PANDUAN RESTRAIN RSU YOSHUA LUBUK PAKAM TAHUN 2017
RSU YOSHUA JLN. MEDAN NO.70 LUBUK PAKAM
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Panduan yang berjudul Restrain. S emoga panduan ini cukup menjadi bekal bagi para perawat dan bidan yang bekerja bekerja di RSU. Yoshua Lubuk Pakam. Panduan ini sangat berguna bagi perawat atau bidan untuk sebagai pedoman dalam memberikan bantuan hidup dasar bagi pelayanan keseshatan di Rumah Sakit. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang mendukung sehingga panduan ini dapat terselesaikan. Mohon maaf apabila ada kekurangan. kekurangan.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................. ................................................................... ............................................ ............................................ ........................... .....
i
Kata Pengantar ............................................. ................................................................... ............................................ ............................................ ........................... .....
ii
Daftar Isi ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ...................................... ................
iii
BAB I. PENDAHULUAN ......................................... ............................................................... ............................................. ................................... ............
1
1.1. DEFENISI ............................................. ................................................................... ............................................ ............................................ ........................... .....
1
BAB II. TATA LAKSANA ........................................... ................................................................. ............................................ ............................... .........
2
2.1. INDIKASI ............................................. ................................................................... ............................................ ............................................ ........................... .....
2
2.2. JENIS RESTRAIN................................... RESTRAIN......................................................... ............................................. .............................................. .......................
2
2.1.1. Pembatasan Fisik .......................................... ................................................................ ............................................ ............................... .........
2
2.1.2. Pembatasan Mekanis ............................................ .................................................................. ............................................ ........................
3
2.1.3. Surveilans Teknologi………………………………………………………….
3
2.14. Pembatasan Kimia……………………………………………………………..
3
2.1.5. Pemabatasan Pemabatasan Psikologis……………………………………………………….
3
BAB III. TATA LAKSANA................................... LAKSANA......................................................... ............................................ ...................................... ................
6
BAB IV. DOKUMENTASI ........................................... ................................................................. ............................................ ............................... .........
8
BAB V. PENUTUP…………………………………………………………………… PENUTUP …………………………………………………………………… ....
9
DAFTAR PUSTAKA..………………………………………………………………….. PUSTAKA.. …………………………………………………………………..
10
iii
BAB I PENDAHULUAN
1. DEFENISI
Pengertian dasar restraint adalah adalah membatasi gerak atau membatasi kebebasan. Pengertian secara internasional adalah suatu cara/ metode/ restriksi yang disengaja terhadap gerakan/ perilaku seseorang. Dalam hal ini perilaku yang dimaksudkan adalah tindakan yang direncanakan, bukan suatu tindakan yang tidak disadari/ tidak disengaja/ sebagai suatu reflek. Pengertian lain adalah lain adalah suatu tindakan untuk menghambat / mencegah seseorang melakukan sesuatu yang diinginkan. Isolasi/ pengasingan pengasingan adalah suatu tindakan pengasingan terhadap pasien di dalam suatu ruangan dimana pasien tinggal sendiri dan dicegah secara fisik untuk meninggalkan ruangan tersebut. Isolasi hanya digunakan untuk tujuan penanganan tindakan yang membahayakan diri sendiri dan atau orang lain.
1
BAB II RUANG LINGKUP Ruang lingkup pelayanan restrain yaitu semua pasien dengan resiko jatuh, kecenderungan melukai diri sendiri, dan yang menghambat proses pengobatan.
1. INDIKASI
1. Pasien menunjukkan perilaku yang berisiko membahayakan dirinya sendiri dan atau orang lain. 2. Tahanan pemerintah (yang legal / sah secara hukum) yang dirawat di rumah Sakit. 3. Pasien yang membutuhkan tatalaksana emergency (segera) yang berhubungan dengan kelangsungan hidup pasien. 4. Pasien yang memerlukan pengawasan dan penjagaan ketat di ruangan yang yang aman. 5. Restraint atau isolasi digunakan jika intervensi lai nnya yang lebih tidak restriktif tidak berhasil / tidak efektif untuk melindungi pasien, staf, atau orang lain dari ancaman bahaya. 2. JENIS RESTRAIN 2. 1. Pembatasan Fisik
a. Melibatkan
satu
atau
lebih
staf
untuk
memegangi
pasien,
atau
mencegah
pergerakan pasien. b. Pemegangan fisik : dengan tujuan untuk melakukan suatu pemeriksaan fisik / test rutin, namun pasien berhak untuk menolak prosedur ini. c. Memegangi
pasien
dengan
tujuan
untuk
membatasi
pergerakan
pasien
dan
pemberian
obat
berlawanan dengan keinginan pasien termasuk suatu bentuk restraint. d. Pemegangan
pasien
secara
paksa
saat
melakukan
prosedur
(melawan keinginan pasien) dianggap suatu restraint. e. Pada beberapa keadaan, dimana pasien setuju untuk menjalani prosedur / medikasi tetapi tidak dapat berdiam diri / tenang untuk disuntik / menjalani prosedur, staf boleh memegang ipasien dengan tujuan prosedur / pemberian medikasi berjalan dengan lancar aman.Hal ini bukan merupakan restraint . f.
Pemegangan pasien, biasanya anak / bayi, dengan tujuan untuk menenangkan /
2
memberi kenyamanan kepada pasien tidak dianggap sebagai suatu restraint. restraint . 2. 2. Pembatasan Mekanis. a. Melibatkan penggunaan suatu alat. b. Misalnya:
Peralatan sehari hari : penggunaan pembatas di sisi kiri dan kanan tempat tidur (bedrails ) untuk mencegah pasien jatuh / turun dari tempat tidur. ■ Penggunaan side rails untuk melindungi pasien dari risiko jatuh, hal ini tidak dianggap sebagai restraint. ■ Penggunaan side rails pada pasien kejang untuk mencagah pasien jatuh / cedera tidak dianggap sebagai restraint.
2.2.1. Surveilans teknologi.
Teknologi yang digunakan dapat berupa: gelang pengenal, cctv. 2.2.2 Pembatasan kimia.
a. Melibatkan penggunaan obat-obatan untuk membatasi pasien. b. Obat-obatan dianggap sebagai suatu restraint hanya jika penggunaan penggunaan obat-obatan tersebut tidak sesuai dengan standart terapi pasien dan penggunaan obat-obatan ini hanya ditujukan untuk mengontrol perilaku pasien / membatasi kebebasan bergerak pasien. c. Pemberian obat-obatan sebagai bagian dari tata laksana pasien tidak dianggap sebagai restraint. Misalnya obat-obatan psikotik untuk pasien psikiatri, obat sedasi untuk pasien dengan insomnia, obat anti ansietas untuk pasien dengan gangguan cemas, atau analgesic untuk mengatasi nyeri. d. Tidakdiperbolehkan menggunakan“ pembatasan kimia “ ( obat sebagai restraint ) untuk tujuan kenyamanan staf, untuk mendisiplinkan pasien, atau sebagai metode untuk balas dendam. e. Efek samping penggunaan obat haruslah dipantau secara rutin dan ketat. 2. 2. 3. Pembatasan Pembatasan Psikologis .
Meliputi
:
a. Pemberitahuan secara konstan / terus menerus kepada pasien mengenai hal yang tidak boleh dilakukan / memberitahukan bahwa bahwa pasien tidak diperbolehkan melakukan hal yang mereka inginkan Karena tindakan tersebut berbahaya . b. Pembatasan benda / peralatan milik pasien seperti: alat bantu jalan pasien, kacamata, pakaian sehari-hari, atau mewajibkan pasien menggunakan baju rumah rumah sakit dengan tujuan mencegah pasien untuk kabur / keluar. 3
Berikut adalah beberapa contoh perbandingan antara restraint danbukan restraint. No. 1.
Contoh kasus
Restraint / bukan
Saat dirawat di rumah sakit karena Bukan restrain karena restrain karena sedasi tersebut penyakit jantungnya, pasien
diberikan untuk mengobati penyakitnya,
tersebut mengalami hipertensi
bukan untuk mengontrol mengontrol / membatasi
emergency. Sebagai bagian dari
perilakunya.
terapinya, pasien disedasi berat dan dirawat di IPI. 2.
Saat dirawat di rumah sakitkarena Dapat dianggap sebagai sebagai penyakit jantung, pasien juga
Restraint karena sedasi diberikan untuk
diketahui mengidap demensia dan
mengontrol perilaku pasien
sering berkeliaran di RS. Setelah 2 malam kurangtidur, kaki pasien mengalami edema yang cukup luas dan terdapat kekhawatiran bahwa pergerakan konstan tersebut dapat mengeksaserbasi penyakit jantungnya sehingga sehingga pasien diberi sedasi. 3.
Pasien geriatric dirawat dipanti
Sedasi dapat didefinisikan sebagai
jompo dan mengalami susah tidur.
restraint karena ditujukan untuk
Pasien sering berkeliaran di
mengontrol perilaku pasien
rumah untuk mencari istrinya. Staf meminta dokter untuk memberikan sedasi
4
4.
Pasien geriatric dengan riwayat
Bukan restraint karena karena bedrails tidak
stroke berulang butuh bantuan
mengontrol perilaku pasien atau
untuk turun dari tempat tidur dan
mencegah pasien untuk melakukan
melakukan aktifitas sehari-hari.
sesuatu yang diinginkan.
Pasien juga tidak mampu untuk mengkomunikasikan kebutuhannya. Pasien gelisah saat malam ,mengalami spasme otot, dan berisiko jatuh dari tempat tidur. Perawat memutuskan untuk menggunakan bedrails untuk mengurangi resiko jatuh. 5.
Pasien geriatric yang dirawat di
Dapat Dapat dianggap restraint karena
rumah sakit setelah mengalami
mencegah keinginan pasien untuk turun
fraktur panggul. Pasien tidak
dari tempat tidur.
stabil saat bergerak dan sering lupa menggunakan alat bantu jalannya.
Keluarga
sangat
khawatir terjadi fraktur panggul berulang dan meminta perawat untuk menggunakan bedrails untuk mencegah pasien turun sendirian dari tempat tidur di malam hari.
5
BAB III TATA LAKSANA 1. Yang berwenang membuat keputusan mengenai penggunaan restrain adala h DPJP 1) Pengaplikasian restrain dilakukan berdasarkan instruksi dari DPJP. 2) Jika DPJP tidak hadir saat dibutuhkan instruksi, maka tanggung jawab didelegasikan pada dokter jaga. Dokter yang menerima delegasi nantinya akan mengkonsulkan pasien kepada DPJP via telepon. 2. Pengaplikasian restrain harus berdasarkan penilaian kebutuhan pasien, kondisi medis serta riwayat penyakit dan intervensi yang diberikan haruslah sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan pasien. 3. Restrain digunakan sebagai cara/ alternatif terakhir t erakhir jika metode restriktif lainnya tidak berhasil / tidak efektif untuk memastikan keselamatan pasien, staf, atau orang lain. 4. Instruksi penggunaan restrain tidak boleh digunakan instruksi pro re nata ( jika perlu ). 1) Setiap episode penggunaan restrain harus dinilai dan dievaluasi serta berdasarkan instruksi dokter. 2) Jika pasien sudah terbebas dari penggunaan restrain dan kemudian menunjukkan perilaku yang membahayakan dan hanya dapat diatasi oleh re-aplikasi restrain, diperlukan instruksi baru untuk melakukan re-aplikasi. 3) Staf tidak boleh memberhentikan memberhentikan penggunaan restrain dan kemudian me-reaplikasikannya kembali di bawah instruksi yang sebelumnya. 5. Pengecualian : 1) Penggunaan side rails yang diindikasikan harus tercatat di rekam medis pasien. 2) Pada pasien dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri penggunaan restrain untuk mencegah cedera/bahaya pada diri sendiri. 3) Perilaku yang berbahaya dibuat berdasarkan penilaian oleh dokter. 6. Penggunaan restrain yang bertujuan untuk manajemen perilaku destruktif/ membahayakan harus dievaluasi setiap : 1) 4 jam untuk dewasa ≥ 18 tahun ke atas. atas . 2) 2 jam untuk anak dan remaja usia 9 – 9 – 17 17 tahun. 3) 1 jam untuk anak ˂ 9 tahun. 7. Batasan evaluasi di atas tidak berlaku untuk manajemen perilaku non destruktif 8. Aplikasi restrain pada pasien dengan perilaku destruktif
6
1) Dievaluasi langsung 1 jam setelah instruksi rest rain oleh dokter yang bertugas atau perawat jaga dan dicatat dalam rekam medis pasien. 2) Evaluasi meliputi : a. Temuan terbaru mengenai kondisi pasien. b. Respon pasien terhadap restrain. c. Hasil evaluasi pasien. d. Perlu tidaknya untuk menghentikan/melanjutkan tindakan restrain. 9. Penggunaan restrain harus dipantau secara berkala dan jika kondisi membahayakan sudah teratasi segera hentikan penggunaan restrain. 10. Batas waktu penggunaan restrain maksimal 24 jam dan jika batas waktu restrain hampir berakhir, perawat harus segera melaporkan kondisi klinis pasien berdasarkan asesmen dan evaluasi terkini, serta menanyakan apakah instruksi restrain perlu dilanjutkan atau tidak. 11. Prosedur observasi sebelum dan setelah aplikasi restrain 1) Singkirkan semua benda yang berpotensi membahayakan, sebelum aplikasi restrain 2) Inspeksi keamanan tempat tidur, tempat duduk dan peralatan yang akan digunakan selama proses restrain. 3) Jelaskan alasan penggunaan restrain. 4) Observasi pasien setelah aplikasi restrain 5) Penuhi kebutuhan pasien seperti : makan, minum, mandi dan toileting 6) Lakukan pemantauan secara berkala meliputi : tanda vital, posisi tubuh pasien, keamanan restrain dan kenyamanan pasien. 7) Catat dan laporkan perubahan perilaku pasien pada DPJP.
7
BAB IV DOKUMENTASI Dokumentasi meliputi : 1. Kondisi pasien 2. Perilaku pasien 3. Alasan dan jenis penggunaan restrain 4. Respon pasien terhadap intervensi restrain. 5. Evaluasi perilaku dan kondisi pasien setelah aplikasi rest rain.
8
BAB V PENUTUP Penyusun Panduan ini telah melibatkan para Pimpinan Rumah Sakit dari berbagai unit kerja keperawatan maupun kebidanan, ini semua adalah sebagai bahan untuk akreditasi Rumah Sakit. Panduan Pelayanan ini sentiasa akan menjadi Pedoman sesuai dengan perkembangan ilmu yang berlaku. berlaku. Keberhasilan pelayanan perawatan code blue sangat bergantung pada komitmen dan kemampuan perawat/ bidan untuk dapat mencapai hasil yang optimal.
Di tetapkan di lubuk pakam Pada tanggal 24 Juni 2017 Di RSU Yoshua
Dr. Surya Muchtar, Sp.PD
9
DAFTAR PUSTAKA
Royal College of Nursing. Let’s talk about restraint: rights, risk and responsibility.
London: Royal College of Nursing; 2008.
Guidelines for restrain or seclusion. 2012.
Irish Nurses Organisation. Guidelines on the use of restrain in the care of older person. Dublin; Irish Nurses Organisation; 2003. 2003.
Nurses Board South Australia. Restrain; guideline for nurses and midwives in South Australia, 2008.
Sower WP,Wharton E, Weaver A, Restraints, seclusion and patient right standar for hospital under the Medicare/Medicaid program.
National Council for Community Behavioral Healthcare. Policy resources; restraints and seclusion – seclusion – rules rules chart. CMS revised rules (key provisions) 2012.
Anohar R. Manual of operation restraints policy, 2008.
South Eastern Sundey Illawarra. Restraints policy – policy – use use of (adult patient) 2006.
Joint Commision standars on restraint and seclusion / nonviolent crisis intervention training program. Nonviolent crisis intervention; a CPI specialized offering. 2009
Hilo Medical center. Restraint / seclucion / physician / order sheet patient care plan. 2009.
10