ORGAN PENCERNAAN RUMINANSIA, PSEUDORUMINANSIA DAN MONOGASTRIK BERDASARKAN
KARAKTERISTIK PENGAMATAN
Lavare Allainnur Tungga1) dan Putri Rafleliwati2)
1Mahasiswa Program Studi S1 Peternakan
Email:
[email protected]
2Asisten Laboratorium Fisiologi dan Biokimia
Email:
[email protected]
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang
Received : ............. ; revised : ............. ; accepted .............
Abstrak
Sistem pencernaan hewan adalah penghancuran bahan makanan
(mekanis/enzimatis, kimia dan mikrobia) dari bentuk komplek (molekul besar)
menjadi sederhana (bahan penyusun) dalam saluran pencernaan hewan. Sistem
pencernaan hewan dibagi menjadi tiga yaitu ruminansia, monogastrik, dan
pseudoruminansia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan
saluran pencernaan hewan antara ruminansia, monogastrik dan
pseudoruminansia. Ruminansia adalah kelompok hewan mamalia yang bisa memah
(memakan) dua kali sehingga kelompok hewan tersebut dikenal juga sebagai
hewan memamah biak Monogastrik adalah organisme dengan perut yang
sederhana dan single-bilik pada sistem pencernaan mereka pseudoruminansia
adalah hewan yang memiliki lambung tunggal dan sederhana. Presentase
penelitian saluran pencernaan yang paling banyak yaitu ruminansia dan yang
paling sedikit yaitu monogastrik. Penelitian ini bermanfaat untuk
mengetahui perbedaan saluran pencernaan antara ruminansia, monogastrik, dan
pseudoruminansia.
Kata kunci: monogastrik, saluran pencernaan, organ pencernaan, ruminansia,
pseudoruminansia
PENDAHULUAN
Kehidupan sehari-hari, ternak pada saat makan tentunya akan terjadi
proses di dalam tubuh ternak, proses yang terjadi yaitu proses pencernaan .
Sistem pencernaan hewan adalah penghancuran bahan makanan
(mekanis/enzimatis, kimia dan mikrobia) dari bentuk komplek (molekul besar)
menjadi sederhana (bahan penyusun) dalam saluran pencernaan hewan. Proses
pencernaan dapat terjadi secara sempurna dan kurang sempurna. Proses
pencernaan sempurna dan proses penyerapan sari makanan terjadi dalam usus.
Proses pencernaan secara lebih sempurna dan penyerapan sari makanan
berlangsung di dalam usus (Isnaeni, 2006). Sistem pencernaan hewan dapat
dibagi menjadi tiga jenis yaitu hewan ruminansia, monogastrik, dan
pseudoruminansia.. Ruminansia adalah kelompok hewan mamalia yang bisa memah
(memakan) dua kali sehingga kelompok hewan tersebut dikenal juga sebagai
hewan memamah biak. Ternak ruminansia memiliki urutan organ saluran
pencernaan yaitu esofagus, rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus besar,
sekum, usus besar dan berakhir di anus (Campbell et al,. 2004). Saluran
pencernaan hewan ruminansia adalah mulut, esofagus, lambung yang memiliki 4
bagian yaitu rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus halus, usus besar,
sekum, dan anus. Contoh hewan ruminansia antara lain sapi, kambing dan
domba kebanyakan mengkonsumsi hijauan pakan dikarenakan memiliki lambung
yang dapat mencerna serat kasar.
Monogastrik adalah organisme dengan perut yang sederhana dan single-
bilik pada sistem pencernaan mereka. Monogastrik adalah hewan yang memiliki
satu lambung (Rizal, 2006). Monogastrik dalam esofagus mempunyai bentuk
lurus membesar dan berbentuk tembolok. Ciri khusus pada monogastrik yaitu
memiliki tembolok pada bagian esofagus. Pakan akan disimpan di dalam
tembolok selama beberapa jam untuk proses pelunakan serat kasar (Akoso,
1998). Saluran pencernaan monogastrik terdiri dari mulut, esofagus,
tembolok, lambung kelenjar, lambung keras, usus halus, sekum, usus besar,
kloaka dan anus. Saluran pencernaan hewan pseudo-ruminansia terdiri dari
mulut, esofagus, lambung, usus halus, sekum, usus besar dan anus. Contoh
hewan monogastrik yaitu ayam, bebek dan itik. Hewan pseudoruminansia adalah
hewan yang memiliki lambung tunggal dan sederhana Saluran pencerrnaan
pseudoruminansia yaitu rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus
dan usus besar. Contoh hewan pseudoruminansa yaitu kelinci.
METODE PRAKTIKUM
Praktikum Fisiologi Ternak dengan materi Anatomi Digesti Ruminansia,
Non Ruminansia, Pseudoruminansia dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 7
April 2015 Pukul 07.00-09.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia
Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang.
Materi yang digunakan dalam praktikum sistem pencernaan pada
ruminansia menggunakan alat antara lain sarung tangan, masker, pisau,
penggaris atau penggaris, alat tulis, dan alas plastic. Bahan yang
digunakan adalah awetan saluran pencernaan kambing, formalin organ-organ
saluran pencernaan ternak ruminansia (kambing) yang digunakan sebagai obyek
pengamatan praktikum. Praktikum dengan materi anatomi saluran pencernaan
non-ruminansia menggunakan alat antara lain pisau, masker, sarung tangan,
alas plastik, penggaris atau mistar, dan alat tulis. Bahan yang digunakan
adalah organ-organ saluran pencernaan ternak non-ruminansia (ayam) yang
digunakan sebagai obyek pengamatan praktikum.
Praktikum dengan materi anatomi saluran pencernaan pseudo-ruminan
menggunakan alat antara lain, pisau, masker, sarung tangan, alas plastic,
penggaris atau mistar, dan alat tulis untuk menulis hasil pengamatan. Bahan
yang digunakan adalah organ-organ saluran pencernaan ternak
pseudoruminansia (kelinci) yang digunakan untuk obyek pengamatan praktikum.
Metode yang digunakan dalam praktikum sistem pencernaan pada
ruminansia. Praktikan memakai masker dan sarung tangan kemudian gunakan
pisau bedah untuk menyayat ternak ruminansia. Mengambil sistem pencernaan
atau awetan organ pencernaan. Setelah itu menyusun sistem pencernaan yang
dilewati oleh pakan dengan urut dan benar mulai dari mulut sampai ke anus.
Kemudian mengamati organ pencernaan tersebut dengan cara mengukur panjang
dan lebar organ (esofagus, lambung, usus halus, usus besar). Kemudian
Gambar dan catat hasil pengamatan. Diskripisikan perbedaan rumen,
retikulum, omasum dan abomasum). Metode yang digunakan dalam praktikum
sistem pencernaan pada non-ruminansia. Praktikan memakai masker dan sarung
tangan kemudian memotong vena jugularis untuk mengeluarkan darahnya sampai
tuntas. Menguliti hewan yang telah dipotong. Mengeluarkan organ dalam
meliputi esofagus, lambung, usus (kecil dan besar), hati dan pancreas yang
menempel pada usus kecil. Menimbang saluran pencernaan beserta isi (feses)
yang masih ada di dalamnya. Membersihkan isi saluran pencernaan dan
mencucinya sampai bersih. Menimbang masing-masing bagian yang dipotong
(jika terbatas, tidak dilakukan). Mengukur panjang esofagus, panjang dan
lebar lambung (yang telah dibedah). Pada saluran ruminansia masing-masing
bagian kompartemen lambung yakni reticulum, rumen , omasum dan abomasums.
Panjang usus keci, usus besar, dan sekum. Metode yang digunakan dalam
praktikum sistem pencernaan pada pseudoruminansia. Praktikan memakai masker
dan sarung tangan kemudian memotong vena jugularis untuk mengeluarkan
darahnya sampai tuntas. Menguliti hewan yang telah dipotong. Mengeluarkan
organ dalam meliputi esofagus, lambung, usus (kecil dan besar), hati dan
pancreas yang menempel pada usus kecil. Menimbang saluran pencernaan
beserta isi (feses) yang masih ada di dalamnya. Membersihkan isi saluran
pencernaan dan mencucinya sampai bersih. Menimbang masing-masing bagian
yang dipotong (jika terbatas, tidak dilakukan). Mengukur panjang esofagus,
panjang dan lebar lambung (yang telah dibedah). Pada saluran ruminansia
masing-masing bagian kompartemen lambung yakni reticulum, rumen , omasum
dan abomasums. Panjang usus keci, usus besar, dan sekum.
Variabel yang di ukur dalam praktikum anatomi saluran pencernaan
hewan ruminansia, monogastrik dan pseudoruminansia yaitu panjang organ dan
presentase masing-masing organ, panjang organ pencernaan dapat di ukur
dengan cara mengukur panjang dari organ pencernaan, sedangkan presentase
organ dapat dicari dengan rumus
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum Fisiologi Ternak dengan materi anatomi saluran
pencernaan hewan ruminansia, monogastrik dan psudeoruminan memiliki fungsi
dan karakteristik yang berbeda-beda. Saluran pencernaan ruminansia terdiri
dari rongga mulut (oral), kerongkongan (oesophagus), proventrikulus (pars
glandularis) yang terdiri dari rumen, retikulum, dan omasum, ventrikulus
yakni abomasum, usus halus (intestinum tenue), usus besar (intestinum
crassum), sekum (coecum), kolon, dan anus. Lambung ruminansia terdiri atas
4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang
bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%,
retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Lambung ruminansia sangat
besar, yakni ¾ dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting
untuk menyimpan makanan sementara yang akan dikunyah kembali (kedua kali).
Hewan monogastrik memiliki saluran pencernaan yang terdiri dari mulut,
oesophagus, stomach, small intestinum, large intestinum, rektum dan anus.
Hewan non ruminansia (unggas) memiliki pencernaan monogastrik (perut
tunggal) yang berkapasitas kecil. Makanan ditampung di dalam crop kemudian
empedal/gizzard terjadi penggilingan sempurna hingga halus. Makanan yang
tidak tercerna akan keluar bersama ekskreta, oleh karena itu sisa
pencernaan pada unggas berbentuk cair. Hewan pseudoruminansia memiliki
saluran pencernaan yang terdiri dari mulut, faring, kerongkongan, lambung
(gastrum), usus halus (intestineum tenue), yang terdiri dari doedenum,
jejenum, ileum, usus besar (intestinum crasum), yang terdiri dari kolon,
sekum, dan rektum kemudian berakhir pada anus.
Kinerja Saluran Pencernaan Ruminansia
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada organ pencernaan ruminansia maka
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Data Saluran Pencernaan Ruminansia
"Organ "Panjang"Persenta"
"Pencernaan "(cm) "se (%) "
"Organ " "100 "
"Pencernaan Utuh" " "
"Esofagus "35 "2.61 "
"Rumen "26 "1,94 "
"Retikulum "10 "0.74 "
"Omasum "8 "0,59 "
"Abomasum "22 "1,64 "
"Usus Halus "941 "70,38 "
"Sekum "20 "1,49 "
"Usus Besar "275 "20,75 "
"Anus "0 "0 "
Sumber: Data Primer Praktikum Fisiologi Ternak, 2015
Saluran pencernaan ruminansia terdiri dari rongga mulut (oral),
kerongkongan (oesophagus), proventrikulus (pars glandularis) yang terdiri
dari rumen, retikulum, dan omasum, ventrikulus yakni abomasum, usus halus
(intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum), sekum (coecum), kolon,
dan anus
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil yaitu panjang esofagus
adalah 35 cm dan presentasenya 2,61%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
esofagus dalam keadaan abnormal, karena esofagus yang dalam keadaan normal
panjangnya kurang lebih 125 cm. Hal tersebut akan berdampak dan berpengaruh
terhadap fungsi dari esofagus. Faktor yang mempengaruhi tersebut antara
lain umur jenis dan pakan. Esofagus merupakan saluran tempat lewatnya
makanan dari mulut ke lambung, yang merupakan saluran dari faring ke
kardia. Rumen merupakan lambung pencerna yang terdapat mikroflora dan
mikrofauna yang berperan dalam pencernaan makanan dan metabolisme. Rumen
dapat diberi bahan serat kasar yang enak dan lunak berupa pakan starter
seperti biji-bijian atau pakan penguat. Menurut Sudarmono et al (2008)
Rumen akan berfungsi lebih awal, yang berarti pedet mulai mencerna pati dan
pakan kasar. Berdasarkan hasil pengamatan panjang rumen adalah 26 cm dan
presentasenya 1,94%. Hal tersebut menunjukkan bahwa rumen dalam keadaan
abnormal, karena rumen yang dalam keadaan normal presentase panjangnya
kurang lebih 80%. Hal tersebut akan berdampak dan berpengaruh terhadap
fungsi dari rumen. Retikulum adalah proses dimana prokariota dan protista
bekerja pada makanan yang kaya akan selulosa. Menurut Campbell et al (2004)
Retikulum yaitu dimana prokariota dan protista simbotik (khususnya silata)
bekerja pada bahan makanan yang kaya selulosa. Panjang retikulum adalah 10
cm dan presentasenya 0,74%. Hal tersebut menunjukkan bahwa reticulum dalam
keadaan abnormal, karena reticulum yang dalam keadaan normal presentase
panjangnya kurang lebih 5%. Hal tersebut akan berdampak dan berpengaruh
terhadap fungsi dari retikulum.
Omasum merupakan suatu organ yang berisi lamina muskuler yang turun
dari alam dorsum atau bagian atap. Omasum terletak di sebelah kanan rumen
dan retikulum persis pada kaudal hati. Omasum berfungsi untuk tempat proses
fermentasi reduksi pakan dan tempat penyerapan air. Purbowati (2009)
menyatakan di omasum sebagian besar air itu akan diserap olehluas daerah
penyerapan yang terdiri dari banyak lapis. Panjang omasum 8 cm dan
presentasenya 0,59%. Hal tersebut menunjukkan bahwa omasum dalam keadaan
abnormal, karena omasum yang dalam keadaan normal panjang presentasenya
kurang lebih 7-8%. Hal tersebut akan berdampak dan berpengaruh terhadap
fungsi dari omasum. Abomasum terletak ventral dari omasum dan terentang
kaudal pada sisi kanan dari rumen. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh
Panjang abomasum 22 cm dan presentasenya 1,64%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa abomasum dalam keadaan abnormal, karena abomasum yang dalam keadaan
normal panjang presentasenya kurang lebih 70,38%. Hal tersebut akan
berdampak dan berpengaruh terhadap fungsi dari abomasums. Abomasum
berfungsi untuk tempat proses penyerapan dan permulaan pencernaan enzim
enzimatis. Menurut Campbell et al (2004) abomasum adalah tempat untuk
dicerna oleh enzim. Usus halus terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum,
jejenum, dan ileum. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil yaitu
Panjang usus halus 941 cm dan presentasenya 70,38%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa usus halus dalam keadaan abnormal, karena usus halus yang
dalam keadaan normal panjang presentasenya kurang lebih 6 m. Hal tersebut
akan berdampak dan berpengaruh terhadap fungsi dari usus halus. Sekum
merupakan tempat di mana mikroba tinggal untuk mencerna serat dalam
makanan. Sekum adalah bagian awal usus besar yang terhubung dengan bagian
bawah usus halus yang disebut ileum. Panjang sekum 20 cm dan presentasenya
1,49%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sekum dalam keadaan abnormal, karena
sekum yang dalam keadaan normal panjang presentasenya kurang lebih 20%. Hal
tersebut akan berdampak dan berpengaruh terhadap fungsi dari sekum. Usus
Besar terdiri dari sekum, kolon, dan rektum. Usus besar tidak menghasilkan
enzim karena kelenjar-kelenjar yang ada adalah mukosa, karenanya tiap
pencernaan yang terjadi di dalamnya adalah sisa-sisa kegiatan oleh enzim-
enzim dari usus halus dan enzim yang dihasilkan oleh jasad-jasad renik
yanng banyak terdapat pada usus besar. Panjang usus besar 275 cm dan
presentasenya 20,75%. . Hal tersebut menunjukkan usus besar dalam keadaan
abnormal, karena usus besar yang dalam keadaan normal panjang presentasenya
yaitu kurang lebih 70%. Hal tersebut akan berdampak terhadap fungsi dari
usus besar.
Kinerja Saluran Pencernaan Pseudoruminansia
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada organ pencernaan
pseudoruminansia maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 2. Data Saluran Pencernaan Pseudoruminansia
"Organ "Panjang"Persenta"
"Pencernaan "(cm) "se (%) "
"Organ " " "
"Pencernaan Utuh" " "
"Esofagus "8 "2,12 "
"Lambung "11 "2,92 "
"Usus Halus "248 "65,9 "
"Sekum "37 "9,84 "
"Usus Besar "71 "18,88 "
"Anus "1 "0,26 "
Sumber: Data Primer Praktikum Fisiologi Ternak, 2015.
Hewan pseudoruminansia adalah hewan yang memiliki lambung tunggal dan
sederhana. Susunan organ pencernaan kelinci dimulai dari mulut, esofagus
lambung, usus halus, usus besar, dan anus.
Esofagus adalah saluran yang menghubungkan mulut dan lambung. Hasil
pengamatan diperoleh panjang esofagus adalah 8 cm dan presentasenya 2,12%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa esofagus dalam keadaan abnormal, karena
esofagus yang dalam keadaan normal panjang presentasenya 12,22%. Hal
tersebut akan berdampak dan berpengaruh terhadap fungsi dari esofagus.
Lambung merupakan ruangan yang berfungsi sebagai tempat pencernaan dan
penyimpanan pakan. Hewan pseudoruminansia merupakan hewan monogastrik yang
memiliki lambung tunggal dan sederhana. Panjang lambung 11 cm dan
presentasenya 2,92%. Hal tersebut menunjukkan bahwa lambung dalam keadaan
abnormal, karena lambung yang dalam keadaan normal panjang presentasenya
14,42%. Hal tersebut akan berdampak dan berpengaruh terhadap fungsi dari
lambung. Lambung kelinci adalah ruangan yang berfungsi sebagai tempat
pencernaan dan penyimpanan makanan. Priyatna (2011) Menyatakan lambung
hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan sterilisasi sebelum makanan
pindah ke usus halus. Dalam usus halus terjadi pencernaan protein dan
karbohidrat. Usus halus terbagi atas 3 bagian yaitu : duodenum, jejenum dan
ileum. Usus halus kelinci berfungsi untuk absorpsi dan pencernaan makanan.
Usus halus panjangnya 248 cm dan presentasenya 65,9%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa usus halus dalam keadaan normal, karena usus halus yang
dalam keadaan normal panjangnya kurang lebih 220 cm. Hal tersebut tidak
akan berdampak dan berpengaruh terhadap fungsi usus halus. Sekum panjangnya
37 cm dan presentasenya 9,84%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sekum dalam
keadaan abnormal, karena sekum yang dalam keadaan normal panjang
presentasenya kurang lebih 50%. Hal tersebut akan mempengaruhi dan
berdampak terhadap fungsi sekum. Sekum kelinci mengalami mengalamai proses
fermentasi di dalam sekum. Masanto (2010) menyatakan fermentasi hanya
terjadi di sekum yaitu bagian pertama dari usus besar. Usus besar merupakan
tempat terjadinya penyerapan air utama dan terjadi di dalam kolon. Usus
besar panjangnya 71 cm dan presentasenya 18,88%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa usus besar dalam keadaan abnormal, karena usus besar yang keadaan
normal panjangnya antara 750-800 cm. Hal tersebut akan mempengaruhi dan
berdampak terhadap fungsi usus besar. Anus merupakan bagian akhir dari
saluran pencernaan. Anus merupakan bagian terminal dari saluran pencernaan
dan kuli. Anus memiliki panjang 1 cm dan presentasenya 0,26%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa anus dalam keadaaan abnormal, karena anus yang dalam
keadaan normal panjang presentasenya kurang lebih 3,6%. Hal tersebut akan
mempengaruhi dan berdampak terhadap fungsi anus.
Kinerja Saluran Pencernaan Monogastrik
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada organ pencernaan monograstrik
maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 3. Data Saluran Pencernaan Monogastrik
"Organ "Panjang"Persenta"
"Pencernaan "(cm) "se (%) "
"Organ " " "
"Pencernaan Utuh" " "
"Esofagus "11 "4,48 "
"Tembolok "8 "3,26 "
"Proventrikulus "5 "2,04 "
"Gizard "5 "2,04 "
"Pankreas "11 "4,48 "
"Usus Halus "111 "69,78 "
"Ceca "29 "11,83 "
"Usus Besar "41 "18,14 "
"Kloaka "5 "2,04 "
Sumber: Data Primer Praktikum Fisiologi Ternak, 2015.
Monogastrik adalah organisme dengan perut yang sederhana dan single-
bilik pada sistem pencernaan mereka dan hewan yang memiliki satu lambung.
Organ pencernaan monogastrik terdiri dari mulut, esofagus, tembolok,
proventikulus, gizzard, usus halus, ceca, Usus besar, kloaka.
Hasil pengamatan diperoleh panjang esofagus adalah 11 cm dan
presentasenya 4,48%. Hal tersebut menunjukkan bahwa esofagus dalam keadaan
abnormal, karena esofagus yang keadaan normal panjangnya kurang lebih 20
cm. Hal tersebut akan mempengaruhi dan berdampak terhadap fungsi esofagus.
Esofagus yaitu tempat pakan yang berupa pipa melalui saluran dari bagian
belakang mulut ke proventikulus. Rizal (2006) menyatakan Esofagus merupakan
saluran makanan dari mulut dan farinks menuju proventrikulus pada unggas.
Tembolok merupakan pelebaran oesophagus yang tidak terdapat pada non-
ruminansia lain. Crop digunakan untuk menyimpan pakan sebelum masuk ke
dalam proventikulus. Tembolok berfungsi untuk menyimpan makanan sementara
sebelum diteruskan ke lambung kelenjar. Menurut Suprijatna et al (2002)
Tembolok berperan sebagai tempat penyimpanan makanan. Panjang tembolok 8 cm
dan presentasenya 3,26%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tembolok dalam
keadaan abnormal, karena tembolok dalam keadaan normal panjang
presentasenya 24,46%. Hal tersebut akan berdampak dan mempengaruhi fungsi
dari tembolok.
Proventikulus atau lambung kelenjar merupakan tempat terjadinya
pencernaan secara enzimatis yang menyekresikan pepsinogen dan HCl.
Proventikulus panjangnya 5 cm dan presentasenya 2,0%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa proventikulus dalam keadaan abnormal, karena
proventikulus dalam keadaan normal panjang presentasenya 7,46%. Hal
tersebut akan berdampak dan mempengaruhi fungsi dari proventikulus.
Proventrikulus adalah suatu pelebaran dari kerongkongan sebelum berhubungan
dengan gizzard. Menurut Rizal (2006) proventrikulus merupakan pelebaran
dari ujung esofagus. Gizzard disebut lambung otot yang terdiri dari dua
pasang otot yang tebal. Suprijatna (2002) menyatakan gizzard memiliki dua
pasang otot yang sangat kuat. Panjang gizzard panjangnya 5 cm dan
presentasenya 2,04%. Hal tersebut menunjukkan bahwa Gizard dalam keadaan
abnormal, karena gizzard yang dalam keadaan normal panjang presentasenya
kurang lebih 1,5-2,4 %. Hal tersebut akan berdampak dan berpengaruh
terhadap fungsi dari gizzard. Pankreas panjangnya 11 cm dan
presentasenya 4,48%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pankreas dalam keadaan
abnormal, karena pankreas dalam keadaan normal panjang presentasenya kurang
lebih 13.40%. Hal tersebut akan mempengaruhi fungsi dari pankreas. Small
intestine memanjang dari ventriculus sampai large intestinum dan terbagi
atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Panjang usus halus 111
cm dan presentasenya 69,78%. Hal tersebut menunjukkan bahwa usus halus
dalam keadaan abnormal, karena usus halus dalam keadaan normal panjang
presentasenya 87,46%. Hal tersebut akan berdampak dan mempengaruhi fungsi
dari usus halus. Usus halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya
pencernaan dan absorpsi produk pencernaan. Akoso (1998) menyatakan
pencernaan dan penyerapan pakan utamanya terjadi di usus halus panjang
ceca 29 cm dan presentasenya 11,83%,. Large intestine berupa saluran yang
mempunyai diameter dua kali dari diameter small intentine dan berakhir pada
kloaka. Usus besar paling belakang terdiri dari rektum yang pendek dan
bersambungan dengan kloaka. Panjang usus besar 41 cm dan presentasenya
18,14%. Hal tersebut menunjukkan bahwa usus besar dalam keadaan abnormal,
karena usus besar dalam keadaan normal panjang presentasenya 25,39%. Hal
tersebut akan berdampak dan mempengaruhi fungsi dari usus besar. Usus besar
memiliki panjang rektum pada ayam dewasa lebih kurang 7-10 cm. Suprijatna
et al (2002) menyatakan ayam dewasa memiliki panjang sekitar 10 cm dengan
diameter sekitar dua kali usus halus. Kloaka merupakan saluran dari sistem
pencernaan dan reproduksi yang terakhir. Panjang kloaka 5 cm dan
presentasenya 2,04%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kloaka dalam keadaan
abnormal, karena kloaka dalam keadaan normal panjang presentasenya 4,06%.
Hal tersebut akan berdampak dan mempengaruhi fungsi dari kloaka.
KESIMPULAN
Ruminansia adalah hewan pemakan tumbuhan yang mempunyai empat bagian
perut, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan,
abomasum. Saluran pencernaan hewan ruminansia adalah mulut, esofagus,
lambung yang memiliki 4 bagian yaitu rumen, retikulum, omasum, abomasum,
usus halus, usus besar, sekum, dan anus. Monogastrik adalah hewan yang
memiliki satu lambung. Saluran pencernaan monogastrik yaitu mulut,
esofagus, tembolok, lambung kelenjar, lambung keras, usus halus, sekum,
usus besar, kloaka dan anus. Hewan pseudoruminansia adalah hewan yang
memiliki lambung tunggal dan sederhana Saluran pencerrnaan pseudoruminansia
yaitu rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus dan usus besar.
REFERENSI
Akoso, B. T. 2002. Kesehatan Unggas. Kanisius, Yogyakarta.
Campbell. N.A., Reece, J. B. dan Lawrence G. M. 2004. Biologi Edisi Kelima
Jilid tiga. Erlangga, Jakarta.
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius, Yogyakarta
Masanto, R dan Ali A. 2010. Beternak Kelinci potong. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Priatna, R. 2011. Beternak dan Bisnis Kelinci Pedaging. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Purbowati, E. 2009. Usaha Pegemukan Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rizal, Y. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Andalas University Perss, Padang.
Sudarmono, A.S. dan Bambang S. 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprijatna. E., Atmomarsono, U. dan Ruhyat K. 2002. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.