strategies that can enhance the quality of the emergency care consultation. Accident and Emergency Nursing 12:201 – 207. Perdana P, Iwan. 2011. Teknik mendengarkan http://psikology09b.blogspot.com/ 2011/10/teknik-mendengarkan.html di akses tanggal 18 Mei 2013 Rambung, K. 2012. strategi meningkatkan kemampuan mendengar http://kedierambung.blogspot.com/2012/01/strategi-meningkatkan-kemampuan.html di akses tanggal 18 Mei 2013 Redmond MV (2000) Communication: Theories and Applications. Houghton Mifflin, Boston.UK.for Nurses, 5th edn. Saunders, St Louis, MO. Rogers C (2003) Client-Centered Therapy: Its Current Practice, Implications and Theory. Constable,London. Sully P, Dallas J (2006) Essential Communication Skills for Nursing. Elsevier Mosby, Edinburgh.
18
Sundeen SJ, Stuart GW, Rankin EAD, Cohen, SA (1998) Nurse – Client Interaction: Implementing theNursing Process, 6th edn. Mosby, St Louis, MO. Tarigan, H.G. 1986. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa, Bandung. Weaver C. 2007. Human listening: process and behaviour. In: Hargie O (ed.), The Handbook of Communication Skills, 3rd edn. Routledge, London. Wolvin A, Coakley CW. 1996. Listening , 5th edn. McGraw-Hill, Boston, p. 69.
19