" "[Year] "
" " "
"[Type the document title] "
"[Type the abstract of the document here. The abstract is typically a "
"short summary of the contents of the document. Type the abstract of the "
"document here. The abstract is typically a short summary of the contents"
"of the document.] "
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq,
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah perancangan kota
kawasan waterfront city dengan judul "PERKEMBANGAN MORPHOLOGI KOTA PADANG"
dengan lancar.
Selama proses penulisan penulis banyak mendapatkan bantuan dari pihak-
pihak lain sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan optimal.
Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih banyak
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini
yaitu:
1. Bapak Ir. Heru Purwadio, Ibu Dr. Ir. Rima Dewi Supriharjo, MIP, dan Ibu
Rulli Setiawan, ST. MSc selaku dosen Mata Kuliah Morphologi Kota,
2. Orang tua yang selalu memberikan motivasi,
3. Teman-teman yang telah banyak membantu kelancaran penyusunan makalah
ini.
Sekian, semoga makalah ini dapat bermanfaat secara luas dalam menambah
wawasan tentang perkembangan morphologi dalam suatu kota. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Surabaya, 12 Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Tujuan Penulisan 5
1.3 Sistematika Penulisan 5
BAB II PEMBAHASAN 6
2.1 Sejarah Kota 6
4.2 Proses Perkembangan Kota 9
2.3 Ciri Fisik dan Non Fisik 10
2.4 Faktor Dominan Pembentuk Kota 12
BAB III KESIMPULAN 22
Daftar Pustaka 23
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Morfologi kota merupakan ilmu terapan yang mempelajari tentang sejarah
terbentuknya pola ruang suatu kota dan mempelajari tentang perkembangan
suatu kota mulai awal terbentuknya kota tersebut hingga munculnya daerah-
daerah hasil ekspansi kota tersebut. Bentuk morfologi suatu kawasan
tercermin pada pola tata ruang, bentuk arsitektur bangunan, dan elemen-
elemen fisik kota lainnya pada keseluruhan konteks perkembangan kota. Pada
tahap selanjutnya, terjadilah aktivitas sosial, ekonomi, budaya dalam
masyarakatnya sehingga membawa implikasi perubahan pada karakter dan bentuk
morfologi kawasan pusat kota. Sebuah kota selalu mengalami perkembangan
dari waktu ke waktu. Perkembangan ini menyangkut aspek-aspek politik,
sosial, budaya, teknologi, ekonomi, dan fisik. Khusus aspek yang
berhubungan langsung dengan penggunaan lahan perkotaam maupun penggunaan
lahan pedesaan adalah perkembangan fisik, khususnya perubahan arealnya.
Oleh karena itu, eksistensi kota dapat ditinjau dari berbagai aspek.
(Yunus, 1982 : 107)
Pemahaman kita tentang "morfologi kota" tidak dapat dilepaskan dari
wujud fisik kota yang terbentuk utamanya oleh kondisi fisik-lingkungan
maupun interaksi sosial – ekonomi masyarakat yang dinamis. Sebagai sebuah
cabang ilmu geografi dan arsitektur, morfologi mempelajari perkembangan
bentuk fisik di kawasan perkotaan, yang tidak hanya terkait dengan
arsitektur bangunan, namun juga sistem sirkulasi, ruang terbuka, serta
prasarana perkotaan (khususnya jalan sebagai pembentuk struktur ruang yang
utama). Secara garis besar, wujud fisik kota tersebut merupakan manifestasi
visual dan parsial yang dihasilkan dari interaksi komponen-komponen penting
pembentuknya yang saling mempengaruhi satu sama lainnya (Allain, 2004).
2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana sejarah kota Padang
2. Mengetahui periodisasi perkembangan morphologi kota Padang
3. Mengetahui ciri dan karakteristik fisik dan non fisik dari kota Padang
4. Mengetahui aspek atau faktor yang mempengaruhi bentuk kota Padang
1.3 Sistematika Penulisan
Bab I pendahuluan berisi latar belakang penulisan, tujuan penulisan
serta berisi sistematika penulisan laporan.
Bab II pembahasan berisi sejarah kota padang, proses perkembangan
kota padang, ciri fisik dan non fisik kota, serta berisi factor dominan
pembentuk kota padang.
Bab III berisi kesimpulan laporan yang membahas perkembangan
morfologi kota Padang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Kota
2.1.1 Masa Awal (Sebelum abad ke-17)
Belum dapat diketahui secara pasti asal mula terciptanya nama Padang
namun diperkirakan kota ini merupakan tanah lapang yang sangat besar
sehingga dinamakan Padang. Pada Abad ke-14 (1340—1375) padang merupakan
bagian dari Kerajaan Pagaruyung yang dipimpin oleh Adityawarman terdapat di
Minangkabau. Pada masa itu wilayah Padang hanya dikenal sebagai kampung
nelayan, yakni Kampung Batung, dan diperintah oleh Penghulu Delapan Suku
dengan sistem pemerintahan nagari.
Sekitar abad ke-15 dan 16 kerajaan Aceh dibawah pemerintahan Iskandar
Muda meluaskan wilayah kekuasaan dan perdagangannya sampai ke pesisir
pantai barat Minangkabau seperti Tiku, Pariaman, dan Indrapura. Hingga
pada khir abad ke-17 kerajaan ini masuk kedalam daerah kekuasaan kesultanan
Aceh.
2.1.2 Masa Kolonial (Abad ke-17 sampai Abad ke-19)
Bangsa asing yang mengunjungi Padang pertama kali adalah Inggris ditahun
1964 namun Padang mulai berkembang dibawah kekuasaan belanda dengan
VOC(Verenigde Ost Indisehe Company) sebagai alat. Runtuhnya kerajaan
pagaruyung ditandai dengan penandatanganan perjanjian antara kaum adat
dengan pihak belanda sebagai dampak dari perang padri.
\VOC menerapkan politik devide at impera (pecah belah) dalam perluasan
perdagangan dan kekuasaannya. Akibatnya timbul ketegangan masyarakat di
kota-kota pesisir pantai Sumatera. Kerajaan Aceh dipropaganda oleh VOC
seolah akan menguasai Padang. VOC berdalih membantu masyarakat menghadapi
Aceh.
Gambar 1. Sungai Batang Arau sebagai kawasan pusat niaga di jaman kolonial
Belanda
Sumber :
VOC menyadari dan melihat Padang sangat strategis dan dijadikan pusat
perdagangan dan pemerintahan. Pulau Cingkuak, dan Batang Arau lebih baik
dijadikan sebagai daerah pelabuhan. Melalui penghulu terkemuka Padang yang
bernama Orang Kayo Kaciak VOC dapat izin mendirikan loji pertama pada tahun
1667 di kota Padang.
Inilah titik awal Padang tumbuh sebagai sebuah kota. Tidak cuma sebagai
pelabuhan tetapi juga sebagai pusat perdagangan. Gudang-gudang besar mulai
dibangun untuk tempat pengumpulan barang. Pelabuhan Muara begitu sibuk
melayani arus perdagangan, sehingga wilayah ini tumbuh menjadi pusat
pemukiman.
Belanda tidak saja meluaskan perdagangannya melalui VOC, tetapi mulai
dapat memerintah masyarakat. Dari Muara Padang ini pusat pemerintahan dan
per-dagangan Belanda digerakkan ke seluruh pelosok Sumatera bagian tengah.
Kondisi ini menimbulkan ketidakpuasan dikalangan rakyat. Rakyat
merasakan bahwa Belanda tidak lagi berdagang, tetapi sudah menjajah.
Rakyat mulai melakukan perlawanan. Puncaknya terjadi pada tanggal 7 Agustus
tahun 1669 di mana masyarakat Pauh dan Koto Tangah berhasil menguasai
bangunan Belanda di Muara serta banyaknya Belanda yang dibunuh. Peristiwa
ini kemudian diabadikan sebagai tahun kelahiran Kota Padang. Setiap
tahunnya diperingati sebagai hari jadi kota Padang.
Gambar 2. Gerbang bertuliskan selamat datang dalam bahasa Belanda yang
dibuat untuk menyambut kedatangan Gubernur Jenderal Johan Paul van Limburg
Stirum di Padang pada Maret 1916.
Sumber :
Peranan kota Padang sebagai kawasan pelabuhan dalam mendistribusikan
hasil bumi dari pedalaman Minangkabau terus meningkat, dengan membuat
beberapa kontrak dagang dengan penguasa Minangkabau, Belanda mendapatkan
keuntungan yang banyak dalam monopoli perdagangan tersebut, tercatat sejak
tahun 1770 diberangkatkan dari pelabuhan Muara sebanyak 0.3 miliar pikul
lada dan 0.2 miliar gulden emas per tahunnya.
2.1.3 Awal Kemerdekaan (Abad ke-19 sampai sekarang)
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Mr. Abubakar Jaar diangkat
sebagai walikota pertama kota Padang dalam negara kesatuan Republik
Indonesia.
SK Gubernur Sumatera Tengah No. 65/GP-50, tanggal 15 Agustus 1950
menetapkan Pemerintahan Kota Padang sebagai suatu daerah otonom sementara
menunggu penetapannya sesuai UU No. 225 tahun 1948. Saat itu kota Padang
diperluas, kewedanaan Padang dihapus dan urusannya pindah ke Walikota
Padang. SK Gubernur Sumatera Barat No. 1/g/PD/1958, tanggal 29 Mei 1958
secara de facto menetapkan kota Padang menjadi ibukota propinsi Sumatera
Barat. Secara de jure Padang menjadi ibukota Sumatera Barat, yang ditandai
dengan keluarnya UU No.5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di
Daerah, dengan Kotamadya Padang dijadikan daerah otonom dan wilayah
administratif yang dikepalai oleh seorang Walikota.
Pada awalnya luas Kota Padang adalah 33 Km2, yang terdiri dari 3
Kecamatan dan 13 buah Kampung, yaitu Kecamatan Padang Barat, Padang Selatan
dan Padang Timur.
Gambar 3. Kota Padang yang awalnya memiliki 3 kecamatam berkembang menjadi
11 kecamatan
Dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Peraturan Pemerintah Nomor
17 Tahun 1980 tanggal 21 Maret 1980 wilayah Kota Padang menjadi 694,96 Km2,
yang terdiri dari 11 Kecamatan dan 193 Kelurahan. Dengan dicanangkannya
pelaksanaan otonomi daerah sejak Tanggal 1 Januari 2001, maka wilayah
administratif Kota Padang dibagi dalam 11 Kecamatan dan 103 Kelurahan.
Dengan Keluarnya Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Pembentukan organisasi Kelurahan Maka jumlah Kelurahan di Kota Padang
menjadi 104 Kelurahan.
2 Proses Perkembangan Kota
Pada masa awal, Kota Padang berkembang mengikuti aliran Sungai Batang
Arau yang memisahkan antara kawasan permukiman dengan hutan. Sementara
perkembangan fisik kota dapat diindikasikan secara kasat mata melalui
penggunaan lahan. Pertambahan populasi terus menerus mengakibatkan
peningkatan alokasi lahan sebagai kawasan permukiman dan perluasan wilayah
perkotaan. Perluasan Kota Padang bukan berbentuk lingkaran konsentrik
melainkan dalam bentuk memanjang kearah utara.
Gambar 4. Panorama Kota Padang di sehiliran Batang Arau pada abad ke-19
Pusat kota juga berpindah dari batang Arau ke sebelah utaranya, hal
ini terjadi karena beberapa perusahaan jasa dan pemerintah lebih suka
berada di tengah tengah konsumen mereka. Saat perpindahan terjadi beberapa
kegiatan yang berada di pusat Padang kota lama, juga ikut berpindah ke
utara, hal tersebut terjadi karena aktivitas pendukung fasilitas juga
berpindah kearah utara. Hal ini dikarenakan sebelah barat dan selatan kota
Padang dibatasi oleh Gunung Padang dan Samudera Hindia. Oleh sebab itu,
perluasan ke arah utara dan mendekati timur adalah perluasan yang paling
memungkinkan.
Pada masa kolonial berpedoman Benteng VOC sebagai pusat kota di kala itu
sehingga sampai saat masih dapat dijumpai Benteng VOC sebagai titik nol.
Perubahan spasial kota Padang sebelum abad ke-20 merupakan kombinasi
dialektik antara penetrasi kolonial dan resistensi pribumi. Ekspresi ke
ruangan morfologi kota didominasi oleh sistem kota pertahanan, kanal-kanal,
pemukiman multietnik dan pola sirkulasi organik. Pada abad ke-20, perubahan
spasial lebih banyak didorong oleh intervensi perencanaan oleh pemerintah
Hindia Belanda untuk mengisi pola dan struktur kota serta mengatur fungsi
utama kota yang sudah ada. Sedangkan pada masa setelah kemerdekaan,
perkembangan kota cenderung meneruskan bentuk kota yang terfragmentasi,
dualistik wajah kota dan didominasi oleh konsep-konsep perencanaan kota
yang seragam dan sentralistik. Sehingga ekspresi ke ruangan morfologi kota
Padang sekarang ini masih banyak dipengaruhi perkembangan masa lalunya
(Eko,1993).
2.3 Ciri Fisik dan Non Fisik
Kota Padang adalah ibu kota dari provinsi Sumatera Barat yang memiliki
luas 694,96 km² dimana lebih dari 60% dari luas keseluruhan yaitu ± 434,63
km² merupakan daerah perbukitan yang ditutupi hutan lindung yang
ketinggiannya mencapai 1.853 mdpl sedangkan selebihnya merupakan daerah
efektif perkotaan. Kota padang dihuni oleh 871.534 jiwa yang didominasi
oleh etnis Minangkabau dan mayoritas masyarakat di kota ini
menganut agama Islam (DAK,2012).
Karakteristik ruang perkotaan Kota Padang adalah letaknya yang
menghadap Samudera Hindia dan dikelilingi oleh jajaran Pegunungan Bukit
Barisan. Sedangkan untuk perkembangan kawasan urban di Padang bergerak ke
arah utara dan timur dari kawasan kota tua di muara sungai Batang Arau.
Sejak tahun 1995, Pemerintah Kota Padang telah mulai mengembangkan hutan
kota dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berfungsi meningkatkan kualitas
lingkungan hidup perkotaan yang nyaman dan indah, sekaligus sebagai salah
satu sarana rekreasi terutama bagi warga kotanya.
Kota Padang juga merupakan pusat perekonomian dengan jumlah pendapatan
per kapita tertinggi di Sumatera Barat. Kota Padang memiliki sebuah kota
lama yang berada tak jauh dari benteng dan gudang-gudang kompeni Belanda
dan permukiman saudagar India dan Cina. Pada bagian kedua abad ke 18 kota
ini resmi menjadi bagian kota tersendiri. Saat ini sebagian besar penghuni
kota lama adalah etnis Cina.
Sedangkan pada Jl. Batang Arau, yang dulunya merupakan jalan promenade
dan jalan pelabuhan. Sebelum terbukanya pelabuhan Teluk Bayur (1892) jalan
ini merupakan tempat penyandar kapal layar kecil yang akan mengantarkan
muatan ke kapal samudera yang berlabuh di belakang Pulau Pisang Gadang,
sehingga disinilah didirikan gudang-gudang dan perkantoran perusahaan-
perusahaan Eropa dan Cina. Sampai sekarang kebanyakan gedung-gedung ini
masih digunakan sebagai gudang.
Gambar 4. Suasana Sungai Batang Arau
Gedung zaman Belanda lainnya dapat ditemui di sepanjang jalan Batang
Arau ke arah muara. Mayoritas gedung-gedung tersebut dulunya merupakan
kantor dan gudang perusahaan Eropa, gedung pemerintahan kolonial, gedung
bank dan perkantoran lain. Sementara di seberang sungai terdapat rumah-
rumah kayu bergaya melayu yang didirikan diatas tiang-tiang. Saat ini rumah-
rumah tersebut digunakan sebagai tempat pertemuan penduduk sekitar .
Pada tahun 1833 suatu pasukan Klingaleezen dan Sipahis (yang terakhir
ini adalah suatu suku India ) datang ke padang untuk mengerjakan suatu
kebun. Berlawanan dengan orang-orang Cina imigran-imigran dari India ini
telah beradaptasi baik dengan adat istiadat tetangga mereka yaitu orang
Melayu dan Minangkabau. Hal ini dapat dilihat dari hampir semua upacara
pernikahan yang dilakukan orang India pada masa kini mengikuti pola adat
Minangkabau yang bersifat matrilinial, sedangkan dalam organisasi sosial
masih banyak tatanan bilateral (artinya mengikuti garis lelaki maupun
perempuan) yang dibawa dari India dipertahankan.
Pada arah barat dari jalan Batipuh terdapat masjid yang sangat
menonjol. Arsitektur masjid tersebut memiliki banyak motif yang sama dengan
masjid-masjid di Arabia dan India. Masjid ini diduga merupakan masjid
tertua di Kota Padang.
Kota padang terkenal dengan rumah gadang (rumah adat) sebagai
identitas dan kebanggaan. Namun sekarang banyak rumah gadang yang dibiarkan
lapuk tak terurus. Saat ini rumah gadang yang masih terawat dan berdiri
megah pun jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Kontras dengan sejarahnya,
rumah gadang berdiri megah hampir di setiap sudut perkampungan.
Malahan, kini banyak yang berasumsi rumah gadang lebih diorientasikan
sebagai simbol "kekuatan ekonomi" kaum, suku dan kelompok masyarakat. Jadi
mereka-mereka dari keluarga dan kaum yang mempunyai ekonomi lebih giat
membangun. Apalagi masyarakat di kampung halaman justru dihadang beragam
kesulitan.
2.4 Faktor Dominan Pembentuk Kota
Terbentuknya sebuah kota dapat dikemukakan sebagai berikut ini :
1. Faktor Topografi
Faktor lingkungan (environment factor) merupakan salah satu
faktor distribusi penduduk karena berkaitan erat dengan aktivitas
keseharian penduduk. Topografi yang datar akan memudahkan penduduk
dalam beraktivitas, sebaliknya kondisi topografi yang berbukit-bukit
akan mempersulit gerak penduduk karena membutuhkan tenaga.
Kota Padang memiliki topografi beragam, daerah dengan topografi
datar yang terdapat pada sebagian besar utara Kota Padang yang
pembangunan perumahan. Hasil interpretasi citra menunjukkan bahwa
perubahan bentuk penggunaan lahan yang menjadi permukiman paling besar
terdapat di daerah bagian utara dengan kelas lereng datar 0-2%.
Perubahan penggunaan lahan yang sama juga terlihat di bagian timur
Kota Padang dengan kondisi topografi agak sedikit bergelombang
berkisar antara 2-20% kemiringannya. Artinya kondisi ini menunjukkan
bahwa kecenderungan (trend) perkembangan Kota Padang tahun 1998–2008
mengarah ke daerah dengan kondisi topografi yang relatif datar.
Kondisi topografi juga menentukan apakah suatu daerah beresiko
banjir jika diperuntukkan sebagai tempat permukiman penduduk, kecuali
jika melibatkan teknologi untuk mengatasi hambatan tersebut. Salah
satu upaya pemerintah Kota Padang untuk mengatasi banjir adalah dengan
meningkatkan kondisi drainase kota. Lebih ditekankan pada upaya
pengendalian banjir yang rutin terjadi setiap tahun (DPU Sumbar,2000).
2. Faktor Kekuasaan
Pada abad ke 15- 16 kerajaan Aceh dibawah pemerintahan Iskandar
Muda meluaskan wilayah kekuasaan dan perdagangannya sampai ke pesisir
pantaii barat Minangkabau seperti Tiku, Pariaman, dan Indrapura.
Sementara pada akhir abad ke 16 ymulai beroperasi perusahaan dagang
Belanda yang dikenal dengan VOC (Verenigde Ost Indiscehe Company). VOC
menerapkan politik devide at impera (pecah belah) dalam perluasan
perdagangan dan kekuasaanya sehingga padang dijadikan kota pelabuhan.
Berdasarkan observasi dan dokumen rencana tata ruang Kota Padang
tahun 2003, beberapa kebijakan pemerintah yang terlihat dalam upaya
mengarahkan perkembangan kota seperti: perbaikan kualitas jalan dengan
melakukan pelebaran dan pengaspalan jalan diwilayah bagian utara dan
timur kota. Dengan demikian dapat dikatakan,perkembangan kota dilihat
dari perembetan kenampakan fisik Kota Padang dipengaruhi oleh
kebijakan pemerintah terutama dalam pembangunan infrastruktur dan
sesuai dengan rencana tata ruang yang ada,sehingga pemanfaatan setiap
daerah kota dapat lebih optimal dan pengembangan dapat dilaksanakan
sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing wilayah.
Faktor kekuasaan juga berpengaruh terhadap kegiatan pengembang
yang tidak lain merupakan salah satu pihak yang turut berpengaruh
terhadap perkembangan yang terjadi di Kota Padang. Hal ini terlihat
dari pembangunan kompleks perumahan baik perumahan untuk pegawai
negeri, perumahan untuk masyarakat umum bahkan berupa realestate yang
tersebar di beberapa lokasi dimana terjadi perkembangan fisik kota.
lokasi pembangunannya berada di beberapa kecamatan diantaranya :
Kecamatan Pauh, Kecamatan Kuranji,Kecamatan Nanggalo.
Aktivitas developer yang terlihatdi Kota Padang melalui
pembangunan kompleks perumahan berada di bagian utara dan timur Kota
Padang. Dengan adanya pembangunan kompleks perumahan ini secara tidak
langsung akan menarik penduduk untuk menempati kawasan tersebut
sehingga mengurangi kepadatan pusat kota .Pembangunan komplek
perumahan dibeberapa lokasi yang mengarah ke luar pusat kota oleh
developers juga merupakan salah satu usaha untuk mensukseskan
perkembangan kota,dengan adanya permukiman akan membuka pusat-pusat
kegiatan baru lainnya. Hingga saat ini usaha pengembangan kota arah
luar pusat kota melalui pembangunan kompleks perumahan telah
memperlihatkan hasil.
3. Faktor Pola Jaringan Jalan
Sebagai salah satu elemen pembentuk kota, jaringan jalan mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan penggunaan lahan, hubungan tersebut
dicerminkan dari adanya perkembangan fisik kota dan jaringan jalan
bukan hanya sebagai tempat menjalarnya perkembangan kota tetapi juga
berpengaruh terhadap rencana dan fungsi elemen-elemen struktur kota.
Perkembangan jaringan jalan di Kota Padang tidak begitu besar pada
tahun 1998-2008. Namun perbaikan kualitas jalan terus dilakukan
terutama untuk wilayah bagian timur dan utara kota seperti di jalur
Alai Timur, Ampang hingga by pass, karena keraapatan jalan lebih
tinggi di wilayah bagian timur kota.
Perkembangan kota padang cenderung mengikuti jalur- jalur jalan
yang telah ada, dengan demikian dapat dikatakan bahwa distribusi
permukiman cenderung ke tempat-tempat yang memiliki akses yang
baik/tinggi. Dengan simpulan lain bahwa aksessibilitas sangat
berpengaruh terhadap perkembangan yang terjadi di Kota Padang.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan :
1. Sejarah Kota Padang terbagi dalam 3 masa, yaitu masa awal (sebelum
abad ke 17), masa kolonial (abad 17-abad 19) dan masa awal kemerdekaan
(abad 19 sampai sekarang).
2. Perluasan Kota Padang berbentuk memanjang kearah utara. Pada masa
awal, Kota Padang berkembang mengikuti aliran Sungai Batang Arau. Pada
abad ke-20, perubahan spasial lebih banyak didorong oleh intervensi
perencanaan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk mengisi pola dan
struktur kota serta mengatur fungsi utama kota yang sudah ada.
Sedangkan pada masa setelah kemerdekaan, perkembangan kota cenderung
meneruskan bentuk kota yang terfragmentasi, dualistik wajah kota dan
didominasi oleh konsep-konsep perencanaan kota yang seragam dan
sentralistik. Sehingga ekspresi ke ruangan morfologi kota Padang
sekarang ini masih banyak dipengaruhi perkembangan masa lalunya
3. Karakteristik ruang perkotaan Kota Padang adalah letaknya yang
menghadap Samudera Hindia dan dikelilingi oleh jajaran Pegunungan
Bukit Barisan. Kota padang terkenal dengan rumah gadang (rumah adat)
sebagai identitas dan kebanggaan.
4. Mengetahui aspek atau faktor yang mempengaruhi bentuk kota Padang
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kota_Padang
Colombijn, Freek. 2006. Paco-paco (Kota) Padang: sejarah sebuah kota pada
abad ke 20 dan pengunaan ruang kota.Yogyakarta: Ombak.
Colombijn, Freek. 2005. Kota Lama Kota Baru: Sejarah Kota-
kota di Indonesia. Yogyakarta: Ombak.
http://ekoalvaresz.blogspot.com/2008_06_01_archive.html
http://auliaardhian.blogspot.com/2010/09/morfologi-kota-padang.html
-----------------------
Peta Kota Padang Kuno Tahun ….
Peta Kota Padang Tahun 1915
Kondisi Kota Padang Sekarang