MAKALAH
TEKNOLOGI TEPAT GUNA PADA KB DAN KESPRO “ OBAT DAN VAKSIN”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Teknologi Tepat Guna Dosen Pengampu : Rahajeng Siti Nur Rahmawati, M. Keb.
Disusun Oleh :
1. Lindarti Marsiyah
(P17321175035) (P17321175035)
2. Inten Pratiwi
(P17321175036) (P17321175036)
3. Christina Afriani S
(P17321175037) (P17321175037)
4. Laila Salsabila
(P17321175038) (P17321175038)
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN ALIH JENJANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
i
KEDIRI 2018 2017KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul Obat dan Vaksin pada KB dan Kespro. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Tepat Guna di Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang kampus Kediri. Penulis mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang tidak dapat disebut satu per-satu atas keikutsertaan dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa, oleh karena itu penulis terbuka menerima kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bisa memberi manfaat dan inspirasi pada pembaca.
Kediri,
Juli 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................
1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................
1 1.3 Tujuan …....…......................................................................................... 1 BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................. 2 2.1 Kontrasepsi ............................................................................................... 2
A. Pil ................................................................................................................ 2 B. Suntkan/Injeksi ............................................................................................ 3 C. Implant ........................................................................................................ 5 D. Intra Uterine Device (IUD/AKDR) ............................................................. 7 E. AKDR POST PLASENTA .......................................................................... 9 F. STERILISISASI PADA WANITA (MOW) .............................................. 13
iii
G. Pada Pria (MOP) ....................................................................................... 15 2.2 Obat dan vaksin .................................................................................... 17
A. Vaksin HPV .............................................................................................. 17 1. Manfaat Imunisasi HPV ..................................................................... 17 2. Pelaksanaan Imunisasi HPV di Indonesia .......................................... 17 3. Keamanan vaksin HPV ....................................................................... 18 4.
Klarifikasi isu imunisasi HPV ............................................................ 18
5.
Beda vaksin HPV menurut WHO ...................................................... 19
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 20
A. Kesimpulan ............................................................................................... 20 B. Saran .......................................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
20
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini sangat mendukung dalam kehidupan manusia di Indonesia bahkan di dunia, penemuan yang setiap waktu terjadi dan para peneliti terus berusaha dalam penelitiannya demi kemajuan dan kemudahan dalam beraktivitas. Ilmu kedokteran khususnya ilmu kesehatan pun begitu cepat bekembang mulai dari peralatan ataupun teori sehingga mendorong para pengguna serta spesialis tidak mau ketinggalan untuk bisa memiliki dan memahami wawasan serta ilmu pengetahuan tersebut. Terkait ilmu kesehatan dalam hal ini, yaitu kesehatan reproduksi banyak sekali teori-teori serta keilmuan yang harus dimiliki oleh para pakar atau spesialis kesehatan reproduksi. Wilayah keilmuan tersebut sangat penting dimiliki demi mengemban tugas untuk bisa menolong para pasien yang mana demi kesehatan, kesejahteraan dan kelancaran pasien dalam menjalanakan kodratnya sebagai perempuan. Pengetahuan kesehatan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh para bidan atau spesialais tetapi sangat begitu penting pula dimiliki khususnya oleh para istri-istri atau perempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari anak-anaknya demi kesehatan, dan kesejahteraan meraka.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja tehnologi dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan KB
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa saja tehnologi dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan KB
i
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kontrasepsi
2.1.1 Metode Modern A. Pil 1. Cara Kerja a) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium b) Endometrium mengalami transpormasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit c) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma d) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu 2. Efektifitas a) Sangat efektif 98,5% b) Jangan sampai ada tablet yang lupa c) Tablet digunakan pada jam yang sama d) Senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan 3. Keuntungan Kontrasepsi a) Sangat efektif bila digunakan secara benar b) Tidak mengganggu hubungan seksual c) Tidak mempengaruhi ASI d) Kesuburan cepat kembali e) Nyaman dan mudah digunakan f) Sedikit efek samping g) Dapat dihentikan setiap saat h) Tidak mengandung estrogen 4. Keterbatasan a) Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (spotting,amenorea) b) Peningkatan/penurunan berat badan c) Harus digunakan setiap hari dan waktu yang sama
2
d) Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar e) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat f) Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan) g) Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS 5. Yang Boleh Menggunakan a) Usia reproduksi b) Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak c) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangan efektif selama periode menyusui d) Pasca persalinan dan tidak menyusui e) Pasca kegugaran 6. Yang Tidak boleh menggunakan a) Hamil atau diduga hamil b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid d) Kanker payudara atau riwayat kanker e) Mioma uterus 7. Instruksi Bagi Klien a) Minum pil setiap hari pada saat yang sama b) Minum pil yang pertama pada hari pertama haid c) Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, minumlah pil yang lain atau gunakan metode kontrasepsi lain bila klien berniat melakukan hubungan seksual pada 48 jam berikutnya d) Bila klien menggunakan pil terlambat lebih dari 3 jam minumlah pil tersebut begitu klien ingat. Gunakan metode pelingung selama 48 jam e) Bila klien lupa 1 atau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa tersebut sesegera mungkin dan gunakan metode pelindungsampai akhir bulan
3
B. Suntkan/Injeksi 1. Cara Kerja a) Mencegah Ovulasi b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba 2. Efektifitas Kontrasepsi suntuk memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan/tahun. Penyuntian dilakukan secara teratur sesuai jadwal 3. Keuntungan Kontrasepsi a) Sangat efektif b) Pencegahan kehamilan jangka panjang c) Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai perimenopouse d) Sedikit efek samping e) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik 4. Keterbatasan a) Sering ditemukan gangguan haid seperti siklus haid yang pendek atau memanjang, perdarahan yang banyak, bercak pada rahim, tidak haid sama sekali b) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan c) Tidak
dapat
dihentikan
sewaktu
waktu
sebelum
suntikan
berikutnya d) Permasalahan BB merupakan efek sampingnya e) \Terlambat kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian f) Dapat menurunkan kepadatan tulang apabila digunakan dalam waktu yang panjang g) Dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosional, sakit kepala, jerawat
4
5. Yang Boleh menggunakan a) Usia reproduksi b) Nulipara dan yang telah memiliki anak c) Membutuhkan kontrasepsi yang memiliki efektivitas yang tinggi d) setelah abortus atau keguguran 6. Yang Tidak boleh menggunakan a) Hamil atau diduga hamil b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid d) Kanker payudara atau riwayat kanker e) DM disertai Komplikasi C. Implant 1. Cara Kerja a) Lendir srviks menjadi kental b) Mengganggu proses pembentukan endometriumsehingga sulit terjadi implantasi c) Mengurangi transportasi sperma d) Menekan ovulasi 2. Efektifitas sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan) 3. Keuntungan kontrasepsi a) Daya guna tinggi b) Perlindungan jangka panjang (3 tahun ) c) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam d) Bebas dari pengaruh estrogen e) Tidak menganggu kegiatan senggama f) Tidak mengganggu ASI g) Klien hanya perlu kembali bila ada keluhan 4. Keterbatasan
5
Pada kebanyakan klien dapt menyababkan pola haid berupa perdarahan bercak (spoting), hipermenorea atau amenorea Timbulnya keluhan-keluhan seperti a) Nyeri kepala, peningkatan/ penurunan berat badan b) Nyeri payudara, mual-mual c) Pening pusing kepala, perubahan perasaan d) Membutuhkan tindakan pembedahan untuk pencabutan e) Tidak memberikan efek protektif terhadap IMS/AID f) Efektifitas
menurun
jika
mengkonsumsi
obat-obatan
tuberkulosis/epilespsi 5. Yang boleh menggunakan a) Wanita dalam usia reproduksi b) Telah atau belum memiliki anak c) Menginginkan kontrasepsi jangka panjang d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi e) Pasca keguguran f) Tidak menginginkan anak lagi namaun tidak menginginkan kontrasepsi mantap g) Sering lupa menggunakan pil 6. Yang tidak boleh menggunakan implan a) Hamil atau diduga hamil b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid d) Kanker payudara atau riwayat kanker e) DM disertai Komplikasi 7. Peringatan khusus bagi pengguna implant a) Terjadinya
keterlambatan
haid
yang
sebelumnya
teratur,
kemungkinan terjadi kehamilan b) Nyri perut bagian bawah yang hebat, kemungkina terjadi kehamilan ektopik c) Terjadi perdarahan banyak dan lama
6
d) Adanya nanah pada bekas insersi e) Ekspulsi batang implant f) Sakit kepala migrain, penglihatan menjadi kabur g) Segera hubungi dokter atau klinik bila anda mendapatkan gejalagejala diatas D. Intra Uterine Device (IUD/AKDR) 1. Pengertian Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Efektivitas metode IUD antara lain ditunjukkan dengan angka kelangsungan pemakaian yang tertinggi bila dibandingkan dengan metode tersebut diatas. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya spermatozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh di pakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menilar seksual. 2. Jenis IUD Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah : a) Copper-T IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik. b) Copper-7 IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm 2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T c) Multi lood IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga
7
dengan luas permukaan 250mm 2 atau 375mm2 untuk menambah efektivitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. d) Lippes loop IUD ini terbuat dari polythelene, berbentuk huruf spiral atau hurus S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakain IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. 3. Cara Kerja Cara Kerja dari IUD antara lain yaitu : a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri c) Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuta sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi peremouan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus 4. Keuntungan dan Kelemahan IUD Adapun keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi IUD yakni : a) Sangat efektif 0,6 – 0,8 kehamilan /100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 -170 kehamilan). b) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan. c) Metode jangka pan jang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti). d) Tidak mempengaruhi hubungan seksual. e) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat. f) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil. g) Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A h) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI i) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi) j) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir) k) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan. Sedangkan kelemahan dari penggunaaan IUD yaitu :
8
a) Efek samping yang umum terjadi, seperti : perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar menstruasi, saat haid lebih sakit. b) Komplikasi lain : merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemsangan benar). c) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. d) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan. e) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas. f) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan dalam pemasangan IUD. g) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilag dalam 1-2 hari. h) Pencabutan IUD hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan (Dokter atau bidan) yang terlatih. i) Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan. j) Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. 5. Waktu Penggunaan IUD Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat : a) Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil b) Dari pertama sampai ke-7 siklus haid. c) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau sesudah 4 minggu pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila mengguanakan metode amenorea laktasi (MAL). d) Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari apabila tidak ada gejala infeksi. e) Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi. E. AKDR POST PLASENTA Periode pasca partum adalah periode kritis terhadap morbiditas dan mortalitas, juga merupakan suatu periode yang rentan terhadap kehamilan yang tidak di inginkan (Unwanted Pregnantion). Beberapa study menunjukkan bahwa kehamilan yang terjadi dalam waktu 24 bulan dari persalinan sebelumnya memiliki resiko yang lebih tinggi yaitu meningkatkan kejadian aborsi dan komplikasinya, persalinan premature
9
dan postpartum dengan berbagai macam masalahnya baik masalah fisik maupun psikis. Angka cakupan akseptor KB pasca salin dan pasca keguguran di Negara berkembang sangat memprihatinkan. Di India misalnya, 65% wanita belum menggunakan alat kontrasepsi pada gtahun pertama postpartum. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) tahun 2010, di Indonesia Negara kita tercinta yang masih memiliki status Negara berkembang juga memiliki angka yang lebih fantastis, yaitu dari 237.641.236 penduduk Indonesia, dengan angka kelahiran mencapai 5 juta pertahun, angka keguguran 3,5 juta pertahun, hanya 5-10% yang menggunakan alat kontrasepsi (laporan dari 22 RS di 14 Propinsi di tahun 2008-2009). Berdasarkan permasalahan di atas, maka timbul keprihatianan yang mendalam yang berubah ide untuk melakukan program pelayanan KB yang meliputi Metode Amenore Laktasi (MAL), suntik, AKDR dan MOW. Sebagai tindak lanjut pencegahan Unwanted Pregnantion dan peledakan penduduk di masa depan. Program terbaru Metode Kontraepsi Jangka Panjang yang saat ini sedang dilakukan di beberapa RS besar adalah IUD Post Plasenta. IUD postplasenta adalah IUD yang di insersikan setelah plasenta lahir (kurang lebih 10 menit setelah plasenta lahir). Persyaratan pengguanaan IUD Post Plasenta adalah ibu hamil/inpartu menyatakan persetujuan yang di tulis dalam infirm consent. Sedangkan kontraindikasinya adalah ibu yang mengalami anemia dengan kadar HB kurang dari 10g/dl, distosia uterus, malformasi congenital, dan uterus fibroid, serta rupture uterus (Sabuhi Qureshi, 2012), ketuban pecah lama, infeksi intrapartum dan perdarahan postpartum (Abdul Bari Saifudin, 2010). Sebernarnya IUD Post-Plasenta sangat efektif karena terbukti tidak menambah resiko infeksi, perforasi dan perdarahan. Tidak bisa dipungkiri bahwa risiko ekspulsi sangat tinggi sekitar 6-10%. Bahkan menurut studi kasus yang dilakukan oleh penulis di sjuatu Rumah Sakit Besar Di Surabaya di dapatkan data sebagai berikut : dari 252 orang ibu postpartum yang langsung dilakukan MOW dan IUD, pada Persalinan Normal dan SC di bulan Juli 2011-maret 2013 di dapatkan 221 ibu yang di lakukan pemasangan IUD Post-Plasenta, yang terdiri dari 123 persalinan SC dan 98 persalinan Normal, melihat angka di atas dapat disimpulkan bahwa apresiasi ibu bersalin terhadap IUD Post-Plasenta sangat besar. Konseling yang baik pada ibu hamil meningkatkan angka cakupan KB Pasca
10
Persalinan. Pemilihan MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) sangat menguntungkan karena mengurangi resiko Drop Out dan memiliki efek jangka panjang menekan laju pertumbuhan penduduk. Dari 221 akseptor IUD Post-Plasenta tersebut, di dapatkan kejadian ekspulsi sebesar 6,3%. Semakin terlatih seseorang dalam memasangh IUD Post-Plasenta, semakin memperkecil kejadian ekspulsi, catatan yang ada mengatakan bahwa semakin lama program itu di jalankan kejadian ekspulsi s emakin sedikit. Tidak terlihatnya benang adalah hal yang biasa, karena pada saat pemasangan/ insersi, uterus masih berukuran besar, tinggi fundus uteri ± 2 jari bawah pusat, seiring berjalannya waktu, IUD akan menyesuaikan dengan bentuk uterus yang semakin lama semakin mengecil menuju ke ukuran normal, dengan berjalannya waktu benang akan terlihat dengan sendirinya. Angka kejadian tidak terlihatnya benang pada awal – awal pemasangan sebsar 5,8%. Erosi juga merupakan hal yang wajar pada bulan-bulan pertama pemasangan IUD karena adanya proses adaptasi laoisan porsio terhadap benang IUD.Menurut Bercovici dan Gaili menyatakan bahwa ada penurunan angka kejadian erosi pada akseptor IUD dengan pemakaian ≥ 23 tahun pemasangan, yang disebabkan karena adanya reaksi toleransi terhadap IUD yang dipakai, sehingga semakin lama kejadian erosi porsio semakin berkurang. Erosi merupakan kondisi pada mulut rahim yang terlihat merah dan menonkjol keluar (Extropion), serta mengelilingi mulut rahim, yang disebabkan oleh pembuluh darah kapiler yang berada dibawah epitel kolumnar. Erosi porsio pada akseptor IUD diduga karena adanya iritasi yang terus menerus dari benang IUD dan diperberat adanya infeksi. (penelitian dinamika. C Bimantara, 2008). Keluhan spotting dan nyeri perut bagian bawah pasca pemasangan jarang terjadi, dari seluruh akseptor yang hanya 0,5% kejadian nyeri perut bagian bawah dan spotting. Keluhan nyeri pada saat pemasangan juga kerap terjadi, tetapi hal tersebut wajar karena vagina dimasukki tangan penolong yang ukurannya beragam. Semakin besar tangan penolong tentu regangan vagina semakin besar dan rasanya semakin sakit, apalagi bagi seorang ibu yang baru pertama kali melahirkan. 1. Cara pemasangan IUD Post-Plasenta adalah : a. Siapkan IUD (Umumnya jenis CU-T, bisa juga memakai Nova T). b. Potong benang IUD sepanjang 6cm c. Masukkan IUD kedalam fundus uteri dalam 10 menit setelah plasenta lahir dengan cara menjepit IUD dalam 2 tangan penolong yang sudah
11
berganti dengan sarung tangan steril. IUD dijepit di jari tengah dan telunjuk yang dimasukkan melwati introitus vagina sampai ke fundus d. Bersamaan dengan itu tangan penolong yang diluar memegang fundus dan menekan ke bawah e. Pastikan bahwa IUD sudah diletakkan di fundus uteri. Pemantauan IUD Post-Plasenta dilakukan saat 1 minggu pasca pemasangan, 4 minggu pasca pemasangan, 6 minggu pemasangan dan setiap ada keluhan baik itu nyeri, perdarahan, demam dan lain lain. Kesulitan yang terjadi saat pemeriksaan 1 minggu pertama adalah rasa tidak tega yang dalam hati petugas kesehatan karena biasanya jahitan pada perinium ibu belum kering betul, sehingga dikhawatirkan ibu akan merasa kesakitan saat dilakukan pemeriksaan inpekulo. Tetapi alangkah baiknya bila akan melakukan pemeriksaan, sebagai petugas kita harus hati-hati dan tetap mengutamakan perasaan sayang ibu. 2. Waktu kontrol IUD Kelemahan dari pemasangan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah : a. 1 bulan pasca pemasangan b. 3 bulan kemudian c. Setiap 6 bulan berikutnya d. Bila terlambat haid 1 minggu e. Perdarahan banyak / keluhan lain 3. Langkah-langkah dan pencabutan IUD a. Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping, dan cara menaggulangi efek samping b. Melaksanakan anamnesa umum, keluarga, media dan kebidanan c. Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan dan mengukur tensimeter d. Mempersilahkan calon peserta untuk mengodongkan kandung kemih e. Siapkan alat yang diperlukan f. Mempersilahkan calon peserta untuk berbaring di bad ginekology dengan posisi litotomi g. Petugas cuci tangan h. Pakai sarung tangan kanan dan kiri i. Bersihkan vagina dengan kapas first aid j. Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan posisi uterus k. Pasang spekulum Sym l. Gunakan kogel tang untuk menjepit serviks m. Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi dan bentuk rahim.
12
n.
o. p. q. r. s. t.
Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan kedalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR masuk ke dalam inserter dikeluarkan Gunting AKDR sehingga panjang benang ±5cm Spekulum sym dilepas dan benang AKDR didorong kesamping mulut rahim Peserta dirapikan dan dipersilahkan berbaring ±5menit Alat-alat dibersihkan Petugas cuci tangan Memberi penjelasan pada peserta mengenai gejala-gejala yang mungkin terjadi setelah pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol
E. STERILISISASI PADA WANITA (MOW) Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seseorang perempuan. 1. Profil a) Sangat efektif dan mantap b) Tindakan pembedahan yang aman dan sederhana. c) Tidak ada efek samping. d) Konseling dan informed consent (persetujuan tindakan) mutlak diperlukan. 2. Mekanisme Kerja Dengan Mengoklusi Tuba Fallopi ( mengingat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. 3. Keuntungan Kontrasepsi a) Sangat efektif (0,2-4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan) . b) Tidak mempengaruhi proses menyusui (Breastfeeding) c) Tidak bergantung pada faktor senggama. d) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius e) Pembedahan sederhana, dapat diberikan dengan anastesi Lokal. f) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang. g) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium).
13
4. Keuntungan Non Kontrasepsi Klien mempunyai hak untuk berubah fikiran setiap waktu sebelum ini. Informed Consent harus diperoleh dan standart consent form harus ditanda tangani oleh klien sebelum klien sebelum prosedur dilakukan. 5. Keterbatasan a) Harus dipertimbangkan alat mantap metode kontrasepsi ini ( tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan rekanalisasi). b) Klien dapat menyesal dikemudian hari c) Resiko komplikasi kecil ( meningkat apabila digunakan anestesi umum) d) Rasa
sakit/ketidaknyamanan
dalam
jangka
pendek
setelah
tindakan. e) Dilakukan oleh dokter terlatih (dibutuhkan dokter spesialis gynekologi untuk proses laparoskopi). f) Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS. 6. Isu-Isu Klien a) Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur ini b) Informed concent
harus diperoleh dari standart concent
form
harus di tandatangani oleh klien sebelum prosedur dilakukan. 7. Yang dapat menjalani Tubektomi a) Usia >26 tahun b) Paritas (jumlah anak) minimal 2 dengan umur anak terkecil >2 tahun c) Yakin sudah memiliki besar keluarga sesuai dengan kehendaknya d) Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius e) Pascapersalinan atau pasca keguguran.
14
f) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini. 8. Yang Tidak Boleh Menjalani Tubektomi a) Hamil b) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan. c) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut. d) Tidak boleh menjalani proses Pembedahan. e) Kurangf pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas masa depan. f) Belum memberikan persetujuan tertulis. 9. Kapan Dilakukan a) Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tidak hamil. b) Hari ke-6 hingga ke -13 dari siklus menstruasi (Fase profilerasi). c) Pascapersalinan, minilap didalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu, laparoskopi tidak tepat untuk klien pascapersalinan. d) Pascakeguguran : triwulan pertama (minilap atau laparoskopi). Minilap kedua Laparoskopi Saja. 10. Penyinaran a) Merupakan tindakan penutupan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita yang mengakibatkan yang tidak bersangkutan tidak hamil atau todak menyebabkan kehamilan lagi. b) Keuntungan penyinaran adalah kerusakan tuba fallopi terbatas , mordibitas
rendah,
dapat
dikerjakan
dengan
laparoskopi,
hiteroskopi. c) Kerugiannya adalah : memerlukan alat-alat khusus, belum tentukan standarisasi prosedur ini, potensi reversible belum diketahui. F. Pada Pria (MOP) 1. Profil a) Sangat efektif dan permanen b) Tidak ada efek samping jangka panjang c) Tindak bedah yang aman dan sederhana
15
d) Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan e) Konseling dan informed consent tidak diperlukan 2. Mekanisme Kerja Vasektomi merupakan operasi kecil dimana vas different yang berfungsi sebagai saluran transportasi spermatozoa dipotong dan disumbat. Setelah operasi minor ini, spermatozoa akan dibendung pada vas sisi testis yang telah disumbat. Karena vasektomi tidak mempengaruhi fungsi kelenjar asesorismaka produksi cairan semen tetap berlangsung dan pria yang divasektomi tetap berejakulasi dan ejakulasinya tanpa spermatozoa. Testis juga tidak terpengaruh dan tetap berfugsi penuh sehingga pria tetap mempunya perasaan, keinginan, dan kemampuan seksual yang sama dengan sebelum vasektomi. 3. Akibat dari vasektomi Pandangan keliru sampai saat ini dari sebagian besar masyarakat, masih menganggap vasektomi sama dengan kastrasi (Kebiri), sehingga dikhawatirkan dapat mengakibatkan kegemukan kehilangan potensi sebagai laki-laki. Tindakan vasektomi hanya memutus kontinyuitas vas diferent yang berfungsi menyalurkan spermatozoa dari testis., sehingga penyaluran spermatozoa melalui saluran tersebut terhambat. Sumbatan pada vas different mempengaruhi jaringan interstitiel pada testis, sehingga sel-sel leydig tetap menghasilkan hormone testosterone seperti biasa dan libido juga tidak berubah. 4. Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan vasektomi. a) Kondisi kulit pada daerah operasi b) Infeksi sistemik yang yang sangat menganggu kondisi kesehatan klien. c) Hidroksi atau varikokel yang besar. d) Filiariasis. e) Undesensus testikularis. f) Masa intrakrotalis
16
g) Anemia
berat,
gangguan
pembekuan
darah
atau
sedang
menggunakan koagulansia. 4. Waktu dilakukan prosedur Vasektomi Setiap Pria, suami atau pasangan usia subur yang telah memiliki jumlah anak cukup atau tidak ingin menambahkan anak lagi, sehat tanpa kontraindikasi dapat dilakukan prosedur vasektomitanpa pisau sesegera mungkin sesuai dengan keinginan mereka. 2.2 Obat dan vaksin
A. Vaksin HPV Program nasional pencegahan kanker leher rahim yang sudah dilaksanakan saat ini adalah dengan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA. Pencegahan kanker leher rahim akan semakin efektif jika dibarengi dengan melakukan upaya proteksi spesifik dengan memberikan imunisasi HPV. 1.
Manfaat Imunisasi HPV Banyak hasil dari penelitian yang valid dari negara-negara tersebut menunjukan manfaat yang bermakna untuk menurunkan beban penyakit kanker serviks dan penyakit terkait infeksi HPV lainnya. Imunisasi HPV merupakan pencegahan primer kanker serviks dimana tingkat keberhasilannya dapat mencapai 100% jika diberikan sebanyak 2 kali pada kelompok umur wanita naif atau wanita yang belum pernah terinfeksi HPV yaitu pada populasi anak perempuan umur 9-13 tahun yang merupakan usia sekolah dasar.
2.
Pelaksanaan Imunisasi HPV di Indonesia Pemerintah merencanakan penambahan vaksin baru ke dalam program imunisasi nasional yaitu vaksin HPV dengan pemberian imunisasi HPV kepada siswi perempuan kelas 5 (dosis pertama) dan 6 (dosis kedua) SD/MI dan sederajat baik negeri maupun swasta melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Kegiatan pemberian imunisasi HPV melalui program BIAS ini diawali dengan pemberian imunisasi di lokasi percontohan yang
17
memiliki angka prevalensi kanker serviks yang tinggi dan dipandang memiliki kesiapan dalam melaksanakan imunisasi HPV, yaitu provinsi DKI Jakarta mulai bulan Oktober 2016 dan akandilanjutkan pada tahun depan di dua kabupaten di provinsi DIY yaitu kabupaten Kulonprogo dan Gunung Kidul. Pelaksanaan imunisasi HPV dalam Kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di DKI Jakarta sudah mendapatkan rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional ( Indonesian Technical Advisory Group on Immunization). 3.
Keamanan vaksin HPV Sejak pertama kali mendapat izin edar pada tahun 2006, lebih dari 200 juta dosis vaksin HPV telah dipakai di seluruh dunia. WHO merekomendasikan agar vaksin HPV masuk dalam program imunisasi nasional. Badan WHO yaitu Global Advisory Committee on Vaccine Safety (GACVS) mengumpulkan data post marketing surveilans dari Amerika Serikat, Australia, Jepang dan dari manufaktur. Data dikumpulkan dari tahun 2006, sejak pertama kali vaksin HPV diluncurkan sampai tahun 2014. Pada tanggal 12 Maret 2014, GACVS menyatakan tidak menemukan isu keamanan yang dapat merubah rekomendasi vaksinasi HPV. Center for Disease Control and Prevention ( US CDC) yang memantau keamanan pasca-lisensi dari Juni 2006 hingga Maret 2013 menunjukkan tidak ada masalah keamanan vaksin HPV. Atas dasar hasil ini, di Amerika Serikat, vaksin HPV tetap direkomendasikan dan digunakan sebagai vaksinasi rutin.
4.
Klarifikasi isu imunisasi HPV menyebabkan kemandulan atau menopause dini Premature Ovarian Failure (POF), sekarang disebut oleh komunitas
ilmiah
sebagai Primary
Ovarian
Insufficiency (POI),
adalah istilah yang digunakan oleh praktisi medis ketika ovarium seorang wanita berhenti bekerja normal sebelum dia berusia 40 tahun.
18
Hal ini jarang terjadi pada remaja. Sampai saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan adanya hubungan kejadian POF ini dengan penggunaan vaksin HPV (kemenkes,2017). Cervarix adalah vaksin kanker serviks terbaru di Indonesia yang ditujukan baik bagi remaja putri maupun perempuan dewasa (usia 10 tahun s/d 55 tahun) untuk pencegahan kanker serviks. Vaksin mengandung antigen untuk HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab lebih dari 70% kasus kanker serviks di dunia. Vaksin kanker servarix GSK
memberikan 100%
perlindungan
terhadap
human
papillomavirus (HPV) tipe 16 dan 18 yang terkait dengan lesi prakanker. Cervarix juga memberikan perlindungan tambahan terhadap type HPV onkogenik yang lain yaitu tipe HPV 45, 31 dan 52. Jadwal vaksinasi untuk vaksin kanker serviks GSK terdiri dari 3 dosis, diberikan pada bulan ke-0, ke-1 dan ke-6. 5.
Beda vaksin HPV menurut WHO:
Cervarix
Gardasil
Isi vaksin
HPV 16,18 ( 2virus)
HPV 6,11,16,18 (4 virus)
Kegunaan
Mencegah kanker serviks
- Mencegah kanker serviks - Mencegah kutil kelamin pada wanita & laki-laki
Efektifitas
90%
90%
Pemberian
Bulan :0.1,6
Bulan 0,2,6
Antibody yang
Lebih banyak dibaning
dihasilkan
Gardasil
19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi tepat guna adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai dengan fungsinya. Secara teknis teknologi tepat guna dalam pelayanan kebidanan merupakan jembatan antara teknologi tepat guna dalam pelayanan kebidanan secara tradisional
ke
teknologi
yang
lebih
maju.
Prosedur
alat-alat
yang
digunakanpun harus sesuai hal ini menjadi penting karena fungsi alat tersebut terdapat di cara prosedur pemakaiannya. Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, praktis dan dapat bermanfaat untuk masyarakat banyak. Telah dijelaskan diatas beberapa contoh obat dan vaksin teknologi tepat guna dalam KB dan Kespro yaitu seperti HPV (mulai dari definisi, manfaat, pelaksanaan, keamanan, dll). Hal ini sangat bermanfaat sekali dalam kebidanan khususnya dalam pelayanan KB dan
Kespro.
Karena
pengembangan ini
akan lebih
memudahkan bidan untuk melakkan pemeriksaan kesehatan pada KB dan Kespro . Selain itu petugas kesehatan juga akan lebih efisien waktu dibanu oleh teknologi ini.
3.2 Saran
20
Dengan adanya makalah ini, mahasiswa diharapkan untuk lebih mengerti dan mampu untuk melakukan prosedur penggunaan teknologi tepat guna dalam pelayanan kehamilan. Tujuannya agar memperbaiki mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi pembelajaran mata kuliah teknologi tepat guna dalam pelayanan kebidanan sekaligus dapat memahami materi khususnya tentang teknologi tepat guna dalam pelayanan KB dan Kespro dan lebih mambah pengalaman dan wawasan pada saat memberikan asuhan.
21
DAFTAR PUSTAKA http://www.depkes.go.id/article/print/16112800001/kendalikan-kanker-servixsejak-dini-dengan-imunisasi.html. Diakses tanggal 27 Februari 2018 https://www.facebook.com/KementerianKesehatanRI/posts/1456011661095596. Diakses tanggal 27 Februari 2018 http://republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/16/11/28/ohc6pm359-vaksinhpv-tak-sebabkan-kemandulan. Diakses tanggal 27 Februari 2018 Setianingrum,Erna.2014. Pelayanan
keluarga
reproduksi. Jakarta:cv trans info media
22
berencana
dan
kesehatan