BAB I PENDAHULUAN
Multip Multipel el scleros sclerosis is (MS) (MS) adalah adalah salah salah satu satu penyak penyakit it saraf saraf yang yang meny menyer eran ang g selsel-se sell saraf saraf di bagi bagian an sist sistem em saraf saraf pusat pusat.. Peny Penyak akit it ini ini menyebabkan kerusakan pada selubung mielin saraf manusia sehingga menyeba menyebabka bkan n ganggua gangguan n sistem sistem hantaran hantaran impuls impuls pada pada saraf saraf terseb tersebut. ut. MS memp mempen enga garuh ruhii area area dari dari otak otak dan dan syara syaraff tula tulang ng bela belaka kang ng yang yang dikenal sebagai substansi alba. Sel-sel substansi alba membawa sinyal antara area substansi grisea, dimana pemrosesan dilakukan, dan hasilnya dikirim rimkan
ke
tubu ubuh.
Lebih
khususn usnya, ya,
MS
mengh nghancurkan kan
oligodendrocytes yang adalah sel-sel bertanggung awab untuk membuat dan dan meme memeli liha hara ra satu satu lapi lapisa san n lem lemak, ak, yang yang dike dikena nall seba sebaga gaii saru sarung ng pelindung myelin, yang membantu neuron membawa sinyal elektrik. MS meny menyeb ebab abka kan n peni penipi pisa san n atau atau keru kerusa saka kan n tota totall myeli yelin n dan dan seri sering ng memotong perluasan neuron atau a!ons. "etika myelin hilang, neuron tida tidak k bisa bisa lagi lagi seca secara ra efek efekti tiff meng mengha hant ntark arkan an sinya sinyall elek elektr trik ik.. #ama #ama multipel sklerosa mengacu pada aringan parut (scleroses $ lebih dikenal sebagai plak atau lesi) dalam substansi alba. %ingkat kerusakan myelin dalam lesi ini menyebabkan sebagian dari geala, ber&ariasi tergantung atas daerah yang mengalami kerusakan. 'ampir semua geala neurologis bisa menyertai penyakit ini. ntuk lebih elasnya akan dielaskan pada bab berikutnya.
BAB II 1
Multiple Sklerosis
Definisi Multiple Multiple sklerosis sklerosis adalah adalah suatu suatu penyaki penyakitt autoim autoimun un kronik kronik yang menyerang myelin otak dan medulla spinalis. Penyakit ini menyebabkan keru kerusa saka kan n myeli yelin n dan dan uga uga akso akson n yang yang meng mengak akib ibat atka kan n gang ganggu guan an transmisi konduksi saraf. peradangan yang teradi di otak dan sumsum tulang belakang yang menyerang daerah substansia alba dan merupakan penyebab utama kecacatan pada dewasa muda. Penyebabnya dapat dise diseba babka bkan n oleh oleh banya banyak k fakt faktor or,, teru terutam tamaa prose prosess auto autoim imun un..
Focal
atau sel % bermigrasi keluar dari lymph node ke lymphocytic infiltration infiltration atau dalam sirkulasi menembus sawar darah otak (blood ( blood brain barrier ) secara terus-menerus menuu lokasi dan melakukan penyerangan pada antigen myelin pada sistem saraf pusat seperti yang umum teradi pada setiap infeks infeksi. i. 'al ini ini dapat dapat mengak mengakiba ibatka tkan n terad teradiny inyaa inflam inflamasi asi,, kerusak kerusakan an pada myelin (demyelinisasi), neuroa!onal inury, astrogliosis, dan proses degenerati&e. kibat demyelinasi neuron menadi kurang efisien dalam potensial aksi. %ransmisi impuls yang disampaikan oleh neuron yang terdemyelinisasi akan menadi buruk. kibat *kebocoran* impuls tersebut, teradi kelemahan dan kesulitan dalam mengendalikan otot atau kegiatan sensorik tertentu di berbagai bagian tubuh.+,
Epidemiologi i ndonesia penyakit ini tergolong arang dibandingkan penyakit neurologis lainnya. MS lebih sering menyerang perempuan dibandingkan laki laki dengan rasio /+. mumnya penyakit ini diderita mereka yang berusia 0-10 tahun. MS bersifat progresif dan dapat mengakibatkan
2
kecacatan. Sekitar 102 penderita MS akan membutuhkan bantuan untuk beralan dalam +1 tahun setelah onset penyakit.+
Etiologi 3tiologi dari kelainan tersebut masih belum elas. da beberapa mekanisme penting yang menadi penyebab timbulnya MS yaitu autoimun,(molecular mimikri), infeksi, herediter, paparan sinar matahari. Meskipun bukti yang meyakinkan kurang, faktor makanan dan paparan toksin telah dilaporkan ikut berkontribusi uga. Mekanisme ini tidak saling berdiri sendiri melainkan merupakan gabungan dari berbagai faktor. a. 4irus / 354 b. efisiensi &itamin / &itamin berfungsi untuk mengatur respon imun. 4itamin mengurangi produksi dari sitokin pro inflamatori dan meningkatkan produksi sitokin anti inflamatori. c. 6enetika / penurunan kontrol respon immune ,7
Klasifikasi 5erdasarkan perbedaan klinis dan geala, terdapat beberapa tipe MS/
+. 8elapsing remitting MS (88MS) %ipe ini ditandai dengan episode relaps atau eksaserbasi yang diikuti dengan episode remisi (perbaikan). Sekitar 912 pasien MS memiliki tipe 88MS, :1 2 diantaranya akan berkembang menadi tipe secondary progressi&e MS (SPMS) . Secondary progressi&e MS (SPMS)
3
5anyak pakar yang menganggap SPMS merupakan bentuk lanut dari 88MS yang berkembang progresif. Pada tipe ini episode remisi makin berkurang dan geala menadi makin progresif 7. Primary progressi&e MS (PPMS) PPMS diderita oleh +0-+12 pasien MS dengan rasio perempuan / laki laki; +/+. 6eala yang timbul tidak pernah mengalami fase remisi <. Primary relapsing MS (P8MS) 5entuk P8MS adalah yang paling arang. Pasien terus mengalami perburukan dengan beberapa episode eksaserbasi diantaranya. %idak ada fase remisi atau bebas dari geala.+,
Patofisiologi
4
Mekanisme autoimun diduga teradi melalui penurunan aktifitas limfosit %-supresor pada sirkulasi pasien penderita MS serta adanya molecular mimicry antara antigen dan M5P (myelin basic protein) yang mengaktifkan klon sel % yang spesifik terhadap M5P ( MBP specific Tcell clone). Limfosit %< menadi autoreaktif pada paparan antigen asing yang strukturalnya mirip dengan M5P. %idak hanya beberapa &irus dan peptida bakteri saa yang memiliki kesamaan struktural dengan M5P, tetapi beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat mengaktifkan M5Pspesifik %-sel klon pada pasien MS. +,,< 5eberapa infeksi &irus diketahui menyebabkan demyelinasi pada manusia diantaranya progressive multifocal leukoencephalopathy yang disebabkan oleh polyoma&irus =>, subakut sclerosing panencephalitis oleh &irus campak. Pada MS studi serologis awal sulit ditafsirkan. #amun, banyak pasien MS terdapat ele&asi titer >S? terhadap &irus campak dan herpes simpleks ('S4), tetapi ini uga tidak spesifik. +,,< Secara patologi, lesi MS akan memperlihatkan plak yang merupakan lesi demielinisasi. Plak ini merupakan gambaran patognomik MS. Pada fase akut tampak sebukan sel radang, hilangnya myelin, dan pembengkakan parenkim. Pada fase kronik, kehilangan myelin menadi lebih elas, dengan sel sel makrofag disekitarnya disertai kerusakan akson dan apoptosis oligodendrosit.+,,<
Manifestasi Klinis 6ambaran klinis yang muncul sesuai dengan daerah lesi yang terkena. %erdapat beberapa geala dan tanda yang timbul pada MS/ +. "ehilangan fungsi sensorik (paresthesia)/ geala awal . #euritis optik/ geala awal 5
7. 6eala pada corda spinalis (motorik)/ cramping akibat spastisitas <. 6eala pada corda spinalis (otonom)/ gangguan 55 dan 5", disfungsi seksual 1. >erebellar symptom/ triad charcot (disartia, tremor, ataksia) :. %rigeminal neuralgia @. ?acial myokymia 9. iplopia akibat ophtalmoplegia internuklear dan nistagmus A. 'eat intolerance +0. Mudah lelah (@02 kasus) ++.#yeri +. Menurunnya fungsi kognitif +7.epresi +<.5ipolar, dementia +1.%anda lhermitte (Sensasi listrik dari leher ke bawah yang dirasakan pada fleksi leher)/ Pada MS yang menyerang medula spinalis +,,:
6eala neurologis yang sering timbul pertama kali pada multipel sklerosis adalah neuritis optik pada +<-7 2 pasien dan lebih dari 102 pasien pernah mengalaminya. 6eala yang dialami adalah penglihatan kabur, pada orang kulit putih biasanya mengenai satu mata, sedangkan pada orang asia lebih sering pada kedua mata. Pada pemeriksaan fisik ditemukan refleks pupil yang menurun, penurunan &isus, gangguan persepsi warna dan skotoma sentral. ?unduskopi pada fase akut menunukkan papil yang hiperemis tetapi dapat normal pada neuritis optika posteriorBretrobulbar. Sedangkan pada fase kronis dapat terlihat atrofi papil. Selain itu pada neuritis optika umumnya pasien mengeluh nyeri pada orbita yang dapat timbul spontan terus-menerus atau pada pergerakan bola mata. Selain itu terdapat suatu fenomena yang unik yang disebut fenomena hthofff dimana
geala penurunan &isus (bersifat 6
temporal) dieksaserbasi oleh suhu panas atau latihan fisik. iplopia uga dapat muncul pada MS meskipun lebih arang dibandingkan neuritis optika. +,,: 6angguan sensorik merupakan manifestasi klinis awal yang uga sering dialami oleh +-112 pasien MS. mumnya geala yang timbul berupa rasa baal (hipestesi), kesemutan (parestesi), rasa terbakar (disestesi) maupun hiperestesi. "elainan tersebut dapat timbul pada satu ekstremitas atau lebih, dan pada tubuh atau waah. Selain itu proprioseptif, rasa &ibrasi, dan diskriminasi dua titik uga dapat terganggu sehingga menimbulkan kesulitan menulis, mengetik atau mengancing bau. 6eala proprioseptif ini umumnya timbul bilateral dan bila terdapat lesi di daerah lemniskus gangguan proprioseptif tersebut hanya mengenai lengan yang dinamakan useless hand syndrome. 6eala tersebut umumnya mengalami remisi dalam beberapa bulan. %anda yang sering teradi pada penderita MS meskipun tidak karakteristik adalah tanda LhermitteC bila kepala difleksikan secara pasif, timbul parestesi sepanang bahu, punggung dan lengan. 'al ini mungkin disebabkan akson yang mengalami demyelinisasi sensiti&itasnya meningkat terhadap tekanan ke spinal yang diakibatkan fleksi kepala. +,,: 6angguan serebelum uga sering teradi pada MS meskipun arang menadi geala utama. Manifestasi klinisnya ataksia serebelaris, baik yang mengenai gerakan motorik halus (dismetria, disdiadokokinesia, intention tremor), gait, maupun artikulasi ( scanning speech, disartria). Selain itu dapat timbul pula nistagmus, terutama yang horiDontal dan &ertikal. +,,: 'emiparesis yang diakibatkan lesi kortikospinal dapat teradi pada MS meski frekuensinya lebih kecil. emikian uga lesi di medula spinalis dapat menyebabkan sindroma 5rown-SeEuard atau mielitis trans&ersa yang mengakibatkan paraplegi (umumnya tidak simetris), le&el sensorik 7
dan gangguan miksi-defekasi. 8efleks patologis danBatau hiperrefleksia bilateral dengan atau tanpa kelemahan motorik merupakan manifestasi yang lebih sering dan merupakan tanda lesi kortikospinal bilateral. Fang karakteristik, meskipun kelemahan hanya pada satu sisi, refleks patologis selalu bilateral. Spastisitas dapat menyebabkan geala kram otot pada pasien MS. "elelahanBfatigue merupakan geala non spesifik pada MS dan teradi pada hampir A02 pasien MS. "elelahan dapat merupakan kelelahan fisik pada waktu e!ercise berlebihan ataupun pada temperatur panas maupun kelelahanBkelambatan mental. +,,: 6angguan memori dapat teradi pada pasien MS. Menurut penelitian %hornton dkk memori angka pendek, working memori dan memori angka panang umumnya terganggu pada pasien MS
(+7)
. Selain itu uga
didapatkan gangguan atensi. 6angguan emosi berupa iritabilitas dan afek pseudobulbar berupa forced laughing atau forced crying umum teradi pada pasien MS disebabkan lesi hemisfer bilateral.+,,: 6eala lainnya yang lebih arang meliputi neuralgia trigeminal (bilateral), gangguan lain pada batang otak berupa paresis n. facialis perifer (bilateral), gangguan pendengaran, tinitus, &Grtigo, dan sangat arang penurunan kesadaran (stupor dan koma) +,,:
Diagnosis %idak ada satu tes pun yang dapat memastikan diagnosis MS. Multiple sclerosis ditegakkan berdasarkan geala klinis. Penegakan diagnosis mempergunakan kriteria diagnostik seperti "riteria Mconald. Saat ini yang dipergunakan adalah kriteria Mconald re&isi 0+0. iagnosis
MS perlu
dipikirkan apabila
didapatkan geala-geala
neurologis dengan episode remisi dan eksaserbasi ataupun progresif dan tidak ditemukan sebab lain yang dapat menelaskan geala tersebut. + 8
. engan demikian, untuk menegakkan diagnosis MS, perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengeksklusi diagnosis diferensial, seperti tumor otak, infeksi otak, stroke, trauma kepala maupun gangguan metabolik.
9
Pemeriksaan pungsi lumbal harus dilakukan bukan untuk menegakkan diagnosis, tetapi menyingkirkan kemungkinan infeksi otak. Pemeriksaan oligoclonal band tidak lagi menadi standar emas penegakan diagnosis MS, kecuali pada tipe PPMSHperan oligoclonal band menadi lebih besar. Pada pemeriksaan M8 kepala dapat ditemukan lesi hiperintens di peri&entrikular, ukstakortikal, infratentorial, dan medulla spinalis. 6ambaran yang cukup khas pada lesi MS adalah ovoid lesion dan dawson finger Multiple sclerosis uga dapat menyerang medula spinalis dan mengakibatkan geala, seperti mielitis. Multiple sclerosis yang mengenai medula spinalis perlu dibedakan dengan neuromielitis optika (#MI) atau evic!s disease. #MI awalnya dikategorikan sebagai &arian dari MS. kan tetapi, saat ini telah diketahui bahwa #MI adalah suatu penyakit autoimun yang berbeda dengan MS. Membedakan MS dan #MI menadi penting karena pengobatan kedua penyakit ini berbeda. Sebagaimana MS, #MI yang merupakan penyakit autoimun dapat memperlihatkan geala dengan episode remisi dan eksaserbasi. 6eala utamanya adalah gangguan penglihatan yang umumnya lebih berat dibandingkan MS dan geala mielitis. 6ambaran M8 kepala #MI bisa normal atau apabila ditemukan lesi, lesi tersebut haruslah tidak memenuhi kriteria MS. Sedangkan gambaran lesi myelitis pada M8 memperlihatkan lesi hiperintens yang mengenai medula spinalis sepanang lebih dari 7 segmen &ertebra (longitudinally e"tensive spinal cord lesion) (gambar <). iagnosis #MI ditegakkan dengan menggunakan kriteria Jingerchuck.+
10
Lumbal pungsi Lumbal pungsi dilakukan ika tidak ada M8. Pada pemeriksaan ditemukan oligoclonal band dan produksi 66 intratekal.
Diagnosis Banding iagnosa banding utama untuk menadi pertimbangan tergantung pada manifestasi neurologis dalam kasus/ 11
K efisit saraf kranial mungkin saa berhubungan dengan berbagai enis lesi fokal, seperti sebuah tumor dermoid basis kranii, suatu tumor dari serebelopontine angel, suatu tumor di foramen magnum, suatu optik glioma atau sphenoid wing meningioma dengan atrofi saraf optik, suatu brainstem astrocytoma, brainstem encephalitis, dan lain-lain. K Suatu hemiplegia mungkin saa berhubungan dengan suatu tumor otak atau stroke K "eang paraparesis mungkin saa berhubungan dengan suatu tumor saraf tulang belakang atau cer&ical spondylotic myelopathy. K Paraparesis berulang mungkin saa berhubungan dengan suatu malformasi &askular pada saraf tulang belakang. K 6eala dari serebellar dan traktus piramidal, dan mungkin uga geala dari batang otak, mungkin saa berhubungan dengan suatu massa atau bentuk malformasi batang otak atau craniocer&ical unction. 5eberapa geala sering misdiagnosed sebagai multipel sklerosis. 5entuk malformasi &askuler batang otak, uga dapat menyebabkan geala neurologis yang berubah-ubah dengan onset usia pertengahan atau usia tua. K "eterlibatan dari berbagai area dari sistem saraf pusat mungkin saa berhubungan erythematosus,
dengan
penyakit
sarcoidosis,
sistemik
seperti
penyakit
sistemik
&askuler,
lupus to!ic
encephalomyelopathy, hypothyroidism, atau funicular myelosis. K "eterlibatan mata dan sistem saraf pusat mungkin saa berhubungan dengan suatu &askulitis atau intoksikasi. &eitis ditemukan bersamasama dengan kelainan neurologis dalam u&eoencephalomyelitis (4ogt"oyanagi-'arada syndrom), suatu hal yang arang, kiranya adalah sindrom
&irus
dimana
teradi
u&eitis,
gangguan gaya beralan,
leukodermia, munculnya uban, encephalitis, dan tanda meningeal yang berubah-ubah.
12
K 5ehcets disease dapat menyebabkan apththous ulcer, manifestasi okular, dan manifestasi saraf pusat, terutama brainstem encephalitis. +,<,@
Tatalaksana Terapi simptomatik
Selain primary care, terapi simptomatik uga harus dipertimbangkan diantaranya adalah /+,1,: #. $pasticity, spastisitas ringan dapat dikurangi dengan peregangan dan program e!ercise seperti yoga, terapi fisik, atau terapi lainnya. Medikasi diberikan ketika ada kekakuan, spasme, atau klonus saat berakti&itas atau kondisi tidur. 5aclofen, tiDanidine, gabapentin, dan benDodiaDepine efektif sebagai agen antispastik. %. Paro"ysmal disorder . Pada berbagai kasus, penggunaan carbamaDepin memberikan respon yang baik pada spasme distonik. #yeri paro!ysmal dapat diberikan antikon&ulsan atau amitriptilin. &. Bladder dysfunction. rinalisis dan kultur harus dipertimbangkan dan pemberian terapi infeksi ika dibutuhkan. Langkah pertama yang dilakukan
ada
mendeteksi
problem
apakah
kegagalan
dalam
mengosongkan bladder atau menyimpan urin. Ibat antikolinergik I!ybutinin dan %olterodine efektif untuk kegagalan dalam menyimpan urin diluar adanya infeksi. '. Bowel symptom. "onstipasi merupakan masalah umum pada pasien MS dan harus diterapi sesegera mungkin untuk menghindari komplikasi. nkontinensia fekal cukup arang. #amun bila ada, penambahan serat dapat memperkeras tina sehingga dapat membantu spingter yang inkompeten
dalam
menahan
pergerakan
usus.
Penggunaan
antikolinergik atau antidiare cukup efektif pada inkontinensia dan diare yang teradi bersamaan. 13
(. $e"ual symptom. Masalah seksual yang muncul antara lain penurunan libido, gangguan disfungsi ereksi, penurunan lubrikan, peningkatan spastisitas, rasa sensasi panas dapat teradi. Pada beberapa pasien MS, gangguan disfungsi ereksi dapat diatasi dengan sildenafil. . *eurobehavior manifestation. epresi teradi lebih dari separuh dari pasien dengan MS. Pasien dengan depresi ringan dan transien dapat dilakukan terapi suportif. Pasien dengan depresi berat sebaiknya diberikan $elective $erotonin +euptake ,nhibitors (SS8s) yang memiliki efek sedati&e yang lebih kecil disbanding antidepresan lain. mitriptilin dapat digunakan bagi pasien yang memiliki kesulitan tidur atau memiliki sakit kepala. . Fatigue.
"elelahan
dapat
diatasi
dengan
istirahat
cukup atau
penggunaan medikasi. mantadine +00 mg dua kali perhari cukup efektif. Modafinil, obat narcolepsy yang bekera sebagai stimulant SSP telah ditemukan memiliki efek yang bagus pada pasien MS. Ibat diberikan dengan dosis 00 mg satu kali sehari pada pagi hari. SS8s uga dapat menghilangkan kelelahan pada pasien MS. mantadine memiliki efek anti influenDa dan baik diberikan pada Iktober hingga Maret. Terapi relaps
Pengobatan relaps dilakukan dengan pemberian metilprednisolon 100-+000 mg 4 selama 7-1 hari. Metilprednisolon diberikan sekali pada pagi
hari
dalam
saline
normal
selama
:0
menit.
Pemberian
metilprednisolon lebih dari 1 hari tidak memberikan hasil yang lebih baik.+ Pada pasien dengan MS, fisoterapi harus selalu dilakukan untuk meningkatkan fungsi dan kualitas hidup dari ketergantungan obat therapy. Perawatan pendukung berupa konseling, terapi okupasi, saran dari sosial, masukan dari perawat, dan partisipasi dalam patient support group merupakan 14
bagian dari perawatan kesehatan dengan pendekatan tim dalam pengelolaan MS.+
DiseaseModif!ing T"erapies
nterferon beta 5erdasarkan guideline #>3, pasien 88MS direkomendasikan untuk mendapatkan terapi nterferon 5eta, baik enis nterferon 5eta +a maupun +b. 5eta interferon dapat mengurangi umlah lesi inflamasi 10-902 yang terlihat
pada
M8.
%ipe
SPMS
uga
direkomendasikan
untuk
mendapatkan terapi nterferon 5eta.+
6latiramer asetat Ibat ini didesain untuk berkompetisi dengan myelin basic protein. Pemberian 6latiramer setat 0mgBhari subkutan dapat menurunkan frekuensi relaps pada 88MS.+
?ingolimod Ibat ini merupakan satu-satunya obat MS dalam sediaan oral. ?ingolimod diindikasikan untuk tipe aktif 88MS. tau dapat menadi pilihan berikutnya apabila pengobatan 88MS dengan nterferon beta tidak memberikan hasil yang memuaskan.+
#ataliDumab Merupakan suatu antibodi monoklonal yang diberikan pada kasus-kasus MS yang agresif. Pada kasus 88MS yang tidak memberikan hasil optimal dengan nterferon 5eta, 6 maupun ?ingolimod maka terapi dapat dialihkan ke #ataliDumab, atau pada kasus-kasus yang intoleran terhadap obat-obat sebelumya. #ataliDumab tergolong dalam obat lini kedua dalam terapi MS. + 15
Mito!antrone Ibat antikanker ini dapat menurunkan frekuensi relaps dan menahan progresifitas MS. Mito!antrone direkomendasikan pada 88MS yang sangat aktif atau SPMS yang sangat progresif. Mito!antrone tergolong dalam obat lini ke 7 dalam terapi MS. +
ntuk tipe PPMS hingga saat ini tidak ada terapi yang direkomedasikan. %erapi hanya bersifat simptomatis.+ ?enitoin ?enitoin yang merupakan obat antiepileptic. alam ui coba nya fenitoin bersifat neuroprotecti&e terhadap degenerasi serabut saraf retina pada pasien neuritis optic. ?enitoin yang bekera sebagai sodium channel blocker. Pada daerah inflamasi, akson akan dipenuhi oleh sodium dan menyebabkan masuknya calcium ke dalam sel yang menyebabkan kematian sel. engan pemberian fenitoin sebagai sodium channel blocker maka dapat mencegah kematian sel. osis yang dipergunakan dalam penelitian +1 mgBkgbb selama 7 hari dan dilanutkan < mgBkgbb dalam +7 minggu. 'asil penelitian menunukkan pasien neuritis optic yang diberikan fenitoin dalam 7 bulan dapat mencegah 702 lebih baik dibanding dengan pemberian placebo.9
Komplikasi +. epresi . "esulitan dalam menelan 7. "esulitan berppikir dan berkonsentrasi <. 'ilang dan menurunnya kemampuan merawat diri sendiri 1. Membutuhkan kateter :. Isteoporosis 16
@. nfeksi saluran kemih@
Prognosis =ika tidak diobati, lebih dari 702 pasien dengan MS akan memiliki cacat fisik yang signifikan dalam waktu 0-1 tahun setelah onset. "urang dari 1-+02 dari pasien memiliki fenotipe MS klinis ringan, di mana tidak ada cacat fisik yang signifikan terakumulasi meskipun berlalu beberapa dekade setelah onset (kadang-kadang terlepas dari lesi baru yang terlihat pada M8). Pemeriksaan rinci dalam banyak kasus, mengungkapkan beberapa tingkat kerusakan kognitif.,@ Pasien laki-laki dengan MS progresif primer memiliki prognosis terburuk, dengan respon yang kurang menguntungkan untuk pengobatan dan cepat menimbulkan kecacatan. nsiden yang lebih tinggi dari lesi sumsum tulang belakang di MS progresif primer uga merupakan faktor dalam perkembangan pesat dari kecacatan. ,@ 'arapan hidup dipersingkat hanya sedikit pada orang dengan MS, dan tingkat kelangsungan hidup terkait dengan kecacatan. "ematian biasanya teradi akibat komplikasi sekunder (10-::2), seperti penyebab paru atau ginal, tetapi uga dapat disebabkan oleh komplikasi utama, bunuh diri, dan menyebabkan tidak berhubungan dengan MS. Marburg &arian dari MS adalah bentuk akut dan klinis fulminan penyakit yang dapat menyebabkan koma atau kematian dalam beberapa hari. ,@
17
KESIMPULAN Multiple sclerosis (MS) adalah penyakit autoimun yang terutama menyerang perempuan usia muda, tergolong penyakit langka di ndonesia. Penyakit ini dapat mengakibatkan kecacatan dan menurunkan kualitas hidup. Penegakan diagnosis yang akurat sangat diperlukan agar pasien bisa mendapatkan pengobatan yang adekuat sedini mungkin. #euritis optic dan gangguan sensorik merupakan manifestasi awal dari penyakit ini.
18
Daftar Pustaka
+. 3stiasari
8.
$clerosis multiple.
epartemen neurologi, fakultas
kedokteran uni&ersitas ndonesia 8S>M. =akarta. 0+< . llan '. 8opper, Martin . dams 4ictors Principles of #eurology, Ath 3dition. 5oston. 00A. 7. Munger.", Le&in L, 'olis 5, 'oward M, scherio . Serum 1'idroksi&itamin Le&els and 8isk of Multiple Sclerosis. 8eport/ =M 00:/A:/97-979 <. Simon 8. Motor eficit. linical *eurology.@ th. Mc6raw 'ill. S. 00A. 1. bout MS. 0+. 5ayer 'ealth>are Pharmaceuticals. &ailable from/ http/BBwww.multiplesclerosis.comBglobalBaboutNms.php was accessed on ?ebruari ++th, 0+: :. Multiple sclerosis. 0+. Medscape 8eferences. &ailable from/ http/BBemedicine.medscape.comBarticleB++<:+AA-o&er&iew was accessed on ?ebruari ++th, 0+: 19
@. Multiple
Sclerosis.
Pubmed
'ealth
Medicine.
&ailable
http/BBwww.ncbi.nlm.nih.go&BpubmedhealthBPM'000+@<@B
from/ was
accessed on ?ebruari ++th, 0+: 9. Phenythoin #europrotection in MS. 0+1. Medscape 8eferences. &ailable
from/
http/BBwww.medscape.comB&iewarticleB9<77A7O&pN+
was
accessed on ?ebruari +th, 0+:
20