REFERAT PATOLOGI ANATOMI BLOK NEFRO URINARY SYSTEM “ORCHITIS”
Asisten : G1A009132
Fauziah Rizki I
Disusun Oleh : Kelompok C10 G1A010093
PUTRI HAYUNINGTYAS
G1A010095
ARIA YUSTI KUSUMA
G1A010102
HAYIN NAILA N
JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2012
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT ORCHITIS
Kelompok : C10
Putri Hayuningtyas
G1A010093
Aria Yusti Kusuma
G1A010095
Hayin Naila N
G1A010102
Disusun untuk memenuhi persyaratan nilai praktikum Patologi Anatomi blok NU pada Jurusan Kedokteran FKIK Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Diterima dan disahkan Purwokerto,
September 2012 Asisten
Fauziah Rizki I. G1A009132
I. PENDAHULUAN
Kejadian orchitis diperkirakan 1 diantara 1.000 laki-laki. Dalam orchitis gondong, 4 dari 5 kasus terjadi pada laki-laki prepubertal (lebih muda dari 10 tahun). Dalam orchitis bakteri, sebagian besar kasus berhubungan dengan epididimitis (epididymo-orchitis), dan mereka terjadi pada laki-laki yang aktif secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria lebih tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH). Di Amerika Serikat sekitar 20% dari pasien prepubertal dengan gondong berkembang orchitis. Kondisi ini jarang terjadi pada laki-laki postpubertal dengan gondong (Sjamsuhidajat, 2005). Pendahuluannya ditambahin yaa .. Itu kan baru epidemiologi ditambahin nih ..definisinya bisa, etiologi bisa, dan ditambahin juga kenapa BPH ini diangkat jadi topik referat yaa .. Semnagat
\
II. ISI
A. Definisi Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap infeksi. Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong , n amun, virus lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis (Sjamsuhidajat, 2005).
B. Etiologi 1.
Virus:
orchitis
gondong
(mumps)
paling
umum.
Infeksi
Coxsackievirus tipe A, varicella, dan echoviral jarang terjadi. 2.
Infeksi bakteri dan pyogenik: E. coli, Klebsiella, Pseudomonas, Staphylococcus, dan Streptococcus
3.
Granulomatous:
T.
pallidum,
Mycobacterium
tuberculosis,
Mycobacterium leprae, Actinomycetes
4.
Trauma sekitar testis
5.
Virus lain meliputi coxsackievirus , varicella , dan echovirus .
6.
Beberapa laporan kasus telah dijelaskan imunisasi gondong, campak, dan rubella (MMR) dapat ,enyebabkan orchitis
7.
Bakteri penyebab biasanya menyebar dari epididimitis terkait dalam seksual pria aktif atau laki-laki dengan BPH; bakteri termasuk Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae , Pseudomonas aeruginosa , Staphylococcus, Streptococcus
8.
Idiopatik (Mark, 2010)
C. Faktor Resiko 1.
Instrumentasi dan pemasangan kateter merupakan faktor risiko yang umum untuk epididymis akut. Urethritis atau prostatitis juga bisa menjadi faktor risiko.
2.
Refluks urin terinfeksi dari urethra prostatik ke epididymis melalui saluran sperma dan vas deferens bisa dipicu melalaui Valsalva atau pendesakan kuat. (Mark, 2010)
D. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala orkitis dapat berupa : 1. Demam 2. Peningkatan WBCs 3. Kemerahan skrotum secara unilateral atau bilateral 4. Semen mengandung darah 5. Keluar nanah dari penis 6. Pembengkakan skrotum 7. Testis yang terkena terasa berat, membengkak, dan teraba lunak, serta nyeri ketika berkemih 8. Buang air besar (mengedan), melakukan hubungan seksual. 9. Selangkangan juga dapat membengkak pada sisi testis yang terkena (Mycyk, et al, 2004). Ini dihapus ajaa ..ditambahin ke penegakan diagnosis ajaa yaa ..
E. Patomekanisme Etiologi
Virus : Virus mumps,
Bakteri : N. Gonorhoeae,
Infeksi K. Parotis
C. Trachomatis, E. coli
oleh virus
Coxsackie virus, varicella echovirus
Memasuki urethra
Pembengkakan kelanjar parotis
Proses Inflamasi
Respon imun terhadap
Respon imun terhadap
Virus mengikuti
virus : Sel K,
bakteri : respon imun
aliran limfe
antibody, sel Tc
spesifik dan non-spesifik
Menyebar lebih
Kematian selsel leukosit
Fenikulus s ermaticus
lanjut sampai
Peradangan di testis /
Pus
orchitis
Histamin
Vasodilatasi
Eritema
Aliran pembuluh
Sel respon
Keluar mediator-
darah, vasa recta
imun
mediator
meningkat
meningkat
inflamasi
Calor
Dinding tipis
Extravasasi cairan
Tekanan tinggi seperti saat
Bengkak
Semen mengandung darah
Nyeri
Bagan 1.1 Patomekanisme Orchitis (Corwin 2000 ; Baratawidjaja, 2010 ; Price, 2006)
F. Gambaran Histopatologi
1. Gambaran makroskopis Tampak scrotum dan testis eritema. Selain itu tampak adanya pembengkakan, terlihat dari ukuran scrotum dan testis lebih dari normal (Mycyk , et al, 2004).
2. Gambaran mikroskopis Tampak lapisan epitel masih normal. Namun, banyak sebukan limfosit disekitar , et al, 2004). jaringan yang menunjukkan adanya peradangan akut (Mycyk
Kalo bisa ditunjukin yaa
G. Penegakan Diagnosis Penegakan diagnosis untuk penyakit orchitis (Gilbert, 2004) : 1. Anamnesis a. Orchitis ditandai dengan nyeri testis dan pembengkakan. b. Nyeri berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai nyeri yang hebat. c. Kelelahan / mialgia d. Kadang-kadang pasien sebelumnya mengeluh gondongan e. Demam dan menggigil f. Mual g. Sakit kepala 2. Pemeriksaan Fisik a. Pembesaran testis dan skrotum b. Erythematous kulit skrotum dan lebih hangat. c. Pembengkakan KGB inguinalo d. Pembesaran epididimis yang terkait dengan epididymo-orchitis 3. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan urin kultur b. Urethral smear (tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoe) c. Pemeriksaan darah CBC (complete blood count) d. Dopller ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis, menentukan diagnosa dan mendeteksi adanya abses pada skrotum e. Testicular scan f. Analisa air kemih g. Pemeriksaan kimia darah
H. Terapi Lama 1.
Non-medikamentosa (Wilson, et al., 2006; Mycyk, et al, 2012; Doerr, 2012) : a. Tirah baring dengan meninggikan skrotum supaya pasien tetap nyaman b. Kompres air es atau air hangat pada area skrotum. Kompres tidak boleh langsung ditempelkan pada kulit karena dapat menyebabkan rasa menyengat. Es dibungkus dengan handuk atau kain terlebih dahulu, baru kemudian dikompreskan pada skrotum. Kompres es dapat dilakukan selama 10-15 menit selama beberapa kali dalam 1-2 hari pertama pengobatan. Kompres es dapat mengurangi bengkak dan nyeri.
2.
Medikamentosa a. Antibiotik Antibiotik diberikan jika infeksi disebabkan oleh bakteri (pada kasus gonorrhea atau chlamydia, pasangan seksual juga harus diobati). Contoh obat yang diberikan untuk infeksi gonococcus atau chlamydia pada pasien usia 14-35 tahun yaitu ceftriaxone (Rocephin) dosis tunggal 250 mg intramuskular, ciprofloxacin (Cipro), doxycycline (Vibramycin, Doryx) 100 mg oral dua kali sehari selama 10 hari, azithromycin (Zithromax) dosis tunggal 1 gram oral, dan kombinasi trimethoprim-sulfamethoxazole (Bactrim, Septra) (Trojian, et al 2009). Jika penyebabnya bakteri coliform, usia pasien kurang dari 14 tahun dan lebih dari 35 tahun, serta pasien memiliki alergi terhadap cephalosporin atau tetrasiklin, obat yang diberikan yaitu ofloxacin (Floxin) 300 mg oral dua kali sehari selama 10 hari, atau levofloxacin (Levaquin) 500 mg oral sekali sehari selama 10 hari (Trojian, et al 2009). Jika terjadi demam tinggi, muntah, dan tampak sangat kesakitan, kemungkinan sudah terjadi komplikasi dan harus dirujuk untuk
diberikan antibiotik intravena. Pasien disarankan untuk abstinensia atau memakai kondom saat berhubungan seksual sampai gejala tidak muncul dan pengobatan antibiotik sudah tuntas. Jika penyebab orchitis bukan berasal dari bakteri (virus) maka dapat membaik dalam waktu 1-2 minggu. Penatalaksanaan non medikamentosa dilakukan untuk mengurangi gejala (Doerr, 2012). b. Anti-inflamasi NSAID (Non-Steroid Anti-Inflammatory Drugs) yang diberikan yaitu ibuprofen (Advil, Motrin) atau naproxen (Aleve) (Anonim, 2011).
I. Terapi Baru 1.
Pria berusia lebih dari 35 tahun yang dicurigai infeksi akibat bakteri enteric, pilihan obatnya antara lain (Sabanegh, et al, 2011): a. Ciprifloxacin 500 mg oral dua kali sehari selama 14 hari b. Levofloxacin 500 mg oral setiap hari selama 10 hari c. Ofloxacin 300 mg oral dua kali sehari selama 10 hari d. Trimethoprim-sulfamethoxazole 160 mg/800 mg) satu tablet dosis tunggal oral dua kali sehari selama 10 hari e. Amoxicillin-clavulanate 875 mg/125 mg per oral dua kali sehari selama 10 hari
2.
Pria prepubertas yang dicurigai infeksi akibat bakteri enteric, pilihan obatnya antara lain (Sabanegh, et al, 2011) : a.
Trimethoprim-sulfamethoxazole 3-6 mg/kg oral tiap 12 jam selama 10 hari
b.
Amoxicillin-clavulanate 15-20 mg/kg oral tiap 12 jam selama 10 hari
3.
Pria yang masih aktif berhubungan seksual berusia kurang dari 35 tahun yang dicurigai menderita infeksi menular seksual, pilihan obatnya yaitu (Sabanegh, et al, 2011): a. Ceftriaxone 250 mg IM dosis tunggal + azithromycin 1 gram per oral dosis tunggal
b. Doxycycline 100 mg per oral dua kali sehari selama 10 hari 4.
Terapi Suportif Terapi suportif yang disarankan untuk pasien yaitu mengurangi aktivitas fisik, elevasi skrotum, penggunaan kompres es, obat antiinflamasi, analgesik, termasuk blok saraf, menghindari instrumentasi urethra, dan kamar mandi duduk (Sabanegh, et al, 2011).
J. Komplikasi Secara umum, sebagian kasus orchitis akibat virus maupun bakteri yang diobati dengan antibiotik akan sembuh tanpa komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu (Underwood, 2000; Vorvick, 2010, Trojian, et al, 2009) : 1. testis yang mengecil (atropi) 2. abses (nanah) pada kantong testis 3. infertilitas (susah punya anak), terutama jika terkena kedua testis. 4. Pada orchitis bilateral, testis akan mengalami atrofi sehingga terjadi peningkatan fibrosis di dalam interstisium. Hal ini akan mengurangi proses spermatogenesis sehingga menyebabkan steril. Atrofi testis ini dapat terjadi pada 60% kasus orchitis. 5. Infertilitas 6. Epididimitis kronis 7. Kematian jaringan testis (infark testicularis) 8. Abses skrotum 9. Sepsis 10. Fistula pada kulit di area skrotum (cutaneous scrotal fistula) 11. Nyeri akut pada skrotum atau testis dapat disebakan oleh pembuluh darah testis yang memutar (torsio). Hal ini membutuhkan pembedahan darurat.
K. Prognosis Prognosis baik jika diagnosis dan pengobatan dilakukan dengan tepat dan biasanya dapat mengembalikan fungsi testis secara normal. Pada kasus
ringan, pasien biasanya sembuh dalam waktu 4-5 hari, sedangkan pada kasus berat, rata-rata pasien akan sembuh selama 3-4 minggu. Jika fungsi testis tidak kembali normal setelah pengobatan, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mencari kemungkinan kanker testis. Orchitis mumps tidak dapat diobati dan kemungkinan menyebabkan steril (Wilson, et al¸ 2006; Vorvick, 2010).
III. KESIMPULAN
1.
Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap infeksi dengan tanda dan gejala : a. Demam b. Peningkatan WBCs c. Kemerahan skrotum secara unilateral atau bilateral d. Semen mengandung darah e. Keluar nanah dari penis f.
Pembengkakan skrotum
g. Testis yang terkena terasa berat, membengkak, dan teraba lunak, serta nyeri ketika berkemih h. Buang air besar (mengedan), melakukan hubungan seksual. Selangkangan juga dapat membengkak pada sisi testis yang terkena 2.
Penyabab
orchitis
yang
paling
sering
terjadi
meliputi
virus
(Coxsackievirus tipe A, varicella, dan echoviral), bakteri (E. coli, Klebsiella, Pseudomonas, Staphylococcus, dan Streptococcus), imunisasi (gondong, campak rubella), trauma sekitar testis, granulomatous, dan idiopatik. 3.
Dalam penegakan diagnosis orchitis harus komperhensif dari proses anamnesis hingga pemeriksaan penunjang untuk memperkecil faktor perancu terhadap diagnosis banding.
4.
Sebagian kasus orchitis akibat virus maupun bakteri yang diobati dengan antibiotik akan sembuh tanpa komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
Orchitis.
2011.
(Online).
http://www.mayoclinic.com/health/orchitis/DS00602/DSECTION=treatme ts-and-drugs. Diakses pada 28 September 2012.
Baratawidjaja, Karnen Garna. 2010. Imunologi Dasar Edisi ke-9. Jakarta : FKUI.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Doerr,
Steven.
2012. Inflamation
of
the
Testicle
(Orchitis).
(Online).
http://www.emedicinehealth.com/inflammation_of_the_testicle_orchitis/p age6_em.htm#orchitis_treatment. Diakses pada 28 September 2012.
Mark,
B.
2010.
Orchitis.
Department
of
Emergency
Medicine.
http://emedicine.medscape.com/article/777456. 2 December 2010
Mumps (Parotitis Epidemika). 2010. Kumpulan Referat dan Karya Tulis Kedokteran. http://www.herryyudha.com/2012/06/parotitis-diagnosa-danterapi-serta.html. Diakses pada Wednesday, 27 June 2012 pukul 06:34.
Mycyk,
Mark
B.
et
al.
2004.
Medscape
References
http://emedicine.medscape.com/article/777456-overview#a0104.
Orchitis. Diakses
pada 25 September 2012 pukul 06.11 WIB.
Mycyk, Mark B., Erik D. Scharaga. 2012. Orchitis Treatment and Management . (Online). http://emedicine.medscape.com/article/777456-treatment. Diakses pada 28 September 2012.
Price, Sylvia. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Sabanegh, Edmund S., Thomas E. Herchline. 2011. Epididymo-orchitis Empiric Therapy. (Online).
http://emedicine.medscape.com/article/2018356-
overview. Diakses pada 29 September 2012.
Sjamsuhidajat. Jong, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Trojian, Thomas H., Timothy S. Lishnak., Diana Heiman. 2009. Epididymitis and Orchitis : An Overviw. Americal Family Physician. 79 : 583-7.
Underwood, J.C.E. 2000 . Patologi Umum dan Sistematik Edisi 2 Volume 2. Jakarta : EGC.
Vorvick,
Linda
J.
2010.
Orchitis.
(Online).
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001280.htm. Diakses pada 28 September 2012.
Wilson, Latraine M., Sylvia A. Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit . Jakarta : EGC.