PANDUAN TRIAGE DI RS YASMIN BANYUWANGI
Disusun Oleh : Rumah Sakit Yasmin Banyuwangi Alamat:Jl.letkol istiqlah no 80-84-banyuwangi Telp./Fax: (0333)424671,fax.(0333)418219 Web : www.yasminhospital.com Email :
[email protected]
RUMAH SAKIT YASMIN BANYUWANGI
VISI MISI MOTTO DAN TUJUAN RUMAH SAKIT YASMIN BANYUWANGI V I S I
Menjadi rumah sakit pilihan pertama M I S I
Memberikan pelayanan terbaik dan terpercaya kepada masyarakat melalui program medis satu atap,non medis dan edukasi M O T T O Professional,trust,and care
Direktur
RS YASMIN BANYUWANGI
iii
, <
DAFTAR ISI
Halaman Judul ---------------------------------------------------------------------------------------- i Visi Misi Moto dan Tujuan ------------------------------------------------------------------------ ii Daftar Isi--------------------------------------------------------------------------------------------- iii SK DIREKTUR Tentang Panduan Triage ------------------------------------------------------ iv BAB I
: DEFINISI -------------------------------------------------------------------- 1 A. Definisi ------------------------------------------------------------------ 1 B. Tujuan ------------------------------------------------------------------- 2
BAB II
: RUANG LINGKUP -------------------------------------------------------- 3
BAB III
: TATALAKSANA ----------------------------------------------------------- 4
Proses Triage ---------------------------------------------------------------- 5 Alur dalam Proses Triage -------------------------------------------------- 7 BAB IV
: DOKUMENTASI ----------------------------------------------------------- 8
BAB V
: PENUTUP ------------------------------------------------------------------ 10
KEPUSTAKAAN ------------------------------------------------------------------------------- 11
Lamp. Nomor Tentang
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Yasmin Banyuwnagi : 489/KEP/III.6.AU/B/2013 : Panduan Triage RSY Banyuwangi ______ PANDUAN TRIAGE RS YASMIN BANYUWANGI BABI DEFINISI
A. Definisi
Penggunaan istilah triage ini sudah lama berkembang. Konsep awal triage modem yang berkembang meniru konsep pada jaman Napoleon dimana Baron Dominique Jean Larrey (1766 - 1842), seorang dokter bedah yang merawat tentara Napoleon, mengembangkan dan melaksanakan sebuah sistem perawatan dalam kondisi yang paling mendesak pada tentara yang datang tanpa memperhatikan urutan kedatangan mereka. Sistem tersebut memberikan perawatan awal pada luka ketika berada di medan perang kemudian tentara diangkut ke rumah sakit / tempat perawatan yang berlokasi di garis belakang. Sebelum Larrey menuangkan konsepnya, semua orang yang terluka tetap berada di medan perang hingga perang usai baru kemudian diberikan perawatan. Penggunaan awal kata “trier ” mengacu pada penampisan screening di medan perang. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap hampir 100 juta orang yang memerlukan pertolongan di unit gawat darurat (IGD) setiap tahunnya. Pelbagai sistem triase mulai dikembangkan pada akhir tahun 1950-an seiring jumlah kunjungan IGD yang telah melampaui kemampuan sumber daya yang ada untuk melakukan penanganan segera. Triage berasal dari bahasa prancis trier , bahasa inggris triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat
1
darurat. (Pusponegoro, 2010). Pengertian yang lain bahwa triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008). Jadi triage adalah kegiatan pemilahan pasien berdasarkan tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit untuk menentukan prioritas penanganan pasien tersebut berdasarkan penilaian kondisi A (Airway), B (Breathing), C (Circulation), D (Disability).
Triage adalah suatu proses yang dinamik, status atau keadaan pasien dapat berubah menjadi lebih baik maupun menjadi lebih buruk karena cederanya maupun sebagai dampak dan tindakan yang dilakukan. Triage harus diulang-ulang selama masih dalam penanggulangan cederanya. Dapat dilakukan di tempat kejadian, di daerah triage sebelum dilakukan evakuasi, tiba di UGD, selama resusitasi maupun sesudahn ya, sebelum maupun sesudah operasi, dan setelah tiba di ruangan.
B. Tujuan
Tujuan dari triage dimanapun dilakukan, bukan saja supaya The Right Patient To The Right Hospital By The Right Ambulance At The Right Time tetapi juga To Do The Most For The Most. Jadi tujuan triage adalah memilah dan menilai pasien agar mendapatkan pertolongan medik secara cepat dan tepat sesuai dengan prioritas kategori kegawatdaruratannya dan sesuai dengan penyakitnya.
2
BAB II RUANG LINGKUP
Triage ini dilakukan terhadap : L Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat ( IGD ) RS YASM IN BANYUWANGI. 2. Pasien atau korban dari luar RS YASMIN BANYUWANGI yang akan ditransfer dan dirujuk akibat penyakit tertentu atau kecelakaan atau bencana.
Triage dilakukan di: 1.
Pra rumah sakit, misalnya di tempat kejadian kecelakaan atau bencana.
2.
Pada saat pasien di transportasi.
3.
Ruang triage IGD RS YASMIN BANYUWANGI.
Petugas triage terdiri dari : L Dokter triage yaitu dokter umum yang bekerja di IGD RS YASMIN BANYUWANGI dan mempunyai sertifikat Advanced Trauma Life Support ( ATLS ) dan Advanced Cardiac Life Support ( ACL S ) dan sertifikat pelatihan Triage, yang sudah diverifikasi oleh RS YASMIN BANYUWANGI. 2. Perawat triage yaitu perawat yang bekerja di IGD RS YASMIN BANYUWANGI dan mempunyai sertifikat Basic Trauma Life Support ( BTLS ) dan Basic Cardiac Life Support ( BCLS ) dan sertifikat pelatihan Triage, yang sudah diverifikasi oleh RS YASMIN BANYUWANGI.
3
BAB III TATALAKSANA
Triage yang dilakukan di RS YASMIN BANYUWANGI adalah : a.
Emergent/Immediale/Priority 1 : warna MERAH Pasien yang datang dengan keadaan gawat darurat karena dapat mengakibatkan kerusakan organ permanen dan pasien harus ditangani dalam waktu maksimal 10 menit. Yang masuk ke dalam kelompok ini antara lain : - Cedera berat - Infark Miokard Akut - Gangguan airway - Syok - Anafllaksis
b.
Urgent/Priority 2 : warna KUNING Pasien yang datang dengan keadaan darurat tidak gawat yang harus ditangani dalam waktu maksimal 30 menit. Yang masuk ke dalam kelompok ini antara lain : - Cedera spinal - Stroke/Cerebral Vascular Accident - Appendiksitis - Cholesistitis
c.
Non urgent/Delayed/Priority 3 : warna HIJAU Pasien yang datang dengan kondisi tidak gawat tidak darurat den gan keluhan ringan - sedang, tetapi mempunyai kemungkinan atau dengan riwayat penyakit serius, yang harus mendapat penanganan dalam waktu 60 menit.
4
Yang masuk ke dalam kelompok ini antara lain : - Laserasi kulit - Kontusi - Abrasi dan luka lain - Fraktur tulang pendek dan sendi - Demam
d.
Priority 0 : warna HITAM Penderita yang mengalami cedera mematikan dan tidak bisa dipertahankan lagi meskipun dilakukan resusitasi, atau penderita yang sudah meninggal ( Death on Arrival / DOA ). Tidak ada respon pada semua rangsangan, tidak ada respirasi spontan, tidak ada bukti aktivitas jantung, tidak ada respon pupil terhadap cahaya.
Proses Triage
Sebelum melakukan proses triage, petugas triage harus memperkenalkan diri, melakukan identifikasi pasien, kemudian menanyakan anamnesis singkat dan pemeriksaan cepat dan tepat. Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari 5 menit. Untuk pemeriksaan dilakukan dengan menilai kondisi A (Airway), B ( Breathing), C (Circulation), D ( Disability). 1. A (Airway) adalah penilaian jalan nafas apakah ada sumbatan, ancaman, atau bebas melalui metode look, listen, and feel. ■ Lihat (Look) apakah pasien mengalami agitasi atau kesadarannya menurun, agitasi memberi kesan adanya hipoksia dan penurunan kesadaran memberi kesan adanya hiperkarbia. Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh kurangnya oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku dan kulit sekitar mulut. Tidak adanya retraksi dan penggunaan otot-otot napas tambahan yang apabila ada, merupakan bukti tambahan adanya gangguan airway. ■ Dengar ( Listen) adanya suara-suara abnormal pernafasan yang berbunyi (suara,
5
napas berisik) adalah pernapasan yang tersumbat. Suara mendengkur (snoring) berkumur (gurgling) dan bersiul (crowing sound, stridor) mungkin berhubungan dengan sumbatan parsial pada farinks atau larinks. Suara parau (hoarseness, dysphonia) menunjukkan sumbatan pada larinks. pasien yang melawan dan berkata-kata kasar (gaduh, gelisah) mungkin mengalami hipoksia dan tidak boleh dianggap karena keracunan/mabuk. ■ Feel : rasakan pergerakan udara ekspirasi, dan tentukan apakah trakea terletak di garis tengah.
2.
B ( Breathing ) adalah penilaian terhadap pernafasan apakah henti nafas, bradipnoe, takipnoe, sianosis, mengi melalui metode look, listen, and feel. ■ Lihat {Look) naik turunya dada yang simetris dan pergerakan dinding dada yang adequat Asimetri menunjukkan pembelatan (splinting) atau flail chest dan tiap pernapasan yang dilakukan dengan susah (labored breathing) sebaiknya harus dianggap sebagai ancaman terhadap ventilasi pasien. ■ Dengar {Listen) : auskultasi kedua lapangan paru. Penurunan atau tidak terdengarnya suara napas pada satu atau kedua hemitoraks merupakan tanda akan adanya kelainan intra thorakal. Hati-hati terhadap adanya laju pemapasan yang cepat, takhipnu mungkin menunjukkan kekurangan oksigen (respiratory distress). ■ Feel : lakukan perkusi. Seharusnya sonor dan sama kedua lapang paru. Misalnya : bila hipersonor berarti ada pneumothoraks, bila pekak ada darah (hematothoraks).
3.
C (Circulation) : penilaian sirkulasi secara cepat dapat dilakukan dengan menilai nadi (nadi tidak teraba, nadi teraba lemah, bradikardia, takikardia), akral (akral dingin, akral hangat), tekanan darah, suhu/temperature, warna kulit (pucat, merah, sianosis).
4.
D (, Disability) : pemeriksaan neurologis singkat yang dilakukan adalah menentukan
6
tingkat kesadaran dan tanda lateralisasi.
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda -tanda objektif bahwa ia mengalami gangguan pada Airway (A), Breathing (B), Circulation (C), Disability (D), maka pasien ditangani terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif dan data subjektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data pen gkajian kemudian dilengkapi dengan data subjektif yang berasal langsung dari pasien (data primer). Perawat triage bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di ruang yang tepat, apakah di ruang resusitasi, ruang observasi, atau yang lain. Alur dalam Proses Triage :
1.
Pasien datang ke IGD RS YASMIN BANYUWANGI, diterima oleh petugas / paramedis IGD dan dibawa ke ruang triage.
2.
Keluarga pasien / pengantar pasien melakukan registrasi di bagian pendaftaran pasien IGD.
3.
Petugas triage memakai alat proteksi diri kemudian melakukan
proses triage
dengan menilai kondisi A (Airway), B (Breathing),C(Circulation),dan D (Disability) untuk menentukan derajat kegawatannya. 4.
Petugas triage melakukan anamnesis singkat, jika pasien tidak sadar maka dilakukan heteroanamnesis kepada keluarga pasien / pengantar pasien.
5.
Bila jumlah penderita / korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triage dapat dilakukan di luar ruang triase ( di depan gedung IGD ).
6.
7.
Penderita dibedakan menurut kegawatdaruratannya dengan memberi kode warna : 2L.EmergentfImmediate/Priority 1
: warna MERAH
b. Urgent/Priority 2
: warna KUNING
c. Non urgent/Delayed/Priority 3
: warna HIJAU
d. Expectant/Priority 0
: wama HITAM
Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan wama : merah,
7
kuning, hijau, hitam. 8.
Penderita/korban dipindahkan dari ruang triage ke : a. Penderita kategori triage merah dapat langsung diberikan pengobatan di mang P1 atau zona merah. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang perawatan intensif, ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain. b. Penderita dengan kategori triage kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke mang P2 atau zona kuning. c. Penderita dengan kategori triage hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila sudah memungkinkan dapat dipulangkan, maka penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang. d. Penderita kategori triage hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah.
9.
Pasien dengan kondisi mengancam nyawa dilakukan pemeriksaan triage dengan cara Walk in Triage, sambil mengantar pasien ke dalam mang P1.
10.
Di mang P1 dan P2, Dokter jaga IGD hams melakukan re-triage atau triage ulang.
11.
Hasil pemeriksaan oleh petugas triage harus didokumentasikan tertulis dalam Formulir Triage Pasien yang merupakan bagian dari rekam medis pasien.
8
BAB IV DOKUMENTASI
Hasil triage pasien didokumentasikan tertulis dalam Formulir Triage Pasien yang merupakan bagian dari rekam medis pasien. Hasil re-triage pasien didokumentasikan tertulis dalam lembar status rekam medis pasien IGD yang merupakan bagian dari rekam medis pasien.
9
BAB V PENUTUP
Panduan triage ini dibuat dengan tujuan sebagai pedoman para tenaga kesehatan RSYB agar dalam memberikan pertolongan dapat memilah dan menilai pasien agar mendapatkan pertolongan medik secara cepat dan tepat sesuai dengan prioritas kategori kegawatdaruratannya dan sesuai dengan penyakitnya. Panduan triage ini diharapkan bias diaplikasikan di RS Muhamamdiyah Lamongan.
Revisi sebagai ebntuk perbaikan dan penyempurnaan akan dilakukan secara periodic,sehingga panduan triage dapat disesuaikan dengan keadaan.
10
KEPUSTAKAAN
■
Advanced Trauma Life Support for Doctors, Student Course Manual, Eighth Edition, American College of Surgeons Committee on Trauma, Diterjemahkan & dicetak oleh komisi trauma “IKABP’, tahun 2008.
■
Buku Panduan BT&CLS {Basic Trauma Life Support And Basic Cardiac Life Support ) Edisi Keempat, Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, tahun 2011.
■
Emergency
Severity
lndex
(ESL)
:
A
Triage
Tool
For
Emergency
Department .www.ahrq.gov/professionals/systems/hospital/esi/esil.html; ■
Emergency Care Singapore General Hospital .www.sgh.com.sg;
■
Materi Pelatihan GELS (General Emergency Life Support), Departemen Kesehatan RI - Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Edisi ke-7, September 2006.
■
Singapore Emergency Patienis Categorisation Scale. pdf
■
Singapore
Emergency
Medicine
Services
Patient
Acuity
Category. mht.
http://semsonline.org/index.html;
11