DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
_-_-_-_Fihris-_-_-_2..…………………………………..Sekapur Sirih ASwaJA……………………………………………..3 6…….……………………………………….ke NU an ke IPNU an…………………………………..…..16 23……….…………………………….ke IPPNU an CBP IPNU………………………………………..25 28……………………………………….KPP IPPNU Pertolongan Pertama (PP)……….30 36….……………………………………………..…SAR Mountainering …………………………………………….40 52………………….…………….. Biodata Pemilik
“
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
1
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
Sekapur Sirih Tim Penyusun Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh Bismillahirrahmaanirrahim.... Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah Azza Wajalla Sang Penguasa sekalian alam, yang senantiasa menganugerahkan kekuatan iman, islam, ihsan serta kesehatan sehingga kami dapat mempersembahkan untaian materi Pendidikan dan Latihan Pertama (DIKLATAMA) 2015 yang terangkum modul materi ini. Semoga Allah meridloi segenap aktivitas yang akan kita jalani, dan memberikan kemanfaatan dalam segala kegiatan sepanjang kegiatan DIKLATAMA 2015 ini, juga kemanfaatan bagi setiap langkah IPNU & IPPNU kecamatan Kota Kudus. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan ke pangkuan baginda Agung kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita untuk selalu memperjuangkan dan melestarikan ajaran Islam Ahlussunnah Waljama’ah dalam setiap langkah di kehidupan ini. Semoga kelak kita akan mendapatkan Syafa’at beliau dan juga dapat bersua dengan beliau kelak di hari kiamat. Selanjutnya dalam kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak yang telah mendukung dan mensukseskan proses penyusunan modul serta kegiatan DIKLATAMA Kota tahun 2015 ini, yakni kepada: 1. Pemerintah Kecamatan Kota Kudus 2. MWC NU Kota, Muslimat NU Kota, GP. Ansor serta Fatayat Kota 3. Segenap Pembina dan Alumni PAC. IPNU-IPPNU Kecamatan Kota 4. Beberapa pihak dari Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo Kudus 5. Segenap peserta, Pimpinan Ranting, Pimpinan Komisariat, tamu undangan dan berbagai pihak yang telah berperan aktif dalam pelaksanaan DIKLATAMA Kota 2015. Melalui tema “Menyiapkan Pasukan Relawan Muda Kader CBP-IPNU Bersama KPP- IPPNU yang Berkarakter dan Berkepribadian ASWAJA” ini, diharapkan agar para perserta DIKLATAMA Kota 2015 dan kader NU lainnya dapat melestarikan nilai-nilai dan budaya Islam Ahlussunnah wal Jama’ah demi tercapainya kader-kader IPNU – IPPNU yang beriman, bertanggung jawab, berkompeten, penuh komitmen, terampil, dan berkualitas sehingga CBP & KPP di Kecamatan Kota ini dapat kembali eksis dan memberi warna keharuman pada citra PAC. IPNU & IPPNU Kota. Demikian yang dapat kami sampaikan semoga bermanfaat bagi kita semua fiddin waddunya Wal akhiroh. Amin Wallohul Muwaffiq Ilaa Aqwamith Thoriq Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
“
◄
2
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH Oleh : Miftah Baidlowi, S. Pd. I. A. PENDAHULUAN Semenjak lahirnya Nahdlatul Ulama menegaskan diri sebgaai Jam'iyah yang menganut, mengemban dan mengembangkan Islam Ala Ahlussunnah Waljama'ah. Penegasan ini diperkuat lagi pada Muktamar NU yang ke-26 di Semarang tahun 1979 bahwa Nahdlatul Wathon bertujuan : 1. menegaskan syari'ah islam madzhabil 'arba'ah ( Hanafi, Maliki, Syafi'i, hambali ). 2. mengusahakan berlakunya ajaran Ahlussunnah Wal jama'ah dalam mayarakat. Hal ini didasarkan hadist nabi yang diriwayatkan HR. Tabrani yang artinya sebagai berikut : Demi Tuhan yang memegang jiwa di tangannya akan firqoh umatku sebanyak 73 firqoh, yang satu masuk surga dan yang lainnya masuk neraka, bertanya para sahabat " Siapakah firqoh yang tidak masuk neraka itu Ya Rosulullah ? Nabi menjawab Ahlussunnah Wal Jama'ah. Dan hadist Nabi yang lain yang diriwayatkan oleh oleh HR. Turmudzi Nasa'i Hakim adalah : Golongan Yahudi pecah menjadi 71 firqoh,dan golongan Nasrani menjadi 72 firqoh dan akan terpecah umatku menjadi 73 firqoh. Semuanya masuk neraka kecuali satu, sahabat bertanya : siapakah golongan itu ya Rosululloh ? Nabi menjawab : ialah golongan yang menjalankan apa yang ku jalankan dan apa yang dijalankan sahabatsahabatku. Dari pengertian yang kita ambil tersebut di atas, maka wajiblah bagi kita para warga NU untuk mengetahui secara mendalam tentang Ahlussunnah Wal Jama'ah. B. Pengertian Ahlussunnah Wal Jama'ah 1. Arti Ahlussunnah ialah penganut sunnah Nabi SAW. 2. Arti Ahlussunnah ialah penganut I'tiqod sebagai I'tiqod jama'ah sahabat-sahabat Nabi. 3. Yang dimaksud Ahlussunnah Wal Jama'ah yaitu orang-orang yang mengikuti tuntunan Nabi Muhammad SAW dan tuntunan sahabat-sahabat Nabi SAW. C. Ahlussunnah Wal Jama'ah 1. Tentang bagaimana menerapkan paham Ahlussunnah Wal Jama'ah dalam kehidupan beragama sehari-hari, sebenarnya cukup jelas yaitu bahwa setiap orang mukmin, imannya, ilmunya dan amaliyahnya harus bersumber dari Kitabullah dan sunnah rasul serta sahabat. Akan tetapi bagaimana pengusahaanya agar setiap orang dapat menyesuaikan iman, ilmu dan amalnya pada sumber tingkat kemampuan masingmasing orang. 2. Untuk tingkat pertama orang harus berijtihad yaitu memiliki hukum langsung dari sumber A-Qur'an dan Hadist. Sudah barang tentu tidak sembarang orang dapat mengerjakan ijtihad karena syarat-syaratnya cukup berat di antaranya harus bisa memahami bahasa arab lengkap dengan kesastraannya, mengerti ilmu usul fiqih dan persyaratan-persyaratan lainnya. Orang pada tingkatan pertama itulah yang dinamakan mujtahid yang terbagi dalam berbagai tingkatan (Mutlaq, Madzhab, Fatwa). 3. Apabila tidak menjadi mujtahid maka orang harus mengikuti satu madzhab yang disenanginya dengan bekal percaya pada imam madzhabnya, bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh imam madzhabnya itu benar, walaupun pada hakikatnya dia itu tidak tahu persis dasar-dasar hukum yang dipakai imamnya. Pada tingkat terakhir inipun ada beberapa macam tingkatan, ada pernah membaca buku hasil penelitian imamnya, ada yang membaca buku-buku cukilan saja, ada yang membaca keterangan pendukung madzhabnya dan ada yang mendengar pengajian-pengajian secara lisan saja. 4. Oleh karena orang pada tingkat terakhir ini hanya berbekal kepercayaan kepada imam madzhabnya, maka hendaknya ia tidak berpindah dari madzhab yang satu ke madzhab yang lain, kecuali kalau ia sudah naik “
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
3
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
tingkatannya ke tingkat mujtahid, fatwa atau pindah madzhab dalam salah satu madzhab karena terdorong oleh hajat yang baik dengan syarat tidak boleh talfiq. Hal ini tidak berarti memenjarakan umat di dalam kotak-kotak madzhab dan menjadikan kitab-kitab madzhab sebagai pedoman agama di atas Al-Qur'an dan Hadist, juga tidak pintu ijtihad atau pintu pilihan madzhab 5. ditutup dan tidak berarti menjadikan umat beku pikirannya. Kalau memang bisa jadilah mujtahid mutlaq, atau mujtahid madzhab atau mujtahid fatwa akan tetapi kalau tidak dapat menjadi nomor satu, dua atau tiga lalu akan menjadi orang yang nomor berapa kalau tidak pada tingkat nomor di bawahnya yaitu muqollid (orang yang bertaqlid pada salah satu madzhab. Dan kalau berada pada tingkat empat (sebagai orang awwam) untuk apa selalu berpindah madzhab? Apa alasan dan dasar mempermasalahkan madzhab yang satu, apa karena kamu sudah naik pada tingkat ketiga, kedua, pertama ataukah hanya sekedar menuruti kesenangan saja? Apakah agama hanya didasarkan pada kesenangan seperti ini, tidakkah hal itu lebih buruk dari pada taqlid yang mathon (renungkan). 5. Adapun para ulama' yang sudah berhasil berijtihad secara mutlaq yang kemudian disebut imam madzhab itu banyak, akan tetapi yang kemudian berkembang dan masih banyak pengikutnya sampai sekarang. a.Imam Abu Hanifah Nu'man bin Tsabit, lahir di Kuffah tahun 80 H / 699 M, meninggal dunia dalam penjara di Baghdad tahun 150 H / 767 M. b.Imam Malik Abdillah Anas bin Abu Amr, lahir tahun 93 H / 71 M di Madinah dan meninggal dunia tahun 179 H / 795 M c.Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Utsman bin Syafi'i Asy-Syafi'i lahir di Guzzah daerah Astholah tahun 159 H / 767 M dan meninggal dunia di Kairo tahun 204 H / 855 M d.Imam Ahmad bin Hambal bin Hilal, lahir di Baghdad tahun 164 H / 80 M dan meninggal dunia pada tahun 241 H / 855 M Keempat imam madzhab tersebut tergolong ahlussunnah terutama dalam bidang fiqih. Adapun ulama ahlussunnah dalam bidang tauhid yang termasyhur dan diikuti oleh mayoritas umat islam seluruh dunia ialah Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dan imam Abu Manshur Al-Maturidi. Selain itu semua masih ada imam-imam madzhab yang lain juga tergolong ahlussunnah wal jama'ah, akan tetapi pada saat sekarang hampir tidak ada pendukung lagi, seperti Imam Abu Amr Abdurrohman bin Muhammad Al-Auzai, Imam daud Adh-Dhoriri, Imam Muhammad bin Jarir bin Zahid Ath-Thabari dan sebagainya. 6. Perkembangan ahlussunnah wal jama'ah di berbagai negara a. Di Maroko madzhab Maliki / ahlussunnah wal jama'ah b. Di Aljazair madzhab Hanafi / ahlussunnah wal jama'ah c. Di Tunisia madzhab Hanafi / ahlussunnah wal jama'ah d. Di Libiya madzhab Hanafi / ahlussunnah wal jama'ah e. Di Turki madzhab Hanafi / ahlussunnah wal jama'ah f. Di Irak madzhab Hanafi / ahlussunnah wal jama'ah dan sebagian kaum Syi'ah dalam (Najad-Karbela) g. Di Mesir madzhab Hanafi / ahlussunnah wal jama'ah h. Di India madzhab Hanafi / ahlussunnah wal jama'ah i. Di Pakistan madzhab Hanafi / ahlussunnah wal jama'ah dan sebagian kecil golongan Syi'ah dan Ismailiyyah j. Di Indonesia madzhab Syafi'i / ahlussunnah wal jama'ah k. Di Filipina madzhab Syafi'i / ahlussunnah wal jama'ah l. Di Thailand madzhab Syafi'i / ahlussunnah wal jama'ah “
◄
4
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
m. Di Malaysia madzhab Syafi'i / ahlussunnah wal jama'ah n. Di Somalia madzhab Syafi'i / ahlussunnah wal jama'ah o. Di Sudan madzhab Hanafi / ahlussunnah wal jama'ah p. Di Nigeria madzhab Hanafi / ahlussunnah wal jama'ah q. Di Afganistan madzhab Hanafi / ahlussunnah wal jama'ah r. Di Libanon madzhab Hanafi / ahlussunnah wal jama'ah dan sebagian Syi'ah s. Di Hadramaut madzhab Syafi'i / ahlussunnah wal jama'ah t. Di Hijaz madzhab Syafi'i dan Hanafi / ahlussunnah wal jama'ah dan sebagian Hambali, dan Wahabbiyah u. Di Najdi madzhab Hanafi / Wahabbiyah v. Di Iran Syi'ah w. Di Uni Soviet / Rusia sekarang madzhab Hanafi / ahlussunnah wal jama'ah dan Syi'ah x. Di Tiongkok madzhab Hanafi / ahlussunnah wal jama'ah Nampaknya paham ahlussunnah wal jama'ah yang banyak dianut oleh sebagian besar umat islam di berbagai negara. D. Kesimpulan 1. Pintu ijtihad belum ditutup, mudah-mudahan di antara sekian banyak warga nahdliyyin (IPNU-IPPNU) ada yang sampai tingkat mujtahid mutlaq atau mujtahid madzhab setidak-tidaknya mujtahid fatwa. 2. Bagi warga Nahdliyyin (IPNU-IPPNU) yang tidak sampai pada tingkatan-tingkatan tersebut, mudahmudahan mendapat hidayah dan taufiq Allah SWT walaupun melalui jalan taqlid dan sebagai muqollid yang baik hendaknya tidak mencela pada muqollid madzhab lainnya Pada hakikatnya golongan ahlussunnah wal jama'ah adalah golongan yang mengikuti jejak nabi dan para sahabatnya dan meraka ialah yang akan selamat dunia dan akhirat. Di luar golongan ahlussunnah wal jama'ah adalah ahlul bid'ah dan mereka ialah kelak yang celaka di akhirat, golongan itu adalah 1.Golongan Mu'tazilah......................................................................... 20 firqoh 2.Golongan Syi'ah ............................................................................... 20 firqoh 3.Golongan Khowarij............................................................................ 20 firqoh 4.Golongan Murji'ah............................................................................. 5 firqoh 5.Golongan Najjariyah......................................................................... 3 firqoh 6.Golongan Jabbariyah ....................................................................... 2 firqoh 7.Golongan Musyabbihah.................................................................... 2 firqoh Jumlah.................................................................................................. 72 firqoh Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan naskah ringkasan ini dapat mendasari langkah warga Nahdliyyin (IPNU-IPPNU) dalam rangka menggali doktrin ahlussunnah wal jama'ah. catatan
“
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
5
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
KE NU AN BAB I KARAKTERISTIK FAHAM AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH A. PENDAHULUAN Nahdlatul Ulama adalah Jam’iyyah Diniyah Islamiyah (Organisasi Keagamaan Islam), didirikan oleh para ulama yang memiliki kesamaan visi (wawasan) dan misi keagamaan Islam Ahlussunnah wal jama’ah. Pemaknaan kata (terminologi) Ahlussunnah wal jama’ah bersumber dari sebutan yang dinyatakan oleh junjungan Nabi Muhammad SAW, yaitu Ahlussunnah “ maa ana alaihi al yauma wa ashaabii “ (Apa yang aku berada di atasnya bersama para sahabatku). Dengan kata lain Ahlussunnah wal jama’ah adalah ajaran (wahyu Allah) yang Muhammad SAW sampaikan kepada para sahabatnya dan diamalkan olehnya bersama para sahabatnya. Intinya terletak pada keterpaduan iman, islam dan ihsan yang tercermin pada cara berpikir, bersikap dan berperilaku dalam seluruh aspek kehidupan. Untuk mewujudkan dan mengamalkan ajaran atau paham Ahlussunnah wal jama’ah tersebut, maka segenap anggota jam’iyyah Nahdlatul Ulama terpanggil untuk menjadikan dirinya sebagai pelaksana dan pelaku dari tugas atau mission Jam’iyyah sesuai dengan tanggung jawab mereka masing-masing. Maka menjadi syarat mutlak bagi segenap anggota Jam’iyyah terutama golongan pemimpin memiliki karakter pejuang. Karena hakikatnya Jam’iyyah Nahdlatul Ulama adalah medan pengabdian dan perjuangan. Tidak masuk akal apabila seorang pejuang tidak memilki karakter yang tercermin pada kepribadiannya. Kepribadian dan identitas pejuang NU menandai karakteristik yang berbeda dengan orang lain dalam praktek sehari-hari di dalam melaksanakan ibadah dan mu’amalah. Hal tersebut itulah sebenarnya yang menjadi tujuan NU sejak permulaan berdirinya yang terkenal dengan “ Mabadi Khaira ummah “. B. MABADI KHAIRA UMMAH SEBAGAI MISI NAHDLATUL ULAMA 1. Pengertian, tujuan dan prinsip-prinsip Mabadi Khaira Ummah a. Pengertian Mabadi Khaira Ummah adalah prinsip-prinsip dasar yang melandasi terbentuknya umat yang terbaik. Mabadi Khaira Ummah merupakan langkah utama untuk pembentukan umat yang terbaik. Gerakan Mabadi Khaira Ummah merupakan langkah awal pembentukan umat terbaik (khaira ummah) yaitu sutau umat yang mampu melaksanakan tugas-tugas amar ma’ruf nahi munkar yang merupakan bagian terpenting dari kiprah Nahdlatul Ulama. Sebab kedua sendi tersebut mutlak diperlukan dalam menopang terwujudnya tata kehidupan yang diridhai Allah SWT sesuai dengan citacita Nahdlatul Ulama. Oleh karena itu, amar ma’ruf nahi munkar merupakan dua sendi yang tidak dapat dipisahkan untuk mencapai kebahagiaan lahiriah dan batiniah. Prinsip dasar yang melandasinya disebut “ Mabadi Khaira ummah “. Kalimah “ khaira ummah “ diambil dari kandungan Al Qur’an Surah Ali Imran ayat 110 yang berbunyi : م وت ت م ه ة ات م م ر ن ر ن ربِسالنل ر ؤ ر م ة و ر و ر و ر و ر م م ر ر ج م وت رن م ر ن ال م ت ن ربِسال م ر س ت رأ ت خي مرر ا ت م ك تن مت ت م من ت م ر ر ه م ف ر عتر م متر م من مك ر ر خ ر ع ر ت رلنلمنِسا ر قنلى قنلى ب لر ر س ت م ال م ا م م ه ت ن ) ال م ن ر وا رك مث رتر ت ن ار م ف ر ؤ ر ر و ر و ر كِسا ر من م ت خي مررا ل م ت م ر ه ت م ال م ت ه ت ه م و اا ر ل ال مك رت ا ر ق م ن ر من ت م ول ر م ر ( ۱۱۰ : عمران Artinya :“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, maka baik bagi mereka dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq “ (QS. Ali Imran : 110) “
◄
6
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
b. Tujuan dan Isi Mabadi Khaira Ummah Sebagaimana dijelaskan di atas, gerakan Mabadi Khaira Ummah yang pertama dahulu diarahkan kepada penggalangan warga untuk mendukung program pembangunan ekonomi NU. Program ini tengah menjadi perhatian serius pula saat ini, sebagaimana hasil keputusan Muktamar NU ke 28 di Yogyakarta tahun 1989 yang mengamanatkan kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama agar menangani masalah sosial dan ekonomi secara lebih bersungguh-sungguh. Jika ditelaah lebih mendalam, nyatalah bahwa prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam Mabadi Khaira Ummah tersebut memang amat relevan dengan dimensi personal dalam pembinaan manajemen organisasi, baik organisasi usaha (bisnis) maupun organisasi sosial lainnya. Manajemen organisasi yang baik membutuhkan sumberdaya manusia yang tidak saja terampil, tetapi juga harus berkarakter terpuji dan bertangggung jawab. Dalam pembinaan organisasi NU, kualitas sumberdaya manusia semacam ini jelas diperlukan. c. Prinsip-prinsip Mabadi Khaira Ummah Pada Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama di Lampung tahun 1992, gerakan Mabadi Khaira Ummah kembali dimunculkan ke permukaan dan bahkan lebih dikembangkan lagi. Mabadi Khairan Ummah yang pada asalnya hanya terdiri atas tiga prinsip, yaitu Asshidqu, Alamanah/ Alwafa bil Ahdi, dan Atta’awun sebagaimana yang dirumuskan oleh KH. Mahfudz Shiddiq selaku Ketua PBNU pada tahun 1935. Kemudian dalam Munas Alim Ulama dan Konbes NU di Bandar Lampung tahun 1992, tiga prinsip tersebut ditambah dua poin lagi yakni Aladalah dan Alistiqomah, sehingga menjadi lima prinsip dan disebut juga sebagai “ Mabadi’ul Khamsah“. 2. Uraian dan Pemasyarakatan Mabadi Khaira Ummah Pada pembahasan ini akan diuraikan makna-makna yang terkandung dalam Mabadi Khaira Ummah, yaitu : a. Asshidqu (memiliki integritas kejujuran) Butir ini mengandung arti kejujuran pada diri sendiri, sesama dan kepada Allah sebagai Pencipta. Asshidqu mengandung arti juga kebenaran, kenyataan, kesungguhan dan keterbukaan. Kejujuran dan kebenaran adalah satunya kata dengan perbuatan, ucapan dengan pikiran. Apa yang diucapkan sama dengan yang dibatin. Jujur dalam hal ini berarti tidak plin-plan dan tidak dengan sengaja memutarbalikkan fakta atau memberikan informasi yang menyesatkan. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW : ق ر ج ت مِسا ي ررزا ت ل ر جن م ر ه ر ه ر ي ا ررلى ال مب رصر و را ر م فِسا ر م ل المر ت ي ا ررلى ال م ر ن ال مب رمر ي ر م صدمقر ي ر م و ر د م د م عنل ري مك ت م ن ال ص م ربِسال ص ة ر صدم ر م صدصي م ر (قِسا )متفق عنليه ه النل د ن ع ب ت ك ي تى ح ق د ص ال را ى ح ت ي ص م ر ر ات ر ر ت ر ر ر م ر و ر ر ر م ر Artinya : “Tetaplah kamu jujur (benar), karena jujur itu menunjukkan kepada kebaktian, dan kebaktian itu menunjukkan kepada surge. Seorang laki-laki senantiasa jujur dan mencari kejujuran sampai dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur“. (HR. Muttafaq alaih) b. Al amanah walwafa bil’ahdi (terpercaya dan taat memenuhi janji) Butir ini memuat dua istilah yang saling kait, yakni al amanah dan al wafa bil’ahdi. Yang pertama secara lebih umum meliputi semua beban yang harus dilaksanakan, baik ada perjanjian maupun tidak, sedang yang disebut belakangan hanya berkaitan dengan perjanjian. Kedua istilah ini digabungkan untuk memperoleh satu kesatuan pengertian yang meliputi : dapat dipercaya, setia dan tepat janji. Dapat dipercaya adalah sifat yang dilekatkan pada seseorang yang dapat melaksanakan semua tugas yang dipikulnya, baik yang bersifat diniyah maupun ijtima’iyyah (kemasyarakatan). Ini berarti manusia harus berdisiplin atas segala yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Dengan sifat ini orang yang akan terhindar dari segala bentuk pembengkalaian dan manipulasi tugas atau jabatan. Firman Allah SWT : “
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
7
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanaya “ (QS. An Nisa’ : 58) Tepat janji mengandung arti melaksanakan semua perjanjian, baik perjanjian yang dibuatnya sendiri maupun perjanjian yang melekat karena kedudukannya sebagai mukallaf, meliputi janji pemimpin terhadap yang dipimpinnya, janji antar sesama anggota masyarakat (kontrak sosial), antar sesama anggota keluarga dan setiap individu yang lain. Menyalahi janji termasuk salah satu unsur nifaq. Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu “.(QS.Al Maidah:1) Ketiga sifat di atas (dapat dipercaya, setia dan tepat janji) menjamin integritas pribadi dalam menjalankan wewenang dan dedikasi terhadap tugas. Sedangkan al amanah walwafa bil’ahdi itu sendiri, bersama-sama dengan asshidqu, secara umum menjadi ukuran kredibilitas yang tinggi di hadapan pihak lain, yaitu satu syarat penting dalam membangun berbagai kerjasama. c. Al’adalah (tegak lurus dalam meneguhkan rasa adil dan keadilan) Bersikap adil (al’adalah) mengandung pengertian obyektif, proporsional dan taat asas. Butir ini mengharuskan orang berpegang kepada kebenaran obyektif dan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Sebagaimana Firman Allah SWT : وا ر ر (58 : )النسِساء... ل س ار م وا ربِسال م ر ن تر م ذا ر م ب ري م ر حك ت ت مت ت م حك ر م عدم ر م م ر ن المنِسا ر Artinya :“Dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.“ (QS. An Nisa : 58) Implikasi lain dari al’adalah adalah kesetiaan pada aturan main (correct) dan rasional dalam membuat keputusan, termasuk dalam alokasi sumber daya dan tugas. Prinsipnya adalah the right man on the right plece (menempatkan personal sesuai dengan bidang kecakapannya). d. Atta’awun (saling menolong) Atta’awun merupakan sendi dalam tata kehididupan masyarakat. Yaitu manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup tanpa berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Prinsip ini mengandung pengertian tolong menolong, setia kawan, dan gotong royong dalam mewujudkan kebaikan dan ketakwaan. Imam Mawardi mengaitkan pengertian al-birr (kebaikan) dengan kerelaan manusia, sedangkan at taqwa (ketaqwaan) dengan kerelaan Allah. Allah SWT berfirman : صنلى صنلى وات م ت والت م م ن ن وا ى وا ر وا ر ه قنلى ا ر م وال م ت ول رت ر ر وت ر ر قواالنل ر ر وا ر عدم ر عرنلى ا مل رث مم ر ر ون ت م عِسا ر ر ق ا عرنلى ال مب رصر ر ون ت م عِسا ر ر م ر ر (۲ : ب )المِسائدة قِسا ع ل دا ي د ش ه ر م ت ر النل ر ر Artinya : “ Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong kamu dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya “. (QS. Al Ma’idah : 2) e. Al Istiqomah (konsisten) Al-Istiqomah mengandung pengertian ajeg-jejeg, kesinambungan, keberlanjutan dan kontinuitas. Ajeg-jejeg artinya tetap dan tidak bergeser dari jalur (thariqah) sesuai dengan ketentuan Allah SWT, Rasul-Nya, para salaf al salih dan aturan yang telah disepakati bersama. Kesinambungan artinya keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain dan antara periode satu dengan periode yang lain sehingga semuanya merupakan satu kesatuan yang saling menopang dan terkait seperti sebuah bangunan. Keberlanjutan (kontinuitas) artinya bahwa pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut merupakan proses yang berlangsung terus menerus tanpa mengalami kemandegan, merupakan suatu proses maju, bukannya berjalan di tempat. Allah SWT berfirman : ل ر ر خِسا ت ست ر ر ن ر وا ت رت رن رمز ت وا ة ا رل مت ر ر منل ائ رك ر ت ن ال م ر ار م ول رت ر م ما م ذي م ر م ال م ر ه ت قِسا ت ه ثت م وا ررب برنِسا النل ت حرزن ت م وا ر ف م م م قِسال ت م عنلي م ر م م ت (۳۰ : صنلت و ر جن م ر وا رب م ر و ر وا ربِسال ر ي كن مت ت م ن )ف ص عدت م م تت م شتر م ر ة الت ر م “
◄
8
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
Artinya :“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fusshilat : 30) Rasulullah SAW bersabda : ن ر ق م (ل )متفق عنليه صِسا ر ل ا ررلى النل ر وا ر م مِسا ر ب ال م ر ح ب ار ر دا ر حب ت ت ه ر ع ر م ر ه ر م ر Artinya :“Sebaik-baik amal menurut Allah adalah yang dilakukan oleh pemiliknya (pelakunya) terus menerus walaupun sedikit “ (HR. Muttafaq alaih) BAB II PERILAKU WARGA NAHDLATUL ULAMA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI A. Qaidah Fiqhiyah Sebagai Dasar Pembentukan Perilaku Nahdliyin Sebelum Nahdlatul Ulama dilahirkan, telah terjadi dialog sangat panjang antara budaya lokal versus nilai Islam di tengah-tengah umat Islam Nusantara hingga mewujud menjadi tradisi baru yang membumi. Kelompok Islam ini menyatu dalam pola pikir (ittifaq al-ara wal-madzhab) dan referensi tradisi social keagamaan (ittihad alma’khad wal-masyrab). Dasar pembentukan perilaku etik moral kaum Nahdliyin yang bercirikan sikap tawassuth, tawazun, tasamuh dan I’tidal merupakan implementasi dari kekukuhan mereka dalam memegang prinsip-prinsip keagamaan (qaidah al fiqhiyyah) yang dirumuskan oleh para ulama klasik. Di antara prinsip-prinsip keagamaan tersebut adalah al-‘Adah al-Muhakkamah ( (ة م ت م ر ال م رartinya : sebuah tradisi dapat menjelma menjadi حك م ر عِسادرةت ال م ت pranata social keagamaan. ف ال م ع م يت ر شمر ر م ت خِسال ر ر م ر ا رل م ر مِسال ر م ة ر حك م ر عِسادرةت ال م ت Artinya : “Adat kebiasaan atau budaya itu bias dijadikan hukum selama tidak bertentangan dengan norma agama “. Umat Islam Indonesia juga mengenal prinsip dasar keagamaan dengan menggunakan kaidah : عرنلى ال م ر حِسا ر ح وا مل ر م ة ر فظ ر ت دي م ر ج ر ق ر خذتربِسال م ر م ر ا رل م ت دا مل ر م دي مم ر ال م ح ر صنل ر ر صِسال ر ر Artinya : “ Upaya pelestarian nilai-nilai yang baik di masa lalu dan melakukan adopsi nilai-nilai baru yang lebih baik “ و ط Kaidah yang tidak kalah pentingnya adalah ة ة المر ر صبر ت عي م ر ح ر صنل ر ر ط بر ر مِسام ر ر ف ا مل ر ر م م ( ت ر رkebijakan من ت م pemimpin harus mengacu kepada kebaikan rakyatnya). Maksudnya, seorang penguasa merupakan penjelmaan kepentingan rakyatnya. Ia bukanlah representasi atas dirinya sendiri. Karena itu segala kebijakan yang diambil harus mengacu kepada kepentingan rakyat yang dipimpinnya. B. Perilaku Keagamaan NU Islam Ahlussunnah wal jama’ah merupakan prinsip utama NU. Sedangkan formulasi Khitthah NU, mabadi khaira ummah, dan beberapa kaidah fiqhiyyah di atas merupakan tafsir atas prinsip utama yang diharapkan mampu mewujud dalam kepribadian dan perilaku-perilaku warga Nahdliyin yang berkarakter. Perilaku keagamaan warga NU yang menggunakan system bermadzhab memberikan spesifikasi di bidang aqidah, syari’ah dan tasawuf. Di bidang akidah ini, NU mengikuti Ahlussunnah wal jama’ah yang dipelopori oleh Imam Abul Hasan alAsy’ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Dalam bidang fiqih ini, NU mengikuti jalan pendekatan (al-madzhab) kepada salah satu dari madzhab empat, yaitu Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal. “
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
9
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
Sedangkan dalam bidang tasawuf/akhlak ini, NU mengikuti Imam Abul Qosim al Junaidi al Baghdadi dan Imam al Ghozali serta Imam-Imam yang lain. C. Perilaku Kemasyarakatan NU Nahdlatul Ulama sesuai dengan khitthahnya adalah organisasi keagamaan yang dibentuk dalam upaya menegakkan kehidupan keagamaan yang berlandaskan faham Ahlussunnah wal jama’ah, dengan menyatakan diri sebagai pembela dan pengemban ajaran Ahlussunnah wal jama’ah. Dasar-dasar pendirian faham keagamaan Nahdlatul Ulama tersebut menumbuhkan sikap-sikap kemasyarakatan tertentu yang merupakan ciri-ciri perilaku kemasyarakatan Nahdlatul Ulama, yaitu : 1. At Tawassuth, artinya mengambil jalan tengah atau pertengahan. Bahwa NU tidak bersikap ekstrim baik kanan (berkedok agama), maupun kiri (komunis), karena kebajikan memang selamanya terletak antara dua ujung (kanan dan kiri). 2. Al I’tidal, yang berarti tegak lurus, tidak condong ke kanan dan ke kiri. Kata ini diambil dari al-adlu yang berarti keadilan atau I’dilu bersikap adillah. 3. At Tasamuh yang berarti toleran. Maksudnya bahwa NU toleran terhadap perbedaan pandangan dalam masalah keagamaan, terutama dalam dalam hal-hal yang bersifat furu’iyah atau masalah khilafiyah, serta dalam masalah budaya dan kemasyarakatan. Prinsip tasamuh ini juga dilaksanakan oleh para Walisongo dalam melakukan dakwahnya di Indonesia pada zaman dahulu. 4. At Tawazun berarti keseimbangan, tidak berat sebelah, tidak berlebihan sesuatu unsur atau kekurangan unsur lain. Kata ini juga diambil dari al-Waznu atau al-Mizan yang berarti penimbang. 5. Amar ma’ruf nahi munkar yang berarti selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan, serta menolak dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan. BAB III UKHUWAH NAHDLIYAH A. Pengertian Ukhuwah Nahdliyah Secara etimologi, ukhuwah nahdliyah berasal dari dua kata bahasa Arab; ukhuwwah yang artinya persaudaraan dan nahdliyyah yang artinya perspektif kelompok NU. Secara epistemology, ukhuwwah nahdliyyah adalah formulasi sikap persudaraan, kerukunan, persatuan, dan solidaritas yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain atau satu kelompok pada kelompok lain dalam interaksi social yang menjunjung tinggi nilai agama, tradisi, dan sejarah bangsa yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip Ahlussunnah Waljama’ah. Kesejatian ukhuwah nahdliyah akan semakin meneguhkan dan meningkatkan kualitas kaum Nahdliyin serta makin meningkatkan kontribusi terbaiknya dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. B. Penjabaran Ukhuwah di bidang social dan politik Spesifikasi kaum Nahdliyyin yang sangat menonjol adalah sikap kebersamaannya yang tinggi dengan masyarakat di sekelilingnya. Kaum Nahdliyyin merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari masyarakat, mulai dari struktur yang terkecil hingga yang terbesar. Kaum Nahdliyyin mampu menempatkan manusia pada kedudukan yang sama di hadapan Allah SWT sebagimana firmannya sebagai berikut عِسارر ت و ر خنل ر م قربِسائ ر ر م ت س إ رمنِسا ر م ر م ر وا ط ا ر م عن مدر ل ل رت ر ر ش ت ج ر و ر ي رااا ري ب ر م م مك ت م ن ا رك مرر ر عنل من اك ت م قن اك ت م هِسا المنِسا ت ف م وربِسا ر ع م و ا تن ماثى ر ر ر ن ذرك ر ة ت ط ه ا رت م ر (۱۳ : خب ري مطر )الحجرات م ر ه ر النل ر م ار م عنل ري م ط ن النل ر قِساك م Artinya : “ Wahai manusia, sungguh Kami ciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sungguh orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal. “ (QS. Al Hujurat : 13) “
◄
10
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
Ukhuwah (persaudaraan atau persatuan) menuntut beberapa sikap dasar, yang akan mempengaruhi kelansungannya dalam realitas kehidupan social. Sikap-sikap dasar tersebut adalah : a. Saling mengenal (ta’aruf) b. Saling menghargai (tasamuh) c. Saling menolong (ta’awun) d. Saling mendukung (tadlamun) e. Saling menyayangi (tarahum) Ukhuwah (persaudaraan atau persatuan) akan terganggu kelestariannya, apabila terjadi sikap-sikap destruktif (muhlikat) yang bertentangan dengan kelakuan etika social (akhlakul karimah) seperti : a. Adanya saling menghina (assakhriyyah) b. Adanya saling mencela (allamdzu) c. Adanya praduga jelek (suudhan) d. Adanya sikap suka mencemarkan nama baik (ghibah) e. Adanya sikap kecurigaan yang berlebihan (tajassus) f. Adanya sikap congkak (takabbur) C. Macam-macam Ukhuwah Nahdliyah Menurut KH. Muchith Muzadi, ukhuwah nahdliyah merupakan formulasi atas tiga konsepsi persaudaraan dalam skala terbatas yang merupakan penjabaran dari konsepsi ukhuwah islamiyah dalam skala besar. Dalam redaksi lain, tri ukhuwah yang dikenal di kalangan nahdliyin berakar pada konsep yang pertama, yaitu ukhuwah islamiyah, artinya persaudaraan, kerukunan, berdasarkan ajaran agama Islam. Ketiga konsep persaudaraan dalam perspektif kaum Nahdliyin tersebut adalah : 1. Ukhuwah Islamiyah, yaitu persaudaraan antar pemeluk agama Islam. 2. Ukhuwah Wathaniyah, yaitu persaudaraan antar sesama bangsa. 3. Ukhuwah Insaniyah / Basyariyah, yaitu persaudaraan sesama umat manusia. D. Problema-problema atau hambatan-hambatan ukhuwah Proses pengembangan wawasan ukhuwah tersebut, kerap kali mengalami hambatan-hambatan, karena beberapa masalah yang timbul dari : 1. Adanya kebanggaan kelompok yang berlebihan, yang mudah menumbuhkan sikap apriori dan fanatisme yang tidak terkontrol. 2. Adanya kesempitan cakrawala berpikir, baik yang disebabkan oleh keterbatasan tingkat pemahaman masalah keagamaan (ke Islaman) dan kemasyarakatan, maupun yang disebabkan oleh rasa ta’asub golongan yang berlebihan. 3. Lemahnya fungsi kepemimpinan umat dalam mengembangkan budaya ukhuwah tersebut, baik dalam memberikan teladan kepada bawahan, maupun dalam cara mengatasi gangguan kerukunan yang timbul dalam kehidupan umat maupun organisasi. BAB IV KHITTHAH NAHDLIYAH A. Pengertian dan Subtansi Khitthah Nahdliyah Secara harfiyah, khitthah artinya garis. Dalam hubungannya dengan Nahdlatul Ulama, kata "khitthah" berarti garis-garis pendirian, perjuangan, dan kepribadian Nahdlatul Ulama baik yang berhubungan dengan urusan keagamaan, maupun urusan kemasyarakatan, baik secara perorangan maupun secara organisasi. Fungsi garis-garis itu dirumuskan sebagai “landasan berpikir, bersikap, dan bertindak" warga Nahdlatul Ulama yang harus dicerminkan dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi dalam setiap proses pengambilan keputusan. Ini berarti bahwa pikiran, sikap, dan tindakan warga NU, baik secara perorangan “
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
11
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
maupun secara organisastoris (kolektif) harus berdasarkan atas Khitthah Nahdliyah. Demikian setiap kali pengambilan keputusan. Proses, prosedur maupun hasil-hasil keputusan yang diambil harus sesuai dan tidak bertentangan dengan Khitthah Nahdliyah. B. Latar Belakang Khitthah Nahdliyah Salah satu pemikiran yang melatarbelakangi keputusan untuk tidak terikat pada kekuatan politik tertentu adalah bahwa keterlibatan yang berlebihan dalam politik membawa dampak yang kurang baik bagi Jam’iyah Nahdlatul Ulama. Realitas semacam ini disebabkan oleh sikap pribadi elit NU yang lebih menonjolkan kepentingan politik daripada kepentingan jam’iyah, dan pada gilirannya setahap demi setahap NU mulai ditinggalkan dan kehilangan bidang-bidang kegiatannya, seperti : dakwah, pendidikan, social, ekonomi dan budaya. Kesadaran semacam itu sebenarnya sudah lama muncul dalam benak tokoh-tokoh NU, dan bukan lagi permasalahan. Usulan kembali kepada khitthah 1926 pertama kali muncul dalam muktamar ke 22 di Jakarta, Desember 1959. Seorang juru bicara dari Pengurus Cabang Mojokerto, KH. Achyat Chalimi, menilai bahwa peran politik Partai NU telah hilang dan peranan dipegang oleh perseorangan, hingga saat itu partai sebagai alat politik bagi NU sudah hilang. Oleh karena itu, diusulkan agar NU kembali kepada khitthah tahun 1926. Namun, usulan itu hanya didukung oleh 1 (satu) cabang, sehingga penilaian kembali ke khitthah berhenti. Pemikiran serupa kembali digelindingkan tahun 1971 dalam Muktamar ke 25 di Surabaya. Kali ini gagasan datang dari Rais Aam KH. Wahab Hasbullah, dan gagasan tersebut mendapat sambutan yang lebih baik. Oleh karena itu, salah satu persoalan yang diperdebatkan adalah kehendak NU untuk kembali pada garis perjuangannya tahun 1926 ketika pertama kali didirikan, yakni mengurusi persoalan agama, pendidikan, dan social kemasyarakatan saja. Akan tetapi pada akhirnya gagasan kalah oleh arus besar keinginan untuk mempertahankan NU tetap berpolitik praktis. Kandasnya gagasan kembali ke khitthah sampai kurun waktu tertentu jika diperhatikan, disebabkan dua hal, yaitu : 1. Gagasan itu semata-mata dilandasi alasan politis NU yang akhirnya hanya menjadi alat kepentingan politik pribadi para elitnya, dank arena itu sosulusi yang ditawarkan pun senada, dan tidak popular, yakni agar NU meninggalkan gelanggang politik sama sekali. 2. Konsep kembali ke khitthah tidak terumuskan secara jelas kecuali dalam pengertian “kembali pada tahun 1926”. Pengertian yang kurang jelas itu bias dipahami sebagai langkah mundur, serta menafikan nilai-nilai yang diperoleh NU dalam pengalamannya selama ini. Akhirnya Muktamar ke-25 memutuskan, mempertimbangkan gagasan tentang sebuah wadah baru yang non politis yang menampung dari membimbing aspirasi Islam Ahlussunnah wal jama’ah di kalangan umat, yang oleh karena factor-faktor lain harus meninggalkan ikatan-ikatan politiknya dengan partai politik. Perumusan secara lebih jelas tentang konsep kembali ke khitthah, baru berkembang menjelang Muktamar ke-26 di Semarang tahun 1979. Landasan pemikiran yang dulunya semata-mata politis kini dilengkapi dengan alas an moral. Merenungi perjalanan politik NU selama ini, seorang Ulama berpengaruh di Jawa Timur KH. Machrus Ali, menyebutkan bahwa telah terjadi kerusakan bathiniah yang parah dalam NU, dan para tokohnya dianggap terlalu hub al-riyasah dan hub al-jaah (cinta kekuasaan dan cinta kedudukan) Ulama senior NU lain, KH. Achmad Shiddiq, menilai perlunya dirumuskan tekad untuk kembali ke “Khitthah Nahdliyah”, garis-garis besar tingkah laku perjuangan NU. Menurutnya, saat itu telah semakin jauh jarak waktu antara generasi pendiri NU dan generasi penerus, serta makin luasnya medan perjuangan dan bidang garapan NU. Di samping itu, Ulama generasi pendiri NU telah semakin berkurang jumlah dan peranannya dalam kepemimpinan NU. Itulah sebabnya dikhawatirkan NU akan kehilangan arah di masa nanti, jika prinsip Khitthah Nahdliyah tidak secepatnya disusun rumusannya. Jika pemikiran kolektif semacam itu “
◄
12
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
banyak dating dari kalangan ulama, barangkali wajar mengingat keprihatinan mereka akan telalalu dominannya peran kelompok politisi di Tanfidziyah dalam kepemimpinan NU yang secara tak langsung mengurangi peran ulama. Pada bulan Mei 1983 kelompok yang mengatasnamakan para tokoh muda menyelenggarakan pertemuan, yang kemudian terkenal dengan nama Majelis 24, yang bertujuan melakukan refleksi terhadap NU, dengan kesepakatan penting terbentuknya “ Tim Tujuh untuk pemulihan Khitthah NU 1926 “. Tim ini terdiri atas KH. Abdurrahman Wahid (Ketua), H.M. Zamroni (Wakil Ketua), Said Budairy (Sekretaris), H. Mahbub Junaidi, Fahmi Saifuddin, Daniel Tanjung, dan Ahmad Bagja (semua anggota). Tim ini merumuskan konsep pembenahan dan pengembangan NU sesuai khitthah 1926 serta menyusun pola kepemimpinan NU. Rumusan yang dihasilkan oleh Tim Tujuh inilah yang kemudian dijadikan pembahasan dalam Munas Alim Ulama 1983 dan Muktamar Nu ke-27 di Situbondo tahun 1984. Dari kedua forum inilah dihasilkan perubahan Anggaran Dasar NU, Program Dasar pengembangan NU, rekomendasi mengenai masalh keagamaan, pendidikan, social, politik, dan ekonomi sesuai acuan khittah 1926. C. Tujuan Khitthah Nahdliyah Tujuan yang pertama dan utama dari Khitthah NU dirumuskan secara tertulis dan sistematis adalah untuk menjadi pedoman dasar bagi warga NU, terutama pengurus, pemimpin dan kader-kadernya. Dalam naskah Khitthah NU (hasil Muktamar ke 27) disebutkan “ … landasan brpikir, bersikap dan bertindak warga NU, yang harus dicerminkan dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi serta dalam setiap proses pengambilan keputusan. “ Khitthah NU, diharapkan tetap relevan dalam jangka waktu sepanjang mungkin. Namun, mungkin ada juga hal yang “ situasional kondisional “ yang disisipkan ke dalamnya, dengan susunan kata-kata yang samarsamar, seperti; “ NU sebagai jam’iyyah, secara organisatoris tidak terikat dengan organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan yang manapun juga.” (butir 8 alinea 6 naskah Khitthah NU). Dalam hal ini Khitthah NU juga bertujuan merespon masalah situasional kala itu (system kepartaian Orde Baru). Meskipun mungkin ada tujuan merespon masalah situasional, namun tujuan utama Khitthah NU adalah memberikan garis-garis pedoman kepada warga NU, terutama para pengurus, pemimpin dan kadernya dalam menjalankan roda organisasi. D. Butir-butir Khitthah Nahdliyah 1. Dasar-dasar Paham Keagamaan NU Pada Muktamar NU ke 27 di Situbondo tahun 1984, yang menghasilkan kesepakatan kembali ke khitthah 1926 juga ditegaskan tentang posisi Ahlussunnah wal jama’ah dalam organisasi NU yang dijabarkan secara lebih rinci, yaitu : a. Nahdlatul Ulama mendasarkan paham keagamaannya kepada sumber ajaran Islam yaitu Al Qur’an, As Sunnah, Al Ijma’ dan Al Qiyas. b. Dalam memahami, menafsirkan Islam dari sumber-sumbernya tersebut di atas, Nahdlatul Ulama mengikuti paham Ahlussunnah wal jama’ah dan menggunakan jalan pendekatan (madzhab). 1) Di bidang aqidah, Nahdlatul Ulama mengikuti paham Ahlussunnah wal jama’ah yang dipelopori oleh Imam Abul Hasan Al Asy’ari dan Imam Abu Manshur Al Maturidi. 2) Di bidang fiqih, Nahdlatul Ulama mengikuti jalan pendekatan (madzhab) salah satu dari madzhab Abu Hanifah An Nu’man, Imam Malil bin Anas, imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal. 3) Di bidang tasawwuf, mengikuti antara lain Imam Al Junaid Al Baghdadi dan Imam Al Ghazali serta Imam-Imam lain. 2. Sikap Kemasyarakatan NU “
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
13
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
Dasar-dasar pendirian paham keagamaan NU tersebut menumbuhkan sikap kemasyarakatan yang bercirikan pada : a. Sikap tawassuth dan I’tidal b. Sikap tasamuh c. Sikap tawazun d. Amar ma’ruf nahi munkar : 3. Sikap NU dalam bidang Kehidupan Berbangsa dan Bernegara a. Dengan sadar mengambil posisi aktif, menyatukan diri dalam perjuangan Nasional. b. Menjadi warga negara RI yang menjunjung tinggi Pancasila dan UUD 1945. c. Memegang teguh ukhuwwah dan tasamuh. d. Menjadi warga negara yang sadar akan hak dan kewajiban, tidak terikat secara organisatoris, dengan organisasi politik atau organisasi kemasyarakatan manapun. e. Warga tetap memiliki hak-hak politik. f. Menggunakan hak politiknya secara bertanggung jawab, untuk menumbuhkan sikap demokratis, konstitusional, taat hokum dan mengembangkan mekanisme musyawarah. E. Strategi NU dalam mensosialisasikan Khitthah Nahdliyah Sesungguhnya sosialisasi Khitthah NU adalah identik dengan “ kaderisasi NU “ di bidang wawasan KeNU-an. Kalau saja ada koordinasi antara badan-badan otonom yang ada dengan lembaga-lembaga (Lakpesdam, RMI, dan lain sebagainya) dan pesantren, Insya Allah hasilnya akan lumayan. Sayang, sosialisasi yang terkoordinasi ini tidak dilakukan. Akibat dari macetnya upaya sosialisasi ini, khitthah menjadi merana, hidup segan mati tak mau. Betapa kacaunya pemahaman terhadap Khitthah NU, dapat ditangkap dari katakata seorang kyai pengasuh pesantren sebagai berikut : “ Di era khitthah selama 14 tahun ini, pesantren terputus hubungannya dengan NU. Tokoh NU dilarang masuk pesantren ini. Kami hanya berhubungan dengan PPP, sampai pesantren ini dimusuhi oleh pemerintah habis-habisan. Tetapi sekarang NU sudah punya PKB secara total, tidak ada yang ketinggalan di PPP seorang pun. Tujuan menjadikan Khitthah NU sebagai landasan berpikir, bersikap dan bertindak warga NU seperti yang disebutkan dalam naskah yang telah ada masih jauh dari kenyataan. Bukan saja karena realisasi dan aktualisasi Khitthah NU itu sendiri sudah merupakan perjuangan berat, di sisi lain usaha sosialisasinya masih banyak tersendat-sendat. Proses perumusannya demikian panjang, melibatkan banyak pihak, mulai dari orang tua (Munas Alim Ulama tahun 1983), sampai kepada yang muda (Majelis 24 dan Tim Tujuh), sampai kepada yang formal structural (Muktamar 1984) dan lain sebagainya, sehingga patut dipercaya bahwa hasilnya sudah mantap, baik subtansinya maupun sistematikanya. Namun, sebagai karya manusia, selalu masih ada kekurangsempurnaan. Kalau toh akan disempurnakan, maka hasil penyempurnaan itu harus benar-benar lebih sempurna. Yang jelas, upaya sosialisasi belum serius, terencana, terarah, terkoordinasi dan merata. Bahkan di kalangan pengurus di semua tingkatan pun belum merata. Akibat paling fatal adalah Khitthah NU sering menjadi “ pemicu pertentangan “ di kalangan warga NU sendiri, tidak menjadi “ pedoman pemersatu “ sebagaimana dimaksudkan semula. F. Dinamika Khitthah Nahdliyah 1. Khitthah NU 1926 (Muktamar Situbondo 1984) Gagasan unt uk kembali ke khitthah 1926 itu telah muncul sejak tahun 1971, dimana pada saat itu pemerintah orde baru berupaya untuk menelikung kekuatan politik Islam. Upaya ini semakin mengental pada Muktamar 1979 di Semarang, di mana muncul dua isu utama yang mendominasi, yaitu : kembali ke “
◄
14
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
khitthah NU dan penerimaan Pancasila sebagai satu-satunya asas organisasi. Isu ini terus menggelinding sangat kuat sampai kemudian disepakati dalam Munas Alim Ulama di Situbondo tahun 1983. Munas Situbondo yang digelar pada tahun 1983 mempertegas hubungan NU dan partai politik. NU telah berseteguh hati untuk keluar dari partai politik (PPP) dan kembali menjadi organisasi social keagamaan. “ Hak berpolitik adalah salah satu hak asasi seluruh warga negara, termasuk warga negara yang menjadi anggota Nahdlatul Ulama. Tetapi Nahdlatul Ulama bukan merupakan wadah bagi kegiatan politik praktis. Penggunaan hak berpolitik dilakukan menurut ketentuan perundang-undangan yang ada dan dilaksanakan dengan akhlakul karimah sesuai ajaran Islam, sehingga tercipta kebuadayaan politik yang sehat. Nahdlatul Ulama menghargai warga negara yang menggunakan hak politiknya secara baik, bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab. Muktamar NU Situbondo yang berlangsung pada tanggal 8 – 12 Desember 1984 menghasilkan beberapa keputusan penting, yaitu : 1. Penerimaan Pancasila sebagai asas tunggal atau landasan dasar NU 2. Pemulihan keutamaan kepemimpinan ulama dengan menegaskan supermasi Syuriyah atas Tanfidziyah dalam status hukum 3. Penarikan diri dari politik praktis dengan cara melarang pengurus NU secara bersamaan memegang kepengurusan di dalam partai politik 4. Pemilihan pengurus baru dengan usulan program baru yang lebih menekankan pada bidang-bidang non politik. Dalam Muktamar 1984 terdapat regenerasi kepemimpinan di PBNU, yaitu terpilihnya duet kepemimpinan KH. Achmad Shiddiq menjadi Rais Aam PBNU dan KH. Abdurrahman Wahid menjadi Ketua Umum PBNU, menggantikan KH. Idham Chalid. 2. NU Pasca Khitthah 1926 Adanya berbagai penafsiran terhadap khitthah NU 1926 ternyata membawa pengaruh yang cukup besar terhadap perjalanan NU. Ada dua kelompok yang muncul pada saat itu yaitu : a. Kelompok kepengurusan lama yang kurang setuju adanya khitthah NU b. Kelompok kepengurusan baru yang setuju adanya khitthah NU. Kedua kelompok itu terus berseteru hingga Muktamar NU ke-28 di Krapyak Yogyakarta pada bulan Desember 1989. Pada saat itulah khitthah NU dirumuskan secara lebih kongkrit sehingga NU menjadi lebih dinamis dan maju menangani kegiatan-kegiatan soaial kemasyarakatan, dakwah keagamaan, pendidikan, dan ekonomi, bahkan dapat memperluas jaringan pada taraf internasional. NU ditempatkan sebagai organisasi yang moderat dan terbuka sehingga banyak anak-anak muda NU yang bisa mengembangkan gagasan-gagasan cerdas untuk kepentingan keilmuan dan kemasyarakatan. Pada saat itu muncul istilahistilah Islami seperti ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah. Pada tahun 1990 an, NU semakin dikenal dan diakui keberadaannya tidak hanya di kalangan umat Islam tetapi juga non Islam. NU menjadi organisasi social keagamaan yang kreatif, penuh ide, gagasangagasan cerdas dan maju, terbuka, warganya mempunyai rasa bangga dan percaya diri yang kuat. Sampai pada Muktamar ke-29 di Cipasung Tasikmalaya Jawa Barat, NU terus menunjukkan jati dirinya sebagai organisasi modern. Bahkan para kelompok politisi yang dipelopori oleh Slamet Efendi Yusuf dan Chalid Mawardi ini merupakan bagian dari kelompok-kelompok yang ingin memanfaatkan NU untuk kepentingan politiknya, akhirnya tersingkir oleh semangat warga NU yang dipelopori oleh KH. Abdurrahman Wahid untuk tetap melaksanakan amanat khitthah NU 1926.
“
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
15
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
Semangat khitthah tidak bisa dipungkiri oleh para kader NU, gerakan-gerakan pemikiran perlu terus dilakukan agar NU tetap menjadi organisasi yang dinamis. Hal ini bias dilakukan oleh para pelajar NU dengan cara : 1) Menulis gagasan-gagasan cerdas yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang disebarluaskan di berbagai media massa baik cetak maupun elektronik. 2) Membudayakan gemar membaca apa saja yang bermanfaat untuk kepentingan keilmuan. 3) Memperluas jaringan dengan pihak luar agar NU semakin dikenal dan diakui keberadaannya. 4) Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu mengikti proses globalisasi. 5) Tetap menjaga jati diri sebagai warga NU dengan amaliah Ahlussunnah wal jama’ah. Dengan demikian NU akan semakin berdaya mengabdi pada masyarakat, bangsa dan negara. Di bawah kepemimpinan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) NU berhasil melawan campur tangan pemerintah yang ingin melemahkan perjuangannya. Pada kurun waktu periode ini NU terus melakukan sikap kritis terhadap penguasa orde baru dengan zig zag politiknya Gus Dur. Hal ini terus berlanjut hingga berakhirnya pemerintahan Soeharto. Sebagai generasi penerus, pelajar NU juga harus kritis dan tidak takut dalam melawan kebathilan. Pihak-pihak yang ingin melemahkan perjuangan NU harus dilawan baik secara intelektual maupun moral. Dengan demikian NU akan disegani oleh pihak lain dan tidak diremehkan orang lain. Upaya menjadikan NU besar nama dan besar isi perlu terus dilakukan utamanya melalui jalur pendidikan. 3. NU Masa Reformasi 1998 Hingga Sekarang Pada pertengahan 1997 Indonesia dilanda krisis moneter sangat dasyat, yang kemudian meluas pada krisis ekonomi dan politik. Krisis ini kemudian bergesar pada krisis kepemimpinan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto. Krisis multidimensi ini kemudian melahirkan gerakan reformasi yang digalang kelompok menengah dan mahasiswa. Pada akhirnya krisis ini kemudian memicu ketidakpercayaan masyarakat dan memunculkan protes besar-besaran terutama dari kalangan mahasiswa. Ratusan ribu mahasiswa turun kembali ke jalan menuntut turunnya presiden Soeharto sebagai presiden dan mengembalikan kekuasaan pemerintah kepada hati nurani rakyat. Kekuasaan presiden diserahkan kepada wakil presiden BJ. Habibie tanggal 21 Mei 1998. Menyikapi kondisi bangsa yang semakin tidak menentu ini, dengan jatuhnya korban mahasiswa dalam peristiwa Trisakti dan Semanggi, PBNU mengeluarkan sikap resmi : a. PBNU menyatakan keprihatinan yang mendalam atas jatuhnya korban dan mengutuk aparat keamanan dan pihak-pihak lain yang menjadi dalang serta tindakan brutal. b. Mengucapkan belasungkawa pada para korban. c. Mengutuk aparat keamanan dan pihak yang menjadi dalang dan pelaku tindakan brutal terhadap mahasiswa dan warga masyarakat yang tidak berdosa. d. Mendesak pada pihak-pihak yang mengatasnamakan umat Islam dan symbol-simbol Islam sebagai alat untuk mencapai tujuan politiknya. e. Menyesalkan sikap MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang terkesan tidak mengayomi umat dan memberi ruang gerak bagi munculnya gerakan-gerakan yang memaksakan kehendak untuk kepentingan kelompok dan golongan teetentu yang dapat memperkeruh situasi yang berkaitan dengan SI MPR 1998. f. Mendesak para pemimpin dan aparat pemerintah yang tidak dapat menjalankan amanat rakyat dalam menjaga persatuan dan kesatuan, serta tidak mampu memberantas KKN sebagai tuntutan rakyat, agar mengundurkan diri dari jabatannya. g. Menghimbau warga NU dan umat Islam pada umumnya senantiasa taqarrub ila Allah (mendekatkan diri kepada Allah) dan menjauhkan diri dari tindakan anarkis yang dapat merugikan kepentingan serta kesatuan Negara. “
◄
16
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
Pada periode 1999 – 2004 telah terjadi perubahan besar berkaitan dengan penyikapan terhadap khitthah NU 1926. Buah dari reformasi telah memberikan peluang warga NU untuk mendirikan partai politik baru. Pro kontra telah terjadi, tetapi dengan berbagai pertimbangan politik, maka warga NU perlu mempunyai wadah penyaluran aspirasi politik yang representative. Maka kemudian berdirilah Prtai Kebangkitan Bangsa (PKB), bersamaan dengan itu maka syahwat politik warga NU tidak bias terbendung dan bergabunglah mereka ke PKB sementara mereka banyak yang masih menjabat sebagai pengurus Nu di semua tingkatan. Dalam kondisi seperti itu, maka pelaksanaan khitthah NU menghadapi banyak persoalan. Terlebih setelah Gus Dur terpilih menjadi presiden, nuansa politik NU cenderung menjadi lebih menonjol dan seolaholah misi dari khitthah NU agak terlupakan. Upaya untuk mengembalikan NU ke khitthah terus dilakukan, utamanya pada masa kepemimpinan KH. Hasyim Muzadi. Rangkap jabatan tidak diperbolehkan dalam kepengurusan NU di semua tingkatan. Bagi mereka yang menjadi pengurus partai politik (tidak hanya PKB) tidak boleh merangkap menjadi pengurus NU. Demikian pula bagi mereka yang ingin menjadi calon legislative (DPR) tidak boleh membawa-bawa bendera NU untuk kepentingan politiknya. Kebijakan itu menjadi mentah setelah KH. Hasyim Muzadi digandeng Megawati Soekarno Putri menjadi calon wakil presiden. Di sini Khitthah NU diuji kembali, namun keputusan khitthah tetap berjalan meskipun banyak rintangan. Warga NU harus menjadikan pelajaran yang berharga bahwa perpecahan di tubuh NU sering terjadi dikarenakan tarik-menarik kepentingan politik. Karena itu penegakan terhadap prinsip khitthah bias menjadi salah satu alternative penyelesaian. Kader NU termasuk pelajar menjadi harapan utama untuk bias melaksanakan nilai-nilai khitthah NU secara konsisten dan bertanggung jawab. Tidak mudah terbawa oleh arus dinamika politik. Konsentrasi belajar agar menjadi warga NU yang berkualitas dan mampu bersaing dengan orang lain. Tidak ikut-ikutan setiap ada pesta demokrasi seperti pemilu legislative, pilpres, pilkada, dan pilkades harus menjadi prinsip setiap pelajar NU.
“
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
17
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
Ke IPNU an Oleh : PC IPNU Kabupaten Kudus Makna Sosiologis dan Strategis IPNU Dilahirkan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) diidrikan pada tanggal 24 Februari 1954 Masehi yang bertepatan dengan tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 Hijriyah. IPNU didirikan pada saat itu merupakan suatu keharusan sejarah, karena di berbagai daerah organisasi pelajar dan santri NU sudah banyak berdiri. Sebut saja Tsamratul Mustafidin di Surabaya tahun 1936, PERSANO (persatuan santri Nahdlotul Oelama) Tahun 1945, Persatuan murid NO tahun 1945 di Malang, Ijtimaut Tholabah Nahdlatul Oelama (ITNO) tahun 1946 di Madura, PERPENO (Peratuan Pelajar NO ) di Kediri tahun 1953, IPINO ( Ikatan pelajar NO ) dan IPENO Tahun 1954 di Medan, dll). Dengan demikian, ada kebutuhan untuk membentuk organisasi di tingkat nasional yang dapat menyatukan dan merumuskan formulasi kaderisasi bagi pelajar NU serta mendorong pendirian organisasi yang mewadahi pelajar, santri dan mahasisiwa NU di setiap daerah dan bahkan di setiap tingkatan organisasi NU. Hal yang juga tidak kalah penting adalah pertarungan Ideologi pada saat itu antara Nasionalis, Islam, dan Komunis. Dapat dilihat dalam runutan sejarah NU sebelum masa kemerdekaan, yakni pada masa awal kemerdekaan NU telah membuktikan diri sebagai kelompok strategis dan memiliki saham paling besar dalam pembentukan bangsa Indonesia ini. Contoh nyata adalah pada sidang BPUPKI simbah KH Wahid Hasyim ‘pasang badan’ sebagai penengah ditengah perdebatan bentuk negara dan dasar negara antara kelompok Islam dan non Islam, maka diputuskan NKRI adalah bentuk final Bangsa Indonesia. Di tengah pertarungan Ideologi yang semakin runcing tersebut, maka masing-masing kekuatan yang ada juga memperluas pengaruhnya di masing-masing sektor, tak terkecuali di kalangan pelajar. Melakukan ideologisasi Islam ala Ahlussunah Wal Jamaah dikalangan pelajar NU maka hukumnya menjadi ‘wajib’. Tidak hanya sekedar menyelamatkan kader NU dari kepungan ketiga ideologi diatas, akan tetapi menyelamatkan bangsa ini dari perpecahan dan kehancuran dini. Para intelektual muda NU, Ulama dan Kyai tidak menginginkan bangsa ini menjadi ‘layu sebelum berkembang’. Penerimaan NU pada konsep NASAKOM merupakan pembuktian kesekian kali bahwa NU menginginkan bangsa ini menjadi bangsa yang besar. Bahwa perbedaan yang muncul NU berusaha menerima dan memahami dan kemudian merumuskan menjadi kekuatan bangsa. Meskipun didirikan ditengah tengah pertarungan politik yang cukup keras, IPNU adalah Jawaban atas kebutuhan organisasi pelajar, santri dan mahasiswa secara nasional untuk menjawab kebutuhan proses kaderisasi di tubuh Nahdlatul Ulama, dan kebutuhan untuk melakukan ideologisasi bagi pelajar sekaligus memberi jaminan bahwa bangsa Indonesia ini utuh di awal kemerdekaan, dan menjadi bangsa yang besar di kemudian hari. Peristiwa strategis dari konggres ke konggres Pendirian Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dimotori oleh M Sufjan Cholil (Jombang), H. Mustahal (Solo), dan Acmad Masjhub, dan Abdul Ghoni Farida (Semarang) yang mengusulkan kepada PB LP Maarif yang saat itu menyelenggarakan Konferensi Besarnya di Semarang. Sebelum menindaklanjuti pengesahan Konferensi Besar Ma’arif NU, assabiqunal awwalun (sebutan bagi tiga perintis IPNU) mengadakan Konferensi Segi Lima di Solo. Konferensi ini meliputi daerah Yogyakarta, Semarang, Solo, Jombang, dan Kediri. Konferensi ini melahirkan beberapa keputusan penting, yaitu bahwa organisasai berazaskan ahlussunah wal jamaah, wilayah garapan organisasi yang khusus putra, dan tujuan keberadaan organisasi adalah mengokohkan ajaran Islam sekaligus risalah diniyah (penyebarluasan), meninggikan dan menyempurnakan pendidikan dan ajaran Islam, serta menghimpun semua potensi pelajar yang berpaham Ahlussunah wal jamaah di semua sekolah sekolah yang ada. Keputusan yang tidak kalah penting adalah menunjuk Mohammad Tholchah Mansoer sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat IPNU dan menetapkan Yogyakarta sebagai kantor pusat, serta sekilas AD/ART IPNU. Berita pelaksanaan Konferensi Segi Lima serta hasil-hasilnya segera “
◄
18
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
disebarkan ke seluruh pelosk Tanah Air, terutama kota-kota yang terdapat pesantren. Hingga sampai saat ini perkembangan IPNU-IPPNU sangat signifikan. Selanjutnya IPNU mendapat pengakuan resmi sebagai bagian dari NU pada Muktamar NU ke 20 di Surabaya pada tanggal 9 – 14 September 1954. Kemudian IPNU melaksanakan muktamar yang pertama pada tanggal 28 Februari 1955 di Malang Jawa Timur. Kebesaran muktamar benar benar terwujud, dan semakin terasa istimewa karena dihadiri oleh Presiden RI Ir. Soekarno, Wakil Perdana Menteri Zainul Arifin, Menteri Agama RI KH. Masykur. Sedangkan dari jajaran PBNU hadir Rois ‘Aam NU KH Abdulwahab Chasbullah, Ketua Umum Partai NU KH Dahlan, Ketua Umum PB Maarif NU KH Syukri Ghozali. Hal itu yang menandai pengakuan pihak Eksternal dan Internal eksistensi IPNU sebagai salah satu organisasi kepemudaan di Indonesia. Pada muktamar II di Pekalongan pada tahun 1957, mulai diadakan lomba dan beberapa pertandingan cabang olahraga, diantaranya sepak bola, bulutangkis dan catur. Pada muktamar II ini kembali Tolkhah Mansyur dipercaya sebagai ketua Umum. Muktamar III dilaksanakan di Cerebon, pada tanggal 27 Desember 1958. di muktamar ini IPNU mulai mendapat kritik, karena diusia yang ke-4 kader pesantren merasa ditinggalkan dan kurang diakomodir. Puncaknya mereka menilai bahwa eksistensi IPNU sebagai organisasi tidak jauh berbeda dengan PII. Semangat kritisisme peserta muktamar mulai kelihatan, hal ini dapat dilihat dari Usulan-usulan baik itu kepada PP IPNU, PB Maarif, ataupun kepada Menteri Agama, menteri PP & K, dan Menteri Perhubungan. Dalam muktamar ini POR mulai diadakan secara resmi yang diikuti oleh 56 cabang IPNU dari seluruh Indonesia. Selain Tolkhah Mansyur terpilih kembali sebagai ketua Umum IPNU, yang paling penting adalah munculnya amanat Muktamar bahwa PP IPNU harus menyusun Mukadimmah AD / ART IPNU yang akhirnya berhasil disusun pada tanggal 16 Oktober 1959. Muktamar IV diselenggarakan di Yogyakarta, pad tanggal 11 Februari 1961, beberapa hal penting yang dihasilkan dalam muktamar ini adalah penghapusan departemen perguruan tinggi IPNU karena sudah ada PMII, penggantian istilah muktamar menjadi konggres, dan perubahan istilah dari Anggaran Dasar / Rumah Tangga (AD/ART) menjadi Peraturan Dasar / Peraturan rumah tangga (PD/PRT) serta finalisasi bentuk lambing IPNU. Dan terpilihnya Ismail Makky sebagai ketua Umum. Sebelum diadakan Konggres ke V di Purwokerto, diadakan konferensi besar di Pekalongan pada tanggal 28 Oktober 1964, lahirlah rumusan sikap yang disebut dengan ‘Doktrin Pekalongan’, yang isinya sebuah ekspresi kesadaran IPNU untuk terus berusaha melakukan langkah langkah kongkrit aktualisasi perjuangan menuju cita cita Nahdlatul Ulama. Doktrin Pekalongan juga menegaskan pemihakan IPNU kepda Pancasila, mengalahkan manifesto Komunis maupun Declaration of Independence. Dari Doktrin pekalongan inilah yang kemudian mendorong berdirinya Corp Brigade Pembangunan (CBP) pada tahun 1965. Mengingat pada saat itu eskalasi politik sedang meningkat. Operasional CBP ada pada wilayah membantu usaha pembangunan masyarakat desa dan sebagai organ keamanan bagi IPNU. Konggres V di Purwokerto menghasilkan ketua terpilih Asnawi Latif. Dan yang terpenting adalah Ikrar Bersama peserta Konggres V yang berbunyi “Nama Organisasi ‘Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ tidak akan di ubah untuk selama lamanya.” Setahun setelah CBP terbentuk, IPNU menyelenggarakan Konggres VI di Surabaya pada tanggal 20 – 24 Agustus 1966, dikonggres ini juga diadakan PORSENI IPNU / IPPNU. Di konggres ini menghasilkan keputusan yang fundamental yaitu IPNU / IPPNU sebagai badan otonom Partai Nahdlatul Ulama. Artinya posisi sejak konggres VI IPNU / IPPNU sejajar dengan GP Ansor, Muslimat dan Banom banom yang lain. Dan keputusan lain yaitu memindahkan kantor pusat IPNU dari Yogyakarta ke ibukota Jakarta. Tahun 1988 saat kongres ke-10 di Jombang, dikarenakan UU Nomor 8 tahun 1985 tentang aturan keormasan di Indonesia. Azas dan nama berubah, karena tuntutan UU itu, seperti juga pada NU. Tetapi hakekat dari tujuan, sasaran kelompok dll, tetap sama. Akronim IPNU dari Ikatan pelajar NU menjadi Ikatan Putra NU. Bahkan ketika itu, sebenarnya tidak saja kependekan “P” termasuk dua huruf dibelakangnya (NU) yang harus dihapuskan, “
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
19
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
karena hal itu dianggap sebagai bawahan partai tertentu. Pada konggres akhirnya tetap menjadi IPNU, hanya “P”nya saja yang berubah,dari pelajar menjadi putra. Hal serupa juga terjadi pada organisasi pelajar manapun. Perubahan nama tersebut menjadikan IPNU terpaksa merubah focus sasaran bidang garap dari pelajar dan santri, menjadi lebih difokuskan pada kemahasiswaan. Namun kemudian dalam kongres ke-13 di Makasar tahun 2000, para kader IPNU memunculkan kesadaran bersama yang terasa hilang sejak tahun 1988, sehingga menghasilkan sebuah “Deklarasi Makasar” yang berisi rekomendasi bahwa IPNU kembali pada proses kepelajaran, lalu menumbuhkembangkan IPNU pada proses perjuangan sekolah dan pondok pesantren dan terakhir menghidupkan lagi Lembaga CBP (Corp Brigade Pembangunan ) yang lahir 1965 sebagai kelompok kedisiplinan, kepanduan, dan Pecinta Alam. Semua itu dalam kerangka mencapai tujuan IPNU yaitu terbentuknya putra-putra banga yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, Berakhlak mulia, dan berwawaan kebangsaan, serta bertanggung jawab atas tegak dan terlaksanakanya syari’at Islam menurut paham Ahlus Sunah Wal Jama’ah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pada konggres IPNU di Surabaya, para kader IPNU membuat sebuah kesepakatan bersama yaitu untuk merubah nama dan sekaligus Visi kepelajaran dan orientasi Pengkaderan IPNU pada garis perjuangan yang semestinya. Pada Kongres di Asrama Haji Sukolilo Surabaya tersebut, sebenarnya sebagian besar peserta, terutama dari luar Jawa, tidak sepakat perubahan Putra ke Pelajar. Namun, karena tekanan dari PBNU (karena memang hak PBNU sebagai induk organisasi untuk mengintervensi IPNU pada saat dipandang perlu), akhirnya pada Pleno khusus ditetapkan secara aklamasi, bahwa IPNU kembali menjadi Ikatan Pelajar NU dengan fokus bidang garap pada segmen Pelajar dan Santri. Orientasi pengembangan IPNU kedepan a. Penguatan kelembagaan Ketidak jelasan bidang garap IPNU dalam ranah kaderisasi NU dimulai ketika konggres Jombang memutuskan akronim ‘P’ berubah dari pelajar ke putra. Akan tetapi hal ini tidak dapat disalahkan, karena Orde Baru sebagai jelmaan kekuasaan militer di Indonesia, pada saat itu sedang dalam posisi ‘On Power’ maka kemudian setiap potensi yang dianggap mengganggu akan disingkirkan kalau perlu ditumpas. kebijakan kebijakan yang bernuansa hegemonik mulai diterapkan, termasuk UU no 8 th 1985 tentang keormasan, dilanjutkan munculnya SKB 3 Menteri yang melakukan pelarangan organisasi di tingkat sekolah selain OSIS dan Pramuka. Deklarasi makasar dan ditetapkannya keputusan di Konggres Surabaya yang menyatakan perubahan nama dari ‘Putra’ ke ‘Pelajar’ merupakan titik balik. Pilihan kembali kepelajar adalah bentuk kesadaran kritis IPNU terhadap kondisi kaderisasi yang ada di tubuh Nahdlatul Ulama dan berbagai problem bangsa kontemporer. Empat tahun sudah pilihan dijatuhkan, akan tetapi fokus gerakan IPNU belum sepenuhnya terkonsentrasikan didunia pelajar dan santri. Sekali lagi pemakluman yang harus disampaikan untuk kasus ini karena secara utuh pembagian wilayah kaderisasi di NU juga carut marut!!! Bagaimana mungkin dalam rentang usia yang panjang (20 – 29 tahun) dua badan otonom diberi kewajiban melakukan kaderisasi atau malah berebut satu sama lain??? Apalagi oleh dua badan otonom, yang satu ‘pelajar’ dan yang satu ‘pemuda’, aneh bukan?. Dalam bahasa matematika, ‘irisan’ wilayah kaderisasi inilah yang perlu dirapikan. Memperdebatkan hal diatas memang harus, akan tetapi hasil yang diharapkan tidak bisa di capai dalam waktu singkat. Sambil menunggu proses, kesadaran akan fungsi organisasi kiranya menjadi solusi atas problem diatas. Ya..!!! Mencurahkan seluruh potensi yang ada di organisasi untuk lebih fokus ke pelajar dan santri saya kira pilihan rasional. Disiplin gerak adalah kunci agar dari waktu ke waktu karya yang dilakukan dapat diukur, dievaluasi dan kemudian dicarikan solusi pengembangannya dikemudian hari. Pembenahan di wilayah administrasi dan manajemen organisasi juga menjadi PR seluruh elemen yang terlibat dikepengurusan IPNU di semua tingkatan. Karena organisasi bekerja dan bergerak berdasarkan catatan administrasi yang ada dan penataan manajemen yang dilakukan. compang camping, semrawut, atau bahkan tidak “
◄
20
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
ada catatan sama sekali, menjadi temuan yang umum ketika kita membuka-buka catatan administrasi yang dilakukan pengurus IPNU. Baik itu data base organisasi, surat masuk, surat keluar, agenda yang sudah dilakukan ataupun agenda yang akan dilakukan, bahkan jumlah anggota yang dimiliki juga tidak dimiliki. Bagaimana mungkin kita mau menyusun program kerja, kurikulum kaderisasi dan strategi pengembangan organisasi yang utuh dan rasional apabila data yang dipakai adalah asumsi atau bahkan palsu. Kurangnya disiplin gerak dan kacaunya sistem administrasi organisasi memberi dampak pada lemahnya kurikulum kaderisasi, ketidak tertiban tahapan kaderisasi (formal dan non formal ) yang dilakukan dan kacaunya pembagian kerja diantara pengurus, sehingga kemampuan manajemen organisasi bagi pengurus tidak dapat didesain dan diukur lewat proses kaderisasi yang ada dalam organisasi. b. Penataan infrastruktur organisasi Kepengurusan IPNU ada mulai dari Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Cabang, Pimpinan Anak Cabang, dan sampai Pimpinan Ranting dan Komisariat. kondisi dimasing masing daerah dan tingkatan berbeda satu sama lain. Banyak hal yang mempengaruhi kondisi ini, baik itu kultur masyarakatnya, kinerja pengurus, dan dukungan dari stakeholder yang ada (NU, Ansor, Maarif, Pondok Pesantren, Pemerintah daerah setempat dll.) Globalisasi semakin menengelamkan semangat kolektif bangsa Indonesia, sehingga kesadaran berorganisasi ditingkat masyarakat juga semakin rendah. Dampak yang muncul bagi IPNU adalah terjadi pasang surut organisasi disemua tingkatan. Langkah yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi hal ini adalah : 1. Melakukan reorganisasi bagi kepengurusan yang sudah habis periodesasinya. 2. Revitalisasi organisasi di semua tingkatan yang kepengurusannya kurang jalan. 3. Membentuk kepengurusan IPNU di daerah yang belum terbentuk. 4. Disiplin pada aturan organisasi 5. Ketaatan pada instruksi organisasi c. Kepemimpinan issue kepelajaran Sebagai organisasi pelajar, IPNU selama ini belum maksimal memerankan dan mencerminkan sebagai organisasi pelajar. Walaupun di dalam keanggotaan dan kepengurusan banyak yang (maaf) sudah ‘kedaluwarsa’ untuk disebut sebagai pelajar, akan tetapi merumuskan issue strategis ke-pelajar-an dalam setiap nafas kegiatan IPNU yang dibuat adalah keharusan. Hal itu dilakukan untuk senantiasa mengingatkan jatidiri organisasi IPNU sebenarnya. Tugas terberat sekarang adalah bagaimana disetiap daerah setiap ada persoalan yang berkaitan dengan pelajar, IPNU menjadi organisasi yang pertamakali merespon, atau minimal terlibat dalam merespon persoalan tersebut. Perlu kerja ekstra keras memang, karena kita semua harus sering mengikuti perkembangan informasi, berdiskusi, dan merumuskan solusi alternatif yang bisa kita tawarkan untuk menyelesaikan masalah pelajar yang terjadi di sekitar kita. Semoga !!!. Hal yang harus segera dilakukan adalah membuat IPNU sebagai organisasi yang memberi pelayanan dan manfaat bagi pelajar, tidak sedikit masalah yang dihadapi oleh pelajar misalnya, keterbatasan sarana belajar, kekurangan biaya sekolah, hilangnya motivasi belajar, masalah antar pelajar maupun antara pelajar dengan guru, antara pelajar dengan lingkungan ataupun dengan orang tua dll. Belum lagi ancaman bagi pelajar yang bersifat jangka panjang, misalnya NARKOBA, Free Sex, perdagangan anak dan pelacuran yang melibatkan pelajar. Alternatif yang bisa IPNU lakukan antara lain fasilitasi peningkatan prestasii belajar (misalnya kelompok belajar / studi club dan lembaga bimbingan belajar) dan pembentukan kelompok yang bersifat kegemaran (olahraga dan seni). Apabila kita dapat konsisiten dalam kepemimpinan issue pelajar, maka setiap ada pelajar yang memiliki ketertariakan untuk terlibat aktif di organisasi, maka IPNU akan senantiasa menjadi tujuan dan pilihan utama bagi pelajar untuk bergabung. “
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
21
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
d. Pengembangan di remaja masjid Globalisasi merupakan edisi baru ekspansi modal internasional ke seluruh pelosok bumi. Apapun akan dipakai untuk satu tujuan yaitu keuntungan sebesar besarnya bagi perusahaan internasional (Trans National Corporation / Multinational Corporation). Indonesia dengan potensi sumberdaya alam dan pangsa pasar yang sangat besar (jumlah penduduk 200 juta lebih), menjadi wilayah strategis untuk dijadikan ’ajang pertarungan’ bagi modal Internasional. Dalam konteks agama, juga tidak lepas dari hal ini, tesis Hantington yang berjudul ‘benturan antar peradaban’, selesainya pertarungan antara liberalisme dengan komunisme (ditandai dengan bubarnya Uni Soviet), maka potensi yang muncul adalah pertarungan peradaban antara barat dengan Islam. Dalam suatu forum di Malang Gus Dur pernah berpesan, sebisa mungkin penggunaan / pelabelan nama Islam di hindari, supaya kita tidak masuk dalam setting Hantington. Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam terbesar di dunia, saat ini sedang dipaksa untuk mengikuti desain diatas. Maka tidak mengherankan sekarang banyak kita jumpai kelompok atau organisasi Islam di Indonesia yang menginginkan formalisasi syariat Islam di Indonesia, dimana pelakunya dalam berpenampilan cukup mencolok, yang laki laki, memakai jenggot, jidat hitam, celana congkrang dan sesekali memakai jubah dan yang perempuan memakai jilbab besar, pakai baju ‘hamil’ dan kadang kita temui memakai cadar. Yang lebih tidak nyambung itu dilakukan ketika issue tentang terorisme sedang maraknya disuarakan oleh Amerika dan negara pendukungnya (baca : barat). Lucu memang, serangan terorisme banyak dilakukan di Amerika (WTC), Afganistan, dan Irak akan tetapi kampanye anti terorisme sangat getol dilakukan di Indonesia. NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia menjadi bidikan utama kelompok ‘aneh-aneh’ diatas. Sedangkan basis umat Islam (baca : NU) ada di masjid masjid. Sudah banyak masjid yang selama ini di dikelola warga NU, sekarang lepas dan di ghosob oleh kelompok- kelompok diatas. Disisi lain, anak muda NU sekarang banyak yang mulai melupakan masjid dan musholla. Akan sangat mudah bila sebuah rumah ditinggal penghuninya kemudian ada orang datang dan menghuni rumah tersebut. Menyelamatkan masjid dalam konteks ini tidak sekedar mempertahankan apa yang dimiliki oleh NU saat ini akan tetapi adalah mempertahankan dan menyelamatkan NKRI dari kepungan Kapitalisme Global. Menggelola remaja masjid sebagai basis organisasi IPNU di tingkat ranting juga sebagai pilihan strategi ketika kita memutuskan kembali ke Pelajar, akan tetapi secara Infrastruktur kaderisasi (guru, kurikulum, strategi) yang kita miliki untuk masuk ke sekolah terutama sekolah umum belum memadai dan masih kalah jauh dibandingkan dengan organisasi lain (PII, IRM, dan KAPPI). Pelajar atau remaja akan tertarik pada suatu kegiatan atau aktifitas apabila kegiatan tersebut memberi kontribusi bagi pengembangan dirinya, memberi tantangan, menyenangkan, dan variatif. Tantangan kita sekarang adalah bagaimana kita mampu menjadikan organisasi remaja masjid menjadi organisasi yang menarik bagi setiap remaja Islam yang ada di sekitar masjid. Sanggupkah??? Catatan :
“
◄
22
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
Ke IPPNU an Oleh : PC IPPNU Kabupaten Kudus A. Tinjauan Sosiologis dan Strategis Berdirinya IPPNU 1. Tinjauan Sosiologis Berdirinya setiap organisasi baik langsung maupun tidak langsung senantiasa akan diikuti oleh munculnya harapan dari kalangan masyarakat tertentu terhadap hal-hal yang diperankan organisasi dalam kehidupan masyarakat. Harapan itu lazim dikenal sebagai pola expectation, yakni peran yag diharapkan oleh masyarakat terhadap organisasi tersebut. Berangkat dari thesis ini sudah barang tentu terhadap IPPNU pun bagi masyarakat baik itu warga nahdliyin, pemerintah maupun lainnya menaruh harapan kepada keberadaan IPPNU, sehingga seharusnya bagi IPPNU dapat memainkan peranan di tengah masyarakat sesuai yang diharapkan. Manakala harapan masyarakat itu tidak terpenuhi, maka konsekuensinya akan mengalami ketiadaan dalam keberadaannya dengan perkataan lain eksistensinya menjadi nol. Agar peran yang diharapkan oleh masyarakat dapat dipenuhi, terlebih dahulu haruslah dimengerti kedudukan dan posisi IPPNU di jajaran organisasi sejenis lainnya, yaitu organisasi sosial yang bersifat keagamaan. demikian juga harus dimengerti sifat khusus IPPNU. 2. Strategi Berdirinya Organisasi IPPNU Sejarah perjuangan IPPNU dimulai sejak kelahiran 2 Maret 1955 yang kepanjangannya Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama, maka dasar berpijak IPPNU dikonsentrasikan bermula pada perbuatan dan pengkaderan remaja putri NU yang masih duduk di bangku sekolah serta santri putri yang statusnya setaraf dengan sekolah umum. IPPNU didirikan atas dasar keinginan untuk wadah aktivitas sosial dan program remaja yang bercirikan amaliah keagamaan sebagai antisipasi munculnya gejala sosial yang semakin terpengaruh oleh rembesan budaya asing dengan segala atributnya yang lebih menampakkan sisi-sisi negatif perilaku kehidupan remajanya pada saat itu setelah sepuluh tahun Indonesia merdeka. Selain itu IPPNU dijadikan sebagai wadah pengkaderan remaja-remaja NU agar berada pada posisi on the right track, berjalan pada arah yang sesungguhnya, sehingga nilai-nilai NU yang berasaskan Ahlussunah wal Jamaáh tetap bisa terjaga keaslian dan kemurniannya terutamaketika dimanifestasikan dalam tingkah laku dan sikapnya di tengah-tengah pluralitas masyarakat Indonesia. Pada Muktamar NU ke-20 di Surabaya yang dihadiri NU, Muslimat NU. dari perbincangan itu akhirnya melahirkan keputusan diantaranya: a. Membentuk organisasi IPNU putri yang secara organisasi dan administrasi terpisah dengan IPNU b. tanggal 2 Maret 1955 M / 8 Rajab 1374 H dideklarasikan resolusi terbentuknya IPNU putri. c. Untuk menjalankan organisasi, maka dipilihlah sekretaris ketua yaitu Umroh Mahfudhoh Wahib d. IPNU putri berkedudukan di Surakarta e. PB Maárif menyetujui dan merubah IPNU putri menjadi IPPNU B. Peristiwa dan Keputusan Penting dari Kongres ke Kongres IPPNU Kongres merupakan permusyawaratan yang punya kekuasaan tertinggi di IPPNU tingkat nasional untuk menilai pertanggungjawaban, menetapkan program umum nasional, menyempurnakan PD/PRT, merumuskan serta keagamaan, memilih mandataris, menerima laporan Dewan Pembina danmenetapkan keputusankeputusan lain yang dibutuhkan. Sejalan dengan pelaksanaan kongres dari berbagai zaman (kemerdekaan, orde lama, orde baru dan era reformasi) tentu mengalami peristiwa-peristiwa yang sangat menonjol dalam suatu keputusan kongres. Dalam hal ini sudah pernah kamii jelaskan di dalam materi MAKESTA (silahkan rekanita mempelajari materi MAKESTA). Selanjutnya sejak dekade 70-an pemerintah orde baru menetapkan ideologi pembangunan dengan mengedepankan stabilitas sosial politik. Instrumen yang diterapkan kepada seluruh organisasi untuk melakukan “
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
23
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
penyeragaman dengan memperkenalkan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi seluruh Ormas dan Parpol di tanah air. Lewat proses yang lama, akhirnya NU sebagai organisasi terbesar telah menerima Pancasila sebagai asas dan otomatis seluruh badan otonom NU juga memakai asas yang sama. Dalam perjalanannya, keberadaan IPPNU ternyata mengalami pasang surutnya zaman. Posisi IPPNU tidak lagi koheren dan strategis dengan kondisi sosial politik yang perubahannya menunjukkan percepatan yang sedemikian rupa. Keadaan ini memaksa IPPNU harus melakukan revisi terhadap visi dan dasar organisasinya. Kondisi yang berlangsung ini akhirnya membuahkan suatu tekad dari fungsionaris IPPNU untuk memicu formula terbaik bagi IPPNU untuk menjadi organisasi yang lebih dinamis dan sesuai dengan perubahan zaman yang kemudian melahirkan perubahan mendasar nama IPPNU dari Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama menjadi Ikatan Putri - Putri Nahdlatul Ulama dengan ditetapkannya deklarasi Jombang pada kongres Tahun 1998. Perubahan nama status IPPNU dari Pelajar Putri menjadi Putri - Putri sekaligus menjawab kegalauan hampir sebagian besar anggota serta pendiri IPPNU terhadap eksistensinya yang dipertanyakan. Konsekuensi logis dari perubahan tersebut adalah sasaran pembinaannya tidak lagi terbatas pada pelajar, melainkan semua putri NU. Dan ini merupakan fase awal dari keinginan untuk memajukan secara bertahap kepada IPPNU yang lebih baru dab dinamis. Keputusan ini telah mendorong dilakukannya reorientasi secara menyeluruh tentangg posisi dankeberadaan IPPNU, tentang rumusan peran bagi umat dan pembangunan serta tentang sosok IPPNU sendiri secara utuh ditinjau dari studi orientasi, fungsi, target bidang garapan. Sebagai realisasinya, setiap konbes selalu merumuskan citra diri. Perkembangan selanjutnya, IPPNU senantiasa secara eksternal selalu pro aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedangkan secara internal terus berbenah diri, konsolidasi organisasi, bahu membahu dalam upaya pengkaderan pelajar-pelajar di lingkungan NU, demi kesinambungan kepemimpinan organisasi yang didirikan para alim ulama, sehingga dalam amanat kongres ke 11 di Makasar, menitik beratkan pada pengembangan IPPNU pada kepelajaran dan peremajaan kader mengingat sejarah IPPNU didasari oleh semangat menyatukan potensi pelajar umum dan pelajar pesantren. Setelah kongres XI di Makasar tahun 2000 IPPNU mencoba menitikberatkan visi kepelajaran maka pada kongres XII di Surabaya tahun 2003 IPPNU kembali mengambil sikap kembali ke pelajar.
Catatan :
“
◄
24
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
LEMBAGA CORPS BRIGADE PEMBANGUNAN IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA KABUPATEN KUDUS A. SEJARAH BERDIRINYA CBP Corp Brigade Pembangunan (CBP) merupakan lembaga yang dibentuk pada Kongres IV IPNU di Pekalongan, Jawa Tengah, pada tahun 1965. Dalam tujuan awalnya merupakan wadah berhimpunnya pelajar remaja NU untuk mengokohkan barisan dalam upaya mengimbangi panji komunis pada saat itu dan untuk melawan Malaysia yang pada saat itu menjadi sekutu barat dalam upaya menjajah kembali tanah air Indonesia. Semangat yang luar biasa untuk mengganyang PKI dan antek-anteknya dikalangan pelajar NU kemudian melahirkan barisan perlawanan yang disebut Front Kepalangmerahan, (Front inilah yang menjadi cikal bakal CBP). Semangat yang tinggi tumbuh pada pelajar putri NU hingga melahirkan CBP-wati untuk barisan pelajar putri. Seiring dengan hancurnya kekuatan komunis di Indonesia, sehingga elemen gerakan mengalami kevakuman. Maka oleh PP. IPNU tahun 1967-1968 secara resmi mencabut eksistensi CBP dilingkungan IPNU. Kongres XII IPNU di Garut, jawa Barat, 10-14 Juli dalam salah satu rekomendasinya memberikan tugas kepada mandataris Kongres untuk mengadakan persiapan yang berkenaan dengan akan diaktifkannya kembali CBP. Kemudian dikukuhkan pada kongres XIII IPNU di Makassar Sulawesi Selatan tahun 2000. Selanjutnya perubahan terjadi pada 22 – 25 Agustus 2007, tepatnya waktu RAKORNAS CBP diSamarinda. Rakornas menghasilkan sebuah perubahan besar pada nama yang awalnya CORPS BRIGADE PEMBANGUNAN menjadi CORPS BARISAN PELAJAR. Selain itu ada perubahan dalam sasaran kegiatan, yang semula berupa : Kemanusiaan, Lingkungan Hidup, Dan Kedisiplinan menjadi Kemanusiaan, Lingkungan Hidup Dan Bela Negara. CBP di deklarasikan dan diaktifkan kembali di seluruh Indonesia berdasarkan : 1. Kongres IPNU XII di Garut, Jawa Barat, 10-14 Juli 1996. 2. Rakernas IPNU di Jakarta, 1-5 Nopember 1997 3. Konbes IPNU di Jakarta, 19-21 September 1998 4. Kongres IPNU XIII di Makassar, Sulsel, 21-24 Maret 2000 5. Rakornas CBP IPNU 22 – 25 Agustus 2007 di Samarinda B. VISI Mengoptimalkan potensi dan meningkatkan kualitas kader IPNU yang berakhlaqul karimah C. MISI Bersama masyarakat ikut berpartisipasi membangun Republik Indonesia dengan mengibarkan panjipanji NU disetiap pengabdiannya, dalam bidang bela negara dan social kemanusiaan. D. TUJUAN Wadah untuk mengasah diri memantapkan motivasi positif dan mengembangkan kreatifitas dalam meningkatkan pergaulan, pengabdian serta meningkatkan hubungan anggota IPNU / CBP dengan lingkungan masyarakat. E. BENTUK DAN PENGERTIAN CBP adalah Lembaga semi Otonom IPNU, sedangkan CBP merupakan suatu lembaga pengembangan kreatifitas, kemanusiaan, kepalang merahan, pengabdian alam, masyarakat, dan Negara F. KEGIATAN Kegiatan CBP meliputi bidang kemanusiaan, lingkungan hidup, bela Negara dan pengabdian masyarakat. G. TINGKATAN DAN PERANGKAT ORGANISASI 1. Dewan Koordinasi Nasional (DKN) CBP untuk tingkat Pusat 2. Dewan Koordinasi Wilayah (DKW) CBP untuk tingkat Wilayah 3. Dewan Koordinasi Cabang (DKC) CBP untuk tingkat Cabang 4. Satuan Koordinasi Anak cabang (DKAC) CBP untuk tingkat Anak Cabang 5. Regu CBP untuk tingkat Ranting / komisariat “
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
25
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
Perangkat Organisasi :Dalam hal ini kami sebutkan mulai dari DKC sampai Ranting, sebab mulai DKC keatas perangkatnya sama. 1. Dewan Koordinasi Cabang (DKC) a. Koordinator Cabang (Korcab) b. Wakil Koordinator Cabang (wakorcab) c. Divisi Administrasi dan Keuangan d. Divisi Logistik e. Divisi Kaderisasi f. Divisi Kemanusiaan g. Divisi Lingkungan Hidup h. Divisi Bela Negara Setiap Divisi beranggotakan maksimal 3 orang 2. Dewan Koordinasi anak Cabang (DKAC) a. Koordinator anak Cabang b. Wakil Koordinator Anak Cabang c. Divisi Administrasi dan Keuangan d. Divisi Logistik e. Divisi Kaderisasi f. Divisi Kemanusiaan g. Divisi Lingkungan Hidup h. Divisi Bela Negara Setiap Divisi beranggotakan maksimal 3 orang 3. Regu - Regu a. Koordinator Regu b. Wakil Koordinator Regu c. Setiap regu beranggotakan minimal 9 s/d 15 orang d. Divisi Administrasi dan Keuangan e. Divisi Logistik f. Divisi Kaderisasi g. Divisi Kemanusiaan h. Divisi Lingkungan Hidup i. Divisi Bela Negara Setiap Divisi beranggotakan maksimal 2 orang H. KEANGGOTAAN 1. Anggota CBP adalah secara otomatis menjadi anggota IPNU 2. Keanggotaan CBP ditetapkan dengan syarat-syarat berikut : a. Memiliki kondisi fisik dan mental yang kuat serta sehat jasmani dan rohani b. Telah dinyatakan lulus Diklatama CBP c. Pendidikan serendah-rendahnya SMP / sederajat d. Memiliki dedikasi dan loyalitas tinggi terhadap IPNU e. Setiap anggota CBP dibaiat dan diberi kartu tanda anggota I. LAMBANG CBP 1. Lambang berbentuk segi lima dan dibatasi oleh garis berwarna merah putih. Arti segi lima adalah rukun Islam dan Pancasila, garis merah putih mengandung arti bahwa CBP adalah setia kepada NKRI. 2. Warna dasar hijau mengandung arti kemakmuran dan kesuburan 3. Bagian dalam terdapat : a. Bintang berjumlah 9 berwarna kuning yang mengelilingi bola dunia yang berwarna biru langit, bintang paling besar melambangkan nabi Muhammad SAW. 4 bintang kiri dan kanan melambangkan para sahabat dan madzhab. Biru langit melambangkan semangat yang tinggi. “
◄
26
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
b. Dibawah bintang terdapat buku terbuka yang berwarna putih, ditopang oleh bambu kuning dan bulu angsa, dibawahnya ada tulisan CBP warna merah. Buku terbuka dan bulu angsa melambangkan bahwa CBP sebagai tempat belajar bagi siapa saja. Sedangkan bambu kuning melambangkan perjuangan yang gigih. J. PELATIHAN-PELATIHAN 1. Pelatihan Formal terbagi menjadi : a. Orientasi : Pengenalan tentang seluk beluk CBP b. DIKLATAMA : Pelatihan tahap I, ditingkatan DKC c. DIKLATMAD : Pelatihan tahap II, ditingkatan DKW d. DIKLATNAS : Pelatihan tahap III, ditingkatan pusat e. DIKLATSUS: Pelatihan khusus instruktur 2. Pelatihan Non Formal terbagi menjadi : a. Pelatihan Pertolongan pertama (PP) b. Pelatihan SAR c. Pelatihan Kepanduan d. Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Alam e. Dan lain-lain (tergantung kebutuhan)
Catatan :
“
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
27
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
LEMBAGA KORP KEPANDUAN PUTRI IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA KABUPATEN KUDUS A. SEJARAH BERDIRINYA KPP Lembaga Korp Kepanduan Putri (L-KPP) merupakan lembaga yang dibentuk pada Konbes I IPNUIPPNU pada tanggal 28 Oktober 1964 di Pekalongan, Jawa Tengah. Pada awalnya lembaga ini bernama CBPwati yang merupakan wadah bagi pelajar putri NU untuk mengokohkan barisan dalam mengimbangi barisan yang bermunculan dengan mengibarkan panji komunis pada saat itu dan juga untuk melawan Malaysia yang bersekutu dengan barat dalam upaya menjajah kembali kekayaan Indonesia. Dalam perjalanannya CBP-wati ini mengalami kemandekan/kefakuman dan selanjutnya diputuskan dalam amanat Kongres XII IPPNU di Makassar dengan perubahan nama menjadi KPP, yang kemudian untuk pengukuhannya ditetapkan dalam kongres XIII IPPNU di Surabaya. KPP ini mulai muncul kembali dengan mengadakan perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan dinamika dan kebutuhan organisasi di masyarakat saat ini. Hal ini dapat dilihat dengan berubahnya orientasi CBP-wati yang pada awalnya untuk mengimbangi munculnya barisan komunis, menjadi lebih ditekankan pada terbentuknya kader-kader IPPNU yang punya disiplin tinggi dalam segala bidang garapnya. Lembaga KPP di deklarasikan berdasarkan : 1. Kongres IPPNU XII di Makassar pada tanggal 21-24 Maret 1999 2. Kongres IPPNU XIII di Surabaya pada tanggal 18-21 Juni 2003 3. Konbes IPPNU di Medan pada tanggal 18-23 Agustus 2005 B. VISI Mengoptimalkan potensi dan meningkatkan kualitas kader IPPNU. C. MISI Berpartisipasi aktif ikut membangun NKRI dengan mengibarkan panji-panji NU disetiap pengabdiannya dalam bidang lingkungan alam, kepanduan, kesehatan. D. TUJUAN Wadah untuk melatih diri memantapkan motivasi dan mengembangkan kreatifitas dalam meningkatkan SDM, loyalitas serta mempererat hubungan anggota IPPNU/KPP dengan lingkungan masyarakat. E. BENTUK DAN PENGERTIAN Lembaga KPP adalah Lembaga semi Otonom IPPNU, dan merupakan suatu lembaga pengembangan SDM dalam bidang Lingkungan alam, Kepanduan dan bidang kesehatan. F. KEGIATAN Kegiatan KPP meliputi bidang sosial kemasyarakatan, bidang Lingkungan alam, Kepanduan dan bidang Kesehatan. G. TINGKATAN DAN PERANGKAT ORGANISASI 1. Dewan Koordinasi Nasional (DKN) KPP untuk tingkat Pusat 2. Dewan Koordinasi Wilayah (DKW) KPP untuk tingkat Wilayah 3. Dewan Koordinasi Cabang (DKC) KPP untuk tingkat Cabang 4. Dewan Koordinasi Anak Cabang (DKAC) KPP untuk tingkat Anak Cabang 5. Regu KPP untuk tingkat Ranting Perangkat Organisasi : Dalam hal ini kami sebutkan mulai dari DKC sampai Ranting, sebab mulai DKC keatas perangkatnya sama. 1. Dewan Koordinasi Cabang (DKC) Ketua Dewan Koordinasi Cabang (Korcab) satu orang Wakil Dewan Koordinasi Cabang (WaKorcab) tiga orang Kepala Divisi Diklat (satu orang) a. Wakorcab bidang lingkungan alam “
◄
28
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
b. Wakorcab bidang Kepanduan c. Wakorcab bidang Kesehatan Sekretaris satu orang Anggota bidang maksimal 5 orang perbidang 2. Dewan Koordinasi Anak Cabang (DKAC) KPP Ketua Dewan Koordinasi Anak Cabang (Korancab) satu orang Wakil Dewan Koordinasi Anak Cabang Koordinator (Wakorancab) tiga orang Anggota-anggota a. Wakorancab bidang lingkungan alam b. Wakorancab bidang Kepanduan c. Wakorancab bidang Kesehatan Sekretaris satu orang Anggota bidang maksimal 5 orang perbidang 3. Regu-regu KPP Koordinator (satu orang) Anggota-anggota 1. Mempunyai 1 (satu) orang ketua regu dan 1 (satu) orang sekretaris, dipilih oleh anggota regu. 2. Tiap regu mempunyai anggota regu 8-10 orang ditambah 2 orang dari ketua regu dan sekretaris regu. H. KEANGGOTAAN 1. Anggota KPP adalah secara otomatis menjadi anggota IPPNU 2. Keanggotaan KPP ditetapkan dengan syarat-syarat sebagai berikut : a. Memiliki kondisi fisik, mental yang kuat dan sehat b. Telah dinyatakan lulus Diklatama KPP c. Memiliki dedikasi dan loyalitas tinggi terhadap IPPNU I.
LAMBANG KPP 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Bentuk kuncup bunga berwarna putih Garis tepi berwarna hijau dengan arti kesuburan Bintang sembilan berwarna kuning emas berarti Rohmatal Lil Alamin Bumi berwarna biru berarti kedamaian, semangat yang kuat Buku terbuka mempunyai arti belajar tanpa henti Tulisan KPP dengan tinta warna hitam Peta Indonesia warna hijau
J. PELATIHAN-PELATIHAN 1. Pelatihan Formal terbagi menjadi : Orientasi : Pengenalan tentang seluk beluk KPP DIKLATAMA : Pelatihan tahap I, ditingkatan DKC DIKLATMAD : Pelatihan tahap II, ditingkatan DKW DIKLATNAS : Pelatihan tahap III, ditingkatan pusat DIKLATSUS : Pelatihan khusus instruktur 2. Pelatihan Non Formal terbagi menjadi : Pelatihan Pertolongan pertama (PP) Pelatihan Kesehatan Pelatihan Kepanduan Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Alam Dan lain-lain (tergantung kebutuhan)
“
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
29
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
PERTOLONGAN PERTAMA (FIRST AID) Oleh : PMI Kab. Kudus A. Pengertian Pertolongan Pertama Adalah Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera / kecelakaanyang memerlukan penanganan medis dasar Sedangkan Medis Dasar adalah Tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh awam atau awam yang terlatih secara khusus. Batasannya adalah sesuai dengan sertifikat yang dimiliki oleh Pelaku Pertolongan Pertama Penolong Pertama Adalah Penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian, yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar. B. Tujuan Pertolongan Pertama 1. Menyelamatkan jiwa penderita 2. Mencegah cacat 3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan C. Dasar Hukum Memberikan pertolongan : Pasal 531 K U H P Barang Siapa Menyaksikan Sendiri ada orang dalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sipenderita sedangpertolongan itu dapat diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,Kerahasiaan : Pasal 322 K U H P 1. Barang siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang wajib menyimpannya oleh karena jabatan aau pekerjaannya baik yang sekarang maupun yang dahulu dipidana dengan pidana penjara selamalamanya 9 bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 9.000,2. Jika kejahatan itu dilakukan yang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang lain. Persetujuan Tindakan Pertolongan Ada dua bentuk persetujuan atau ijin bagi penolong untuk melakukan tindakan : a. Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat ( Implied Consent ) b. Persetujuan yang dinyatakan ( Expressed Consent ) D. Kewajiban Penolong Pertama 1. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang di sekitarnya 2. Menjangkau penderita 3. Mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa 4. Meminta bantuan / rujukan 5. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat sesuai keadaan penderita 6. Membantu penolong yang lain 7. Menjaga kerahasiaan medis penderita 8. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat 9. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi / dirujuk ke fasilitas kesehatan E. Kualifikasi Penolong Pertama 1) Jujur dan bertanggungjawab 2) Profesional 3) Mempunyai kematangan emosi 4) Mampu bersosialisasi 5) Kemampuan nyata terukur sesuai sertifikasi 6) Mempunyai kondisi fisik baik 7) Mempunyai rasa bangga “
◄
30
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
F.
Peralatan Dasar Pelaku Pertolongan Pertam a. Alat Perlindungan Diri (APD) Contoh : - Sarung tangan lateks - Kacamata pelindung - Masker Penolong b. Peralatan Pertolongan Pertama 1. Kasa Steril 2. Pembalut gulung / perban 3. Alkohol 70% 4. Pembalut perekat / plaster 5. Bidai 6. Gunting pembalut 7. Pinset 8. Senter 9. Kapas 10.Selimut PENILAIAN PENDERITA Tindakan penilaian penderita terdiri dari : 1. Penilaian keadaan Perhatikan : Bagaimana kondisi pada saat itu ? Kemungkinan apa saja yang akan terjadi ? Bagaimana mengatasinya ? INGAT Amankan Diri Sendiri Terlebih Dahulu, Keselamatan Penolong Nomor 1 Di Lokasi Secara umum tugas seorang penolong saat tiba dilokasi adalah : a. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang orang disekitar lokasi. b. Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan c. Menentukan keadaan umum kejadian ( mekanisme cedera ) d. Mengenali dan mengatasi gangguan cedera yang mengancam nyawa e. Stabilkan penderita dan meneruskan pemantauan f. Minta bantuan bila diperlukan Dalam melakukan tugas sebagai penolong juga perlu dikumpulkan berbagai informasi untuk menunjang penilaian. Informasi dapat diperoleh dari : - Kejadian itu sendiri - Penderita ( bila sadar ) - Keluarga ( Saksi ) - Mekanisme kejadian - Perubahan bentuk yang nyata ( cedera yang jelas ) - Gejala atau tanda khas suatu cedera atau penyakit. 2. Penilaian dini a. Kesan umum - Kasus Trauma : adalah kasus yang disebabkan oleh suatu rudapaksa Mempunyai tanda-tanda yang jelas dan terlihat da atau teraba. Misalnya luka terbuka, memar, patah tulang dan lain sebagainya - Kasus Medis : adalah kasus yang diderita seseorang tanpa ada riwayat ruda-paksa. Contohnya sesak napas, pingsan. b. Memeriksa Kesadaran Ada empat tingkatan kesadaran penderita, yaitu : A. Awas = Alert “
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
31
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
3.
4.
5.
6.
S. Suara = Voice ASNT = AVPU N. Nyeri = Pain T. Tidak Respon = Un Respon c. Memastikan Jalan napas terbuka dengan baik Untuk penderita yang tidak respon gunakan teknik angkat dagu dan tekan dahi d. Untuk menilai pernapasan Setelah jalan napas berjalan dengan baik maka penolong harus menilai pernapasan penderita dengan cara : Lihat Dengar LDR Rasakan e. Menilai denyut nadi f. Hubungi Bantuan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik tujuannya menemukan berbagai tanda yaitu: 1. Perubahan bentuk ( P ) 2. Luka terbuka ( L ) PLNB 3. Nyeri tekan ( N ) 4. Bengkak ( B ) Tindakan ini melibatkan Penglihatan, perabaan dan pendengaran. Pemeriksaan anggota gerak selain PLNB juga lakukan pemeriksaan gerakan sensasi dan sirkulasi ( GSS ). Riwayat Penderita Untuk mengetahui penyebab atau pencetus suatu kejadian, mekanisme kejadian atau perjalanan suatu penyakit maka diperlukan wawancara yang dapat dilakukan dengan penderita, keluarganya atau saksi mata. Riwat penderita ini sangat penting pada kasus medis.Untuk memudahkan, dikenal akronim KOMPAK . K = Keluhan utama O = Obat – obatan yang diminum M = Makanan / Minuman terakhir P = Penyakit yang diderita A = Alergi yang Dialami K = Kejadian Pemeriksaan Berkala Pemeriksaan harus diteruskan harus berkala sebelum mendapat pertolongan medis. Secara umum pada pemeriksaan berkala harus dinilai kembali : - Tingkat kesadaran - Nilai kembali jalan napas dan perbaii bila perlu - Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya - Periksa kembali nadi penderita - Nilai kembali keadaan kulit : Suhu, kelembaban dan kondisinya - Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa. - Nilai kembali penatalaksanaan penderita ( secara keseluruhan ) - Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman. Pelaporan Setelah selesai menangani penderita dan penolong melakukannya dalam tugas maka semua pemeriksaan dan tindakan pertolongan harus dilaporkan secara singkat dan jelas kepada penolong selanjutnya. Dalam laporan sebaiknya dicantumkan : - Umur dan jenis kelamin penderita - Keluhan utama - Tingkat kesadaran - Keadaan jalan napas - Pernapasan - Denyut nadi - Pemeriksaan yang penting - KOMPAK yang penting “
◄
32
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
- Penatalaksanaan - Perkembangan lainnya yang dianggap penting CEDERA SISTEM OTOT RANGKA Cedera otot rangka merupakan salah satu bentuk cedera yang paling banyak dijumpai di lapangan, mulai dari yang ringan sampai mengancam nyawa tanpa memandang berat atau ringannya kasus yang dihadapi, penangan yang baik dapat membantu mencegah terjadinya cacat tetap. Secara umum cedera otot rangka dapat berupa : 1. Patah tulang ( Fraktur ) 2. Cerai sendi ( Dislokasi ) 3. Terkilir otot ( Strain ) 4. Terkilir sendi ( Sprain ) Pembahasan 1. PATAH TULANG Patah Tulang adalah terputusnya jaringan tulang Gejala dan tanda patah tulang : - Perubahan bentuk - Nyeri dan kaku - Terdengar suara krepitasi didaerah yang patah - Terjadinya pembengkakan - Adanya memar - Ujung tulang terlihat - Adanya gangguan peredaran darah. Jenis Patah Tulang 1. Patah tulang terbuka • Bagian tulang yang patah berhubungan dengan udara luar 2. Patah tulang tertutup • Bagian tulang yang patah tidak berhubungan dengan udara luar Pembidaian Pemakaian suatu alat Bantu untuk menghindari pergerakan, melindungi dan menstabilkan bagian tubuh yang cedera Tujuan Pembidaian -> Fiksasi & Imobilisasi 1. Mencegah pergerakan ujung tulang yang patah 2. Mengurangi cidera baru disekitar bagian tulang yang patah 3. Mengistirahatkan anggota badan yang patah 4. Mengurangi rasa nyeri 5. Mengurangi perdarahan 6. Mempercepat penyembuhan Macam-macam Bidai 1. Bidai Keras Dibuat dari bahan yang keras dan kaku untuk mencegah pergerakan bagian yang cedera. Bahan yang sering dipakai adalah kayu, alumunium, karton, plastic atau bahan lain yang kuat dan ringan. Contoh : BIdai kayu, bidai tiup, bidai vakum 2. Bidai yang dapat dibentuk Jenis bidai ini dapat diubah menjadi berbagai bentuk dan kombinasi untukdisesuaikan dengan bentuk cedera . Contoh : Bidai vakum, bantal, selimut, karton, bidai kawat. 3. Bidai Traksi Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya.Hanya digunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha 4. Gendongan atau Blat dan Bebat Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umunya dipakai mitela.Prinsipnya adalah memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera. Contoh : Gendongan lengan 5. Bidai Improvisasi Bila tidak tersedia bidai jadi, maka penolong dituntut mampu berimprovisasi membuat bidau yang cukup kuat dan ringan untuk menopang bagian tubuh yang cedera.Contoh : majalah, Koran, karton dll “
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
33
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
Pedoman Umum Pembidaian 1. Sampaikan rencana tindakan kepada penderita 2. Pastikan bagian yuang cedera dapat dilihat dan rawat perdarahan bila ada 3. Nilai gerakan sensasi-sirkulasi pada bagian daerah luka sebelum menggerakan pembidaian 4. Siapkan alat seperlunya ( bidai dan, mitella ) 5. Upayakan tidak mengubah posisi yang cidera 6. Jangan memasukan bagian tulang yang patah 7. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah 8. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar 9. Ikatan harus cukup jumlahnya dimulai dari sendi yang banyak bergerak 10.Selesai dilakukan pembidaian dilakukan pemeriksaan GSS kembali,bandingkan dengan pemerikasaan GSS yang pertama 2. TERKILIR OTOT (STRAIN) Terkilir otot adalah robeknya jaringan otot pada ekor otot ( Tendon ), karena teregang melebihi batas normal.
3.
1. 2.
3.
Penyebab : Umumnya terjadi karena pembebanan secara tiba-tiba pada otot tertentu.Hal ini sering terjadi pada cedera olahraga karena : a. Latihan peregangan tidah cukup b. Latihan peregangan tidak benar c. Teregang melampaui kemampuan d. Gerakan yang tidak benar Gejala dan tanda : 1. Nyeri yang mendadak pada daerah otot yang tertentu 2. Nyri menyebar keluar disertai kejang dan kaku otot 3. Bengkak pada daerah cedera TERKILIR SENDI ( SPRAIN ) Terkilir Sendi adalah robek atau putusnya jaringan ikat sekitar sendi karena sendi teregang melebihi batas normal . Penyebab : Terpeleset, gerakan yang salah Gejala dan Tanda 1. Bengkak 2. Nyeri Gerak 3. Nyeri Tekan 4. Warna kulit merah kebiruan Penanganan Terkilir : - Letakkan penderita dalam posisi yang nyaman, istirahatkan bagian yang cedera - Tinggikan bagian yang cedera - Beri kompres dingin maksimum 3 menit, ulangi setiap jam bila perlu - Balut tekan dan tetap tinggikan - Rawat sebagai patah tulang - Rujuk ke fasilitas kesehatan LUKA BAKAR Pengertian Semua cedera yang terjadi akibat paparan suhu yang tinggi. Penyebab Luka Bakar : a. Panas ( Suhu Diatas 60º ), contoh : Api, Uap panas, Benda panas b. Listrik, Contoh : Listrik Rumah tangga, Petir c. Kimia, Contoh : Soda Api, Air aki (Zuur) d. Radiasi, Contoh : Sinar Matahari (Ultra Violet), Bahan Radioaktif Penggolongan Berdasarkan luas lapisan kulit yang mengalami cedera, luka bakar dikelompokkan menjadi : 1. Luka Bakar Derajat Satu (Permukaan) meliputi permukaan kulit yang paling atas( kulit Ari / Epidermis ) “
◄
34
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
4.
2. Luka Bakar Derajat Dua. Sedikit lebih dalam 3. Luka Bakar Derajat Tiga. Lapisan yang terkena tidak terbatas bahkan sampai kedalam tulang dan rongga dalam. Penangangan Luka Bakar : a. Alirkan air biasa ke daerah yang luka, bila ada bahan kimia alirkan air terus b. menerus selama 20 menit atau lebih c. Lepaskan pakaian dan perhiasan, jika pakaian melekat pada luka bakar gunting d. sekitarnya jangan memaksa untuk melepasnya e. Tutup luka bakar, gunakan penutup luka steril ( kassa Steril ), jangan memecahkan f. gelembung. g. Jangan gunakan mentega, odol, oli, kecap, kopi, air es. h. Rujuk ke fasilitas kesehatan Catatan :
“
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
35
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
S A R (Search And Rescue) Oleh : BPBD Kab. Kudus I. Pengertian SAR adalah suatu pengerjaan dari persinil yang terlatih dan fasilitas yang dapat digunakan untuk menolong dengan cara effective dan seefisien mungkin terhadap jiwa manusia atau sesuatu yang berharga, yang ada dalam keadaan mengkhawatirkan atau hilang. II. Perkembangan Organisasi SAR Pada Keppres No. 11 Tahun 1972 disebut BASARI (Badan SAR Indonesia) dengan susunan organisasi terdiri dari Pimpinan Pusat Koordinasi SAR Nasional (PUSARNAS), Pusat Koordinasi Rescue, Sub – sub Pusat Koordinasi serta unsur – unsur SAR. Pada Keppres No. 44 dan 45 Tahun 1974 dijelaskan antara lain PUSARNAS sebagai singkatan dari Pusat SAR Nasional berada dibawah Departemen Perhubungan. Pada Keppres No. 47 Tahun 1979 PUSARNAS diganti menjadi BASARNAS (Badan SAR Nasional). Keppres 28 Tahun 1979 dijelaskan bahwa anggota BASARI termasuk anggota BAKORNAS PBA (Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam) Perubahan PUSARNAS menjadi BASARNAS ini disertai pula dengan perubahan eselon, semula eselon II, sekarang PUSARNAS eselon I atau setingkat Direktorat Jendral, dan untuk kelancaran tugas – tugas dilapangan telah dikeluarkan pula Instruksi Mentri Perhubungan bahwa Kepala BASARNAS ditunjuk sebagai KUASA Ketua Basari untuk tugas – tugas dilapangan. III. Tugas Pokok Basarnas Basarnas mempunyai tugas pokok membina dan mengkordinasikan semua usaha dan kegiatan pencarian, pemberian pertolongan pertama dan penyelamatan sesuai dengan peraturan SAR Nasional dan Internasional terhadap orang dan material yang hilang atau menghadapi bahaya dalam penerbangan, pelayaran, dan bencana alam. Adapun tugas – tugas pokok BASARNAS dijabarkan dalam struktur Intern BASARNAS sebagai berikut : a. Sekretariat Badan Bertugas memberi pelayanan teknis dan administratif bagi seluruh satuan organisasi dilingkungan BASARNAS dalam rangka pelaksnaan tugasnya. b. Pusat Pembinaan Fasilitas Bertugas membina, memberi pengarahan serta mengkoordinasikan potensi – potensi SAR baik tenaga maupun peralatan dalam persiapan menghadapi setiap kemungkinan terjadi musibah penerbangan, pelayaran, atau bencana alam. c. Pusat Operasi SAR Bertugas membina dan melaksanakan pengendalian oprasi komunikasi dan elektronika. Maka pusat operasi SAR terdiri dari Bidang Pengendalian dan Bidang Komunikasi Elektronika. IV. KANTOR KOORDINASI RESCUE (KKR) Tugas KKR menyelenggarakan suatu koodinasi rescue guna mengkoordinir semua unsur Sar untuk kegiatan di wilayah tanggungjawabnya. Dan dalam organisasi Intern KKR, tugas ini dijabar sebagai berikut : a. Seksi Perencanaan (Sie. Perencanaan) Bertugas membantu kepala KKR dibidang perencanaan dan program serta mempersiapkan perjanjian dengan instansi lainnya. b. Seksi Operasi Bertugas melaksanakan sistim dan SAR dalam wilayah tanggung jawabnya. c. Seksi Umum Bertugas menyelenggarakan pelayanan teknis dan administratif. Berarti kepala KKR bertanggungjawab atas terselenggaranya operasi SAR yang efektif dan waktu sesingkat – singkatnya pada wilayah yang ditetapkan. Sub Koordinasi Rescue (KKR) Sub koordinasi rescue mempunyai tugas sebagai perangkat pelaksana SAR , menkoordinasikan dan mengarahkan penggunaan fasilitas, sarana, personil diwilayah tanggungjawab, SKR mempunyai fungsi melaksanakan peningkatan kesiagaan dan kemampuan teknis operasional. Mengusahakan kerjasama semua unsur SAR yang berada dalam wilayahnya. “
◄
36
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
Menghubungi instansi pemerintah dan swasta di wilayah tanggungjawab sebagai koordinator SAR. Merencanakan dan mengendalikan pelaksanaan – pelaksanaan SAR dalam wilayahnya. Mengumpulkan data – data keterangan fasilitas, sarana personil dan materil dalam wilayahnya yang dilakukan untuk tugas SAR. Menyusun laporan hasil pelaksanaan. V. TINGKAT KEADAAN DARURAT Dikenal ada 3 tingkat keadaan darurat yaitu INCERFA - ALERFA - DETRESFA INCERFA (Ucertainiti/fase tidak menentu/fase meragukan) adalah suatu keadaan emergensy yang ditunjukkan atau ditandai dengan adanya keraguan mengenai keselamatan penumpang pesawat / kapal karena diketahui kemungkinan mereka menghadapi kesulitan atau karena pesawat / kapal itu tidak memberikan tentang informasi posisi sebenarnya (Loss Contact). ALERTFA (Alertphase/fase menghawatirkan/fase siaga) adalah suatu keadaan emergency yang ditunjukkan dengan adanya kekhawatiran, kecemasan mengenai kehidupan/keselamatan orangorang/penumpang pesawat karena adanya informasi yang jelas bahwa mereka mengahdapi kesulitan serius yang mengarah pada kesengsaraan (Distress) atau karena pesawat/kapal tidak memberikan informasi lanjutan perkembangan posisi atau keadaannya. DETRESFA (Distress Frase/Fase darurat bahaya) adalah suatu keadaan emergency yang ditunjukkan bila bantuan yang cepat sudah dibutuhkan oleh pesawat/kapal yang tertimpa musibah karena terjadi ancaman serius atau keadaan darurat, bahaya atau kurang/hilangnya informasi perkembangan posisi/keadaan setelah prosedur Alert Phase dilalui. VI. TAHAPAN OPERASI SAR Untuk memudahkan Opeasi SAR, maka kegiatan operasionil dibagi dalam kelompok tahapan-tahapan : 1. Awareness Stage (Tahapan Kekhawatiran) Kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat mungkin akan muncul. Termasuk di dalamnya penerimaan informasi keadaan darurat dari seseorang atau organisasi. 2. Initial Action Stage (Tahap Kesiagaan) Aksi persiapan diambil untuk menyiagakan fasilitas SAR dan mendapatkan informasi yang lebih jelas, termasuk di dalamnya : Mengevaluasi dan mengklasifikasikan informasi yang didapat. Menyiapkan fasilitas SAR. Pencarian awal dengan komunikasi (Preliminary communication check) Perluasan pencarian dengan komunikasi (extended communication check excom). Pada kasus yang gawat dilaksanakan aksi secepatnya setelah tahapan tersebut bila keadaan mengharuskan. 3. Planning Stage (Tahap Perencanaa) Yaitu suatu pengembangan perencanaan yang efektif, termasuk di dalamnya : Penunjukan SMC (SAR Mission Coordinator) Perencanaan pencarian dan di mana seaptutnya dilaksanakan Menentukan posisi paling mungkin (Most Probable Possition/MPP) dari koran yang keadaannya darurat. Luas dari Search Area Tipel pola pencarian Perencanaan pencarian yang dapat dipakai Memilih metode pertolongan yang terbaik Memilih titik pembebasan / Delivery Point yang aman bagi korban. 4. Operation Stage (Tahap Operasi) Yaitu tahap operasi, termasuk di dalamnya : Fasilitas SAR bergerak menuju lokasi. Melakukan pencarian. Menolong/menyelamatkan korban. Memberi peralatan gawat darurat pada korban yang membutuhkan pertolongan. Memberikan briefing kepada pasukan pelaksana. Melakukan penggantian/penjadwalan pasukan pelaksana di lokasi kejadian. “
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
37
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
5. Mission Conclution Stage (Tahap Akhir Misi) Tahap konklusi ini adalah gerakan dari seluruh fasilitas SAR yang digunakan dari suatu titik pembebasan yang aman ke lokasi semula darinya (Regular Location), termasuk di dalamnya : Mengembalikan pasukan ke pangkalan (Base Camp) pencarian. Penyiagaan kembali tim SAR untuk menghadapi musibah selanjutnya yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Membuat dokumetasi misi SAR itu. Mengembalikan SAR Unit ke instansi masing-masing. VII. KOMPONEN SAR Sebelum diaktifkannya suatu penyelenggaraan operasi SAR tentu harus didahului adanya suatu keadaan (situasi) yang memerlukan pelayanan jasa SAR. Berarti harus ada informasi adanya suatu musibah yang mengkhawatirkan atau dikhawatirkan akan terjadi atau musibah yang sedang terjadi. Penyelenggaraan operasi SAR ini akan berlangsung bila didukung oleh 5 kompoen, yaitu : Organisasi – Fasilitas – Komunikasi – Pelayanan Darurat Medik – Dokumentasi 1. Organisasi Organisasi dalam penyelenggaraan operasi SAR ini merupakan organisasi khusus yang dibentuk untuk jangka waktu tertentu (operasi SAR) agar dapat dilakukan koordinasi dan pengendalian unsur-unsur SAR yang ada sehingga kegiatan menjadi efektif dan hasil yang optimal. Untuk itu, perlu dikenal tugastugas, tanggung jawab serta hubungan koordinasi atau pengendalian antara SC (SAR Coordinator), SMC (SAR Mission Coordinator), OSC (On Scene Commander) dan SRU (Search Rescue Unit). 1. SC (SAR Coordinator) Adalah pejabat yang mampu memberikan dukungan kepada KKR/SKR dalam menggerakkan unsur-unsur operasi SAR karena jabatan dan wewenang yang dimilikinya. Kemudian unsur ini diserahkan kepada SMC untuk digunakan dalam operasi SAR. 2. SMC (SAR Mission Coordinator) Adalah pejabat yang ditunjuk kepala BASARNAS/KKR/SKR karena memiliki kualifikasi yang ditentukan atau telah melalui pendidikan sebagai seorang SMC yang diakui. SMC ini yang akan mengkoordinasikan dan mengendalikan operasi SAR dari awal sampai selesai. SMC ini mempunyai tugas dan tanggung jawab mengenai : Mendapatkan informasi musibah. Informasi mengenai keadaa cuaca dan laut. Menentukan daerah pencarian dan cara serta fasilitas yang akan digunakan. Membagi-bagi daerah pencarian. Mengadaakan briefing terhadap unsur SAR yang dilibatkan. Mengevaluasi setiap perkembangan (berdasarkan data-data yang diterima). Melaporkan kegiatan operasi secara teratur ke BASARNAS/KKR/SKR. Mengatur dropping pembekalan. Mengadakan koordinasi dengan KKR/SKR tetangga apabila pencarian tidak terbatas pada suatu wilayah SAR saja. Menyarankan penghentian usaha pencarian bila dipandang perlu. Membebaskan unsur SAR dan menghentikan kegiatan hanya karena bantuan mereka tidak diperlukan. Membuat laporan terakhir perihal keadaan hasil operasi SAR yang telah dilaksanakan. Pada umumnya operasi SAR dapat dikendalikan dari KKR/SKR, meski pun demikian bila tidak mungkin maka SMC dapat memutuskan untuk pindah sementara waktu ke tempat yang lebih dekat dengan tempat terjadinya kecelakaan dan mengendalikan jalannya operasi SAR dari tempat tersebut. 3. OSC (On Scene Commander) Adalah seorang pejabat yang ditunjuk oleh SMC untuk mengkoordinasikan dan mengandalikan unur-unsur SAR di lapangan. Berarti OSC ini melaksanakan sebagian tugas-tugasnya SMC yang didelegasikan kepadanya. OSC ini baru ada/ditunjuk bilas SMC merasa perlu adanya, untuk membantu kelacaran tugas-tugasnya. Dan persyaratan sebagai OSC sama dengan persyaratan yang diperlukan SMC. Di Indonesia saat ini adanya seorang OSC dalam operasi SAR dirasakan perlu karena belum lancarnya komunikasi yang ada dan luasnya area pencarian. “
◄
38
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
2.
3.
4.
5.
4. SRU (Search Rescue Unit) Adalah unsur SAR yang dioperasikan pada kegiatan SAR dan mengikuti pentahapan penyelenggaraan operasi, SRU ini bisa berupa unsur SAR dari berbagai organisasi/instansi yang diperlukan dan diperbantukan/ ditugaskan oleh instansi induknya atau merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam operasi SAR. Fasilitas Yang dimaksud fasilitas SAR adalah pendukung dari seluruh penyelenggaraan operasi SAR, dapat berupa fasilitas milik pemerintah, swasta, perusahaan, kelompok masyarakat maupun perorangan yang digunakan dalam operasi SAR. Jenisnya dapat berupa personil, pesawat, kapal laut, fasilitas komunikasi, tenaga-tenaga khusus terlatih, peralatan emergency, dll Komukasi Komunikasi ini akan berperan : Peyampaian keadaan emergency. Untuk menanggapi atau memberi respondan melanjutkan informasi pada berbagai pihak yang terkait dalam operasi SAR Untuk mengendalikan suatu operasi. Di dalam komunikasi SAR ini termasuk juga sinyal-sinyal darurat, komunikasi operasi SAR, penyampaian informasi SAR, fasilitas komunikasi yang dapat digunakan dan jaringan komunikasinya. Tanpa adanya komunikasi maka pelaksanaan operasi tidak dapat berjalan dengan efektif dan efisien sesuai dengan hasil yang diharapkan. Pelayanan Darurat Medik Memberikan perawatan gawat darurat semampu mungkin kepada korban yang cidera, agar korban bertahan hidup dalam usaha pertolongan. Termasuk di dalamnya penerapan keahlian-keahlian pertolongan pertama darurat kepada korban di lokasi kejadian serta evaluasi dan transportasi korban ke Rumah Sakit atau pihak lain yang menangani lebih lanjut. Dokumentasi Memberikan semua data dan analisa dari informasi yang berhubungan dengan misi SAR termasuk semua data yang diterima pada tahap kekhawatiran sampai tahap terakhir konklusi misi, khususnya dimasukkan cerita/catatan baik secara tertulis atau visual (gambar/foto). Dan ini merupakan bahan untuk evaluasi kegiatan dan merupakan pedoman bagi kegiatan selanjutnya
“
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
39
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
MOUNTAINEERING, SURVIVAL DAN NAVIGASI DARAT Oleh : PALWA “51” STAIN KUDUS 1. Sejarah Gunung Hutan Pendakian gunung sebenarnya telah dilakukan oleh para nenek moyang kita yang dimulai dengan bapak manuasia Nabi Adam AS yang menjelajahi bukit tursina untuk mencari cintanya Siti Hawa. Siti Hajar yang telah lintas dari bukit marwah ke bukit Safa ditemani dengan sherpa JIBRIL untuk mencari air bagi ismail yang lagi kehausan. Dan pendakian demi pendakian hingga saat ini masih terus berlangsung dan kelak (tak lama lagi ) giliran kalian untuk melanjutkan amanah menjaga kelanggengan kemanusian. 2. Pengertian Gunung Hutan Mountaineering berasal dari kata “mountain” yang berarti gunung. Mountaineering adalah kegiatan mendaki gunung yang terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu : Hill Walking. Merupakan perjalanan pendakian bukit-bukit yang landai, tidak mempergunakan peralatan dan teknis pendakian Scrambling. Merupakan pendakian pada tebing batu yang tidak terlalu terjal. Tangan hanya digunakan sebagai keseimbangan Climbing. Merupakan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik pendakian 3. PERSIAPAN DALAM SEBUAH PERJALANAN 1. Dapat berpikir secara logis.Ini adalah elemen yang terpenting dalam membuat keputusan selama pendakian, dimana cara berpikir seperti ini lebih banyak mempertimbangkan faktor safety atau keselamatannya. 2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan.Meliputi pengetahuan tentang medan ( navigasi darat) ,cuaca dan teknik pendakian , pengetahuan tentang alat pendakian atau pemanjatan dan sebagainya. 3. Dapat mengkoordinir tubuh kita. koordinasi antara otak dengan anggota tubuh. Haruslah terdapat keseimbangan antara apa yang dipikirkan Otak dan apa yang sanggup dilakukan oleh tubuh. Keseimbangan antara emosi dan kemampuan diri. Ketenangan dalam melakukan tindakan . 4. kondisi fisik yang memadai. Ini dapat dimengerti karena mendaki gunung termasuk dalam olahraga yang cukup berat . Seringkali berhasil tidaknya suatu pendakian / pemanjatan bergantung pada kekuatan fisik. Untuk mempunyai kondisi fisik yang baik dan selalu siap maka jalan satu-satunya haruslah berlatih. 5. Berdoa 4. PERSIAPAN BAGI SEORANG PENDAKI GUNUNG Untuk menjadi seorang pendaki gunung yang baik diperlukan beberapa persyaratan antara lain : 1. Sifat mental. Seorang pendaki gunung harus tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan di alam terbuka. Tidak mudah putus asa dan berani, dalam arti kata sanggup menghadapi tantangan dan mengatasinya secara bijaksana dan juga berani mengakui keterbatasan kemampuan yang dimiliki. 2. Pengetahuan dan keterampilan Meliputi pengetahuan tentang medan, cuaca, teknik-teknik pendakian pengetahuan tentang alat pendakian dan sebagainya. 3. Kondisi fisik yang memadai Mendaki gunung termasuk olah raga yang berat, sehingga memerlukan kondisi fisik yang baik. Berhasil tidaknya suatu pendakian tergantung pada kekuatan fisik. Untuk itu agar kondisi fisik tetap baik dan siap, kita harus selalu berlatih. 4. Etika Harus kita sadari sepenuhnya bahwa seorang pendaki gunung adalah bagian dari masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku yang harus kita pegang dengan teguh. Mendaki gunung tanpa memikirkan keselamatan diri bukanlah sikap yang terpuji, selain itu kita juga harus “
◄
40
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
menghargai sikap dan pendapat masyarakat tentang kegiatan mendaki gunung yang selama ini kita lakukan. 5. PERLENGKAPAN Untuk perjalanan ilmiah dan kemanusiaan, bisa pula dikelompokkan berdasarkan jenis medan yang dihadapi. Dari setiap kegiatan tersebut, kita dapat mengelompokkan perlengkapannya sebagai berikut : 1. Perlengkapan dasar, meliputi : o Perlengkapan dalam perjalanan / pergerakkan o Perlengkapan untuk istirahat o Perlengkapan makan dan minum o Perlengkapan mandi o Perlengkapan pribadi 2.
Perlengkapan khusus, disesuaikan dengan perjalananan,
misalnya o Perlengkapan penelitian (kamera, buku, dll) o Perlengkapan penyusuran sungai (perahu, dayung, pelampung, dll) o Perlengkapan pendakian tebing batu (carabineer, tali, chock, dll) o Perlengkapan penelusuran gua (helm, headlamp/senter, harness, sepatu karet, dll) 6. PERLENGKAPAN PRIBADI Sepatu, ada beberapa tipe sepatu yang dirancang khusus untuk berbagai jenis perjalanan. Sepatu yang baik adalah yang dapat memberikan perlindungan bagi kaki dan cocok untuk jenis perjalanan. Pakaian, harus dapat melindungi si pemakai dari gangguan medan dan cuaca. Meliputi pakaian untuk kepala, badan, tangan dan kaki. Perlengkapan tambahan, meliputi bekal makanan / minuman, senter, pisau, perlengkapan menginap / tidur, dll. Mengingat pentingnya penyusunan perlengkapan dalam suatu perjalanan, maka sebelum memulai kegiatan, sebaiknya dibuatkan check-list terlebih dahulu. Perlengkapan dikelompokkan menurut jenisnya, lalu periksa lagi mana yang perlu dibawa dan tidak. Apabila perjalanan kita lakukan dengan berkelompok, maka check-list nya untuk perlengkapan regu dan pribadi. Dalam perjalanan besar dan memerlukan waktu yang lama, kita perlu menentukan perlengkapan dan perbekalan mana saja yang dibawa dari rumah atau titik keberangktan, dan perlengkapan atau perbekalan mana saja yang bisa dibeli di lokasi terdekat dengan tujuan perjalanan kita. 7. PERENCANAAN PERLENGKAPAN PERJALANAN : Keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perencanaan dan perbekalan yang tepat. Dalam merencanakan perlengkapan perjalanan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah : 1. mengenai lokasi, perizinan 2. hitung berapa orang atau kelmpok(menetukan ketua,sktrs,bnda) 3. Mengenal jenis medan yang akan dihadapi (hutan, rawa, tebing, dll) 4. Menentukan tujuan perjalanan (penjelajahan, latihan, penelitian, SAR, 5. Mengetahui lamanya perjalanan (misalnya 3 hari, seminggu, sebulan, 6. Mengetahui keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa beban 7. Memperhatikan hal-hal khusus (misalnya : obat-obatan tertentu) Setelah mengetahui hal-hal tersebut, maka kita dapat menyiapkan perlengkapan dan perbekalan yang sesuai dan selengkap mungkin, tetapi beratnya tidak melebihi sepertiga berat badan (sekitar 15-20 kg), walaupun ada yang mempunyai kemampuan mengangkat beban sampai 30 kg. Dari kegiatan penjelajahan, ada beberapa jenis perjalanan yang disesuaikan dengan medannya, yaitu : 1. Perjalanan pendakian gunung 2. Perjalanan menempuh rimba 3. Perjalanan penyusuran sungai, pantai dan rawa 4. Perjalanan penelusuran gua 5. Perjalanan pelayaran “
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
41
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
Mendaki gunung adalah suatu olah raga keras, penuh petualangan dan membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan serta daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan merupakan daya tarik dari kegiatan ini. Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri dan untuk bisa menyatu dengan alam. Keberhasilan suatu pendakian yang sukar, berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan diri sendiri. 8. KLASIFIKASI PENDAKIAN Tingkat kesulitan yang dimiliki setiap orang berbeda-beda, tergantung dari pengembangan teknik-teknik terbaru. Mereka yang sering berlatih akan memiliki tingkat kesulitan / grade yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang baru berlatih. Klasifikasi pendakian berdasarkan tingkat kesulitan medan yang dihadapi (berdasarkan Sierra Club) : Kelas 1 : berjalan tegak, tidak diperlukan perlengkapan kaki khusus (walking). Kelas 2 : medan agak sulit, sehingga perlengkapan kaki yang memadai dan penggunaan tangan sebagai pembantu keseimbangan sangat dibutuhkan (scrambling). Kelas 3 : medan semakin sulit, sehingga dibutuhkan teknik pendakian tertentu, tetapi tali pengaman belum diperlukan (climbing). Kelas 4 : kesulitan bertambah, dibutuhkan tali pengaman dan piton untuk anchor/penambat (exposed climbing). Kelas 5 : rute yang dilalui sulit, namun peralatan (tali, sling, piton dll), masih berfungsi sebagai alat pengaman (difficult free climbing). Kelas 6 : tebing tidak lagi memberikan pegangan, celah rongga atau gaya geser yang diperlukan untuk memanjat. Pendakian sepenuhnya bergantung pada peralatan (aid climbing). Hubungan Gunung Hutan dengan Survival 1. Kelalaian 2. Tidak tahu teknik-teknik Gunung Hutan 3. Tidak memenuhi persyaratan Gunung Hutan 4. Mengabaikan perlengkapan-perlengkapan Gunung Hutan 5. Kurang skil pengetahuan Gunung Hutan SURVIVAL 1) Pengertian Survival Survival berasal dari kata survive yang berarti bertahan hidup. Survival adalah berusaha bertahan hidup dialam bebas dalam hambatan alam sebelum mendapatkan pertolongan. S : Sadari situasi mu U : Untung malang, tergantung ketenangan kita R : Rasa takut dan panik harus dikuasai V : Vakum atau kekosongan isilah dengan suatu kegiatan I : Ingatlah selalu engkau berada V : Vipa hargailah hidup A : Adat istiadat setempat harus dikuasai L : Latihlah dirimu dan belajarlah selalu 2) Survivor Adalah pelaku survival yang dimana survivor itu sedang survival atau bertahan hidup. Yang harus dimiliki seorang Survivor adalah - Sikap mental - Pengetahuan - Pengalaman dan latihan - Peralat atau survival Kit 3) Jenis-Jenis Survival - Kelompok - Individu “
◄
42
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
4) Faktor Yang Mempengaruhi Survival 1. Masalah Alam (Cuaca, Keadaan Medan dll) Masalah dalam hal ini yang sering muncul, yakni : Faktor Dingin Penurunan suhu tubuh lebih dari 350 dapat menyebabkan kematian. Penurunan suhu tubuh dari suhu normal ini biasa disebut Hypothermia/Hipotermia Cirri-ciri Hypothermia : Badan menggigil kedinginan Bibir, ujung jari dan telinga terasa dingin dan membiru (pucat) Kaku dan terasa sulit saat berbicara (kondisi ini menunjukan penderita mengalami tahap kritis/parah) Pencegahannya : Mengganti energy melalui metabolisme tubuh Membuat bivak/shelter Menyalakan/membuat perapian (api unggun) Usahakan untuk mencari pertolongan secepatnya Faktor Panas Menurut beberapa ahli “panas jarang menyebabkan kematian tetapi bukan berarti tidak ada kematian yang disebabkan oleh panas”. Gangguan yang disebabkan panas diantaranya : Sunstroke (Sengatan Sinar Matahari) Sunburn (Terbakar Matahari) Sunblink (Buta Akibat Pantulan Matahari) Combustio (Luka Bakar) Heat Exhaustion (Kelelahan/Keletihan Karena Panas) Dan Faktor-Faktor Lainnya Masalah Diri Sendiri 1. Faktor Fisik 2. Faktor Mental Adapun faktor keberhasilan survival diantaranya adalah sebagai berikut : Kebulatan tekad untuk tetap hidup Kepercayaan diri Akal sehat dan inisiatif Disiplin dalam rencana kegiatan Alat survival yang memadai 3. Faktor Pengetahuan Dan Keterampilan Masalah Makhluk Hidup Lainnya 1. Faktor Diri Sendiri Prinsip yang perlu untuk di ingat : • Hadapi situasi dengan tenang dan bijaksana • Istirahat untuk menghilangkan rasa cemas, takut dan panik • Perhatikan kondisi tubuh • Ingat pengetahuan yang dimiliki 2. Faktor Manusia Masalah yang berpengaruh adalah menghadapi manusia/penduduk asli, perlu di ingat : • Hormati adat istiadat setempat • Ikuti kebiasaan yang berlaku • Selalu bertindak dengan sopan. 3. Faktor Binatang Kenali sifat-sifat binatang, segera lakukan tindakan untuk menghindari hal-hal yang mengancam jiwa kita Faktor Tumbuhan Jangan memakan tumbuhan yang ada sebelum yakin bahwa tumbuhan tersebut mengandung racu 5) Yang Harus diLakukan saat Survival Jika kita dalam keadaan tersesat atau mengalami musibah ingat lah arti survival ini agar dapat membantu kita keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika kita tersesat yaitu istilah STOP S : Stop T : Thinking O : Observasi P : Planning “
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
43
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
6) Kebutuhan dasar survival antara lain : 1. Makanan bagian tumbuhan yang dapat dimakan, syarat-syarat fisik makanan yang layak untuk dimakan, hindari tumbuhan berwarna mencolok, hindari tumbuhan bergetah kecuali yang sudah dikenal aman dimakan, Mencoba mencicipi sedikit atau mengoleskan kekulit biasanya tumbuhan yang berbahaya akan menimbulkan efek gatal, merah dan panas pada tubuh, jangan memakan tumbuhan yang meragukan untuk dimakan. Bagian tumbuhan yang dapat dimakan adalah a. Makanan dari Hewan Binatang lunak Unggas Serangga Binatang bertulang belakang Reptil b. Makanan dari tumbuhan Buah Batang Daun Akar atau umbi 1. Ciri-ciri tumbuhan yang dapat dimakan Bagian tumbuhan yang masih muda (Pucuk/Tunas) Tumbuhan yang tidak mengandung getah Tumbuhan yang tidak berbau Tumbuhan yang tidak berbau kurang sedap Tumbuhan yang dimakan oleh hewan mamalia 2. Langkah-langkah yang perlu dilakukan apabila akan memakan tumbuhan Makan tumbuhan yang sudah dikenal Makan tumbuhan jangan satu jenis tumbuhan saja Perhatikan apakah hewan sekitarnya dapat memakan tumbuhan tersebut atau tidak Hindari dan berhati-hatilah pada tumbuhan atau buah-buahan yang berwarna mencolok Hindari tumbuhan yang mengeluarkan getah berwarna\putih/getah seperti sabun Hindari tumbuhan yang rasanya tidak enak (Pahit dan Asam) Tumbuhan yang akan dimakan dicoba dulu dengan mengoleska pada tangan atau dicicipi terlebih dahulu, tunggu beberapa menit kemudian apabila terasa gatal dan menyengat, sebaiknya tumbuhan tersebut jangan dimakan Apabila pemeriksaan atau pengenalan awal dirasa cukup aman, maka cicipi dulu setiap bahan makanan yang didapat sedikit demi sedikit Berhati-hatilah terhadap biji-bijian yang berwarna merah/merah tua 2. Air syarat-syarat fisik air bersih yang layak untuk diminum adalah tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. a. Sumber air antara lain : - Mata air - Sungai - Air hujan - Embun “
◄
44
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
- Tumbuhan (Rotan, pisang, lumut) - Dan air galian tanah b. Cara mencari air - Salah satunya dengan kondensasi yaitu membukus rating pohon - Tumbuhan-tumban seperti pohon pisang 3. Tempat Tinggal Bivak adalah tempat perlindungan sementara yang dapat memberikan kenyamanan dan melindungi dari panas, dingin, hujan dan angin. Bivak dibagi menjadi 2 yaitu: a. Bivak alami, yaitu bivak yang memang sudah dapat dijadikan tempat berteduh tanpa harus kita rangkai kembali seperti goa. b. Bivak buatan, yaitu bivak yang kita rangkai atau kita buat hingga dapat dijadikan tempat berteduh. Dapat memanfaatkan bahan yang ada di alam atau disekitar kita seperti dedaunan atau ranting. Kemudian kita juga dapat memakai ponco untuk dijadikan tempat berteduh 7) Survival kit Survival Kit adalah Peralatan dan perlengkapan yang digunukan dalam keadaan Survival atau dalam keadaan bertahan hidup di Alam Bebas. Survival Kit, tentunya itu bukan hanya sekedar nama saja, hal tersebut bisa dikatakan hal yang paling diutamakan dalam kegiatan Mendaki Gunung, Tetapi masih banyak orang yang menganggap dan seringkali menganggab reme hal tersebut. Peralatan Survival KIT - Korek api kedap udara , - Pematik - Lilin - Kaca pembesar - Jarum - Benang - Kail dan senarnya - Sol sepatu dan benang - Kompas - Senter - Obat- obatan - Pisau lipat 8) Menentukan arah a. Kompas b. Matahari Ini cara dasar biasanya matahari terbit dari arah timur dan tenggelam di barat. Nidilakuan pagi dan sore - Bila pagi hari sejajar arah matahari pada pukul 3 maka pukul12 adalah utara dan pukul 6 adalah selatan - Bila sore hari sejajar arah matahari pada pukul 9 maka pukul 12 adalah utara dan 6 adalah selatan c. Pohon Perhatikan setiap sisi batang pohon ,sisipohon berbatang besar yang biasanya selalu terkena sinar matahari dan tidak berlumut menunjukan arah timur. Demikian sebaliknya jika batang pohon banyak ditumbuhi lumut menunjukan arah barat , jika tersesatnya pada malam hari coba raba sisi pohon yang hangat menunjukan arah barat d. Menggunakan jarum Jarum yang digosokan dipermukaan kain yang kering dan dilatakan kedaun atau gabus . gabungkan jarum dan gabus/dauin kemudian diletakan kedalam mangkuk berisi air sehinga mengapung. Jarum yang telah digosokan kekain tersebut akan selalu menunjukan arah utara dan selatan e. Mentukan utara dengan dua bayangan - Tancapkan sebuah tongkat pendek dan beri tanda ujung bayangan tongkat - Tunggu 15-30 menit lalu beri tanda lagi pada ujung bayangan tongkat “
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
45
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
Buat garis lulus antara tanda pertama dan tanda kedua, membuat gris tegak lulus 90derajat dan garis yang kita peroleh dari titik bayangan tadi 9) Tanda darurat a. Dengan asap b. Dengan ranting c. Dengan suara peluit, teriakan, cahaya, api, kain atau bendera -
10) Pengobatan Beberapa jenis Tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dan dikonsumsi untuk dijadikan Obat maupun Keperluan lainya didalam hutan pada saat kondisi dalam keadaan Survival, yaitu: 1. Lumut hati, bila diamakan dapat digunakan sebagai obat hepatitis (Penyakit Hati) 2. Antanan atau Gagan (Kaki Kuda) daunnya bila dimakan atau dikunya, dapat sebagai obat Sakit Perut, Batuk, Asma dan Sariawan 3. Kaliandra, dauN dan biji mudanya dapat sebagai obat Sariawan 4. Sembung manis, jenis tumbuhan herbal yang daunnya dapat digunakan untuk sakit panas dan sakit perut. 5. Kiurat, daunnya untuk obat luar, seperti luka dan salah urat (keseleo) 6. Numpong, daunnya dihaluskan untuk obat luka. 7. Getah kamboja, untuk menghilangkan bengkak Masih banyak jenis tumbuhan obat yang berasal dari hutan, tetapi untuk penggunaannya harus dicampur dan diolah bersama jenis tumbuhan lainnya sehingga menjadi jamu untuk mengobati sakit tertentu 8. Untuk bahan bakar Kayu dan ranting kering, getah damar dan getah pinus yang mengandung terpetin. 9. Untuk membuat atap bivoak Daun anggrek tanah atau congkok, daun honje, daun pisang, daun pandan hutan, daun palem hutan, daun aren dan daun paku sarang burung yang biasa menempel pada hutan besar Kebutuhan survival Yang harus dipunyai oleh seorang survivor 1. Sikap mental – Semangat untuk tetap hidup – Kepercayaan diri – Akal sehat – Disiplin dan rencana matang – Kemampuan belajar dari pengalaman 2. Pengetahuan – Cara membuat bivak – Cara memperoleh air – Cara mendapatkan makanan – Cara membuat api – Pengetahuan orientasi medan – Cara mengatasi gangguan binatang – Cara mencari pertolongan 3. Pengalaman dan latihan – Latihan mengidentifikasikan tanaman – Latihan membuat trap, dll 4. Peralatan – Kotak survival – Pisau jungle , dll 5. Kemauan belajar Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat : • Mengkoordinasi anggota • Melakukan pertolongan pertama • Melihat kemampuan anggota • Mengadakan orientasi medan • Mengadakan penjatahan makanan “
◄
46
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
• Membuat rencana dan pembagian tugas • Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia luar • Membuat jejak dan perhatian • Mendapatkan pertolongan Bahaya-bahaya dalam survival Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain : 1. Ketegangan dan panik Pencegahan : – Sering berlatih – Berpikir positif dan optimis – Persiapan fisik dan mental 2. Matahari / panas – Kelelahan panas – Kejang panas – Sengatan panas Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas : – Penyakit akut/kronis – Baru sembuh dari penyakit – Demam – Baru memperoleh vaksinasi – Kurang tidur – Kelelahan – Terlalu gemuk – Penyakit kulit yang merata – Pernah mengalami sengatan udara panas – Minum alkohol – Dehidrasi Pencegahan keadaan panas : – Aklimitasi – Persedian air – Mengurangi aktivitas – Garam dapur – Pakaian : – Longgar – Lengan panjang – Celana pendek – Kaos oblong 3. Serangan penyakit – Demam – Disentri – Typus – Malaria Bahan penyala yang baik adalah kawul terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren Survival kit Ialah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan : • Perlengkapan memancing • Pisau • Tali kecil • Senter • Cermin suryakanta, cermin kecil • Peluit • Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air • Tablet garam, norit • Obat-obatan pribadi • Jarum + benang + peniti “
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
47
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
• dll NAVIGASI DARAT Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita. Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada dimedan sebenarnya yang di proyeksikan pada peta. Beberapa media dasar navigasi darat adalah : Peta Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis kontur. Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta : Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas permukaan laut. Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada dua macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis berada dibawah skala angka). Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa peta. Koordinat Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garisgaris yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu : 1. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Analisa Peta “
◄
48
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta. Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di peta tersebut. 1. Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya. 2. Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan : o Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan o Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah o Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah o Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal mempunyai kontur rapat. Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi: 1. Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya. 2. Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak 3. Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat. 4. Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian 5. Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian 6. Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran. 7. Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk 8. Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan Kompas Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah utaraselatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari : Badan, tempat komponen lainnya berada Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal. Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin. Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien. “
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
49
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat Cttn: saat ini sudah banyak digunakan GPS [global positioning system] dengan tehnologi satelite untuk mengantikan beberapa fungsi kompas. Orientasi Peta Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta: 1. Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok. 2. Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar 3. Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya 4. Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan 5. Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan. Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah metode resection. Resection Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas). Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti. Langkah-langkah melakukan resection: 1. Lakukan orientasi peta 2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah 3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut (untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2). 4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat. 5. Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan. 6. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta. Intersection Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta. Syaratnya, sebelum “
◄
50
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu. Langkah-langkah melakukan intersection adalah: 1. Lakukan orientasi peta 2. Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta. 3. Bidik obyek yang kita amati 4. Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta 5. Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3 6. Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud. Azimuth – Back Azimuth Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara: Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth. 2. Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui. 3. Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth. 4. Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth). Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.
“
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.
◄
51
►
DIKLATAMA’15 CBP IPNU & KPP IPPNU Kecamatan Kota Kudus
BIODATA PEMILIK BUKU MATERI DIKLATAMA DKAC CBP IPNU – KPP IPPNU KECAMATAN KOTA KUDUS TAHUN 2015 NAMA
: ........................................................................................
TTL
: ........................................................................................
ALAMAT LENGKAP
: ........................................................................................ ........................................................................................
HOBBI
: ........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................
CITA-CITA
: ........................................................................................ ........................................................................................
MOTTO
: ........................................................................................ ........................................................................................
Kudus,
Juni 2015
Pemilik
.....................
“
◄
52
►
Di Buper Ronggo Kusumo Klaling Jekulo 25 – 27 Sya’ban 1436 H./ 11 – 13 Juni 2015 TU.