ANALISIS KUALITAS AIR DI LINGKUNGAN UIN MALIKI MALANG BERDASARKAN KUANTITAS BAKTERI COLIFORM
Endang Purwanti/ 16620066
Lata Belakang
Air bersih sebagai salah satu unsur terpenting dalam kehidupan manusia harus selalu tersediadalam kualitas yang baik agar layak untuk digunakan. Air bersih harus memenuhi syarat-syarat kualitas air agar aman ketika digunakan, baik untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktifitas sehari-hari termasuk sanitasi. Menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air bersih untuk dikonsumsi adalah tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat.
Kebutuhan akan air bersih terus mengalami peningkatan seiring berjalannya waktu. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, alam telah menyediakan sumber air yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Meskipun begitu, terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya lainnya. Kandungan bakteri tersebut dapat dibunuh dengan memasak air hingga mencapai suhu 100o C, namun beberapa zat berbahaya, terutama logam tidak dapat dihilangkan dengan cara ini.
Pemanfaatan sumber air dari alam juga dilakukan di wilayah kampus Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang, dimana air merupakan kebutuhan yang sangat penting di kampus tersebut. Hal ini dikarenakan UIN Maliki Malang mewajibkan selurh mahasiswa barunya untuk menetap di ma'had (asrama) selama satu tahun pertama, sehingga kebutuhan akan air bersih menjadi tinggi.
Beberapa kesulitan mulai dialami para mahasantri ketika masalah air mulai muncul, diantara air yang keruh, alirannya kecil atau bahkan mati. Anyak faktor yang dapat menyebabkan masalah-masalah tersebut, seperti adanya bahan pencemar sehingga air keruh, airan yang tersumbat, ataupun menurunnya debit air. Ketika ma'had, mahasantri dilarang untuk melakukan aktivitas memasak, namun beberapa mahasantri tetap melakukan aktivitas tersebut dengan memanfaatkan air kran di kamar mandi yang belum terjamin kualitasnya. Maka dari itu itu, terdapat resiko terkena penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air.
Mengonsumsi air yang tidak sehat merupakan salah satu faktor utama perkembangan penyakit yang ditularkan melelui air, termasuk hepatitis, tifus, dan diare. Penyakit yang ditularkan melalui air biasanya diakibatkan oleh bakteri coliform. Mereka biasa ditemukan di saluran sistem pengolahan air. Bakteri ini pada dasarnya tidak berbahaya, coliform hidup di dalam kotoran hewan berdarah panas dan kotoran manusia. Beberapa patogenyang telah dikenal sejak beberapa dekade lalu adalah Giardia lamblia (giardiasis), Crytosporidium (crytosporidiosis), hepatitis A (penyakit terkait hati), dan Helminths (cacing parasit).
Bakteri coliform dalam air minum dikategorikan menjadi tiga golongan, yaitu coliform total, fecal coliform, dan E. Coli. Masing-masing memiliki tingkat resiko yang berbeda. Coliform total kemungkinan bersumber dari lingkungan dan tidak mungkin berasal dari pencemaran tinja. Sementara itu, fecal koliform dan E. Coli yang mencemari air memiliki resiko yang langsung dapat dirasakan oleh manusia yang mengonsumsinya.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi bagaimana kualitas air di lingkungan kampus UIN Maliki Malang. Analisa kualitas air dilakukan menggunakan tiga macam sampel, yaitu air got, air kran, dan air bermerek yang ketiganya diambil di wilayah UIN Maliki Malang. Air got berasal dari pembuangan kamar mandi ma'had, air kran berasal dari air dalam kamar mandi ma'had, dan air bermerek yang diambil dari salah satu merek air kemasan yang disekitar UIN Maliki Malang.
Pengujian kuantitas bakteri dilakukan dengan metode MPN (Most Probable Number). Digunaka mtode tersebut karena pelaksanaannya relatif cepat dan sederhana apabila dibandingkan dengan metode lainnya. Pada metode MPN, akan dilakukan prosedur yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu uji pendugaan, uji penegas (confirmed test), dan uji pelengkap (complete test) sehingga diperoleh data kuantitas bakteri dalam air.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut:
Bagaimana bakteri coliform sebagai indikator kualitas air?
Bagaimana analisa kualitas ai dengan metode MPN (Most Probably Number)?
Bagaimana kualitas air di lingkungan UIN Maliki Malang serta bagaimana solusinya?
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk menginformasikan bakteri coliform sebagai indikator kualitas air.
Untuk menginformasikan analisa kualitas ai dengan metode MPN (Most Probably Number).
Untuk menginformasikan kualitas air di lingkungan UIN Maliki Malang serta bagaimana solusinya.
4.1 Bakteri Coliform Sebagai Indikator Kualitas Air
Bakteri coliform merupakan suatu kelompok bakteri heterogen, berbentuk batang, gram negatif, aerob dan anaerob fakultatif. Pada kondisi aerob, bakteri ini mengoksidasi asam amino, sedangkan jika tidak terdapat oksigen, metabolisme bersifat fermentatif, dan energi diproduksi dengan cara memecah laktosa menjadi asam organik dan gas dalam waktu 24-48 jam, pada suhu 350 C (Suriawira 1996). Bakteri coliform secara umum memiliki sifat dapat tumbuh pada media agar sederhana, koloni sirkuler dengan diameter 1-3 mm, sedikit cembung, permukaan koloni halus, tidak berwarna atau abu-abu dan jernih (Farida 2009).
Bakteri coliform di bedakan menjadi 2 tipe, yaitu non fecal dan fecal coliform. Contoh dari tipe non fecal coliform adalah Enterobacter dan klebsiella. Enterobacter dan Klebsiella ini biasanya ditemukan pada hewan dan tanaman yang telah mati. Tipe dari bakteri coliform ini dapat menyebabkan penyakit saluran pernafasan. Contoh dari tipe fecal coliform adalah bakteri Escherechia coli, merupakan bakteri yang berasal dari kotoran manusia dan hewan. Tipe dari bakteri coliform ini dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan (Artianto 2009).
Coliform merupakan suatu golongan bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik di dalam air, jadi adanya bakteri coliform pada air menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air pernah mengalami kontak dengan feses yang berasal dari usus manusia (Supardi 1999). Standart air minum untuk jumlah coliform fecal yaitu 0 per 100 ml (Fardiaz 1993). Bakteri coliform di dalam perairan menunjukkan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula resiko kehadiran bakteri patogen lainnya (Suprihatin 2003). Keberadan coliform lebih merupakan indikasi dari kondisi prosessing atau sanitasi yang tidak memadai dan keberadaannya dalam jumlah tinggi dalam air minum menunjukkan adanya kemungkinan pertumbuhan Salmonella, Shigella dan Staphylococcus (Eulis et al 2008)
E. coli adalah bakteri Gram–negatif, anaerobik fakultatif dan non spora. Sel sel biasanya berbentuk batang yang panjangnya sekitar 2 mikrometer (um) dan diameternya 0,5 um, dengan volume sel 0,6-0,7 um. E. coli dapat hidup di berbagai substrat dan melakukan fermentasi asam campuran dalam kondisi anaerob (Suriawaria, 1996). Keberadaan E. coli dapat dideteksi dengan menginokulasikan pada media Eosin Methilene Blue yaitu media selektif diferensial untuk deteksi dan isolasi bakteri Gram negatif. Eosin Methilene Blue mengandung pewarna metilen blue yang akan menghambat pertumbuhan organisme Gram positif. Pada lingkungan yang asam, EMB agar akan mengeluarkan bentuk presipitat pada koloni E. coli, menghasilkan pusat hitam ditengah dan kemilau hijau metalik (Cappucino and Sherman, 1996). Eosin Methilene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasi laktosa seperti E. coli dengan mikroba yang tidak memfermentasi laktosa seperti Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam (Suwandi, 1999).
4.2 Analisa Kualitas Ai Dengan Metode MPN (Most Probably Number)
Kualitas air dapat diuji dengan beberapa cara, yaitu secara fisika, kimia, dan biologi. Secara biologi, kualitas air dapat diuji berdasarkan ada tidaknya organisme, yaitu bakteri yang hidup di dalamnya. Salah satu metode untuk pengujian kuantitas bakteri dalam air adalah metode MPN (Most Probable Number). Digunakan metode MPN dalam penelitian ini karena dalam pelaksanaannya relatif cepat dan sederhana apabila dibandingkan dengan metode lainnya. Pada metode MPN, akan dilakukan prosedur yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu uji pendugaan, uji penegas (confirmed test), dan uji pelengkap (complete test).
Metode perhitungan MPN memiliki prinsip kerja dengan menggunakan larutan sebagai media pertumbuhan atau disebut sebagai media cair (broth) yang ditempatkan dalam tabung reaksi. Hasil perhitungannya dilakukan dengan melihat jumlah tabung yang positif gas. Umumnya setiap pengenceran digunakan 3-5 buah tabung. Lebih banyak tabung yang digunakan menunjukan ketelitian yang lebih tinggi.
Pengenceran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga beberapa tabung ditumbuhi satu sel saja sedangkan tabung lain tidak mengandung sel. Setelah inkubasi diharapkan pada beberapa tabung terjadi pertumbuhan (+) sedangkan lainnya (-). Pemilihan kombinasi yaitu berdasrkan pada pengenceran terakhir dimana semua tabung memberikan reasi positif, kemudian diambil dua pengenceran berikutnya (Marsela: 2015).
Perhitungan koloni bakteri berdasarkan atas aktivitas bakteri tersebut dalam melakukan metabolisme. Metode ini disebut juga sebagai MPN (Most Probable Number). Bahan uji yang akan dihitung populasi diencerkan beberapa kali, dilanjutkan dengan inokulasi hasil pengenceran tersebut dalam media tertentu yang dapat mendeteksi adanya aktifitas metabolisme bakteri uji. Hasil yang diperoleh kemudian dirujuk pada tabel MPN, sehingga populasi dapat diketahui dengan pendekatan tersebut (Marsela: 2015).
Metode MPN sering dipakai untuk menghitung jumlah populasi bakteri E.coli dalam air limbah, karena kemampuannya dalam melakukan fermentasi dalam substrat media cair lactose Broth. Metabolitnya berupa gas karbon dioksida yang akan terperangkap dalam tabung Durham yang sengaja dimasukan dalam tabung reaksinya dengan posisi terbalik.
Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colony-forming unit) dalam sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 coliform pada setiap gramnya. Makin kecil nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi. Adapun ragamnya yaitu (Marsela: 2015):
Ragam 511
5 tabung yang berisi LB double x 10 ml
1 tabung yang berisi LB single x 1 ml
1 tabung yang berisi LB single x 0,1 ml
Ragam 555
5 tabung yang berisi LB double x 10 ml
5 tabung yang berisi LB single x 1 ml
5 tabung yang berisi LB single x 0,1 ml
Ragam 333
3 tabung yang berisi LB double x 10 ml
3 tabung yang berisi LB single x 1 ml
3 tabung yang berisi LB single x 0,1 ml
Standar analisa air untuk mengetahui adanya bakteri coliform ada 3 melalui tahapan uji yaitu (Marsela: 2015):
Uji duga (Presumtive Test)
Bertujuan untuk menduga adanya bakteri coli yang mempunyai sifat mampu memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan gas. Bakteri coli yang diduga meliputi semua bakteri gram negatif tidak membentuk spora, selnya membentuk sel pendek, bersifat fakultatif anaerob, membentuk gas dalam waktu 24 jam dari laktosa pada temperatur 37 derajat Celsius. Apabila terbentuk gas dalam waktu 24 jam kedua (48 jam) uji dinyatakan meragukan. Sedangkan apabila gas tidak terbentuk dalam waktu 48 jam uji dinyatakan negatif. Apabila hasil uji duga negatif, maka uji-uji berikutnya tidak perlu dilakukan karena dalam hal ini berarti pula tidak ada bakteri coli dalam contoh.
Untuk analisis air, dalam uji penduga di gunakan lactose broth, sedangkan untuk contoh lainya yang banyak mengandung bakteri asam laktat, misalnya susu, di gunakan brilliant green lactose bilebroth (BGLB). Bakteri asam laktat dapat memfermentasi laktosa dan membentuk gas, hingga dapat mengakibatkan pembacaan uji positif yang salah. BGLB merupakan medium selektif yang mengandung asam bile sehingga dapat menghambat bakteri gram positif termasuk Coliform. Inkubasi di lakukan pada suhu 35oC selama 24-48 jam dan tabung di nyatakan positif bila terebentuk gas sebanyak 10 % atau lebih dari volume di dalam tabung Durham.tabuung yang tidak menunjukan terbentuknya gas di perpanjang lagi inkubasinya hingga 48 jam. Jika tetap tidak terbentuk gas, di hitung sebagai tabuung negatif. Jumlah tabuung yang positif di hitung pad masing-masing seri. MPN penduga dapat di hitung dengan melihat table MPN 7 tabung.
Uji Penetapan (Comfirmed Test)
Bertujuan untuk menegaskan hasil positif dari test perkiraan media yang secara umum digunakan adalah Brilliant Green Laktosa Bile Bronth (BGLB 2%) atau bisa juga menggunakan media selektif dan diferensial untuk bakteri coli sperti misal Endo Agar (EA). Pembacaan dilakukan dengan melihat 24-48 jam dengan melihat tabung-tabung yang positif. Test ini merupakan test yang minimal harus dikerjakan untuk pemeriksaan bakteriologis air. Terbentuknya gas dalam lactose broth atau dalam BGLB tidak selalu menunjukan bakteri coli karena mikroba lainya mugkin juga ada yang dapat memfermentasikan laktosa dengan membentuk gas, misalnya bakteri asam laktat dan beberapa kahmir tertentu. Oleh karena itu perlu di lakukan uji penguat pada agar EMB.Dengan Menggunakan jaarum ose, contoh dari tabung MPN yang menunjukan uji penduga positif (terbentuk gas) masing-masing di inokulasikan pada agar cawan EMB dengan cara goresan kuadran. Semua tabung di inkubasikan pada suhu 35oC selam 24 jam. Jumlah cawan EMB pada masing-masing pengenceran yang menunjukan adanya pertumbhan Coliform, baik fekal maupun non fekal, dihitung, dan MPN penguat dapat di hitung dari table MPN 7.
Uji Lengkap ( Completed Test)
Dari pertumbuhan koloni pada agar cawan EMB, di pilih masing-masing satu koloni yang mewakili Coliform fekal dan satu koloni yang mewakili Coliform non fekal. Uji lengkap di lakukan untuk melihat apakah isolat yang di ambil benar merupakan bakteri Coliform. Dari masing-masing koloni tersebut di buat perwarnaan gram, dan sisanya masing-masing di larutkan ke dalam 3 ml larutan pngencer steril. Dari suspensi bakteri tersebut masing di inokulasikan menggunakan jarum ose ke dalam tabung berisi lakose broth dan tabung Durham, dan di goreskan pada agar miring nutrien agar. Tabung di inkubasikan pada suhu 35oC selam 24 jam, dan di amati pertumbuhan dan pembentukan gas di dalam lactose broth. Koloni yang menunjukan reaksi pewarnaan gram negatif berbentuk batang, dan membentuk gas di dalam lactose broth mereupakan uji lengkap adanya koloni Coliform.
Biasanya dengan membuat isolasi/ piaraan murni dengan coloni yang tumbuh pada test penetapan. Uji ulang juga dimaksudkan untuk uji ulang apakah jasad renik yang diduga Coliform pada uji duga memang benar. Dalam uji lengkap dapat diamati morfologi dan fisiologi dari bakteri yang diduga coiform. Apabila semua kriteria dipenuhi dapat ditarik kesimpulan bahwa contoh air mengandung bakteri coliform.
4.3 Kualitas Air Di Lingkungan UIN Maliki Malang Serta Bagaimana Solusinya
Penelitian untuk mengidentifikasi bagaimana kualitas air di lingkungan kampus UIN Maliki Malang perlu dilakukan. Hal ini karena pemanfaatan air di wilayah kampus UIN Maliki Malang tinggi, Penyebabnya dikarenakan UIN Maliki Malang mewajibkan selurh mahasiswa barunya untuk menetap di ma'had (asrama) selama satu tahun pertama, sehingga kebutuhan akan air bersih menjadi tinggi.
Analisa air dilakuakan menggunakan tiga macam sampel, yaitu air got, air kran, dan air bermerek. Ketiganya berada di wilayah UIN Maliki Malang. Masing-masing sampel dilakukan tiga kali pengulangan uji pada masing-masing tahap uji. Kualitas air dianalisa berdasarkankuantitas bakteri coliform yang dilakukan menggunakan metode Most Probably Number (MPN). Terdapat tiga pengujian yang harus dilakukan dalam metode MPN ini, yaitu uji penduga, uji penegas, dan uji pelengkap.
Uji penduga dilakukan menggunakan media Lactose Broth (LB) dan digunakan tiga tabung reaksi pada masing-masing sampel. Pada tabung kemudian dimasukkan satu tabung durham dengan posisi terbalik sebagai tempat penampungan gas hasil metabolisme bakteri. LB yang sudah diisi dengan sampel kemudian disimpan pada inkubator pada suhu 37o C selam 1 x 24 jam.
Media LB pada sampel air kran dan air got yang sebelumnya berwarna kuning jernih, setelah diinkubasi berubah menjadi keruh dan terdapat gelembung pada tabung durham. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dikatakan bahwa sampel air kran dan air got positif mengandung koliform. Sesuai dengan literatur oleh Marsela (2015) yang menyebutkan bahwa koliform merupakan bakteri gram negatif yang mampu memfermentasi laktosa, hal inilah yang membuat media menjadi kerih. Sedangkan pada sampel air bermerk tidak sidapatkan perubahan apapun pada media, sehingga dapat dikatakan bahwa sampel air bermerek negatif mengandung coliform.
Setelah dilakukan uji pendugaan, sampel yang positif akan diuji lagi pada tahap selanjutnya yaitu uji penegasan. Tujuannya adalah untuk memperoleh data yang lebih spesifik menegnai jenis koliform yang terkandung di dalamnya. Uji penegas dilakukan pada media Briliant Green Lactosa Broth (BGLB) dengan metode yang sama pada uji pendugaan.
Media BGLB pada sampel air kran dan air got yang sebelumnya berwarna hujau jernih, setelah diinkubasi berubah menjadi keruh serta terdapat gelembung pada tabung durham. Selain itu, pada dasar tabung terdapat endapan berwarna putih. Endapan putih ini merupakan koloni dari bakteri koliform fekal, sesuai dengan literatur oleh Marsela (2015) yang menyebutkan bahwa media BGLB merupakan media yang selektif diferensil dimana hanya dapat menumbuhka bakteri-bakteri tertentu, dalam hal ini adalah koliform fekal.
Berdasarkan hasil pengamatan, sampel yang diuji positif seluruhnya, sehingga diprlukan pengujian ketahap selanjautnya yaitu tahap pelengkap. Tujuannya dalah untuk memastikan spesies dari koliform fekal tersebut. Pada tahap ini, media yang digunakan yaitu Eosin Methilen Blue (EMB) yang ditempatkan pada cawan petri. Kemudian dipindahkan bakteri pada media BGLB menggunakan jarum ose ke media EMB dengan metode penyetrikkan zig-zag. Kemudian media diinkubasi selama 1 x 24 jam.
Hasil uji pelengkap menunjikkan bahwa terdapat koloni-koloni bakteri pada bekas penyetrikkan dengan warna hitam dan hijau metalik. Koloni bakteri yang berwarna hijau metalik ini adalah Escherichia coli. Sedangkan koloni bakteri yang berwarna hitam belum teridentifikasi karena kurangnya literatur serta pengetahuan dari peneliti sendiri.
Berdasarkan seluruh tahapan uji yang telah dilakukan, diketahui bahwa air di lingkungan UIN Maliki Malang belum dikatakan baik karena adanya bakteri koliform yang terkandung pada sampel air kran. Bahkan data menunjukkan kuantitas koliform pada sampel air kran yang tidak jauh bereda dengan kuantitas koliform pada air got yang sudah pasti kotor. Dalam hal ini, sampel air bermerek sebagai variabel control telah menunjukkan hasil pengujian bagaimana seharusnya air yang dikonsumsi, yaitu negatif mengandung koliform.
Adanya bakteri pada air kran dapat disebabkan oleh adanya kontaminasi ketika air mengalir dari sumber hingga menuju mulut kran. Kontaminasi ini dapat berasal dari debu, hewan, ataupun kotoran-kotoran. Hal tersebut sulit untuk dikendalikan manusia karena manusia tidak dapat terus menerus mengawasi jalannya air. Maka solusi yang dapat diambil yaitu dengan melakukan perebusan air sebelum dikonsumsi untuk mematikan bakteri ataupun organisme lain di dalamnya. Selain itu, jika air digunakan untuk mandi dan mencuci, penting untuk melakukan pengurasan bak mandi secara rutin sehingga meminimalisir adanya endapan yang mungkin saja menjadi pengotor pemicu bakteri coliform.
Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan membeli air bermerek untuk dikonsumsi. Cara ini memang membutuhkan dana lebih banyak. Selain itu juga kurang ramah lingkungan karena akan dihasilkan sampah-sampah plastik kemasan dari air. Cara-cara tersebut dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan keadaan, yang paling penting adalah dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan sehingga meminimalisir berbagai dampak buruk bakteri koliform.
5.1 Kesimpulan
Coliform merupakan suatu golongan bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik di dalam air. Adanya bakteri coliform pada air menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air pernah mengalami kontak dengan feses yang berasal dari usus manusia. Standart air minum untuk jumlah coliform fecal yaitu 0 per 100 ml.
Kualitas air dapat diuji dengan metode MPN (Most Probable Number). Metode ini dalam pelaksanaannya relatif cepat dan sederhana apabila dibandingkan dengan metode lainnya. Pada metode MPN, akan dilakukan prosedur yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu uji pendugaan, uji penegas (confirmed test), dan uji pelengkap (complete test).
Berdasarkan seluruh tahapan uji yang telah dilakukan, diketahui bahwa air di lingkungan UIN Maliki Malang belum dikatakan baik karena adanya bakteri koliform yang terkandung pada sampel air kran. solusi yang dapat diambil yaitu dengan melakukan perebusan air sebelum dikonsumsi untuk mematikan bakteri ataupun organisme lain di dalamnya. Selain itu, jika air digunakan untuk mandi dan mencuci, penting untuk melakukan pengurasan bak mandi secara rutin sehingga meminimalisir adanya endapan yang mungkin saja menjadi pengotor pemicu bakteri coliform. Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan membeli air bermerek untuk dikonsumsi.
5.1 Saran
Menjaga kebersihan lingkungan sangat penting untuk menghindari penularan penyakit. Untuk pencegahan penyakit yang menggunakan air sebagai media penularan, sebaiknya air yang dionsumsi dipastikan benar-benar matang, juaga dilakukan pengurasan secara rutin pada bak mandi. Untuk penelitian selanjutnya pada topik yang sama, sebaiknya pengulangan uji dilakukan lebih banyak lagi agar data yang diperoleh lebih valid.